You are on page 1of 17

1

ANALISIS POLA MORFOLOGI DAN INTERAKSI SPASIAL


PERKOTAAN DI KOTA YOGYAKARTA
DENGAN WAHANA CITRA LANDSAT

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH


Program Studi Geografi

Diajukan Oleh:
Bayu Ariyadi
NIRM : E 100 13 0004

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
2
3
4

ANALISIS INTERAKSI SPASIAL POLA MORFOLOGI KOTA D.I


YOGYAKRTA DENGAN WAHANA CITRA LADSAT
Spatial Interaction Analysis Pattern of Morphology Urban Area in D.I Yogyakarta
Using landsat Image
by
Bayu Ariyadi¹, Kuswaji Dwi Priyono² dan Muhamad Musiyam 3
¹Mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
²,3Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Surakarta 57102
e-mail :bayuariyadi41@yahoo.co.id

ABSTRACT

Yogyakarta city is study area in this research. The purpose of this research was to
determine the morphological pattern of Yogyakarta, knowing the direction and extent of
morphological development of the urban area of Yogyakarta, knowing the relationship
between accessibility to urban morphology, knowing the spatial interaction between the
city center and the surrounding urban area know what the dominant factor affecting the
development of urban morphology. The advantage who can be taken from research is
provide information about cultivation in Yogyakarta urban areas, towards community
and other parties related especially Yogyakarta goverment.
The method used in the study is the analysis of remote sensing data interpretation
and analysis of secondary data from relevant agencies and the results of field surveys.
The purpose doing this interpretation analisist was discovering building density whose
used as a material information againts extabilishing townscape boundaries and also to
percive direction of townscape morphology. The analisist method used tu calculate scale
of spatial interaction between region is gravity theory calculation.
The results from research map of morphology patterns of Yogyakarta city, map of
line and extents townscape, the dominant element who have implication in the
development urban areas. Map of interaction came from calculation using gravity theory
the packed into a map.

Keywords: Spatial Interaction, patterns of morphology, urban area, D.I Yogyakarta


5

ANALISIS INTERAKSI SPASIAL POLA MORFOLOGI KOTA D.I


YOGYAKARTA DENGAN WAHANA CITRA LANDSAT

ABSTRAK

Oleh :
Bayu Ariyadi
E 100 130 004

Areal perkotaan Yogyakarta merupakan daerah kajian dalam penelitian


ini. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui pola morfologi
yogyakarta, mengetahui arah dan luasan perkembangan morfologi area perkotaan
Yogyakarta,mengetahui hubungan antara aksesibilitas dengan morfologi
perkotaan, mengetahui interaksi spasial antara pusat kota dengan wilayah
perkotaan disekitarnya dan mengetahui faktor dominan apa yang mempengaruhi
perkembangan morfologi perkotaan. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian
ini diantaranya adalah menyediakan informasi tentang perkembangan areal kota
Yogyakarta bagi masyarakat pada umumnya dan bagi pihak-pihak terkait
khususnya pemerintah kota Yogyakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah analisis interpretasi data
penginderaan jauh dan analisis data sekunder dari instansi terkait dan hasil survei
lapangan. Analisis interpretasi dilakukan untuk menentukan kepadatan bangunan
yang digunakan sebagai data untuk menentukan batas areal perkotaan dan juga
untuk mengetahui arah morfologi perkotaan. Metode analisis yang digunakan
untuk menghitung besaran interaksi spasial antar wilayah menggunakan metode
perhitungan teori gravitasi.
Hasil dari penelitian ini: Peta pola morfologi perkotaan kota Yogyakarta,
Peta arah dan luasan areal perkotaan, Peta interaksi spasial antar wilayah di areal
perkotaan, faktor dominan yang mempengaruhi perkembangan perkotaan. Peta
interaksi yang ada didapatkan dari hasil perhitungan menggunakan teori gravitasi
yang kemudiam disajikan kedalam sebuah peta.

