Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Kata kunci: Corporate governance, board size, board composition, board meeting, woman in
board of commissioners, woman in board of directors, financial distress.
ABSTRACT
The purpose of this study was to know the influence of corporate governance to financial
distress. Corporate governance was measured by using board size, board composition, board
meeting, woman in board of commissioners, and woman in board of directors. Financial
distress was measured by using Altman Z-score. This study also used firm size as control
variable. The samples used in this study were 59 companies in the sector of consumer goods
and trade listed in Indonesian Stock Exchange in the period of 2010-2015. The hypothesis
was tested by using multiple regression analysis with SPSS software version 20. The result of
this study revealed that board size, woman in board of directors, and firm size significantly
and negatively influenced on financial distress. However, board composition, board meeting,
and woman in board of commissioners had no significant influence on financial distress.
Keywords: Corporate governance, board size, board composition, board meeting, woman in
board of commissioners, woman in board of directors, financial distress.
241
242 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW VOL. 5, NO. 1, JANUARI 2017: 241-252
keuangan dan non-keuangan yang lebih masalah yang lebih banyak dalam hal
rendah serta menghasilkan shareholder kehadiran dibandingkan dengan wanita
return yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan (Adams and Ferreira, 2004). Padahal dengan
sistem corporate governance yang baik akan menghadiri rapat, terdapat informasi-
memberikan perlindungan yang efektif kepada informasi penting mengenai perusahaan.
para pemegang saham (shareholder), tetapi Dalam penelitian ini akan menggunakan lima
juga akan melindungi pihak kreditur sehingga indikator untuk mewakili corporate
perusahaan akan memiliki akses yang lebih governance antara lain yaitu board size, board
baik terhadap pembiayan eksternal dan composition, board meeting, woman in board of
mengurangi systemic risk akibat krisis commissioners dan woman in board of
perusahaan dan skandal keuangan. Dengan directors.
demikian, maka corporate governance tidak
hanya berfokus pada hubungan antara Board Size
perusahaan dan pemegang saham, namun
juga pada pihak-pihak yang lain, seperti pihak Board size mengacu pada jumlah anggota
kreditur dan pemerintah (FCGI, 2002). pada suatu dewan komisaris organisasi
Corporate Governance dalam arti (Appuhami and Bhuyan, 2015). Salah satu fungsi
sempit pada dasarnya diklasifikasikan utama dari dewan komisaris adalah melakukan
menjadi dua aspek, yakni governance monitoring terhadap kinerja direksi sebagai pihak
structure dan governance mechanism. yang mengelola operasional perusahaan
Governance structure adalah sebuah struktur (Wardhani, 2007). Agency theory
hubungan akuntabilitas dan pembagian peran mengidentifikasikan dua masalah utama yang
antara berbagai organ utama perusahaan terkait dengan board size yang lebih besar
dimana shareholders sebagai pemilik dimana dapat berpengaruh dalam masalah
perusahaan, komisaris sebagai pengawas, dan keagenan, seperti masalah komunikasi dan
direksi atau manajemen sebagai pengelola koordinasi dewan, serta ketidakmampuan
perusahaan. Governance mechanism dewan untuk mengatur manajemen (Jensen,
membahas mengenai mekanisme kerja dan 1993; Yermack, 1996; Eisenberg et al., 1998).
interaksi aktual antara organ (Arifin, et al., Namun, board size yang besar juga dapat
2014). Governance mechanism kemudian menguntungkan perusahaan dari sudut
diklasifikasikan menjadi dua, yakni pandang resource dependence (Goodstein et
mekanisme internal dan eksternal. al., 1994). Sudut pandang resource dependence
Mekanisme internal didasarkan pada adalah bahwa perusahaan akan tergantung
mekanisme yang spesifik dan tindakan yang dewan komisarisnya untuk dapat mengelola
diambil oleh perusahaan tersebut untuk sumber dayanya secara lebih baik (Wardhani,
menegakkan kontrol dan akuntabilitas, 2007). Apabila semakin besar kebutuhan
sedangkan mekanisme eksternal berguna suatu perusahaan akan hubungan eksternal
untuk melengkapi mekanisme internal dengan yang semakin efektif, maka kebutuhan
membentuk kerangka kerja yang menyeluruh perusahaan tersebut akan komisaris dalam
yang ditentukan atau beroperasi dengan jumlah yang besar akan semakin tinggi
mekanisme internal (Altuner, 2015). (Pfeffer and Salancik, 1978).
