You are on page 1of 16

ANALISIS PREFERENSI VISUAL LANSKAP PESISIR DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA UNTUK PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR MENUJU


PADA PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR BERKELANJUTAN

Nurul Khakhim
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada
Bulaksumur, Tlp (0274) 589595, Fax. (0274) 589595,
E-mail : nrl_khakim@yahoo.com

Dedi Soedharma
Ani Mardiastuti
Vincentius P. Siregar
Mennofatria Boer
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Jl. Rasamala, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
Telp : 0251-622907, 622911, Fax : 0251-622907
E-mail: fikanipb@indo.net.id

ABSTRACT
T he aim of this research is to analyze of DIY coastal landscape with visual preference analysis for suistanble coastal
tourism development and management. The unit of analysis that used is coastal typology. The guideline in deciding the
classification of coastal typology is using the Response-Process System with relief/slope, main constructing material, genesis
process and dominate process happened in the mean time such as tide, wave and river flow. This response-process system divide
the coastal typology into seven classes including coastal typology of land erosion coast, sub aerial deposition coast, volcanic coast,
structurally shaped coast, wave erosion coast, marine deposition coast and coast built by organism. The method of SBE (Scenic
Beauty Estimation) is used for visual preference analysis, and the method used to compose the policy of costal tourism development
is SWOT method. Result shows that all seven coastal typology are found in the coastal area. Land erosion coast and coast built
by organism dominate in Gunungkidul coastal area and then in Bantul and Kulon Progo coastal area are dominated by mari-
ne deposition coast and sub aerial deposition coast. volcanic coast, structurally shaped coast, wave erosion coast can only be found
in a small area of Gunungkidul coast. Each of this coastal typology has a special land characteristic which can be used to deve-
lop its potential. Coast built by organism is very suitable for tourism activity proved by the high score of SBE from the respon-
dents. Recommendation for developing coastal area in area of interest is by developing the coastal natural resources suitable to
its physical typology, because this will make the management of coastal area for continuous development easier. Recommendations
for coastal management in Gunungkidul including mapping and classification of protected karst area and mineable karst area
to secure the run of coastal area management, for coastal management in Bantul using Managed realignment which plans for
retreat and adopts engineering solutions that recognise natural processes of adjustment, and identifying a new line of defence
where to construct new defences and move seaword model by constructing new defenses seaward the original ones. Last, for Kulon
Progo coastal area using hold the line model whereby seawalls are constructed around the coastlines.

Keyword : coastal typology, SBE (Scenic Beauty Estimation)

PENDAHULUAN baik kering maupun terendam air yang


masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut
Wilayah pesisir adalah daerah seperti angin laut, pasang surut, perembe-
pertemuan antara darat dan laut, dengan san air laut (intrusi) yang dicirikan oleh
batas ke arah darat meliputi bagian daratan, vegetasinya yang khas, sedangkan batas

44 Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 44 - 59


wilayah pesisir ke arah laut mencakup pendidikan dan budaya, sehingga kawasan
bagian atau batas terluar daripada daerah pesisir merupakan kawasan yang sangat
paparan benua (continental shelf), dimana ciri- potensial untuk dikembangkan. Kenyataan
ciri perairan ini masih dipengaruhi oleh menunjukkan bahwa ada beberapa ka-
proses alami yang terjadi di darat seperti wasan pesisir yang memang sudah dikem-
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun bangkan sebagai kawasan wisata seperti di
proses yang disebabkan oleh kegiatan ma- Pantai Parangtritis, Pantai Kukup, Pantai
nusia di darat seperti penggundulan hutan Baron, dan Pantai Glagah, namun masih
dan pencemaran (Dahuri, 2004) sangat banyak kawasan pesisir di wilayah
DIY yang sebetulnya sangat berpotensi
Proses fisik yang terjadi di laut dan untuk dikembangkan sebagai kawasan
di daratan yang terus-menerus berlangsung wisata sampai saat ini belum dikembangkan
tentunya membentuk jenis pesisir tertentu sama sekali karena memang belum ada
(tipologi pesisir) tergantung pada proses kebijakan, penilaian dan upaya-upaya yang
genetik dan material penyusunnya, sehing- maksimal untuk mengembangkannya.
ga tiap tipologi pesisir tertentu akan mem-
berikan ciri-ciri pada bentanglahan (land- Adapun tujuan penelitian ini adalah:
scape) dan berbagai macam sumberdaya yang 1. Menganalisis tipologi pesisir di Provinsi
ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan Daerah Istimewa Yogyakarta
demikian, pengelompokan (zonasi) tipologi 2. Menganalisis preferensi visual lanskap
pesisir dari aspek fisik lahan akan memper- pesisir berdasarkan pada tipologi pesisir
mudah dalam melakukan perencanaan dan di wilayah pesisir Daerah Istimewa
pengelolaan pesisir secara tepat sesuai Yogyakarta
dengan kondisinya. 3. Mengkaji pengembangan pariwisata
pesisir berkelanjutan
Pengembangan kawasan pesisir harus
mengikuti pola keberlanjutan dan keterpa- Menyangkut tentang klasifkasi/
duan agar pemanfaatan kawasan pesisir tipologi pesisir, sejak tahun 1888, E.Suess
tersebut tidak merugikan satu sama lainnya. (dalam Haslett 2000) mengusulkan klasifi-
Keberlanjutan mengandung arti integritas kasi berdasarkan struktur geologis (batuan)
lingkungan, perbaikan kualitas hidup, serta dan orientasinya dianggap sebagai kecen-
keadilan antar generasi, sedangkan keterpa- derungan terhadap garis pantai, sedangkan
duan mengadung arti keterpaduan perenca- Haslett (2000) mengklasifikasikan sistem
naan antara nasional, provinsi, regional, dan pesisir berdasarkan pada 4 sistem yaitu :
lokal maupun keterpaduan perencanaan 1. Sistem Morfologis : Pendekatan pada
antar sektor pada tiap-tiap tingkat pemerin- hubungan dari ekspresi morfologisnya.
tahan, seperti keterpaduan antar sektor 2. Sistem Cascade : secara eksplisit
pariwisata dan sektor perikanan di tingkat merujuk kepada aliran energi dan zat;
regional, dan lain-lainnya. gerakan sedimen melalui sistem pesisir,
3. Sistem Proses-Respons: kombinasi
Dalam Agenda 21 Daerah Istimewa sistem morfologi dan sistem cascade.
Yogyakarta (2004), disebutkan bahwa 4. Ekosistem: interaksi antara flora dan
karakter Yogyakarta adalah pariwisata, fauna dalam lingkungan fisik pesisir.

