PIDANA PENGAWASAN
SEBAGAI PENGGANTI PIDANA BERSYARAT
ALAM PEMBARUAN KITAB UNDANG UNDANG
HUKUM PIDANA MILITER
Agustinus PH
ABSTRAK
Pembaruan iukum pidana yang ditempub melalui Rebijekan formulasl dalam Rancanan
UH (REUHP) salah satunpa penibarnan pada sistem pidena dan pemidanaan dengan
menggantikon Pidana Dersyurat dengan Pidana Penguwasan Pidana dn pemidanaan
merypakan hal yang rentral dalam kukum pidana, aasens menggambarkan nilatrilal
cial ucdava barmgsa dan Redinamiscoonya, Perubuhan preana an pomidanan dipengorahd
pomikiran, perlunya mencarl abvernarive-ahernatif sankstpidana yang lebih vesuai deneun
nlat-nilat social budays suas bamgia Sesuat pula dengan hecendorumgan éndernasicmal
alam Brberapa decade térakhir, anvara lain adalah berkembangnya konsep untuk selal
mencarialtermative dri pidana Kemerdekaan (alternative to imprisonment lata berdtubrya
sebagal santsi alternatif (alternative sanction). Pemikiran dan sckaligue keimginan nts
‘mengganaihan saw mencari alternative [ain selain plana penjave telah sama diteherdaks
eh para hal hak ptdana dan akli penotegy: RKUHP menambah jemiscfents pidana yang
rebelumeya tidak diarur datum KUHP Indonesia, salahsutuny yaite pidana pengawasan,
Jang merypakan bogian dari picarer pokok Konsep RKUHP akin: borpergaruh terkedap
pemburuan KUHPM sebagai hukum pidana Anas yang berpedoman pada Ketettwan Uma
Hivluni Pidana. Sebagat sistem pesxidansam, maka pidana pengirwascm sebsseal perggundd
pidana bersyarat dalam RKUHP hairus diinirodusir ke dalam perbaruan KUHPM. Tetapl
Pengaturan pidana pergamasan dalam KUHPM harus disesuaitan dengan rujuan
pemidancan miter, Peraturan pidana pengamasam datern pembaruan KUMP prinvipreya
mengikul aturan dalam KUHP dengan syavat-syarat yong disesuaitan dengan tujuan
pemidanean bagi marapidana wulter dan memperhauikan keegan militer:
" bose Tetsp Sekolah Ting Muka Mier [AHR PTH Joba
Lorna! take PRIORES. Fok $10. J Takin 7046 1 219Agustus 11 Pian Pecigewarven Sébogei PeaggentiPiteno Bersyérat Blom Pembarsn
(rab Undong Undang Mulum 2icana Milter
AL Pendahuluan,
Bangsa Indenesia sudah sejak lama
berkeinginan untuk memperbarué bukum
pidana warisan kolonial, Tetapi upaya ita
temyata tidak mudah, Selain tidak mudah
‘untuk menggali dan menemukan hokum yang.
sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan Indo-
nesia, juga disebabkan karena hukum,
‘warisan kolonial ini telah mengakar dalam,
sistem dan tata hukum nasional,
Mewarisi huivum kolonial, ataudalam,
istilah Soetandyo Wignyosubrato
“mentransplantasikan,” sistem hukum
pemerintah kolonial ke dalam bukum
nasional, adalah suatu “ketsrpaksaan.”
Karena, dissdari bahwa pada waktu awal
kemerdekaan, Bangsa Indonesia tak akan
berdaya melangkah Iebih lanjut untuk
mena ulang atau dalam balsa sekarang
“‘memperbarui"selurah sister hulu Indo-
nesia berdasarkan konstitusi bara secara
total dalam waktu yang singkat. Pada masa
yang masih penuh dengan pergolakan dan
perjuangan fisik untuk mempertahankan
kemerdekaan dan eksistensi Republik
Inconesia yang masih berusia muda saat ina,
seyala perhatian bangsa dikonsentrasikan
untuk perjuangan fisik. Maka, yang
sdlakukan oleh para pendiri Republik adalah
tidak bisa lebih, selain menyatakan terus
berlakunya seluruh ketentuan hukum yang
sclama ini telah ada, dengan meayatakan
dalam Pasa If Aturan Peralihan UUD 1995:
““Segala badan negane dan peraturan yang,
ada rhasih langsung berlakuselama belum
220 | vail: Huture PRIORIS, Hod 3 Mas 3, Tahun 2048
diadakan yang baru menurut Undang-
Undang Dasari
Salu-satunya pernyataan. normatif
yang mengesankan kebijakan, dan dapat
disebut sebagai satu politik hukum pada
masa itu. untuk menolak bertakunya
bukum kolonial adaish Maktumat Presiden
‘Tahun 1945 Nomor? tangga! 10 Oktober
1945, yang kecuali mengulang apa yang
telah dinyatakan dalam Pasal 1 Aturan
Perulihan UUD 1945 juga menyatakan:
bahwa hanya hukum yang tidak
bertentangan dengan UUD 1945 sajalah
yang tetap boleh dianggap berlaku, Akan
tetapi, dimaklumatkannya Maklumat
Presiden Nomor2 Tahun 1945 ini dalam
praktik malah menimbulkan Keraguan.
