You are on page 1of 10

Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 126-135

Menakar Transaksi Leasing Dalam Tinjaun Hukum Ekonomi Syariah

Sumadi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AAS Surakarta, Indonesia
Email korenpondensi: sumadi@stie-aas.ac.id

Recieved 28-06-2018 | Revised 08-07-2018 | Accepted 24-07-2018

Abstract
This study aims to measure the lease transaction in the review of sharia economic law. The
phenomenon of the practice of leasing transactions in economic activities that develop today is a
complicated and complicated issue. Because of its emergence as one of muamalah practices involving
a number of parties initially known in advance by the Western world and not found the discussion
specifically in the classic books and fatwa ulama. This type of research is a qualitative research using
literature study method as the methodology of completion. With the object of research Leasing case
seen from the point of view of Islamic economic law, and how the Islamic economy to answer the
problem. Leasing Transactions are financing activities in the form of provision of capital goods (eg
cars or factory machinery) paid for a certain period of time on a regular basis. From result of
research obtained result that related with lease transaction. The form of leasing activity is divided into
two, namely the operating lease (ie, lease without option) and financial lease (lease with option rights)
Operating lease in fiqih terms equals ijara, while the financial lease practice which has been adjusted
to syara criteria 'is called al -The Objective of Muntahia bit Tamlik (IMBT) and the law is halal, while
based on the practice and reality in daily life, financial lease shows transaction prohibition, and
scholars agree that there is in practice financial lease (conventional leasing).
Keywords: Leasing Transaction; Sharia Economic Law; Financing Activities

Saran sitasi: Sumadi, s. (2018). Menakar Transaksi Leasing dalam Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 126-135.doi:http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v4i2.262

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v4i2.262

1. Pendahuluan berdasarkan pada maqasid asy syar’iyah,


Fenomena praktik transaksi leasing dalam sebagaimana dipahami dari al-Qur’an dan hadis.
kegiatan ekonomi yang berkembang dewasa ini Islam sebagai agama dan ideologi (pandangan
merupakan persoalan yang pelik dan rumit. hidup), selain mengatur hubungan manusia
Sebab munculnya sebagai salah satu praktik dengan Allah, Islam juga sangat berkempen-
muamalah yang melibatkan sejumlah pihak pada tingan meletakkan basis-basis etika dan moral
mulanya dikenal terlebih dahulu oleh dunia Barat dalam hubungan manusia dengan sesama, Islam
dan tidak ditemukan pembahasannya secara memiliki konsep yang jelas dalam mengajarkan
khusus dalam kitab-kitab klasik dan fatwa ulama. soal harta, asal harta yang didapatkan dan
Untuk sebagian umat Islam, masalah leasing pendistribusian harta ( Sumadi,2017).
masih merupakan suatu hal yang membingung- Kegiatan transaksi leasing merupakan kegia-
kan sehingga untuk menemukan dasar hukum tan ekonomi yang belum ada aturannya secara
leasing dalam Islam, ulama dituntut untuk eksplisit baik di dalam al-Qur’an, hadis Nabi
berusaha menggalinya sendiri dengan Saw, maupun hasil ijtihad ulama terdahulu. Oleh
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 127
karenanya, bila ditinjau dari sudut pandang lihan pemilikan ini dengan alasan hadiah pada
hukum Islam maka leasing merupakan masalah akhir penyewaan, pemberian cuma-cuma, atau
ijtihadiah, yakni suatu persoalan yang perlu janji dan alasan lainnya. Intinya, dalam financial
dibahas secara serius dandikaji secara teliti lease terdapat dua proses akad sekaligus : sewa
dengan cara mencurahkan segala potensi dan sekaligus beli. Dan inilah sebabnya mengapa
kemampuan yang ada untuk mendapatkan leasing bentuk ini disebut sebagai sewa-beli.
ketetapan hukum yang sesuai. Terlepas dari ber- Istilah leasing, pada umumnya diartikan masya-
bagai konsep para pendahulu mengenai kegiatan rakat sebagai financial lease atau sewa-beli ini
sewa menyewa, namun pada kenyataannya (Kurnia, 1999).
konsep-konsep dasar tersebut tetap masih banyak Leasing dalam arti financial lease (sewa
digunakan oleh para ekonom masa sekarang beli) adalah akad yang batil, karena bertentangan
dengan bentuk kegiatan transaksi yang beraneka dengan sabda Rasulullah SAW yang melarang
ragam. Di antara transaksi modern yang memi- terjadinya dua akad berbeda dalam satu akad.
