You are on page 1of 11

PENETAPAN KADAR FENOLIK TOTAL, FLAVONOID TOTAL, DAN UJI

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN BENALU PETAI (Scurrula


atropurpurea Dans.) BESERTA PENAPISAN FITOKIMIA

Fayakun
Prodi S1 Farmasi, STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Email: fayakun.farm@gmail.com

ABSTRACT
The free radicals are atoms or molecules that have unpaired electrons. While anti-oxidants are
electron donor compounds that are able to capture foreign compounds that are free radicals.
Plants in the world of health can be used as one of the effective natural material therapeutic
approaches for the treatment of various diseases. Therefore researchers need to find plants that
have anti-oxidant power. One of the plants to be studied is petai parasite leaves ( Scurrula
atropurpurea Dans. ). The purpose of this study was to determine the levels of total phenolic
compounds, total flavonoids, and anti-oxidant activity test extract of petai parasite leaves. The
method used for the determination of total phenolic is the folin-ciocalteu method, determining
total flavonoid levels with AlCl3 colorimetric method, and testing antioxidant activity by DPPH
free radical capture method. The results of the antioxidant activity test were expressed by IC50
which is the concentration value of petai parasite leaf extract which resulted in the capture of
50% radical DPPH. The results showed that petai parasitic leaf extract had a total phenolic
content of 198,083 ± 1,443 mg GAE/g extract, total flavonoid was 144,6 ± 4,444 mg QE/g
extract, and antioxidant activity test was 23.48 ± 0.036 µg/mL. The IC50 value is included in the
category of very strong antioxidant activity.

Keywords : Petai parasite leaves, total phenolic, total flavonoids, antioxidant, DPPH

1. PENDAHULUAN serangan radikal bebas. Komponen


Radikal bebas merupakan atom atau penting yang mampu menyelamatkan sel-
molekul yang memiliki elektron yang sel tubuh manusia dari bahaya radikal
tidak berpasangan. Radikal bebas itu bebas adalah antioksidan
sendiri memiliki dua sifat yang (Rohmatussolihat, 2009).
reaktivitasnya tinggi, karena Antioksidan merupakan senyawa
kecenderungan dapat menarik elektron pendonor elektron yang mampu
dan dapat mengubah suatu molekul untuk menangkap senyawa asing yang bersifat
menjadi radikal yang baru sehingga sebagai radikal bebas (senyawa yang
terjadi reaksi rantai. Reaksi rantai tersebut memiliki elektron tidak berpasangan)
akan berhenti apabila radikal bebas dapat (Winarsi,2007). Antioksidan dapat
diredam oleh suatu senyawa yang menghambat atau menunda oksidasi suatu
memiliki sifat sebagai antioksidan molekul dengan cara mengakhiri reaksi
(Suryohudoyo, 1993). berantai inisiasi dan propagasi
Sebagian besar penyakit diawali dan (Molyneux, 2004).
disebabkan oleh adanya reaksi radikal Benalu merupakan tumbuhan parasit,
bebas yang berlebihan didalam tubuh. yang awalnya dianggap tumbuhan
Oleh karena adanya pengaruh radikal tersebut merugikan karena dapat merusak
bebas yang tidak baik bagi kesehatan tanaman inang tempat tumbuhnya.
tubuh, maka tubuh memerlukan suatu Namun benalu berpotensi sebagai ramuan
komponen penting yang menangkal obat-obatan. Secara tradisional beberapa
spesies benalu sejak jaman dahulu telah