Karena dalam praktik tak selalu dapat
dimengerti dengan segera, mana soja
hukum kolonial yang masih langsung
berlaku, dan mana pula yang harus
dianggap bertentangan dengan UUD 1945
dan karenanyaharus dianggap tidak berlakt
Jagi, dan mana pala yang tidak demnikian,
(Soetandyo W, 1994: 191). Oleh sebab itu,
Jjika-keadaan hukum militer pada era
sckarang ini kondisinya masih seperti yang
ada pada masa awal Kemerdekaan atau
babkan sama dengan sebelum
kemerdekaan, dimana masih terdapat
berbagai tata hukum militer yang hanya
bers fat terjemahan dari undang-undang
Belands, karena memang politik bukum
terhadap hukum militr tidak atau kurang
terpikirkan atau baraag kali diangap dake
Ppenting, sejak masa awal kemerdekaan,Pidone Pengameisn Seboye! Fenggont Pidana Bersyarat Osiom Pembaran - Agustus Pr
tO! Ufone Undeng Hakim #eizna falter
Hukum pidana militer yang kini
‘berlaku di Indonesia adalah warisan dan
sekaligus lahir dari akar sistem hukum
pidsns militer di negeri Belanda yang
diberlakukan di Indonesia, berasal dari
‘Wetboek van MilitairStnaffech, Hanya soja
dalam perkembangannya hukum pidana
militertidak banyak mengalami perubatsan,
karena ada pedoman yang distur pada
Indische Staats regeling, An. 132: "De
Milisaire Strafrechispleging berust op
Ondonanties, zoeveel mogelijk overeen
komende met de in Nederland bestaande
werten” (Pelaksanaan Hukum Pidana
Militer dicantumkan dalam ordonansi-
ordonansi yang sejauh mungkin bersesnaian,
dengan undang-undang yang.ada diNegeri
‘Belanda), Schingga sedikit berbeda dengan
perkembangan hukum pidana umum
(KUHP) yang telah mengalami berbagai
perubahan, dalam KUHPM relatiftidak
mengalami banyak perubahan. Kemung-
kinan peayimpangan KUHPM di Indone-
sia dengan yang adadi negeri Belanda, itu
hanya diadakan dalam bal-hal; 1) Jika
adanya kondisi Khusus di Indonesia yang
‘menghendaki (penyimpangan) demikian ita
(Specificke Indische toetstanden daartoe
noopten): 2) Jika dalam prekiek
menunjuklean adanya kebutuhan yang sangat
untuk mengadakan perubahan atay
Penambahan (in de praktijk de
noodzakelijkhetd van wijziging of
aanvulling had aangetoond), dan 3)
Untuk memperjelas sesuatu: pasal
(verdduidelijking van enig artikel gewenst
beeX). (SR Sianturi, 1985; 12-13),
B. Pembaruan Hukum Pidana Militer
Seiring Pembaruan KUHP,
Setelah setengah abad lebih bangsa
Indonesia merdeka, dan terutamia setelah
RUU KUHP selesai disusua, sudah
waktunya untuk memperhatikan dan
mengupayakan pembaruan hukumn pidana
milter. Menunut Muladi, (1997: 192) ada
tiga pendekatan yang dapat dilakukan
dalam pembaharian hukum — pidana,
yaitu: 1) Pendckatan global (global ap-
proach), yang miengatur secana tersendiri
materi diluarkodifikasi yangeda, dengan
kemungkinan terjadinya banyak
Penyimpangan. Ada yang menyebut sebagai
pondckatan universal, tot uta menyelkruh
yaitu melakukan pembebaruan dengan
mengganti total kodifikasi;2) Pendekatan
evolusioner (evolusionery approwch),
dengan cara menyempurnakan atau
menambahkan pasal-pasal tertentu dalam
Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(dalam konteks ini Kitab Undang-undang
Hukum Pidana Militer) yang ada; 3)
Pendekatan kompromis (compromise ap-
proach) dengan menambahkan suatu Bab
‘baru dalam kodifikasi yang ada,
Pembaruan hukum pidana militer
‘harus dilakukan dengan pendekatan global
(global epproach), yaitu memperbarui
seluruh rumusan KUHPM dengan tetap
rmerurruskanny:addalam kodifikasi tersendiri
di luar kodifikusi KUHP. Perlunya
pembaruan hukum pidana segara