liki kesamaan dalam beberapa aspek dengan Imam Ahmad meriwayatkan bahwa:
kegiatan sewa menyewa dalam term hukum “Rasulullah SAW melarang (kaum
Islam tersebut adalah transaksi perjanjian leasing muslimin) dua perjanjian dalam satu perjan-
(Siamat , 1995). jian“(nahaa rasulullah ‘an shafqatain fi
Jika dilihat dari realitasnya, muamalah jenis shaqatin) (Taqiyuddin An-Nabhani, Asy-
ini nampak mengunggulkan pemberi sewa (peru- Syakhsyiah Al-Islamiyah)
sahaan leasing) dibandingkan dengan penyewa. Syaikh An-Nabhani menafsirkan, bahwa
Terlebih-lebih bila pihak pembeli merasa makna hadits tersebut ialah Rasulullah SAW
mencicil barang dengan harga ‘pembelian’. Di melarang adanya dua akad pada satu akad saja
tegah jalan, karena sesuatu hal, ia tidak mampu (wujuudu ‘aqdain fi aqdin wahidin). Syaikh An-
melunasinya. Akhirnya, barang yang diangankan Nabhani mencontohkan dua akad dalam satu
untuk dimilikinya pada akhir cicilan nanti harus akad, misalnya seseorang berkata, “Saya menjual
dikembalikan, dan ia hanya menyewa saja. Pada- motor ini kepada Anda dengan harga 10 juta
hal, tentu saja, harga sewa logisnya lebih kecil rupiah dengan cicilan selama 2 tahun, tetapi bila
dibandingkan dengan harga beli dengan cici- di tengah jalan Anda tidak dapat melunasinya,
lan.Satu hal lagi, persoalan leasing menjadi maka barang tersebut tetap menjadi milik saya
bertambah bila dalam cicilannya itu melibatkan dan uang yang telah Anda berikan kepada saya
riba (bunga). dianggap uang sewa selama anda menggunakan-
Transaksi leasing secara global ada dua, nya.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
yaitu operating lease dan financial lease. bagaimana sudut pandang hukum ekonomi Islam
Operating lease adalah menyewa suatu barang terhadap fenomena transaksi Leasing, yang
untuk mendapatkan manfaat barang yang disewa, masih terdapat adanya perbedaan dalam menyi-
sedangkan kepemilikan barang tetap di tangan kapinya dan bagaimana menyelesaikan permasa-
pemberi sewa.Adapun financial lease merupakan lahan tersebut.
suatu bentuk sewa dimana kepemilikan barang
2. Tinjauan Teori
berpindah dari pihak pemberi sewa kepada Istilah leasing berasal dari kata lease yang
penyewa. Bila dalam masa akhir sewa pihak
berarti sewa-menyewa. Dalam peraturan perun-
penyewa tidak dapat melunasi sewanya, barang dang-undangan yang berlaku di Indonesia,
tersebut tetap milik pemberi sewa (perusahaan leasing diistilahkan “sewa guna usaha”. Dalam
leasing), akadnya dianggap sebagai akad sewa. Kepmenkeu No. 1169/KMK.01/1991 tentang
Sedangkan bila pada masa akhir sewa pihak Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) disebut-
penyewa dapat melunasi cicilannya, barang kan bahwa sewa guna usaha adalah kegiatan
tersebut menjadi milik penyewa.Biasanya penga-
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 128
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang belum sebegitu pesat seperti di negara-negara
modal (misal mobil atau mesin pabrik) selama lain, Secara sederhana, perkembangan itu dike-
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran lompokkan menjadi perkembangan industri keu-
secara berkala (Salinan Keputusan Menteri Keu- angan syariah dan perkembangan ekonomi
angan Republik Indonesia no: 1169/KMK.01/- syariah non keuangan (Cahyani dan Sumadi,
1991 tentang Sewa Guna Usaha (Leasing) Bab I 2015).
pasal 1)
3. Metode Penelitian
Secara umum leasing berarti equipment Jenis penelitian ini merupakan penelitian
funding, yaitu pembiayaan peralatan/barang mo- kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang
dal untuk digunakan pada proses produksi suatu menggunakan metode studi pustaka sebagai
perusahaan baik secara langsung maupun tidak
metodologi penyelesaiannya. Dengan obyek pe-
langsung. Leasing juga berarti pembiayaan peru- nelitian kasus Leasing dilihat dari sudut pandang
sahaan dalam bentuk penyediaan barang modal hukum ekonomi Islam, dan bagaimana ekonomi
dengan pembayaran secara berkala oleh perusa- Islam menjawab permasalahan tersebut. Menurut
haan yang menggunakan barang modal tersebut, Best, seperti yang dikutip Sukardi adalah metode
dan dapat membeli atau memperpanjang jangka penelitian yang berusaha menggambarkan dan
waktu berdasarkan nilai sisa (Nasution, 2006). menginterpretasikan objek sesuai dengan apa
Perjanjian leasing tidak hanya sebatas suatu adanya (Sukardi, 2005 ).
