Professional Documents
Culture Documents
ASPEK YURIDIS
PERJANJIAN BUSINESS FRANCHISE DI INDONESIA
Lily Triyana
Lily_tanden@yahoo.co.id
Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda
Abstract
In Indonesia there is no regulation about franchise. Same thing is also
experienced of many state, for example English and Australian. No special regulation
about franchising can be consedered to be good news or is bad news. The bad news is
wth no special guidance, hence goodnesss of franchisor amd also of franchisee have to
reckon on written agreement in cooperation contract. Irts meaning both parties have to
neglectless and meticulous to the what agreed on. Protection of other decision which
arrange an cooperation of Franchising represent the source of which whereas can be
made by guidance do complied agreement have the basis for real correct and fair.
Association of franhcising generally realese code of ethic of franchising.good news of
inexistence regulation of area of franchising is goodness of franchisor and fracnhisee
earn free compromise whateverly. As hold of legal fundament of agreement of franchise
in Indonesia is freedom contract such as those which arranged in section 1338 KUH
Perdata and by concidering conditions of section 1338 KUHP Perdata. Law contract in
Indonesia embrace open system meaning that each and everyone is free to make all
kinds of contract. In section 1338 KUH Perdata contained by the following rule all
made contract lawfully will bind over them making it own. In the case conditions of
1320 section of KUH this Perdata is fulfilled by hence comand of section 1338 KUH
Perdata. The making agreement act as code/law to all party. So franchise, and vitally
hence to all party arrange agreement content detail.
Solving of dispute represent problem which in many is important to licencer,
specially In the case of giving of license. Right of intellectual properties in the form of
trade secret. Solving of dispute which is through jurisdiction forum, it is though enabled
to be emphasized in conference closed (for the secret of trade) felt concerned abaout by
licencer party will become an openly forum to receiver of license which do not good
mine. To avoid the mentioned hence better each ; every dispute realted to agreement of
giving license finished in framework of alternative of is solving of dispute, including in
it arbitrase.
Ordinary license agreement unlike giving of agreement of license of franchise. If
at giving of agreement of license usually only covering giving of permission cover all
sort of kinds of intellectual property that appliances bought or rented from him. Besides
so-called above, agreement of franchise are; giving of license abaout name of trading,
model brand, desain, ets. Rules that can be grouped in the field of contractual law and
in the field of law about intellectual property.
Key words: differentiate franchise, of law facet, law of frachise entangle contractual
law areas, specially abaout giving of license , special regulation about franchising, and
Ordinary license agreement
2
PENDAHULUAN
yang cukup untuk melindungi integritas Indonesia dewasa ini. Selain itu
sistem . berkembangnya perekonomian global telah
Perjanjian Franchise haruslah : mengakibatkan pula KUH Perdata semakin
1. Dibuat dengan benar, sesuai dengan tidak mengimbangi aktifitas bisnis yang
persyaratan hukum, dengan beragam terjadi dalam praktek.
hak milik yang dimiliki franchisor; Hal ini tentu mengakibatkan
2. Memberikan detail-detail operasional terjadinya ketidakseimbangan antara
dan kontrol; perkembangan aktifitas bisnis dengan
3. Memberikan franchise jaminan perkembangan pengaturan hukum sehingga
dalam beroperasi dan pada timbul kekosongan hukum. Kondisi ini
kemampuannya untuk sangat tidak menguntungkan bagi
mengembangkan dan menjual perkembangan dunia bisnis di Indonesia.
asetnya. (Mendelson 1997,55) Kenyataan di atas tentu saja harus
diantisipasi secara positif dengan
Franchise telah tumbuh dengan membentuk pengaturan yang dibutuhkan.
pesatnya keseluruh dunia dalam tiga dekade Hingga saat ini seringkali pengaturan yang
terakhir. Tingkat pertumbuhan yang terjadi terbentuk lebih bersifat praktis yakni dalam
tigasampai empat tahun yang lalu dan bentuk kebijakan pemerintahan yang
tingkat pertumbuhan yang diproyeksikan, sifatnya terbatas pada pengaturan dalam
menunjukan bahwa perkembangan tersebut rangka mengantisipasi situasi tertentu juga.