Analisis Preferensi Visual Lanskap Pesisir Daerah ... (Nurul Khakim, dkk.) 45
European Union for Coastal Conserva- Pethic (1984) mengelompokkan
tion/EUCC (1998) menentukan tipologi pesisir menjadi 2 kategori, yaitu pesisir
pesisir (coastal typology) mendasarkan pada primer (primary coast) dan pesisir sekunder
hubungan antara karakteristik geologi yang (secondary coast). Morfologi dalam pesisir
penting dan faktor oseanografi. Tipologi primer lebih dikontrol oleh proses-proses
pesisir ini selanjutnya digunakan untuk darat atau terrestrial (non marine processes)
menentukan sistem pesisir (coastal system) di seperti : erosi, deposisi, volkanik, dan di-
Eropa (The Coastal System of Europe). Param- atropisme, sedangkan pesisir sekunder
eter utama dan kriteria yang digunakan merupakan pesisir yang terutama dibentuk
untuk menentukan tipologi pesisir ini oleh aktivitas laut (marine agents) seperti
adalah : gelombang, pasang surut, dan arus laut atau
aktifitas organisme laut (marine organisms):
1. Material utama di zona litoral (Predomi- seperti terumbu karang.
nant Substrate in the litoral zone)
• Batuan keras (hard rocks) yaitu Pesisir primer dikelompokkan lagi
batuan yang tahan terhadap erosi menjadi 5 tipe pesisir yaitu pesisir akibat
dan hampir tidak memasok material proses erosi darat (land erosion coasts), pesisir
sedimen ke zona litoral, kecuali akibat proses deposisional sub arial (sub-
sedimen sungai. aerial deposition coasts), pesisir akibat
• Batuan lunak (soft rocks) yaitu batuan aktivitas volkanik (volcanic coasts), pesisir
yang mempunyai resistensi lebih akibat pergerakan diastropik atau proses
rendah terhadap erosi. struktural (shaped by diastrophic movements),
• Sedimen terkini (recent sediment) yaitu dan pesisir es (ice coast)— khusus untuk
tanah lepas terdiri dari partikel kecil pesisir es hanya terdapat di Antartika (kutub
dengan resistensi rendah terhadap selatan); sedangkan pesisir sekunder
erosi. dikelompokkan ke dalam 3 tipe pesisir, yai-
tu pesisir yang terbentuk oleh erosi gelom-
2. Kemiringan lereng di wilayah pesisir bang (wave erosion coasts), pesisir yang
(slope of the coastal zone). terbentuk oleh proses pengendapan marin
• Pantai terjal yaitu pantai dengan (marine deposition coasts), dan pesisir yang
karang yang terjal dan tinggi dibentuk oleh aktivitas organisme (coast built
• Dataran pesisir, yaitu pantai dengan by organisms).
bentuk dataran
Kay and Alder (1999) mengemuka-
3. Rezim pasang surut (tidal rezim). Param- kan pengertian lanskap (landscape) dalam 3
eter ini memberikan pengaruh pada arti yang berbeda, yaitu lanskap dalam arti
formasi dan evolusi dari lanskap pesisir. pemandangan (landscape painting), lanskap
• Pesisir yang didominasi oleh penga- dalam arti bentanglahan dengan kenam-
ruh pasang surut : julat pasang surut pakan bio-fisik (landscape ecology), dan
> 2 m. lanskap dalam arti hasil interpretasi dan
• Pesisir yang didominasi oleh gelom- pengalaman lapang dari seseorang.
bang : julat pasang surut < 2 m.
• Pesisir yang didominasi oleh aliran Keindahan suatu lanskap dapat
sungai. dinikmati dengan mengamati peman-

46 Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 44 - 59


dangannya melalui indera penglihatan. (berelief kasar atau halus), kemudian materi
Menurut Steinitz (1990) mengamati suatu penyusun utamanya (material padu, mate-
lanskap dapat memberikan persepsi dan rial lepas/klastik, material lembek/lumpur,
perasaan psikologis yang berbeda-beda serta atau materinya organisme), setelah itu
menghadirkan nilai simbolik. Menurut Falero proses genesanya (struktural, vulkanik,
dan Alonzo (1995) perhatian terhadap aspek solusional, marin, fluviomarin, aeoliomarin,
visual lanskap yang berkaitan dengan per- biomarin). Proses marin sendiri lebih
sepsi manusia merupakan salah satu pende- diperinci pada aktivitas gelombang atau
katan dalam perencanaan lanskap, pende- pasang surut yang lebih dominan pengaruh-
katan lainnya adalah melalui studi lingkungan nya, yaitu dengan melihat julat pasang-
dan studi lanskap secara keseluruhan. Fungsi surutnya (apabila julat pasang-surutnya >
visual dapat memberikan arti mengenai 2 m maka aktivitas pasang-surut yang lebih
bagaimana suatu lanskap dapat memberikan dominan, sedangkan apabila julat pasang-
reaksi bagi yang mengamatinya. Fungsi ini surutnya < 2 m maka aktivitas gelombang
dipengaruhi oleh banyaknya variasi visual yang lebih dominan). Dengan menganalisis
yang ada dalam suatu lanskap. ketiga faktor tersebut maka dapat memu-
dahkan dalam menentukan tipe pesisir di
METODE PENELITIAN daerah penelitian. Sunarto (2003) membe-
rikan cara mengidentifikasi secara geomor-
Penentuan Tipologi Pesisir fologis tipe pesisir seperti tersaji dalam
Dasar klasifikasi tipologi pesisir Gambar 1.
adalah menurut klasifikasi yang dikemuka-
kan oleh Haslett (2000) yaitu sistem Proses Analisis Preferensi Visual
– Respon, yang merupakan kombinasi Metode analisis preferensi visual yang
antara sistem morfologi dan sistem cascade. dapat digunakan adalah metode Scenic
Sistem morfologi merujuk pada metode Beauty Estimation (SBE) yang dikemukakan
pengelompokan yang dilakukan oleh Pethic oleh Daniel dan Boster (1976). Beberapa
(1984) yang mendasarkan pada relief, ma- pertimbangan mengapa digunakan metode
terial penyusun utama, proses genesis, SBE ini adalah:
sedangkan sistem cascade yang merujuk pada
aliran energi mengacu pada penentuan • Banyak penelitian visual yang meng-
tipologi pesisir yang dilakukan oleh Europen gunakan metode SBE ini dalam per-
Union for Coastal Conservation/EUCC (1998) hitungan nilai visualnya, hal ini dise-
terutama pada rezim pasang surut yaitu babkan karena prosedur SBE dikenal
dominasi proses yang terjadi antara pasang efektif dan dapat dipercaya (Yu, 1995).
surut, gelombang dan sungai. • Awal mula dikembangkannya metode
SBE ini adalah untuk menilai secara
Penentuan tipologi pesisir dilakukan visual suatu lanskap untuk pengem-
dengan menelusuri tiga komponen (unsur) bangan wisata kehutanan. Men-
pembentuknya yaitu materi penyusun dasarkan metode SBE digunakan
utama, relief dan proses genesisnya untuk menilai secara visual lanskap,
(ter masuk disini adalah proses yang dimana wilayah pesisir juga mem-
dominan). Dalam teknik identifikasi ini, punyai lanskap yang sangat potensial
terlebih dahulu diidentifikasi reliefnya untuk dikembangkan dan dikelola

