You are on page 1of 15

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.

3, November 2015

HUBUNGAN ANTARA PENANGANAN AWAL DAN KERUSAKAN NEUROLOGIS


PASIEN STROKE DI RSUD KUPANG

Sakti Oktaria Batubara1), Florentianus Tat2)

Staf Pengajar STIKes Citra Husada Mandiri Kupang1),


Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang 2)
Email: oktariabatubara@gmail.com

ABSTRACT
Stroke is a neurological change due to interruption of blood flow to the brain and it is the
fourth leading cause of death in the United States. In Indonesia, estimated 300,000 new
cases of strokes every year. Stroke management at home (prehospital) is a crucial
because it can minimize neurological disorder which will happen. The aim of this research
was to identify the relationship of a management stroke at home with the neurologic
change on stroke patients at Prof. Dr. W.Z Johannes hospital Kupang. This analytic
correlation research implemented a cross-sectional approach. Using total sampling
collected 30 samples from, Anggrek, Bougenville, Cempaka, Kelimutu, Komodo and
Emergency room from June 26-August 26, 2015. Data collection utilized a questionary.
The research resulted that 86.7% respondents had a non-haemorrhagic stroke, 63.3%
respondents did not get a good stroke management at home, and patients’ neurologic
changes found included muscle weakness, no sensation of taste and paralysis. From
many neurologic deficits found from this research, only rigid that had a correlation with
early stroke management at home (p=0.042). Early stroke management at home must be
socialized continuously to prevent severe complications.
Key words: early management, neurological change, stroke,

ABSTRAK
Stroke merupakan perubahan neurologis akibat gangguan aliran darah otak yang
merupakan penyebab kematian ke empat di Amerika Serikat. Di Indonesia, diperkirakan
300.000 kasus baru stroke setiap tahunnya. Penanganan stroke di rumah (prehospital)
menjadi penting karena dapat meminimalkan gangguan neurologis yang terjadi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penanganan stroke di rumah dengan
kerusakan neurologis pada pasien stroke di RSUD Prof Dr. W.Z Johannes Kupang.
Penelitian analitik ini menggunakan pendekatan cross- sectional. Total 30 pasien di ruang
rawat Anggrek, Bougenville, Cempaka, Kelimutu, Komodo, dan IGD RSUD Prof Dr. W.Z
Johannes Kupang pada 26 Juni - 26 Agustus 2015 direkrut dengan total sampling. .
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan 86,7 %
responden mengalami stroke non hemoragik; 63,3 % responden mengalami penanganan
awal stroke di rumah yang kurang baik. Kerusakan neurologis yang banyak diderita pasien
yaitu tonus otot yang lemah, hilangnya sensasi rasa dan kelumpuhan. Hanya kekakuan
yang berhubungan dengan penanganan awal di rumah (p= 0,042). Disarankan agar
penanganan awal stroke di rumah dapat terus disosialisasikan agar dapat mencegah
komplikasi lebih lanjut.
Kata Kunci: gangguan neurologis, penanganan stroke, stroke,

143
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

PENDAHULUAN kemajuan dimana stroke bukan lagi


Stroke telah membunuh 130.000 orang penyebab kematian ketiga, tetapi turun
menjadi keempat. Hal ini terutama
di Amerika Serikat tiap tahunnya. Rata-
karena membaiknya penanganan stroke
rata 1 orang meninggal tiap 4 menit.
dini ketika terjadi serangan. Dalam
Setiap tahun lebih dari 795.000 orang
panduan penanganan pasien stroke oleh
menderita stroke dan 610.000 adalah
AHA/ASA, 2013 disebutkan bahwa
penderita baru serta 87 % dari stroke ini
penanganan stroke harus secepat
adalah jenis iskemik dimana aliran darah
mungkin. Pengiriman tim emergency dari
ke otak terhambat. Stroke juga
sejak menerima panggilan hingga siap
merupakan penyebab kematian ke
diberangkatkan harus kurang dari 90
empat di USA (CDC, 2015). Di Indonesia
detik. Kemudian waktu yang dibutuhkan
usia penderita stroke umumnya berkisar
hingga tim emergency tiba di tempat
pada usia 45 tahun ke atas. Terdapat
pasien < 8 menit.
kira-kira 2 juta orang penderita stroke
yang bertahan hidup dalam kondisi Golden time (waktu emas)
cacat. Angka kejadian stroke adalah 200 penanganan pasien stroke, terutama
per 100.000 penduduk dalam 1 tahun stroke iskemik adalah 3 jam sejak terjadi
diantara 100.000 penduduk (Pudiastuti, serangan. Waktu ini akan dipergunakan
2011). Di Indonesia meskipun belum untuk mengoreksi sumbatan yang terjadi
ada data akurat, diperkirakan 300.000 di otak (Widi-N, 2013 dalam harian
kasus baru stroke setiap tahunnya Republika 3 Oktober 2013). Dengan
(Kompas, 3 Oktober 2013). Data demikian ketika seseorang diduga
penderita stroke di RSUD Prof. Dr. W. Z. mengalami serangan stroke maka harus
Johannes Kupang, tahun 2013 berjumlah dilakukan pengecekan sederhana yang
112 orang. disingkat FAST (Face, Arms, Speech,
Time). Segera diperhatikan wajah pasien
Stroke adalah istilah yang
apakah ada yang tertarik sebelah (tidak
menggambarkan perubahan neurolologis
simetris), meminta pasien mengangkat
akibat gangguan aliran darah di otak.
tangan, berbicara, serta memperhatikan
Store juga merupakan kondisi
kapan dimulainya serangan itu Apabila
emergency akibat iskemia serebral
ditemukan wajah yang tidak simetris,
dengan penurunan aliran darah dan
tangan yang tidak dapat diangkat dan
oksigen ke jaringan otak atau
bicara tidak jelas, maka selanjutnya
disebabkan hemoragik serebral yang
harus segera menghubungi petugas
menyebabkan kerusakan otak yang
kesehatan/mengirim pasien ke sarana
permanen (Pinto & Caple dalam Ardi,
kesehatan.
2011). Dengan demikian stroke
dibedakan menjadi stroke iskemik dan Di Nusa Tenggara Timur, RSUD
stroke hemoragic. Perubahan neurologis Prof Dr. W.Z Johannes merupakan satu-
dapat terjadi secara mendadak sehingga satunya RS yang memiliki fasilitas CT
harus ditangani dengan cepat dan tepat scan saat penelitian dilakukan. Sejauh
(Black and Hawks, 2009). ini, berdasarkan wawancara dengan
salah satu perawat di Kabupaten Belu,
American Heart Association/
menyebutkan jika mereka menerima
American Stroke Association (AHA/ASA,
pasien dengan serangan stroke,
2013) mengatakan bahwa di Amerika
seringkali didiagnosa suspek stroke non
penanganan stroke telah menunjukkan