kontrak atau persetujuan sewa yang obyeknya
berupa barang modal, dan pihak lessee memiliki 4. Hasil dan Pembahasan
hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa, 4.1 Sejarah Perkembangan Leasing
namun lebih kompleks, karena dalam leasing Kegiatan usaha leasing sebagai pembiayaan
dapat timbul hak beli, dan hal ini sangat mende- alternatif non bank memiliki sejarah yang cukup
kati transaksi jual beli aktiva angsuran dan dapat panjang. Meskipun tidak diketahui secara pasti,
pula seperti sewa menyewa biasa. Leasing memi- namun diyakini kegiatan transaksi leasing telah
liki sejarah yang cukup panjang. Dalam reali- terjadi sejak tahun 2000 SM. Sesuai dengan
tasnya, leasing merupakan suatu akad untuk dokumen, pada awalnya transaksi leasing dilaku-
menyewa sesuatu barang dalam kurun waktu kan oleh orang-orang Sumeria yang dimulai dari
tertentu. Kegiatan leasing ini ada dua katagori peralatan pertanian, hak-hak penggunaan tanah
global, sebagaimana yang dijelaskan dalam dan air sampai binatang ternak. Dalam perkem-
Kepmenkeu No 1169/KMK.01/1991 yaitu bangan berikutnya, banyak ditemukan sistem
operating lease dan financial lease. Operating hukum yang mencantumkan transaksi leasing
lease merupakan suatu proses menyewa suatu sebagai salah satu metode pembiayaan. Perja-
barang untuk mendapatkan hanya manfaat lanan berikutnya pada tahun 1284, di Inggris,
barang yang disewanya, tidak terjadi pemindahan usaha leasing diatur dalam sebuah undang-
kepemilikan (transfer of title) asset, baik di awal undang (common law) dan padatahun 1800an
maupun di akhir periode sewa. Sewa jenis mulai terjadi peningkatan jenis barang yang
pertama ini berpadanan dengan konsep ijarah di dapat dijadikan sebagai objek leasing.
dalam syariah (Karim, 2003 ). Seiring dengan perkembangan di bidang
Ini tentunya menjadi tantangan bagi sistem industri pertanian, manufaktur dan transportasi
ekonomi syariah dalam menjawab permasalahan telah membawa banyak peralatan yang memung-
leasing tersebut, yang menjadi problimatika kinkan untuk dibiayai dengan cara leasing.
umat. Walaupun kalau kita melihat di lapangan Selain Inggris, pada tahun 1700-an di Amerika
perkembangan ekonomi syariah masih tertinggal juga telah terjadi kegiatan leasing yang berupa
dengan Negara tetangga Malaysia, Perkemba- kuda dan kereta. Di Amerika, leasing berkem-
ngan sistem ekonomi syariah di indonesia sendiri bang secara pesat dengan dilakukannya pemba-

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 129
ngunan jaringan rel kereta api di sebagian besar tusan bersama antara Menteri Keuangan, Menteri
wilayah. Oleh karena banyak perusahaan Perindustrian, dan menteri perdagangan Nomor
pengangkutan atau ekspedisi yang tidak membu- Kep. 122/MK/IV/2/1974 Nomor 32/M/SK/2/74
tuhkan peralatan jangka panjang maka pada dan Nomor 30/Kbp/1/74 tanggal 1 Februari
tahun 1900-an mulai dibuka pembiayaan jangka Tentang Perizinan Usaha Leasing di Indonesia.
pendek dan di akhir kontrak objek leasing Wewenang untuk memberikan usaha leasing
dikembalikan kepada perusahaan leasing yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan
bersangkutan. Sesuai dengan perkembangan eko- Surat Keputusan Nomor 649/MK/IV/5/1974
nomi dan sejalan dengan keinginan para produ- tanggal 6 Mei 1974 yang mengatur mengenai
sen, kegiatan leasing meluas dan tersebar ke ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha
berbagai negara dengan pesat, terutama setelah leasing di Indonesia. Perkembangan selanjutnya
tahun 1950-an (Nur, 2007 ). adalah dengan keluarnya Kebijaksanaan Deregu-
Dalam realitasnya, leasing merupakan suatu lasi 20 Desember 1988 (Pakdes) yang mengatur
akad untuk menyewa sesuatu barang dalam tentang usaha leasing, merevisi ketentuan sebe-
kurun waktu tertentu. Kegiatan leasing ini ada lumnya. Kemudian dalam Keppres No. 61 Tahun
dua katagori global, sebagaimana yang dijelas- 1988 dan Keputusan Menteri Keuangan nomor
kan dalam Kepmenkeu No 1169/KMK.01/1991 1251/KMK.013/1988 Tanggal 20 Desember
yaitu operating lease dan financial lease. 1988.Adapun landasan terkini adalah Keputusan
Operating lease merupakan suatu proses menye- Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 ten-
wa suatu barang untuk mendapatkan hanya tang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing).
manfaat barang yang disewanya, tidak terjadi Pihak-Pihak yang terlibat dalam transaksi
pemindahan kepemilikan (transfer of title) asset, Leasing :
baik di awal maupun di akhir periode sewa. 1) Lessor, merupakan perusahaan leasing yang
Sewa jenis pertama ini berpadanan dengan membiayai keinginan nasabahnya untuk
konsep ijarah di dalam syariah (Karim, 2003 ). memperoleh barang modal.
