You are on page 1of 10

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU METODE

PELAKSANAAN BETON IN SITU DENGAN PRE CAST


(STUDI KASUS : PEKERJAAN ABUTMEN TRESTLE GIRDER
PROYEK TERMINAL MULTI PURPOSE DERMAGA KUALA
TANJUNG)
Andrew S.E. Purba
Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara
Jalan Perpustakaan No. 1 Kampus USU, Medan
E-mail : andrew.purba16@gmail.com

Abstract
In the implementation of construction projects there are several methods of implementing a concrete-
shaped concretion there which in the implementation of the foundry at the project site that takes a long time and
formwork quite a lot. In addition there is also a form of pre cast concrete exertion which in the same example as
conventional concrete production process concretion done in a special place of pre-cast production then taken to
the location and installed into a concrete until become a unified whole structure. So it does not take too long and
more efficient.
The present study aims to compare the cost and timing of in situ and pre cast concrete implementation
methods on one of the abutments of the Kuala Tanjung Multi Terminal Terminal project using data obtained in
the form of image data, material prices, wages and equipment. And from the calculation result, the result of the
concrete implementation method on one of the abutments of the bridge is that with in situ concessions it will
take 7 days for a total cost of Rp.807.867.550, -, and with pre cast concrete takes 5 days with total cost
Rp.612.345.190, -.
So from the research found comparative results that the method of pre cast concrete more efficient with
the comparison of cheaper price Rp.195.552.360, - that is about 24 % and 2 days faster time or about 28,57 %
for the work of one bridge abutment.

Keyword : Abutment, in situ, pre cast, cost, time

Abstrak
Dalam Pelaksanaan proyek konstruksi ada beberapa metode pelaksanaan pembetonan yang dipakai
seperti pembetonan in situ yang mana dalam pelaksanaannya dilakukan pengecoran di lokasi proyek sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama dan bekisting yang cukup banyak. Selain itu terdapat juga metode
pelaksanaan pembetonan pre cast yang pada dasarnya sama seperti beton konvensional tetapi proses produksi
pembetonannya dilakukan di tempat khusus produksi pre cast kemudian dibawa ke lokasi proyek dan di pasang
menjadi beton hingga menjadi satu kesatuan struktur yang utuh. Jadi tidak memerlukan waktu yang terlalu lama
dan dianggap lebih efisien.
Penelitian kali ini bertujuan membandingkan biaya dan waktu metode pelaksanaan pembetonan in situ
dan pre cast pada salah satu abutmen jembatan Proyek Terminal Multi Purpose Kuala Tanjung menggunakan
data yang diperoleh berupa data gambar, harga bahan, upah dan peralatan. Dan dari hasil analisa perhitungan
maka didapat hasil metode pelaksanaan pembetonan pada salah satu abutmen jembatan tersebut adalah bahwa
dengan pembetonan in situ membutuhkan waktu pelaksanaan 7 hari dengan total biaya Rp.807.867.550,-, dan
dengan pembetonan pre cast membutuhkan waktu pelaksanaan 5 hari dengan total biaya Rp.612.345.190,-.
Sehingga dari penelitian tersebut didapati hasil perbandingan bahwa metode pelaksanaan pembetonan
pre cast lebih efisien dengan perbandingan harga lebih murah Rp.195.552.360,- yaitu sekitar 24 % dan waktu
lebih cepat 2 hari atau sekitar 28,57 % untuk pekerjaan satu abutmen jembatan.