Mekanisme internal yang meliputi dewan
direksi (board of directors), internal audit, dan Board Composition
komite audit (audit committee), bertujuan
untuk meningkatkan efektivitas manajemen Dewan Komisaris memiliki tanggung
perusahaan (Chalevas and Tzovas, 2010). jawab serta wewenang dalam mengawasi
Board of directors dibedakan menjadi board tindakan yang dilakukan oleh Direksi, dan
structure dan ownership structure (Adams et memberikan nasehat kepada Direksi jika
al., 2010). Board Structure terdiri atas CEO dipandang perlu oleh Dewan Komisaris.
duality, board size, board independency, dan Komposisi Dewan Komisaris harus
board meeting (Mili and Abid, 2016). sedemikian rupa sehingga memungkinkan
Gender diversity membantu dalam pengambilan keputusan yang efektif, tepat,
peningkatan penerapan corporate governance dan cepat serta bertindak secara independen
yang ada pada suatu perusahaan. Salah satu dalam arti tidak mempunyai kepentingan
hal yang penting pada perspektif corporate yang dapat mengganggu kepentingannya
governance adalah tingkah laku kehadiran untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri
(attendance behavior) dimana pria memiliki dan kritis (FCGI, 2002). Board composition
Ningrum:: Pengaruh Corporate Governance 247
atas sumber daya dan semakin banyak pengaruh terhadap financial distress, ditolak.
informasi yang didapatkan, maka semakin Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
banyak pengetahuan serta langkah-langkah yang dilakukan oleh Bredart (2014). . Hal ini
yang dapat diambil oleh para dewan komisaris dapat dikarenakan board meeting yang
untuk mencapai tujuan bisnis organisasi. dilaksanakan oleh dewan kurang efektif dan
Menurut Agency theory, board size yang lebih hanya dilakukan untuk formalitas saja
besar diikuti dengan peningkatan kontrol (Erkens et al., 2010). Perusahaan yang sedang
disiplin (Bredart, 2014). Dengan demikian, menghadapi financial distress mungkin saja
informasi yang mencukupi, kontrol disiplin melaksanakan frekuensi board meeting yang
yang meningkat serta adanya diversifikasi lebih sering dalam rangka untuk menemukan
keahlian yang timbul akibat board size yang akar permasalahan keuangan yang terjadi
besar, dewan komisaris dapat mengambil dalam tubuh perusahaan. Namun, langkah
beberapa tahap yang dilakukan dalam rangka tersebut mungkin saja gagal dalam
mengurangi atau menghindari terjadinya memperbaiki serta mengurangi fianncial
financial distress yang dihadapi perusahaan distress yang sedang dihadapi akibat tidak
(Manzaneque, 2016; Bredart, 2014; Zahra and efisien rapat tersebut dimana kurangnya
Pearce, 1989). informasi-informasi penting yang dibutuhkan
Berdasarkan hasil penelitian oleh para dewan dalam mengambil keputusan.
menunjukkan bahwa board composition tidak Selain itu, kurangnya kemampuan serta
berpengaruh signifikan terhadap Z-score kecakapan dewan dalam memecahkan
sehingga dapat disimpulkan bahwa board masalah juga turut serta dalam tingkat
composition tidak berpengaruh terhadap efektivitas suatu rapat.
financial distress. Hal tersebut berarti bahwa Berdasarkan hasil penelitian
besar atau kecil proporsi dewan komisaris menunjukkan bahwa woman in board of
independen tidak terdapat hubungan dengan commissioners (WBOC) tidak berpengaruh
financial distress yang dihadapi perusahaan. signifikan terhadap Z-score sehingga dapat
Dengan demikian, hipotesa H1b bahwa board disimpulkan bahwa woman in board of
composition memiliki pengaruh terhadap commissioners tidak berpengaruh terhadap
financial distress, ditolak. Hasil penelitian ini financial distress. Hal tersebut berarti bahwa
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh jenis kelamin atau gender dalam suatu dewan
Bredart (2014); Wardhani (2007). Hal tersebut komisaris (board of commissioners) tidak ada
dapat terjadi dikarenakan dewan komisaris hubungan dengan financial distress yang
independen tidak melaksanakan tanggung dihadapi perusahaan. Dengan demikian,
jawab yang diembannya dimana dewan hipotesa H1d bahwa woman in board of
komisaris independen seharusnya commissioners memiliki pengaruh terhadap
bertanggung jawab atas laporan keuangan financial distress, ditolak. Hal ini dapat
yang dipublikasikan oleh perusahaan dan dikarenakan dengan ada atau tidaknya
memastikan perusahaan melaksanakan keberadaan anggota wanita dalam dewan
tanggung jawab sosialnya serta komisaris tidak mempengaruhi atas
memperhatikan kepentingan para keputusan yang diambil oleh dewan komisaris
stakeholders (FCGI, 2002). Keberadaan dewan dimana keputusan tersebut merupakan suatu
komisaris independen pada perusahaan hanya langkah yang diambil perusahaan dalam
dilaksanakan dalam rangka untuk memenuhi menyelesaikan masalah keuangan yang
peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam dihadapi perusahaan. Selain itu, adanya
atau hanya sekedar simbol mematuhi regulasi pembagian informasi yang rata serta gaya
dari pemerintah mengenai proporsi komisaris kepemimpinan yang sama dalam dewan
independen dalam suatu dewan komisaris komisaris, baik anggota pria dan wanita juga
perusahaan (Erkens et al., 2010). dapat menjadi faktor bahwa dengan ada
Hasil penelitian menunjukkan bahwa maupun tidak adanya anggota anggota
board meeting tidak berpengaruh signifikan wanita dalam suatu dewan komisaris tidak
terhadap Z-score sehingga dapat disimpulkan memiliki pengaruh terhadap financial
bahwa board meeting tidak berpengaruh distress.
