You are on page 1of 16

JURNAL ILMIAH

KEPERCAYAAN KESEHATAN (HEALTH BELIEF MODEL) DAN DUKUNGAN


SOSIAL TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN HIPERTENSI PADA
MASYARAKAT DESA BARUH JAYA PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
TAHUN 2015

ZAENATASIAH EKA WAHYUNI ABDI

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2015

1
JURNAL ILMIAH

KEPERCAYAAN KESEHATAN (HEALTH BELIEF MODEL) DAN DUKUNGAN


SOSIAL TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN HIPERTENSI PADA
MASYARAKAT DESA BARUH JAYA PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
TAHUN 2015

ZAENATASIAH EKA WAHYUNI ABDI


NIM. 101314153066

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2015

2
KEPERCAYAAN KESEHATAN (HEALTH BELIEF MODEL) DAN DUKUNGAN
SOSIAL TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN HIPERTENSI PADA
MASYARAKAT DESA BARUH JAYA PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
TAHUN 2015

Zaenatasiah Eka Wahyuni Abdi


Universitas Airlangga Surabaya
kalsena82@gmail.com

Abstract : Hypertension is an increase in blood pressure more than normal. in Indonesia,


the prevalence increased annually. Based on the 2013 Riskesdas (Basic Health research)
data, the prevalence of hypertension for population of over l8 years and above was 31.7%.
South Kalimantan is a province that ranks second highest prevalence of hypertension in
Indonesia. The highest number of cases of hypertension was found in the age group of over
40 years. Preventive measures should be performed prior to the occurrence of hypertension.
Knowledge of the effects of hypertension prevention behaviors based on the concepts of
Health Belief Model (HBM) and Social Support among the people of Desa Baruh Jaya is
expected to contribute to describing hypertension prevention behaviors among the people.
Purposes. The purpose of the present study was to analyze hypertension prevention
behaviors based on the concepts of HBM and social support. Methods. The study was a
quantitative research using a cross-sectional approach. It was conducted in Desa Baruh
Jaya of South Kalimantan Province. A sample of 128 respondents was taken by using the
Simple Random Sampling technique. Data were collected using questionnaires. Data were
analyzed using the multivariate chi-square correlation tests using ordinal logistic
regression. Results. Bivariate analysis showed a correlation of individual characteristics
(knowledge and education) and individual belief (susceptibility and barriers). There a
correlation of the perceived severity and perceived severity of threats. There was
correlations among the perceived benefits, barriers, self-efficacy and social support with a
p of  < = 0.05. Analysis of the effects showed an effect of education on the perceived
vulnerability (OR = 0.483), an effect of knowledge on barriers (OR = l.434), an effect of
barriers on hypertension prevention behaviors (OR = 0.111) an effect of social support on
hypertension prevention behaviors (OR = l, 142).

Keywords: Hypertension prevention behaviors, HBM, social support

3
PENDAHULUAN kematian tertinggi di Indonesia. Di

Salah satu PTM yang menjadi Indonesia, data Riskesdas 2013

masalah kesehatan yang sangat serius menyebutkan prevalensi hipertensi

saat ini adalah hipertensi yang disebut pada penduduk umur 18 tahun ke atas

sebagai the silent killer. Menurut WHO di Indonesia sebesar 31,7%.

dan the International Society of Prevalensi tertinggi di Sulawesi

Hypertension (ISH), saat ini terdapat Utara (15,2%), Kalimantan Selatan

600 juta penderita hipertensi di seluruh (13,1%), DI Yogyakarta (12,8%) dan

dunia, dan 3 juta di antaranya Sulawesi Tengah (11,6%) dan

meninggal setiap tahunnya. Di Gorontalo (10,9%). Kalimantan

Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang Selatan merupakan provinsi yang