1
STIKES Muhamadiyah Pekajangan Pekalongan 2018

digunakan untuk mencegah dan maserasi, batang pengaduk, cawan


mengobati berbagai penyakit diantaranya penguap, alat rotary evaporator, kain
sebagai obat batuk, kanker, diuretik, flanel, kertas saring, alumunium foil,
antiradang, antibakteri, luka atau infeksi corong, erlenmeyer, beaker glass, oven,
kapang (Anita et al. 2014). inkubator, alat vortex, sudip, pot salep,
Kandungan kimia yang terdapat pipet tetes, mikropipet, pipet volume,
dalam benalu adalah fenolik, tanin, asam tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas
amino, karbohidrat, alkaloid dan saponin. ukur, kuvet, alat Spektrofotometri UV-Vis
Senyawa fenolik sangat berperan aktif (SHIMADZU).
sebagai antioksidan. Senyawa fenolik C. Jalannya Penelitian
memiliki struktur yang dengan mudah 1) Determinasi Tanaman
dapat menyumbangkan hidrogen atau Determinasi tanaman benalu
elektron terhadap aseptor seperti spesi petai dilakukan di Laboratorium
oksigen reaktif atau gugus peroksil dari Ekologi dan Biosistematik
lemak, sehingga dapat meredam keaktifan Departemen Biologi Fakultas Sains
oksigen dan radikal peroksil (Sembiring dan Matematika Universitas
et all, 2016). Diponegoro. Determinasi tumbuhan
Berdasarkan uraian diatas, bahwa ini untuk memastikan bahwa
tanaman benalu yang dikenal masyarakat tumbuhan yang digunakan untuk
sebagai tanaman yang dapat merusak penelitian adalah jenis benalu
tanaman yang ditumbuhinya, ternyata (Scurrula atropurpurea Dans.).
berdasarkan penelitian yang telah 2) Pengambilan dan Pengolahan
dilakukan sebelumnya memiliki manfaat Sampel
sebagai antioksidan, sehingga peneliti Daun benalu diambil dari pohon
tertarik untuk melakukan penelitian petai yang terdapat di Kecamatan
tentang daun benalu inang pohon petai Wonotunggal Kabupaten Batang.
(Scurrula atropurpurea Dans.) dengan Pemanenan dilakukan pada pagi hari.
menguji kadar fenolik total menggunakan Sortasi basah daun benalu dilakukan
metode Folin-Ciocalteu yang dinyatakan dengan cara memisahkan dari bahan-
dengan massa ekuivalen asam galat dan bahan pengotor seperti bagian
uji aktivitas antioksidan dengan tanaman yang tidak dibutuhkan
menggunakan metode DPPH (1,1- (batang, ranting, bunga dan akar) dan
diphenyl-2-picrylhydrazyl) yang bahan-bahan pengotor lainnya.
dinyatakan dengan nilai IC50. Proses pencucian daun benalu
dilakukan dengan cara dialiri air
2. METODE PENELITIAN yang mengalir sambil dibersihkan
A. Bahan dari kotoran yang menempel.
Bahan-bahan yang akan digunakan Selanjutnya proses pengeringan daun
dalam penelitian ini antara lain: daun benalu yang masih basah
benalu petai, DPPH (1,1-diphenyl-2- dikeringkan dengan cara dijemur
picrylhydrazyl), etanol 96%, metanol p.a, dibawah sinar matahari dan ditutupi
aquadest, serbuk vitamin C, kuersetin, dengan kain hitam sampai kering.
serbuk Mg, natrium karbonat, asam Akhir dari proses pengeringan
klorida, pereaksi meyer, pereaksi ditandai dengan mudah
dragendorf, FeCl3, pereaksi Folin- dipatahkannya pada setiap bagian
Ciocalteu, asam galat. Kuersetin, AlCl3. daun benalu tersebut, kemudian
B. Alat sortasi kering dilakukan dengan cara
Alat-alat yang akan digunakan dalam daun benalu yang sudah kering
penelitian ini antara lain: timbangan dipisahkan dari bahan-bahan
analitik (OHAUS), pisau, blender, toples pengotor lain yang masih tercampur

2
didalam simplisia kering seperti Hasil positif alkaloid akan
bagian batang, bahan-bahan yang ditunjukkan jika terjadi endapan
rusak, dan pengotor lain. Selanjutnya atau kekeruhan (Supomo dkk.,
simplisia daun benalu yang sudah 2016).
kering kemudian dibuat menjadi ii. Flavonoid
serbuk dengan cara diblender hingga Sejumlah ekstrak daun
menjadi serbuk dan diayak dengan benalu petai ditambah metanol
ayakan nomor mesh 40. dan dipanaskan diatas penangas
3) Pembuatan Ekstrak metode maserasi air, ditambahkan serbuk Mg 0,1
Serbuk simplisia daun benalu mg dan ditambah 5 tetes HCl
petai ditimbang sebanyak 250 gram pekat. Reaksi positif flavonoid
dimasukkan ke dalam bejana akan ditunjukkan dengan
maserasi dan ditambah 1,5 L etanol terbentuknya warna merah,
96% sampai terendam sempurna dan kuning atau jingga.
dicampur hingga homogen. iii. Saponin
Campuran dimaserasi dengan suhu Sejumlah ,5 gram ekstrak
ruangan selama 5 hari dan dilakukan daun benalu petai dimasukkan ke
pengadukan satu kali 1 jam perhari. dalam tabung reaksi, dimasukkan
Maserat disaring dengan 10 ml air panas, didinginkan dan
menggunakan kain flanel melalui dikocok kuat-kuat selama 10
corong sehingga menghasilkan filtrat detik. Hasil positif saponin akan
dan didapat filtrat 1, lalu ampas menunjukkan jika terbentuk buih
kembali dimaserasi dengan ditambah yang banyak selama tidak kurang
1 L etanol 96% selama 3 hari, dari 10 menit, setinggi 1-10 cm
hingga filtrat hampir tidak berwarna dan tidak hilang jika dilakukan
dan didapat filtrat 2, selanjutnya penambahan 1 tetes HCl 2N
hasil dari filtrat 1 dan filtrat 2 (Supomo dkk., 2016).
dijadikan satu dan diuapkan iv. Fenol
pelarutnya dengan menggunakan Sejumlah sampel diekstraksi
vacum rotary evaporator pada suhu dengan 20 ml etanol 96%. Ambil
500C sampai diperoleh ekstrak 1 ml filtrat tambahkan 2 tetes
kental. Ekstrak disimpan dengan larutan FeCl3 5%. Reaksi positif
wadah kaca tertutup rapat dan fenol akan menunjukkan
terlindung dari paparan cahaya terbentuknya warna hijau atau
matahari. hijau biru (Syafitri dkk., 2014).
4) Penapisan Fitokimia v. Tanin
i. Alkaloid Sejumlah 1 gram ekstrak
Sejumlah 0,5 gram ekstrak daun benalu petai dididihkan
daun benalu petai ditambahkan 1 selama 3 menit dalam 10 ml
ml asam klorida 2N dan 9 ml aquadest, lalu didinginkan dan
aquadest, dipanaskan di atas disaring. Filtrat diencerkan
penangas air selama 2 menit, sampai hampir tidak berwarna,
didinginkan dan disaring. Filtrat lalu tambahkan 1-2 tetes pereaksi
yang diperoleh digunakan untuk besi (III) klorida. Hasil positif
uji alkaloid. Diambil sejumlah 2 tanin ditunjukkan jika terjadi
tabung reaksi, kemudian masing- warna biru kehitaman atau hijau
masing tabung reaksi dimasukkan kehitaman (Supomo., 2016).
0,5 ml filtrat, pada masing-masing 5) Uji kandungan fenolik total
tabung reaksi ditambahkan 2 tetes i. Pembuatan larutan induk asam
pereaksi meyer, dan dragendorf. galat