Kata kunci : Abutmen, in situ, pre cast, biaya, waktu


1. Latar Belakang

Dalam pelaksanaan sebuah konstruksi banyak usaha yang biasa dilakukan untuk meningkatkan kualitas
kerja dan kuantitas kerja baik secara struktur maupun manajemen konstruksi. Biasanya dalam pelaksanaan suatu
proyek konstruksi, semakin besar proyek yang dikerjakan maka semakin besar pula kendala yang dihadapi
perusahaan jasa konstruksi tersebut. Oleh karena itu, perusahaan jasa konstruksi harus memiliki perencanaan
yang matang dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi..
Salah satu hal yang juga harus diperhatikan adalah perencanaan beton. Beton merupakan salah satu
material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan dengan penggunaan material lain
seperti kayu dan baja. Hal ini dapat dimengerti karena bahan-bahan pembentukannya mudah didapat di
Indonesia, cukup awet, mudah dibentuk dan harganya juga relatif terjangkau.
Biasanya ada beberapa alternatif metode pelaksanaan yang dipakai seperti metode cast in situ/
konvensional yang mana pada pelaksanaannya dilakukan di lokasi proyek, tetapi metode ini biasanya memiliki
beberapa kekurangan seperti membutuhkan waktu yang lama, kontrol kualitas yang kurang baik, membutuhkan
banyak bekisting dan pekerja sehingga dirasa kurang efisien dari segi biaya dan waktu.
Selain itu ada juga metode lain yang pada dasarnya sama seperti beton bertulang biasa tetapi hanya
dibedakan dari proses produksinya yang biasa dilakukan di tempat produksi khusus pra cetak yaitu beton pre
cast. Biasanya beton pre cast dicetak oleh suatu tempat produksi kemudian di angkut ataupun di antar ke lokasi
proyek agar disusun menjadi utuh nantinya. Sehingga biasanya pre cast tidak membutuhkan banyak bekisting
juga tenaga kerja sehingga lebih efisien dari segi biaya dan waktu.
Jadi perbedaan mendasar beton in situ dan pre cast adalah pada cara pengerjaan dan pembuatan
betonnya. Tetapi belum diketahui hal mendasar dari kedua metode tersebut digunakan pada suatu proyek. Dari
kedua metode tersebut tentu ada keuntungan dan kerugiannya tergantung kepada sumber daya yang tersedia di
lapangan.
Pada penelitian kali ini, peneliti membahas tentang pengerjaan pembetonan abutmen trestle girder pada
proyek terminal multi purpose yang sedang dikerjakan di daerah dermaga Kuala Tanjung Sumatera Utara. Pada
proyek tersebut awalnya kontraktor menggunakan beton in situ tapi karena adanya faktor keterlambatan oleh
berbagai hal pada saat proses pengecoran maka kemudian beralih ke penggunaan beton pre cast karena
dianggap lebih efisien dari segi waktu walaupun lebih mahal produksinya .
Penelitian ini juga sudah pernah diteliti terlebih dahulu yang telah dipublikasikan pada jurnal teknik
(Fahrizal Fani, dkk. 2012) dengan judul “Analisa Perbandingan Metode Pelaksanaan Cast in Situ dengan
Pracetak terhadap Biaya dan Waktu pada proyek Dian Regency Apartemen” yang membuktikan bahwa metode
in situ membutuhkan waktu pelaksanaan selama 396 hari dengan biaya Rp. 25.887.838.200,-, dan metode
pracetak dengan waktu pelaksanaan 245 hari dengan biaya sebesar Rp. 27.274.827.600,-. Sehingga perbedaan
persentase harganya mencapai 5,09% sedangkan waktu pelaksanaannya mencapai 38,1%.
Kemudian menurut studi literatur (Purwaningsih I.,dkk. 2014) yang membandingkan beton
konvensional dengan beton fly slab bahwa pada penggunaan beton konvensional memakan waktu 150 hari
dengan biaya Rp. 632.106.000,-, sedangkan dengan menggunakan beton fly slab memerlukan waktu 135 hari
dengan biaya Rp. 615.366.000,-. Sehingga perbedaan persentase harganya mencapai 2,65% sedangkan waktu
pelaksanaannya mencapai 10%.
Selain itu juga menurut studi literatur (Najoan H.C., dkk. 2016) yang membandingkan waktu dan
biaya pada pelat pre cast dengan konvensional bahwa pada pelaksanaan pre cast memerlukan waktu 198 hari
dengan biaya Rp. 30.352.740,-, sedangkan pada pelat konvensional memerlukan waktu 226 hari dengan biaya
Rp. 30.230.145.000,-. Sehingga perbedaan persentase harganya mencapai 0,4% sedangkan waktu
pelaksanaannya mencapai 12,4%.
Maka dengan berbagai alasan tersebut maka penulis mencoba mengkaji metode pelaksanaan in situ dan
pre cast dilihat dari segi biaya dan waktu pelaksanaannya pada proyek tersebut. Agar dapat menjadi
pertimbangan nantinya bagi setiap kontraktor lainnya dalam memilih metode pelaksanaan pembetonan yang
lebih efisien sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan nantinya. Dan diharapkan mampu memberikan
kontribusi dalam hal pendidikan khususnya teknik sipil.

