Professional Documents
Culture Documents
JURNAL TESIS
Oleh :
RUBA’I
NIM : 170404016
Email: abdillahhasanurrubai@gmail.com
ABSTRACT
A great number of thoughts and discussions about Islam-based economy has significantly
influenced the growth and development of Syariah-based economy system, especially in Islamic
finance institutions. The main purpose of this system is striving for the welfare of its clientinstead
of self or group interest. The notion of ownership is based on ethics values as it is related with an
individual within collectivity. It is different with conventional economics system which adopts
capitalism concept, in which the owner dominates the economic activity. The relationship
between individual and collectivity in conventional system is always measured objectively and
quantitatively. This concept has political interest that could stimulate conflict due to people‟s
arrogance and unlimited desire over goods in the pursuit of fulfilling their needs. This research is
designed to investigate Islamic values of ownership and balance to form equity theory along with
justice values that can be implemented. In order to get insight into central phenomena, qualitative
approach was employed and data was collected through observation, interview, and document
analysis. The data gained from the research instruments were analyzed by descriptive-analysis to
understand the implementation of the ownership concept based on Islamic equity theory
perspective in BMT Permata Hidayatullah. From data analysis, the study showed that the concept
has been implemented, and this can be seen from the deployment of dividend and profit sharing
among the client. The finding also has proved that the notion of Islamic ownership has been able
to help to eliminate the injustice in possessing goods either by individual, group or state.
Therefore, implementing Islamic economic system can be an effective solution to run daily
economy practices on the basis of mutual benefit.
Keywords: Ownership, Equity Theory, Profit and Dividen
ABSTRAK
Maraknya pemikiran dan pengkajian tentang ekonomi Islam telah berpengaruh
besar terhadap pertumbuhan sistem bisnis syariah terutama dilembaga keuangan syariah.
Seperti halnya sistem ekonomi konvensional, kapitalisme menjadi owners. Kesejahteraan
pemilik adalah tujuan utamanya. Hal ini dikarenakan konsep kepemilikan syarat dengan
muatan nilai etis, karena menyangkut hubungan antara individu dalam kolektivitas tidak
bisa direpresentasikan secara objekif dalam bahasa nomerik. Konsep ini juga sangat
politis dan berpotensi konflik, karena menyangkut dominasi arogansi dan nafsu serakah
manusia atas objek yang dapat memuaskan kebutuhanya. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui nilai kepemilikan Islam dalam membentuk teori ekuitas, dan
untuk mengetahui nilai keseimbangan serta nilai keadilan dapat diterapkan. Dalam
penelitian ini data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi maupun dari
3
lapangan yang dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan untuk
mengetahui Penerapan Konsep Kepemilikan Harta dalam Perspekif Teori Ekuitas Islam
pada BMT Permata Hidayatullah. Berdasarkan hasil dari wawancara bahwa konsep
tersebut telah diterapkan, terlihat dari sistem pembagian dividen keanggota dan bagi hasil
ke nasabah. Sehingga konsep kepemilikan dalam Islam membantu menghilangkan
ketidak adilan dalam penguasaan harta secara individu, umum dan negara agar tiap
golongan dapat memanfaatkan hartanya secara adil, merata sehingga konsep tersebut
mampu menjadi solusi.
Kata Kunci: Kepemilikan, Teori Ekuitas, Laba, dan Dividen
Pendahuluan
Beberapa waktu terakhir ini terdapat pengetahuan kepentingan terhadap
penelitian dan pengkajian dalam bidang akuntansi syariah. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor misalnya munculnya perbankan syariah yang memberikan implikasi
terhadap praktek akuntansi konvensional, dimana dalam hal ini penerapan akuntansi
konvensional tidak dapat diaplikasikan di lembaga-lembaga yang menggunakan prinsip
Islam. Baik dari segi implikasi akuntansi maupun dampak ekonomi. Salah satu contoh
sederhana, adanya sistem bunga atau riba yang merupakan salah satu identitas dari
akuntansi konvensional. Hal tersebut tidak dapat diterapkan pada akuntansi Islam, yang
sangat jelas menolak bahkan mengharamkan sistem riba.
