You are on page 1of 10

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No.

3 AGUSTUS 2017 ISSN 2302 - 2493

IDENTIFIKASI BAKTERI PADA PLAK GIGI PASIEN DI PUSKESMAS


BAHU DAN UJI RESISTENSI TERHADAP ANTIBIOTIK
KLORAMFENIKOL DAN LINKOSAMIDA (KLINDAMISIN)
Fransiska Rosalita Kaligis1), Fatimawali1), Widya Astuty Lolo1)
1)
Program studi farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Dental plaque is a major cause of dental caries and periodontal disease. The main cause of
dental plaque is bacteria. The treatment used to control dental plaque is usually an antibiotic that aims to
remove plaque on a regular basis, to prevent unaccounted plaque that over time causes damage to dental
and periodontal tissues. This study aims to determine the level of resistant bacteria in the identification
and isolation of dental plaque against antibiotics class Kloramfenikol and Linkosamida (Clindamycin).
This research was conducted by taking dental plaque samples against 3 patients in Public Health Bahu
for isolation, bacterial identification and resistance test against antibiotics according to CLSI standard
(Clinical Laboratory Standards Institute) using disc diffusion method. The results of this study showed
that the identified bacteria from dental plaque isolates were Bacillus sp, Streptococcus sp, Enterococcus
sp, Veillonela sp, and Lactobacillus sp had resistance against Chloramphenicol antibiotics. The types /
genera of Bacillus sp, Streptococcus sp, Enterococcus sp, and Lactobacillus sp was intermediate against
Chloramphenicol, and Veillonela sp. type bacteria / genus are sensitive to Chloramphenicol. The types /
genera of bacteria Bacillus sp, Streptococcus sp, Enterococcus sp, and Veillonela sp have resistance to
clindamycin antibiotics, as well as the type / genus of Lactobacillus sp which have intermediate
resistance bacteria against clindamycin antibiotics. Clindamycin antibiotics have a high resistance rate
of 83% against bacteria isolated from dental plaque.

Keywords: Dental plaque, antibiotics, bacteria

ABSTRAK

Plak gigi merupakan penyebab utama terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal. Penyebab
utama terbentuknya plak gigi adalah bakteri. Pengobatan yang digunakan untuk mengontrol plak gigi
biasanya adalah antibiotik yang bertujuan untuk menghilangkan plak secara teratur, untuk mencegah plak
tidak tertimbun yang lama kelamaan menyebabkan kerusakan pada jaringan gigi dan periodontal.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat resisten bakteri yang di identifikasi dan di isolasi dari
plak gigi terhadap antibiotik golongan Kloramfenikol dan Linkosamida (Klindamisin). Penelitian ini
dilakukan dengan mengambil sampel plak gigi di 3 pasien di Puskesmas Bahu untuk dilakukan isolasi,
identifikasi bakteri serta uji resistensinya terhadap antibiotik sesuai dengan standar CLSI (Clinical
Laboratory Standards Institute) dengan menggunakan metode disc diffusion. Hasil penelitian ini
menunjukan bakteri yang teridentifikasi dari isolat plak gigi adalah Bacillus sp, Streptococcus sp,
Enterococcus sp, Veillonela sp, dan Lactobacillus sp telah resistensi terhadap antibiotik Kloramfenikol.
Jenis/genus bakteri Bacillus sp, Streptococcus sp, Enterococcus sp, dan Lactobacillus sp intermediate
terhadap Kloramfenikol, serta jenis/genus bakteri Veillonela sp sensitif terhadap Kloramfenikol.
Jenis/genus bakteri Bacillus sp, Streptococcus sp, Enterococcus sp, dan Veillonela sp telah resistensi
terhadap antibiotik Klindamisin, serta jenis/genus bakteri Lactobacillus sp intermediate terhadap
antibiotik Klindamisin. Antibiotik Klindamisin memiliki tingkat resisten yang tinggi sebesar 83%
terhadap bakteri yang di isolasi dari plak gigi.