Adapun financial leasse merupakan suatu bentuk 2) Lessee, yaitu nasabah yang mengajukan
sewa dimana di akhir periode sewa si penyewa permohonan leasing kepada lessor untuk
diberikan pilihan untuk membeli atau tidak memperoleh barang modal yang diinginkan.
membeli barang yang disewakan. Namun, dalam 3) Supplier, yaitu pedagang yang menyediakan
prakteknya (khususnya di Indonesia) sudah tidak barang yang akan dileasingkan sesuai perjan-
ada hak opsi karena sudah “dikunci” di awal jian antara lessor dengan lease. Dalam hal ini
periode. Sehingga jenis akadnya menjadi ganda, supplier juga dapat dapat bertindak sebagai
yakni bila dalam masa akhir sewa pihak penyewa lessor.
tidak dapat melunasi sewanya, barang tersebut 4) Asuransi, merupakan perusahaan yang akan
tetap merupakan milik pemberi sewa (peru- menanggung resiko terhadap perjanjian an-
sahaan leasing). Akadnya dianggap sebagai akad tara lessor dan lessee ( Kasmir, 2002 ).
sewa.Sedangkan bila pada masa akhir sewa Transaksi leasing yang biasa terjadi adalah
pihak penyewa dapat melunasi cicilannya maka sebagai berikut (misal leasing motor): seorang
barang tersebut menjadi milik penyewa. Intinya, (misal fulan) datang ke lembaga pembiayaan dan
dalam financial lease terdapat dua proses akad ingin membeli motor secara kredit karena tak
sekaligus: sewa sekaligus beli. Dan inilah sebab- punya uang tunai. Lembaga pembiayaan mem-
nya mengapa leasing bentuk ini disebut sebagai beli motor dari suplier/dealer motor, lalu dila-
sewa-beli. kukan akad leasing antara lembaga pembiayaan
4.2 Ketentuan dan Aplikasi Mengenai Leasing dengan Fulan misalnya dalam jangka waktu tiga
Kegiatan leasing secara resmi diperbolehkan tahun. Dalam akad leasing itu terdapat fakta
beroperasi di Indonesia setelah keluar surat kepu- transaksi sebagai berikut:
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 130
1) Lessor (lembaga pembiayaan) sepakat setelah pembelian yang dilakukan lessor hanya untuk
motor itu dia beli dari dealer/suplier, dia memenuhi kebutuhan pihak lessee.
sewakan kepada lessee selama jangka waktu Sales dan lease back
tiga tahun. Proses ini dilkukan dimana pihak lessee
2) Lessor sepakat setelah seluruh angsuran menjual barang modalnya kepada lessor untuk
lunas dibayar dalam jangka waktu tiga tahun, dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang
lessee (Fulan) langsung memiliki motor tersebut.antara lessee dan lessor.metode ini
tersebut. biasanya digunaka untuk menambah modal kerja
3) Menurut fakta leasing yang ada, selama pihak lessee. Sedangkan operating lease dimana
angsuran belum lunas dalam jangka tiga pihak lessor sengaja membeli barang modal
tahun itu motor tetap milik lessor.Keempat, untuk kemudian dileasekan kepada pihak
motor itu dijadikan jaminan secara fudisia lessee.biaya yang dikenakan terhadap lessee
untuk leasing tersebut. Karena itu BPKB adalah biaya yang dikenakan untuk memperoleh
motor itu tetap berada di tangan lessor barang yang dibutuhkan oleh lessee berikut
hingga seluruh angsuran lunas. Konsekuen- bunganya.
sinya jika lessee (Fulan) tidak sanggup 4.3 Keuntungan dan Kelemahan Leasing
membayar angsuran sampai lunas, motor Leasing sebagai alternative pembiayaan
akan ditarik oleh lessor dan dijual (Al Jawi, memiliki beberapa keuntungan dibandingkan
2012 ) dengan sumber pembiayaan lainnya, antara lain :
Adapun biaya-biaya yang dibebankan kepa- 1) Menghemat modal, dengan adanya sistem
da lessee biasanya terdiri dari: 1) Biaya adminis- pebiayaan dari leasing, maka lessee dapat
trasi yang besarnya dihitung per tahun, 2) biaya mendapatkan dana untuk membeli barag
material untuk perjanjian, 3) biaya bunga terha- modal hingga sebesar 100% dari harga
dap barang yang dileasingkan, 4) premi asuransi barang tersebut seingga lessee dapat meman-
yang disetorkan kepada pihak asuransi. faatkan modal yang sudah ada untuk
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara keperluan lain.
satu perusahaan leasing dengan perusahaan 2) Fleksibel merupakan ciri utama bagi
leasing lainya dapat berbeda. Di dalam surat kelebihan leasing dibandingkan kredit dari
keputusan menteri keuangan no.1169/KMK.01/- bank,baik fleksibel dari sisi struktur
1991 tanggal 21 november 1991, kegiatan kontraknya, besarnya pembayaran rental,
leasing dapat dilakukan dengan dua cara,yaitu : jangka waktu pembayaran,serta nilai
Melakukan sewa guna usaha dengan hak opsi residunya.