Faktor lain yang mendorong meningkatnya kajian terhadap bidang akuntansi
Islam adalah, adanya usaha untuk melakukan mengembangan standar akuntansi
internasional di Negara-negara Islam serta adanya kajian ulang filsafat terhadap etika
berdasarkan pengetahuan akuntansi syariah dalam pengembangan teori akuntansi.1
Islam sebagai suatu agama telah ditempatkan pada suatu pilihan dan sekaligus
ajaranya dijadikan pedoaman dalam kehidupan umat manusia yang memeluknya.2
Fungsi utama Islam adalah membimbing manusia pada jalur yang benar dengan
arah yang tepat. Oleh karena itu, kita harus memiliki komitmen pada pengembangan
ekonomi harus integral dengan pembangunan umat manusia secara keseluruhan.
Disamping itu, kerangka landasanya harus jelas dan kokoh.3
Kalau dicermati ada sebuah sistem yang berbeda dari sistem ekonomi kapitalisme
maupun sistem ekonomi sosialisme, yakni sistem ekonomi Islam. Terlepas dari bebagai
perbedaan pandangan berbagai pihak, termasuk perbedaan pendapat pernah ada
1
Muhammad, Penganta Akuntansi Syari‟ah, Edisi Pertama, (Jakarta: Salemba Empat,
2002, hlm.30.
2
Muhammad ,Pengantar, hlm.7.
3
Muhammad, Pengantar, hlm.10.
4
dikalangan pakar muslim sendiri terdapat perbedaan yang harus disepakati mengenai
istilah ”sistem ekonomi Islam”.4
Kesejahteraan pemilik adalah tujuan utamanya. Hal ini dikarenakan konsep
kepemilikan harta sebagai konsep yang disatu pihak syarat dengan muatan nilai etis,
kerena menyangkut antara individu dalam kolektifitas yang tidak bisa begitu saja
direpresentasikan secara objektif dalam bahasa nomerik.5
Konsep Kepemilikan Harta merupakan sebuah konsep yang juga rentan dan
sensitif terhadap nilai-nilai, seperti kesejahteraan, rasa keadilan dan konsensus atas
kesejahteraan bahkan terhadap netralitas itu sendiri.
Permasalahan yang ada pada aspek materialitas, dimana parameternya adalah
seberapa besar pengaruh sebuah informasi keuangan terhadap proses pengambilan
keputusan atau bisa dikatakan bahwa sesuatu dianggap material bila pencantuman atau
penghapusanya dari pelaporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.6
Konsep ekuitas menurut syariat Islam lebih terfokus pada konsep kepemilikan
harta dalam Islam, yaitu suatu konsep dengan metafora amanah.7 Islam menempati
kedudukan yang unik, yang didasari pada kerangka etis keseimbangan hak seseorang atas
kekayaan secara bersamaan terkandung juga hak orang lain. Hal ini diwakili oleh konsep
zakat yang mencerminkan aspek keseimbangan dalam teori kepemilikan. Karena, secara
substansif, zakat tidak sekedar kewajiban individu kepada masyarakat, atau sebaliknya,
merupakan hak masyarakat atas individu.
Dari berbagai penjelasan diatas, peneliti mencoba mengupas tentang konsep
akuntansi ekuitas, khususnya dilihat dari nilai-nilai dasar ekonomi Islam (syariah) dalam
tema “PENERAPAN KONSEP KEPEMILIKAN HARTA DALAM PERSPEKTIF
TEORI EKUITAS ISLAM (Studi kasus pada KSU BMT Permata Hidayatullah,
Gunungsiu, Loyok, Sikur, Lombok Timur)”.
Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
4
Muhammad Pengantar, hlm.104.