Kata kunci : Plak gigi, antibiotik, bakteri

223
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 3 AGUSTUS 2017 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN Staphylococcus aureus, Pseudomonas


aeruginosa, dan Escherichia coli (Boedi,
Kesehatan mulut merupakan bagian 2002).
dari kesehatan tubuh secara umum yang Pembentukan plak dapat dikontrol
mana tidak hanya terkait dengan persoalan dengan penggunaan obat kumur dan juga
estetika, tetapi juga dapat menimbulkan menyikat gigi, tetapi penggunaan obat
masalah kesehatan yang serius (Malik, kumur memiliki beberapa kekurangan antara
2008). Data dari The World Oral Health lain gangguan pengecapan setiap kali setelah
Report pada tahun 2008, menyatakan berkumur. Oleh karena itu, antibiotik adalah
penyakit yang berhubungan dengan mulut salah satu penggunaan yang baik dan mudah
merupakan penyakit terbanyak di dunia digunakan untuk mengontrol plak gigi.
(Prismasari, 2010). Ada dua penyakit pada Tujuan pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut yang umum terjadi di dunia, yaitu mulut adalah menghilangkan plak secara
karies gigi dan penyakit periodontal teratur, untuk mencegah plak tidak
(Suwondo, 2007). tertimbun yang lama kelamaan
Prevalensi karies gigi dan penyakit menyebabkan kerusakan pada jaringan gigi
periodontal tertinggi menurut WHO tahun dan periodontal.
2007 terdapat di Asia dan Amerika, Antibiotik digunakan untuk
sedangkan terendah di Afrika (Hiremath, membunuh atau menghambat
2007). Hasil data Riset Kesehatan Dasar mikroorganisme seperti Staphylococcus
(RISKESDAS) tahun 2007, menunjukkan aureus,Pseudomonas aeruginosa, dan
prevalensi penyakit periodontal pada semua Escherichia coli. Antibiotik sering kali
kelompok umur di Indonesia adalah 60%, digunakan tidak sesuai dengan aturan pakai
sedangkan prevalensi karies gigi adalah sehingga menyebabkan bakteri resisten
46,6%. Karies gigi dan penyakit periodontal terhadap antibiotik.
disebabkan oleh bakteri yang menyerang Berdasarkan hasil penelitian tentang
jaringan keras dan lunak di rongga mulut Uji Resistensi Bakteri Escherichia coli yang
(Suwondo, 2007). diisolasi dari plak gigi terhadap merkuri dan
Berbagai penelitian telah antibiotik Kloramfenikol dapat diketahui
membuktikan bahwa plak gigi merupakan bahwa bakteri terjadi resisten terhadap
penyebab utama terjadinya karies gigi dan Merkuri dan pada bakteri Escherichia coli
penyakit periodontal. Secara klinis terbukti antibiotik kloramfenikol termasuk dalam
bahwa mulut yang menderita penyakit kategori sensitif (Ronal, 2013).Penggunaan
periodontal selalu memperlihatkan adanya antibiotik Linkosamida lazimnya digunakan
penimbunan plak yang jauh lebih banyak untuk infeksi Staphylococcus (Wattimena,
dari pada mulut yang sehat (Edwina, 1999). 1991).
Pembentukan plak gigi tidak bisa Berdasarkan uraian fakta-fakta
dihindari oleh karena itu dibutuhkan untuk tersebut maka peneliti tertarik untuk
mengurangi akumulasi plak sehingga tidak meneliti bakteri yang terdapat di dalam plak
terjadi penyakit pada gigi dan mulut. Plak gigi karena pada plak gigi terdapat banyak
gigi disebabkan oleh bakteri-bakteri seperti

224
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 3 AGUSTUS 2017 ISSN 2302 - 2493

