You are on page 1of 7

p-ISSN : 2528-3561

Serambi Engineering, Volume VII, No.2, April 2022 Hal 3049 - 3055 e-ISSN : 2541-1934

Efisiensi Pemilihan Pelat Baja pada Rehabilitasi Gedung


Bertingkat terhadap Biaya dan Waktu
(Studi Kasus: Gedung Operasi RSUD Kota Langsa)
Arisna Fauzia1, Firdasari2*
1,2
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Samudra, Langsa
*Koresponden email: firdasari@unsam.ac.id

Diterima: 4 Maret 2022 Disetujui: 31 Maret 2022

Abstract
Increasing the use of multi-storey buildings is a separate requirement, especially for owners in order to
maximize the function of the building. In the operating room of the RSUD Langsa City which initially had
a height of 10 m, the owner requested additional rooms on the second floor as storage rooms and halls,
while the first floor still functions as an operating room. Based on this, it is necessary to take into account
the appropriate and efficient method of slab work so that the project objectives are achieved. The purpose
of the study was to analyze the comparison between the cost and time of completion of steel floor slab work
with conventional floor slabs in the RSUD Langsa City building. The research method used is to compare
the cost of steel floor slab work with conventional floor slabs referring to the 2016 AHSP, and to estimate
the implementation time using the labor coefficient. The results showed that there was a difference in the
budget for the two plates of Rp. 28,616,000. In terms of execution time, there is a difference between the
estimated calculation of the implementation of conventional plate work and the realization of the
implementation of steel plates, which is 39 working days. The use of steel floor slabs is cheaper and more
time efficient than the use of conventional slabs. The selection of the use of steel plates at the study site is
appropriate and can save costs and time.
Keywords: Floordeck, steel, conventional, comparison, cost, duration

Abstrak
Peningkatan pemakaian ruangan pada gedung bertingkat menjadi kebutuhan tersendiri khususnya bagi
pemilik agar dapat memaksimalkan fungsi bangunan. Pada Gedung Operasi RSUD Kota Langsa yang
awalnya memiliki tinggi 10 m pemilik meminta penambahan ruangan di lantai II sebagai ruangan
penyimpanan dan aula, sementara lantai satu tetap berfungsi sebagai ruang operasi. Berdasarkan hal itu,
perlu diperhitungkan metode pekerjaan pelat lantai yang sesuai dan efisien sehingga sasaran proyek
tercapai. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbandingan antara biaya dan waktu penyelesaian
pekerjaan pelat lantai baja dengan pelat lantai konvensional di Gedung RSUD Kota Langsa. Metode
penelitian yang digunakan adalah membandingkan biaya pekerjaan pelat lantai baja dengan pelat lantai
konvensional mengacu pada AHSP 2016, serta melakukan estimasi waktu pelaksanaan menggunakan
koefisien tenaga kerja. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan anggaran biaya pada kedua pelat
sebesar Rp.28.616.000. Dari segi waktu pelaksanaan terdapat selisih dari perhitungan estimasi pelaksanaan
pekerjaan pelat konvensional dan realisasi pelaksanaan pelat baja yaitu 39 hari kerja. Pemakaian pelat lantai
baja lebih murah dan lebih efisien terhadap waktu dibandingkan penggunaan pelat konvensional. Pemilihan
penggunaan pelat baja pada lokasi studi sudah tepat dan dapat menghemat biaya dan waktu.
Kata Kunci: pelat lantai, baja, konvensional, perbandingan, biaya, waktu

1. Pendahuluan
Kebutuhan pembangunan gedung sangat diperlukan untuk menunjang aktivitas kehidupan manusia.
Bangunan gedung dapat dilakukan peningkatan fungsi dengan pelaksanaan rehabilitasi sehingga
diharapkan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung kebutuhan akan regenerasi fungsi
gedung tersebut. Pada pelaksanaan rehabilitasi bangunan gedung, sering kali penyedia jasa mendapatkan
tantangan tersendiri dengan kondisi existing sebuah bangunan terlebih jika bangunan tersebut bertingkat.
Hal ini, dikarenakan kegiatan rehabilitasi memiliki ruang lingkup yang terbatas. Seperti halnya rehabilitasi
Gedung Operasi RSUD Kota Langsa yang terletak di bagian tengah gedung, memiliki cakupan yang sempit
terutama saat dilakukan konstruksi pada pekerjaan pelat lantai gedung.