5
Triyuwono dan as‟udi (2001), hlm.
6
Hendry Setiabudi dan Iwan Triyuwono, Akuntasi ekuitas dalam narasi kapitalisme,
sosialisme, dan islam, (jakarta: Salemba empat, 2002), hlm.
7
Iwan Triyuwono, Organisasi dan Akuntansi Syariah: Implemenasinilai Keadilan dalam
Metafora Amanah,Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia,Vol. 4,n0. 1, (2000), hlm. 1-34.
5
8
M. sularno, “Konsep Kepemilikan dalam Islam: Kajian dai Aspek Filosofis dan
Potensi Pengembangan Ekonomi Islam”Jurnal al-Mawardi, (2003), hlm. 86.
9
Meirison, “ Jenis Kepemilikan dalam Sistem Ekonomi Islam”, Maqdis (Januari-Juni
2017), hlm. 108.
10
Sulaiman Jajuli,”Kepemilikan Umum dalam Islam”, as-Syariah (Desember 2014),
hlm.409
11
Muhammad Niamul Musoffa, Pengaruh Aset dan Ekuias terhadap Net Income
melalui Operating Income dan Non Operating Income Bank Syaiah di Indonesia (Periode
tahun 2011-2015), hlm. 6.
7
12
Afifa Rangkuti dalam penelitiannya, “Konsep Keadilan Dalam Perspektif Islam”,
Jurnal Tazkia, vol. 6, no. 1 (2017), hlm 1.
8
Syariat Islam telah menegaskan keberadaan konsep maslahat sebagai salah satu
instrumen hukum. Maslahat selain erat kaitannya dengan maqashid al-syariah (the aims of
Islamic law), juga memiliki hubungan timbal balik dengan hakekat eksistensi dan tujuan
hidup manusia, dan bentuk interaksi manusia itu memiliki hubungan timbal balik dengan
aspek-aspek sosial di sekitarnya. Otomatis dengan berdasarkan hal itu, konsep maslahat
tidak mungkin dilepaskan dari usaha-usaha para ekonom Muslim dalam membahas tema-
tema maslahat kepemilikan, khususnya teori ekuitas Islam. Kaitannya dengan diskursus
maslahat dalam tema-tema kepemilikan, kiranya perlu dipertanyakan, "bagaimana konsep
maslahat dalam kepemilikan harta yang pernah ditemukan".
Metode Penelitian
1. Jenis dan Lokasi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif lapangan
yang bersifat deskriptif dan evaluatif. Tahap deskriptif adalah tahapan penyajian data
yang didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan untuk
mengetahui hakekat sesuatu. Sedangkan tahap evaluatif adalah metode dengan
menggunakan analitik kritis rasional. Metode ini diterapkan mengingat pada tahap ini
dilakukan upaya membandingkan konsep akuntansi konvensional dengan konsep
akuntansi syariah.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan fenomenologi. Menurut pendapat
Husser dalam Muhammad 2002, pendekatan fenomenologi adalah pendekatan yang
digunakan untuk mendapatkan pengetahuan yang sejati, tidak dengan carainduksi
melainkan dengan melalui intuisi yaitu mengarahkan perhatian pada fenomena yang
ada dalam kesadaran. Adapun lokasi penelitian dilakukan pada KSU BMT Permata
Hidayatullah, Gunungsiu, Loyok, Sikur, Lombok Timur.
2. Operasional Variabel
Operasional variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah meliputi dua
variabel:
a. Konsep penerapan kepemilikan
Kensep kepemilikan dalam hal ini adalah Konsep Kepemilikan Harta secara
umum yang ada dalam teori ekuitas, dimana ekuitas merupakan hak sisa terhadap
aktiva suatu entitas setelah dikurangi hutang.
b. Teori Ekuitas Islam
Teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan dalam akuntansi yang
9
13
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, (Bandung: ALFABETA, 2013), hlm. 135.