bagi lessee (finance lease); Melakukan sewa 3) Dokumentasi SederhanaLeasing biasanya
guna usaha dengan tanpa hak opsi bagi lessee menggunakan dokumentasi yang sudah
(operating lease), kemudian dalam praktiknya standar. hal ini menjadikan lessee lebih
transaksi finance leasing dibagi kedalam bentuk- simple dalam melakukan transaksi leasing.
bentuk sbb: 4) Pembiayaan proyek berskala besar.Adanya
Direct finance lease keengganan untuk memikul resiko investasi
Transaksi ini dikenal dengan namatrue lease dalam pembiayaan yang sering kali menjadi
dimana didalam transaksi ini pihak lessor masalah diantara pembarian dana,biasanya
membeli barang modal atas permintaan lessee dapat diatasi melalui perusahaan leasing
dan sekaligus menyewagunakan barang tersebut sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh
kepada lessee. Lessee dapat menentukan spesifi- yang dapat diterima serta kemudahan untuk
kasi barang yang diinginkan termasuk penentuan menguasai barang yang dibiayai apabila
harga dan suppliernya. Oleh kaena itu proses terjadi suatu kelalaian. Kelima, Cara mempe-
roleh barang modal dipermudah, Mengurangi
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 131
resiko inflasi dan terlindung dari resiko Pakar-pakar keilmuan dan cendikiawan
keusangan atau kemajuan tekhnologi. sepanjang sejarah diseluruh negeri telah sepakat
Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat akan legitimasi ijarah (Mugni Ibnu Qudamah)
terhindar dari risiko akibat barang yang disewa Adapun mengenai jenis Financial Leasing,
tersebut mengalami ketinggalan model dan terdapat beberapa fakta yang menunjukkan
tekhnologi. Dalam suatu kontrak leasing,objek keharaman transaksi ini, yaitu:
leasing sering dimasukan dalam perjanjian bah- 1) Dalam leasing terdapat penggabungan dua
wa barang yang sedang disewa tersebut dapat akad, yaitu sewa menyewa dan jual beli,
ditukar dengan barang serupa yang lebih canggih menjadi satu akad (akad leasing).Padahal
paabila kemudian hari tedapat penemuan-pene- syara’ telah melarang penggabungan akad
muan yang lebih baik daripada produk barang menjadi satu akad. Ibnu Mas’ud RA:
yang sejenis. “Nabi SAW melarang dua kesepakatan
Adapun kerugian dari leasing yaitu Leasing dalam satu kesepakatan (Shafqatain fi
tidak menguntungkan dalam hal kelebihan uang shafqatin wahidah)” (HR. Ahmad, Al
tunai, leasing menghilangkan kebanggan pemilik, Musnad, I/398).
leasing mungkin memerlukan biaya yang lebih Menurut Imam Taqiyuddin an Nabhani
besar dari pada dengan cara lain dan mungkin hadits ini melarang adanya dua akad dalam
menimbulakan kehilangan atas nilai sisa dari satu akad, misalnya menggabungkan dua
barang modal. akad jual beli menjadi satu akad, atau akad
4.4 Tinjauan Hukum Leasing Menurut Syara jual beli digabung dengan akad ijarah.
(Antonio, 2001 ) 2) Dalam akad leasing biasanya terdapat
Jenis Operating Lease atau dalam istilah bunga.Maka harga sewa yang dibayar per
muamalah “Ijarah”, dibolehkan oleh syara’ bulan oleh lesse bisa jadi dengan jumlah
dengan dasar hukum: tetap (tanpa bunga), namun bisa jadi harga
Pertama, Al-Qur’an : QS. Al-Baqarah 233 sewanya berubah-ubah sesuai dengan suku
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh bunga pinjaman. Maka leasing dengan bunga
orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu seperti ini hukumnya haram, karena bunga
apabila kamu memberikan pembayaran termasuk riba (QS Al Baqarah [2] : 275 )
menurut yang patut. bertakwalah kamu 3) Dalam akad leasing terjadi akad jaminan
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah yang tidak sah, yaitu menjaminkan barang
Maha melihat apa yang kamu kerjakan. yang sedang menjadi obyek jual beli. Imam
(QS.Al-Baqarah: 233) Ibnu Hajar Al-Haitami berkata, “Tidak boleh
Dalil dari ayat tersebut di atas adalah jual beli dengan syarat menjaminkan barang
ungkapan “apabila kamu memberikan pembaya- yang dibeli.: (Al Fatawa al Fiqhiyah al
ran yang patut”. Ungkapan tersebut menunjuk- Kubra, 2/287). Imam Ibnu Hazm berkata, ”
kan adanya jasa yang diberikan berkat kewajiban Tidak boleh menjual suatu barang dengan
membayar upah (fee) secara patut. Dalam hal ini syarat menjadikan barang itu sebagai jaminan
termasuk didalamnya jasa penyewaan atau atas harganya. Kalau jual beli sudah terlanjur
leasing (Ramli, 2005 ) terjadi, harus dibatalkan.” (Al Muhalla,
Kedua, Hadits 3/437). Dalam hadits juga disebutkan:
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Tidak halal salaf dan jual beli, tidak halal
Rasulullah saw bersabda, “Berbekamlah kamu, dua syarat dalam satu jual beli, tidak halal
kemudian berilah olehmu upahnya kepada keuntungan selama (barang) belum didalam
tukang bekam itu (HR. Bukhari Muslim) tanggungan dan tidak halal menjual apa
Ketiga, Ijma’ yang bukan milikmu (HR. an-Nasa’i, at-
Tirmidzi dan ad-Daruquthni)
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 132
Berdasarkan tiga alasan di atas, maka penyewaan.Sedangkan akad jual-beli berujung
leasing dengan hak opsi (finance lease), atau pada pertukaran kepemilikan dari penjual ke
yang dikenal dengan sebutan leasing saja, hu- pembeli dan dari pembeli ke penjual.