dewasa menderita hipertensi. menduduki urutan ke dua yang

Sejak bergesernya penyebab mempunyai prevalensi hipertensi

kematian utama di Indonesia, penyakit terbanyak di Indonesia. Perilaku

hipertensi menjadi masalah penting berisiko yang bisa mengakibatkan

dalam kesehatan masyarakat. Penyakit hipertensi di Provinsi Kalimantan

yang lebih dikenal masyarakat dengan Selatan adalah perilaku aktivitas fisik

sebutan darah tinggi ini merupakan sedentary ≥ 6 jam peringkat ke 6

faktor risiko utama penyakit-penyakit (enam) se-Indonesia, perilaku kurang

kardiovaskular yang menyebabkan konsumsi sayur dan buah sebesar 97%.

30% kematian di dunia dan penyebab Pola konsumsi makanan berisiko

4
menduduki urutan pertama 70,4%, besar penyakit. Jumlah kasus baru

seperti suka makanan yang manis hipertensi tertinggi pada golongan

(70,4%), asin (16,6%), berlemak umur 40-54 tahun. Sehingga untuk

(35,8%), hewan berpengawet (5,8%), melakukan upaya preventif sebaiknya

penyedap (82,6%) kafein selain kopi dilakukan sebelum terjadinya penyakit,

(14,55). terutama pada kelompok yang berisiko

Kasus hipertensi di Kabupaten terkena hipertensi.

Hulu Sungai Selatan mengalami Hipertensi merupakan masalah

peningkatan kasus dari tahun ke tahun. kesehatan masyarakat yang sebenarnya

Jumlah kasus hipertensi terbanyak 3 dapat dicegah dengan modifikasi gaya

besar puskesmas tahun 2014 tertinggi hidup, namun tidak cukup banyak

di Puskesmas Kaliring sebanyak 2642 orang mengetahui akan hal ini.

kasus, Puskesmas Baruh Jaya sebanyak Berbagai penelitian memaparkan

2497 kasus dan Puskesmas Negara beberapa faktor risiko hipertensi

sebanyak 2031 kasus (Profil Dinkes diantaranya umur, jenis kelamin, ras,

HSS, 2014). Puskesmas Baruh Jaya obesitas, riwayat hipertensi di keluarga,

merupakan puskesmas yang stress psikologis, kolesterol darah yang

mempunyai kasus prevalensi tertinggi tinggi, perilaku merokok aktivitas fisik

di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. di yang kurang (sedentary lifestyle), pola

Puskesmas Baruh Jaya Hipertensi makan siap saji (tinggi lemak, protein,

menempati urutan ketiga dari sepuluh garam namun rendah serat), dan

5
konsumsi kopi lebih dari 4 gelas sehari dukungan social yang tinggi

(Andryani 2009). mempunyai hubungan yang bermakna

Sebuah penelitian yang terhadap perilaku pencegahan

berhubungan dengan perilaku hipertensi dibandingankan dengan

seseorang dalam melakukan tindakan dukungan social yang rendah.

pencegahan hipertensi seperti yang Berdasarkan studi pendahuluan

dilakukan oleh Maxine (2009) tentang yang dilakukan bahwa pengetahuan

Health Belief and the prevention of masyarakat tentang hipertensi masih

hypertension menggunakan konsep kurang, perilaku masyarakat Desa

Health Belief Model pada penduduk Baruh Jaya yang mempunyai kebiasaan

yang berisiko di Kota London. Dalam yang kurang baik tentang kebiasaan

penelitiannya menyatakan persepsi makan yang asin, manis, diawetkan,

kerentanan dan persepsi hambtana berlemak, makanan yang dipanggang

tidak mempunyai hubungan yang dan di awetkan, jarang mengkonsumsi

bermakna, tetapi persepsi keparahan buah dan sayur. Ditambah lagi mereka

satu-satunya variable yang secara mempunyai kebiasaan menggunakan

bermakna terkait dengan peningkatan penyedap masakan serta perilaku

tekanan darah. Selain itu penelitian merokok. Perilaku masyarakat dalam

Gorman et al, (2011) pentingnya mengkonsumsi makanan yang

dukungan sosial pada kelompok berlemak terutama dalam memasak

penderita hipertensi menyatakan bahwa yang suka menggunakan santan, seperti

6
setiap pagi makan lontong/ketupat yang umur 18-40 tahun di Desa Baruh Jaya

kuahnya menggunakan santan, sayur- yang belum menderita hipertensi.