Analisis Preferensi Visual Lanskap Pesisir Daerah ... (Nurul Khakim, dkk.) 47
48
Gambar 1. Diagram Alir Identifikasi Geomorfologis Pesisir (Sunarto, 2003) dengan modifikasi

Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 44 - 59


sebagai kawasan wisata pesisir (coastal d. Perhitungan nilai SBE
tourism), maka digunakanlah metode Tahapan perhitungan nilai visual de-
SBE ini, dengan menyesuaikan pada ngan metode SBE diawali dengan
kondisi dan jenis lanskap yang ada di tabulasi data, perhitungan frekuensi
wilayah pesisir. setiap skor (f), perhitungan frekuensi
• Penggunaan metode SBE untuk kumulatif (cf) dan cumulative probabili-
penilaian lanskap pesisir, sepanjang ties (cp). Selanjutnya ditentukan nilai z
pustaka yang telah dibaca, termasuk untuk setiap nilai cp. Khusus untuk
juga pada penelusuran data melalui nilai cp = 1.00 atau cp = (z = ± ¥)
internet, belum pernah dilakukan, digunakan rumus perhitungan cp = 1 –
sehingga mendorong peneliti untuk 1/(2n) atau cp = 1/(2n) (Bock dan
menggunakan metode SBE ini dalam Jones, 1968 dalam Daniel dan Boster,
melakukan analisis dan pemodelan 1976). Rata-rata nilai z yang diperoleh
spasial sumberdaya wilayah pesisir DIY untuk setiap fotonya kemudian
untuk pengembangan pariwisata. dimasukkan dalam rumus SBE:

Tahapan yang dilakukan dalam SBE x = (Zx – Zo) x 100


menentukan nilai SBE adalah :
a. Penentuan titik pengamatan dan pe- Dimana,
ngambilan foto SBEx = nilai penduga nilai kein-
Titik pengamatan dalam pengambilan dahan pemandangan lans-
foto ditentukan dengan memeprhatikan kap ke-x
karakteristik lanskap wilayah pesisir Zx = nilai rata-rata z untuk lans-
pada setiap tipologi pesisir sebagai unit kap ke-x
analisis. Titik pengamatan ini merupa- Zo = nilai rata-rata suatu lanskap
kan daerah terbuka/tempat yang tinggi. tertentu sebagai standar
b. Seleksi foto
Foto-foto yang akan dipresentasikan ke- Analisis Pengembangan Pariwisata dan
pada responden merupakan hasil seleksi Pengelolaan Wilayah Pesisir yang
dari keseluruhan foto yang diambil dan Berkelanjutan
ianggap paling mewakili keanekara- Untuk menentukan model pengem-
gaman pemandangan yang dapat dilihat bangan ini, digunakan analisis matrik yang
di sepanjang wilayah pesisir DIY diilhami dari analisis SWOT. Pemilihan
c. Penilaian oleh responden metode ini didasarkan kepada relevansi dari
Responden yang dipilih dalam peneli- pendekatan yang dilakukan melalui metode
tian ini adalah pengunjung wisata yang tersebut, yang akan menghasilkan Analisis
ditemui di lokasi pantai. Setiap foto dan Pilihan Strategis (Strategic Analysis and
ditampilkan selama 10 detik dan lang- Choices) yang merupakan asumsi-asumsi
sung dinilai oleh responden. Responden hasil analisis dan kemudian dapat diguna-
menilai setiap foto yang ditampilkan kan untuk menentukan faktor penentu
dengan memberikan nilai 1 sampai 10, keberhasilan dan faktor ancaman ke-
dimana nilai 1 menunjukkan nilai yang gagalan. Analisis ini didasarkan pada logika
paling tidak disukai dan nilai 10 yang dapat memaksimalkan kekuatan
merupakan nilai yang paling disukai. (strengths) dan peluang (opportunities) suatu