3
STIKES Muhamadiyah Pekajangan Pekalongan 2018

Ditimbang sebanyak 50 mg ditambahkan 3 mL Na2CO3 10%


asam galat larutkan dengan 1 ml kedalam larutan dan didiamkan
etanol 96% dan tambahkan larutan tersebut selama 2 jam
aquadest sampai 50 ml sehingga pada suhu kamar. Diukur
diperoleh konsentrasi sebesar serapannya dengan
1000 µg/mL. spektrofotometer UV-Vis pada
ii. Pembuatan kurva kalibrasi asam panjang gelombang serapan
galat maksimum 765 nm. Hasil kadar
Dari larutan induk asam fenol yang diperoleh dinyatakan
konsentrasi 1000 µg/mL sebagai mg ekuivalen asam galat
kemudian dipipet sebanyak 0,25 (GAE)/g sampel (Marjoni dkk,
mL; 0,5 mL; 1 mL; 1,5 mL; 2 mL 2015). Perhitungan kandungan
dan 3 mL. Setelah itu diencerkan total fenolik menggunakan rumus
dengan aquades sampai volume sebagai berikut:
akhir 10 Ml sehingga diperoleh
konsentrasi sebesar 25; 50; 100; 𝐂 𝐱 𝐕 𝐱 𝐟𝐩
TCP =
𝐠
150; 200; 300 µg/mL asam galat.
Dari masing-masing konsentrasi
Keterangan :
asam galat dipipet sebanyak 0,2
C = Konsentrasi fenolik (nilai x)
mL lalu ditambah 15,8 mL
V = Volume ekstrak yang digunakan
aquades dan 1 mL Reagen Folin-
(mL)
Ciocalteu dan divortex hingga
fp = Faktor pengenceran
homogen serta didiamkan selama
g = Berat sampel yang digunakan
8 menit. Setelah itu ditambahkan
6) Uji Flavonoid Total
3 mL larutan Na2CO3 10% lalu
i. Pembuatan larutan standar
divortex hingga homogen, dan
kuersetin
selanjutnya didiamkan selama 2
Sebanyak 10 mg kuersetin
jam pada suhu kamar. Ukur
(pembanding) ditimbang dan
serapan pada panjang gelombang
dilarutkan dalam 100 ml metanol
serapan maksimum 765 nm, lalu
sebagai larutan stok.
dibuat kurva kalibrasi hubungan
ii. Pengenceran kuersetin
antara konsentrasi asam galat
Dibuat pengenceran
(µg/mL) dengan serapan (Marjoni
kuersetin dengan konsentrasi 10;
dkk, 2015).
20; 30; 40; 50 µg/mL sebagai
iii. Penentuan kandungan fenolik
larutan kuersetin pembanding.
total
iii. Pembuatan kurva kalibrasi
Sebanyak 100 mg ekstrak
kuersetin
daun benalu petai dilarutkan
Sebanyak 0,5 ml dari
dengan aquades sampai 10 mL
masing-masing konsentrasi
sehingga diperoleh konsentrasi 10
larutan pembanding (kuersetin)
mg/mL. dari konsentrasi 10
diencerkan dengan 1,5 ml
mg/mL dipipet 1 mL dan
metanol kemudian di tambahkan
diencerkan dengan aquades
0,1 mL AlCl310%, 0,1 mL
hingga 10 mL dan diperoleh
Kalium Asetat 1 M dan 2,8 mL
konsentrasi 1 mg/mL. Dipipet
aquadest. Setelah itu diinkubasi
sebanyak 0,2 mL lalu
selama 30 menit. Ukur serapan
ditambahkan 15,8 mL aquades
dari masing-masing larutan
dan 1 mL reagen Folin-Ciocalteu
pembanding dengan
lalu divortex dan didiamkan
spektrofotometer UV-Vis pada
selama 8 menit. Setelah itu
panjang gelombang 436 nm.

