Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Change Order (CO) is a change in work in a construction project. CO is very difficult to avoid and if this
sequence changes occur it can endanger the project. In view of its relevance, projects to improve
mermaid road inspection (continued) have a high risk of changing orders. This must be minimized from
the beginning of the project work, one of which is to identify the fundamental factors that cause changes
in the order in this project, using descriptive analysis methods. Based on the literature review, this study
identified 11 factors that caused change order to occur. Data that has been collected through
questionnaires with a total of 50 respondents involved in this study. These respondents are all people who
work on the project. Each respondent was asked to express his opinion about the frequency and impact
caused by using a 1-5 Likert scale. Two factors classified as the most important factor that causes
changes in contract orders from the most dominant, namely physical conditions in the field (1) and
changes in the scope of work (2) and non-dominant factors, namely the problem of supervisory
consultants (1) and contractor problems (2) . This descriptive analysis also shows positive correlation
and is statistically significant.
Keywords: Change Order, Project, Construction, Water Building, Descriptive Analysis
ABSTRAK
Change Order (CO) adalah perubahan pekerjaan dalam proyek konstruksi. CO sangat sulit untuk
dihindari dan jika perubahan urutan ini terjadi dapat membahayakan proyek. Mengingat relevansinya,
proyek peningkatkan jalan inspeksi jalan duyung (lanjutan) memiliki risiko tinggi untuk perubahan
pesanan. Ini harus diminimalkan sejak awal pekerjaan proyek, salah satunya adalah dengan
mengidentifikasi faktor-faktor mendasar yang menyebabkan perubahan urutan pada proyek ini,
menggunakan metode analisis deskriptif. Berdasarkan tinjauan literatur, penelitian ini mengidentifikasi 11
faktor yang menyebabkan change order terjadi. Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner dengan
total 50 responden yang terlibat dalam penelitian ini. Responden ini adalah semua orang yang bekerja di
proyek tersebut. Setiap responden diminta untuk menyampaikan pendapatnya tentang frekuensi dan
dampak yang ditimbulkan dengan menggunakan skala Likert 1-5. Dua faktor
diklasifikasikan sebagai faktor paling penting yang menyebabkan perubahan pesanan kontrak dari yang
paling dominan, yaitu kondisi fisik di lapangan (1) dan perubahan ruang lingkup pekerjaan (2) dan faktor
yang tidak dominan, yaitu masalah konsultan pengawas (1) dan masalah kontraktor (2). Analisis
deskriptif ini juga menunjukkan korelasi positif dan signifikan secara statistik.
Kata kunci: Change Order, Proyek, Konstruksi, Bangunan Air, Analisis Deskriptif
1. Pendahuluan
Pada saat ini proyek-proyek konstruksi di Indonesia terus meningkat, hal ini
disebabkan karena adanya tuntutan dan kebutuhan yang juga terus meningkat. Dan pada
umumnya proyek-proyek ini tidak dapat dipisahkan dari masalah-masalah selama
pelaksanaan proyek. Proyek-proyek konstruksi pada umumnya berbeda dalam ukuran,
waktu konsumsi dan kompleksitas. Akan tetapi, ada beberapa karakteristik umum yang
sama, salah satunya adalah change order (CO) [1].
Change Order merupakan penambahan atau pengurangan pekerjaan dari
pekerjaan yang telah didisain sebelumnya dan perubahan tersebut disepakati oleh pihak
penyedia jasa dan pemilik pekerjaan. Dalam setiap proyek konstruksi sering terjadi
perubahan-perubahan atau yang sering disebut dengan change order [4].
Khususnya di Kota Batam banyak dari proyek-proyek yang mengalami
keterlambatan yang diakibatkan oleh perubahan pekerjaan (Change Order). Change
Order (CO) ini bisa terjadi kapan saja mulai awal pekerjaan sampai akhir pekerjaan.
Change Order ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan konstruksi, akan
tetapi jika change order sering terjadi maka akan menimbulkan dampak negatif secara
langsung maupun tidak langsung pada proyek. Ada lima dampak change order yang
paling umum adalah meningkatkan biaya proyek, mengingkatkan waktu aktivitas setiap
pekerjaan, jadwal penyelesaian pekerjaan yang tertunda, penambahan anggaran, dan
penundaan pembayaran [5].