sayuran yang kuahnya juga selalu Teknik pengambilan sampel dilakukan

mengguakan santan. Secara menggunakan Simple Random

keseluruhan, perilaku berisiko inilah Sampling. Perhitungan besar sampel

yang menempatkan masyarakat Desa dihitung berdasarkan rumus besar

Baruh Jaya berisiko lebih besar terkena sampel minimal dengan tingkat

hipertensi. Sehingga yang menjadi kelonggaran atau ketidaktelitian

masalah dalam penelitian ini adalah sebesar 5% maka diperoleh sampel

bagaimana masyarakat Desa Baruh sebesar 128. Lokasi penelitian di Desa

Jaya dalam melakukan perilaku Baruh Jaya Kabupaten Hulu Sungai

tindakan pencegahan hipertensi. Maka selatan, dikarenakan Desa Baruh Jaya

konsep yang dapat digunakan dalam mempunyai prevalensi tertinggi

penelitian ini adalah konsep Health dibandingkan dengan desa lainnya.

Belief Model dan dukungan sosial Waktu penelitian dilakukan pada bulan

(Social Support). Mei-Juli 2015.

METODE Variabel bebas yang akan

Jenis penelitian ini adalah diteliti adalah individual belief

Observasional dengan rancangan belah (persepsi kerentanan, persepsi

lintang (cross sectional). Populasi keparahan, persepsi ancaman, persepsi

dalam penelitian ini adalah kelompok manfaat, persepsi hambatan, self

7
efficacy) dan dukungan social. sendiri. Kuesioner digunakan untuk

Sedangkan variabel terikatnya adalah mendapatkan data tentang karakteristik

perilaku pencegahan hipertesi (timbang individu, individual belief dan

berat badan, pola makan, melakukan dukungan social.

olahraga, merokok dan stress). Cara Pengolahan data menggunakan

pengukuran untuk persepsi statistic kuantitatif. Analisis bivariabel

menggunakan skala likert . menggunakan uji Chi-Square dan

Instrument pengumpulan data analisis multivariable menggunakan uji

menggunakan kuesioner. Pengisian Regresi Logistik Ordinal.

kuesioner dilakukan oleh responden

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Karakteristik pada


Masyarakat Desa Baruh Jaya Tahun 2015
Karakteristik Responden f Persentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 48 37,5
Perempuan 40 62,5
128 100
Usia
18-25 tahun 28 21,9
26-30 tahun 37 28,9
31-35 tahun 30 23,4
36-40 tahun 33 25,8
128 100
Tingkat pendidikan
Tidak tamat SD 6 4,7
SD 84 65,6
SMP 20 15,6
SMA 12 9,4
PT 6 4,7
128 100

