You are on page 1of 13

ISSN : 2302 - 1590

E-ISSN : 2460 - 1900

ECONOMICA
Journal of Economic and Economic Education Vol.3 No.2 (124 - 136)

DINAMIKA PENGANGGURAN TERDIDIK: TANTANGAN MENUJU BONUS


DEMOGRAFI DI INDONESIA

Oleh
Sri Maryati
Mahasiswa Prog S3 Ilmu Ekonomi FE Universitas Andalas/
Staf Pengajar Jurusan IE-FE Universitas Andalas
Kampus Unand Limau Manis Padang
email: srie_jayamahe@yahoo.co.id

Abstract
According to the United Nations demographic transition that occurred in recent decades in Indonesia would be
an opportunity for Indonesia to reach a demographic dividend in the period 2020-2030 . By the time the
productive age population amounted to twice that of the non - productive population . These opportunities
should be best utilized as it will only happen once and it can happen if the population of working age have a job
and sufficient income . thus this demographic bonus can actually stimulate the economy of Indonesia in the
future . But on the other hand, Indonesia is currently facing serious problems of labor that is still large numbers
of educated unemployment . The number of unemployed educated annually feared will continue to grow as the
number of college graduates also continue to grow , but not all college graduates can be accommodated in the
workplace , consequently leads to an increase in the number of educated unemployed . The main purpose of this
study is to analyze the dynamics of educated unemployment in Indonesia and the steps that need to be done by
the government and people of Indonesia in order to face the era of demographic bonus, so it does not become a
wave of mass unemployment, particularly educated unemployment in Indonesia.
.
Abstrak
Menurut United Nations transisi demografi yang terjadi pada beberapa dekade terakhir di Indonesia akan
membuka peluang bagi Indonesia untuk menikmati bonus demografi pada periode tahun 2020-2030. Pada saat
tersebut penduduk usia produktif berjumlah dua kali lipat dari penduduk non-produktif. Peluang ini harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya karena hanya akan terjadi satu kali dan itu dapat terjadi apabila penduduk usia
produktif benar-benar bisa berkarya dan berkiprah secara produktif. Sehingga diharapkan bonus demografi ini
benar-benar dapat mendorong perekonomian Indonesia dimasa mendatang. Namun di sisi lain Indonesia saat
ini menghadapi permasalahan serius ketenagakerjaan yakni masih besarnya angka pengangguran terdidik.
Jumlah pengangguran terdidik setiap tahunnya dikhawatirkan akan terus bertambah karena jumlah lulusan
perguruan tinggi juga terus bertambah, akan tetapi tidak semua lulusan perguruan tinggi dapat tertampung di
dunia kerja, akibatnya akan mendorong terjadinya peningkatan jumlah pengangguran terdidik. Kajian ini
bertujuan untuk menganalisis dinamika pengangguran terdidik di Indonesia dan langkah-langkah yang perlu
dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam rangka menghadapi era bonus bonus demografi
agar era ini tidak menjadi gelombang pengangguran massal, khususnya pengangguran terdidik di Indonesia.
Keywords: demographic bonus, educated unemployment, the economy of Indonesia