3049
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.2, April 2022 Hal 3049 - 3055 e-ISSN : 2541-1934

Gambar 1. Kondisi eksisting bangunan bertingkat


Sumber: Penyedia jasa, (2020)

Item pekerjaan pelat lantai memiliki waktu pengerjaan lama, volume yang besar dan biasanya harus
dikerjakan terlebih dahulu daripada pekerjaan lainnya [1]. Dalam buku Sibima Konstruksi [2] pelat lantai
merupakan pekerjaan sub struktur yang didukung oleh balok serta bertumpu pada kolom. Ketebalan pelat
lantai ditentukan oleh besar lendutan yang diinginkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok
pendukung dan bahan material konstruksi pelat lantai. Pelat Lantai merupakan salah satu pekerjaan struktur
yang penting dalam konstruksi bangunan bertingkat. Pelat lantai adalah struktur bidang tegak lurus dengan
bidang struktur utama yang berfungsi khusus menahan beban gravitasi di atasnya. Pekerjaan pelat lantai
dapat dikerjakan dengan dua macam metode, yaitu menggunakan pelat baja dan pelat konvensional. Pelat
baja merupakan salah satu alternatif yang digunakan sebagai dasar lantai bangunan bertingkat yang
berbentuk lembaran. Pelat lantai baja juga lebih mudah dalam pengerjaannya karena tidak membutuhkan
bekisting untuk pengecoran lantai [3]. Sedangkan pelat lantai konvensional merupakan pelat lantai beton
yang dikerjakan di tempat dengan menggunakan banyak pembesian, perancah dan bekisting, sehingga
membutuhkan banyak biaya pada pelaksanaannya.
Selain itu menurut [4] juga mengemukakan bahwa pada perbaikan atau perkuatan pelat lantai
konvensional dapat berupa penambahan beberapa elemen struktur seperti balok penyangga dan kolom
untuk dapat menopang pelat lantai yang direncanakan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
perbandingan biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan pelat baja yang digunakan di lokasi studi dengan
pelat lantai konvensional. Penelitian ini berada di RSUD Kota Langsa. Bangunan ini berlokasi pada di Jln.
Jenderal Ahmad Yani, pusat Kota Langsa, Aceh. Gedung ini merupakan salah satu gedung yang dibutuhkan
oleh masyarakat Kota Langsa untuk penanganan pasien dalam tindakan operasi. Menurut pemilik gedung,
ruang operasi dibangun pada tahun 2009 dan dilakukan rehabilitasi untuk peningkatan fungsinya di tahun
2020. Adapun letak lokasi studi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Lokasi studi penelitian


Sumber: Google Earth diakses 10 November 2021

3050
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.2, April 2022 Hal 3049 - 3055 e-ISSN : 2541-1934

