Professional Documents
Culture Documents
Gambaran
Gambaran
net/publication/322792415
CITATION READS
1 242
3 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Dwi Agustin Nuriani Sirodj on 03 February 2018.
Abstract
This research aimed to obtain a description explanation about negative automatic thoughts that
appear on Bandung junior high school students who are bullied. The research also described the
automatic negative thoughts that was based on factors affected by bullying (from CATS
questionnaire). The research involved 1261 samples of the students of 5 junior high school in
Bandung. Data were analyzed using descriptive statistic analysis. The results showed as many as
48 students belonging to students who experience the action of bullying with high frequency and as
many as 333 students experience the act of bullying in the medium frequency. Then, based on the
results of CATS questionnaires, about 8.3% of students, show that they had higher frequency the
occurrence of negative automatic thoughts. It means they had a negative beliefs scheme and often
experience helplessness in their daily lives. The factor analysis showed that social threat was the
most contributive factor in generating negative automatic thoughts.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pikiran otomatis negatif yang
muncul pada remaja korban bullying siswa SMP di Kota Bandung. Penelitian ini juga bertujuan
untuk memetakan pikiran negatif otomatis tersebut berdasarkan kelompok faktor-faktor atau area
mana (berdasarkan kuesioner CATS) yang paling sering terkena dampak akibat bullying.
Penelitian melibatkan total sampel 1261 siswa SMP di 5 Sekolah. Data dianalisis menggunakan
analisis statistik desriptif. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 48 siswa tergolong pada siswa
yang mengalami tindakan bullying dengan frekuensi tinggi dan sebanyak 333 siswa mengalami
tindakan bullying dalam frekuensi sedang. Kemudian, berdasarkan hasil kuesioner CATS,
sebanyak 8,3% siswa, menunjukkan bahwa mereka mengalami frekuensi kemunculan negative
automatic thoughts yang tinggi. Hal ini berarti mereka memiliki skema beliefs yang negatif dan
sering mengalami ketidakberdayaan dalam kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan analisa faktor
kuesioner CATS, diperoleh hasil bahwa social threat menjadi faktor yang paling berkontribusi
dalam memunculkan negative automatic thoughts.
239
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2017, Vol.. 4, No. 2, Hal : 239 – 250.
umumnya adalah remaja yang memiliki diri yang negatif ini muncul melalui
kesulitan atau tidak mampu berhubungan negative automatic thoughts sebagai
dengan kelompok teman sebayanya bila ’lapisan’ terluar dari struktur kognitif
dibandingkan dengan remaja pada umum- seseorang. Pikiran-pikiran negatif ini dapat
nya (Pelligrini dan Long, 2002, dalam kita lihat frekuensi kemunculannya.
McMannis, 2012). Semakin sering ia muncul, maka akan
Pada faktanya, umumnya para korban semakin besar pula pengaruhnya pada
bullying ini enggan untuk mengadukan apa pembentukan belief seorang remaja.
yang mereka alami kepada orang lain, Negative automatic thoughts (NATs)
termasuk guru. Keengganan murid untuk sendiri adalah aliran pikiran dimana hampir
melaporkan bullying yang dialaminya semua dari kita menyadari akan
kepada guru mungkin disebabkan rasa kehadirannya dan berusaha memperhati-
percaya murid yang kurang terhadap guru kannya. Negative autmatic thoughts ini
(Soedjatmiko, Soedjatmiko, Nurhamzah, berbentuk pikiran negatif yang bernuansa
Waldi, Maureen, Anastasia, Wiguna dan pesimis dan memiliki penilaian atau inter-
Tjhin, 2013). Mereka menilai bahwa guru pretasi yang bernuansa negatif mengenai
kurang responsif dan menganggap bahwa kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar
masalah yang dihadapi siswa bukanlah kita. (Westbrook, dkk., 2007, dalam
masalah besar. Selain itu, keengganan Khasanah, 2014). Negative automatic
untuk menceritakan kejadian yang mereka thoughts atau pikiran-pikiran negatif
alami juga disebabkan adanya kekhawa- otomatis, secara langsung akan meme-
tiran baik dalam jangka panjang maupun ngaruhi mood pada setiap kejadian dan
pendek dari para korban, jika mereka sifatnya sangat cepat muncul serta
mengadukan apa yang dialami. Tuduhan seringkali kita sadari. Karena ini disadari,
sebagai “pengadu” bisa kembali memper- maka setiap orang bisa mempelajari cara
parah tindakan bullying berikutnya. Selain untuk memantau kehadiran pikiran negatif
kekhawatiran jika mengadukan permas- tersebut. (Westbrook. dkk., 2007, dalam
alahan yang dihadapi, korban bullying juga Khasanah, 2014). Negative automatic
akan menghadapi dampak lainnya secara thoughts (NATs) ini sering membuat
psikososial. Korban bullying seringkali seseorang merasa tidak berdaya dan
menjadi depresi, cemas, melakukan mengeluarkan coping yang tidak tepat
tindakan ke arah menyakiti diri sendiri, (Wilding dan Milne, 2010; Khasanah,
eating disoders, dan gejala-gejala masalah 2014). Jika coping tidak tepat, sulit bagi
fisik seperti sakit kepala, sakit perut, remaja untuk bisa bertahan dan menyikapi
demam, dan sulit tidur (Buxton, Potter dan masalah yang ia hadapi dengan baik.