©2015 Prodi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI, Padang


Sri Maryati

PENDAHULUAN 64 tahun). Menurut United Nations transisi


demografi yang terjadi pada beberapa
Selama kurun waktu satu dekade terakhir dekade terakhir di Indonesia akan
ini, Indonesia tengah mengalami fenomena membuka peluang bagi Indonesia untuk
transisi demografi. Kondisi ini terindikasi menikmati bonus demografi (demographic
dari hasil sensus penduduk pada tahun devident) pada periode tahun 2020-2030.
2000 yang memberikan fakta signifikan Dalam konsep ekonomi
bahwa program KB (Keluarga Berencana) kependudukan, bonus demografi juga
yang dilaksanakan oleh pemerintah dan dimaknai sebagai keuntungan ekonomis
masyarakat Indonesia pada waktu yang karena dengan semakin besarnya jumlah
lalu memberi dampak yang sangat positif. penduduk usia produktif maka akan
Fakta yang diperlihatka oleh Sensus semakin besar pula jumlah tabungan dari
Penduduk 2010 memperlihatkan bahwa penduduk produktif sehingga dapat
penduduk berusia dibawah 15 tahun memacu investasi dan pertumbuhan
hampir tidak bertambah; dimana pada ekonomi. Sehingga kondisi tersebut juga
periode tahun 1970-1980an jumlahnya dikenal sebagai jendela kesempatan
sekitar 60 juta dan hingga akhir tahun 2000 (windows of oppprtunity) bagi suatu negara
penduduk dalam kelompok usia ini hanya untuk melakukan akselerasi ekonomi
meningkat menjadi 63-65 juta jiwa. dengan menggenjot industri manufaktur,
Sebaliknya, penduduk usia 15 – 64 tahun infrastruktur, maupun UKM karena
pada tahun 1970 jumlahnya mencapai 63- berlimpahnya angkatan kerja tersebut.
65 juta dan telah berkembang menjadi Banyak Negara menjadi kaya karena
lebih dari 133 – 135 juta, atau mengalami berhasil memanfaatkan jendela peluang
kenaikan dua kali lipat selama 30 tahun. bonus demografinya untuk memacu
Selanjutnya jika dilihat beban pendapatan perkapita sehingga
ketergantungan penduduk yang diukur dari kesejahteraan masyarakat tercapai; seperti
ratio penduduk usia anak-anak dan tua per yang terjadi di Cina, yang pertumbuhan
penduduk usia kerja, maka tampak bahwa ekonominya sebelum bonus demografi
tingkat ketergantungan penduduk berkisar pada angka 6% meningkat
Indonesia menunjukkan trend yang menjadi 9,2 persen,Korea Selatan dari 7,3
menurun cukup tajam, dimana pada tahun persen menjadi 13,2 persen , Singapura
1970an nilainya sekitar 85-90 per 100 dan dari 8,2 persen meningkat menjadi 13,6
pada tahun 200 menurun hingga ke level persen dan Thailand dari 6,6 persen
sekitar 54-55 per 100 di tahun 2000. Hasil meningkat tajam menjadi 15,5 persen
sensus penduduk tahun 2010 juga
menunjukkan trend positif pada penduduk Namun akan ada dampak efek
usia produktif (15-64 tahun), dimana pada negatif berikutnya paska bonus demografi
tahun 2010 porsinya mencapai 66 persen yang harus diperhatikan yaitu terjadinya
dari total penduduk yang jumlahnya peningkatan penduduk usia tua sementara
mencapai 157 juta jiwa. Sedangkan jumlah transisi usia muda menjadi usia produktif
penduduk usia muda (15-24 tahun) belum sempurna (Adioetomo, 2005 :
mencapai 26,8 persen atau 64 juta jiwa. dalam Jati; 2013)). Hal itulah yang
Kenaikan angka usia produktif kerja kemudian menyebabkan pembengkakan
tersebut menyebabkan semakin kecilnya jaminan sosial dan pensiunanan sehingga
nilai angka ketergantungan menjadi 51. akan mendorong terjadinya stagnasi dalam
Hal ini berarti 100 penduduk usia produktif perekonomian nasional karena tabungan
menanggung 51 orang penduduk tak dari usia produktif dialihkan sebagai dana
produktif (di bawah 15 tahun dan di atas talangan kedua hal tersebut.
125
Sri Maryati

Jika diperhatikan lebih seksama, diperkirakan akan dimulai pada tahun


bonus demografi akan menjadi pilar 2020. Tentu saja , ada prasyarat yang
peningkatan produktifitas suatu Negara harus dipenuhi untuk bisa memanfaatkan
dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi bonus demografi tersebut antara lain
melalui pemanfaatan SDM yang produktif kualitas SDM Indonesia harus sudah
dalam arti bahwa penduduk usia produktif memadai dan mampu memberikan
tersebut benar-benar mampu menghasilkan kontribusi terhadap peningkatan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi
konsumsi mereka dan memiliki tabungan nasional, dan bukan menjadi pengangguran
yang dapat dimobilisasi menjadi investasi. yang membebani perekonomian nasional.
Akan tetapi jika yang terjadi adalah Jika diperhatikan laju pertumbuhan
sebaliknya, dimana penduduk usia ekonomi dan tingkat pengangguran di
produktif yang jumlah besar tidak terserap Indonesia selama periode tahun 2005-2011
oleh lapangan pekerjaan yang tersedia tampak bahwa pertumbuhan ekonomi
dalam sebuah perekonomian, maka akan Indonesia menunjukkan kecenderungan
menjadi beban ekonomi karena penduduk peningkatan mulai tahun 2010 setelah
usia produktif yang tidak memiliki mengalami penurunan cukup signifikan
pendapatan akan tetap menjadi beban bagi pada tahun 2009 sebagai akibat dari krisis
penduduk yang bekerja dan akan memicu ekonomi global di saat itu. Di sisi lain,
terjadinya angka pengangguran yang angka pengangguran dapat ditekan dari
tinggi. waktu ke waktu, namun masih selalu lebih
Indonesia dalam tujuh tahun tinggi dari pertumbuhan ekonomi yang
terakhir (2005-2011) memiliki mampu dicapai oleh perekonomian
pertumbuhan ekonomi sekitar 4,5-6,4 nasional. Hal inilah yang perlu diwaspadai
persen, diharapkan akan mampu mencapai untuk masa yang akan dating, agar Bonus
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi demografi dapat dimanfaatkan menjadi
lagi di era bonus demografi. Hal ini akan momen bagi kebangkitan ekonomi
mampu dicapai apabila pemerintah nasional dan bukannya menjadi beban
bersama masyarakat Indonesia dapat perekonomian nasional di masa depan.
memanfaatkan bonus demografi yang

Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi dan Angka Pengangguran di Indonesia (%)

Sumber: Kompas, 2011 dalam Fikri; 2014


126
Sri Maryati

Jika dibandingkan dengan Negara lain di menghadapi permasalahan serius dalam hal
kawasan Asia, maka tingkat pengangguran ketenagakerjaan yakni masih besarnya
di Indonesia termasuk yang tinggi, dengan angka pengangguran terdidik diamana
tingkat rata-rata selama periode tahun jumlah pengangguran terdidik setiap
2008-2012 sebesar 7,2 persen, nilai yang tahunnya dikhawatirkan akan terus
sama juga dimiliki oleh Negara Filipina, bertambah karena jumlah lulusan
sedangkan Thailand memiliki tingkat perguruan tinggi juga terus bertambah,
pengangguran yang terendah yakni 0,8 akan tetapi tidak semua lulusan perguruan
persen. Korea Selatan, dan Malaysia tinggi dapat tertampung di dunia kerja,
memiliki tingkat pengangguran pada akibatnya akan mendorong terjadinya
kisaran 3%, Jepang dan China di kisaran 4 peningkatan jumlah pengangguran terdidik
perse. Untuk dapat mendorong di Indonesia. Untuk itu, diperlukan suatu
pertumbuhan ekonomi dimasa mendatang, upaya agar SDM yang telah memiliki
salah satu upaya yang harus dilakukan pendidikan memadai juga memiliki
adalah menekan angka pengangguran di keterampilan dan kehalian yang
Indonesia, dengan upaya ini maka bonus dibutuhkan oleh dinamika dunia kerja,
demografi menjadi peluang bagi sehingga kekhawatiran akan peningakatan
perekonomian nasional untuk mencapai jumlah pengangguran terdidik ini dapat
tingkat kesejahteraan yang lebih baik. diatasi.
Dalam hal pengangguran,
Indonesia hingga tahun 2013 masih
Tabel 1. Tingkat Pengangguran di Beberapa Negara di Asia (%)

Umur Tahun Rata-


Negara Pekerja rata
(Tahun) 2008 2009 2010 2011 2012
Cina 15+ 4.2 4.3 4.1 4.1 4.1 4.2
Filipina 15+ 7.4 7.5 7.3 7.0 7.0 7.2
Hongkong 15+ 3.5 5.2 4.3 3.4 3.3 3.9
Indonesia 15+ 8.4 7.9 7.1 6.6 6.2 7.2
Jepang 15+ 4.0 5.1 5.1 4.6 4.4 4.6
Korea Selatan 15+ 3.2 3.7 3.7 3.4 3.3 3.5
Malaysia 15+ 3.3 3.7 3.3 3.1 3.0 3.3
Pakistan 10+ 5.2 5.5 5.6 6.0 7.7 6.0
Singapura 15+ 2.2 3.0 2.2 2.0 2.0 2.3
Sri Lanka 10+ 6.0 5.9 4.9 4.9 4.9 5.3
Thailand 15+ 1.4 0.9 0.7 0.4 0.5 0.8
Sumber: IMF dalam BPS Indonesia, 2014.

Kajian ini bertujuan untuk perekonomian nasional dan tidak menjadi


menganalisis dinamika pengangguran gelombang pengangguran massal,
terdidik di Indonesia dan langkah-langkah khususnya pengangguran terdidik di
yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan Indonesia .
masyarakat Indonesia dalam rangka
menghadapi era bonus bonus demografi METODE PENELITIAN
agar era ini dapat dimanfaatkan sebagai Kajian ini merupakan studi literature yang
peluang untuk meningkatkan menggunakan metode analisa deskriptif-
127
Sri Maryati