144
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

hemoragic oleh karena belum ada CT bersama pasien saat serangan stroke
Scan untuk memastikan jenis stroke. terjadi, usia 18 tahun ke atas, kooperatif
Sebagai tindakan mereka akan dan bersedia menjadi responden.
memberikan manitol sesuai advise Penelitian ini dilaksanakan di ruang
dokter, sebelum dirujuk ke RSUD Prof Anggrek, Bougenville, Cempaka,
Dr. Wz. Johannes Kupang. Hal yang Komodo, Kelimutu dan IGD RSUD Prof
sama juga terjadi di Kabupaten Rote dan Dr. W.Z. Johannes Kupang. Waktu
Manggarai. penelitian dilakukan dari tanggal 26 Juni-
26 Agustus 2015. Dalam penelitian ini
Stroke yang terlambat mendapat
menggunakan instrumen pengumpulan
penanganan akan mengakibatkan
data berupa kuesioner. Kuesioner
kelumpuhan luas dan gangguan pada
disusun berdasarkan pedoman dari AHA
kognitif. Dengan demikian perlu
dan telah dilakukan uji validitas terhadap
penanganan yang secepat mungkin
12 orang responden dan hanya
untuk menurunkan angka cacat fisik
pertanyaan yang nilai r hitung > 0,5 yang
akibat stroke. Berdasarkan uraian
dimasukkan dalam penelitian.
tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti
lebih jauh bagaimana penanganan stroke Variabel independen yaitu
yang dilakukan keluarga hubungannya penanganan awal stroke di rumah,
dengan gangguan neurologis yang adalah tindakan yang dilakukan dari
dialami pasien. Penelitian ini bertujuan mulai serangan terjadi hingga pasien
untuk mengetahui bagaimana hubungan dibawa ke fasilitas kesehatan. Standar
antara penanganan awal stroke di rumah yang diikuti dalam variabel penanganan
dengan luasnya kerusakan neurologis awal ini mengacu pada AHA, 2013
pada pasien stroke di RSUD Prof Dr tentang penanganan pertama stroke dan
W.Z Johannes Kupang. berbagai sumber yang relevan. Terdapat
10 pertanyaan dalam kuesioner tentang
METODE PENELITIAN
bagaimana keluarga mengenali stroke
Penelitian ini merupakan penelitian pada pasien dan menanganinya hingga
analitik korelatif dengan desainnya yaitu sesaat sebelum dibawa ke rumah sakit.
cross sectional untuk mengetahui Tiap tindakan yang benar diberi nilai 1
hubungan penanganan awal stroke di dan tidak tepat diberi nilai 0. Kategori
rumah dengan luasnya kerusakan penanganan awal di rumah
neurologis pada pasien stroke. Hal ini menggunakan cut of point nilai mean 6.
berarti bahwa setiap responden hanya Penanganan di rumah baik jika nilai > 6
dilakukan satu kali pengukuran pada dan penanganan di rumah kurang baik
saat penelitian (Sastroasmoro dan jika nilai ≤ 6.
Ismael, 2010).
Variabel dependen yaitu
Pengambilan sampel dilakukan kerusakan neurologis yang terjadi dan
dengan menggunakan tehnik non merupakan hasil pengkajian peneliti
probability sampling, jenis total sampling berupa gangguan motorik (kelumpuhan,
yaitu semua subjek penelitian (keluarga gangguan keseimbangan, sulit
dan pasien stroke) yang dirawat inap, membentuk kata, tidak bisa bicara,
dan memenuhi kriteria inklusif yaitu kaku), gangguan sensori (hilang rasa,
keluarga pasien yang didiagnosa stroke gangguan penglihatan, rasa baal),
hemoragik dan non hemoragik, ada gangguan orientasi (waktu, tempat,

145
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

Tabel 1. Umur Responden, Umur Pasien dan Hari Rawat saat dinilai (n=30)

Variabel Mean SD Min Maks 95% CI


Umur Keluarga yang 43,17 12,66 25 66 38,44-47,90
mendampingi
Umur Responden 61,77 10,02 46 85 58,02-65,51
Hari rawat saat dinilai 3 1,72 0 5 2,36-3,65