terus meningkat . Perkembangan bisnis yang pesat
Peraturan franchise di Indonesia apabila dikaitkan dengan perdagagan dan
daitur dalam PP No. 16 tahun 1997 tentang investasi maka membutuhkan ketentuan
Waralaba dan Keputusan Menteri berupa produk hukum yang membuka
Perindustirian dan Perdagangan No. 259 kesempatan yang seluas-luasnya di dalam
/MPP/Kep/7/1997 tentang Tata Cara membina hubungan bisnis dengan
Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba . memperhatikan kepentingan masyarakat
Dalam tulisan ini penulis ingin membahas banyak di Indonesia serta tanpa
franchise dari aspek yuridisnya. mengabaikan kedudukan Indonesia dalam
dunia Internasional. Sehubungan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN permasalahan franchise dalam
pengaturannya di dalam kerangka hukum
1. Pengaturan Hukum Perjanjian nasional Indonesia, maka sudah saatnya
Bisnis Franchise Dalam Kerangka pengaturan mengenai pemasalahan ini
Hukum Nasional Indonesia diatur secara tersendiri dalam produk
hukum tertentu. Uraian di atas mengenai
Hingga saat ini kerangka hukum terdapatnya dua segi yang harus
format yang terpenting yakni hukum diperhatikan dalam pembentukan suatu
perjanjian atau hukum kontrak belum produk hukum memperhatikan kepentingan
terbentuk sehingga setiap aktifitas bisnis masyarakat Indonesia, sedangkan di lain
yang menyangkut hal didasarkan hanya pihak harus pula memperhatikan
kepada KUH Perdata serta KUH Dagang. kedudukan Indonesia sebagai bagian dari
KUH Perdata sendiri merupakan produk dunia internasional harus menjadi bahan
hukum peninggalan kolonial Belanda yang pertimbangan utama dalam pembuatan
tentu saja isinya memiliki nilai dan produk hukum yang baik.
pandangan yang berbeda situasi masyarakat
4
menyebabkan keuntungan yang diperoleh maupun Franchise yaitu PP 16/97 . Hal ini
tidak sebanding antara satu pihak dengan dapat menimbulkan kekosongan pengaturan
pihak lain. hukum sehingga terdapat kemungkinan dari
Sedangkan berhubungan dengan salah sati pihak mendapat keuntungan dari
masalah Franchise, untuk mengimbangi hal ini.
perkembanngannya sudah saatnya Secara khusus untuk Franchise
dipikirkan suatu produk hukum yang secara Internasional Indonesia mereka lebih
khusus mengatur mengenai keberadaaan condong untuk memilih hukum asing untuk
Franchise di Indonesia. Seperti yang telah mengatur perjanjian Franchise. Perlu
diuraikan dalam sub bab sebelumnya bahwa disadari bahwa tidak tertutup kemungkinan
telah disahkannya PP 16/97 telah membawa bahwa pemilihan hukum asing justru dapat
suatu perkembangan baru di dalam menguntungkan pihak franchisee karena
pengaturan uhukum mengenai Franchise di pengaturan yang terdapat di dunia
Indnoesia. 16 Internasional sudah lebih memperhatikan
PP 16/97 terdiri dari 11 (sebelas) kedudukan franchisee agar tidak dirugikan.
pasal, secara umum akan diuraikan isi dari Sedangakn pengaturan dalam PP 16/97
PP yang menurut pwnulis patut dicermati. terkesan tidak terdapat unsur perlindungan
Pasal 2(2) PP 16/97 mengatur bahwa : bagi Franchisee.
“Perjanjian Waralaba dibuat dalam Selain itu pengaturan dari PP 16/97
bahasa Indonesia dan terhadapnya berlaku mengenai keharusan untuk memilih hukum
hukum Indonesia”. Indonesia bagi setiap perjanjian Franchise
Kewajiban untuk menyusun perjanjian yang ada menutup kemungkinan para pihak
dalam bahasa Indonesia menurut penulis untuk melakukan choise of law ( pilihan
hal ini agak dipaksakan karena hukum), apabila gejala ini dikaitkan dengan
kenyataannya di Indonesia hingga saat ini asas kebebasan berkontrak sebagaimana
perjanjian Franchise yang terjalin di pihak yang dianut dalam KUH Perdata hal ini
franchisor berasal dari luar Indonesia maka akan menimbulkan ketidakseinkronan
sudah dapat dipastikan perjanjian yang pengaturan hukum yang terdapat di
disepakati ditulis dengan bahasa asing. Indonesia khususnya yang mengatur
Selain itu penulis berpendapat masalah masalah Franchise.