bakteri selain Escherichia coli dan Sebelum pengambilan sampel pada pasien,
melakukan pengujian resistensi terhadap diperiksa terlebih dahulu apakah ada plak
antibiotik Kloramfenikol dan Linkosamida gigi pada pasien atau tidak. Jika plak gigi
karena saat ini sudah banyak masyarakat tersebut ada dalam rongga mulut pasien,
mengalami resistensi terhadap antibiotik. maka dokter gigi kemudian akan mengambil
plak gigi tersebut dengan menggunakan alat
METODE PENELITIAN pembersih karang gigi dan alat mencabut
Penelitian ini dilaksanakan pada gigi. Setelah memperoleh plak gigi pasien,
bulan September 2016 sampai Februari 2017 selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah
di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi di vial steril yang berisi NaCl 0,9% sebanyak 5
Program Studi Farmasi Fakultas Matematika mL dan segera dan diberi label yang berisi
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas identitas pasien. Setelah itu dibawah ke
Sam Ratulangi. laboratorium Mikrobiologi Farmasi untuk
Alat yang digunakan dalam diperiksa (WHO, 1995).
penelitian ialah cawan petri (Normax), vial,
lampu bunsen, incubator (Incucell), tabung Sterilisasi Alat
reaksi (Pyrex), kaca objek, mikroskop Alat-alat yang digunakan dalam
(Olympus), jarum ose, pinset, erlenmeyer penelitian aktivitas ini disterilkan terlebih
(Approx), gelas ukur (Pyrex), gelas kimia dahulu. Alat-alat gelas dan media di
(Approx), rak tabung reaksi, plastic wrap, sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C
aluminium foil, kapas, kasa, timbangan selama 15 menit. Sedangkan jarum ose dan
analitik (kern), pinset, laminar air flow L-Glass dipijarkan dengan pembakaran di
(Biotek), termometer, autoklaf (ALP), atas api langsung (Hastowo, 1992).
mikropipet (Ecopipette), L-Glass, vortex
(Benchmark), mistar berskala dan alat Pembuatan Media
fotografi. Medium yang digunakan dalam
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah medium Luria Bertani
penelitian ini ialah plak gigi, lugol, alcohol Agar. Medium ini digunakan sebagai media
96%, kristal violet, aquades, safranin, NaCl agar miring untuk inokulasi bakteri, media
0,9%, H2SO4 BaCl2, Kloramfenikol dan dasar dan media pembenihan. Adapun cara
Klindamisin dalam bentuk cakram, Nutrien pengerjaannya sebagai berikut :
Agar, Luria Bertani Agar dan yeast extract a. Pembuatan Media Luria Bertani Agar
(Oxoid), Simmon’s Citrate Agar (Oxoid), Media LB dibuat dengan menimbang
Lysine Iron Agar (Oxoid), Triple Sugar Iron tripton sebanyak 4 gram, NaCl sebanyak 4
Agar (Oxoid). gram, yeast extract sebanyak 2 gram dan
agar bacteriological sebanyak 6 gram,
Pengambilan Sampel kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
Pengambilan sampel plak gigi dilakukan dan dilarutkan bersama aquades sebanyak
dengan cara mengambil sampel plak gigi 400 ml kemudian dihomogenkan. Media
pada 3 pasien di Puskesmas Bahu Manado. yang sudah homogen ini disterilkan dalam

225
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 3 AGUSTUS 2017 ISSN 2302 - 2493

autoclaf pada suhu 121°C selama 15 menit, Uji sitrat bertujuan untuk
kemudian dituangkan pada masing-masing menentukan kemampuan bakteri dalam
cawan petri sebanyak 20 ml. dan menggunakan sitrat sebagai sumber karbon
didinginkan sampai memadat. Media ini dan energi.
digunakan untuk inokulasi bakteri dan uji Uji H2S bertujuan untuk menentukan
kepekaan terhadap antibiotik. kemampuan isolat uji dalam memproduksi
H2S. melalui reduksi tiosulfat. Adanya
Isolasi Sputum endapan hitam menunjukkan terjadinya
Sampel plak gigi sebanyak 1 ml produksi H2S.
dicampurkan dengan NaCl sebanyak 9 ml Uji fermentasi karbohidrat bertujuan
hingga homogen didalam tabung reaksi, untuk menentukan kemampuan bakteri
kemudian dimasukkan kedalam media LB dalam mendegradasi dan memfermentasikan
agar pada cawan petri, kemudian diinkubasi karbohidrat tertentu dengan memproduksi
pada suhu 370C selama 24 jam. asam atau basa dan gas.
Uji lysine digunakan untuk melihat
Identifikasi Bakteri kemampuan bakteri melakukan
Identifikasi bakteri bertujuan untuk dekarboksilasi dalam asam amino berupa
mengetahui jenis/genus bakteri yang lysine melalui produksi enzim
terdapat pada plak gigi. Hal ini dilakukan dekarboksilasi. Proses dekarboksilasi lysine
dengan beberapa pengujian. sering digunakan bakteri untuk
Uji morfologi di lakukan dengan menetralisasikan lingkungan asam menjadi
pewarnaan Gram yang bertujuan untuk basa.
memudahkan melihat bakteri dengan Uji katalase bertujuan untuk
mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk menentukan kemampuan bakteri untuk
bakteri, melihat struktur luar dan struktur mendegradasi hydrogen peroksida melalui
dalam seperti dinding sel dan vakuola, produksi enzim katalase.
menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia
yang khas dari pada bakteri dengan zat Uji Kepekaan Antibiotik
warna, serta menentukan bentuk bakteri Uji kepekaan antibiotik dilakukan
apakah berupa basil, kokus atau spiral. dengan menggunakan cakram antibiotik,
Uji fisiologi dilakukan dengan uji pengujian dapat dilakukan dengan cara
motilitas yang bertujuan untuk mengetahui sebagai berikut:
apakah bakteri yang diuji dapat melakukan Dibuat media LB (Luria Bertani
pergerakan atau tidak. Agar) sebagai media pengujian antibiotik.
Uji indol bertujuan untuk Lalu suspensi bakteri sebanyak 200 μl
menentukan kemampuan isolat uji dalam kedalam cawan petri. Masukkan cakram
mendegradasi triptofan. Untuk media ini antibiotik kedalam media pengujian yang
digunakan media semi padat (MIO) yang telah disuspensikan bakteri. Kemudian
kaya akan triptofan. cawan petri diinkubasi dalam inkubator pada
suhu 370C selama 24 jam. Pengamatan