2. Tinjauan Pustaka

Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan


sumberdaya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Fungsi manajemen klasik yang
terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan tetap berlaku untuk manajemen
proyek, dengan catatan perlu mengadakan (restrukrisasi) disana sini serta menggunakan metode dan teknik baru
agar mampu menghadapi sifat-sifat dan prilaku yang khusus terdapat pada kegiatan proyek. Rekayasa nilai
adalah evaluasi secara sistematis atas rancangan atau desain suatu proyek untuk mendapatkan nilai paling tinggi
bagi setiap satuan biaya yang dikeluarkan untuknya (Soeharto Imam, 1999).
Menurut beberapa para ahli ilmu manajemen, fungsi manajemen proyek yaitu planning, organizing,
actuating, controlling (George R. Terry dan Leslie W. Rue, 2010).
Manajemen biaya proyek adalah suatu proses atau kegiatan yang diperlukan untuk memastikan bahwa
proyek akan diselesaikan sesuai anggaran yang telah disetujui.
Biaya proyek atau anggaran proyek biasanya sangat terbatas sehingga diperlukan pengelolaan yang
baik. Pengelolaan biaya proyek disebut manajemen biaya proyek yang digunakan untuk menyelesaikan kegiatan
dalam jadwal proyek.
Manajemen biaya proyek terdiri dari beberapa tahapan untuk menjamin pelaksanaan proyek tetap
sesuai anggaran biaya yang telah disetujui, yaitu :
a. Perencanaan sumber daya meliputi penentuan jenis dan jumlah sumber daya yang harus digunakan.
b. Estimasi biaya yaitu membuat estimasi berdasarkan biaya dan sumber daya yang dibutuhkan untuk
membuat sebuah proyek.
c. Penganggaran biaya yaitu mengalokasikan setiap estimasi biaya tersebut pada tiap paket kerja untuk
membuat suatu baseline.
d. Pengendalian biaya meliputi pengendalian perubahan biaya proyek.
Rencana Anggaran Biaya atau RAB adalah perhitungan atau perkiraan biaya-biaya yang diperlukan
untuk tiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi, sehingga diperlukan total biaya yang diperlukan untuk
pelaksanaan proyek. RAB dibuat sebelum proyek tersebut dilaksanakan karena RAB hanya rencana anggaran
perkiraan, bukan rencana anggaran pelaksanaan atau sebenarnya. Perhitungan RAB dilakukan berdasarkan
desain gambar rencana, spesifikasi yang telah ditentukan, upah tenaga kerja, serta harga material yang
dibutuhkan.
Komponen penyusun RAB:
1. Biaya Langsung
a. Kebutuhan Material (Unsur Bahan)
b. Kebutuhan Tenaga Kerja (Unsur Upah)
c. Biaya Peralatan
2. Biaya Tak Langsung
a. Biaya Umum
b. Biaya Proyek
Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja berdasarkan perhitungan
analisis. Harga bahan didapat di pasaran, dikumpulkan dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan
bahan. Upah tenaga kerja didapatkan dilokasi, dikumpulkan dan dicatat dalam suatu daftar yang dinamakan
daftar harga satuan bahan. Harga satuan bahan dan upah tenaga kerja di setiap daerah berbeda-beda. Jadi dalam
menghitung dan menyusun anggaran biaya suatu bangunan/proyek, harus berpedoman pada harga satuan bahan
dan upah tenaga kerja di pasaran dan lokasi pekerjaan.(Ibrahim,H.Bachtiar, 2001).
Analisa harga satuan pekerjaan merupakan nilai biaya material dan upah tenaga kerja untuk