Aout Hl PRIOREC WoL No. 8 adn 2016 | BOL‘Agustinos 8M - Piteno Pengowaxan Sebage! Fenggamt Fidone Bersyarat Golam Ferctorson
‘ead Uraiong Undong Mukuen Piven Mi
menyeluruh, pernah diingatkan oleh
beberapa tokoh hukum pidana seperti Prof
‘Oemar Senoadji, Prof Sudano, Prof Rustan
Saleh dil pada Tahun 1963 di Semarang:
“betapa pentingnya membangun hukum
pidana nasional yang tidak bersifat ad hoc,
tambal sulam seperti kain perca
(lappedekken), melainkan bersifit sistemik
(purposive behavior, wholism, interrelaied-
ness, openness, value transformation, and
‘control mechanism), atas dasar ide nasional
-dan pandangaa, sikap, persepsi, filosofi, dan
niai-nilai budaya (Kultur) bangsa Indonesia
yang terkait dengan asas-asas hukum
pidana, tentusaja tanpa menyampingkan
periembangan hukum pidana yang bersift
universal.” (Muladi, 2008: 1).
Meskipun tidak persis sama, alasan
pembaharuan KUHPM sesungguhnya juga
sejalan dengan pembaharuan KUHP.
Menurut Sudarto, setidaknya terdapat
alasan politik, sosiologis dan praktis,
‘mengapa peru diperbaluri hiskum pidana:
Dari seg politike, wajar Bangsa Indo
nesia yang sudah merdeka mempunyai
KUHP sendiri karena hal itu adalah
merupakan simbol (Iambang) dari
kebanggaan scbagei bangsa yang. telah
merdeka. Alasan praktis, adalah dari sei
penerapan hukum, jika mendasari pada
tuk warisan kolonial,dimana teks rest
KUHP adalah berbahasa Belanda taka,
sehubungan dengan itt, tidaklah coeok
dengan Bahasa Indonesia yang sudah
mendarah daging dari Bangsa
Indonesia Secara sosiologis, KUHP (WvS)
222 Saraal Phin PRIORIS, WoL $M J Tahun 2076
tidak mencerminkan nilai-nifai yang hidup
dali masyarakat Indonesia, Ini tentunya
bertentangan dengan masalah kebudayaan,
jisisi lain KUHP Belanda berdasarkan
sisicm kapitalisme,dan liberal, Sementara
Bangsa Indonesia berdasarkan keber-
samaan, kekeluargaan, Maka, dari sinilah
sudah tidak cocok bahwa KUHP
diterapkan di negara kita
Intinya, memperbarui hukum pidana
milter uarus menggalinilai-rilai kebidupan
masyarakat militer yang harus dija
dipupuk dan dikembangkan sebagai suata
norma dan perilaku sertanilai-nilai yang
kemudian dirumuskan dalam pembaruan
hhukum pidane miller: Hal ini sefalan dengan
pendapat Eugen Erhlich (1862-1922)
dalam bukunya Grundiegung Der
Soziologic Des Rechst, bahwa pusat
_prafitasi gaya tarik persembangan hilum
tidak terfetak pada perundang-undangan,
tidak pada ilmu hukum, juga tidak pada
putusan hakim tetapi di dalam masyarakat
(baca: masyarakot militer) itu senditi
C, Pembaruan Stelsel Pemidanaan
dalam KUHPM
Salah sata politik hukum dalam
penyusunan Undang-undang adalah
penentuan sanksi. Pada umumnya
pembentuk Undang-undang selalu
mengatakan bahwa salah satu usaha
penanggulangan kejahatan adalah dengan
‘menggunokan hukum pidana dan sanksinya
‘berupa pidana, Namun demikian, tujuan
‘yang bagimana yang ingin dicapai denganFiano Fenpowosan Sshogel Penpyent Razea lersparst O
rermborwon - Aawstinus Pt
Mieab Undang Undong Hokum Padone Riiter
suatu pidana tersebut, sampat sekarang,
belum terdapat kesarnaan pendspat. Dulsm
taiaran praktik pemidanaan di Indonesia,
permikiran mengcrai pidlana dan pernidataan
sedikit banyak masih dipengaruhi oleh
pemikiran-pemikira abad masa lah ketik
KUHP disusun, pidana bersifat retributif
pidana sebagai pembalasan, Namun
dernikian tidak sedikityang telah berpikiran
majut mengikutl perkembangan jaan, imu
pengetahuan dan pembaruan sistem pidana
dan pemidanaan telah mempengaruhi cara
berfikir para ahli hukum Indonesia.