8
1.2 Hubungan Individual Belief dengan Perilaku Pencegahan Hipertensi pada
Masyarakat Desa Baruh Jaya Tahun 2015
Individual Belief Perilaku Pencegahan Hipertensi Total p
Kurang % Cukup % Baik % f %
1. Ancaman :
Kurang terancam 4 6,3 7 14 1 6,6 12 9,3 p= 0,576
Cukup terancam 46 73,1 31 62 9 60,1 86 67,1
Terancam 13 20,6 12 24 5 33,3 30 23,4
Jumlah 63 49,2 50 39 15 11,7 128 100
2. Persepsi hambatan :
Besarnya hambatan 58 92,1 38 76 2 13,3 98 76,6 p=0,000
Cukupnya hambatan 5 7,9 9 18 3 20 17 13,2
Kurangnya hambatan 0 0 3 0 10 56,8 13 10,1
Jumlah 63 49,2 50 39,1 15 11,7 128 100
3. Persepsi manfaat
Kurang bermanfaat 7 11,1 6 15,3 2 13,3 15 11,7 p=0,237
Cukup bermanfaat 39 61,9 27 54 6 40 72 56,2
Merasa bermanfaat 17 13,3 17 34 7 46,6 41 32,1
Jumlah 63 49,2 50 39,1 15 11,7 128 100
4. Self Efficacy
Kurang yakin 1 1,58 5 10 3 20 9 7 p=0,524
Cukup yakin 52 82,5 40 80 9 60 101 78,9
Merasa yakin 10 15,8 5 10 3 20 18 14
Jumlah 63 49,2 50 39 15 11,7 128 100
5. Dukungan Sosial
Rendah 57 90,4 28 56 8 53,3 93 72,1 p=0,000
Cukup 5 7,9 17 34 2 13,3 24 18,7
Tinggi 1 1 5 10 5 33,3 11 8,5
Jumlah 63 63 50 39 15 11,7 128 100

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis bivariabel antara

Berdasarkan tabel 1.1 dapat individual belief dengan perilaku

diketahui bahwa responden lebih pencegahan hipertensi pada tabel 1.2

banyak berjenis kelamin perempuan dapat disimpulkan bahwa responden

(62,5%), rata-rata usia 26-30 tahun dengan persepsi hambatan yang tinggi

(28,9%), berpendidikan tamatan SD dan dukungan sosial yang rendah

(65,6%). cenderung memiliki perilaku

9
pencegahan hipertensi yang kurang membuat individu merasakan sebagai

baik. ancaman (perceived threat), sehingga

Hasil analisis multivariable terjadi perubahan perilaku individu.

pada tabel 3 menyatakan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa

responden yang memiliki hambatan persepsi ancaman tidak berpengaruh

yang tinggi kecenderungan mempunyai terhadap perilaku pencegahan

risiko 0,044 lebih tinggi terhadap hipertensi. Tingginya ancaman yang

perilaku pencegahan hipertensi dirasakan individu tidak serta merta

dibandingankan dengan responden dapat mempengaruhi perilaku untuk

yang memiliki persepsi hambatan yang melakukan pencegahan. Hal ini

rendah. Sedangkan untuk dukungan mungkin karena responden bukan yang

social adalah responden dengan menderita penyakit hipertensi, karena

dukungan social yang rendah terhadap itu ancaman terhadap hipertensi tidak

perilaku pencegahan hipertensi berpengaruh terhadap perilaku

memiliki kecenderungan risiko lebih pencegahan. Hal ini sesuai dengan

besar 0,277 kali dibandingan dengan paradigma Suchman, tentang perilaku

responden yang memiliki dukungan sakit dilihat dari sekuensinya dapat

social yang tinggi. dibagi atas 5 tingkat, yaitu : (1)

PEMBAHASAN pengalaman dengan gejala penyakit, (2)

Kombinasi antara kerentanan penelitian terhadap peran sakit, (3)

dan keparahan yang dirasakan individu kontak dengan perawatan medis, (4)

10
jadi pasien, dan (5) sembuh atau masa tetapi karena hambatan yang dirasakan

rehabilitasi. sangat kuat akhirnya mempengaruhi

Persepsi hambatan atau rendahnya perilaku pencegahan

perceived barrier adalah aspek hipertensi. Hasil penelitian yang

negative pada suatu tindakan tertentu dilakukan oleh Coverson (2006)

yang mungkin menjadi hambatan untuk kepercayaan kesehatan pada wanita

melakukan perilaku pencegahan Afrika-Amerika yang berisiko

hipertensi. Hasil penelitian menyatakan bahwa persepsi hambatan

menunjukkan bahwa ada pengaruh yang paling berpengaruh terhadap

antara persepsi hambatan dengan perilaku pencegahan hipertensi adalah

perilaku pencegahan hipertensi. peningkatan aktifitas fisik dan nutrisi

Berdasarkan teori HBM (Glanz, 2007) yang terkait dengan manajemen berat

meskipun dikatakan bahwa manfaat badan dan kontol berat badan.