kualitatif berbasis kajian kepustakaan 3) Menganalisis secara kritis berbagai


(library research). Analisa deskriptif sumber literatur tersebut untuk
kualitatif merupakan analisis yang mendapatkan pemahaman
didasarkan pada pemetaan permasalahan mendasar mengenai korelasi antar
yang terdapat dalam variable atau kasus studi dan variable yang diteliti
yang sedang dikaji dan kemudian dicari 4) Menulis hasil kajian berdasarkan
titik korelasinya. Korelasi tersebut bisa argumentasi analisis dari berbagai
menjadi mengkonfirmasi, menolak, dan data dan kajian literatur.
seimbang berdasarkan pada data dan 5) Merumuskan rekomendasi
informasi yang berhasil dilakukan oleh berdasarkan argumentasi analisis
peneliti. Sedangkan studi kepustakaan dari berbagai data dan kajian
merupakan instrument penelitian dengan literature.
mengumpulkan berbagai macam literatur
baik dalam bentuk jurnal, buku, prosiding, PEMBAHASAN
working paper, maupun sumber data 1. DINAMIKA PENGANGGURAN
lainnya yang memiliki keterkaitan dengan TERDIDIK DI INDONESIA
permasalahan dalam kajian ini.
Secara umum,Tingkat Pengangguran
Adapun tahapan kegiatan dalam Terbuka (TPT) di Indonesia menunjukkan
menganalisis data dan dokumen dalam penurunan selama lima tahun terakhir
kajian ini adalah: (2008-2013), akan tetapi jika dilihat dari
1) Melakukan studi pendahuluan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
dengan meneliti kajian-kajian (TPAK) ternyata penuruan pada tahun
penelitian terdahulu yang 2011-2013 (Tabel 2). Hal ini disebabkan
membahas mengenai pengangguran oleh laju pertumbuhan angkatan kerja lebih
dan bonus demografi di Indonesia tinggi dari pada laju pertumbuhan
2) Mengumpulkan literatur relavan kesempatan kerja (Gambar 2). Kondisi
sesuai dengan fokus permasalahan seperti ini tentunya akan menjadi masalah
yang diangkat sebagai tema utama jika tidak segera diantisipasi dengan baik
dalam kajian ini. karena akan memicu terjadinya
peningkatan pengangguran.

Gambar 2. Kesempatan Kerja Menurut Pendidikan di Indonesia Tahun


Sumber: Sistem Informasi Kesra Nasional, 2014

128
Sri Maryati

Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa pendidikan tinggi (diploma dan


pertumbuhan angkatan kerja secara umum universitas) gap antara kesempatan kerja
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan dan peningkatan angkatan kerja cukup
kesempatan kerja, bahkan untuk tingkat besar.

Tabel 2. Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK dan TPT
Tahun 2008–2013
Tingkat Partisipasi Tingkat
Angkatan
Bekerja Pengangguran Angkatan Kerja Pengangguran
Kerja
Tahun (TPAK) Terbuka (TPT)
(Juta (Juta
(Juta Orang) (%) (%)
Orang) Orang)
2008 111.95 102.55 9.39 67.18 8.39
2009 113.83 104.87 8.96 67.23 7.87
2010 116.53 108.21 8.32 67.72 7.14
2011 117.37 109.67 7.70 68.34 6.56
2012 118.05 110.81 7.24 67.88 6.14
2013 118.19 110.80 7.39 66.90 6.25
Sumber : BPS Indonesia, 2014

Selanjutnya, jika dilihat Hal ini mengindikasikan bahwa masalah


berdasarkan tingkat pendidikan terakhir pengangguran terdidik harus sudah
yang ditamatkan, maka tampak bahwa menjadi focus perhatian dalam kebijakan
54,32 persen pengangguran di Indonesia ketanagakerjaan di Indonesia.
berpendidikan SLTA ke atas. (Tabel 3).
Tabel 3. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di
Indonesia Tahun 2008-2013
No. Pendidikan Tertinggi Yang 2008 2013
Ditamatkan Jumlah % Jumlah %
1 Tidak/belum pernah sekolah 103 296 1.13 81 432 1.10
2 Belum/tidak tamat SD 437 114 4.77 489 152 6.60
3 SD 2 032 025 22.20 1 347 555 18.18
4 SLTP 1 901 020 20.77 1 689 643 22.80
5 SLTA Umum 2 363 012 25.81 1 925 660 25.98
6 SLTA Kejuruan 1 382 199 15.10 1 258 201 16.98
7 Diploma I,II,III/Akademi 368 373 4.02 185 103 2.50
8 Universitas 567 287 6.20 434 185 5.86
Total 9 154 326 100.00 7 410 931 100.00
Sumber: SAKERNAS, BPS
CAtatan: Data bulan Agustus

129
Sri Maryati

Gambar 3 Tingkat Pengangguran Terbuka Usia Muda di Indonesia Tahun 2005-2012

Jika dilihat pada kelompok umur usia universitas cenderung meningkat lebih
muda, maka tampak pengangguran berusia tinggi jika dibandingkan dengan lulusan
15-19 tahun menduduki tempat tertinggi, diploma, hal ini mengindikasikan bahwa
diikuti oleh penduduk usia 20-24 tahun, lapangan kerja untuk lulusan sarjana dan
serta penduduk usia 25-29 dimana diploma masih sangat dibutuhkan dimasa
penduduk dengan pendidikan perguruan mendatang untuk menekan laju
tinggi berada pada kelompok ini, informai pertumbuhan pengangguran terdidik di
lengkap dapat dilihat padagambar 3. Indonesia.