2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu mengumpulkan data-data sekunder serta
dilakukannya analisis terhadap variabel biaya dan waktu yang akan dilakukan perbandingan. Pengumpulan
data terdiri dari melakukan pengamatan pada lokasi studi, mengambil dokumentasi, diskusi dengan
penyedia jasa, dan data pendukung lainnya. Untuk analisis terhadap variabel perbandingan yaitu
digunakannya variabel pelat lantai konvensional. Masing-masing pekerjaan pelat ini diasumsikan terlebih
dahulu item-item sub pekerjaan yang termasuk dalam penjabarannya sesuai dengan kondisi eksisting di
lapangan.
Estimasi rencana anggaran biaya sangat diperlukan dalam perencanaan proyek, Pada tahap awal
estimasi biaya digunakan untuk mengetahui berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk dapat
merealisasikan suatu proyek [5]. Dengan keterbatasan pada anggaran biaya yang tersedia, maka diperlukan
perhitungan biaya pada masing-masing pelat lantai. Untuk pelaksanaan pelat lantai baja dianalisis dari
pengamatan di lokasi studi dan besaran harga satuan yang berlaku pada lokasi studi. Harga satuan pekerjaan
untuk metode pelat lantai konvensional diambil dari data dokumen kontrak yaitu harga analisa satuan
pekerjaan yang diperoleh dari penyedia jasa. Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) PU 2016
menjelaskan prinsip-prinsip yang menjadi dasar dalam menganalisis harga satuan dasar upah, alat dan
bahan, serta sebagai dasar untuk Analisis Harga Satuan Pekerjaan.
Sedangkan estimasi waktu pelaksanaan pemasangan pelat lantai baja didasarkan pada hasil
pengamatan. Pada perkiraan waktu pelaksanaan menggunakan pelat lantai konvensional maka perlu
diperhatikan indeks kinerja karena sangat mempengaruhi performa kerja para pelaksana proyek di lapangan
[6]. Analisa waktu pelaksanaan setiap aktivitas pekerjaan dihitung dengan cara membagi volume pekerjaan
dengan nilai produktivitas pekerja atau alat. [1] Pada analisa harga satuan pekerjaan, untuk beberapa
kegiatan tercantum jumlah orang/hari (man-days) untuk menyelesaikan sejumlah satuan (m2,m3,m’,kg)
kegiatan. Dengan diketahuinya volume kegiatan dan jumlah tenaga yang dapat ditampung/bekerja
bersamaan, maka akan diperoleh jumlah hari (durasi). Menurut [7]. perencanaan waktu pelaksanaan dan
jumlah tenaga kerja dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

𝑘𝑥𝑉
𝑇= …………………………………………………………………………… Persamaan 1.1)
𝑛

Keterangan:
T = Jangka waktu
k = Koefisien tenaga kerja sesuai dengan AHSP 2016
V = Volume pekerjaan
n = jumlah tenaga kerja yang direncanakan

Untuk estimasi Hari Orang Kerja (HOK) pada pekerjaan pemasangan pelat lantai konvensional
dihitung berdasarkan koefisien tenaga kerja yang terdapat di AHSP 2016 untuk setiap item pekerjaan.
Pengumpulan data sekunder terdiri dari as built drawing dan foto dokumentasi lapangan. Denah posisi pelat
lantai (Gambar 3) berada pada bagian tengah gedung yang menjadi tantangan tersendiri bagi penyedia jasa
dalam pengerjaan pelat lantai.

Letak Pelat
Lantai Baja

Gambar 3. Denah posisi pelat lantai


Sumber: Penyedia jasa, (2020)

3051
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.2, April 2022 Hal 3049 - 3055 e-ISSN : 2541-1934

Kondisi eksisting yang terlihat pada Gambar 1 sebelum proses konstruksi pekerjaan pelat lantai
merupakan bagian terbuka yang atasnya terdiri dari susunan lembaran atap seng. Namun karena ada
beberapa bagian yang terbuka dan tidak menutup sempurna, maka bagian ini sering sekali menjadi
penyebab merembesnya air hujan ke ruangan yang berada di sekitarnya. Rehabilitasi dengan menambahkan
pelat lantai dan memaksimalkan fungsi ruangan sangatlah perlu untuk dilakukan. Pada pelaksanaan di
lapangan terlihat pemasangan tulangan besi pada pelat lantai diperlukan untuk dapat kuat menahan beban
di atasnya seperti terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Proses pembesian pada pelat baja


Sumber: Penyedia jasa (2020)

Panjang bentang pelat lantai yang dikonstruksikan pada lokasi studi adalah 6x10 meter dan 4x10
meter. Pelat baja tersebut dihubungkan ke tulangan balok-balok di sekitarnya sebagai penyangga pelat ini.

3. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan data sekunder dan hasil observasi di lapangan, pelat lantai yang digunakan pada
bangunan rehabilitasi Gedung operasi RSUD Kota Langsa yaitu dengan metode pelat lantai baja, maka
untuk mengetahui efisiensi penggunaan pelat lantai baja dengan pelat lantai konvensional harus ditinjau
berdasarkan perbandingan biaya dan waktu. Pada Setiap jenis pekerjaan pelat lantai terdapat perbedaan
item pelaksanaan pekerjaan. Pada pekerjaan pelat baja, item pekerjaan utama dapat dirincikan menjadi 5
jenis item yaitu pemasangan rangka baja IWF, pengelasan rangka baja, pemasangan pelat baja (bondek),
pembesian dan pengecoran beton pada pelat baja tersebut. Item ini telah disesuaikan dengan ukuran pelat
lantai yang akan dibangun. Sedangkan pada pekerjaan pelat lantai konvensional lebih banyak item
pekerjaan yang dilaksanakan. Hal ini dikarenakan pelat lantai konvensional harus memiliki penopang
struktur di bawahnya dahulu seperti kolom dan balok [4].
Pada pekerjaan pelat lantai menjelaskan jarak antar kolom yang disarankan yaitu 3.5 m sebagai
antisipasi terhadap pembebanan dimensi balok yang berada di atasnya agar tidak terlalu besar [8]. Selain
itu, untuk kolom penopang pelat lantai konvensional ini direncanakan menggunakan kolom 20/20.
Perhitungan rencana anggaran biaya pada masing-masing pelat lantai berdasarkan daftar harga satuan
sesuai dengan dokumen kontrak yang sudah termasuk biaya upah dan material. Perhitungan volume
pekerjaan pelat lantai juga mengikuti data sekunder yang terdapat dalam RAB proyek pelaksanaan
Rehabilitasi Gedung Operasi RSUD Kota Langsa. Perhitungan RAB untuk setiap pelat lantai dapat dilihat
pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Perhitungan RAB pada pelat baja


Harga Mutual Check Akhir Bobot
Uraian Pekerjaan Sat Satuan Jumlah Harga Pekerjaan
Vol
(Rp) (Rp) (%)
Pekerjaan Floor Deck
Rangka Baja IWF 250 x 125 x 6 x 9 Kg 39,132 1,065.60 41,699,592 2.30
Pengelasan M' 3,518 1,176.00 4,137,222 0.23
Bondek Lengkap terpasang M2 166,232 116.66 19,392,758 1.07

3052
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.2, April 2022 Hal 3049 - 3055 e-ISSN : 2541-1934

Harga Mutual Check Akhir Bobot


Uraian Pekerjaan Sat Satuan Jumlah Harga Pekerjaan
Vol
(Rp) (Rp) (%)
Pembesian Besi polos Ø 10 - 150 mm Kg 14,194 1,513.95 21,489,100 1.18
Berton Cor M3 1,303,378 11.67 15,205,322 0.84
Sewa scaffolding / perancah Ls 3,500,000 1 3,500,000 0.19
Total 105,423,995 5.81
Sumber: Riset (2021)

Tabel 2. Perhitungan RAB pada pelat lantai konvensional


Harga Mutual Check Akhir Bobot
Uraian Pekerjaan Sat Satuan Vol Jumlah Harga Pekerjaan
(Rp) (Rp) (%)
Pekerjaan Bekisting
a. Bekisting pelat lantai 2 M2 648,056 103.092 66,809,389 3.68
b. Bekisting / Cetakan kolom M2 548,536 8.52 4,673,526 0.26
(20/20)
c. Bekisting / Cetakan balok M2 570,928 29.84 17,036,491 0.94
(20/30)
Pekerjaan Pembesian
1. Kolom (20/20)
a. Besi polos 6 Ø 10 Kg 14,194 42.18 598,738 0.03
b. Besi polos Ø 6 - 150 Kg 14,194 11.50 163,234 0.01
2. Balok (20/30)
a. Besi polos 6 Ø 12 Kg 14,194 60.74 862,183 0.05
b. Besi polos Ø 6 - 150 Kg 14,194 52.88 750,586 0.04
3. Pembesian Besi polos Ø 10 - Kg 14,194 1,513 21,489,100 1.18
150 mm
Pekerjaan Beton
a. Berton Cor pelat lantai M3 1,303,378 11.67 15,205,322 0.84
b. Beton cor Kolom 20/20 M3 1,303,378 0.426 555,239 0.03
c. Beton cor balok 20/30 M3 1,303,378 1.838 2,396,131 0.13
Sewa scaffolding / perancah Ls 3,500,000 1 3,500,000 0.19
Total 134,039,944 7.39
Sumber: Riset (2021)