orang) dan gangguan persepsi serta adalah 43,17 tahun dengan umur
nyeri kepala & tingkat kesadaran. Semua termuda 25 tahun dan tertua 66 tahun.
kerusakan neorologi ini dibuat dalam 2 Umur responden pasien rata-rata 61,77
kategori yaitu ya dan tidak. tahun dengan umur termuda 46 tahun
dan tertua 85 tahun. Rata-rata hari rawat
Penelitian ini telah
saat pengambilan data adalah hari ke 3
mempertimbang-kan etika penelitian
dengan yang terpendek 0 hari dan yang
yang berlaku berupa informed consent,
terpanjang 5 hari.
anonimity dan confidential. Penelitian
telah mendapat ijin meneliti dari Direktur Tabel 2 dibawah menunjukkan data
RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang. responden yang mendampingi saat
pengambilan data berdasarkan kategori
HASIL
jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan.
Terlihat dari tabel 1 bahwa rata-
Anggota keluarga yang menunggui
rata umur responden yang mendampingi
Tabel 3 Pekerjaan, Jenis Kelamin dan
Tabel 2. Karakteristik Keluarga Pasien Pendidikan Pasien Stroke (n=30)
(n=30) Variabel n (%)
Variabel n (%)
Pekerjaan
PNS 3 10
Jenis Kelamin Pensiunan PNS 2 6,7
Laki-laki 6 20 Petani 6 30
Perempuan 24 80 Swasta 8 26,7
IRT 11 36,7
Pekerjaan
PNS 5 16,7
Pensiunan PNS 2 6,7 Jenis Kelamin
Petani 4 13,3 Laki-laki 18 60
Swasta 5 16,7 Perempuan 12 40
IRT 14 46,7
Pendidikan
Pendidikan Tidak Sekolah 2 6,7
Tidak tamat SD 2 6,7 Tidak Tamat SD 4 13,3
Tamat SD 10 33,3 Tamat SD 9 30
SMP 4 13,3 SMP 4 13,3
SMA 6 20 SMA 9 30
PT 8 26,7 PT 2 6,7

146
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

terbanyak adalah perempuan sebesar 80 Pekerjaan terbanyak adalah Ibu rumah


%. Pekerjaan responden terbanyak sama tangga sebanyak 36,7%; jenis kelamin
jumlahnya antara PNS dan swasta yaitu terbanyak adalah laki-laki sebesar 60%
masing-masing sebesar 16,7%. dan pendidikan terbanyak adalah tamat
Pendidikan responden terbanyak adalah SD sebesar 30%.
tamat SD sebesar 33,3% Tabel 4 menunjukkan bahwa
Tabel 3 diatas menunjukkan responden terbanyak memiliki hubungan
karakteristik responden berdasarkan sebagai anak/menantu. Meskipun
pekerjaan responden, jenis kelamin demkian proporsinya hanya berbeda tipis
responden dan pendidikan responden. dengan pasangan sebagai penunggu
Tabel 4. Hubungan Keluarga pasien (43,3%)
Penunggu dengan Pasien (n=30) Tabel 6 menunjukkan
Hubungan Keluarga n (%) karakteristik stroke yang diderita
responden. Jenis stroke diklasifikasikan
Istri/Suami 13 43,3 berdasarkan hasil CT-Scan. Jenis stroke
yang paling banyak adalah stroke non
Anak/Menantu 15 50
hemoragic sebesar 86,7 %.
Saudara Kandung 2 6,7
Tabel 5 menunjukkan sebagian
besar responden memiliki riwayat
Tabel 5 Riwayat Penyakit dan hipertensi, tidak memiliki riwayat DM,
Kebiasaan Responden tidak ada riwayat penyakit jantung,
Riwayat Penyakit dan antara responden yang merokok dan
n (%)
Kebiasaan tidak merokok sama, mengkonsumsi
Hipertensi lemak serta tidak olahraga secara
Tidak ada 10 33,3 teratur.
Ada 20 66,7
Tabel 6 Jenis Stroke menurut CT-Scan
DM (n=30 )
Tidak Ada 18 60
Ada 12 40 Jenis Stroke n (%)

Penyakit Jantung Non Hemoragic 26 86,7


Tidak Ada 26 86,7 Hemoragic 4 13,3
Ada 4 13,3

Merokok Tabel 7. Penanganan awal Stroke


Tidak ada 15 50 dan Jam Penanganan Medis (n=30)
Ada 15 50
Penanganan n (%)
Konsumsi Makanan Penanganan di
Berlemak Rumah
Tidak 6 20 Kurang Baik 19 63,3
Ya 24 80 Baik 11 36,7

Olahraga Teratur: Penanganan


Tidak 17 56,7 Medis
Ya 13 43,3 ≤ 3 jam 13 43,3
> 3 jam 17 56,7

147
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

Tabel 8. Tanda Kerusakan Neurologis yang Dialami Responden (n=30)

Gangguan Neurologis n % Gangguan Neurologis n %

Ada Rasa Baal: Sulit Membentuk Kata:


Tidak Ada 11 36,7 Tidak 13 43,3
Ada 19 63,3 Ya 17 56,7

Gangguan Penglihatan: Tidak Bisa berbicara:


Tidak ada 19 63,3 Tidak 25 83,3
Ada 11 36,7 Ya 5 16,7

Tampak Bingung: Nyeri Kepala:


Tidak 14 46,7 Tidak 9 30
Ya 16 53,3 Ya 21 70

Pusing: Gangguan persepsi:


Tidak 4 13,3 Tidak 21 70
Ya 26 86,7 Ya 9 30

Gangguan Keseimbangan: Gangguan Orientasi:


Tidak 7 23,3 Tidak 22 73,3
Ya 23 76,7 Ya 8 26,7

Merasa Kaku: Kelumpuhan:


Tidak 9 30 Tidak 12 40
Ya 21 70 Sebelah Kanan 7 23,3
Sebelah kiri 10 33,3
Hilang rasa: Leher ke bawah 1 3,3
Tidak 18 60
Ya 12 40 Tingkat Kesadaran:
Compos Mentis 27 90
Gangguan Lapang Somnolen 3 10
Pandang: 18 60
Tidak 12 40
Ya