kumnya haram. Kedua, Rasulullah SAW melarang dua akad
4.5 Beberapa Persoalan dalam Leasing (Sewa- berbeda terjadi dalam satu aktivitas muamalah.
Beli) “Rasulullah SAW melarang (kaum muslimin)
Merujuk pada kenyataan di atas, nampak dua akad dalam suatu proses akad tertentu,
bahwa dalam sewa-beli terdapat dua bentuk “ demikian diriwayatkan oleh Imam Ahmad
muamalah yang berbeda dalam satu proses yang tentang larangan Rasulullah SAW. Hadits ini
bersamaan. Sewa sekaligus beli. Sampai di sini maksudnya adalah tidak boleh seseorang mela-
terdapat minimal dua persoalan yang memer- kukan dua akad berbeda dalam suatu proses
lukan kajian, yaitu perbedaan sewa dan beli, muamalah tertentu. Tidak boleh, misalnya, sese-
serta kedudukan dua akad sekaligus dalam suatu orang menyatakan ‘Saya menjual rumah saya ini
proses muamalah. kepada Anda dengan syarat Anda menjual rumah
Pertama, perbedaan sewa dan beli. Dalam Anda yang di Puncak pada saya’, ‘Saya menjual
hukum muamalah Islam sangat berbeda antara perusahaan ini pada Anda dengan catatan Anda
sewa dengan beli.Sewa (ijarah) merupakan suatu menikahkan putri Anda kepada saya’, atau ‘Saya
akad untuk mendapatkan suatu manfaat dari menjual barang ini dengan harga 10 juta rupiah
barang, jasa, ataupun orang dengan adanya kom- pada Anda dengan cicilan selama 2 tahun, tetapi
pensasi tertentu, biasanya berupa uang (‘aqdun bila di tengah jalan Anda tidak dapat meluna-
‘alal manfaat bi ‘iwadh).Jadi, pihak penyewa sinya maka barang tersebut tetap menjadi milik
mendapatkan hanya manfaat yang dikandung saya dan uang yang telah Anda berikan dianggap
oleh barang yang disewanya.Adapun barangnya sebagai sewa barang selama Anda menggu-
itu sendiri tetap merupakan hak milik pihak nakannya.’ Di dalam muamalah tadi terdapat dua
pemberi sewa. akad sekaligus, menjual rumahnya sekaligus
Hal ini berbeda sekali dengan jual beli. membeli rumah pembeli rumahnya dalam satu
Secara syar’iy, jual-beli (al bai’) merupakan akad, menjual perusahaan sekaligus menikahi
mubadalatu malin bi malin tamlikan wa tamal- putri pembeli perusahaannya dengan hanya satu
lukan ‘ala sabilit taradhi, yaitu pertukaran antara akad, dan jual-beli sekaligus sewa dalam satu
suatu barang dengan barang lain (termasuk uang) akad tertentu.Semua ini bertentangan dengan
untuk pertukaran kepemilikan di atas dasar saling sikap Rasulullah SAW tadi.
meridloi satu sama lain. Berdasarkan hal ini, Berdasarkan hal ini nampaklah bahwa dalam
barang dari pihak penjual akan menjadi milik muamalah financial leasing (yang secara umum
dari pihak pembeli. Sebaliknya, uang atau barang dikenal dengan istilah ‘leasing’ saja) terdapat dua
(bila barter) dari pihak pembeli akan langsung akad sekaligus dalam satu proses muamalah
menjadi milik pihak penjual. Proses jual-beli ini, tertentu.Dan hal ini tidak sesuai dengan titah
tentu saja, dapat kontan dan bisa pula dilakukan Rasulullah SAW.Padahal, dalam syariat Islam,
dengan cicilan (kredit). Jelaslah, perbedaan bila akad yang terjadi sewa maka tetap berlaku
mendasar antara sewa dengan beli terletak pada sewa sampai batas akhir waktu penyewaan.