Dilihat dari jumlah pengangguran terbuka


lulusan pergurun tinggi selama periode
tahun 2004-2010 tampak bahwa lulusan

Gambar 4. Jumlah Pengangguran Terbuka Lulusan Perguruan Tinggi di Indonesia


Tahun 2004-2010
130
Sri Maryati

2. FENOMENA BONUS 5) Adanya peningkatan investasi


DEMOGRAFI DI INDONESIA sumberdaya modal manusia
(human capital)
Bonus demografi merupakan kondisi
demografi dimana jumlah penduduk Jika dilihat dari gambar 5, maka
produktif melebihi jumlah penduduk yang tampak bahwa indikasi munculmnya bonus
tidak dalam usia produktif. Kondisi seperti demografi di Indonesia sudah mulai
ini tidak mudah terjadi atau bahkan bisa tampak sejak akhir tahun 2000 berdasarkan
dikatakan kesempatannya hanya sekali hasil Sensus Penduduk pada tahuntersebut.
saja. Di Indonesia, kondisi ini merupakan Hasil sensus itu memberikan gambaran
wujud dari keberhasilan program kontrol resmi bahwa program KB memberi
kelahiran bayi yang dicanangkan secara dampak yang sangat positif terhadap
intensif pada tahun 1960-1970 an yaitu terjadinya transisi demografi yang
Program Keluarga Berencana oleh mendorong munculnyabonus demografi.
Pemerintah Orde Baru, karena moment Kondisi ini menyebabkan penduduk
kemunculannya yang sangat langka, maka dibawah usia 15 hampir tidak bertambah
bonus demografi harus dapat dimanfaatkan sebaliknya, penduduk usia 15 – 64 tahun
secara optimal oleh pemerintah dan berkembang dengan jumlah yang jauh
masyarakat Indonesia untuk dapat lebih besar, dimana pertambahannya lebih
mendorong pertumbuhan ekonomi dan dari duakali lipat, atau lebih 100 persen,
peningkatan kesejahteraan nasional selama
melalui investasi sumber daya manusia Periode waktu 30 tahun (1970-2000).
dalam upaya peningkatan kualitasnya. Akibat dari kondisi ini adalah beban
ketergantungan penduduk yang diukur
Ledakan penduduk usia kerja ini akan dari ratio penduduk usia anak-anak dan tua
memberikan keuntungan ekonomi apabila per penduduk usia kerja menurun tajam,
memenuhi persyaratanan sebagai berikut dari sekitar 85-90 per 100 di tahun 1970
(Jati, 2013): menjadi sekitar 54-55 per 100 di tahun
1) Penawaran tenaga kerja (labor 2000.
supply) yang besar dengan
kualitas yang memenuhi Menurut data BPS Indonesia, pada
kebutuhan pasar tenaga kerja tahun 2012 struktur penduduk Indonesia
2) Meningkatkan pendapatan per didominasi penduduk dewasa dan
kapita karena mendapat produktif dari segmen umur 25-64 tahun,
kesempatan kerja yang dengan porsi mencapai 52,63 persen, usia
produktif; anak sekolah dari segmen 10-24 tahun
3) Peningkatan peranan kaum sebesar 29,39 persen, balita umur 0-5
perempuan di pasar tenaga tahun berada pada porsi 10,09 persen, dan
kerja karena jumlah anak yang penduduk usia lanjut berusia 65-75 ke atas
semakin sedikit memungkinkan mencapai porsi 7,16 persen. Berdasarkan
perempuan memasuki pasar kondisi ini, bonus demografi pada
kerja dan membantu gelombang pertama akan dapat
peningkatan pendapatan dimanfaatkan oleh penduduk dan
keluarga masayarakat Indonesia pada tahun 2010
4) Terjadi peningkatan tabungan hingga 2020.
(savings) masyarakat yang
diinvestasikan secara produktif;
131
Sri Maryati

Trend positif tentang kedatangan bonus yang dapat disumbangkan oleh


bonus demografi masih akan berlanjut penduduk usia kerja akan menjadi makin
pada tahun 2020-2030. Pada rentang waktu kecil karena harus menanggung beban
tini, beban ketergantungan penduduk usia ketergantungan penduduk usia tua yang
anak-anak dan beban ketergantungan jumlahnya akan semakin bertambah. Oleh
penduduk usia tua berada pada posisi sebab itu, bonus demografi tahap kedua ini
paling optimal. Setelah tahun 2030 beban perlu diwaspadai dan dipersiapkan dengan
ketergantungan penduduk usia tua akan baik agar bonus demografi ini dapat
meningkat sehingga beban ketergantungan memberikan bonus ekonomi dan bukan
total akan naik kembali. Diperkirakan beban ekonomi.