Bostic, 2013). Frekuensi kemunculan negative
Pelabelan dan tindakan negatif yang automatic thoughts ini menjadi penting
diterima oleh korban adalah hal yang untuk diteliti karena kemunculan negative
sering mereka alami. Bagi mereka yang automatic thoughts membuat sebuah
mengalami bullying dan diberikan label ‘lingkaran setan’ dalam diri mereka.
tertentu setiap kali melakukan interaksi Negative autmatic thoughts membuat
dengan para pelaku, memunculkan persepsi mereka menilai bahwa situasi apapun yang
negatif mengenai diri (Crick dan Bigbee, ada kaitannya dengan pelaku, tempat
1998; Prinstein, dkk., 2001; Owens dkk., terjadinya tindakan bullying, kalimat-
2000; Vernberg, 1990; dalam Wang, 2011). kalimat, perilaku, dan sebagainya, adalah
Ia juga menjelaskan dalam penelitiannya hal yang tidak menyenangkan. Dengan
bahwa pengalaman akan kekerasan pada begitu, mereka seringkali tidak pernah
remaja ini dapat menguatkan negative berhasil mengatasi rasa takut dalam dirinya
belief mengenai diri mereka. Keyakinan agar bisa melakukan perlawanan terhadap
240
Gambaran Negative Automatic Thoughts pada Remaja Korban Bullying di Sekolah Menengah Pertama Kota Bandung (Andhita Nurul
Khasanah, Temi Damayanti & Dwi Agustin Nuriani Sirodj)
para pelaku. Kondisi ini kemudian akan Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
membuat para korban bullying semakin melakukan survey secara menyeluruh
tidak berdaya menghadapi situasi yang mengenai pikiran-pikiran negatif yang
mereka alami ini dan kemudian lambat laun muncul pada remaja korban bullying di
akan memengaruhi skema belief pada diri tingkat sekolah menengah pertama.
mereka. Kemudian peneliti juga tertarik untuk bisa
Berdasarkan kajian teori, skema belief memetakan pikiran-pikiran negatif otomatis
bernuansa negatif akan semakin tersebut berdasarkan pada area psikososial
memengaruhi pembentukan jati diri dan mana yang paling tinggi frekuensi
keyakinan terhadap dirinya baik di masa kemunculannya.
sekarang maupun di masa mendatang.
Skema ini kemudian memengaruhi sikap Bullying
remaja dalam menghadapi situasi sosial, Menurut Olweus (1993; Rigby, dalam
dimana mereka cenderung menghindar atau Khasanah, 2014) seorang siswa dapat
melarikan diri dari masalah yang dihadapi. dikatakan di-bully (digertak) atau disakiti
Sehingga, keberadaan negative autmatic ketika secara terang-terangan, berulangkali
thoughts hanya akan membentuk ‘vicious dan lebih dari sekali, mengalami perilaku
circle’ pada remaja korban bullying. negatif dari satu atau lebih siswa yang
Sejalan dengan riset yang telah lainnya. Definisi ini secara jelas ditekankan
dilakukan Khasanah (2014), bahwa remaja pada perilaku negatif atau agresif yang
yang memiliki negative autmatic thoughts dilakukan berulang dan lebih dari satu kali.