tindakan lebih menentukan daripada Studi oleh Delmond dalam

rintangan, namun jika rintangan Newell menyatakan bahwa hambatan

tersebut sangatlah besar tentu juga yang signifikan untuk kulit hitam dalam

menjadi sesuatu yang menghambat menyukai makanan yanga asin, baik

untuk terjadinya perilaku. Seseorang terhadap responden remaja maupun

dapat saja rentan terhadap hipertensi, responden yang lebih tua.

hipertensi adalah penyakit yang parah, Hasil penelitian menunjukkan

tahu manfaat dari perilaku yang baik, bahwa tidak ada pengaruh antara

11
persepsi manfaat terhadap perilaku menyatakan bahwa penduduk Hispanik

pencegahan hipertensi. Hal ini merasakan manfaat yang tinggi dalam

disebabkan karena kurangnya motivasi mengelola stress dan diet diidentifikasi

dari responden untuk melakukan sebagai dua hal yang penting dalam

perilaku pencegahan hipertensi. mencegah hipertensi.

responden merasakan besarnya Self efficacy tidak berpengaruh

manfaat jika melakukan gaya hidup terhadap perilaku pencegahan

sehat tapi karena responden belum hipertensi. Tidak adanya pengaruh self

sakit/belum terkena hipertensi sehingga efficacy terhadap perilaku pencegahan

keinginan untuk melakuana tindakan hipertensi kemungkinan karena

preventif jadi disepelekan. Manfaat responden memiliki keyakinan diri

tindakan lebih menentukan daripada yang tinggi dalam hal memeriksakan

rintangan yang mungkin ditemukan tekanan darah/timbang berat badan

dalam melakukan tindakan tersebut. secara teratur, yakin dalam melakukan

Persepsi non kesehatan lainnya yang olahraga teratur, tetapi karena tidak ada

terkait, seperti penghematan keuangan dukungan social yang tinggi pada

yang berkaitan dengan berhenti responden sehingga ini akan

merokok juga dapat mempengaruhi mempengaruhi responden dalam

individu dalam melakukan sebuah perilaku pencegahan hipertensi. Selain

perilaku. Hal ini tidak sesuai dengan itu, tingginya hambatan yang dirasakan

penelitian Aroian Karen (2012), responden juga akan mempengaruhi

12
self efficacy, hambatan dalam berhenti mendapatkan dukungan social yang

meorkok, kebiasaan makan penduduk rendah, baik berupa dukungan

dan tradisi budaya yang suka makanan informasi, emosional, penghargaan dan

asin, manis, akan mempengaruhi instrument. Berdasarkan wawancara

individu dalam self efficacy. mendalam dengan responden

Dukungan social sebagai menyatakan bahwa responden tidak

perasaan dasar yang dibutuhkan pernah/jarang mendapatkan dukungan

individu secara terus menerus yang informasi baik dari teman, keluarga

dipuaskan melalui interaksi dengan atau dari petugas kesehatan yang

orang lain. Dari interaksi ini individu memberikan penyuluhan tentang

menjadi tahu bahwa orang lain hipertensi. Kurangnya dukungan dalam

memperhatikan ,menghargai dan memberikan motivasi dari lingkungan

mencintai dirinya. Dukungan social sekitar dalam mendorong responden

dapat berupa dukungan emosional, melakukan pemeriksaan kesehatan,

penghargaan, instrumental, informasi, karena mereka menganggap responden

dan jaringan sosial. belum sakit.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa dukungan sosial berpengaruh