Bonus demografi dan jendela peluang


90

80
Bonus Demografi
70
Jendela peluang
60
Muda
50

40

30

20 Lansia
10

0
1950
1955
1960
1965
1970
1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
2010
2015
2020
2025
2030
2035
2040
2045
2050
0-14 65+ total
Kompas-BKKBN 31
060409

Sumber: Baank Dunia 2009, dalam Jati 2013


Gambar 5. Tahap Kemunculan Bonus Demografi dan Jendela Peluang Bonus
Demografi di Indonesia

Selanjutnya, jika dilihat gambaran makro menunjukkan bahwa ketimpangan


pembangunan Indonesia yang masih pendapatan telah memasuki skala medium
memperlihatkan adanya ketimpangan dan memberikan indikasi bahwa
antara Kawasan Barat Indonesia pertumbuhan ekonomi pada dua tahun
(KABARIN) dan Kawasan Timur tersebut belum berkualitas.
Indonesia (KATIMIN). Hal ini dapat Ada beberapa hal yang menjadi
dilihat dari nilai Indek Gini, yang penyebab pertumbuhan ekonomi tidak
merupakan indikator untuk mengukur berkualitas sehingga kurang peduli
ketimpangan dalam pembangunan dan terhadap bonus demografi diantaranya
pendapatan. Pada periode tahun 2011-2012 dapat dilihat dari:
nilai indek ini telah menembus rekor 1) Masih terjadinya ketimpangan Indeks
tertinggi, yakni mencapai 0,41. Angka ini Pembangunan Manusia (IPM) antar
132
Sri Maryati

provinsi, dimana IPM yang tinggi masih upaya mendorong pertumbuhan ekonomi,
didominasi oleh bagian Barat dan karena kedua hal tersebut sangatlah
Tengah seperti DKI Jakarta, DIY, Riau, penting dan terkait erat karena SDM
Sulawesi Utara, Sumatera Utara, merupakan komponen penting baik sebagai
Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan. subjek maupun objek dalam proses
Sedangkan IPM rendah dimiliki oleh pembangunan.
Papua, Maluku, Maluku Utara, NTB,
dan NTT. 3. BONUS DEMOGRAFI DAN
2) Masih terjadinya ketimpangan indeks PENYERAPAN TENAGA KERJA
angka melek huruf, dimana Penduduk DI INDONESIA
kota Jakarta Timur mempunyai melek Pembahasan mengenai korelasi antara
huruf 99 persen dengan rata-rata lama pertambahan penduduk dengan
sekolah 10,9 tahun dan merupakan kota pertumbuhan ekonomi telah menjadi
dengan nilai IPM tertinggi di Indonesia. sumber perdebatan panjang di kalangan
Tetapi Mataram memiliki nilai melek para ahli dan pemikir ekonomi
huruf 95 persen dan rata-rata lama kependudukan. Hal ini dikarenakan adanya
sekolah 7,4 tahun berada pada urutan berbagai macam varian cara pandang
IPM nomor 198 dan penduduk dalam melihat kedua permasalahan
Jayawijaya hanya mempunyai melek tersebut. Cara pandang tersebut bersumber
huruf 32 persen dan rata-rata dari cara pandang terhadap fenomena ini;
pendidikan 2,2 tahun berada jauh pada ada yang melihat dari jumlah (size)
urutan IPM ke 341 dari seluruh penduduk, melihat pendapatan (income),
kabupaten dan kota yang ada di ketimpangan (inequality), maupun kondisi
Indonesia. perekonomian nasional, hingga pada
3) Angka ketercukupan gizi; kawasan stuktur penduduk (population structure)
Indonesia Timur masih mendominasi berikut angka natalitas, fertilitas, maupun
angka gizi buruk pada penduduknya, mortalitasnya (Lee, 2003 : 170). (dalam
angka gizi buruk yang tertinggi justru Jati, 2013)
terjadi di wilayah dengan kekayaan Menurut Blomm (2003) dalam
sumber alam melimpah, seperti Papua Todaro, 2011; ada tiga pendapatan dalam
dan Papua Barat. Prosentase angka gizi melihat korelasi antara pertambahan
buruknya mencapai 34-36 persen, jauh penduduk dengan tingkat pertumbuhan
lebih besar dibandingkan rata-rata ekonomi yakni pendapatan yang
nasional sebesar 13,33 persen. menyatakan menolak (restrict),
Sementara kawasan lainnya seperti mendukung (promote), dan netral
NTB maupun NTT lebih dikarenakan (independen)
kondisi alamnya yang tandus. Kelompok pemikir yang pertama
tergolong dalam mazab neo-Maltusian
Dengan memperhatikan masih yang dipelopori oleh Garret Hardin,
besarnya angka ketimpangan kelompok ini menilai bahwa keterbatasan
pembangunan manusia maupun besarnya sumberdaya alam sebagai sumber ekonomi
angka koefisien gini yang kian membesar, tidak mampu lagi menampung
maka akan besar pula kemungkinan bonus pertambahan penduduk yang semakin
demografi ini akan terlewati begitu saja menambah. Secara garis besar, teori
tanpa dapat dimanfaatkan untuk pesimis yang dilandasi logika Malthusian
meningkatkan kesejateraan masyarakat. maupun Neo-Malthusian menyatakan
Untuk itu, upaya mendayagunakan bonus bahwa pertumbuhan ekonomi akan
demografi dan mengaitkannya dengan semakin menurun karena produksi sumber
133
Sri Maryati