akan cenderung menghindari situasi Lebih spesifik lagi bahwa pada bullying
bullying atau hal-hal yang terkait dengan terdapat ketidakseimbangan dalam
pengalamannya. Misalnya, menghindari kekuatan. Siswa yang secara terang-
berpapasan dengan pelaku, menghindari terangan diperlakukan dengan negatif
tempat para pelaku berkumpul, menghin- mengalami kesulitan untuk membela
dari percakapan dengan mereka, bahkan dirinya.
memiliki keinginan untuk tidak masuk Menurut Mellor (dalam Asri, 2012)
sekolah. dari Antibullying Network University of
Berdasarkan gambaran tinjauan yang Edinburgh, bullying terjadi ketika sese-
telah dipaparkan, diharapkan penelitian ini orang merasa teraniaya oleh tindakan orang
dapat memetakan area-area psikososial lain baik yang berupa verbal, fisik, maupun
mana yang paling sering memunculkan mental, dan orang tersebut takut bila
pikiran-pikiran otomatis bernuansa negatif perilaku tersebut akan terjadi lagi.
pada remaja yang mengalami bullying. Sementara menurut Coloroso (dalam Asri,
Dengan mengetahui seberapa tinggi 2012) bullying adalah sebuah aktivitas
pikiran-pikiran negatif tersebut muncul sadar dan disengaja yang dimaksudkan
pada diri remaja, maka diharapkan peneliti untuk melukai, menanamkan ketakutan
dapat menambah khasanah pengetahuan melalui ancaman agresi, dan menciptakan
mengenai dampak jangka panjang yang teror.
dialami oleh korban bullying terkait sistem Sedangkan bullying yang terjadi di
belief mereka yang terrepresentasikan sekolah (school bullying) oleh Coloroso,
melalui negative automatic thoughts ini. 2004, dalam Asri, 2012) didefinisikan se-
Kemudian, data yang diperoleh terkait area bagai perilaku agresif yang dilakukan
psikososial dan frekuensi negative berulang-ulang oleh seorang/ sekelompok
automatic thoughts ini, maka selanjutnya siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap
dapat disusun bentuk intervensi atau siswa lain yang lebih lemah, dengan tujuan
penanganan berdasarkan hasil riset ini. menyakiti orang tersebut.
241
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2017, Vol.. 4, No. 2, Hal : 239 – 250.
242
Gambaran Negative Automatic Thoughts pada Remaja Korban Bullying di Sekolah Menengah Pertama Kota Bandung (Andhita Nurul
Khasanah, Temi Damayanti & Dwi Agustin Nuriani Sirodj)
na peneliti yang menentukan langsung lima hostility. Melalui kuesioner ini, peneliti
sekolah dengan jumlah siswa terbanyak. dapat melihat faktor atau area mana yang
Dengan mengambil sampel di SMP yang paling tinggi frekuensi kemunculannya.
siswanya banyak diharapkan pula bahwa Artinya, faktor itulah yang paling
proses screening mendapatkan siswa yang menunjukkan dampak signifikan yang
menjadi korban bullying pun akan lebih dialami oleh korban bullying pada pikiran-
banyak pula. pikiran otomatisnya.
Terdapat dua kuesioner yang diguna-
kan dalam penelitian ini. Pertama adalah HASIL PENELITIAN DAN PEM-
kuesioner untuk screening tindakan BAHASAN
bullying yang dialami oleh remaja siswa Berdasarkan penjelasan sebelumnya
SMP dan kuesioner mengenai negative mengenai penentuan sampel, ditentukan
automatic thoughts. Kuesioner penapisan bahwa siswa yang menjadi sampel berasal
atau screening yang digunakan adalah dari lima sekolah SMP Negeri dengan
kuesioner untuk menjaring siswa SMP siswa terbanyak bersumber dari website
yang menjadi korban bullying yang http://ppdb.bandung.go.id. Hanya saja pada
merupakan bentuk revisi terhadap saat proses permintaan izin, pihak SMPN E
kuesioner dari Olweus Bully/ Victim Bandung tidak memberikan konfirmasi,
Questionnaire (Olweus, 1996 dalam sehingga untuk selanjutnya pengambilan
Khasanah, 2014). Pertanyaan-pertanyaan data hanya dilakukan di empat SMP saja.
