Professional Documents
Culture Documents
3, November 2015
ABSTRACT
Stroke is a neurological change due to interruption of blood flow to the brain and it is the
fourth leading cause of death in the United States. In Indonesia, estimated 300,000 new
cases of strokes every year. Stroke management at home (prehospital) is a crucial
because it can minimize neurological disorder which will happen. The aim of this research
was to identify the relationship of a management stroke at home with the neurologic
change on stroke patients at Prof. Dr. W.Z Johannes hospital Kupang. This analytic
correlation research implemented a cross-sectional approach. Using total sampling
collected 30 samples from, Anggrek, Bougenville, Cempaka, Kelimutu, Komodo and
Emergency room from June 26-August 26, 2015. Data collection utilized a questionary.
The research resulted that 86.7% respondents had a non-haemorrhagic stroke, 63.3%
respondents did not get a good stroke management at home, and patients’ neurologic
changes found included muscle weakness, no sensation of taste and paralysis. From
many neurologic deficits found from this research, only rigid that had a correlation with
early stroke management at home (p=0.042). Early stroke management at home must be
socialized continuously to prevent severe complications.
Key words: early management, neurological change, stroke,
ABSTRAK
Stroke merupakan perubahan neurologis akibat gangguan aliran darah otak yang
merupakan penyebab kematian ke empat di Amerika Serikat. Di Indonesia, diperkirakan
300.000 kasus baru stroke setiap tahunnya. Penanganan stroke di rumah (prehospital)
menjadi penting karena dapat meminimalkan gangguan neurologis yang terjadi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penanganan stroke di rumah dengan
kerusakan neurologis pada pasien stroke di RSUD Prof Dr. W.Z Johannes Kupang.
Penelitian analitik ini menggunakan pendekatan cross- sectional. Total 30 pasien di ruang
rawat Anggrek, Bougenville, Cempaka, Kelimutu, Komodo, dan IGD RSUD Prof Dr. W.Z
Johannes Kupang pada 26 Juni - 26 Agustus 2015 direkrut dengan total sampling. .
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan 86,7 %
responden mengalami stroke non hemoragik; 63,3 % responden mengalami penanganan
awal stroke di rumah yang kurang baik. Kerusakan neurologis yang banyak diderita pasien
yaitu tonus otot yang lemah, hilangnya sensasi rasa dan kelumpuhan. Hanya kekakuan
yang berhubungan dengan penanganan awal di rumah (p= 0,042). Disarankan agar
penanganan awal stroke di rumah dapat terus disosialisasikan agar dapat mencegah
komplikasi lebih lanjut.
Kata Kunci: gangguan neurologis, penanganan stroke, stroke,
143
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015
144
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015
hemoragic oleh karena belum ada CT bersama pasien saat serangan stroke
Scan untuk memastikan jenis stroke. terjadi, usia 18 tahun ke atas, kooperatif
Sebagai tindakan mereka akan dan bersedia menjadi responden.
memberikan manitol sesuai advise Penelitian ini dilaksanakan di ruang
dokter, sebelum dirujuk ke RSUD Prof Anggrek, Bougenville, Cempaka,
Dr. Wz. Johannes Kupang. Hal yang Komodo, Kelimutu dan IGD RSUD Prof
sama juga terjadi di Kabupaten Rote dan Dr. W.Z. Johannes Kupang. Waktu
Manggarai. penelitian dilakukan dari tanggal 26 Juni-
26 Agustus 2015. Dalam penelitian ini
Stroke yang terlambat mendapat
menggunakan instrumen pengumpulan
penanganan akan mengakibatkan
data berupa kuesioner. Kuesioner
kelumpuhan luas dan gangguan pada
disusun berdasarkan pedoman dari AHA
kognitif. Dengan demikian perlu
dan telah dilakukan uji validitas terhadap
penanganan yang secepat mungkin
12 orang responden dan hanya
untuk menurunkan angka cacat fisik
pertanyaan yang nilai r hitung > 0,5 yang
akibat stroke. Berdasarkan uraian
dimasukkan dalam penelitian.
tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti
lebih jauh bagaimana penanganan stroke Variabel independen yaitu
yang dilakukan keluarga hubungannya penanganan awal stroke di rumah,
dengan gangguan neurologis yang adalah tindakan yang dilakukan dari
dialami pasien. Penelitian ini bertujuan mulai serangan terjadi hingga pasien
untuk mengetahui bagaimana hubungan dibawa ke fasilitas kesehatan. Standar
antara penanganan awal stroke di rumah yang diikuti dalam variabel penanganan
dengan luasnya kerusakan neurologis awal ini mengacu pada AHA, 2013
pada pasien stroke di RSUD Prof Dr tentang penanganan pertama stroke dan
W.Z Johannes Kupang. berbagai sumber yang relevan. Terdapat
10 pertanyaan dalam kuesioner tentang
METODE PENELITIAN
bagaimana keluarga mengenali stroke
Penelitian ini merupakan penelitian pada pasien dan menanganinya hingga
analitik korelatif dengan desainnya yaitu sesaat sebelum dibawa ke rumah sakit.
cross sectional untuk mengetahui Tiap tindakan yang benar diberi nilai 1
hubungan penanganan awal stroke di dan tidak tepat diberi nilai 0. Kategori
rumah dengan luasnya kerusakan penanganan awal di rumah
neurologis pada pasien stroke. Hal ini menggunakan cut of point nilai mean 6.
berarti bahwa setiap responden hanya Penanganan di rumah baik jika nilai > 6
dilakukan satu kali pengukuran pada dan penanganan di rumah kurang baik
saat penelitian (Sastroasmoro dan jika nilai ≤ 6.
Ismael, 2010).
Variabel dependen yaitu
Pengambilan sampel dilakukan kerusakan neurologis yang terjadi dan
dengan menggunakan tehnik non merupakan hasil pengkajian peneliti
probability sampling, jenis total sampling berupa gangguan motorik (kelumpuhan,
yaitu semua subjek penelitian (keluarga gangguan keseimbangan, sulit
dan pasien stroke) yang dirawat inap, membentuk kata, tidak bisa bicara,
dan memenuhi kriteria inklusif yaitu kaku), gangguan sensori (hilang rasa,
keluarga pasien yang didiagnosa stroke gangguan penglihatan, rasa baal),
hemoragik dan non hemoragik, ada gangguan orientasi (waktu, tempat,
145
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015
Tabel 1. Umur Responden, Umur Pasien dan Hari Rawat saat dinilai (n=30)
orang) dan gangguan persepsi serta adalah 43,17 tahun dengan umur
nyeri kepala & tingkat kesadaran. Semua termuda 25 tahun dan tertua 66 tahun.
kerusakan neorologi ini dibuat dalam 2 Umur responden pasien rata-rata 61,77
kategori yaitu ya dan tidak. tahun dengan umur termuda 46 tahun
dan tertua 85 tahun. Rata-rata hari rawat
Penelitian ini telah
saat pengambilan data adalah hari ke 3
mempertimbang-kan etika penelitian
dengan yang terpendek 0 hari dan yang
yang berlaku berupa informed consent,
terpanjang 5 hari.
anonimity dan confidential. Penelitian
telah mendapat ijin meneliti dari Direktur Tabel 2 dibawah menunjukkan data
RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang. responden yang mendampingi saat
pengambilan data berdasarkan kategori
HASIL
jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan.