10
dengan paham sosialis bahwa kepemilikan adalah tugas kolektif, di samping itu, Islam
juga menentang paham bahwa kepemilikan adalah hak bersama. Islam sangat
mengakui dan tidak menentang, bahwa kepentingan umum haruslah
dipertimbangkan dan didahulukan dari pada kepentingan kelompok kecil, apalagi
kepentingan individu.
Islam menolak paham bahwa kepemilikan adalah hak milik kolektif, dengan
alasan bahwa hal demikian ini bertentangan dengan milik individu, atau perampasan
individu dari hak miliknya, yang sekaligus memberi ruang kepada masuknya
intervensi pemerintah dalam pembredelan hak milik. Paham ini jelas memposisikan
pemerintah diantara pengatur harta, yang karenanya sah merampas dan selanjutnya
memberikan kepada siapa saja yang diberi pemerintah atas dalih undang-undang. 14
Menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera tidak mungkin dibangun
tanpa melindungi hak milik individu anggotanya, maka melindungi hak milik individu
anggota masyarakat adalah perangkat utama dalam usaha mewujudakan masyarakat
yang adil dan makmur. 15
Konsep Kepemilikan Menurut BMT Permata Hidayatullah
Berdasarkan hasil wawancara dengan Manager BMT Permta Hidayatullah Pak
Marjan bahwa, konsep kepemilikan dalam lembaga tersebut sudah diterapkan, tetapi
beliau tidak bisa menjelaskan secara detail, namun secara umum atau konsep Islam
dimulai dari modal awal pendirian BMT, baik dari keanggotaan, simpanan pokok,
simpanan wajib, simpanan sukarela dalam bentuk tabungan biasa, dan tertera secara
administratif di undang-undang 25 tahun 1997 tentang perkoperasian. Selain itu, ada
beberapa kata kunci yang disampaikan oleh pak Marjan mengenai konsep kepemilikan
harta menurut lembaga: pertama, modal berbasis kekuatan anggota. Koperasi akan
berhasil apabila memiliki sumber dana atau finansial yang berasal dari partisipasi aktif
para anggotanya. Kedua, adalah manfaat atau kontribusi koperasi bersifat nyata dan dapat
dirasakan oleh anggota maupun calon anggota. Artinya keberadaan koperasi sangat
dirasakan manfaatnya oleh anggota baik dari aspek jasa keuangan (simpanan, investasi,
pembiayaan, ta‟awun dan jasa pembayaran) maupun jasa non keuangan, seperti
pendidikan, pelatihan, pendampingan, dan bentuk sosial lainnya Ketiga, adalah
14
M. Faruq An Nabahan, Sistem Ekonomi Islam : Pilihan Setelah Kegagalan Sistem
Kapitalis dan Sosialis, alih bahasa : Muhadi Zainuddin, (Yogyakarta, UII Press, 2000) h. 44
15
An Nabhan, Sistem, h. 46.
12
manajemen koperasi yang berkesesuaian dengan regulasi dan kebutuhan anggota. Artinya
koperasi dikelola sesuai dengan peraturan lainnya serta dikelola secara profesional, dan
keempat, adalah hanya melakukan aktifitas yang halal saja untuk memberikan pelayanan
kepada anggota maupun calon anggota.
Melihat uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan jati diri koperasi
sebagai badan usaha bersama milik anggota akan menjadi lebih baik, lebih besar, dan
lebih berkah apabila menjalankan sesuai prinsip-prinsip berkoperasi.