226
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 3 AGUSTUS 2017 ISSN 2302 - 2493

dilakukan setelah 1x24 jam masa inkubasi. Sampel Plak Gigi diperoleh dari tiga
Daerah bening merupakan petunjuk pasien dengan usia dewasa di Puskesmas
kepekaan bakteri terhadap antibiotik atau Bahu. Sampel Plak gigi yang diperoleh dari
bahan antibiotik lainnya yang digunakan tiga pasien kemudian diinokulasi pada
sebagai bahan uji yang dinyatakan dengan media Luria Bertani agar yang sebelumnya
lebar diameter zona hambat (Kumala dkk, telah dibuat sebagai media pertumbuhan
2010). Uji kepekaan terhadap antibiotik dasar bakteri. Bakteri yang telah dinokulasi
digolongkan kedalam tiga kriteria sesuai dari plak gigi kemudian dimurnikan kembali
dengan CLSI (Clinical Laboratory sebanyak 3 kali tahap pemurnian dengan
Standards Insttitut), yaitu Kloramfenikol menggunakan media LB. Dari hasil
resisten (R) bila besarnya zona hambatan 0- pemurnian bakteri kedua didapat 12 isolat
12 mm, intermediate (I) bila besarnya zona bakteri dan diberi kode 101-1,101-2,101-3,101-
4
hambatan 13-17 mm, dan sensitif (S) bila ,102-1,102-2,102-3,102-4,103-1,103-2,103-3 dan
besarnya zona hambatan diatas 18 mm, 103-4.
Klindamisin resisten (R) bila besarnya zona
hambatan 0-15 mm, intermediate (I) bila Identifikasi Bakteri
besarnya zona hambatan 16-18 mm, dan Bakteri hasil isolasi dari plak gigi
sensitif (S) bila besarnya zona hambatan kemudian dilakukan identifikasi untuk
diatas 21 mm. mengetahui bakteri yang terdapat pada plak
gigi dengan melakukan uji morfologi,
HASIL DAN PEMBAHASAN fisiologi, dan biokimia dan diidentifikasi
Isolasi Bakteri dari Plak Gigi dengan menggunakan bargey determinative,
maka hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil Identifikasi bakteri


Kode Isolat Hasil identifikasi bakteri
101-1 Bacillus sp
101-2 Streptococcus sp
101-3 Enterococcus sp
101-4 Veillonella sp
102-1 Streptococcus sp
102-2 Veillonella sp
102-3 Bacillus sp
102-4 Lactobacillus sp
103-1 Lactobacillus sp
103-2 Enterococcus sp
103-3 Streptococcus sp
103-4 Lactobacillus sp

227
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 3 AGUSTUS 2017 ISSN 2302 - 2493