Terlihat dari tabel 1 bahwa rata-
Anggota keluarga yang menunggui
rata umur responden yang mendampingi
Tabel 3 Pekerjaan, Jenis Kelamin dan
Tabel 2. Karakteristik Keluarga Pasien Pendidikan Pasien Stroke (n=30)
(n=30) Variabel n (%)
Variabel n (%)
Pekerjaan
PNS 3 10
Jenis Kelamin Pensiunan PNS 2 6,7
Laki-laki 6 20 Petani 6 30
Perempuan 24 80 Swasta 8 26,7
IRT 11 36,7
Pekerjaan
PNS 5 16,7
Pensiunan PNS 2 6,7 Jenis Kelamin
Petani 4 13,3 Laki-laki 18 60
Swasta 5 16,7 Perempuan 12 40
IRT 14 46,7
Pendidikan
Pendidikan Tidak Sekolah 2 6,7
Tidak tamat SD 2 6,7 Tidak Tamat SD 4 13,3
Tamat SD 10 33,3 Tamat SD 9 30
SMP 4 13,3 SMP 4 13,3
SMA 6 20 SMA 9 30
PT 8 26,7 PT 2 6,7
146
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015
147
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015
148
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015
149
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015
150
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015
terdapat kira-kira 2 juta orang bertahan hipertensi, stress psikis, trauma kepala
hidup dari stroke yang mempunyai atau oleh peningkatan tekanan lain
beberapa kecacatan. Dari angka ini 40% karena mengejan, batuk, angkat beban
memerlukan bantuan dalam aktifitas (Smelzer, 2010 )
kehidupan sehari-hari (Smeltzer, 2010).
Kebiasaan makan daging akan
Tingginya kasus stroke ini salah memacu peningkatan nilai kolesterol di
satunya adalah disebabkan karena dalam darah, peningkatan kolesterol ini
rendahnya kepedulian masyarakat dalam merangsang pembentukan
mengatasi berbagai faktor risiko yang arterosklerosis yang selanjutnya terjadi
dapat menimbulkan stroke (Mansyur, penyempitan pembuluh darah atau
1999). sumbatan pembuluh darah otak.
Selanjutnya bisa terjadi iskemik otak dan
Perubahan gaya hidup sangat
kerusakan sel-sel otak.
dianjurkan bagi orang yang berisiko
terkena serangan stroke. Tidak ada yang Hasil penelitian menunjukan
bisa diperbuat untuk mencegah proses bahwa sebagian besar stroke yang
penuaan tetapi pada batas tertentu dapat dialami adalah stroke non hemoragik
mengontrol tekanan darah tinggi, (86,7%), sedangkan stroke hemoragik
kebiasaan merokok, diabetes, kadar hanya 13,3%. Hasil ini sesuai dengan
kolesterol, kegemukan dan melakukan penelitian Windham (2015) dimana
aktifitas olah raga. Stres juga dapat penelitiannya tentang small brain lession
menaikan tekanan darah da and incient stroke and mortality dengan
memperlemah daya tahan tubuh responden dari Forsyth County, North
(Henderson, 2007) Carolina, and Jackson, Mississippi
menunjukkan 89% mengalami stroke
ischemik. Hal ini menunjukkan bahwa
Jenis Stroke
sebagian besar stroke disebabkan oleh
Carpenito (2006) mengatakan bahwa penyumbatan pada pembuluh darah
penyebab utama dari stroke dapat serebral. Kebiasaan dan budaya
diurutkan yaitu arterosklerosis, masyarakat Kota Kupang menyebabkan
embolisme, hemoragi cerebral. Adapun tingginya kadar kolesterol akibat
faktor risiko terjadinya stroke meliputi kebiasaan makan daging pada waktu
hipertensi, penyakit kardiovaskuler, tertentu dalam jumlah yang banyak.
kolesterol tinggi, obesitas dan diabetes. Selain ini dapat disebabkan karena
Menurut Corpenito (1999) hipertensi kurang aktifitas olah raga. Penumpukan
merupakan factor risiko utama cedera lemak atau arterial emboli dalam
cerebrovasculer. pembuluh darah menyebabkan
Hasil penelitian menunjukkan sumbatan juga di pembuluh darah otak.
bahwa sebagian besar faktor risiko Hal ini memicu timbunya stroke non-
adalah kebiasaan makan daging atau hemoragik.
makanan berlemak, selain itu juga Riwayat Penyakit dan Gejala Awal
penyakit darah tinggi yang menjadi faktor Stroke
dominan terjadinya serangan stroke
Hasil penelitian menunjukan bahwa
pada pasien.
responden memiliki riwayat hipertensi
Peningkatan tekanan darah yang sebanyak 66,6% dan yang tidak memiliki
mendadak tinggi dapat disebabkan oleh
151
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015
152
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015
153
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015
154
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015
155
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015
156
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3, November 2015
157