4
Masing-masing larutan prosedur seperti yang telah dilakukan
pembanding diukur tiga kali. oleh Syaifudin (2015):
Setelah diperoleh absorbansi dari i. Pembuatan Larutan DPPH
masing-masing larutan Sebanyak 2,5 mg DPPH
pembanding, dibuat kurva dilarutkan dengan metanol dalam
kalibrasi dan diperoleh regresi labu ukur 25 mL sehingga
persamaan linear (Salmia, 2016). diperoleh larutan stok DPPH
iv. Pengukuran kadar flavonoid total dengan konsentrasi 100 µg/mL
ekstrak daun benalu petai larutan tersebut ditutup dengan
(Scurrula atropurpurea Dans.) alumunium foil dan harus dibuat
Sebanyak 20 mg baru.
sampel ditimbang dan ii. Penentuan panjang gelombang
dilarutkan dalam 10 ml DPPH
metanol sehingga diperoleh Sebanyak 1 mL larutan
konsentrasi 2000 µg/ml. DPPH 100 μg/mL dimasukan
dalam tabung reaksi.Ditambah 3
Diambil sebanyak 1 mL dan
mL metanol. Larutan
ditambahkan 10 mL metanol dihomogenkan, kemudian
dipipet 1 mL dan diencerkan diinkubasi pada suhu 37ᵒC selama
dengan aquades hingga 10 mL 30 menit. Selanjutnya ditentukan
dan diperoleh konsentrasi 1 panjang gelombang optimumnya,
mg/mL. Sebanyak 0,5 ml diukur absorbansinya pada
sampel uji ditambahkan panjang gelombang 510-525 nm.
dengan 1,5 ml metanol, iii. Pembuatan lar utan blanko
kemudian ditambahkan 0,1 ml Sebanyak 1 mL larutan
aluminium (III) klorida 10%, DPPH sebesar 100 µg/mL
0,1 ml Natrium asetat 1 M, dimasukkan kedalam tabung
dan 2,8 ml aquadest. Setelah reaksi. Kemudian tambahkan 3
mL metanol p.a dan
diinkubasi selama 30 menit.
dihomogenkan lalu diinkubasi
Absorbansi diukur pada suhu 370C selama 30 menit.
menggunakan Ukur serapan pada panjang
Spektrofotometer UV-Vis gelombang maksimum.
pada panjang gelombang iv. Pengujian vitamin C
maksimum (Salmia, 2016). Vitamin C ditimbang
Perhitungan kandungan total sebanyak 25 mg dilarutkan
flavonoid menggunakan rumus dengan metanol p.a 25 mL pada
sebagai berikut: labu ukur hingga tanda batas
sehingga diperoleh konsentrasi
𝐂 𝐱 𝐕 𝐱 𝐟𝐩
Total flavonoid = sebesar 1000 µg/mL. Diambil
𝐠
larutan tersebut sebanyak 0,025
mL; 0,05 mL; 0,075 mL dan 0,1
Keterangan :
mL, lalu masukkan pada labu
C = Konsentrasi Kuersetin (nilai x)
ukur 10 mL dengan ditambahkan
V = Volume ekstrak yang digunakan
metanol hingga tanda batas
(mL)
sehingga diperoleh konsentrasi
fp = Faktor pengenceran
berturut-turut sebesar 2,5 µg/mL,
g = Berat sampel yang digunakan
5 µg/mL, 7,5 µg/mL dan 10
7) Uji Aktivitas Antioksidan µg/mL. Sebanyak 1 mL dari
Uji aktivitas antioksidan masing-masing konsentrasi
dilakukan dengan menggunakan

5
STIKES Muhamadiyah Pekajangan Pekalongan 2018

larutan dimasukkan kedalam yang mampu memberikan ciri khas dari


tabung reaksi dan ditambahkan 1 setiap golongan dari metabolit sekunder
mL DPPH 100 µg/mL dan (Harborne, 1987). Penapisan fitokimia
diencerkan dengan 2 mL metanol. pada penelitian ini untuk mengetahui
Homogenkan dengan cara senyawa kimia yang terdapat didalam
divortex kemudian diinkubasi ekstrak daun benalu petai.
pada suhu 370C selama 30 menit. Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstrak daun
Selanjutnya dari masing-masing benalu petai
larutan diukur serapannya pada Metabolit Hasil Keterangan
panjang gelombang maksimum. Sekunder
v. Pengujian antioksidan ekstrak Alkaloid + Terbentuk endapan
daun benalu petai putih (pereaksi
Timbang sebanyak 25 mg mayer), terbentuk
ekstrak daun benalu petai endapan merah bata
dilarutkan dengan metanol p.a (pereaksi
dalam labu ukur 25 mL hingga dragendorff)
tanda batas sehingga diperoleh Flavonoid + Terbentuk warna
konsentrasi sebesar 1000 µg/mL. merah
Selanjutnya diambil sebanyak Saponin + Terbentuk busa
0,025 mL, 0,05 mL, 0,075 mL, Fenol + Terbentuk warna
0,1 mL, lalu masukan dalam labu hijau kehitaman
ukur 10 mL diencerkan dengan Tanin + Terbentuk warna
metanol p.a hinga tanda batas hijau kehitaman
sehingga diperoleh konsentrasi Keterangan : (+) mengandung golongan senyawa
berturut-turut sebesar 2,5 µg/mL, (-) tidak mengandung senyawa
5 µg/mL, 7,5 µg/mL dan 10 Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
µg/mL. Dari masing-masing hasil uji penapisan fitokimia ekstrak daun
konsentrasi tersebut diambil benalu petai terbukti mengandung
sebanyak 1 mL lalu dimasukkan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin,
kedalam tabung reaksi, fenol dan tanin.
ditambahkan 1 mL DPPH 100 B. Penentuan Kandungan Fenolik Total
µg/mL dan diencerkan dengan 2 Penentuan kandungan fenolik total
mL metanol p.a. Homogenkan bertujuan untuk melihat korelasi antara
dengan cara divortex kemudian aktivitas antioksidan dengan kandungan
diinkubasi pada suhu 370C selama fenolik totalnya. Penentuan kandungan
30 menit. Selanjutnya masing- fenolik total dapat dilakukan dengan
masing konsentrasi diukur menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu.
serapannya pada panjang Penentuan kandungan fenolik total
gelombang maksimum. dimulai dengan membuat kurva baku
asam galat. Asam galat digunakan sebagai
3. HASIL DAN PEMBAHASAN standar kurva baku karena asam galat
A. Penapisan Fitokimia merupakan turunan dari asam
Penapisan fitokimia merupakan hidrobenzoat yang tergolong asam fenol
analisis kualitatif terhadap senyawa- sederhana. Kandungan fenol asam
senyawa metabolit sekunder. Suatu organik ini juga bersifat murni dan stabil
ekstrak dari bahan alam terdiri atas (Lee, et al., 2003)..
berbagai macam metabolit sekunder yang Menurut Haci et al., (2009), prinsip
berperan dalam aktivitas biologisnya. reaksi pada metode Folin-Ciocalteu
Senyawa-senyawa tersebut dapat adalah ion fenolat akan mereduksi asam
diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi fosfomolibdat-fosfotungstat dalam reagen