Kata kunci: interaksi spasial, pola morfologi, perkotaan, Yogyakarta


6

PENDAHULUAN pembentukan wilayah perkotaan


Kota merupakan suatu kawasan (R.Bintarto, 1984). Batas garis
permukiman yang di dalamnya terdapat administrasi kota akan relatif sama
berbagai kegiatan sosial dan ekonomi, dalam periode waktu yang lama, batas
dimana terdapat fasilitas-fasilitas garis administrasi ini dapat digunakan
pendukung untuk menunjang kegiatan sebagai penentuan batas permasalahan-
masyarakat yang ada di dalam wilayah permasalahan perkotaan yang timbul,
tersebut. Kota dapat dilihat dari sehingga mempermudah dalam mencari
kepadatan penduduk, status hukum, solusi atau pemecahan masalah.
batas administrasi dan kepentingannya. Permasalahan yang kerap timbul dalam
Perkembangan kota yang terdapat di perkembangan kota adalah persoalan
Indonesia merupakan kota-kota politik, sosial, ekonomi, budaya,
berkembang yang dipengaruhi oleh teknologi dan fisik. Batas fisik wilayah
faktor ekonomi dan mobilitas penduduk yang masuk dalam kategori perkotaan
yang berkegiatan di dalam suatu selalu berubah setiap saat, maka sering
kawasan kota tersebut kota merupakan sekali terlihat batas fisik wilayah
suatu kawasan permukiman yang di perkotaan telah berada jauh diluar batas
dalamnya terdapat berbagai kegiatan administrasi suatu wilayah
sosial dan ekonomi, dimana terdapat
fasilitas-fasilitas pendukung untuk
menunjang kegiatan masyarakat yang
TUJUAN PENELITIAN
ada di dalam wilayah tersebut. Kota
1. mengetahui pola morfologi kota
dapat dilihat dari kepadatan penduduk,
Yogyakarta,
status hukum, batas administrasi dan
2. mengetahui arah dan luasan
kepentingannya. Perkembangan kota
perkembangan morfologi kota
yang terdapat di Indonesia merupakan
Yogyakarta,
kota-kota berkembang yang dipengaruhi
3. mengetahui hubungan antara
oleh faktor ekonomi dan mobilitas
aksesibilitas dan morfologi
penduduk yang berkegiatan di dalam
perkotaan,
suatu kawasan kota tersebut.
Analisis morfologi kota 4. menjelaskan interaksi spasial
didasarkan pada areal yang secara fisik antara suatu kota dengan kota
menunjukan kenampakan perkotaan lainya dapat mempengaruhi pola
(townscape). Areal yang berbatasan morfologi suatu kota, dan
dengan areal yang bukan kota disebut 5. mengetahui faktor dominan apa
built up area. Percepatan pertumbuhan yang mempengaruhi
kenampakan fisik kekotaan tidak sama perkembangan morfologi
perkotaan.
untuk setiap bagian terluar kota, maka
bentuk morfologi kota yang terbentuk
METODE PENELITIAN
akan sangat bervariasi. Seiring dengan
Metode pengumpulan data
berjalannya waktu perkembangan
merupakan salah satu tahapan penting,
perkotaan akan terus mengalami
sehingga data yang dikumpulkan
perubahan dan terus bergerak untuk
merupakan data yang berkualitas dan
mencari ruang-ruang baru dalam
7

juga memiliki nilai efektifitas dan tentang kelas pola keruangannya dalam
efisiensi. Peneliti menggunakan dua wilayah perkotaan, masing-masing
cara pengumpulan data, yaitu dengan zonasi wilayah tersebut apabila di
pengumpulan data primer dan overlay untuk menggambarkan pola
pengumpulan data sekunder. morfologi wilayah kajian.

Pengolahan Data Interaksi Spasial


Penelitian ini melakukan Teori Gravitasi kali pertama
pengolahan data yang berbeda antara diperkenalkan dalam disiplin ilmu Fisika
data satu dengan data yang lain. oleh Sir Issac Newton (1687) dalam
Pengolahan data berupa citra satelit, Robinson Tarigan (2006). Inti dari teori
menggunakan perangkat lunak/software ini adalah bahwa dua buah benda yang
pemetaan ArcGIS 10.1 dalam memiliki massa tertentu akan memiliki
pengolahannya. Pengolahan data citra gaya tarik menarik antara keduanya
yang dilakukan adalah berupa koreksi yang dikenal sebagai gaya gravitasi.
geometri untuk menentukan sistem Kekuatan gaya tarik menarik ini akan
koordinat pada citra satelit yang belum berbanding lurus dengan hasil kali
memiliki koordinat atau sistem kedua massa benda tersebut dan
koordinatnya masih belum tepat. Citra berbanding terbalik dengan kuadrat
yang telah terkoreksi selanjutnya jarak antara kedua benda tersebut.
diinterpretasi dan digitasi untuk Model gravitasi Newton ini kemudian
mendapatkan data turunan yaitu berupa diterapkan oleh W.J. Reilly (1929)
data vektor (shapefile). Robinson Tarigan (2006)., seorang ahli
Interpretasi atau proses geografi untuk mengukur kekuatan
mengenali obyek dari citra berdasarkan interaksi keruangan antara dua wilayah
unsur unsur interpretasinya. Interpretasi atau lebih. Berdasarkan hasil
merupakan bagian dari tahapan yang penelitiannya, Reilly berpendapat bahwa
harus dilakukan sebelum melakukan kekuatan interaksi antara dua wilayah
digitasi. Digitasi merupakan pengolahan yang berbeda dapat diukur dengan
data citra untuk mendapatkan data baru, memerhatikan faktor jumlah penduduk
dengan cara memberikan batasan- dan jarak antara kedua wilayah tersebut.
batasan berupa titik, garis, maupun area Untuk mengukur kekuatan interaksi
pada kenampakan obyek yang tergambar antar wilayah digunakan formulasi
pada citra. Data hasil dari proses digitasi sebagai berikut.
adalah data vektor dalam hal ini berupa IA.B = k. PA. PB
data dengan format shapefile (*shp). (dA.B )²
Data shapefile adalah data yang
nantinya digunakan dalam pemetaan Keterangan :
daerah rawan gempabumi dengan IA.B = kekuatan interaksi antara wilayah A dan B
menggunakan software pemetaan k = angka konstanta empiris, nilainya 1
PA = jumlah penduduk wilayah A
ArcGIS. Hasil proses interpretasi dari PB = jumlah penduduk wilayah B
data pengindraan jauh berupa zonasi dA.B = jarak wilayah A dan wilayah B
wilayah perkotaan, setiap zonasi sumber: Tarigan Robinson, Perencanaan
Pembangunan Wilayah, 2006
memiliki informasi yang berbeda
8