Dari hasil kedua perhitungan Anggaran Biaya dapat dilihat bahwa pekerjaan lantai menggunakan
pelat baja yaitu Rp. 105.423.995 dengan bobot pekerjaan keseluruhan anggaran yaitu sebesar 5,81%.
Sedangkan pada pekerjaan lantai konvensional dimana harus menambah beberapa item pekerjaan kolom
dan balok untuk menopang pelat lantai menghasilkan biaya yang lebih tinggi sebesar Rp. 134.039.944 atau
dengan bobot 7,39% dari total anggaran seluruhnya yang dapat di lihat berdasarkan tabel 3. Terdapat selisih
di antara keduanya yaitu sebesar Rp. 28.616.000. Sehingga perbedaan biaya pada pekerjaan pelat baja lebih
rendah dibandingkan pelat konvensional [9]. Pemanfaatan pelat baja cenderung meningkat di industri saat
ini dikarenakan minat pengguna lebih besar untuk mendapatkan biaya item pekerjaan yang rendah [10].
Selain itu, pelaksanaan proyek yang baik juga akan mempengaruhi cash flow pekerjaan yang cukup
dipengaruhi oleh biaya dan waktu [11], dan dengan kedua variabel ini berbanding lurus [12].
Pada perhitungan durasi pekerjaan pelat lantai baja dilakukan berdasarkan data observasi yang
dilaksanakan di lapangan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Durasi pelaksanaan pekerjaan pelat baja


Lama pekerjaan di
No. Uraian Volume Satuan
lapangan
A. Pekerjaan pelat bondek
Pemasangan Rangka Baja IWF 250 x 125 x 6
1. Kg
x9 1065.6 4 hari
2. Pengelasan 1176 M' 2 hari
3. Bondek Lengkap terpasang 116.66 M2 4 hari
4. Pembesian Besi polos Ø 10 - 150 mm 1513.95 Kg 14 hari
5. Beton Cor 11.66 M3 2 hari
Total 26 Hari
Sumber: Riset (2021)

3053
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.2, April 2022 Hal 3049 - 3055 e-ISSN : 2541-1934

Sedangkan untuk durasi pekerjaan pelat lantai konvensional dilakukan perhitungan berdasarkan
koefisien tenaga kerja yang diperoleh berdasarkan AHSP [13]. Perhitungan estimasi durasi pelaksanaan
pelat lantai konvensional dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Durasi pelaksanaan pekerjaan pelat lantai konvensional


Jumlah
Hari Orang Kerja (Man-days) Koef. Durasi Jumla
Item Sat Vol (V) Tenaga Vxk (n) waktu h
Kepala Kerja (T) (Hari)
Pekerja Tukang Mandor
Tukang (k)
Pekerjaan Bekisting
Bekisting pelat lantai 2 m2 103,09 0,660 0,330 0,033 0,033 1,056 108,87 15 7,258 8
Bekisting / Cetakan
m2 8,52 0,660 0,330 0,033 0,033 1,056
kolom (20/20) 9,00 3 2,999 3
Bekisting / Cetakan
m2 29,84 0,660 0,330 0,033 0,033 1,056
balok (20/30) 31,51 6 5,252 6
Pekerjaan Pembesian
1. Kolom (20/20)
Besi polos 6 Ø 10 kg 42,18 0,070 0,070 0,007 0,004
Besi polos Ø 6 - 150 kg 11,50 0,070 0,070 0,007 0,004
2. Balok (20/30)
Besi polos 6 Ø 12 kg 60,74 0,070 0,070 0,007 0,004
Besi polos Ø 6 - 150 kg 52,88 0,070 0,070 0,007 0,004
3. Pembesian Besi 1513,9
kg 0,070 0,070 0,007 0,004
polos Ø 10 - 150 mm 5
1681,2
Jumlah Pembesian 0,350 0,350 0,035 0,020 0,755
5 126,93 7 18,134 19
Pekerjaan beton
Berton Cor pelat lantai m2 11,67 1,650 0,275 0,028 0,083 2,036 2,38 4 0,594 1
Beton cor Kolom
m2 0,43 1,650 0,275 0,028 0,083 2,036
20/20 0,09 2 0,043 1
Beton cor balok 20/30 m2 1,84 1,650 0,275 0,028 0,083 2,036 0,37 3 0,125 1
Total 39
Sumber: Riset (2021)