Penanganan di rumah terbanyak mengalami gangguan keseimbangan


adalah penanganan kurang baik sebesar 76,7%, kaku 70%, hilang rasa 60%,
63,3%. Selain itu, 56,7% responden gangguan lapang pandang 60%, sulit
mendapat penanganan medis setelah membentuk kata 56,7%. Pasien tidak
lebih dari 3 jam (Tabel 7.) dapat berbicara 83,3%, nyeri kepala
70%, tetapi tidak mengalami gangguan
Kerusakan neurologis terbanyak
persepsi 70%, dan tidak mengalami
yang dialami responden adalah rasa baal
gangguan orientasi 73,3%. Kelumpuhan
63,3%. Responden tidak mengalami
sebelah kiri adalah terbanyak 33,3%.
gangguan penglihatan 63,3%, tetapi
Pasien dalam tingkat kesadaran compos
merasa bingung 53,3%; pusing 87,6%,
mentis (90%) (Tabel 8)

148
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

Tabel 9. Hubungan Penanganan Awal Stroke dengan Kerusakan Neurologis (n=30)

Tanda Kerusakanan Neurologis Pasca Penanganan Awal Total p


Serangan Stroke Baik Kurang
n % n %

Rasa Baal Tidak 4 36,4 7 63,6 11 0,646


Ya 7 36,8 12 63,2 19
Gangguan Tidak 7 36,8 12 63,2 19 1,000
Penglihatan Ya 4 36,4 7 63,6 11
Bingung Tidak 6 42,9 8 57,1 14 0,781
Ya 8 57,1 11 68,8 16

Pusing Tidak 3 75 1 25 4 0,126


Ya 8 30 18 69,2 26
Gangguan Tidak 3 42,9 4 57,1 7 1,000
keseimbangan Ya 8 34,8 15 65,2 23
Nyeri Kepala Tidak 3 33,7 6 66,7 9 1,000
Ya 6 66,7 13 61,9 21
Kelumpuhan Tubuh Tidak 6 50 6 50 12 0,596
Bagian kanan 3 28,6 5 71,4 7
Bagian kiri 3 30 7 70 10
Leher ke bawah 0 0 1 100 1
Kaku Tidak 6 66,7 3 33,3 4 0,042 *
Ya 5 23,8 6 76,2 21
Hilang Rasa Tidak 8 44,4 10 55,6 18 0.442
Ya 3 25 9 75 2
Sulit membentuk Tidak 7 53,8 6 46,2 13 0,132
kata Ya 4 23,5 13 76,5 7
Tidak bisa berbicara Tidak 10 40 15 60 25 0,626
Ya 1 20 4 80 5

Gangguan persepsi Tidak 9 42,9 12 57,1 21 0,672


Ya 2 22,2 7 77,8 9
Gangguan Orientasi Tidak 9 40,9 13 59,1 22 0,279
Ya 2 25 6 75 8
Tingkat Kesadaran Compos mentis 11 40,7 16 59,3 27 0,419
Somnolen 0 0 3 100 3
*Significant

Tabel 9 menunjukkan hubungan stroke berhubungan dengan kekakuan


penanganan awal stroke dengan yang dialami responden dengan nilai p
kerusakan neurologis. Penanganan awal (0,042) < α (0,05). Penanganan awal

149
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

stroke tidak berhubungan dengan rasa dibandingkan dengan perempuan.


baal, gangguan penglihatan, pusing, Penelitian ini sama dengan penelitian
bingung, gangguan keseimbangan, nyeri terbaru tentang stroke dimana responden
kepala, kelumpuhan, hilang rasa, laki-laki lebih banyak dari perempuan
gangguan lapang pandang, sulit (Bland, et.al, 2015; Blomberg, 2014;
membentuk kata, tidak bisa bicara, Withlock, et.al, 2014). Hal ini
gangguan persepsi, gangguan orientasi kemungkinan disebabkan banyak dari
dan tingkat kesadaran. Hal ini dibuktkan responden laki-laki yang merokok. Rokok
dengan nilai p lebih besar dari 0,05. diketahui merupakan faktor resiko
terjadinya stroke (Windham, 2015; Kim,
2015).
PEMBAHASAN
Henderson (2007) menjelaskan
Karakteristik Umum bahwa wanita yang merokok dan
Menurut Lewis (2014) penyakit stroke menggunakan pil kontrasepsi memiliki
belakangan ini menyerang bukan hanya kemungkinan terserang stroke sepuluh
kelompok usia di atas 50 tahun, kali lebih besar, hal ini juga seiring
melainkan juga kelompok usia produktif dengan peningkatan usia. Wanita yang
yang menjadi tulang punggung keluarga. mengalami stroke jumlahnya dua kali
Bahkan dalam sejumlah kasus penderita lebih banyak dari pria, tetapi tidak ada
stroke ada yang berusia di bawah 18 perbedaan presentasi yang pulih dari
tahun (Suendrawan, 2015). Namun stroke dan jumlah wanita yang terkena
demikian masih banyak stroke yang stroke terus bertambah.
menyerang usia lanjut yaitu usia di atas Hasil penelitian menunjukkan
50 tahun. Umur diatas 55 tahun beresiko bahwa paling banyak penderita stroke
2x terkena stroke. Dua pertiga stroke adalah IRT (36,7%), hal ini mungkin
yang terjadi saat usia diatas 65 tahun. disebabkan karena penelitian ini
Penelitian Windham et al (2015) juga dilaksanakan di Kota Kupang. Namun
menunjukkan bahwa lansia dengan perlu menjadi catatan bahwa penyakit ini
infark pada otak beresiko tinggi dapat menyerang semua lapisan
mendapat stroke dan kematian. Hal ini masyarakat dari semua golongan.
sesuai dengan hasil penelitian yang telah Beberapa ahli menyebutkan bahwa
dilakukan bahwa rata-rata usia resonden stroke cenderung diderita oleh golongan
adalah 62 tahun. Ini menunjukkan bahwa sosial ekonomi yang tinggi karena
faktor umur merupakan salah satu faktor berhubungan dengan pola hidup, pola
risiko terkenanya serangan stroke, makan, pola istirahat dan aktifitas. Hasil
namun perlu menjadi catatan bahwa ada penelitian ini menunjukkan bahwa Ibu
juga responden berusia 30 – 40 tahun rumah tangga juga termasuk dalam
sehingga diperkirakan ada faktor lain penderita stroke, mungkin hal ini
yang menyebabkan terjadi hal ini. berkaitan dengan kurang aktifitas olah
Hasil penelitian menunjukkan raga yang dilakukan oleh ibu rumah
bahwa ada perbedaan yang mencolok tangga, atau juga jenis pekerjaan yang
antara laki-laki dan perempuan dimana tidak membutuhkan banyak pergerakan.
perempuan 40% dan laki-laki 60%. Ada Penyakit ini menimbulkan
kecenderungan laki-laki lebih banyak kecacatan terbanyak pada kelompok
terkena serangan stroke jika usia dewasa yang masih produktif,