Lahan Kekotaan
Jalur Transportasi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 1 Ilustrasi kota
A.Morfologi kota berbentuk bujur sangkar
Morfologi kota Yogyakarta
merupakan bentuk ekspresi keruangan Pola morfologi kota yang ada di
yang terjadi dari seluruh kegiatan kota Yogyakarta berdasarkan hasil
perekonomian, sosial, dan budaya yang penelitian ini masuk kedalam kota
terjadi di dalamnya. Ekspresi keruangan dengan model sektoral dimana wilayah-
menurut para ahli mempunyai berbagai wilayah yang masuk kedalam wilayah
variasi bentuk dari morfologi kota yang perkotaan dibagi atau difungsikan sesuai
dikategorikan kedalam dua jenis yaitu dengan kebutuhan kota, seperti
bentuk kompak dan bentuk tidak penentuan lokasi pusat ekonomi, tempat
kompak. Ekspresi keruangan yang tinggal dan lokasi pusat pendidikan.
terbentuk di kota Yogyakarta termasuk Bentuk ekspresi keruangan yang ada di
kedalam bentuk ekspresi keruangan kota Yogyakarta termasuk kedalam
dengan bentuk yang kompak dan masuk bentuk yang kompak, terdapat 7 macam
dalam kategori kota yang berbentuk bentuk kompak yaitu : bujur sangkar,
bujur sangkar. kipas, empat persegi, pita, bulat, gurita,
dan tidak berpola, dari ketujuh jenis
Kota berbentuk bujur sangkar bentuk kompak tersebut kota
mempunyai potensi untuk Yogyakarta masuk kedalam bentuk
mengembangkan wilayah perkotaan bujur sangkar dimana bentuk ini
keberbagi arah disesuaikan dengan berm.ula dari satu titik pusat kota
kebutuhan ruang yang diperlukan. kemudian dapat berkembang kesegala
Kendala bentuk topografi tidak begitu arah dengan relatif seimbang. Sarana
berarti hanya saja, adanya jalur aksesibilitas yang ada juga memicu
transportasi sangat berperan penting pertumbuhan kesegala arah, akan tetapi
dalam pembentukan wilayah kota yang sampai tahun 2013 perkembangan
masuk kedalam kategori ini. Gambar 3.5 perkotaan lebih besar kearah utara dan
berikut adalah ilustrasi kota berbentuk selatan apabila dibandingakan dengan
bujur sangkar. arah barat dan timur, akan tetapi arah
perkembangan menuju kesana sudah
mulai terlihat dari pembangunan-
pembangunan yang terjadi di wilayah
tersebut

B. Arah Morfologi kota


Analisis morfologi kota didasarkan
pada areal yang secara fisik menunjukan
kenampakan perkotaan (townscape).
Areal yang berbatasan dengan areal
9