dalam survey ini meliputi berbagai topik Dari keseluruhan sampel penelitian
yang terkait dengan bullying di sekolah. pada proses screening, dilakukan pengola-
Topik pertanyaan meliputi prevalensi dari han data untuk melihat bagaimana kondisi
bullying, tipe-tipe bullying, durasi dari tingkat bullying yang terjadi di setiap
kekerasan yang dialami, lokasi terjadinya sekolah. Siswa-siswa yang mempunyai fre-
kekerasan, memberitahukan tindakan keke- kuensi tindakan bullying yang dialami
rasan yang dilakukan siswa-siswi (guru, tergolong tinggi dan sedang akan dijadikan
orang dewasa lain, teman, saudara), dan sampel berikutnya untuk melihat seberapa
respon orang lain dalam situasi bullying, sering munculnya pikiran-pikiran negatif
misalnya para guru, orang dewasa yang ada melalui kuesioner Children Automatic
di rumah, atau siwa-siswi lain (Losey, 2009 Thoughts Scale (CATS).
dalam Khasanah, 2014). Setelah melakukan screening pada
Kuesioner yang kedua adalah tahap yang telah dijelaskan sebelumnya,
kuesioner yang dikembangkan oleh maka siswa-siswa yang mengalami tingkat
Macquire University di Sidney, yang mana bullying sedang dan tinggi akan dijadikan
di tempat tersebut telah dilakukan peneli- sampel kembali untuk mengukur frekuensi
tian mengenai pikiran-pikiran negatif ini kemunculan pikiran-pikiran negatif yang
dan kemudian membuatnya ke dalam bersifat otomatis melalui kuesioner CATS.
sebuah instrumen alat ukur berupa Secara keseluruhan jumlah siswa yang akan
kuesioner (Schniering dan Rapee, 2002). dijadikan sampel pada tahapan CATS
Alat ukur ini mulanya digunakan pada disajikan pada tabel 1.
remaja yang berdasar pada pernyataan diri Dari keseluruhan sampel penelitian
atau self-statement yang disebabkan oleh pada proses screening, dilakukan pengola-
masalah kecemasan, depresi, atau masalah- han data untuk melihat bagaimana kondisi
masalah perilaku lainnya. Para peneliti di tingkat bullying yang dialami. Siswa-siswa
sana kemudian mengelompokkan negative yang mempunyai frekuensi tindakan
automatic thoughts ini ke dalam 4 faktor bullying yang dialami tergolong tinggi dan
atau area yang berbeda, yaitu social threat, sedang akan dijadikan sampel berikutnya
physical threat, personal failure, dan untuk pengambilan data tahap kedua
243
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2017, Vol.. 4, No. 2, Hal : 239 – 250.
dimana pada tahap ini bermaksud untuk sampel dalam tahapan CATS dapat dilihat
melihat seberapa sering munculnya pikiran- pada tabel 3.
pikiran negatif melalui kuesioner Children
Automatic Thoughts Scale (CATS). Tabel 3. Rekapitulasi Sampel Siswa Berdasar-
kan Kriteria CATS
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Screening Kriteria CATS Frekuensi %
Jumlah Jumlah RENDAH 0 0
Siswa Siswa Total SEDANG 99 0.91667
Kelas 7 Kelas 8
TINGGI 9 0.08333
SMP A 331 335 666
TOTAL 108 1
SMP B 0 118 118
SMP C 68 92 160
Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa
SMP D 157 160 317 siswa-siswa dengan tingkat frekuensi
TOTAL 556 705 1261 tindakan bullying tergolong sedang dan
tinggi, mayoritas mempunyai skor CATS
Setelah melakukan screening pada dengan kriteria sedang yaitu sebanyak
tahap yang telah dijelaskan sebelumnya, 91.667%. Dapat dikatakan bahwa, umum-
maka siswa-siswa yang mengalami tingkat nya para remaja yang mengalami tindakan
bullying sedang dan tinggi akan dijadikan bullying, mengalami frekuensi kemunculan
sampel kembali untuk mengukur frekuensi negatif automatic thoughts yang sedang
kemunculan pikiran-pikiran negatif yang ketika mereka dihadapkan pada situasi
bersifat otomatis melalui kuesioner CATS. bullying atau hal-hal yang diasosiasikan
Secara keseluruhan jumlah siswa yang akan dengan pengalaman bullying yang mereka
dijadikan sampel pada tahapan CATS miliki.
disajikan pada tabel 2.