6
Folin-Ciocalteu dalam suasana basa bereaksi dengan senyawa radikal melalui
selama proses oksidasi fenol menjadi mekanisme transfer elektron sehingga
senyawa kompleks molybdenum-tungsten proses oksidasi dapat terhambat
berwarna biru. Ion fenolat dibentuk (Wijayanti, 2016).
melalui disosiasi proton dalam suasana Pembuatan kurva baku asam galat
basa yang didapatkan dari suatu senyawa digunakan untuk mencari persamaan
alkali. Senyawa alkali yang digunakan regresi linier yang digunakan untuk
adalah natrium karbonat. menentukan jumlah kandungan total fenol
Semakin besar konsentrasi dalam sampel. Pembuatan kurva baku
senyawa fenolik maka ion fenolat asam galat dilakukan sebanyak tiga
yang terbentuk pun semakin banyak, replikasi dan untuk menentukan
sehingga semakin banyak ion fenolat kandungan fenolik total dilakukan dengan
yang mereduksi fosfomolibdat dan mengukur serapan pada panjang
gelombang maksimum. Panjang
fosfotungstat yang menyebabkan gelombang maksimum yang didapatkan
warna biru yang terbentuk semakin adalah 767,9 nm. Hasil korelasi antara
pekat, hal ini menyebabkan absorbansi konsentrasi dan absorbansi yang
yang terukur pun akan semakin besar. dihasilkan adalah r2 = 0,9994.
Pada penetapan kandungan fenolik
total ekstrak daun benalu petai, larutan
Semakin baik nilai linearitas (nilai r2 =
menunjukkan warna biru setelah 1 atau mendekati 1) maka korelasi
ditambahkan reagen Folin-Ciocalteu dan juga semakin baik (Jesmile, 2016).
larutan natrium karbonat. Hal ini Berdasarkan perhitungan
menunjukkan bahwa terdapat senyawa menggunakan persamaan regresi linear, y
fenolik yang terkandung didalam ekstrak = 0,0012x + 0,0783, maka didapatkan
daun benalu petai. kandungan fenolik total ekstrak daun
Potensi senyawa fenolik sebagai benalu petai sebesar 198,083±1,443 mg
antioksidan disebabkan oleh keberadaan ekivalen asam galat per g ekstrak (mg
gugus hidroksil dalam senyawa fenol. GAE/g E daun benalu petai), hasil dapat
Gugus hidroksil berfungsi sebagai dilihat pada tabel dibawah ini.
penyumbang atom hidrogen ketika
Tabel 2 Hasil pengukuran kandungan total fenol ekstrak daun benalu petai

Replikasi Absorbansi Fenolik Total (mg Fenolik Total ( mg GAE/g
GAE/g ekstrak ) ekstrak )
1 0,315 197,25
2 0,318 199,75 198,083±1,443
3 0,315 197,25
C. Penentuan Kandungan Flavonoid Total flavonoid total ini adalah kuersetin,
Pada penetapan kandungan flavonoid karena kuersetin merupakan flavonoid
total ditentukan dengan menggunakan golongan flavonol yang memiliki gugus
metode kolorimetri. Prinsip penetapan keton pada atom C-4 dan juga gugus
kadar flavonoid total dengan metode hidroksil pada atom C-3 dan C-5 yang
AlCl3 adalah terjadinya pembentukan bertetangga (Azizah, 2014).
kompleks antara alumunium klorida Untuk Penentuan flavonoid total,
dengan gugus keton pada atom C-4 dan terlebih dahulu dilakukan pengukuran
gugus hidroksi pada atom C-3 atau C-5 absorbansi pada larutan standar yang akan
yang bertetangga dari golongan flavon digunakan sebagai pembanding pada
dan flavonol. Senyawa yang digunakan pengukuran senyawa flavonoid total pada
sebagai standar pada penetapan kadar sampel. Pengukuran absorbansi dilakukan