150
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

terdapat kira-kira 2 juta orang bertahan hipertensi, stress psikis, trauma kepala
hidup dari stroke yang mempunyai atau oleh peningkatan tekanan lain
beberapa kecacatan. Dari angka ini 40% karena mengejan, batuk, angkat beban
memerlukan bantuan dalam aktifitas (Smelzer, 2010 )
kehidupan sehari-hari (Smeltzer, 2010).
Kebiasaan makan daging akan
Tingginya kasus stroke ini salah memacu peningkatan nilai kolesterol di
satunya adalah disebabkan karena dalam darah, peningkatan kolesterol ini
rendahnya kepedulian masyarakat dalam merangsang pembentukan
mengatasi berbagai faktor risiko yang arterosklerosis yang selanjutnya terjadi
dapat menimbulkan stroke (Mansyur, penyempitan pembuluh darah atau
1999). sumbatan pembuluh darah otak.
Selanjutnya bisa terjadi iskemik otak dan
Perubahan gaya hidup sangat
kerusakan sel-sel otak.
dianjurkan bagi orang yang berisiko
terkena serangan stroke. Tidak ada yang Hasil penelitian menunjukan
bisa diperbuat untuk mencegah proses bahwa sebagian besar stroke yang
penuaan tetapi pada batas tertentu dapat dialami adalah stroke non hemoragik
mengontrol tekanan darah tinggi, (86,7%), sedangkan stroke hemoragik
kebiasaan merokok, diabetes, kadar hanya 13,3%. Hasil ini sesuai dengan
kolesterol, kegemukan dan melakukan penelitian Windham (2015) dimana
aktifitas olah raga. Stres juga dapat penelitiannya tentang small brain lession
menaikan tekanan darah da and incient stroke and mortality dengan
memperlemah daya tahan tubuh responden dari Forsyth County, North
(Henderson, 2007) Carolina, and Jackson, Mississippi
menunjukkan 89% mengalami stroke
ischemik. Hal ini menunjukkan bahwa
Jenis Stroke
sebagian besar stroke disebabkan oleh
Carpenito (2006) mengatakan bahwa penyumbatan pada pembuluh darah
penyebab utama dari stroke dapat serebral. Kebiasaan dan budaya
diurutkan yaitu arterosklerosis, masyarakat Kota Kupang menyebabkan
embolisme, hemoragi cerebral. Adapun tingginya kadar kolesterol akibat
faktor risiko terjadinya stroke meliputi kebiasaan makan daging pada waktu
hipertensi, penyakit kardiovaskuler, tertentu dalam jumlah yang banyak.
kolesterol tinggi, obesitas dan diabetes. Selain ini dapat disebabkan karena
Menurut Corpenito (1999) hipertensi kurang aktifitas olah raga. Penumpukan
merupakan factor risiko utama cedera lemak atau arterial emboli dalam
cerebrovasculer. pembuluh darah menyebabkan
Hasil penelitian menunjukkan sumbatan juga di pembuluh darah otak.
bahwa sebagian besar faktor risiko Hal ini memicu timbunya stroke non-
adalah kebiasaan makan daging atau hemoragik.
makanan berlemak, selain itu juga Riwayat Penyakit dan Gejala Awal
penyakit darah tinggi yang menjadi faktor Stroke
dominan terjadinya serangan stroke
Hasil penelitian menunjukan bahwa
pada pasien.
responden memiliki riwayat hipertensi
Peningkatan tekanan darah yang sebanyak 66,6% dan yang tidak memiliki
mendadak tinggi dapat disebabkan oleh