menyelesaikan satu satuan pekerjaan tertentu (Allan Ashworth, 1988),. Baik BOW maupun SNI masing-masing
menetapkan suatu koefisien/indeks pengali untuk material dan upah tenaga kerja per satu satuan pekerjaan.
Harga bahan yang diperoleh di pasaran, dikumpulkan dalam satu daftar yang dinamakan Daftar Harga Bahan.
Setiap bahan atau material mempunyai jenis dan kualitas tersendiri. Hal ini menjadi harga material tersebut
beragam. Analisa harga satuan bahan merupakan proses perkalian antara indeks bahan dan harga bahan,
sehingga diperoleh nilai Harga Satuan Bahan.
Pada bagian awal ini telah dijelaskan bahwa anggaran biaya suatu bangunan atau proyek ialah
menghitung banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah tenaga kerja berdasarkan analisis, serta
biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan atau proyek.
Susunan Estimate Real Of Cost berikut ini dapat dilihat dengan jelas bahwa biaya (anggaran) adalah
jumlah dari masing-masing hasil perkalian volume dengan harga satuan pekerjaan yang bersangkutan. Secara
umum dapat disimpulkan sebagai berikut :
RAB = ∑ (VOLUME x HARGA SATUAN PEKERJAAN)
Penelitian kali ini akan membandingkan biaya pembuatan beton in situ dengan pre cast pada abutmen
sebuah jembatan. Abutmen merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga
sebagai penahan tanah (Khusnidzar A. dan M. Harry F., 2010) Adapun fungsi abutmen ini antara lain :
◦ Sebagai perletakan balok jembatan.
◦ Sebagai perletakan plat injak.
◦ Sebagai penerus gaya-gaya yang bekerja pada struktur atas ke pondasi.
◦ Sebagai penahan tekanan tanah aktif.
Abutmen yang akan diteliti kali ini akan membandingkan dua metode pembetonan yaitu in situ dan pre
cast. Beton konvensional adalah merupakan suatu komponen struktur yang paling utama dalam sebuah
bangunan (Wulfram I. Ervianto, 2006). Suatu struktur kolom dirancang untuk bisa menahan beban aksial tekan.
Beton konvensional dalam pembuatannya direncanakan terlebih dahulu, semua pekerjaan pembetonan dirancang
secara manual dengan merangkai tulangan pada bangunan yang dibuat. Pembetonan memerlukan biaya
bekisting dan biaya upah kerja yang cukup banyak.
Sedangkan pada beton pre cast (pabrikasi) dihasilkan dari proses produksi dimana lokasi
pembuatannya berbeda dengan lokasi dimana elemen struktur akan digunakan. Struktur elemen pre cast
memiliki beberapa keuntungan dibandingkan elemen konvensional (Elly T. dan F. X. Supartono, 2000),antara
lain :
a. Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam pembangunan suatu proyek karena
erat kaitannya dengan biaya proyek. Struktur elemen pra cetak dapat dilaksanakan di pabrik bersamaan
dengan pondasi.
b. Penggunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik merupakan salah satu alasan mengapa
struktur elemen pra cetak lebih ekonomis daripada struktur elemen cast in situ.
c. Variasi untuk permukaan finishing pada beton pra cetak lebih mudah dilaksanakan bersamaan dengan
pembuatan elemen tersebut di pabrik, seperti warna dan model permukaan yang dapat dibentuk sesuai
dengan rancangan.
d. Dengan sistem pra cetak selain cepat dalam segi pelaksanaan juga tidak memerlukan lahan yang terlalu
luas, serta lahan proyek yang lebih bersih karena pembutan beton pra cetak dapat dilakukan di pabrik.