7
STIKES Muhamadiyah Pekajangan Pekalongan 2018

dengan menggunakan spektrofotometer nm. Dari ketiga replikasi persamaan


UV-Vis dengan panjang gelombang regresi linear yang diambil unuk
maksimum 439,5 nm. Warna yang perhitungan kadar flavonoid total adalah
dihasilkan dari larutan standar kuersetin nilai r = 1 atau mendekati 1.
adalah kuning. Semakin tinggi Persamaan regresi linear yang
konsentrasi yang digunakan semakin didapat adalah y = 0,0102x + 0,0689.
pekat warna kuning yang dihasilkan. Larutan standar senyawa flavonoid
Kuersetin dipilih sebagai standar karena diperoleh hubungan yang linear antara
kuersetin merupakan senyawa yang paling absorbansi dengan konsentrasi, pada
luas penyebarannya yang terdapat pada pengukuran absorbansi dengan nilai
tumbuhan. Kuersetin dan glikosidanya koefisian korelasi sebesar 0,9962. Nilai r2
berada dalam jumlah sekitar 60-75% dari yang digunakan adalah nilai r yang
flavonoid. Dan juga termasuk senyawa mendekati satu menunjukkan bahwa
flavonoid yang paling efektif menangkap persamaan regresi tersebut adalah linear
radikal bebas (radikal hidroksil, dan terdapat hubungan antara konsentrasi
superoksida, dan peroksil) serta larutan kuersetin dengan nilai serapan.
menghambat berbagai reaksi oksidasi Penentuan kadar flavonoid ekstrak daun
karena dapat menghasilkan radikal fenolik benalu petai dilakukan tiga replikasi.
yang terstabilkan oleh efek resonansi dari Penentuan kadar senyawa flavonoid total
cincin aromatis (Kusuma, 2012 dan pada sampel dinyatakan dalam miligram
Salmia, 2016). ekuivalen kuersetin tiap gram ekstrak.
Pada pengukuran kadar flavonoid Dari hasil perhitungan menunjukkan
total ekstrak daun benalu petai untuk bahwa ekstrak daun benalu petai adalah
penentuan kurva baku kuersetin dilakukan sebesar 148,05 ± 4,444 mg QE/g ekstrak.
replikasi sebanyak tiga replikasi. Panjang Hasil pengukuran kandungan flavonoid
gelombang maksimum yang dihasilkan total dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
dari pengukuran kuersetin adalah 439,5
Tabel 3 Hasil pengukuran kandungan flavonoid total ekstrak daun benalu petai

Replikasi Absorbansi Flavonoid Total (mg Flavonoid Total
QE/g ekstrak) (mg QE/g ekstrak)

1 0,362 146,55
2 0,375 153,05 148,05 ± 4,444
3 0,358 144,55
D. Penentuan Aktivitas Antioksidan menggunakan metode DPPH ini adalah
Metode yang digunakan dalam adanya perubahan intensitas warna ungu
penentuan aktivitas antioksidan adalah DPPH yang sebanding dengan konsentrasi
metode serapan radikal DPPH. Metode ini larutan DPPH tersebut. Radikal bebas
digunakan karena merupakan metode DPPH yang memiliki elektron tidak
yang sederhana, mudah dan menggunakan berpasangan akan memberikan warna
sampel dalam jumlah yang sedikit dengan ungu. Warna akan berubah menjadi
waktu yang singkat. Metode pengujian ini kuning saat elektronnya berpasangan.
berdasarkan pada kemampuan substansi Perubahan intensitas warna ungu ini
antioksidan tersebut dalam menetralisir terjadi karena adanya peredaman radikal
radikal bebas. Radikal bebas yang bebas yang dihasilkan oleh bereaksinya
digunakan adalah DPPH (1,1-diphenyl-2- molekul DPPH dengan atom hidrogen
picrylhydrazyl) (Syaifuddin, 2015). yang dilepaskan oleh molekul senyawa
Prinsip pengukuran aktivitas sampel sehingga terbentuk senyawa 1,1-
antioksidan secara kuantitatif diphenyl-2-picrylhydrazyl dan