151
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

riwayat hipertensi 33,3%. Riwayat berjalan, pusing bergoyang, hilangnya


penyakit Diabetes Militus 40% dan yang keseimbangan atau koordinasi; dan nyeri
tidak memiliki penyakit DM sebanyak kepala mendadak tanpa kausa yang
68%. Tidak memiliki riwayat penyakit jelas (Mansjoer, 2009).
jantung 86,7%, riwayat merokok 50%,
Pasien dengan riwayat merokok
mengkonsumsi makanan berlemak 80%, berhubungan dengan terjadinya
olah raga tidak teratur 56,7%. Transient Ischemic Attact (TIA), suatu
Berdasarkan hasil penelitian di atas gejala awal stroke (Kim, 2015). Merokok
bahwa faktor risiko yang paling banyak menghambat sekresi aktivator jaringan
yaitu riwayat hipertensi, riwayat plasminogen, meningkatkan aktivitas
mengkonsumsi lemak dan olahraga yang plasminogen activator inhibitor-1,
tidak teratur. menyebabkan inflamasi sistemik,
Bustam (dalam Rau dan Firdaus, mengaktifkan platelet dan merusak sel
2011) penderita dengan tekanan diastolik endotelial (Kim, 2015).
di atas 95 mmHg mempunyai risiko dua Hasil penelitian menunjukkan
kali lebih besar untuk terjadinya infark bahwa perasaan baal (keram) dan rasa
otak dibandingkan dengan tekanan
lemah mendadak merupakan gejala awal
diastolik kurang dari 80 mmHg,
stroke yang paling banyak dirasakan
sedangkan kenaikan sistolik lebih dari oleh penderita. Responden yang
180 mmHg mempunyai risiko tiga kali menyampaikan adanya rasa baal
terserang stoke iskemik dibandingkan
sebanyak 63,3%, responden tampak
dengan mereka yang bertekanan darah bingung 53,3%, terasa pusing 86,7%,
kurang dari 140 mmHg. gangguan keseimbangan 86,5%, merasa
Stroke umumnya disebabkan kaku 70%, sulit bicara 56,7%, nyeri
karena kegagalan sirkulasi spesifik kepala 70%, mengalami kelumpuhan
otak.Tidak selamanya disebabkan 60% dan 90% kesadaran
karena hipertensi tetapi dapat dipikirkan komposmentis.
penyempitan dari pembuluh darah yang Gejala klinis yang timbul
mengurangi jumlah darah yang beredar. tergantung pada berat ringannya
Peredaran darah berkurang karena
gangguan pembuluh darah dan lokasi.
aterosklerosis (penimbunan plak lemak) Stroke menyebabkan defisit neurologik,
atau pelepasan emboli kecil /mikro bergantung pada lokasi lesi (pembuluh
emboli, bekuan darah atau material lain. darah mana yang tersumbat), ukuran
Stroke biasanya disertai satu atau area yang perfusinya tidak adequat dan
beberapa penyakit lain seperti hipertensi, jumlah aliran darah kolateral. Stroke
penyakit jantung, peningkatan lemak akan meninggalkan gejala sisa karena
dalam darah, diabetes mellitus atau
fungsi otak tidak akan membaik
penyakit vascular perifer. sepenuhnya (AHA, 2015).
Gejala awal umumnya berupa Hasil pengumpulan data
baal atau lemas mendadak di wajah, menunjukkan ada kesesuaian antara
lengan atau tungkai, terutama di salah teori yang disampaikan dengan data
satu sisi tubuh; gangguan penglihatan yang dikumpulkan. Hal ini berarti bahwa
seperti penglihatan ganda atau kesulitan perasaan baal atau lemah mendadak
melihat pada satu atau kedua mata; dirasakan oleh pasien pada awal
bingung mendadak; tersandung selagi

152
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

serangan. Oleh karena ini keluarga Luasnya kerusakan neurologis


ataupun pasien itu sendiri harus atau komplikasi penyakit sangat di
menyadari gejala ini untuk menghindari tentukan juga oleh penanganan awal di
cedera yang lebih lanjut. Dengan rumah. Upaya pencegahan dan
demikian setiap orang yang memiliki menurunkan insiden penyakit.
faktor risiko terkena serangan stroke Pengenalan lebih awal tanda dan gejala
harusnya benar-benar peka terhadap stroke akan memudahkan pencegahan
tanda dan gejala ini. penyakit atau komplikasi. Tanda dan
gejala awal serangan juga menentukan
Penanganan awal di rumah
jenis stroke dan luasnya gangguan
Stroke adalah sindroma klinis yang awal neurologis (Mansjoer, 2009).
timbulnya mendadak, progresif cepat
Defisit neurologis
berupa deficit neurologis fokal dan atau
global yang berlangsung 24 jam atau Menurut Long (1993), pasien
lebih atau langsung menimbulkan stroke akan kesulitan melakukan aktifitas
kematian (Mansjoer, 2009). karena kelemahan, kehilangan sensasai,
gangguan tonus otot, dan gangguan
Stroke yang disebabkan oleh
thrombosis otak biasanya datang secara aktifitas umum. Penelitian Bland (2015)
menyatakan bahwa pasien stroke
bertahap, stroke yang disebabkan
banyak mengalami gangguan
karena perdarahan biasanya datang
sensorimotorik, kognitif dan bahasa.
secara cepat. Jika didahului oleh sakit
Meyer et.al. (2014) menyatakan pasien
kepala yang hebat, mual dan pingsan si
stroke umumnya mengalami gangguan
penderita harus segera di bawa ke
somatosensory. Gangguan ini
rumah sakit untuk pelayanan darurat
berhubungan dengan adanya gangguan
(Leila Henderson, 2007).
dalam proses belajar (Vidoni dan Boyd
Perjalanan penyakit atau dalam Meyer et al, 2014). Peneliti ini juga
stadiumnya meliputi: TIA (Transient menduga bahwa letak lesi dan luasnya
Iskemik Attack) gangguan neurologis kerusakan di otak berhubungan dengan
setempat yang terjadi selama beberapa gangguan somatosensasion.
menit sampai beberapa jam saja. Gejala
yang timbul akan hilang dengan spontan Kerusakan neurologis yang
mungkin terjadi adalah kelumpuhan,
dan sempurna dalam waktu kurang dari
tonus otot lemah, hilangnya sensasi
24 jam, RIND (Reversible Ischemic
rasa, gangguan lapang pandang,
Neurologis Defisite) gejala neurologis
sembuh dalam waktu > 24 jam, Stroke kesulitan bicara, gangguan persepsi dan
Progresif: stroke yang terjadi masih terus tidak mengenal orang. Hasil penelitian
berkembang dimana gangguan menunjukkan bahwa kerusakan
neurologis yang dialami oleh pasien
neurologis terlihat semakin berat dan
adalah tonus otot yang lemah, hilangnya
bertambah buruk. Proses dapat berjalan
sensasi rasa dan kelumpuhan, dalam
24 jam atau beberapa hari, Stroke
kategori kelompok berat.
komplit: dimana gangguan neurologi
yang timbul sudah menetap atau Hal ini sesuai dengan
permanen. Sesuai dengan istilahnya pernyataan Manjoer (2009) bahwa stroke
stroke komplit dapat diawali oleh menyebabkan kerusakan neurologik,
serangan TIA berulang. bergantung pada lokasi lesi (pembuluh