Tabel 4. Tabel Kontingensi Antara Kriteria
Tabel 2. Rekapitulasi Sampel Siswa Berdasarkan Screening dan Kriteria CATS
Tingkat Bullying KRITERIA
Sekolah SCREENING Total
Tingkat Sedang Tinggi
SMP SMP SMP SMP Total
Bullying
Frekuensi
A B C D
SEDANG
TINGGI 19 3 15 11 48 71 28 99
KRITERIA_CATS
5 4 9
dijadikan sampel pada tahapan kedua,
hanya saja terdapat beberapa kendala
diantaranya jadwal para siswa yang tidak
%
244
Gambaran Negative Automatic Thoughts pada Remaja Korban Bullying di Sekolah Menengah Pertama Kota Bandung (Andhita Nurul
Khasanah, Temi Damayanti & Dwi Agustin Nuriani Sirodj)
Jika dikaitkan antara kriteria tingkat negative auto-matic thoughts pada remaja
bullying dan kriteria CATS maka akan korban bullying. Diambil rata-rata total
didapatkan tabel kontingensi yang tertera skor dari setiap kelompok item pada
pada tabel 4. Berdasarkan tabel 4, terlihat masing-masing faktor analisis dari CATS
konsistensi antara siswa yang pada tahapan untuk melihat dimana faktor yang paling
screening masuk pada kriteria sedang dan memengaruhi sehingga berkontribusi pada
pada tahapan CATS pun masuk pada tingginya frekuensi kemunculan pikiran-
kriteria sedang yaitu sebesar 65.74%, pikiran negatif otomatis pada para korban
sedangkan siswa yang pada tahapan bullying.
screening masuk pada kriteria tinggi dan Berdasarkan hasil di atas, terlihat
pada tahapan CATS masuk pada kriteria bahwa social threat menjadi faktor yang
sedang yaitu sebesar 25.93 %. paling tinggi skor rata-ratanya pada 108
Pada gambar 1 tertera hasil rata-rata responden yang mengisi kuesioner CATS.
dari keempat dimensi dalam kuesioner Kemudian, personal failure menjadi faktor
Children Automatic Thoughts Scale yang paling rendah berkontribusi dalam
(CATS). Keempat dimensi ini disebut munculnya pikiran-pikiran negatif pada
sebagai empat faktor yang memunculkan para korban bullying. Rata-rata skor total
negative automatic thoughts pada anak dan untuk faktor ini adalah 9,04. Berdasarkan
remaja. Faktor-faktor tersebut adalah hasil yang diperoleh di lapangan, terlihat
physical threat, social threat, personal bahwa sebanyak 48 siswa tergolong pada
failure, dan hostility (Schniering dan siswa yang mengalami tindakan bullying
Rapee, 2002). Physical Threat ini paling tinggi dari total 1.261 sampel yang
mencakup item-item yang berhubungan terlibat di dalam proses screening.
kondisi fisik, kecelakaan, kematian. Social Kemudian, terdapat 333 siswa yang
threat mencakup item-item yang mengalami tindakan bullying dalam
berhubungan dengan perlakuan sosial yang frekuensi sedang.
menyebabkan kekhawatiran atau penilaian Jika ditinjau secara konsep teori,
negatif terhadap lingkungannya. Personal remaja yang mengalami tindakan bullying
failure mencakup item-item yang yang tinggi, akan mengalami kemunculan
berhubungan dengan penilaian diri anak pikiran-pikiran negatif yang bersifat
atau remaja terhadap kemampuan dirinya. otomatis dalam frekuensi yang tinggi pula.
Sementara, hostility mencakup item-item Sebab, semakin besar stimulus yang
yang berhubungan dengan nuansa diterima, maka asosiasi negatif akan
permusuhan dengan orang-orang di sekitar. semakin kuat melekat pada sistem belief
Keempat faktor analisis ini remaja. Hal ini kemudian membuat remaja
menunjukkan faktor mana yang paling mengembangkan sebuah skema bahwa
besar dan memengaruhi munculnya dunia menjadi tidak aman baginya dan
245
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2017, Vol.. 4, No. 2, Hal : 239 – 250.