yang bukan kota disebut built up area. wilayah perkotaan, faktor-faktor tersebut
Percepatan pertumbuhan kenampakan adalah pusat perekonomian, jarak dari
fisik kekotaan tidak sama untuk setiap pusat kota (CBD), jaringan aksesibilitas,
bagian terluar kota, maka bentuk sosial budaya masyarakat.
morfologi kota yang terbentuk akan
sangat bervariasi. Seiring dengan Kabupaten Sleman merupakan
berjalannya waktu perkembangan wilayah yang sudah bertranformasi dari
perkotaan akan terus mengalami yang sebelumnya wilayah pedesaan
perubahan dan terus bergerak untuk menjadi wilayah perkotaan yang sangat
mencari ruang-ruang baru dalam potensial. Keberadaan pusat-pusat
pembentukan wilayah perkotaan. Batas ekonomi serta jarak dari pusat kota
garis administrasi kota akan relatif sama Yogyakarta yang tidak terlalu jauh
dalam periode waktu yang lama, batas menjadi penyebab wilayah ini
garis administrasi ini dapat digunakan berkembang dengan sangat cepat, selain
sebagai penentuan batas permasalahan- itu banyaknya pusat-pusat pendidikan
permasalahan perkotaan yang timbul, berupa universitas yang tersebar di
sehingga mempermudah dalam mencari beberapa wilayah yang ada di
solusi atau pemecahan masalah. Kabupaten Sleman terdapat pertukaran
Permasalahan yang kerap timbul dalam informasi akibat interaksi antara
perkembangan kota adalah persoalan mahasiswa dan penduduk lokal, dimana
politik, sosial, ekonomi, budaya, pertukaran informasi tersebut
teknologi dan fisik. Batas fisik wilayah menjadikan masyarakat lokal menjadi
yang masuk dalam kategori perkotaan lebih modern dalam melakukan kegiatan
selalu berubah setiap saat, maka sering sehari-hari. Universitas-universitas besar
sekali terlihat batas fisik wilayah tersebut juga mempunyai peranan dalam
perkotaan telah berada jauh diluar batas perkembangan bentuk fisik perkotaan,
administrasi suatu wilayah. ini dikarenakan kegiatan perekonomian
disekitar pusat pendidikan atau
Bentuk fisik perkotaan yang universitas sangat tinggi dan potensial,
terbentuk di wilayah Kota Yogyakarta Menyebabkan terbentuknya wilayah-
mempunyai hubungan antara batas wilayah baru yang dapat dikategorikan
administrasi setiap wilayah dengan kedalam wilayah perkotaan.
perkembangan pertumbuhan perkotaan
yang ada. Wilayah-wilayah yang sangat Perkembangan wilayah perkotaan
terpengaruh dengan adanya juga berdampak langsung kepada
perkembangan bentuk fisik perkotaan kondisi pembangunan, perekonomian
secara administratif adalah wilayah dan sosial budaya, wilayah yang
Kabupaten Sleman dan Kabupaten merasakan dampak tersebut adalah
Bantul. Penyebab wilayah tersebut Kabupaten Bantul selain Kabupaten
menjadi alternatif dalam penyediaan Sleman. Kabupaten Bantul yang
kebutuhan ruang dalam perkembangan berjarak sekitar 16 km tidak jauh dari
wilyah perkotaan dipengaruhi oleh pusat kegiatan perkotaan Yogyakarta
beberapa faktor yang diperlukan suatu secara perlahan telah bertransformasi
wilayah dapat dikategorikan kedalam dari yang semula daerah pedesaan
10

menjadi wilayah perkotaan di beberapa Gunungkidul masih tergolong kedalam


wilayahnya. Penyebab perubahan yang wilayah yang sedang mengalami
terjadi dari wilayah desa ke wilayah kota proses perubahan dari Desa dan Kota.
di Kabupaten Bantul adalah kebutuhan Lambatnya proses perubahan tersebut
ruang untuk tempat tinggal yang sudah dikarenakan oleh beberapa hal seperti:
terlalu padat di pusat kota menyebabkan Jarak dari Pusat Kota Yogyakarta yang
masyarakat kota memilih beberapa relatif jauh, ketersedian ruang di
wilayah yang secara administratif Kabupaten Sleman dan Bantul masih
terletak di Kabupaten Bantul sebagai mencukupi untuk perkembangan
pilihan alternatif tempat tinggal. perkotaan, kondisi sosial-ekonomi
Interaksi yang terjadi antara masyarakat masyarakat, dan untuk khusus untuk
yang secara pemikiran telah modern wilayah Gunungkidul dan beberapa
dengan masyarakat lokal menyebabkan wilayah di Kulonprogo faktor kondisi
perubahan wilyah dari desa ke kota. topografi wilayah menjadi faktor yang
Perkembangan wilayah perkotaan juga menyebabkan lambatnya proses
berdampak kepada pembangunan yang perubahan wilayah desa ke wilayah
terjadi di kabupaten Bantul yang kota.
membuat pembangunan yang ada di
wilayah ini berkembang dengan cepat C. Ketersediaan aksesibilitas
untuk memenuhi kegiatan sosial Sarana aksesibilitas yang tersedia
ekonomi yang terdapat di wilayah ini. di wilayah perkotaan Yogyakarta
Kabupaten Sleman yang mengalami mempunyai kekurangan dan kelebihan.
perkembangan perkotaan yang hampir Kekurangan aksesibilitas yang terdapat
50% dipengaruhi oleh terdapatnya di D.I Yogyakarta berupa kurangnya
pusat-pusat pendidikan berupa jumlah armada bus transportasi umum
universitas. Kabupaten Bantul tumbuh yang beroperasi di dalam kota sehingga
menjadi wilayah perkotaan dikarenakan agak menyulitkan masyarakat yang tidak
banyaknya masyarakat yang berkegiatan memiliki kendaraan pribadi.
di wilayah kota Yogyakarta memilih Kekurangan sarana aksesibilitas berupa
Bantul sebagai wilayah tempat tinggal kendaraan umum dapat diantisipasi oleh
mereka. Kondisi masyarakat di beberapa warga lokal karena mereka memang
wilayah Kabupaten Bantul menjadi sudah terbiasa menggunakan kendaraan
masyarakat yang tergolong kedalam pribadi berupa motor untuk menunjang
masyarakat kota atau sering disebut kegiatannya sehari-hari. Kesulitan justru
dengan kaum urban, yang terbentuk dirasakan oleh para pendatang yang
karena proses interaksi sosial yang ada. perlu menyesuaikan dengan keadaan
seperti ini. Angka pendatang yang terus
Fenomena perubahan wilayah yang melonjak naik ini mulai memiliki
sebelumnya tergolong kepada wilayah dampak negatif yaitu penumpukan
pedesaan menjadi wilayah perkotaan kendaraan pribadi atau kemacetan di
juga sudah mulai terjadi di Kabupaten jam-jam tertentu, karena para pendatang
Kulonprogo dan Kabupaten membawa kendaraan pribadi dari daerah
Gunungkidul. Berbeda dengan Sleman asalnya karena mengetahui bahwa di D.I
dan Bantul, Kulonprogo dan Yogyakarta ketersediaan transportasi
11