ekonomi yang semakin menyusut. produksi tenaga kerja. Pertumbuhan


Ketersediaan sumber ekonomi berupa ekonomi dilihat sebagai adanya spesialisasi
sumber daya alam yang menyusut antara faktor produksi antar penduduk
berpengaruh pada menurunnya pendapatan yang kemudian terjadi tukar-menukar
penduduk secara keseluruhan. Maka dalam barang jasa sesuai dengan nilai
konteks ini, membatasi dan mengontrol ekonomisnya. Sementara, pertambahan
pertambahan penduduk akan berdampak penduduk dipandang sebagai proses yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi alami seiring dengan meningkatnya
serta perlu upaya untuk membatasi pendapatan, dinamika perekonomian yang
konsumsi ditabung dan menjadi investasi semakin kompetitif, maupun kebutuhan
agar tetap dapat mempertahankan sandang, papan, dan pangan yang kian
pertumbuhan ekonomi. meningkat dan beragam.
Sedangkan dari pemikiran dalam Untuk kasus Indonesia, potensi
perspektif optimistik dikemukakan manfaat ekonomi dari bonus demografi
diantaranya oleh Amartya Sen yang yang ditandai besarnya jumlah penduduk
menyatakan bahwa pembangunan manusia usia produktif dan rendahnya angka
yang berorientasi pada pencarian laba ketergantungan penduduk terancam kan
semata tanpa memperhatikan adanya menjadi sia-sia. Jika penduduk usia
hubungan timbal balik dengan manusia produktif lebih banyak menganggur dan
dan alam justru membuat adanya bencana tidak mempunyai penghasilan, akan
ekonomi manusia. Bencana tersebut dalam menjadi beban dan ancaman bagi
bentuk seperti angka ketimpangan yang perekonomian nasional. Badan
semakin besar, yang ditunjukkan dengan Perencanaan Pembangunan Nasional
semakin tingginya nilai koefisien gini di menyebutkan, jumlah pengangguran
negara dunia ketiga, kemiskinan, dan terbuka nasional tahun 2011 mencapai 6,56
kelaparan. Hal itulah yang kemudian persen (7,7 juta jiwa) penduduk.
memicu terjadinya pergeseran orientasi Penganggura terbuka usia muda (15-24
dalam pembangunan dengan tahun) mencapai 5,3 juta jiwa, 20 persen
mengoptimalkan potensi penduduk (1,06 juta jiwa) diantaranya adalah lulusan
menjadi potensi ekonomi. Hal ini perguruan tinggi. Organisasi Buruh
dikarenakan oleh adanya peningkatan Internasional (ILO) menyatakan bahwa
kuantitas maupun kualitas penduduk. pekerja usia muda Indonesia 4,6 kali lebih
Peningkatan kualitas SDM inilah yang sulit mendapatkan kerja dibandingkan
kemudian menjadi kunci dalam menaikkan pekerja dewasa. Hal ini dikarenakan
pertumbuhan ekonomi berbasis investasi penduduk usia muda masih memiliki
sumber daya manusia (human capital pendidikan yang relative lebih rendah
investment). dengan jumlah yang jauh lebih besar.
Adapun pemikiran ketiga yaitu Angka ini jauh lebih tinggi dari rata-rata
pemikiran yang independen / netral dunia, pekerja usia muda 2,8 kali lebih
melihat bahwa antara variabel sulit
pertambahan penduduk dengan variabel mendapat kerja. ILO juga mencatat bahwa
pertumbuhan ekonomi pada dasarnya tidak pengangguran terbuka berumur 15-29
berkorelasi dan berjalan secara independen tahun di Indonesia 19,9 persen, merupakan
tanpa ada ikatan. Terjadinya pertumbuhan angka tertinggi di antara negara-negara di
ekonomi yang berfluktuasi apakah naik Asia Pasifik. Meskipun angka ini lebih
atau turun sebenarnya bukan hanya rendah dari negara-negara di Eropa yang
tergantung pada tingkat konsumsi sedang dilanda krisis keuangan.
penduduk sebagai konsumen maupun
134
Sri Maryati