Paradigma sanksi dan pemidanaan telah
mengulami pergeseran, dari retributif
‘mengarsh ke restoratif justice.
Sanksi pidana merupakan salah satu
persoalan pokok dalam hukum pidana,
sebagaimana dikemukakan oleh Herbert L,
Packer, dalam bukunya The Limits of the
Criminal Sanetion, bahwa hukum piddana
yang rasional didasarkan pada tiga konsep,
yaitu: Kejahatan, kesalahan dan. pidana.
(the rationale of the criminal laws uses
on three concepts: offence, guilt and pune
ishment), Ketiga konsep tersebut
melambangkan tiga problem dasar dari
bukum pidanasubstansi, yaitu: 1. Perbustan
‘yang bagaimana yang ditentuknn sebagai
tindak pidana; 2. Pembatasan atau ukuran=
vukuran apa yang harus dibuat sebelum
sescorang dinyatakan melakukan tindak
pidana; 3. Apa yang harus dilakukan
terhadap orang-orang yang. dinyatakan
melakukan tindak pidana, Menurut
‘Suxtarto, i dalam huksum pidana kita, ketiga
masalah pokok tersebut dirumuskan
sebagai perbuatan yang dilarang, orang
yang melakukan perbuatan yang dilarang,
dan pidana yang diancamkan terhadap
pelanggamn larangan tersebut. Ketiga hal
tersebut disederhanakan oleh Barda
‘NawawiArief, bahwa tiga mater/substansi?
masalah pokok dalam hukum pidana, yait:
1, Masalah tindak pidana; 2. Masalah
‘esalahan wtau pertanggungiawaben pidara,
dan; 3, Masalah Pidana dan pemidanaan
Sanksi pidana yong dirumuskan di
dalam KUHPM pada umumnya same
dengan yang ada didalam KUHP. KUHP
maupun KUHPM, keduanya
mengandalkan sankst pidanapenjara. Hal
ini sejalan dengan pendpait Bards Nawarwi
Arief, bahwa dalam kenyataan saat ini,
pidana penjaralah yang paling banyak
ditetapkan dalam perundang-undangan,
dan dengan demikian poling banyak juga
diterapkan dalan praktek. Pada sisi yang
lain, dalam perkembangannya, pidana
penjata sédang mendapat sorotan tajam
dati pata abli penology, Banyak kritik
tethadap efektivitas dan sepi-segi negatif!
pidana penjara, sehingea pidana penjars
termasuk salah satu jenis sanksi pidana yang
diragukan kemanfaatannya dan kurang
isu
Keraguan tentang efektivitas pidana
penjara itu secara intemasional pernah
dicetuskan dalam Laporan Kongres
tora Hutson PRICES. Vs
3. Foon 1006 1-223Agustinus PH - Bidons Pengewnian Seboge Fenpgant Pian
aves Undong Undang Mutu idea Mi
Perserikwlan Bangsa Bangsa ke-5 mengenai
Prevention of crime and the sreaiment
of offenders, Ada krisis keperenyaan
masyarakat terhadap efektivitas pidana
penjara. Pengalaman penjara demikian
berbohaya sehingya merintangi seeara erius
kemampuanssi pelangpar untuk kembati
patuh pada hukum,
Betapapun pidana penjara mengan-
‘dung berbagai kelemahan, namun pidana
‘penjarajelas tidak dopo ditinggalkan sama
ssekali dalam politk criminal untukmencegsh
dan menanggulangi kejahatan. Eksistensi
‘Pidana penjaratetapdiakui, bahwapidana
penjara tetap merupakan sanksi yang patut
untuk tindak pidana tertentu dan pelang-
garan-pelanggaran tertentu, Mengenai hal
ini, Sudarto mengemukekan babwa orang
sudah lama tciak menyulai pidana penjare,
akan tetopi tidak dapat meninggalkanaya,
sama sekali, karena ia tidak tahu bagaimana
hatus menggantikannya
D, Pidana Pengawasan dalam Pem-
baruan KUHPM,
Salah satualternatif yong dinnngkinkan
‘untuk menggantikan pidana penjara, adalah
dengan memaberikan pembatasan tertentu,