umum masih jarang. Dampak positif Gondokusuman. Dilihat dari ketersedian


dari sedikitnya kendaraan umum yang sarana dan prasarana, diwilayah utara
beroperasi di wilayah perkotaan D.I perkotaan Yogyakarta terdapat dua
Yogyakarta adalah angka kemacetan kecamatan yang dapat dijadikan magnet
yang rendah di wilayah perkotaan atau pertumbuhan yaitu kecamatan Depok
hanaya terjadi di wilayah-wilayah dan Gondokusuman. Interaksi yang
tertentu seperti perempatan ring road terjadi anatara setiap wilayah tersebut
Kentungan, perempatan Gejayan dan dapat dilihat dari perhitungan
lampu merah Janti. dampak positif atau menggunakan rumus teori gravitasi,
kelebihan lain dalam aksesibilatas yang yaitu:
berada di Kota Yogyakarta adalah
ketersedian dan kualitas jalan yang baik IA.B = k. PA. PB
hingga masuk ke wilayah-wilayah desa
sekalipun. (dA.B )²
Keterangan :
D. Interaksi Spasial
IA.B = kekuatan interaksi antara wilayah
Penentuan zona perhitungan
A dan B
besar interaksi spasial di wilayah Kota
Yogyakarta dikelompokan berdasarkan k = angka konstanta empiris, nilainya
arah mata angin dengan tujuan untuk 1
mempermudah proses analisis dan PA = jumlah penduduk wilayah A
perhitungan besar interaksi spasial yang PB = jumlah penduduk wilayah B
terjadi. dA.B = jarak wilayah A dan wilayah B

Besar Interaksi
Nama Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Depok Gondokusuman
Depok - 3921303113
Mlati 92643997 708684385
Ngaglik 69114927 123108991
Gondokusuman 3921303113 -
Jetis 717464396 967292142
Tegalrejo 309695965 1159819358
Gambar 2. Pembagian zona Tabel 1. Hasil perhitungan wilayah
analisis utara Kota Yogyakarta

Tahapan perhitungan besar Hasil dari perhitungan tersebut


interaksi yang terjadi melalui perhituhan dapat diketahui bahwa setiap wilayah
menggunakan rumus dari teori gravitasi memiliki besaran interaksi yang
dan juga survei lapangan. berbeda-beda. Interaksi antara
Kecamatan Depok sebagi magnet
Bagian utara wilayah perkotaan dengan Kecamatan Ngaglik, Mlati,
Yogyakarta yang Meliputi wilayah Tegalrejo, dan jetis dari hasil
administrasi Kecamatan Depok, perhitungan dapat dilihat bahwa
Ngaglik,Mlati, Tegalrejo, Jetis Dan
12