siapa yang berhak memiliki barang pada akhir Demikian pula, suatu akad jual-beli tetap sebagai
masa transaksi.Dengan demikian, akad yang jual beli.Andaikan jual-beli itu dilakukan dengan
terjadi antara sewa sangat berbeda dengan akad mencicil dan pihak pembeli belum dapat melu-
pada jual-beli.Akad sewa berkonsekuensi pada nasi seluruh utang pembeliannya pada waktu
tetap dimilikinya barang oleh pihak pemilik yang telah disepakati, akad tersebut tetap jual-
barang, sedangkan pihak penyewa hanya boleh beli dan tidak dapat dialihkan menjadi akad
memanfaatkan barang tersebut selama masa apapun, termasuk diubah menjadi akad sewa.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 133
Bila dilihat dari realitasnya, muamalah jenis Beberapa aturan Allah SWT menegaskan hal
ini nampak mengunggulkan pemberi sewa (peru- ini, diantaranya:
sahaan leasing) dibandingkan dengan penyewa. 1) Firman Allah SWT: “Dan Allah menghalal-
Terlebih-lebih bila pihak pembeli merasa kan jual beli dan mengharamkan riba” (QS.
mencicil barang dengan harga ‘pembelian’. Di Al Baqarah [2] : 275). Dalam ayat ini kata Al
tegah jalan, karena sesuatu hal, ia tidak mampu Bai’ bersifat umum.Artinya semua jual beli
melunasinya. Akhirnya, barang yang diangankan hukum asalnya halal kecuali ada nash-nash
untuk dimilikinya pada akhir cicilan nanti harus yang menjelaskan keharamannya.
dikembalikan, dan ia hanya menyewa saja. 2) Imam Bukhari, Muslim, dan Nasai meriwa-
Padahal, tentu saja, harga sewa logisnya lebih yatkan bahwa Rasulullah SAW pernah
kecil dibandingkan dengan harga beli dengan membeli bahan makanan dari seorang
cicilan.Satu hal lagi, persoalan leasing menjadi Yahudi dengan hutang dan beliau membe-
bertambah bila dalam cicilannya itu melibatkan rikan baju besinya sebagai jaminan.
riba (bunga). Sebab, Allah SWT memfirmankan : Oleh karena itu ringkasnya, ada beberapa hal
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli serta dalam leasing yang tidak sesuai dengan syari’at
mengharamkan seluruh riba” (QS. Al Baqarah Islam. Oleh karena itu, perlu ada muamalah
[2] : 275). alternatif yang manfaat dan kegunaannya sama,
4.6 Solusi Alternatif serta legal menurut syari’at Islam. Alternatif
Allah SWT telah menurunkan aturan yang dimaksud adalah al bai’ bid dain (jual-beli
memenuhi rasa keadilan manusia.Kaitannya dengan hutang) yang salah satu turunannya
dengan jual-beli dengan kredit, syariat Islam adalah bai’ bitsaman ajil.
telah menggariskan apa yang disebut dengan Bai’ 4.7 Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik sebagai
Bitsaman Ajil (BBA). Bai’ Bitsaman Ajil meru- Alternatif Leasing
pakan suatu proses perjanjian jual untuk barang Transaksi yang disebut dengan al-ijaroh al-
tertentu antara pemilik dan pembeli, dimana muntahia bit-tamlilk (IMB)adalah sejenis perpa-
pemilik barang akan menyerahkan barang seke- duan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih
tika, sedangkan pembayaran dilakukan dengan tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepe-
cicilan dalam jangka waktu yang disepakati milikan barang ditangan sipenyewa. Sifat pemin-
bersama. Secara ringkas, penjual dan pembeli dahan kepemilikan ini pula yang membedakan
menyepakati total harga barang tersebut, lama dengan ijarah biasa (Antonio, 2001 )
waktu pembayarannya, dan pembayaran tiap Ijarah Muntahiyah Bittamlik (financial lease
bulannya tanpa disertai bunga. with purchase option) adalah transaksi ijarah
Sejak terjadi transaksi, barang tersebut resmi yang diikuti perpindahan hak kepemilikan atas
menjadi milik pembeli, hanya saja ia menang- barang itu sendiri.IMBT di dalam Fatwa MUI
gung hutang seharga barang tersebut kepada nomor: 27/DSN-MUI/III/2002 diartikan sebagai
pihak penjual. Untuk berjaga-jaga, dapat diten- perjanjian sewa-menyewa yang disertai dengan
tukan adanya barang jaminan, termasuk barang opsi pemindahan hak milik atas benda yang
yang diperjualbelikan tersebut. Bila pihak pem- disewa, kepada Penyewa, setelah selesai masa
beli tidak dapat memenuhi kewajiban hutangnya aqad ijarah. Transaksi IMBT merupakan
dalam waktu yang disepakati tidak dilakukan pengembangan transaksi iajrah untuk menga-
penentuan harga ulang (repricing) ataupun pem- komodasi kebutuhan masyarakat, karena IMBT
berian sanksi.Salah satu jalan yang ditempuh merupakan pengembangan transaksi ijarah,
adalah barang tadi (bila sebagai jaminan) maka ketentuannya mengikuti ketentuan ijarah.