Analisis Preferensi Visual Lanskap Pesisir Daerah ... (Nurul Khakim, dkk.) 49
kegiatan, dan secara bersamaan dapat dangkan tipe pesisir erosi gelombang ter-
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan dapat di Pantai Ngungap, yang juga ditandai
ancaman (threats). dengan kenampakan yang khas berupa
proses erosi gelombang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tipologi pesisir yang terdapat di
Tipologi Pesisir wilayah Kabupaten Bantul dan Kulon
Tipologi fisik pesisir yang terdapat di Progo yang dominan adalah tipe pesisir
daerah penelitian ternyata bahwa di wilayah pengendapan laut dan beberapa tempat
pesisir Kabupaten Gunungkidul ditemukan seperti di kanan kiri sungai merupakan tipe
hampir semua tipe pesisir, dimulai dari yang pesisir pengendapan darat. Tipe pesisir
paling dominan yaitu tipe pesisir erosi darat pengendapan laut bercirikan relief yang
sampai pada tipe pesisir organik. Di bebe- dataran hingga berombak, mempunyai
rapa tempat terutama di pantai yang ber- materi pasir, dan prosesnya terdiri dari
bentuk teluk termasuk dalam tipe pesisir proses marin (gelombang) untuk wilayah
pengendapan laut dan tipe pesisir organik. yang dekat dengan laut dan proses aeolian
Kedua tipe pesisir ini dicirikan oleh relief (angin) pada daerah yang lebih ke arah
dengan kemiringan datar sampai landai, darat. Kenampakan yang mudah untuk
materi penyusun utamanya berupa mate- dikenali di lapangan adalah kenampakan
rial lepas (pasir), dan proses genesanya ma- gisik pantai (untuk proses marin) dan
rin (aktivitas laut). Perbedaan keduanya gumuk pasir (untuk proses aeolian). Tipe
terletak pada spesifikasi materi penyusun pesisir pengendapan darat dicirikan oleh
utamanya. Tipe pesisir pengendapan laut relief dataran hingga berombak, dengan
materi utamanya adalah pasir sedimen laut, materi berupa lumpur (lembek), dan proses
sedangkan tipe pesisir organik materi uta- genesisnya berupa proses fluvial (aliran
manya adalah pecahan karang (organisme sungai). Sebaran tipologi pesisir yang ada
laut). Tipe pesisir volkanik, struktural, dan di daerah penelitian disajikan dalam Tabel
erosi gelombang dijumpai di beberapa 1 dan Pada Peta Tipologi Pesisir DIY.
tempat yang spesifik, ditandai dengan
ditemukannya kenampakan yang menonjol Preferensi Visual Lanskap Wilayah
dari proses genesis tersebut di lapangan. Pesisir
Tipe pesisir volkanik terdapat di sebelah Hasil dari penilaian kualitas visual
timur Pantai Siung sampai Pantai Wediom- oleh responden merupakan skor untuk ma-
bo. Diantara ke dua pantai tersebut, ter- sing-masing foto. Rata-rata nilai yang diper-
dapat Gunung Batur yang merupakan ba- oleh dari hasil penilaian responden
gian dari satuan panggung masif berbatuan kemudian dimasukkan dalam rumus SBE
sedimen volkanik klastik berumur tersier. (Tabel 2). Skor tertinggi (nilai SBE tinggi)
Kenampakan yang cukup menonjol adalah menunjukkan bahwa lanskap tersebut pa-
terlihatnya batuan sedimen volkan di Pantai ling banyak dipilih sebagai lanskap yang
Wediombo. Tipe pesisir struktural dijumpai indah, sedangkan skor rendah (nilai SBE
di Pantai Ngobaran dengan kenampakan rendah) menggambarkan lanskap yang jelek
struktural berupa patahan yang terjal, se- (tidak disukai).

50 Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 44 - 59


Tabel 2. Perhitungan Nilai SBE
Lanskap/Foto 49 Lanskap/Foto 3 Lanskap/foto 69
Skor f cf cp Z Skor f cf cp z Skor f cf Cp z
1 13 50 1 - 1 0 50 1 - 1 0 50 1 -
2 3 37 0,74 0,65 2 0 50 1 2,33 2 0 50 1 2,33
3 6 34 0,68 0,47 3 0 50 1 2,33 3 0 50 1 2,33
4 7 28 0,56 0,16 4 7 50 1 2,33 4 1 50 1 2,33
5 6 21 0,42 - 0,20 5 6 43 0,86 1,09 5 0 49 0,98 2,06
6 7 15 0,3 - 0,52 6 20 37 0,74 0,65 6 0 49 0,98 2,06
7 5 8 0,16 - 0,99 7 8 17 0,34 -0,41 7 2 49 0,98 2,06
8 2 3 0,06 -1,55 8 5 9 0,18 -0,91 8 13 47 0,94 1,56
9 1 1 0,02 - 2,05 9 4 4 0,08 -1,39 9 12 34 0,68 0,47
10 0 0 0 - 2,33 10 0 0 0 -2,33 10 22 22 0,44 -
0,15
∑Z = - 6,36 ∑Z = 5,2 ∑Z = 15,05
Z = - 0,71 Z = 0,58 Z = 1,67
SBE = (-0,71-(-0,71)) X 100 SBE = (0,58 – (-0,71)) X 100 SBE = (1,67– (- 0,71)) X 100
= 0,00 = 129 = 238,22

Perhitungan nilai SBE untuk foto Dari hasil pengklasifikasian menggu-


lanskap menunjukkan bahwa nilai tertinggi nakan jenjang sederhana tersebut, maka
SBE yang diperoleh adalah 238,22 dan nilai masing-masing foto lanskap dengan nilai
terendah adalah 0,00. Dari sebaran nilai SBE-nya yang menunjukkan tipologi fisik
SBE untuk semua foto yang dinilai, apabila pesisir dan lokasinya dapat dibuat tabel
dibuat klasifikasi menjadi 3 yaitu nilai SBE seperti yang tersaji pada Tabel 3. Jika
Nilai SBE Kategori
tinggi, sedang dan rendah dengan meng- dibuat grafik (Gambar 4) yang menun-
0,00 - 79,41
gunakan jenjangRendah
sederhana (simplified rating) jukkan hubungan antara nilai SBE dengan
dengan rumusSedang
79,42 - 158,83 : tipologi fisik pesisirnya, ternyata bahwa
tipologi fisik pesisir organik mempunyai
158,84 - 238,22 Tinggi
Nilai tertinggi – nilai terendah nilai SBE rata-rata lebih tinggi jika tinggi
I = ———————————— dibandingkan dengan tipologi fisik pesisir
Jumlah kelas yang lain. Aspek yang menonjol dari tipo-
logi fisik pesisir organik yang menjadikan
Sehingga kelas interval untuk foto nilai SBE-nya tinggi adalah pada kenam-
yang diambil dari darat adalah pakan visual pasir putih yang sangat sesuai
untuk kegiatan wisata. Dilihat dari penye-
238, 22 - 0,00 baran lokasi foto lanskap, ternyata bahwa
I = ————————— = 79,41 lanskap pesisir organik di wilayah pesisir
3 Kab. Gunungkidul sangat mendominasi
nilai SBE yang tinggi dibandingkan dengan
Kab. Bantul dan Kulon Progo.