interaksi terbesar terjadi antara Kecamatan yang terjauh serta dengan


Kecamatan Depok dengan Kecamatan beberapa Kecamatan terdekat
Jetis terdapat interaksi terbesar
dibanding dengan kecamatan lain. Nilai Perhitungan Interaksi wilayah barat
interaksi terkecil terjadi antara perkotaan:
Kecamatan Depok – Ngaglik, dengan Besar Interaksi
nilai perbandingan 717464396 : Nama Kecamatan Kecamatan
69114927,5 atau 10 : 1. Interaksi Gondomanan
terhadap wilayah Kecamatan Kasihan 33506202
Gondokusuman yang dijadikan magnet Gamping 25465661
pertumbuhan wilayah, dapat dilihat dari Mantirejon 48975818
hasil perhitungan bahwa interaksi Gedongtengen 90015932
terbesar yang terjadi antara Kecamatan Tabel 2. Hasil perhitungan wilayah
Gondokusuman dengan wilayah lain Barat Kota Yogyakarta
adalah dengan wilayah Kecamatan
Tegalrejo, sedangkan yang terkecil Hasil perhitungan diatas dapat
terjadi dengan Kecamatan Ngaglik diketahui besaran interaksi yang terjadi
dengan perbandingan 1159819358 : antara Kecamatan, interaksi yang terjadi
123108991 atau 9 : 1. Kecamatan antara Kecamatan Gondomonan yang
ngaglik yang mempunyai nilai interaksi berada di pusat kota dengan Kecamatan
rendah terhadap magnet pertumbuhan Kasihan dan Gamping adalah
ternyata memiliki interaksi terbesar 33506202,55 : 25465661,28
dengan Kecamatan Mlati dan apabila perbandingan tersebut tidak berbeda
dibandingkan dengan interaksi terhadap jauh atau dapat disederhanakan menjadi
Kecamatan Depok adalah 228055106,6 : 1,5 : 1. Wilayah kecamatan lain yang
69114927,5 atau 3 : 1. berada dekat dengan Kecamatan
Gondomanan yang mempunyai jarak
Wilayah barat perkotaan daerah dan jumlah penduduk hampir merata
Yogyakarta meliputi beberapa apabila dibandingkan dengan
kecamatan yang memang masuk Kecamatan Mantirejon dengan jarak
kedalam wilayah administrasi Kota yang sama tetapi memiliki jumlah
Yogyakarta diantaranya Kecamatan, penduduk yang paling banyak adalah
Gedongtengen, Danurejan, Ngampilan, 48975818,33 : 90015932, 89 atau
Wirobrajan, Gondomanan, Pakualaman, setelah disederhanakan menjadi 5 : 1 ,
Kraton dan Mantirejon dan juga terdapat ini menunjukan bahwa interaksi
masing-masing satu Kecamatan dari Kecamatan Gondomanan dengan
wilayah Kabupaten Bantul dan Sleman Kecamatan Mantirejon lebih besar
yaitu Kecamatan Kasihan dan dibandingkan dengan Kecamatan
Kecamatan Gamping. Jumlah penduduk Gedongtengen. Wilayah Kecamatan lain
yang hampir sama serta jarak yang mempunyai perbandingan 1 : 1 setiap
saling berdekatan dan relatif sama maka interaksi wilayahnya apabila dilihat dari
untuk perhitungan di wilayah perkotaan hasil perhitungan interaksi antara
akan diambil sample antara pusat Kecamatan Gedongtengen dengan
wilayah perkotaan dengan wilayah Kecamatan Gondomanan ini dikarnakan
13

jarak dan jumlah penduduk yang hampir Tabel 3. Hasil Perhitungan wilayah
sam disetiap kecamatan tersebut. selatan Kota Yogyakarta

Perhitungan diatas dapat


menunjukan perbandingan besaran
interaksi kecamatan-kecamatan yang
ada di wilayah selatan perkotaan apabila
Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo
dijadikan sebagai magnet wilayah.
Interaksi Kecamatan Banguntapan
terhadap dua Kecamatan yang dijadikan
magnet pertumbuhan adalah
268.266.276 : 157.072.521 atau 2 : 1 ,
yang mana Kecamatan Banguntapan
lebih banyak berinteraksi dengan
Kecamatan Umbulharjo dibandinkan
dengan Kecamatan Kotagede. Interaksi
Kecamatan Pleret dengan dua
kecamatan magnet pertumbuhan adalah
53. 192.448 : 28.249.159 atau 2 : 1,
Gambar 3 Peta interaksi spasial wilayah barat
perkotaan DIY perhitungan tersebut menunjukan bahwa
besar interaksi Kecamatan Pleret dengan
Wilayah selatan perkotaan Kecamatan Umbulharjo lebih besar
terdiri dari Kecamatan Kotagede, dibanding dengan besar interaksi dengan
Umbulharjo, Mergangsan, Banguntapan, Kecamatan Kotagede. Interaksi
Pleret dan Sewon, dari seluruh Kecamatan Sewon dengan dua
kecamatan yang berada di wilayah Kecamatan yang dijadikan magnet
perkotaan bagian selatan Kecamatan pertumbuhan menurut hasil perhitungan
Kotagede, Umbulharjo dan Mergangsan menunjukan 231.458.764 : 69.143.554
menjadi kecamatan yang mempunyai atau 3 : 1 yang mana Kecamatan Sewon
banyak titik perekonomian sehingga lebih banyak berinteraksi dengan
dapat dijadikan magnet di wilayah Kecamatan Umbulharjo dibanding
selatan perkotaan Yogyakarta. dengan Kecamata Kotagede.
Perhitungan Interaksi wilayah Selatan
perkotaan:

Besar Interaksi
Nama Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Kotagede Umbulharjo
Banguntapan 157072521 268266272
Pleret 28249159 53192448
Sewon 69114927 123108991
Kotagede - 3921303113
Umbulharjo 3921303113 -
14

Perhitungan diatas dapat


memperlihatkan besaran interaksi yang
terjadi antara wilayah dengan titik
perekonomian dan sarana prasarana
yang memadai dengan wilayah yang
berada di batas wilayah perkotaan.
Interaksi yang terjadi antara wilayah
magnet pertumbuhan dengan wilayah
Kecamatan Berbah yang berada di batas
perkotaan, interaksi Kecamatan berbah
terbesar adalah dengan Kecamatan
Depok dengan perbandingan dengan
kedua wilayah lain yang dikategorikan
kedalam magnet pertumbuhan adalah
410073048 : 74146211 atau 5 : 1.
Besaran Interaksi Kecamatn Depok
dengan Kecamatan Banguntapan masih
Gambar 3 Peta interaksi spasial wilayah lebih kecil apabila dibandingkan dengan
selatan perkotaan DIY
interaksi yang terjadi antara Kecamatan
Wilayah Timur Pekotaan Banguntapan dengan Kotagede dan
Yogyakarta terdiri dari Kecamatan Umbulharjo dengan perbandingan
Depok, Banguntapan, Umbulharjo, 425338793 : 31977000 atau 13 : 1.
Kotagede dan sebagian Kecamatan
Berbah dan Piyungan. Wilayah timur
perkotaan Yogyakarta terdapat beberapa
magnet pertumbuhan sehingga pada
wilayah ini besaran interaksi dihitung
dengan cara melihat wilayah yang
dijadikan mgnet dengan wilayah yang
berada di batas perkotaan yaitu
Kecamatan Piyungan dan Berbah.

Besar Interaksi
Nama Kecamatan Kecamatan
Kecamatan Kotagede Umbulharjo
Depok 69114927 123108991
Berbah 65767627 82524795
Piyungan 62136663 77968685
Banguntapan 157072521 268266272
Tabel 4. Hasil perhitungan wilayah
timur kota Yogyakarta Gambar 4 Peta interaksi spasial wilayah timur
perkotaan DIY
15

E. Faktor dominan Yogyakarta memiliki kualitas yang baik.


1. Lokasi pusat perekonomian sebagai contoh kondisi dan ketersedian
jalan dari pusat kota yang berada di
Lokasi pusat perekonomian yang Kecamatan Gondokusuman menuju
terdapat di wilayah perkotaan D.I wilayah-wilayah perkotaan terluar
Yogyakarta tersebar di beberapa wilayah seperti Kecamatan Ngaglik di Utara,
kecamatan termasuk kedalam wilayah Godean di barat, Kasihan di selatan dan
perkotaan. Seperti Kecamatan Piyungan di timur itu semua terhubung
Umbulharjo, Kota Gede, dengan baik. Sarana aksesibilitas yang
Gondokusuman, Depok, Tegalrejo, Jetis tersedia di wilayah perkotaan D.I
dan Mlati. Lokasi pusat perekonomian Yogyakarta mempunyai kekurangan dan
diwilayah-wilayah tersebut mampu kelebihan. Kekurangan aksesibilitas
menarik minat masyarakat untuk yang terdapat di D.I Yogyakarta berupa
beraktifitas baik yang secara langsung kurangnya jumlah armada bus
maupun yang tidak. Persebaran lokasi transportasi umum yang beroperasi di
pusat perekonomian yang ada di D.I dalam kota sehingga agak menyulitkan
Yogyakarta menjadikan wilayah masyarakat yang tidak memiliki
perkotaan terus berkembang diwilayah- kendaraan pribadi. Kekurangan sarana
wilayah tersebut dan masih terus aksesibilitas berupa kendaraan umum
berlangsung perkembangannya apabila dapat diantisipasi oleh warga lokal
dilihat banyaknya pusat perekonomian karena mereka memang sudah terbiasa
baru yang akan dibangun di wilayah- menggunakan kendaraan pribadi berupa
wilayah tersebut. motor untuk menunjang kegiatannya
sehari-hari. Kesulitan justru dirasakan
Lokasi pusat perekonomian sangat
oleh para pendatang yang perlu
mempengaruhi arah maupun
menyesuaikan dengan keadaan seperti
perkembangan wilayah perkotaan,
ini.
karena masyarakat yang berkegiatan
disekitar atau pada lokasi tersebut sangat
banyak sehingga mereka akan memilih
tempat tinggal yang berada tidak jauh
dari lokasi tersebut. Pemilihan tempat
tinggal akan berdampak pada sarana
prasarana yang dibangun untuk
menunjang kegiatan masyarakat yang
mana akan memicu perkembangan
daerah lain sehingga akan menimbulkan
efek domino.