Uji Kepekaan Antibiotik


Tabel 2. Hasil pengukuran zona hambat
Hasil pengukuran zona hambat
Kode Kloramfenikol Klindamisin
Isolat Hasil Rata- Kepekaan Hasil Rata-rata Kepekaan
rata
P1 : 13,5 P1 : 16
-1
101 P2 : 9,5 11 R P2 : 9 11,6 R
P3 : 10 P3 : 10
P1 : 19 P1 : 8
-2
101 P2 : 18,5 15,5 I P2 : 8 8 R
P3 : 9 P3 : 8
P1 : 8 P1 : 8
-3
101 P2 : 10 9 R P2 : 10 8,6 R
P3 : 9 P3 : 8
P1 : 19 P1 : 21
-4
101 P2 : 17 18 S P2 : 8 12,3 R
P3 : 18 P3 : 8
P1 : 10 P1 : 7
-1
102 P2 : 9 9,3 R P2 : 9 8,3 R
P3 : 9 P3 : 9
P1 : 18 P1 : 8
-2
102 P2 : 8 11,6 R P2 : 8 7,6 R
P3 : 9 P3 : 7
P1 : 17 P1 : 21,5
-3
102 P2 : 16,5 13,8 I P2 : 18,5 12,2 R
P3 : 8 P3 : 15
P1 : 19,5 P1 : 16,5
-4
102 P2 : 20 17,8 R P2 : 21 16,5 I
P3 : 14 P3 : 8
P1 : 20 P1 : 21,5
-1
103 P2 : 20 16,6 I P2 : 18,5 18,3 I
P3 : 10 P3 : 15
P1 : 19,5 P1 : 17
-2
103 P2 : 20 15,5 I P2 : 11 12 R
P3 : 7 P3 : 8
P1 : 20 P1 : 20
-3
103 P2 : 10 17,5 I P2 : 8 12,6 R
P3 : 22,5 P3 : 10

228
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 3 AGUSTUS 2017 ISSN 2302 - 2493

P1 : 15 P1 : 7
-4
103 P2 : 8 12,3 I P2 : 0 5 R
P3 : 18 P3 : 8
Keterangan : R= Resistensi, I= Intermediate, S= Sensitif
P1= Pengulangan pertama
P2= Pengulangan kedua
P3= Pengulangan ketiga

Berdasarkan zona hambat yang Isolat 103-4 (Lactobacillus sp) intermediet


dihasilkan oleh antibiotik terhadap kedua terhadap antibiotik kloramfenikol serta
belas isolat bakteri, di mana pada isolat 101-1 resistensi terhadap antibiotik klindamisin
(Bacillus sp) resistensi terhadap antibiotik (Tabel 4.2). Bakteri dikatakan resisten
kloramfenikol dan klindamisin. Isolat 101-2 apabila pertumbuhannya tidak dapat
(Streptococcus sp) intermediet terhadap dihambat oleh antibiotik, bakteri yang secara
antibiotik kloramfenikol serta resistensi normal memberikan respon terhadap
terhadap antibiotik klindamisin. Isolat 101-3 antibiotik tertentu mungkin menyebabkan
(Enterococcus sp) resistensi terhadap berkembangnya strain/pertahanan yang
antibiotik kloramfenikol dan klindamisin. resisten hal ini disebabkan kemampuan
Isolat 101-4 (Veillonella sp) sensitif terhadap bakteri dalam mengubah sistem daya tahan
antibiotik kloramfenikol serta resistensi tubuhnya terhadap antibiotik, penggunaan
terhadap antibiotik klindamisin. Isolat 102-1 antibiotik yang berulang bisa menyebabkan
(Streptococcus sp) resistensi terhadap kekebalan bakteri terhadap antibiotik
antibiotik kloramfenikol dan klindamisin. tersebut. Resistensi pada dasarnya dapat
Isolat 102-2 (Veillonella sp) resistensi disebabkan oleh mikroorganisme
terhadap antibiotik kloramfenikol dan menghasilkan enzim adenyllacting,
klindamisin. Isolat 102-3 (Bacillus sp) fosforilacting, acetylacting agent yang dapat
intermediet terhadap antibiotik menghancurkan obat, anti mikroba tidak
kloramfenikol serta resistensi terhadap dapat menembus dinding bakteri untuk
antibiotik klindamisin. Isolat 102-4 mencapai tempat yang potensial oleh karena
(Lactobacillus sp) resistensi terhadap penurunan permeabilitas mokroorganisme
antibiotik kloramfenikol serta intermediet dinding sel, mikroorganisme berkembang
terhadap antibiotik klindamisin. Isolat 103-1 dan mengadakan perubahan struktur tubuh,
(Lactobacillus sp) intermediet terhadap seperti perubahan kromosom dengan
antibiotik kloramfenikol dan klindamisin. menghilangkan protein tertentu pada subunit
Isolat 103-2 (Enterococcus sp) intermediet ribosom dan mikroorganisme mempunyai
terhadap antibiotik kloramfenikol serta kemampuan meningkatkan sintesis lintasan
resistensi terhadap antibiotik klindamisin. metabolisme esensial sehingga melawan
Isolat 103-3 (Streptococcus sp) intermediet antibiotik (Rezeki, 2004). Sensitif di sini
terhadap antibiotik kloramfenikol serta dimaksudkan bahwa antibiotik memiliki
resistensi terhadap antibiotik klindamisin. kemampuan dalam menghambat