Analisis Preferensi Visual Lanskap Pesisir Daerah ... (Nurul Khakim, dkk.) 51
52
Tabel 1. Tipologi Pesisir Daerah Penelitian
p g
Wilayah
Materi Penyusun
No Nama Pantai Administrasi Relief Proses Genesa Tipologi Fisik Pesisir Kenampakn Khusus di Lapangan Penggunaan Lahan Keterangan
Utama
(kabupaten)
1. Sadeng Gunungkidul datar lumpur dan pasir fluvial dan marin Pesisir pengendapan darat Lembah sungai purba (Bengawan Tegalan, sawah
(fluvio-marin) Solo Purba) (musim penghujan),
pelabuhan
2 Ngungap Gunungkidul Sangat terjal Batuan keras Marin (gelombang) Pesisir erosi gelombang Tebing clif terjal dan terdapat bekas Wisata pantai Proses marin dimasuk-
(padu) erosi gelombang (marine notch) kan dalam gelombang
(pasang-surut < 2m)
3 Wediombo Gunungkidul Datar - landai Pasir dan batuan Volkanik dan marin Pesisir volkanik Bongkahan batuan volkanik di pantai Wisata pantai (jalan- Proses genesanya
volkan dan pasir laut jalan pantai, merupakan aktivitas
berjemur) volkan G. Batur.
4. Siung Gunungkidul Datar-landai Batuan volkanik Volkanik dan marin Pesisir volkanik Batuan volkanik di sebelah timur Wisata pantai (panjat
(teluk) dan agak dan pasir marin pantai tebing)
curam (bagian timur)
5 Turen Gunungkidul Sangat curam Batuan keras Solusional (karst) Pesisir erosi darat Fenomena karst Tegalan
(padu)
6 Krakal dan Gunungkidul Landai Pasir putih Organisme laut dan Pesisir organik Hamparan pasir putih Wisata pantai (jalan-
Sundak marin (bio-marin) jalan pantai, berjemur)
7 Kukup Gunungkidul Datar Pasir putih Organisme laut dan Pesisir organik Hamparan pasir putih dan hamparan Wisata pantai, ikan
marin (bio-marin) padang lamun hias
8 Baron Gunungkidul Datar Pasir Marin (gelombang) Pesisir pengendapan laut Hamparan pasir sedimen laut Wisata, TPI, penda- Tempat keluarnya aliran
ratan kapal nelayan sungai bawah tanah
9 Ngobaran Gunungkidul Curam – sangat Batuan keras struktural Pesisir struktural jalur patahan Wisata pantai
curam (padu)
10 Gumuk pasir Bantul Datar - landai Pasir (lepas) Aeolian (angin dan Pesisir pengendapan laut Fenomena gumuk pasir barchan, Wisata dan
aktif Parangtritis marin (gelombang) longitudinal, transversal laboratorium alam
11 Parangtritis Bantul Datar – landai Pasir (lepas) - Marin (gelombang) Pesisir pengendapan laut Gisik pantai (aktivitas marin) dan Wisata, permukiman,
gumuk pasir tegalan
12 Dataran Banjir S. Bantul Datar Lumpur Fluvial (sungai) dan Pesisir pengendapan darat Hamparan sawah yang ditanami padi Sawah
Opak marin (intrusi)
13 Pandansimo Bantul Datar – landai Pasir (lepas) Marin (gelombang), Pesisir pengendapan laut Kenampakan gisik pantai (marin), Wisata, TPI, Muara Sungai Progo
Aeolian (angin) kenampakan gumuk pasir pendaratan kapal bagian timur
nelayan, tegalan
14 Gumuk pasir Kulon Progo landai Pasir (lepas) Aeolian (angin) dan Pesisir pengendapan laut Kenampakan gumuk pasir pasif Tegalan (ditanami se-
pasif Trisik marin (gelombang) mangka) dan tanah
terbuka
15 Karangwuni 2 Kulon Progo datar Lumpur Fluvial (sungai) dan Pesisir pengendapan darat Kenampakan dataran aluvial sungai Permukiman
marin (intrusi)
16 Glagah Kulon Progo Datar - landai Pasir (lepas) Marin (gelombang), Pesisir pengendapan laut (de- Kenampakan gisik pantai (marin), Wisata, pendaratan Muara Sungai Serang
Aeolian (angin), dan kat laut) dan Pesisir pengen- kenampakan gumuk pasir (aeolio-marin) kapal nelayan, dan sebelah barat
fluvial (sungai) dapan darat (sekitar sungai) dan dataran aluvial sungai (fluvial) tegalan.
17 Congot Kulon Progo Datar - landai Pasir (lepas) Marin (gelombang), Pesisir pengendapan laut (de- Kenampakan gisik pantai (marin), ke- Wisata, tegalan, Muara Sungai
Aeolian (angin), dan kat laut) dan Pesisir pengen- nampakan gumuk pasir (aeolio-marin) sawah, dan tambak air Bogowonto
fluvial (sungai) dapan darat (sekitar sungai) dan dataran aluvial sungai (fluvial) tawar
18 Dataran Bajir S. Kulon Progo Datar Lumpur Fluvial (sungai) dan Pesisir pengendapan darat Kenampakan dataran untuk sawah Sawah dan tambak Muara S. Bogowonto
Bogowonto marin (intrusi) dan tambak udang

Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 44 - 59


Gambar 4. Grafik Hubungan antara Tipologi Pesisir dengan Nilai SBE

Pengembangan Pariwisata dan Penge- orama yang khas di wilayah pesisir. Dari hasil
lolaan Wilayah Pesisir penilaian menggunakan metode SBE,
Dalam melakukan analisis rekomen- ternyata bahwa tipologi pesisir organic di
dasi ini, metode yang digunakan adalah Kabupaten Gunungkidul mempunyai nilai
analisis SWOT. Strategi-strategi yang yang tinggi, sehingga pengembangan
300
dihasilkan dalam analisis SWOT digunakan pariwisata lebih ditekankan pada wilayah
untuk membuat rekomendasi pengem- pesisir yang mempunyai tipologi organic
250
bangan dan pengelolaan wilayah pesisir. seperti di Pantai Krakal, Kukup, Sundak, dan
200Strategi Kekuatan-Peluang (SO) dan Sepanjang. Langkah-langkah untuk mengem-
strategi Peluang-Kelemahan (WO) diguna- bangkan tersebut adalah TINGGImelalui promosi
Nilai SBE