Ada beberapa prosedur yang harus dilalui oleh anggot ataupun calon anggota agar
dapat terikat dengan kepemilikan dalam lembaga, di antaranya, pertama, kontraktual
anggota sebagai pemilik modal. Artinya seseorang ketika mendaftar sebagai anggota
koperasi berarti ia telah mengikatkan diri terhadap Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, dan Peraturan Koperasi lainnya. Kedua, komitmen anggota sebagai pengguna
jasa atau pelanggan koperasi. Artinya anggota mempunyai kesadaran dan komitmen yang
kuat untuk membesarkan koperasi dengan membeli produk dan jasa yang dikembangkan
oleh koperasi. Ketiga, kontraktual anggota sebagai pengguna modal. Artinya koperasi
hendaknya memiliki kontrak dengan anggota agar anggota secara rutin menyimpan dan
berinvestasi di koperasi seperti simpanan wajib, simpanan rencana serta anggota juga
selalu mematuhi kontrak (akad) pembiayaan dengan koperasi. Keempat, kerjasama antar
koperasi dan dengan perusahaan lainnya. Koperasi akan menjadi lebih besar apabila
selalu melihat peluang untuk berkolaborasi dan bersinergi dengan koperasi lainnya atau
perusahaan lainnya.
Teori Ekuitas Berdasarkan Nilai Kepemilikan Islam
Pemilikan dalam ekonomi islam yang sesuai dengan nilai-nilai dasar ekonomi
Islam adalah bahwa :
a. Pemilikan terletak pada kemanfaatannya dan bukan menguasai secara mutlak terhadap
sumber-sumber ekonomi seorang muslim yang tidak memproduksi manfaat dari
sumber-sumber yang diamanatakan oleh Allah SWT padanya akan kehilangan hak
atau sumber-sumber tersebut, seperti berlaku pada pemilikan lahan dan tanah.
b. Pemilikan terbatas sepanjang usia hidup manusia didunia, dan apabila orang itu mati,
harus didistribusikan kepada ahli warisnya menurut ketentuan islam. Pemilikan
seseorang tidak diperbolehkan terhadap sumber-sumber ekonomi yang menyangkut
kepentingan umum atau menjadi hajat hidup orang banyak. Sumber-sumber ini
menjadi milik umum atau Negara.
13
Disisi lain syariah sebagai pedoman masyarakat muslim, sekaligus sebagai sebuah
hukum positif, mengatur konsep kepemilikan pribadi yang diungkapkan oleh Munief
(1997) dalam Setiabudi dan Triyuwo 2002, adalah sebagai berikut:
a) Syariah tidak mengizinkan adanya kepemilikan yang tidak dimanfaatkan, hal ini
berarti bahwa seseorang yang tidak mengelola atau tidak memanfaatkan sumber-
sumber ekonomi yang diamanatkan oleh Allah SWT maka ia akan kehilangan
haknya atas sumber-sumber itu.
b) Syariah memiliki ketentuan mengenai mereka para pemilik kekayaan pribadi untuk
mengeluarkan atau membayar zakat sesuai dengan kekayaan yang mereka miliki.
Namun bagi mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya
atau tidak bekerja tidak wajib zakat.
Teori Ekuitas Berdasarkan Nilai Keseimbangan
Keseimbangan merupakan nilai dasar yang pengaruhnya tampak dalam berbagai
aspek ekonomi muslim seperti kesederhanaan (moderation), berhemat (parsimony), dan
menjauhi pemmborosan (extravagance). Konsep keseimbangan ini tidak hanya
berhubungan dengan keseimbangan hasil usahanya diarahkan untuk dunia dan akherat
saja, tetapi terkait juga dengan kepentingan (kebebasan) perorangan dengan kepentingan
umum yang harus dipelihara, dengan hal ini diharapkan growt with equity ditampilkan
dalam kehidupan ekonomi masyarakat dimana keseimbangan antara hak dan kewajiban
merupakan implementasi yang relevan dengan konsep ini.
Dengan demikian teori ekuitas berdasarkan nilai keseimbangan adalah bahwa
diharapkan orientasi perusahaan tidak lagi hanya untuk kesejahteraan pemilik, tetapi juga
keseimbangan pendistribusian kekayaan (ekuitas) kepada pihak-pihak lain yang terkait
dengan perusahaan termasuk masyarakat. Jadi pendistribusian kekayaan (ekuitas) tidak
hanya untuk kepentingan stockhorders saja, tetapi juga society. Dalam hal ini perwujudan
nilai keseimbangan dalam bentuk zakat, sebagai sarana redistribusi (ekuitas) dalam Islam.