langsung terhadap perilaku pencegahan

hipertensi. Hasil dari kuesioner

didapatkan bahwa mayoritas responden KESIMPULAN DAN SARAN

13
Hasil penelitian sebagai berikut : 1. Untuk menurunkan prevalensi

1. Ancaman (perceived threat) hipertensi pada masyarakat

tidak mempengaruhi perilaku Desa Baruh Jaya maka Dinas

pencegahan hipertensi. Kesehatan Kabupaten Hulu

2. Persepsi hambatan (perceived Sungai Selatan melalui

barrier) yang tinggi Puskesmas Baruh Jaya perlu

mempengaruhi perilaku meningkatkan keyakinan

pencegahan hipertensi. individu untuk melakukan

3. Persepsi manfaat (perceived upaya pencegahan hipertensi

benefit) tidak mempengaruhi melalui program promosi

perilaku pencegahan kesehatan guna memberikan

hipertensi. penyuluhan dengan cara

4. Keyakinan diri (self efficacy) petugas kesehatan

tidak mempengaruhi perilaku mengidentifikasi dan

pencegahan hipertensi. mengurangi hambatan dengan

5. Dukungan sosial (social meyakinkan kembali tentang

support) mempengaruhi pencegahan perilaku hipertensi.

perilaku pencegahan 2. Kepada para petugas kesehatan,

hipertensi. pamong desa, tokoh masyarakat

sebagai “Role Model”, dengan

Saran

14
memberikan contoh dalam Aroian Karen, Rosalind, Peters,
Rudner,. (2012) Hypertension
merubah perilaku masyarakat. Prevention Beliefs Of
Hispanics, Juornal of
3. Untuk masyarakat Desa Baruh
Transcultural Nursing 23 (2)
Jaya terutama berumur 18-40 134-42.

tahun perlu melakukan upaya Coverson, Dorothy Lee, “Health


Beliefs, Health Behavior and
pencegahan hipertensi terutama Hypertension Risk in African-
American, Disertase, M.S.N.,
kontrol tekanan darah teratur, Troy State University, 1997

pola makan dengan membatasi Depkes RI, 2010,. Riset Kesehatan


Dasar : Jakarta : Litbangkes
makanan asin, berlemak,
Depkes, 2013, Pedoman Teknis
mengurangi kebiasaan merokok Penemuan dan Tatalaksana
Hipertensi.
serta meningkatkan aktifitas
Kemenkes.Direktorat
fisik atau olahraga secara Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, Jakarta
teratur.
Dinkes HSS,. (2012) Profil Dinas
Kesehatan kabupaten Hulu
Sungai Selatan, Kandangan :
Dinkes

Glanz Karen, Barbara K, Rimer, K.


Viswanath,. (2008)
HealthBehavior and Health
Education, 4 Th Edition, San
Fransisco; 989 Marker Street

Kemenkes RI,. (2013). Pedoman


Reknis Penemuan dan
Tatalaksana Hipertensi. Dirjen
DAFTAR PUSTAKA Pengendalian PTM Subdit

15
Pengendalian Penyakit Jantung
dan Pembuluh Darah, Jakarta.

Newell M,.Modeste N,.Marshak Helen


H,. Wilson C,. (2009). Health
Beliefs And The Prevention Of
Hypertension In A Black
Population Living In London,
Journal Ethicity & Disease,
Volume 19, Winter 2009.

Rahajeng Ekowati, Tuminah


Sulistyowati,.(2009).
Prevalensi Hipertensi dan
determinannya Di Indonesia,
Majalah Kedokteran Indonesia,
Volume:59, Nomor:12,
Desember 2009.

Eka, Zaenatasiah., (2015) Analisis


perilaku Pencegahan
Hipertensi berdasarkan konsep
HBM dan Dukungan Sosial
pada Masyarakat Desa Baruh
Jaya Propinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2015, Tesis.
Airlangga Surabaya.

16

You might also like