dijual.Hasilnya, sebagian digunakan untuk melu- Rukun Ijarah Muntahia bit-Tamlik meliputi
nasi sisa hutangnya dan, bila ada, sisanya penyewa (musta’jir), pemberi sewa (mu’ajir),
diberikan kepada pihak pembeli. objek sewa (ma’jur), harga sewa (ujrah), man-
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 134
faat sewa (manfa’ah) dan ijab qabul (sighat) ijarah, sedangkan praktik financial lease yang
(Wiyono, 2005 ). sudah disesuaikan dengan kriteria syara’ dina-
Adapun proses perpindahan kepemilikan makan al-Ijarah Muntahia bit Tamlik (IMBT)
objek dalam transaksi IMB secara umum dapat dan hukumnya halal. Sedangkan berdasarkan
dilakukan dengan cara sebagai berikut: praktik dan realitanya dalam kehidupan sehari-
1) Hibah yakni transaksi ijarah yang diakhiri hari, financial lease menunjukkan keharaman
dengan perpindahan kepemilikan barang transaksi, dan para ulama sepakat ini ada ada
secara hibah dari pemilik objek sewa kepada dalam praktik financial lease (leasing konven-
penyewa. Pilihan ini diambil bila kemam- sional).
puan finansial penyewa untuk membayar 6. Ucapan Terimakasih
sewa relatif lebih besar. Sehingga akumulasi Terimakasih kami haturkan kepada STIE
sewa di akhir periode sewa sudah mencukupi AAS Surakarta atas supportnya hingga selesai
untuk menutup harga beli barang dan margin dan terbitnya tulisan ini.
laba yang ditetapkan oleh bank.
7. Daftar Pustaka
2) Janji untuk menjual yakni transaksi ijarah Al Jawi, M S. (2012), Hukum Leasing: Media
yang diikuti dengan janji menjual barang Umat edisi 77
objek sewa dari pemilik objek sewa kepada
Antonio, M.S. (2001), Bank Syariah dari Teori
penyewa dengan harga tertentu. Pilihan ini ke Praktik, Jakarta: Gema Insani
biasanya diambil bila kemampuan financial
Cahyani, D. I., & Sumadi, S. (2015). Alternatif
penyewa untuk membayar sewa relatif kecil.
Sistem Ekonomi Islam Untuk Indonesia
Karena sewa yang dibayarkan relatif kecil, Yang Lebih Sejahtera. Jurnal Ilmiah
maka akumulasi nilai sewa yang sudah Ekonomi Islam, 1(02).
dibayarkan sampai akhir periode sewa belum
Karim, A. (2003) Bank Islam: Analisis Fiqih dan
mencukupi harga beli barang tersebut dan Keuangan. IIIT Indonesia, Jakarta
margin laba yang ditetapkan oleh bank. Bila
Kasmir (2002), Bank dan Lembaga Keuangan
pihak penyewa ingin memiliki barang
Lainnya, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
tersebut, maka ia harus membeli barang itu di
akhir periode. Kurnia, MR.(2007). Hukum Seputar Leasing,
Media Ummat
5. Kesimpulan
Nasution, M. (2006). Akuntansi Guna Usaha
Konsep maqasid asy-syariah dalam mewu- (Leasing) Menurut Pernyataan SAK No. 30.
judkan kemaslahatan manusia yang berupa;
Nur, A. W. (2007). Sistem Pembiayaan Leasing
agama, jiwa, akal, dan harta (Al-kulliyah al-
di Perbankan Syariah. La_Riba, 1(2), 169-
khamsah), dimana inti dari konsep maqasid asy- 186.
syariah adalah mencegah kerusakan dan menda-
Ramli, H. (2005). Briefcase Books Edukasi
tangkan kemanfaatan. Jenis Operating Lease
Profesional Syariah Teori Dasar Akuntansi
atau dalam istilah muamalah “Ijarah”, diboleh- Syariah. Jakarta; Renaisan
kan oleh syara’, transaksi Leasing merupakan
Siamat, D. (1995), Manajemen Lembaga
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
Keuangan, Jakarta: Intermedia
barang modal (misal mobil atau mesin pabrik)
yang dibayar selama jangka waktu tertentu Sukardi. (2005) Metode Penelitian Pendidikan:
Kompetensi dan Prakteknya, Jakarta: Bumi
berdasarkan pembayaran secara berkala. Bentuk
Aksara
kegiatan leasing dibedakan menjadi dua, yaitu
operating lease (yakni sewa beli tanpa hak opsi) Sumadi, S. (2017). Kasus Pencucian Uang
Dalam Tinjauan Sistem Ekonomi Syari’ah.
dan financial lease (sewa beli dengan hak opsi. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 3(03), 186-
Operating lease dalam istilah fiqih sama dengan 192.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(02), 2018, 135
Wiyono, S. (2005). Cara Mudah Memahami PSAK Dan PAPSI. Grasindo.
Akuntansi Perbankan Syariah: Berdasarkan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534

You might also like