Beberapa tahun belakangan pembangunan infrastruktur bidang konstruksi di
Indonesia terus meningkat dan selama proses pembangunan tentu terdapat perubahan-
perubahan kontrak awal. Hal ini juga terjadi di Kota Batam sebagai salah satu kota
industri dan kota di kepulauan. Hampir setiap pekerjaan konstruksi di Kota Batam
mengalami perubahan-perubahan kontrak (change order) baik pekerjaan skala besar
maupun skala kecil.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam hal ini adalah menganalisa faktor-
faktor penyebab change order pada proyek peningkatan jalan inspeksi, untuk
mengetahui faktor change order yang paling dominan dan tidak dominan pada
proyek ini. Manfaat yang akan dicapai dalam hal ini adalah memberikan informasi
tentang faktor-faktor penyebab change order pada proyek peningkatan jalan inspeksi
sehingga dapat dijadikan sebagai masukan kepada pihak-pihak yang berkontribusi pada
proyek ini, terutama pemilik pekerjaan.
2. Tinjauan Pustaka
Change Order adalah usulan perubahan secara tertulis antara penyedia jasa dan
pemilik pekerjaan untuk mengubah kondisi-kondisi tertentu yang ada di dalam
kontrak awal. Hal ini disebabkan oleh penambahan atau pemberian alternatif pada
pekerjaan yang telah didisain dalam kontrak penyedia jasa dan pemilik pekerjaan,
yang mana perubahan tersebut dapat dipertimbangkan untuk masuk.
Menurut Direktorat Jendral Bina Marga (1999) Departemen Pekerjaan Umum
(PU) change order adalah penambahan atau pengurangan pekerjaan untuk
menyesuaikan volume lapangan atau perubahan waktu tanpa merubah pasal kontrak.
Tujuan dari Change Order menurut Fisk (2006) dalam [1] adalah:
a. Untuk melakukan perubahan rencana kontrak dengan cara diadakannya
metoda pembayaran secara khusus
b. Untuk melakukan perubahan terhadap rincian pekerjaan, termasuk
perubahan waktu kontrak dan perubahan pembayaran juga terdapat di
dalamnya.
c. Melakukan kesepakatan penambahan pekerjaan baru, pada hal ini juga
termasuk pembayaran dan perubahannya.
d. Untuk kebutuhan administrasi, dalam hal memastikan metoda pembayaran
kerja ataupun penambahannya.
e. Untuk mengikuti penyesuaian harga satuan kontrak jika terjadi perubahan
rincian.
f. Untuk mengajukan pengurangan biaya.
g. Penyesuaian jadwal proyek karena adanya perubahan.
h. Untuk mencegah perselisihan antara penyedia jasa dan pemilik pekerjaan.
Pada umumnya bentuk dasar change order dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Perubahan Formal (Directive Change)
Perubahan ini diajukan secara tertulis oleh pemilik pekerjaan yang
ditujukan kepada pihak penyedia jasa untuk melakukan perubahan skop
pekerjaan, time schedule, anggaran-anggaran, dan lain-lain yang berbeda
dengan yang telah dirinciankan dalam kontrak.
Dalam prubahan ini, pemilik pekerjaan :
- Memberikan arahan kepada penyedia jasa untuk melakukan pekerjaan.
- Menyadari bahwa tetap ada perubahan terhadap original scope of
works.
- Mengeluarkan change order sebagaimana yang telah diatur dalam
kontrak.