150kan untuk menentukan rekomendasi pe- wisata dengan menjual keindahan dan
ngembangan, sedangkan strategi Kekuatan- kekhasan sumberdayaSEDANGwilayah pesisir, dengan
100Ancaman (ST) dan strategi Ancaman- diawali penyusunan basis data (database)
Kelemahan (WT) digunakan untuk menen- potensi sumberdaya pesisir untuk kemudian
50tukan rekomendasi pengelolaan wilayah di upload ke internet, sehingga
RENDAH promosi dapat

pesisir. dilakukan secara internasional. Selanjutnya


0 adalah dengan melakukan koordinasi semua
organik Pengendapan laut Pengendapan lainnya
Pengembangan Pariwisata Tipologi Pesisir
dan Penge- pihak
daratuntuk bersama-sama memajukan sektor
lolaan Wilayah Pesisir Kabupaten pariwisata di wilayah pesisir Kabupaten
Gunungkidul Gunungkidul. Pemerintah daerah berperan
Mendasarkan analisis SWOT pada dalam mengoptimalkan kegiatan promosi
Tabel 4, rekomendasi pengembangan wilayah wisata, pembangunan sarana prasarana pe-
pesisir Kabupaten Gunungkidul adalah untuk nunjang pariwisata, sedangkan masyarakat
kegiatan pariwisata pada semua tipologi dan swasta berperan dalam menambah nilai
pesisir dengan memanfaatan keindahan pan- kualitas kunjungan wisata .

Analisis Preferensi Visual Lanskap Pesisir Daerah ... (Nurul Khakim, dkk.) 53
Tabel 3. Nilai SBE pada setiap Tipologi Fisik Pesisir
KELAS NILAI SBE TIPOLOGI PESISIR WILAYAH ADMINISTRASI
SBE (nama pantai)
238,22 Organik (Sepanjang) Kabupaten Gunungkidul
221,78 Organik (Krakal) Kabupaten Gunungkidul
207,9 Erosi gelombang (Ngungap) Kabupaten Gunungkidul
207,11 Organik (Kukup) Kabupaten Gunungkidul
206.78 Pengendapan darat (Glagah) Kabupaten Kulon Progo
204.3 Pengendapan darat (Glagah) Kabupaten Kulon Progo
202.67 Erosi darat (Ngobaran) Kabupaten Gunungkidul
181.4 Organik (Ngrenehan) Kabupaten Gunungkidul
180.4 Erosi gelombang (Ngungap) Kabupaten Gunungkidul
179.33 Organik (Sadranan) Kabupaten Gunungkidul
TINGGI 176 Organik (Krakal) Kabupaten Gunungkidul
173.6 Organik (Nguyahan) Kabupaten Gunungkidul
172.89 Organik (Ngrenehan) Kabupaten Gunungkidul
172.7 Volkanik (Wediombo) Kabupaten Gunungkidul
172.4 Pengendapan laut (Parangtritis) Kabupaten Bantul
171.67 Organik (Krakal) Kabupaten Gunungkidul
168.8 Organik (Kukup) Kabupaten Gunungkidul
168.56 Organik (Krakal) Kabupaten Gunungkidul
165.2 Organik (Siung) Kabupaten Gunungkidul
157.1 Pengendapan laut (Baron) Kabupaten Gunungkidul
155 Erosi darat (Slili) Kabupaten Gunungkidul
154.1 Volkanik (Wediombo) Kabupaten Gunungkidul
154 Pengendapan laut (Parangtritis) Kabupaten Bantul
152.6 Erosi darat (Slili) Kabupaten Gunungkidul
152.44 Organik (Kukup) Kabupaten Gunungkidul
144.33 Volkanik (Wediombo) Kabupaten Gunungkidul
144.2 Organik (Krakal) Kabupaten Gunungkidul
143.11 Organik (Kukup) Kabupaten Gunungkidul
143.1 Organik (Kukup) Kabupaten Gunungkidul
142.7 Pengendapan darat (Sadeng) Kabupaten Gunungkidul
140.67 Organik (Kukup) Kabupaten Gunungkidul
139.9 Pengendapan laut (Parangtritis) Kabupaten Bantul
136.2 Pengendapan darat (Trisik) Kabupaten Kulon Progo
134.7 Erosi darat (Ngobaran) Kabupaten Gunungkidul
SEDANG 134 Pengendapan laut (Glagah) Kabupaten Kulon Progo
133.6 Organik (Kukup) Kabupaten Gunungkidul
129 Pengendapan darat (Congot) Kabupaten Kulon Progo
124.3 Organik (Kukup) Kabupaten Gunungkidul
123 Pengendapan laut (Depok) Kabupaten Bantul
123 Pengendapan laut (Baron) Kabupaten Gunungkidul
121.22 Pengendapan laut (Glagah) Kabupaten Kulon Progo
121.22 Pengendapan laut (Sadeng) Kabupaten Gunungkidul
120.11 Pengendapan darat (Congot) Kabupaten Kulon Progo
117 Pengendapan laut (Congot) Kabupaten Kulon Progo
116.6 Pengendapan darat (Karangwuni) Kabupaten Kulon Progo
113.9 Pengendapan laut (Depok) Kabupaten Bantul
107.1 Pengendapan laut (Karangwuni) Kabupaten Kulon Progo
99.11 Organik (Krakal) Kabupaten Gunungkidul
80 Pengendapan laut (Parangtritis) Kabupaten Bantul
69.33 Pengendapan laut (Parangtritis) Kabupaten Bantul
66.78 Pengendapan darat (Depok) Kabupaten Bantul
66.22 Pengendapan laut (Depok) Kabupaten Bantul
66.11 Pengendapan laut (Depok) Kabupaten Bantul
63.89 Pengendapan laut (Parangtritis) Kabupaten Bantul
53.22 Pengendapan laut (Trisik) Kabupaten Kulon Progo
RENDAH 51 Pengendapan laut (Trisik) Kabupaten Kulon Progo
48.11 Pengendapan laut (Parangtritis) Kabupaten Bantul
47.89 Pengendapan laut (Congot) Kabupaten Kulon Progo
35.78 Pengendapan laut (Parangtritis) Kabupaten Bantul
26.33 Pengendapan laut (Bugel) Kabupaten Kulon Progo
24.33 Volkanik (Parangwedang) Kabupaten Bantul
20.33 Pengendapan laut (Parangtritis) Kabupaten Bantul
14.22 Pengendapan laut (Parangtritis) Kabupaten Bantul
0.00 Pengendapan laut (Parangtritis) Kabupaten Bantul
Sumber : Hasil Analisis Data Lapangan, 2008