2.Ketersediaan aksesibilitas

Aksesibilitas dalam hal ini berupa jalan


yang tersedia untuk menghubungkan
wilayah satu dengan wilayah lainnya
dalam lingkup perkotaan D.I
16

Gambar 3.7 Peta jaringan jalan Contoh lain adalah Kecamatan Depok
wilayah perkotaan D.I.Y yang sedang mengalami proses
perkembangan yang sangat besar baik
dari segi pembangunan sarana prasarana
Aksesibilitas dalam perkembangan perekonomian yang baru maupun yang
wilayah perkotaan sangat penting karena sudah ada. Letak kecamatan Depok yang
pada suatu wilayah perkotaan akan memiliki jarak dari beberapa pusat
terjadi banyak jenis interaksi untuk perekonomian yang terdapat di D.I
menunjang kegiatan di wilayah Yogyakarta tidak terlalu jauh membuat
perkotaan. Peran aksesibilitas yang baik kecamatan ini berkembang dengan
akan membantu dalam waktu yang cepat, salah satunya dapat dilihat dari
dibutuhkan untuk menjalankan interaksi harga lahan yang terus melonjak naik
yang satu dengan yang lain, sehingga setiap tahunnya.
waktu yang dibutuhkan akan lebih
efisien dan ini juga akan menjadi faktor KESIMPULAN
dalam kualitas wilayah perkotaan.
Beberapa kesimpulan yang dapat
3.Jarak dan waktu tempuh ditarik dari hasil penelitian ini
diantaranya adalah sebagai berikut:
Faktor jarak dan waktu tempuh pada 1. Peta Morfologi Kota D.I Yogyakarta
wilayah perkotaan akan berdampak merupakan salah satu hasil dari
kepada pemilihan lokasi-lokasi kegiatan penelitian ini, dari peta tersebut
baru maupun lokasi pemilihan tempat dapat dilihat bahwa arah
tinggal masyarakat yang ada perkembangan wilayah perkotaan
didalamnya. Lokasi-lokasi tersebut akan terus bergerak kearah Kabupaten
memilih wilayah dengan aksesibilitas Sleman dan Kabupaten Bantul.
yang mudah dijangkau serta memiliki Sedangkan untuk wilayah
waktu tempuh dari lokasi tempat tinggal Kabupaten Kulonprogo dan
masyarakat yang sedikit, sehingga Kabupaten Gunung Kidul masuk
interaksi yang terjadi antara wilayah kedalam wilayah yang sedang dalam
dalam satu wilayah perkotaan akan proses transformasi dari yang
sangat padat yang berdampak akan dahulunya wilayah desa menjadi
kebutuhan ruang baru untuk menunjang wilayah kota.
wilayah perkotaan. Sebagi contoh lokasi 2. Interaksi spasial yang terjadi sangat
perekonomian yang terdapat di terpengaruh oleh pusat atau lokasi
Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo bisnis pada suatu wilayah sehingga
memiliki waktu tempuh yang efisien menyebabkan efek domino dalam
apabila dijangkau dari wilayah-wilayh perkembangan morfologi perkotaan.
yang di jadikan kawasan tempat tinggal Efek domino itu saling
seperti Kecamatn Banguntapan dan mempengaruhi pertumbuhan area
Sewon. Sementara apabila wilyah yang perkotaan dari satu wilayah ke
terdapat di arah berlawanan seperti wilayah lain.
Kecamtan Godean masih cukup cepat 3. Interaksi antara satu wilayah dengan
dijangkau apabila inngin menuju ke wilayah lain yang berupa kerja sama
Kecamtan Umbulharjo dan Kotagede. pemerintah setiap daerah ataupun
17

interaksi antara masyarakat, DAFTAR PUSTAKA


mempengaruhi pembentukan fisik
suatu perkotaan serta kualitas
wilayah perkotaan yang dapat Bintarto, R. 1989. Interaksi Desa –
dinilai dari struktur tata ruang kota, Kota dan Permasalahannya.
sarana prasarana,dan taraf hidup Jakarta. Ghalia Indonesia.
masyarakat.
4. Bentuk ekspresi keruangan Hadi sabari, Yunus. 2006. Struktur
perkotaan Yogyakarta berbentuk Tata Ruang Kota,
bujur sangkar, yang mempunyai Yogyakarta : Pustaka
karakteristik dapat berkembang
Pelajar Offset
kesegala dengan syarat kondisi
sarana aksesibilitas yang ada Tarigan, Robinson. 2006.
mempunyai kualitas yang baik. Perencanaan Pembangunan
Kualitas sarana aksesibiltas yang
Wilayah, Jakarta : Bumi
baik dapat menutupi atau
Aksara.
mengurangi kendala kondisi
topografi sehingga memungkinkan
perkembangan wilayah kota yang
ada bergerak kewilayah-wilayah
dengan topografi yang berfariasi.

You might also like