Dari Tabel 4 terlihat bahwa pada pekerjaan pelat lantai konvensional terdapat penambahan item
untuk pekerjaan kolom dan balok sebagai pendistribusian beban struktur dari pelat lantai konvensional.
Berdasarkan perhitungan koefisien tenaga kerja dan perhitungan durasi pekerjaan (T) diperoleh untuk
pekerjaan pelat lantai konvensional yaitu 39 hari, ini menandakan waktu yang diperlukan dalam
penyelesaian pekerjaan pelat lantai konvensional di Proyek Rehabilitasi Gedung Operasi RSUD Kota
Langsa lebih lama dibandingkan dengan pelaksanaan menggunakan pelat lantai baja dengan selisih 13 hari
kerja atau hampir 2 minggu. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh [14] yang mana
pelat lantai beton konvensional lebih hemat 11% dibandingkan pelat lantai baja, dan pelat baja lebih cepat
dalam waktu pelaksanaannya dibandingkan pelat beton konvensional. Ini juga senada dengan penelitian
yang dilakukan oleh [15] yang mengungkapkan bahwa penggunaan Hollow Core Slab (HCS) lebih efisien
sebesar 9% dibandingkan dengan pelat konvensional.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian
ini yaitu: dari segi biaya, anggaran biaya penggunaan pada pelat baja lebih efisien dibandingkan pelat lantai
konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan selisih yang didapatkan yaitu Rp. 28.616.000. Sehingga
pemilihan penggunaan pelat baja pada studi kasus ini sudah tepat. Ditinjau dari segi waktu, pemilihan pelat
baja yang digunakan oleh penyedia jasa merupakan langkah yang tepat. Hal ini dikarenakan adanya
penghematan terhadap pemakaian waktu. Dari hasil perhitungan estimasi pelaksanaan pekerjaan pelat
konvensional yaitu 39 hari kerja atau 1 bulan 9 hari, dan realisasi pelaksanaan pelat baja yaitu 26 hari
sehingga ada penghematan hampir 2 minggu atau 13 hari. Apabila jika digunakan pelat konvensional akan
memperlambat item pekerjaan lain seperti pemasangan keramik, penambahan pekerjaan dinding dan
sebagainya. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap hari kerja pada pelaksanaan sebuah proyek.
Selanjutnya, pada penelitian ini diharapkan dapat memperhitungkan maksimum beban pada kedua
pelat dengan bentang yang akan dilakukan studi kasus. Agar penelitian dapat berguna di masa yang akan
datang. Jika pada pekerjaan proyek memungkinkan menggunakan besi wiremash dalam hal pembesian,
maka pekerjaan selanjutnya dapat direncanakan menggunakan besi wiremash.
3054
p-ISSN : 2528-3561
Serambi Engineering, Volume VII, No.2, April 2022 Hal 3049 - 3055 e-ISSN : 2541-1934