246
Gambaran Negative Automatic Thoughts pada Remaja Korban Bullying di Sekolah Menengah Pertama Kota Bandung (Andhita Nurul
Khasanah, Temi Damayanti & Dwi Agustin Nuriani Sirodj)
faktor yang paling berkontribusi dalam nya, aliran pikiran-pikiran negatif ini
meningkatkan frekuensi kemunculan mendominasi sebagian kumpulan pikiran
negative automatic thoughts pada remaja dan membuat kita lebih mempercayainya
korban bullying. Meski, dapat disampaikan dibanding bentuk pikiran yang lain.
pula bahwa setiap remaja yang mengalami Apabila seorang remaja yang mengalami
korban bullying tidak selalu dipengaruhi tindakan bullying, maka pikiran-pikiran
oleh social threat hingga kemunculan negatif yang terasosiasi dengan pengalam-
pikiran negatif menjadi tinggi. Faktor an mereka muncul secara spontan. Namun,
lainnya pun turut berkontribusi, namun seperti telah dijelaskan sebelumnya,
sebarannya menjadi relatif lebih rendah. apabila kita berusaha untuk mengenali
Sementara, faktor personal failure automatic thoughts tersebut, pada dasar-
menjadi faktor yang paling rendah nya kita tengah mencoba untuk
kontribusinya terhadap kemunculan mengendalikannya.
negative automatic thoughts pada remaja Prinsip yang digunakan adalah perlu-
korban bullying. Artinya, hal-hal yang nya kita mengenali kehadiran negative
berhubungan dengan penilaian negatif dan automatic thoughts dan menolak kebena-
persepsi kegagalan atau ketidakberhargaan rannya. Kemudian, barulah mencari
diri pada mereka yang mengalami bullying, alternatif pemikiran untuk mengim-
bukan menjadi faktor yang paling tinggi banginya (Beck, 2011), salah satunya
memengaruhi tingginya frekuensi kemun- dengan menggunakan pikiran-pikiran
culan negative automatic thoughts. positif.
Meskipun pada konsep teori disampaikan Seiring dengan semakin menguatnya
bahwa para korban bullying umumnya pikiran yang lebih positif, pikiran-pikiran
mengalami dampak psikologis hingga ini akan menjadi cara pikir dasar kita dan
memengaruhi self-esteem atau penilaian dominasi NAT dalam pikiran pun akan
diri mereka menjadi negatif (McMannis, berangsur-angsur pudar (Wilding dan
2012). Milne, 2010).
Subjek yang berada pada skor CATS Peneliti melihat temuan di lapangan
‘sedang’, dinilai bahwa kemampuan reality pada saat melakukan pengambilan data
check-nya masih dapat dikendalikan. Sebab tahap kedua (CATS), pada beberapa
pada dasarnya, pikiran-pikiran negatif ini responden mengalami proses jeda yang
dapat dikendalikan secara sadar oleh otak telah dijelaskan tadi ketika mengisi
kita dan memengaruhi kemampuan kita kuesioner. Pada instruksi telah disampaikan
menilai situasi yang dihadapi. Karena bahwa mereka diminta mengisi sesuai
bersifat otomatis, maka ia dapat ditarik ke dengan apa yang dipikirkan seketika
area pikiran sadar kita dan kemudian dapat setelah selesai membaca setiap pernyataan.
kita kendalikan dengan bentuk pemikiran Karena automatic thoughts bersifat spon-
lain yang menjadi tandingan. tan, maka asumsinya, responden akan seke-
Peneliti kemudian membuat analisa tika mengisi sesuai dengan apa yang
dan sesuai dengan yang telah dijelaskan muncul pertama kali. Sementara, beberapa
sebelumnya, bahwa frekuensi kemunculan responden terlihat mengalami jeda ketika
pikiran-pikiran negatif yang bersifat menentukan pilihan jawaban.
otomatis ini memiliki peluang untuk naik
dan turun. Hal ini disebabkan oleh adanya SIMPULAN DAN SARAN
faktor kendali dan identifikasi, sehingga Dari hasil penelitian yang sudah
memengaruhi proses spontanitas yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
menjadi karakteristik dari Automatic berikut:
thoughts itu sendiri. Artinya terkadang 1. Hasil proses screening dengan jumlah
pada saat kita berusaha untuk mengenali- sampel 1.261 remaja, sebanyak 48
247
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2017, Vol.. 4, No. 2, Hal : 239 – 250.