153
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

darah mana yang tersumbat), ukuran Ischemic Attack) gangguan neurologis


area yang perfusinya tidak adequat dan setempat yang terjadi selama beberapa
jumlah aliran darah kolateral. Stroke menit sampai beberapa jam saja. Gejala
akan meninggalkan gejala sisa, karena yang timbul akan hilang dengan spontan
fungsi otak tidak akan membaik dan sempurna dalam waktu kurang dari
sepenuhnya. Beberapa tanda dan gejala 24 jam, RIND (Reversible Ischemic
yang di temukan antara lain: kelumpuhan Neurological Deficit) Gejala neurologis
pada salah satu sisi tubuh (Hemiparese sembuh dalam waktu > 24 jam, Stroke
atau Hemiplegia); lumpuh pada salah Progresive: stroke yang terjadi masih
satu sisi wajah (beel’s palsy); tonus otot terus berkembang dimana gangguan
lemah atau kaku, menurun atau neurologis terlihat semakin berat dan
hilangnya rasa; gangguan lapang bertambah buruk. Proses dapat berjalan
pandang (homonimus hemianopsia); 24 jam atau beberapa hari, Stroke
gangguan bahasa (diisatria- kesulitan komplit: dimana gangguan neurologi
dalam membentuk kata, afasia atau yang timbul sudah menetap atau
disfasia: bicara defeksif/kehilangan permanen. Sesuai dengan istilahnya
bicara), gangguan presepsi, gangguan stroke komplit dapat diawali oleh
status mental (Mansjoer, 2009). serangan TIA berulang.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 1 dari 3 orang yang pernah
Hubungan antara Penangan Awal dan
mengalami stroke sepertiganya telah
Komplikasi Neurologis
mengalami pendahuluan berupa mini
Hasil penelitian menunjukan bahawa stroke dalam kurun waktu 7 hari sebelum
variabel penanganan di rumah dengan serangan terjadi. Namun sayangnya,
kerusakan neurologis sebagian besar banyak orang yang tidak menyadari
tidak menunjukan adanya hubungan bahwa itu mini stroke, maka jika
ditunjukkan dengan nilai p value test chi- dirasakan salah satu atau lebih gejala di
square lebih besar dari 0,05, kecuali bawah ini, segeralah ke dokter untuk
pada variabel kekakuan (p= 0,042). mendapat perawatan:
Salah satu penanda yang paling mudah
Mati rasa atau merasa lemas di
dikenali saat seseorang akan terkena
bagian muka, lengan atau kaki secara
stroke adalah penyumbatan pembuluh
mendadak, terutama di satu sisi tubuh
darah sementara atau disebut TIA.
saja. Kesulitan untuk berbicara,
Sekitar 15%-20% dari pasien yang
mengalami stroke terlebih dulu mengerti, atau bingung secara tiba-tiba.
Kesulitan untuk melihat dengan satu atau
mengalami TIA. "Gejala-gejalanya sama
dua mata secara mendadak. Kesulitan
dengan saat seseorang mengalami
berjalan, pusing atau hilangnya
stroke, hanya saja tidak berlangsung
keseimbangan atau koordinasi tubuh
lama”. Saat seseorang sadar dia
secara mendadak. Pusing yang timbul
mengalami TIA, lmaka sebaiknya
secara mendadak tanpa penyebab yang
mencari pertolongan medis secepatnya
jelas
untuk mencegah serangan stroke yang
sebenarnya.
KESIMPULAN
Perjalanan penyakit atau
stadiumnya meliputi: TIA (Transient Berbagai gejala dan tanda awal pre-

154
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

stroke seperti terasa baal/keram dan _________ (2013). AHA/ASA expert


lemah mendadak, gangguan consensus document: an upload
penglihatan, binggung mendadak terasa definition of stroke for 21st Century
pusing, hilang keseimbangan dan nyeri _________(2009). Spot a stroke F.A.S.T.
kepala semuanya ditemukan pada Ardi, M., Sitorus R., & Waluyo, A.,
pasien. Dari semua gejala tersebut (2011). Analisis hubungan
perasaan baal (keram) dan rasa lemah ketidakmampuan fisik dan kognitif
mendadak merupakan gejala awal stroke dengan keputusasaan pada pasien
yang paling banyak dirasakan oleh stroke di Makassar. Jakarta: FIK UI.
penderita. Thesis
Black J.M and Hawks J.H. (2009).
Hasil penelitian menunjukkan
Medical surgical nursing. USA:
bahwa sebagian besar penanganan awal
Elseviers Saunder
dilaksanakan oleh keluarga yaitu
Bland, M.D., Whitson, M., Harris, H.,
memberikan lingkungan yang aman dan
Edmiaston, J., Connor, L. T.,
nyaman, selain itu keluarga juga
Fucetola, R., … Corbetta, M. (2015).
memberikan kesempatan kepada pasien
Descriptive data analysis how
untuk tirah baring. Defisit neurologis
yang dialami oleh pasien adalah tonus standardized assessment are used to
guide post-acut discharge
otot yang lemah, hilangnya sensasi rasa
recommendations for rehabilitation
dan kelumpuhan. Faktor risikonya adalah
kebiasaan makan daging atau makanan service after stroke. Physical
Therapy, 5 (5), 710-719.
berlemak, selain itu juga penyakit darah
Blomberg, H., E., Lundstrom, H. Toss,
tinggi yang menjadi faktor dominan
Gedeborg T.H., J. Johansson (2014).
terjadinya serangan stroke pada pasien.
Agreement between ambulance
Gangguan neurologis kaku yang
nurses and physician in assessing
berhubungan dengan penanganan awal
stroke patients. Acta Neurol Scand
stroke di rumah (p= 0,042)
129: 49–55.
Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah Brass, L.M. (2014). Paradigms in stroke
sampel yang sedikit sehingga mungkin recovery care. Paper of 7th Annual
hasil penelitian kurang dapat Lawrence M. Brass stroke
digeneralisasikan pada situasi yang symposium: Continuing Medical
sama. Education, Yale School of Medicine.
Carpenito L.J (2006). Handbook of
UCAPAN TERIMAKASIH nursing diagnosis 11th edition.
Philadelphia: Lippincot William &
Kepada Asosiasi Institusi Pendidikan Wilkins.
Ners Indonesia (AIPNI) yang telah CDC. (2015, March 24). Stroke facts.
membiayai seluruh penelitian ini melalui Retrieved 20 Okt, 2015, from
program AIPNI Research Awards 2015. http://www.cdc.gov/stroke/facts.htm.
Gofir, A. (2010). Diagnosis dini
DAFTAR PUSTAKA penanganan pertama stroke.
AHA. (2013). ASA/AHA Guideline: Yogyakarta: FK UGM/RS Sardjito.
guideline foe the early management Henderson, L. (2002). Panduan
of patients with acute ischemic Perawatan Stroke, Jakarta: Arcan.
stroke.