5. Daftar Pustaka
[1] Gursal, Andi Arya P., Jermias Tjakra, and Jantje B. Mangare, “Analisis Efisiensi Biaya Dan Waktu
Pelat Lantai Beton Bertulang Konvensional Terhadap Pelat Lantai Bondek,” Tekno, vol. 16, no. 70,
pp. 77–82, 2018.
[2] Kadri, Trihono. "Analisis quality assurance layanan distance learning sibima konstruksi." Thesis-
2019, 2020.
[3] H. Afriyono, “Efisiensi Pelat Beton dengan Bekisting dan Tulangan Konvensional menjadi Floordeck
dan Tulangan Wiremesh,” Bul. Profesi Ins., vol. 2, no. 1, pp. 36–40, 2019, doi: 10.20527/bpi.v2i1.63.
[4] J. Irawan, I. Ilhami, and M. Noor, “Perbaikan Struktur Pelat Lantai Bangunan Pasar Tanjung
Kabupaten Tabalong,” J. Poros Tek., vol. 8, no. 1, pp. 35–41, 2016, [Online]. Available:
https://www.neliti.com/publications/126211/.
[5] I. N. Y. Astana, “Estimasi Biaya Konstruksi Gedung Dengan Cost Significant Model,” J. Ris.
Rekayasa Sipil, vol. 1, no. 1, p. 7, 2017, doi: 10.20961/jrrs.v1i1.14706.
[6] Firdasari, “Varians Dan Konsep Nilai Hasil Menggunakan Microsoft Access Dalam,” vol. 3, no. 2,
pp. 39–53, 2017.
[7] J. Manto, “Mengidentifikasi Durasi dan Tenaga Kerja Berdasarkan Analisa Harga Satuan Pekerjaan
(Ahsp) pada Perencanaan Pekerjaan Perumahan Villa Idaman Boalemo,” J. Perad. Sains, vol. 4, no.
1, pp. 38–52, 2016.
[8] DPUPKP Kabupaten Bantul, “Kolom Beton dalam Bangunan,” p.
https://dpupkp.bantulkab.go.id/berita/39-kolom-bet, 2013.
[9] C. Yuliana, “Perbandingan Penggunaan Deking Baja dan Metode Konvensional untuk Plat Lantai
Diperhitungkan terhadap Biaya, Waktu dan Metode Pelaksanaan,” Info Tek., vol. 12, no. 2, pp. 35–
39, 2011.
[10] A. T. Uji, “Perbandingan Biaya Pelaksanaan Pelat Beton Menggunakan Boundeck Dan Pelat
Konvensional Pada Gedung Graha Suraco,” Ilm. Tek. Sipil, pp. 1–25, 2012.
[11] V. Abma, F. Nugraheni, and M. Metalindra, “Cash Flow Proyek Dengan Sumber Modal Bank Syariah
Pada Pembangunan Dan Rehabilitasi Gedung Pelayanan Kesehatan Pemerintah Kabupaten Gunung
Kidul,” Constr. Mater. J., vol. 2, no. 2, pp. 77–90, 2020, doi: 10.32722/cmj.v2i2.3088.
[12] S. S. Riskijah, “Optimalisasi Cashflow Menggunakan Metode Penjadwalan Est Dan Pengaturan
Sumberdaya Pada Proyek Bangunan Gedung,” PROKONS Jur. Tek. Sipil, vol. 8, no. 1, p. 55, 2014,
doi: 10.33795/prokons.v8i1.64.
[13] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat, Pedoman Analisa Harga Satuan
Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. 2016.
[14] S. U. Dewi and W. Kusmila, “Analisis Struktur Pelat Lantai Beton Konvensional Dan Pelat Lantai
Bondek (Gedung Kuliah Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung),” Teknol. Apl.
Konstr., vol. 8, no. 1, pp. 120–129, 2018.
[15] F. Firdaus, S. Sangadji, and W. Hartono, “Analisis Perbandingan Efisiensi Penggunaan Hollow Core
Slab (HCS) Dibandingkan Dengan Pelat Konvensional In Situ Pada Proyek Pembangunan Gudang
Ciwastra Bandung,” Tek. Sipil, vol. i, pp. 1418–1426, 2017.

3055

You might also like