54 Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 44 - 59


Tabel 4. Matriks SWOT Analisis Rekomendasi Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah
Pesisir Kabupaten Gunungkidul

Analisis Lingkungan KEKUATAN (strength) KELEMAHAN (weaknesses)


Internal 1. Memiliki sumberdaya alam yang 1. Iklim yang panas dan kurang
sangat potensial untuk pariwisata nyaman untuk wisata
2. Kondisi medan yang gersang dan
Analisis Lingkungan berbatu-batu
Eksternal 3. Sumberdaya air terbatas
4. Lokasi pantai terpencil jauh dari
permukiman penduduk

PELUANG STRATEGI STRATEGI


(opportunities) KEKUATAN + PELUANG KELEMAHAN + PELUANG
(SO) (WO)
1. Komitemen pemerintah daerah 1. Mengembangkan potensi alam Memanfaatkan komitmen pemerintah
Kabupaten Gunungkidul dalam yang sangat potensial untuk daerah dalam rangka mengembangkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Pengelolaan wilayahpariwisata
pengembangan pesisiralam Kabu-wilayah pesisir
dekatuntuk
denganwisatawilayah
alam dan laut, yang mempunyai
Kab. Gunungkidul tahun 2005 – dan bahari melalui promosi bahari, dalam bentuk alokasi dana untuk
paten Gunungkidul
2010 berupa pengembangan wisataditekankan pada
dan penyusunan basistipologi
data kepentinganbentang
: alam khas dan langka di bagian per-
daerah pantai untukpesisir organic yang
wisata alam mempunyai
(database) nilai
potensi wilayah pan- • Membangun
pesisir mukaan jalanmaupun
baru dan di bawahnya, mempunyai
dan bahari 2. Memanfaatkan kondisi wilayah memperbaiki jalan yang sudah
orama yang tinggi
2. Bantuan dana dan tawaran untuk
yang aman pariwisata. Pengelo-
dan kondusif untuk fungsi sebagai penyimpan air dalam bentuk
• Penghijauan wilayah pesisir dan bukit-
laan wilayah pesisir organic mencakup juga bukitsungai
kerjasama dari luar negeri untuk mengembangkan potensi gamping dimaupun telaga, dan mempunyai
sekitarnya dengan
pengembangan wilayah pariwisata tujuanpotensi
menambah rindang dan
pada
Kabupaten Gunungkidul wilayah perbukitan karst
3. Memanfaatkan bantuan danberbatuan airtanah yang sedang hingga tinggi.
nyaman berwisata, serta untuk
3. Kondisi wilayah yanggamping
aman dan yang ada di sekitarnya.
bentuk Perlindung-
kerjasama dengan pihak kepentingan konservasi lahan
kondusif lain untuk mengembangkan • Pembangunan
an terhadap perbukitan karst di sekitar
potensi alam yang ada bagi
wila- Pengembangan Pariwisata
fisilitas fisik pada obyek- dan Penge-
obyek wisata pantai dengan mem-
yah pesisir akankepentingan
sangat kesejahteraan
membanturakyat dalam perhatikanlolaan Wilayah
kemampuan Pesisir
lahan Kabupaten Bantul
setempat
mempertahankan proses yang terjadi pada dan Kulon Progo
ANCAMAN (threats) STRATEGI STRATEGI
tipologi pesisirKEKUATAN
organic. Kawasan karst yang
+ ANCAMAN Mendasarkan
KELEMAHAN + ANCAMANanalisis SWOT pada
perlu dilindungi adalah perbukitan
(ST) karst yang Tabel (WT)
5, rekomendasi pengembangan
1. Penambangan batu gamping 1. Membuat kebijakan pemerintah 1. Mengembangkan hutan rakyat
oleh penduduk sekitar daerah tentang pelarangan dengan jenis tanaman tahunan dan
Analisis Preferensipenambangan
2. Pengambilan pasir putih Visual Lanskap Pesisir Daerah ...mempunyai
batu gamping (Nurul Khakim, dkk.) seperti
nilai komersial 55
3. Erosi dan sedimentasi terutama yang berada dekat jati dan akasia
4. Arus balik (rip current) laut yang wilayah pesisir 2. Memanfaatkan hasil penelitian
besar 2. Menetapkan kawasan aman ber- tentang pantai dan kawasan karst
wisata untuk kegiatan berjemur, dalam rangka pengembangan dan
jalan-jalan pantai, berburu ikan pengelolaan wilayah pesisir dan
hias, berenang, dan memancing. lautan.
wilayah pesisir Kabupaten Bantul dan tipologi pesisir pengendapan laut. Pem-
Kabupaten Kulon Progo adalah menyesuai- bangunan pelabuhan dapat dikembangkan
kan pada tipologi pesisirnya. Kegiatan pada tipologi pesisir pengendapan laut dan
pariwisata dapat dikembangkan pada tipologi pesisir pengendapan darat dengan
semua tipologi pesisir yang ada, terutama memanfaatkan aliran sungai untuk menun-
pada tipologi pesisir pengendapan laut jang kegiatan pelabuhan. Desain pemba-
termasuk bentulahan gumuk pasir yang ngunan pelabuhan dibuat dengan memper-
dibentuk oleh proses angin. Kegiatan hatikan laju sedimentasi dari darat, perilaku
perikanan model biocrete dan pertanian arus dan gelombang.
lahan pasir dapat dikembangkan pada

Tabel 5. Matriks SWOT Analisis Kebijakan Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah


Pesisir Kabupaten Bantul dan Kulon Progo

56 Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 44 - 59


Pengelolaan wilayah pesisir di mampu menahan gelombang laut dan cocok
Kabupaten Bantul mengikuti pada strategi untuk ditanam pada substrat pasir seperti
pengelolaan Managed realignment dan move cemara udang.
seaword. Strategi Managed realignment terutama
diterapkan di pantai Parangtritis dan sekitar- KESIMPULAN
nya dimana ditemukan bangunan-bangunan
permukiman penduduk yang dekat dengan Berdasarkan hasil penelitian yang
laut dan sering terkena gelombang pasang. telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan :
Cara ini sudah mulai dilakukan oleh Peme-
rintah Daerah Kabupaten Bantul yang 1. Tipologi pesisir di Provinsi Daerah
melakukan relokasi permukiman penduduk Istimewa Yogyakarta dikelompokkan
yang letaknya < 150 m dari garis pantai, dan menjadi tujuh yaitu tipologi pesisir erosi
pemerintah daerah Kabupaten Bantul sudah darat (mendominasi dan hanya terdapat
membuat aturan yang melarang pendirian di wilayah pesisir Kabupaten Gunung-
bangunan permukiman pada jarak < 200 m kidul), pesisir pengendapan darat
dari garis pantai. (hanya terdapat di wilayah pesisir Ka-
bupaten Bantul dan Kulon Progo),
Strategi pengelolaan move seaword pesisir volkanik, pesisir struktural, dan
dipilih terutama berkaitan dengan kebe- pesisir erosi gelombang (hanya terdapat
radaan dan kelangsungan proses pemben- di sebagian kecil wilayah pesisir
tukan gumuk pasir (sand dunes) aktif di Kabupaten Gunungkidul), pesisir pe-
Pantai Parangtritis. Fungsi gumuk pasir ngendapan laut, dan pesisir organik.
disamping bentuk panoramanya yang khas
sehingga sangat cocok untuk pariwisata, 2. Hasil analisis preferensi visual menun-
juga mampu untuk meredam energi gelom- jukkan bahwa pesisir organik sangat
bang yang sampai ke arah darat. Ini artinya sesuai untuk pariwisata dibuktikan
bahwa dengan membiarkan dan membe- dengan nilai SBE (Scenic Beauty Estima-
baskan gumuk pasir terbentuk secara alami tion) yang relatif tinggi untuk semua
maka akan mampu untuk melindungi foto lanskap yang dinilai oleh respon-
wilayah pesisir secara keseluruhan beserta den pengunjung wisata pantai.
dengan sumberdaya yang ada di atasnya.
3. Pengembangan pariwisata lebih
Strategi pengelolaan wilayah pesisir ditekankan pada tipologi pesisir organik
Kabupaten Kulon Progo adalah strategi dan tipologi pengendapan laut, sedang-
pengelolaan hold the line pada tipologi pesisir kan pada tipologi pesisir erosi gelom-
pengendapan laut yaitu upaya pengelolaan bang, volkanik dan struktural lebih
wilayah pesisir dengan cara membuat ditekankan pada pengembangan
bangunan (talut) sepanjang garis pantai pariwisata minat khusus seperti panjat
untuk menahan gelombang laut. Talut ini tebing sesuai dengan karakteristik
dapat dalam bentuk bangunan fisik ataupun lahannya berupa tebing yang sangat
dalam bentuk penanaman vegetasi yang curam dan berbatuan keras.

Analisis Preferensi Visual Lanskap Pesisir Daerah ... (Nurul Khakim, dkk.) 57
DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, R, Jacub Rais, Sapta P.G., dan Sitepu. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir
dan Lautan Secara Terpadu. Edisi Revisi.PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Daniel, T.C., and R.S. Boster., 1976. Measuring Landscape Aesthetics : The Scenic Beauty Estimation
Method. USDA Forest Service Research Paper RM-167.66p.
Eitner, M.J., and T.C. Daniel. 1997. Vista Scenic Beauty Estimation Modelling : AGIS
Approach.http://gis.esri.com/library/userconf/proc97/proc97/to250/pap202/p202.htm
European Union for Coastal Conservation/EUCC. 1998. Coastal Typology. http://
www.coastalguide.org/typology/
Falero, E.M., and S.G. Alonzo. 1995. Quantitative Techniques in Landscape Planning. CRC Press
Inc. USA. 273 p.
Haslett, S.K. 2000. Coastal System. Routledge, New York
Higuchi, T. 1989. The Visual and Spatial Structure of Landscapes. Gihodo Publishing Co.Ltd.,
Tokyo. 2-5 p.
Jumadi dan Kuswaji Dwi Priyono. 2005. Analisis Kerentanan Kerusakan Terumbu Karang
di Perairan Kepulauan Karimunjawa dengan Bantuan Sistem Informasi Geografis
(SIG). Forum Geografi. Vol. 19 No.1 Juli 2005. Hlm 67-80.
Kay, R., and J. Alder, 1999. Coastal Planning and Management. An Imprint of Routledge. London
and New York.
Nurul Khakhim, Dulbahri, Valentina Arminah, dan Andri Kurniawan. 2005. Pendekatan
Sel Sedimen menggunakan Citra Penginderaan Jauh sebagai Dasar Penataan Ruang
Wilayah Pesisir (Studi Kasus di wilayah Pesisir Utara Propinsi Jawa Tengah). Geografi
Indonesia . ISSN 0852-2682. September 2005
Santoso, Langgeng Wahyu. 2005. Identifikasi Kerusakan Lahan dan Cara Penanganannya di
Zona Perbukitan Baturagung Kabupaten Gunungkidul. Forum Geografi. Vol. 19 No.1
Juli 2005. Hlm 30-54.
Steinitz, C. 1990. Toward a Sustainable Landscape With High Visual Preference and High
Ecological Integrity. Landscape Urban Planning. 19:213-250 p.
Sunarto, 1999. Sumberdaya Lanskap dalam Pengembangan Kepariwisataan di Indonesia. Fakultas
Geografi UGM. Yogyakarta
Yu, 1994.Cultural Variation in Landscape Preference : Comparisons Among Chinese Sub-
Group and Western Design Expert. Landscape n Urban Planning 32. 107 – 126 p.

58 Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 44 - 59


Lampiran 1. Peta Tipologi Pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisis Preferensi Visual Lanskap Pesisir Daerah ... (Nurul Khakim, dkk.) 59

You might also like