PENUTUP 6. Diperlukan kebijakan revitalisasi


Dari pembahasan di atas beberapa catatan pendidikan dunia kerja,guna
dan rekomendasi yang dikemukan dalam memenuhi tantangan ketenagakerjaan
kajian ini adalah: dalam menghadapi keterbukaan pasar
1. Bonus Demografi tidak serta merta kerja ASEAN 2015, dimana tenaga
datang dengan sendirinya,tetapi untuk kerja asal Negara ASEAN dari luar
menjadikannya sebagi potensi bebas bekerja di Indonesia.
ekonomi nasional,perlu dipersiapkan 7. Untuk memanfaatkan bonus
dan selanjutnya dimanfaatkan bagi demogarfi,dipandang perlu kebijakan
peningkatan pertumbuhan ekonomi guna mendorong menculnya
dan kesejahteraan masyarakat. wirausaha muda,dan
2. Ada syarat yang harus dipenuhi agar memberdayakannya untuk mendukung
Bonus Demografi dapat dimanfaatkan pembangunan nasional.
dengan baik dengan 8. Bonus Demografi tanpa diikuti
mempersiapkannya sejak tahap pendidikan yang merata dan
perencanaan sampai dengan peningkatan Sumber Daya Manusia
implementasinya di tingkat lapangan. (SDM) yang memadai akan
Persiapan ini antara lain melalui : menjadikan ancaman bagi Indonesia.
a) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Oleh karena itu, pemerintah dalam hal
Masyarakat; ini kementerian pendidikan nasional
b) Peningkatan Kualitas dan Kuantitas harus cekatan dalam menempatkan
Pendidikan; penduduk Indonesia dewasa yang
c) Pengendalian Jumlah Penduduk; melimpah sebagai kekuatan yang
d) Kebijakan Ekonomi yang mendukung potensial dengan menempatkan
fleksibilitas tenaga kerja dan pasar program pendidikan nasional sebagai
kerja,keterbukaan perdagangan dan pilar utama pembagunanan nasional.
peningkatan akses tabungan dan 9. Pendidikan jangan dijadikan
investasi nasional. komoditas barang eksklusif agar
3. Besarnya anggaran bidang Pendidikan seluruh elemen masyarakat bisa
yang mencapai 20% dari nilai APBN, menikmatinya. Dengan demikian
harus dimanfaatkan sebesar-besarnya terciptalah generasi emas yang siap
untuk peningkatan kulitas SDM, menghadapi tantangan pada era Bonus
utamanya SDM yang akan masuk Demografi pada tahun 2020-2030
dalam bursa kerja dengan
memperbanyak cakupan pendidikan DAFTAR PUSTAKA
kejuruan dan ketrampilan serta melalui Adhitama, Toeti Prahas. 2012. “Memaknai
Balai-balai Latihan Kerja. Bonus Demografi”, Media Indonesia,
4. Dalam Bidang Keluarga Berencana, 20 Juli, 2012
upaya penurunan tingkat kelahiran Adioetomo, Sri Moertiningsih. 2005.
tidak boleh terlalu rendah sehingga Bonus Demografi : Hubungan antara
akan mengurangi jumlah penduduk di Pertumbuhan Penduduk dengan
masa depan,utamanya penduduk usia Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta :
kerja/produktif. BKKBN
5. Harus mulai dipikirkan permasalahan- Alisjahbana, Armida. 2013.
permasalahan yang timbul pasca ―Perkembangan Ekonomi Terkini
berakhirnya masa Bonus dan Prospek Ekonomi Tahun 2013‖.
Demografi,dimana jumlah lansia akan http://bappenas.go.id/get-file-
meningkat.
135
Sri Maryati

server/node/12568/, tanggal akses 7 Economic Perspectives 17(4): 167-


Oktober 2014. 190.
Badan Pusat Statistik. 2014. Sanisah, Siti, 2010; Pendidikan Tinggi dan
―Perkembangan Beberapa Indikator Pengangguran Terbuka: Suatu Dilema;
Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Lentera Pendidikan, Vol: 13,No 2,
Jakarta: Badan Pusat Statistik. Desember 2010, hal 147-159
____________________; SAKERNAS, Srihadi, Endang. 2012. Bonus Demografi :
berbagai tahun. Jendela Kesempatan atau Jendela
Jati, Wasisto Raharjo,2013; Bonus Bencana? Update Indonesia 7(1): 2-8.
Demografi Sebagai Mesin Todaro, Michel, 2011, “Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi: Jendela Pembangunan di Dunia Ketiga” edisi
Peluang Atau Jendela Bencana Di Terjemahan, Erlangga.
Indonesia ? Tukiran dkk. 2007. “Sumber Daya
Lee, Ronald. 2003. The Demographic Manusia Tantangan Masa Depan”.
Transition: Three Centuries of Pustaka pelajar : Yogyakarta.
Fundamental Change, Journal of http://bisnis.vivanews.com diakses 6
September 2014http://kompas.com
diakses 2 Oktober 2014

136

You might also like