229
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 3 AGUSTUS 2017 ISSN 2302 - 2493

pertumbuhan bakteri bahkan mampu pertumbuhan bakteri bahkan bisa


membunuh bakteri. Intermediate membunuh bakteri (Nelwan, 2002).
dimaksudkan bahwa antibiotik masih
memiliki kemampuan untuk menghambat
Tabel 3. Persentase kepekaan bakteri dari isolat plak gigi terhadap antibiotik
Kloramfenikol dan Klindamisin.
Persentase (%)
Antibiotik S I R
S I R
Kloramfenikol 1 6 5 9% 50% 41%
Klindamisin - 2 10 0 17% 83%
Keterangan : R= Resistensi, I= Intermediate, S= Sensitif

Hasil pengujian kepekaan bakteri episomal. Resistensi primer (bawaan)


dari isolasi plak gigi terhadap antibiotik merupakan resistensi yang menjadi sifat
kloramfenikol dan klindamisin pada Tabel 3 alami mikroorganisme. Hal ini misalnya
menunjukan antibiotik klorafenikol dapat disebabkan oleh adanya enzim
memiliki tingkat sensitifitas sebesar 9%, pengurai antibiotik pada mikroorganisme
intermediate 50% serta resistensi sebesar sehingga secara alami mikroorganisme dapat
41%. Penyebab resisten antibiotik menguraikan antibiotik.
Kloramfenikol kemungkinan besar di Mekanisme resistensi sekunder (dapatan)
akibatkan dari perusakan obat oleh suatu diperoleh akibat kontak dengan agen
enzim yang dikendalikan oleh plasmid antimikroba dalam waktu yang cukup lama
(Jawetz et al, 2001). Pola kepekaan bakteri dengan frekunsi yang tinggi, sehingga
terhadap antibiotik cenderung berubah memungkinkan terjadinya mutasi pada
selaras dengan pemakaian antibiotik itu mikroorganisme. Terbentuknya mutan yang
sendiri. Antibiotik klindamisin memiliki resisten terhadap obat antimikroba dapat
tingkat resistensi 83% serta intermediate secara cepat (resistensi satu tingkat) dan
17%. Hal ini sejalan dengan teori menurut dapat pula terjadi dalam kurun waktu yang
Bertram (2014), spektrum aktivitas lama (resistensi multi tingkat). Resistensi
antimikroba dari klindamisin yaitu lebih episomal disebabkan oleh faktor genetik di
aktif terhadap bakteri anaerob. Namun luar kromosom pada plasmidnya yang dapat
enterococcus dan organisme-organisme menular pada bakteri lain yang memilki
aerob Gram negatif resisten terhadap kaitan spesies melalui kontak sel secara
klindamisin. Pemakaian antibiotik yang konjugasi maupun transduksi (Pratiwi,
irasional juga menyebabkan tingginya 2008).
tingkat resistensi terhadap antibiotik
(Depkes RI, 2005). Resistensi KESIMPULAN
mikroorganisme dapat dibedakan menjadi Berdasarkan penelitian yang
resistensi bawaan (primer), resistensi dilakukan dapat disimpulkan bahwa bakteri
dapatan (sekunder), dan resistensi yang teridentifikasi dari isolat plak gigi di

230
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 3 AGUSTUS 2017 ISSN 2302 - 2493