siswa tergolong pada siswa yang yang telah berhasil ter-screening pada
mengalami tindakan bullying dan tahap 1 disebabkan kendala teknis.
terdapat 333 siswa yang mengalami Oleh sebab itu, pada penelitian berikut-
tindakan bullying dalam frekuensi nya, diharapkan kendala teknis seperti
sedang. jadwal atau durasi pengambilan data,
2. Sebanyak 8,3% dari total remaja yang dapat diantisipasi dan disampaikan
mengalami tindakan bullying, memiliki dengan baik pada pihak sekolah.
skema beliefs yang negatif dan sering 2. Agar dapat memperoleh hasil yang
mengalami ketidakberdayaan dalam lebih komprehensif, proses pengam-
kehidupan sehari-harinya. Artinya bilan data pada remaja korban bullying
siswa yang mengalami tindakan dapat dilengkapi dengan melakukan
bullying akan sering merasa cemas wawancara mengenai kondisi psikis
apabila dihadapkan pada situasi yang mereka, sehingga dapat memperkaya
berhubungan dengan tindakan bullying. data.
3. Sebanyak 99 remaja, atau 91,6% Aplikasi Praktis
mengalami kemunculan pikiran-pikiran Hasil penelitian menunjukkan bahwa
negatif yang bersifat otomatis frekuensi negative automatic thoughts
(automatic thoughts ) dengan frekuensi umumnya berada pada tingkat sedang
sedang. Artinya munculnya pikiran- hingga tinggi dan hal ini kemudian dapat
pikiran negatif sangat fluktuatif dan memengaruhi kehidupan sehari-hari
dipengaruhi oleh seberapa sering mereka secara sosial. Oleh karena itu,
mengalami tindakan bullying, Maka disarankan agar dapat dilakukan:
peluang naik dan turunnya frekuensi 1. Penyusunan program penanganan
pikiran negatif pun menjadi cukup dalam bentuk pelatihan penggunaan
besar. positive self-talk sesuai dengan
4. Faktor analisis dalam kuesioner CATS permasalahan yang dihadapi masing-
yang paling tinggi rata-rata skor masing remaja, untuk mereduksi
totalnya adalah social threat, yaitu frekuensi kemunculan negative
sebanyak 13,21. Sementara, sebanyak automatic thoughts. Positive self-talk
9,04 dari total skor adalah personal adalah percakapan internal di dalam
failure yang merupakan faktor yang hati yang berupa pernyataan yang
paling rendah berkontribusi dalam bersifat positif kemudian dilakukan
memunculkan frekuensi negative secara berulang-ulang. Kata-kata ini
automatic thoughts pada remaja korban selanjutnya menjadi faktor kognitif
bullying. yang akan terkondisikan secara
Adapun saran yang dapat diajukan otomatis.
berdasarkan hasil penelitian yang telah 2. Untuk penanganan terkait social
diperoleh yang meliputi rekomendasi bagi threat pada remaja korban bullying,
pengembangan penelitian dalam topik dapat diberikan pelatihan untuk pe-
bullying pada remaja dan terkait peran ningkatan keterampilan sosial melalui
lingkungan terhadap penanganan dampak prinsip modifikasi perilaku. Dapat di-
bullying yang diakibatkan oleh kemunculan mulai dengan melatih kemampuan
negative automatic thoughts. Berikut menilai situasi, menyusun rencana ke-
penjelasan saran penelitian tersebut : tika menghadapi situasi sosial, dan me-
Penelitian Selanjutnya munculkan dorongan positif untuk da-
1. Pada penelitian ini, jumlah total siswa pat menampilkannya di lingkungan.
yang berkontribusi dalam proses Hal ini dilakukan agar penilaian
pengambilan data tahap kedua masih terhadap hambatan di lingkungan/
belum mencakup keseluruhan siswa setting sosial (social threat) yang
248
Gambaran Negative Automatic Thoughts pada Remaja Korban Bullying di Sekolah Menengah Pertama Kota Bandung (Andhita Nurul
Khasanah, Temi Damayanti & Dwi Agustin Nuriani Sirodj)
249
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2017, Vol.. 4, No. 2, Hal : 239 – 250.
250