redaksi perjanjian yang berbahasa asing Pasal 3 ayat (1) PP 16/97 secara garis
seharusnya tidak perlu menjadi masalah besar mensyaratkan suatu dokumen yang
yang serius karena perjanjian yang dapat harus disiapkan oleh franchisor guna
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. memberikan informasi yang sejelas-
Di samping itu, pemberlakuan hukum jelasnya secara akurat kepada pihak
Indonesia bagi setiap perjanjian Franchise franchisee.
menurut pendapat penulis akan Pasal 3 ayat (1), dan penjelasan Pasal
menimbulkan masalah karena perangkat 3 ayat (1) PP 16/97berisikan hal-hal sebagai
hukum di Indonesia belum cukup siap berikut :
untuk menerima perubahan ini baik secara 1. Sebelum membuat perjanjian,
umum yakni mengai hukum perjanjian pemberi waralaba wajib
masih mengandalkan pada pengaturan dari menyampaikan keterangan kepada
Buku III KUH Perdata yang dbiakui oleh penerima waralaba secara tertulis dan
para pakar hukum di Indonesia bahwa benar sekurang-kurangnya mengenai:
pengaturan tersebut sudah tidak memadai di a. Pemberi Waralaba berikut
dalam mengantisipasi perkembangan bisnis keterangan mengenai kegiatan
6
bahwa pedoman tersebut memuat mengenai beluk bisnisnya. Selain itu, hal ini
pengertian franchise, tipe franchise, syarat diperlukan untuk melindungi para
an kewajiban sebgai franchisor dan franchisee dari ptaktek penjualan franchise
franchise, serta bidang usaha yang potensial oleh franchisornya secara tidak
dikembangkan dengan sistem franchise. Hal bertanggung jawab.
ini merupakan langkah awal yang cukup
positif dalam rangka pembinaan usaha kecil 2. Kemampuan Labaan
dan usaha menengah. (profitability)
Sebagai tindak lanjut dari usaha Persyaratan selanjutnya adalah
diatas , dalam rangka melakukan perusahaan yang akan di franchisekan harus
pembinaan terhadap pemahaman pengusaha terbukti memiliki daya untuk
kecil di Indonesia khususnya dalam hal mendatangkan laba cukup tinggi. Hal ini
bisnis dengan menggunakan pola Franchise penting karena franchise dapat terjebak
telah menerbitkan dua Format Bisnis dalam perusahaan yang ternyata tidak bisa
Franchise dalam bidang makanan dan menghasilkan laba yang sesuai dengan
bidang distribusi / keagenan produk pakaian biaya yang dikeluarkan untuk pembelian
di Indonesia. Hal ini dilakasakan dalam sitem franchise.
rangka untuk memacu pertumbuhan dan
perkembangan usaha kecil dan usaha 3. Kemampuan Pasar dan Merek
menengah untuk menerapkan sistem Dagang (marketability and trade
Franchise. mark)
Kedua Format bisnis yang disusun Produk atau jasa dari perusahaan
tersebut secara garis besar akan diuraikan calon franchisor harus terbukti melalui
pembahasan berikut ini. Format bisnis suatu pengkajian pasar, dapat dipasarkan
Franchise pada dasarnya adalah suatu secara luas dan merek dagang dari
sistem untuk mempersiapkan suatu bisnis perusahaan tersebut harsu dikenal. Studi
apakah memenuhi syarat untuk di mengenai kemampuan pasar dan
franchisekan, serta prosedur-prosedur dikenalnya merek dagang dapat dilakukan
apakah yang harus dan peralatan-peralatan melalui riset pasar. Hal ini merupakan hal
apakah yang dibutuhkan (termasuk aspek yang penting yang harus diketahui para
landasan hukum). franchise sebelum memutuskan untuk
Persyaratan dan prosedur yang masuk dalam sistem franchise tertentu.
merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
diperlukan untuk menguji apakah suatu 4. Kemampuan Ajar (teachability)
perusahaan dapat menjadi franchisor, Sistem bisnis yang terlalu rumit dan
adalah : memakan waktu yang lama untuk diajarkan
kepada pihak lain maka akan sulit
1. Pengalaman bisnis (business memenuhi syarat untuk dikembangkan
experience) secara franchising. Persyaratan ini penting
Perusahaan yang memenuhi syarat diketahui karena perusahaan yang ingin
sebagai franchisor harus memiliki mengembangkan dirinya sebagai franchisor
pengalaman bisnis minimal 3 (tiga) tahun harus mengetahui sampai sejauh mana
secara terus menerus. Hal ini menurut kerumitan dari sistem bisnisnya.
penulis penting karena pengalaman bisnis
yang cukup akan membantu franchisor 5. Kemampuan alihan
memahami secara baik mengenai seluk- (transferability)
10
Hal ini berkaitan dengan kemampuan franchise, tapi juga penting bagi franchisee
dari produk atau jasa apakah sesuai dengan sebagai dasar untuk menilai apakah
selera, kebiasaan serta pola konsumen di franchisor dan sitem franchise yang
suatu daerah tertentu sehingga dapat ditawarkan memang memberikan
diterima oleh masyarakat setempat. keuntungan yang baik.
Penilaian hal ini penting karena apabila Penulis berpendapat bahwa Surat
suatu produk atau jasa sebaik apapun Keputusan Menteri yang akan di buat untuk
apabila tidak sesuai dengan selera pembeli pengaturan lebih teknis bisnis Franchise di
maka tidak akan ada peminat. Indonesia sebaiknya juga mengatur
mengenai hal diatas. Hal ini penting diatur
6. Keorisinilan (originality) karena selain persyaratan yang diwajibkan
Keorisinilan suatu produk barang dalam Pasal 3 ayat (1) PP 16/97, maka
atau layanan jasa sangat penting, karena kedelapan hal yang telah dikemukanan di
pelayanan dan penyajian yang unik dapat atas dapat membantu franchisee apabila
memberikan nilai tambah terhadap akan memasuki bisnis tertentu.
keberhasilan pemasaran barang atau jasa Format Bisnis Franchise tersebut
yang bersangkutan melalui pola memaparkan pula mengenai persyaratan
Franchising. ideal yang harus dipenuhi dalam suatu
perjanjjian bisnis Franchise sebagai berikut:
7. Keterjangkauan (affordibility) bagian pendahuluan yang berisikan
Persyaratan ini merupakan mengenai objek yang difranchisekan,
perhitungan finansial apakah franchisee kemudian diatur mengenai persyaratan
dapat memperoleh daya laba, berapa lam franchisee, jangka waktu perjanjian,
akan mencapai titik impas. Hal ini harus kekamndirian dalam arti pihak keduanya
sangat diperhatikan oleh franhcisee karena bersifat independen dalam arti berdiri
franchisee harus memperhitungkan sampai sendiri, biaya franchise, bantuan yang
berapa lama ia mampu mengembalikan diberikan franchisor, nama usaha usaha
investasinya. franchisee, lokasi usaha franhchisee, tahap
pra operasi, tahap operasi, waktu kerja,
8. Anak Perusahaan (company penggantian dan pembiayaan biaya, pajak-
owned unit) pajak, modifikasi sistem, tanda dan merek,
Persyaratan lainnya yang juga asuransi, pemeriksaan usaha dan tempat
penting sebagai salah satu kriteria untuk usaha, pindah lokasi, laporan operasional
menjadi franchisor adalah perusahaan dan biaya administrasi, perpanjangan
tersebut sebaiknya memiliki 1 (satu) anak franhcise, biaya perpanjangan franchise,
cabang perusahaan sendiri. Hal ini selain sanksi apabila beroperasi tanpa
membantu franchisor untuk lebih memperpanjang perjanjian, rahasia sistem,
memahami seluk bisnisnya juga dapat pengehentian perjanjian, prosedur setelah
membantu franhcisee dalam menghadapi penghentian, perubahan perjanjian,
persoalan operasional. (Dirjend.pembinaan integritas perjanjian, milik eksklusif, serta
pengusaha kecil departemen koperasi dan domisili hukum. Keseluruhan unsur yang
pembinaan pengusaha kecil 1995) tercantum sebagai pokok-pokok dalam
perjanjian franchise diatas menurut penulis
Kedelapan hal tersebut diatas telah memenuhi syarat minimal dari segi
menurut penulis bukan saja penting untuk hukum dan memenuhi kriteria sebagai
franchisor di dalam mempersiapkan sitem perjanjian yang cukup baik dan
11