Teori Ekuitas Berdasarkan Nilai Keadilan
Kata yang banyak disebut dalam Al-Qur‟an setelah Allah dan ilmu pengetahuan,
ialah keadilan. Kata keadilan disebut lebih dari seribu kali, ini menunjukkan betapa nilai
dasar ini memiliki bobot yang sangat dimuliakan dalam islam. Baik yang terkait aspek
sosial, politik maupun ekonomi . Keadilan dalam islam bukanlah nilai dasar Nomormor
dua, melainkan akar nilai. Keadilan diterapkan pada semua ajaran islam dalam peraturan-
peraturannya baik aqidah, syariat, atau etika.
14
Karakter pokok dari nilai keadilan menunjukkan kepada kita bahwa masyarakat
ekonomi harus memiliki sifat makmur dalam keadilan dan adil dalam kemakmuran
menurut syariat Islam.
Konsep Modal Sebagai Ekuitas Islam
Modal adalah sejumlah kekayaan yang bisa saja berupa assets ataupun intangible
assets, yang bisa digunakan untuk menghasilkan suatu kekayaan. Modal dalam prespektif
Islam hendaknya digunakan untuk kegiatan produksi yang di anjurkan oleh syariat yang
bebas dari unsur riba. Islam juga mengatur untuk menjaga hak produsen dan juga hak
pemilik modal agar mencapai suatu kebaikan dalam suatu kegiatan produksi yang
akhirnya akan berimplikasi pada adanya suatu mashlahah dalam kerjasama yang
dilakukan. Manusia hendaknya tidak hanya mengelola modalnya untuk kepentingan
dunia, melainkan juga mengelola modal akhirat.
Yang di maksud modal akhirat adalah modal yang dikelola dengan baik sehingga
dapat memberikan manfaat bagi manusia dan alam sekitar. Rasulullah melarang iri
kepada orang lain kecuali dalam dua hal, yaitu orang yang harta (modal)-nya
dipergunakan dalam kebenaran dan orang yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya.
Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 279 yang artinya: Maka jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya
akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
Ibnu Majah meriwayatkan: Secara fisik terdapat dua jenis modal yaitu fixed capital
(modal tetap), dan circulacing capital (modal yang bersirkulasi). Fixed capital contohnya
gedung-gedung, mesin-mesin, mobil dan lainnya yaitu, benda-benda yang ketika
manfaatnya dinikmati, eksistensi subtansinya tidak berkurang. Adapun circulat capital itu
seperti bahan baku, uang dan lainnya yaitu benda-benda yang ketika manfaatnya
dinikmati, substansinya juga hilang.16
Beberapa ketentuan hukum Islam mengenai modal adalah sebagai berikut:
1. Islam mengharamkan penimbunan modal
2. Modal tidak boleh dipinjam dan meminjamkan dengan cara riba
3. Modal harus didapatkan dengan cara yang halal
4. Modal yang mencapai nisab, zakatnya wajib dikeluarkan (85 gram emas, pen)
Mustafa Edwin Nasution, et.all, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Prenada
16
17
Rustam Effendi, Produksi Dalam Islam, (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2003)
him. 63.