8
menyebabkan terjadinya peluruhan warna dari larutan uji yang diukur. persamaan
DPPH dari ungu ke kuning. Perubahan regresi yang diperoleh ini dapat
warna ini akan memberikan perubahan digunakan untuk menghitung konsentrasi
absorbansi pada panjang gelombang larutan uji yang dapat menghambat
maksimum DPPH saat diukur radikal DPPH sebesar 50%. Vitamin C
menggunakan spektrofometri UV-Vis digunakan sebagai pembanding. Vitamin
sehingga akan diketahui nilai aktivitas C merupakan suatu antioksidan yang larut
peredaman radikal bebas yang dinyatakan dalam air. Memiliki rumus C6H8O6 yang
dengan nilai IC50. Nilai IC50 didefinisikan diketahui memiliki aktivitas antioksidan
sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji yang besar karena bersifat sebagai
yang dapat meredam radikal bebas reduktor. Sifat reduktor tersebut
sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC50 disebabkan oleh mudah terlepasnya atom-
maka aktivitas peredaman radikal bebas atom hidrogen pada gugus hidroksil yang
semakin tinggi (Molyneux, 2004). terikat pada atom C2 dan atom C3 ( atom-
Berikut gambar ekstrak daun benalu atom C pada ikatan rangkap), sehingga
petai yang direaksikan dengan larutan radikal bebas dapat dengan mudah
DPPH: menangkapnya dan membentuk radikal
bebas tereduksi yang stabil (Soewoto,
2001).
Pengujian aktivitas antioksidan
dilakukan dengan membuat empat
konsentrasi vitamin C dan ekstrak daun
benalu petai yang berbeda-beda (2,5; 5;
7,5; 10 µg/mL) dan dilakukan sebanyak
Larutan uji ekstrak daun benalu petai + DPPH
tiga replikasi.
Setelah pengukuran didapat data
absorbansi kemudian dihitung persen
inhibisinya. Persen inhibisi adalah
kemampuan suatu sampel untuk
menghambat aktivitas radikal bebas yang
berhubungan dengan konsentrasi suatu
sampel. Persen inhibisi didapatkan dari
Hasil larutan uji ekstrak daun benalu petai setelah
perbedaan serapan antara absorbansi
direaksikan dengan DPPH
kontrol negatif dengan absorbansi sampel
Penentuan panjang gelombang yang diukur dengan spektrofotometer
serapan maksimum menggunakan larutan UV-Vis (Molynuex, 2004).
blanko yaitu DPPH yang dilarutkan dalam Parameter yang digunakan untuk
metanol p.a tanpa penambahan sampel menunjukkan aktivitas antioksidan adalah
dengan tujuan untuk mendapatkan inhibition concentration (IC50). Penentuan
panjang gelombang serapan maksimum IC50 dari masing-masing ekstrak bertujuan
DPPH tanpa gangguan senyawa lain yang untuk memperoleh jumlah dosis ekstrak
ada dalam sampel. Panjang gelombang yang dapat menurunkan intensitas serapan
maksimum yang didapatkan yaitu 515 atau penangkapan radikal bebas DPPH
sebesar 50% dibandingkan dengan larutan
nm.
kontrol negatif, dihitung secara regresi
Cara mendapatkan IC50 yaitu dengan
linear berdasarkan 4 titik konsentrasi (2,5;
mengukur absorbansi seri larutan dari
5; 7,5; 10 µg/mL). Dari hasil interpolasi
ekstrak daun benalu yang diukur sehingga
maka kemudian diperoleh nilai IC50 untuk
akan diperoleh persamaan regresi dari
masing-masing ekstrak. Semakin kecil
hubungan presentase daya hambat
absorbansi larutan uji dengan konsentrasi

9
STIKES Muhamadiyah Pekajangan Pekalongan 2018

IC50 berarti aktivitas antioksidanya Hasil perhitungan IC50 ekstrak daun


semakin tinggi (Wachidah, 2013). benalu petai dan pembanding vitamin C
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4 Hasil perhitungan IC50 ekstrak daun benalu petai dan pembanding vitamin C
IC50 x̄
Sampel Replikasi (µg/mL) IC50 (µg/mL)
1 23. 630
Daun benalu petai 2 23.353 23.48 ± 0.036
3 23.457
1 13.437
Vitamin C 2 13.410 13.471 ± 0.047
3 13.567
Hasil tabel diatas menunjukkan seperti BCB (ᵦ-carotene
bahwa hasil pengukuran aktivitas bleaching assay) dan FRAP
antioksidan vitamin C dan ekstrak daun (Ferric Reducing Antioxidant).
benalu petai dengan rata-rata IC50 vitamin
C adalah 13.471 ± 0.047 (µg/mL) dan 5. REFERENSI
rata-rata IC50 ekstrak daun benalu petai Anita, A., Khotimah, S. & Yanti, A.H.
adalah 23.48 ± 0.036 (µg/mL), hal ini (2014). Aktivitas Antibakteri Ekstrak
berarti untuk menangkap radikal bebas Daun Benalu Jambu Air
sebesar 50 % diperlukan konsentrasi (Dendrophtheo pentandra (L.) Miq
vitamin C sebesar 13.471 ± 0.047 Terhadap Pertumbuhan Salmonela
(µg/mL), sedangkan konsentrasi ekstrak typhi. Protobiont. 3(2): 266 – 271.
daun benalu petai yang diperlukan sebesar Azizah, D.N., Kumolowati, E., Faramayuda,
23.48 ± 0.036 (µg/mL). Semakin kecil F. (2014). Penetapan Kadar
nilai IC50, maka sampel uji memiliki Flavonoid Metode AlCl3 Pada
keefektifan sebagai antioksidan yang Ekstrak Metanol Kulit Buah Kakao
baik. (Theobroma cacao L.). Kartika Junal
ilmiah Farmasi 2(2), 45-49
4. SIMPULAN Haci, I.A.E., Didi, A., Bekkara, F.A., Gherib,
A. Kesimpulan M. (2009). In Vitro Antioxidant
Hasil penelitian ini dapat Activity and Total Phenolic Contents
disimpulkan bahwa ekstrak daun in Methanol Crude Extracts From
benalu petai memiliki nilai fenolik The Algerian Medicinal Plant
total sebesar 198,083±1,443 mg Limoniastrum feei, Scientific Study
GAE/g ekstrak. Nilai flavonoid total and Research. X(4). 329-336
sebesar 148,05 ± 4,444 mg QE/g Harborne, J.B. (1996). Metode Fitokimia:
ekstrak dan memiliki aktivitas Penuntun Cara Modern
antioksidan dengan nilai IC50 sebesar Menganalisis Tumbuhan. Terbitan
23.48 ± 0.036 µg/mL. Kedua. Bandung: ITB Bandung.
B. Saran Jesmile, V. (2016). Penetapan Kandungan
1) Perlu dilakukan pengujian Fenolik Total dan Aktivitas
aktivitas antioksidan ekstrak Antioksidan Fraksi Etil Asetat
batang benalu petai. Ekstrak Metanol Daun Cabe Jawa
2) Perlu dilakukan pengujian ekstrak (Piper retrofactum Vahl.). Skripsi.
daun benalu petai sebagai anti Universitas Sanata Dharma.
kanker Yogyakarta.
3) Perlu dilakukan uji aktivitas Kate, D.I., (2014). Penetapan Kandungan
antioksidan dengan metode lain Fenolik Total dan Uji Aktivitas