155
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

Jurkowski, J. M., Maniccia, D. M., Prabhakaran, S., O’Neill, K., Stein-


Dennison, B. A., Samuels, S. J., & Spencer, L., Walter, J., & Alberts, M.
Spicer, D. A. (2008). Awareness of J. (2013). Prehospital triage to
necessity to call 9-1-1 for stroke primary stroke centers and rate of
symptoms, upstate New York. stroke thrombolysis. JAMA
Preventing Chronic Disease, 5(2), neurology, 70(9), 1126-1132.
A41. Pudiastuti, R. (2011). Penyakit pemicu
Stroke, penyebab kematian tertinggi di stroke. Surakarta: Muha Medika.
RS. (2013). Retrieved 13 Jan, 2014, Rau, J.M. dan Firdaus, K. (2011). Resiko
from Kejadian Stroke di RSUD Undata
http://health.kompas.com/read/2013/ Palu. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
10/03/1851046/Stroke.Penyebab.Ke Kesehatan Tadulako. Skripsi.
matian.Tertinggi.di.RS. Sastroasmoro S., & Ismail, S. (2010).
Kim, Y. D., Lee, K. Y., Nam, H. S., Han, Dasar-Dasar Metodologi Klinis (Edisi
S. W., Lee, J. Y., Cho, H. J., ... & Ketiga). Jakarta: Sugeng Seto
Heo, J. H. (2015). Factors associated Setyopranoto, I. (2011). Stroke: Gejala
with ischemic stroke on therapeutic dan penatalaksanaan. Cermin Dunia
anticoagulation in patients with Kedokteran, 38(4), 247.
nonvalvular atrial fibrillation. Yonsei Smeltzer, S.C., Bare, B.C., Hibkle, J.L,
Medical Journal, 56(2), 410-417. Cheever, K.H, (2010) Texbook of
Lewis, S.L., Heitkemper, L.L., Dirksen, Medical Surgical Nursing, 12th Ed.
S.R., O’Brien, P.G and Bucher,L. Philadelphia: Lippincut William &
(2014) Medical Surgical Nursing (8th Wilkins.
ed.), Missouri: Mosby Elsevier Stetka, B. S., & Lutsep, H. L. (2013, 27
Long, B. C., Phipps W. J. & Cassmeyer, Peb 2013). New stroke management:
V.L (1993). Medical Surgical Nursing: A quick and easy guide. Retrieved
Nursing Process Approach (4th ed). Okt 13, 2015, from
Missouri: Mosby http://www.medscape.com/viewarticl
Muttaqin, A. (2011). Asuhan e/779968.
keperawatan klien dengan gangguan Suendrawan. 2015. Gambaran
sistem persarafan. Jakarta: Salemba pelaksanaan personal hygiene
Medika. pasien stroke di RSUD Prof. Dr. W.Z
Mansjoer, A. (2006). Kapita Selekta Johannes Kupang. Skripsi.
Kedokteran (edisi Ketiga). Jakarta: Tarihoran, D. E. T. A. U., Sitorus, R., &
Media Aesculapius. Sukmarini, L. (2010). Penurunan
Meyer, S. et al (2014). How do kejadian luka tekan grade I (non
somatosensory deficits in the arm blanchable erythema) pada klien
and hand relate to upper limb stroke melalui posisi miring 30
impairment, activity and participation derajat. Jurnal Keperawatan
problems after stroke? A systematic Indonesia, 13(3), 181-186.
review. Physical Therapy Journal, 94 Whitlock, R., Healey, J. S., Connolly, S.
(9): 1220-1230. J., Wang, J., Danter, M. R., Tu, J. V,
National Stroke Foundation. (2010). … Khera, V. (2014). Predictors of
Clinical guideline for stroke early and late stroke following
management 2010. Melbourne: cardiac surgery. CMAJ, 186(12),
Australia Goverment 905–912.

156
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015

Windham, B.G. et al (2015). Small Brain Republika online, Kamis 3 Oktober


Lesion and Incident Stroke and 2013.
Mortality. Annal of Internal Medicine, Wirawan, N. & Putra, I.B.K. (2009).
163 (1): 22-31. Manajemen Prehospital pada Stroke
Widi-N, S. (2013). Perhatikan ini pada Akut. Denpasar: FK Universitas
penolongan pertama pasien stroke. Udayana/RSUP Sanglah.

157

You might also like