Puskesmas Bahu Manado adalah jenis/genus Boedi, O.R. 2002. Imunologi ral (Kelainan
bakteri Bacillus sp, Streptococcus sp, Didalam Rongga Mulut). Fakultas
Enterococcus sp, Veillonela sp, dan Kedokteran Universitas Indonesia,
Lactobacillus sp telah resistensi terhadap Jakarta.Edwina, A.M., Bechal, J.S.
antibiotik Kloramfenikol. Jenis/genus 1999. Dasar-dasar karies penyakit dan
bakteri Bacillus sp, Streptococcus sp, penanggulannya. EGC, Jakarta.
Enterococcus sp, dan Lactobacillus sp
intermediate terhadap Kloramfenikol, serta Departemen Kesehatan RI. 2005.
jenis/genus bakteri Veillonela sp sensitif Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
terhadap Kloramfenikol. Jenis/genus bakteri Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA).
Bacillus sp, Streptococcus sp, Enterococcus Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
sp, dan Veillonela sp telah resistensi Klinik Direktorat, Jendral Bina
terhadap antibiotik Klindamisin, serta Kefarmasian dan Alat Kesehatan
jenis/genus bakteri Lactobacillus sp Departemen Kesehatan Republik
intermediate terhadap antibiotik Indonesia. Jakarta.
Klindamisin. Antibiotik Klindamisin perlu Hiremath, S.S. 2007. Textbook of Preventive
dikurangi untuk pengobatan karies gigi dan and Community Dentistry. Elsevier,
periodontal karena memiliki tingkat resisten India.
yang tinggi sebesar 83%.
Jawetz, M dan Adelberg. 2001.
SARAN Mikrobiologi Kedokteran. Edisi I di
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terjemahkan Bagian Mikrobiologi
perlu dipertimbangkan untuk Fakultas Kedokteran UNAIR, Salemba
mengurangi penggunaan antibiotik Medika: Surabaya.
Klindamisin terhadap penderita karies
Kumala, S., D.A.M. Pasanema, dan
gigi dan periodontal akibat plak gigi.
Mardiastuti. 2010. Pola Resistensi
2. Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan
Antibiotik
menggunakan antibiotik yang berbeda
Terhadap Isolat Bakteri Sputum
untuk mengetahui antibiotik yang tepat
Penderita Tersangka Infeksi Saluran
digunakan pada penderita karies gigi dan
Nafas Bawah. Jurnal Farmasi
periodontal akibat plak gigi.
Indonesia. 5: 24-32.

Lay, B.W. dan Hastowo, S. 1992.


DAFTAR PUSTAKA Mikrobiologi. Rajawali Press, Jakarta.

Bertram, G.K. 2004. Farmakologi Dasar Malik. 2008. Kesehatan Gigi dan Mulut:
dan Klinik. Edisi 8. Terjemahan Bagian Laporan kesehatan Badan
Farmakologi Fakultas Kedokteran Pengembangan Sistem Informasi dan
Universitas Airlangga. Salemba Telematika Daerah (Bapesitelda)
Medika, Jakarta. Provinsi Jawa Barat. Departemen

231
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 3 AGUSTUS 2017 ISSN 2302 - 2493

Ortodonti Universitas Padjajaran, WHO. 1995. Specimen Collection and


Bandung. Transport for Microbiological
Investigation. WHO Regional
Nelwan RHH. 2002. Pemakaian Publication, Eastern Mediterranean
antimikroba secara rasional di klinik. Series 8.
Dalam: Noer S, editor. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta : 537-540.

Pratiwi,S. 2008. Mikrobiologi Farmasi.


Erlangga, Jakarta.

Prismasari, dkk. 2010. Literature Review:


Potential Use of Cinnamomun
Burmanii Essential Oil-Based Chewing
Gum as Oral Antibiofilm Agent.
Journal of Dentistry 2010.17 (3): 80-
86.

Rezeki, S. 2004. Tailoring, Switching, and


Optimizing of Antibiotic Use in
Children. Sari Pediatri, Vol 6 (1)
halaman 1-5.

Ronal, D. 2013. Uji Resistensi Escherichia


Coli yang Diisolasi dari Plak Gigi
terhadap Merkuri dan Antibiotik
Kloramfenikol. Jurnal e-Biomedik. 3(1).
1-5.

Suwondo, S. 2007. Skrining Tumbuhan


Obat yang Mempunyai Aktivitas
Antibakteri Penyebab Karies Gigi dan
Pembentukan Plak (Screening of
Medicinal Plant on Antimicrobial
Caused Caries and Plaque Forming
Activity). Jurnal Bahan Alam
Indonesia ISSN 1412-2855. Vol. 6, No.
2.

Wattimena, J.R., dkk. 1991.


Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik.
UGM press, Yogyakarta.

232

You might also like