10
Antioksidan dengan Metode DPPH Supomo, Supriningrum R., Junaid R. (2016).
(1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) Karakterisasi Dan Skrining Fitokimia
Ekstrak Metanolik Umbi Bidara Daun Karehau (Callicarpa
Upas (Merremia mammosa (Lour) Longifolia lamk.) Jurnal Kimia
Hallier f.). Skripsi. Universitas Mulawarman, 13(2), 89-96
Sanata Dharma. Yogyakarta. Suryohudoyo, P., 1993, Oksidan,
Lee, K.W., Kim, Y.J., Lee, H.J., dan Lee, Antioksidan, dan Radikal Bebas,
C.Y. (2003). Cocoa Has More Laboratorium Biokimia Fakultas
phenolic Phytochemicals and A Kedokteran Unair, pp. 2-9
Higher antioxidant Capacity Than Syafitri N.E., Bintang M., Falah S. (2014).
Teas and Red Wine, J. Agric. Food Kandungan Fitokimia, Total Fenol,
Chem., 51: 7292-7295. dan Total Flavonoid Ekstrak Buah
Marjoni M. R., Afrinaldi, Novita A. Harendong (Melastoma affine D.
D.(2015). Kandungan Total Fenol Don). Current Biochemistry, 1(3),
dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak 105-115.
Air Daun Kersen (Muntingia Syaifuddin., (2015). Uji Aktivitas
calabura L.). Jurnal Kedokteran Antioksidan Bayam Merah
Yarsi, 23(3),187-196. (Alternanthera amoena Voss.) Segar
Molyneux P. (2004). The use of the stable dan Rebus dengan Metode DPPH
free radical diphenylpicrylhydrazyl (1,1 –diphenyl-2-picrylhydrazyl).
(DPPH) for estimating antioxidant Skripsi. Universitas Islam Negeri
activity. Songklanakarin Journal of Walisongo Semarang.
Science and Technology. Wachidah, L.N., (2013). Uji Aktivitas
Rohmatussolihat. (2009). Antioksidan, Antioksidan serta Penentuan
Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia. kandungan Fenolat dan Flavonoid
Bio Trends, 4 (1). Total dari Buah Parijoto (Medinilla
Salmia (2016), Analisis Kadar Flavonoid speciosa Blume). Skripsi. Universitas
Total Ekstrak Kulit Batang Islam Syarif Hidayatullah: Jakarta.
Kedondong Bangkok (Spondias Wijayanti, M.N. (2016). Uji Aktivitas
Dulcis) dengan Metode Antioksidan dan Penetapan Kadar
Spektrofotometri UV-Vis, Skripsi, Fenolik Total Ekstrak Buah Buni
Fakultas Kedokteran dan Ilmu (Antidesma bunius (L.) Spreng)
Kesehatan Universitas Islam Negeri dengan Metode 2,2 diphenyl-1-
Alauddin Makasar. picrylhydrazyl (DPPH) dan Metode
Sembiring, H.B., Lenny, S. & Marpaung, L, Folin-Ciocalteu. Skripsi. Universitas
(2016), Aktivitas Antioksidan Sanata Dharma. Yogyakarta.
Senyawa Flavonoida dari Daun Winarsi, H.,( 2007), Antioksidan Alami dan
Benalu Kakao (Dendrophthoe Radikal Bebas, Kanisius, Deresan,
Pentandra (L.) Miq.), Departmen Yogyakarta.
Kimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sumatera Utara, Medan, Chimica et
Natura Acta Vol. 4 No. 3, hlm.117-
122.
Soewoto, H., (2001). Antioksidan Eksogen
Sebagai Lini Peratahanan Kedua
Dalam Menanggulangi Peran
radikal Bebas. Bagian Biokimia
Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.

11

You might also like