16
2. Berkaitan dengan nilai kepemilikan, Islam tidak mengakui adanya hak kepemilikan
mutlak sebagaimana yang terdapat dalam ideologi kapitalis. Kepemilikan dalam Islam
sangat terkait dengan konsep amanah. Dimana dengan konsep segala sesuatu yang
dimiliki manusia adalah titipan Allah. Tetapi bukan berarti Islam tidak mengakui hak
pribadi, hak tersebut tetap ada tetapi dibatasi, jadi bukan sebagai hak mutlak. Batasan
tersebut adalah adanya hak milik orang lain yang melekat dalam setiap kepemilikan
individu yang dipresentasikan dengan zakat. Dengan demikian, teori ekuitas
berdasarkan nilai kepemilikan dalam Islam adalah bahwa kekayaan (ekuitas) dalam
sebuah entitas bisnis, tidak hanya menempatkan pemilik sebagai titik sentral atau pusat
dari segala kepentingan dan menguasai penuh kekayaan tersebut, sesuai dengan
keinginannya saja, tetapi kekayaan (ekuitas) dalam sebuah entitas bisnis tersebut
didistribusikan kepada masyarakat yang berhak menerimanya.
Implikasi Teoritis
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa saat ini KSU BMT Permata Hidayatullah
perlu meningkatkan aset agar dapat bersaing dalam hal pelayanan kepada nasabah
untuk mendapatkan laba maksimal dari pembiayaan murabahah, bagi hasil, jual beli,
dan sewa. Selain aset yang perlu ditingkatkan, faktor lain yang dirasa perlu untuk
ditingkatkan yaitu ekuitas, sebagai kelancaran keuangan suatu lembaga keuangan
syariah.
2. Modal diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan nasabah dalam hal permodalan
pembiayaan. Kombinasi antara aset dan ekuitas inilah yang diharapkan mampu untuk
menopang seluruh operasional lembaga keuangan syariah. Dibutuhkan pengelolaan
yang efisien terhadap aset dan ekuitas untuk memenuhi kebutuhan operasional dan
menekan biaya seminimal mungkin serta menaikan pendapatan semaksimal
mungkin.
3. Kenaikan aset dan ekuitas (modal) sebagai sumber pendanaan untuk memenuhi
kebutuhan nasabah, harus dibarengi dengan peningkatan pendapatan oleh bank, baik
pendapatan operasional (operating income), pendapatan Non-operasional (Non
operating income), dan pendapatan bersih (net income).
4. Karena keberhasilan operasional suatu bank ditentukan oleh seberapa baik
perbankkan memanfaatkan keuntungan dari skala dan ruang lingkup ekonomi. Skala
ekonomi kaitannya dengan calon investor potensial dan ruang lingkup ekonomi
kaitannya dengan nasabah dan calon nasabah potensial.
19
Saran/Rekomendasi
1. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah objek penelitian untuk hasil penelitian yang
lebih mendekati kenyataan.
2. Penambahan variabel-variabel penelitian yang mungkin dapat dimasukkan dalam
penelitian, di antaranya dana syirkah temporer.
Daftar Refrensi
Aziz Abdul dan Mariyah Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer,
(Alfabeta Bandung, 2010)
Behesti, Kepemilikan dalam Islam, terj. Lukman Hakim dan Ahsin M., ttp.:
Pustaka Hidayah, Jakarta. 1992.
Belkaoui, Ahmad Riahi, Teori Akuntansi. Buku Satu, Salemba Empat Jakarta
Chariri, Anis dan Imam Ghozali, 2001.
Hasballah Thaib , Hukum Aqad dalam Fiqih Islam dan Praktek di Bank Sistem
Syariah (Medan, Program Pasca Serjanana USU, 2005).
Hendriksen, Elson S., Nugroho W. Teori Akuntansi, Edisi Keempat Jilid 1
Erlangga Jakarta. 1982.
Muhammad Syafi„i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Gema Insani,
Jakarta, 2001
Nurhartati Fitri dan Rahmaniyah Ika Saniyati, Koperasi Syari‟ah, (PT Era
Intermedia thn 2008)
Ridwan Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta:
UII Press 2004
Widodo Sugeng, Seluk Beluk Jual Beli Murabahah Perspektif Aplikatif, ASGAD
CHAPTER Yogyakarta. 2010.
Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), hlm. 17-18.