Terjadinya change order bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor. Dalam
setiap pekerjaan proyek konstruksi faktor penyebab terjadinya change order selalu
berbeda. Berikut faktor-faktor penyebab terjadinya change order menurut para ahli:
a. Menurut Schaufelberger & Holm (Murni, 2007) [6]
- Terjadinya kesalahan desain
- Perubahan dari pemerintah
- Ketidaksesuaian material di lapangan
- Campur tangan dengan pihak ketiga
b. Menurut Soeharto (Murni, 2007) [6]
- Terjadinya perubahan desain
- Terjadinya perubahan perincian material
- Perubahan kondisi lapangan yang tidak terduga
- Kontrak tidak lengkap
- Terdapat pasal-pasal yang kurang jelas dalam kontrak
c. Menurut Fisk, Edward (1992, halaman 470)
- Perencanaan dan uraian yang kurang baik
- Perbedaan analisa dari pihak perencana
- Standar pelaksanaan lebih tinggi daripada yang telah diuraikan
- Adanya perubahan proses pelaksanaan
- Terjadinya perubahan urutan konstruksi
- Serta hal-hal yang belum ditentukan oleh pemilik pekerjaan
Tujuan dari analisa faktor merupakan untuk mencari faktor yang paling sedikit
dengan menggunakan prinsip parsimori maka akan menghasilkan korelasi pada
instrumen yang diteliti (Widarjono, 2015:193) dalam [7].
a. Matriks Korelasi
Untuk melakukan analisa faktor, maka langkah awal yang harus dialukan
adalah menghitung korelasi antar variabel-variabel yang akan diteliti.
- Korelasi matriks antar variabel
- Korelasi parsial
Ada beberapa kriteria dalam analisa anti image correlation (Ifadah, 2011)
[8] yaitu :
- MSA = 1 maka, variabel tersebut dapat diprediksi tidak memiliki
kesalahan oleh oleh variabel lain.
- MSA > 0.5 maka, variabel tersebut masih bisa diprediksi lebih lanjut.
- MSA < 0.5 maka, variabel tersebut tidak bisa diprediksi dan tidak bisa
dilakukan analisa lebih dalam. Jadi variabel tersebut perlu dikeluarkan.
- Kaiser Meyer Olkin
Jika nilai diatas 0.5 variabel-variabel yang digunakan maka juga masih
bisa digunakan untuk penentu dalam analisa faktor akan tetapi jika
nilai kurang dari 0.5 maka variabel-variabel tersebut tidak dapat
digunakan untuk analisa faktor.
- Barlett’s Test of Sphericity
Barlett’s Test dapat digunakan untuk penguji apakah variabel-variabel
yang digunakan harus mempunyai korelasi. Berikut beberapa hipotesis
yang dimiliki oleh Barlett’s Test:
H0 = tidak memiliki korelasi dalam variabel bebas.
H1 = memiliki korelasi dalam variabel bebas.
Hasil pengujian dapat dilihat dengan cara melihat hasil angka signifikan dengan
cara sebagai berikut:
Jika angka sig >0.05 maka H0 dapat diterima dan apabila angka sig <0.05 maka,
H0 tidak dapat diterima (ditolak).
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini akan dipakai pendekatan Mixed Method, yaitu merupakan
gabungan dari metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif merupakan
metode yang digunakan untuk menemukan hipotesis. Sedangkan metode kuantitatif
merupakan metode yang digunakan untuk menguji hipotesis itu sendiri. Jadi uji
hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisa deskriptif
Populasi yang terdapat di dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang
terlibat dalam pembangunan proyek ini. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode non-probability sampling dengan cara purposive sampling.
MULAI
Desain Kuesioner
Valid Tidak
dan
Reliabel
Ya
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Analisa Data
Deskriptif
Kesimpulan
SELESAI
pemeliharaan selama 180 hari kalender. Modus dari pertanyaan 3 angka yang dominan
adalah 3 artinya tingkat keseringan terjadinya selama durasi proyek adalah sedang dan
dari pertanyaan 10 angka yang dominan adalah 2 artinya tingkat keseringan terjadinya
selama durasi proyek adalah jarang.
5. Kesimpulan
6. Saran
7. Daftar Pustaka
[1] Wulandari, Vanessa (2018). Faktor Change Order Pada Proyek Bangunan
Air Bersih
[2] Puspitasari, R. 2016. “Analisis Fakor Penyebab Terjadinya Perubahan Pada
Kontrak Lumb Sum (Studi Kasus: Proyek Apartement And Soho Ciputra
World)”, Skripsi Fakultas Teknis Universitas Brawijaya.
[3] Sandy, A. Gumolili, Bonny, F. Sompie, Johan, P. Rantung. 2012. “Analisis
Faktor-Faktor Penyebab Change Order dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja
10 | R A C I C – J U R N A L T E K N I K S I P I L A B D U R R A B