terhadap financial distress. Hal tersebut Hasil penelitian ini menunjukkan
berarti bahwa frekuensi board meeting tidak bahwa woman in board of directors (WBOD)
ada hubungannya dengan financial distress memiliki pengaruh signifikan positif terhadap
yang dihadapi perusahaan. Dengan demikian, Z-score dimana semakin tinggi nilai Z-score,
hipotesa H1c bahwa board meeting memiliki
244 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW VOL. 5, NO. 1, JANUARI 2017: 241-252
Institute of Internal Auditors. 2016. Corporate Ohlson, J. A. (1980). Financial ratios and the
governance. Retrieved October 25, 2016, probabilistic prediction of bankruptcy.
from Journal of Accounting Research 18, 109-
https://www.iia.org.uk/resources/corpora 131.
te-governance/ Parker, S., Peters, G. F., Turetsky, H. F.
Jensen, M. C., Meckling, W. H. (1976). Theory (2002). Corporate governance and
of the firm: managerial behavior, agency corporate failure: a survival analysis.
costs, and ownership structure. Journal Corporate governance 2, 4-12.
of Financial Economics 3, 305-360. Pfeffer, J., Salancik, G. R. (1978). The external
Jensen, M. C. (1993). The modern industrial control of organizations: a resource
revolution, exit, and the failure of dependence perspective.
internal control systems. Journal of Robinson, G., Dechant, G. (1997). Building a
Finance 48(3), 831-880. business care for divesity. Academy of
Judge, W. Q., Zeithaml, C. P. (1992). Management Executive 11, 21-30.
Institutional and strategic choice Ross, Hillier, Westerfield, Jaffe, Jordan.
perspective on board involvement in the (2012). Financial distress. New York:
strategic decision process. Academy of McGraw-Hill Book Company.
Management Journal. Shahwan, Tamer M. (2015). The effects of
Kristanti, F. T. (2015). The test of gender corporate governance on financial
diversity and financial structure to the performance and financial distress:
cost of financial distress: evidence from evidence from Egypt. The International
Indonesian family business. Proceeding Journal of Business in Society 15(5),
GTAR 2, 554-565. 641-662.
Kristanti, F. T., Rahayu, S., Huda, A. N. The World Bank. (2016). Corporate
(2016). The determinant of financial Governance. Retrieved October 22, 2016,
distress on Indonesian family firm. from
Procedia-Social and Behavioral Sciences. http://www.worldbank.org/en/topic/finan
Lee, T. S., Yeh, Y. H. (2004). Corporate cialmarketintegrity/brief/corporate-
governance and financial distress: governance
evidence from Taiwan. An International Vafeas, Nikos. (1999). Board meeting
Review 12(3), 378-388. frequency and firm performance.
Linck, J., Netter, J., Yang, T. (2008). The Journal of Financial Economics 53, 133-
determinants of board structure. Journal 142.
of Financial Economics 87, 308-328. Wang, Z. J., Deng, X. L. (2006). Corporate
Lipton, M., and Lorsch, J. (1992). A Modest governance and financial distress:
Proposal for Improved Corporate evidence from Chinese listed companies.
Governance. Business Lawyer 48, 59-77. The Chinese Economy 39(5), 5-27.
Mace, M. (1986). Directors: myth and reality. Wardhani, R. (2007). Mekanisme corporate
Boston: Harvard Business School Press. governance dalam perusahaan yang
Manzaneque, M., Priego, A. M., Merino E. mengalami permasalahan keuangan.
(2016). Corporate governance effect on Jurnal Akuntansi dan Keuangan
financial distress likelihood: evidence Indonesia 4(1), 95-114.
from Spain. Spanish Accounting Review Yermack, D. (1996). Higher market valuation
19(1), 111-121. of companies with a small board of
Mili, M., Abid, S. (2016). Do corporate bond directors. Journal of Financial
recovery rates monitored by corporate Economics 40(2), 185-211.
governance mechanism? Managerial Zahra, S., Pearce, A. (1989). Boards of
Finance 42(8), 830-848. directors & corporate financial
Muranda, Zororo. (2006). Financial distress performance: a review & integrative
and corporate governance in model. Journal of Management 15(2),
Zimbabwean banks. The International 291-334.
Journal of Business in Society 6(5) 643-
654.
OJK. (2014). Peraturan otoritas jasa keuangan
nomor 33/pojk.04/2014 tentang direksi
dan dewan komisaris emiten atau
perusahaan publik.