3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian jenis metode deskriptif. Metode deskriptif menurut jenis
masalah yang diselidiki dalam penelitian yang dilakukan adalah termasuk jenis penelitian studi kasus Studi
kasus ini mengambil lokasi penelitian di Proyek Terminal Multi Purpose Dermaga Desa Kuala Tanjung, Jalan
Akses Road Inalum, Kabupaten Batubara, Kecamatan Sei Suka.
Metode pelaksanaan pembuatan abutmen trestile girder pada beton in situ dan pre cast memiliki sedikit
perbedaan dan dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :
1. Pada tahap awal sama-sama dilakukan pemancangan tiang pancang.
2. Berikutnya juga sama-sama dilakukan pemasangan pile cap
3. Kemudian untuk beton in situ langsung melakukan pekerjaan pemasangan bekisting, sedangkan untuk
beton pre cast terlebih dahulu dilakukan pemasangan head stock yaitu berupa cincin penyangga beton
pre cast yang akan diletakkan di atasnya nantinya.
4. Pada beton in situ setelah dilakukan pemasangan bekisting maka dilakukan pembesian, sedangkan pada
beton pre cast terlebih dahulu dilakukan pemasangan beton pre cast yang telah dipesan hanya untuk
abutmen bagian bawah menggunakan tower crane.
Pada beton in situ setelah dilakukan pembesian maka langsung dilakukan pengecoran abutmen,
sedangkan pada abutmen bagian atas beton pre cast dilakukan pembesian dan setelahnya pengecoran seperti
biasa.
Adapun diagram alur penelitian dari penelitian ini digambarkan seperti Gambar.1 dibawah ini.
Diagram Alur Penelitian

MULAI

SURVEY
LAPANGAN

STUDI LITERATUR

PENGUMPULAN
DATA

DATA PRIMER : DATA SEKUNDER :

1. Data observasi 1. Dokumen gambar


waktu pekerjaan kerja
abutmen 2. Data jumlah dan
harga satuan
pekerja
3. Data harga satuan
material

ANALISIS DATA

BETON IN SITU : BETON PRE CAST :

 Perhitungan Biaya  Perhitungan Biaya


 Perhitungan  Perhitungan
Waktu Waktu

KESIMPULAN
DAN SARAN

Gambar 1 : Diagram Alur Penelitian


Analisis Data

Setelah diperoleh data primer dan data sekunder maka pada tahap ini, analisa data dilakukan
berdasarkan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Menghitung volume pekerjaan pembetonan, pada tahap ini volume pekerjaan diperoleh dari data
gambar yang didapat dari lokasi proyek.
2. Menganalisa harga satuan bahan pembetonan in situ dan pre cast, harga satuan bahan merupakan harga
yang harus dibayarkan untuk membeli per satuan jenis bahan bangunan. Harga satuan bahan ini
diperoleh dari lokasi proyek.
3. Menganalisa volume bekisting yang diperlukan untuk pembuatan abutmen berdasarkan gambar yang
diperoleh dari proyek.
4. Menganalisa jumlah tulangan besi yang diperlukan untuk abutmen berdasarkan gambar yang telah
diperoleh dari proyek.
5. Menghitung kembali nilai anggaran biaya pembetonan in situ dan pre cast yang telah diperoleh
berdasarkan metode SNI.
6. Menganalisa rencana anggaran biaya pembetonan in situ dan pre cast dengan tahapan:
 Membuat daftar harga satuan bahan dan daftar harga satuan upah.
 Menghitung harga satuan bahan =

 Menghitung harga satuan upah kerja=

 Harga satuan pekerjaan=

7. Menganalisa waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pembetonan in situ dan pre cast berdasarkan
urutan pekerjaannya.
8. Membandingkan metode pelaksanaan konstruksi pembetonan in situ dan pre cast berdasarkan analisa
biaya dan waktu yang telah dihitung.

4. Hasil Penelitian
Pada penelitian kali ini peneliti meneliti salah satu abutmen trestle girder di Proyek Terminal Multi
Purpose Kuala Tanjung yang dimiliki oleh PT. Prima Multi Terminal dengan nilai total proyek Rp.
2.432.307.167.999,- dan lama waktu pengerjaan sebesar 960 hari.

Analisis Waktu
Analisa waktu pelaksanaan setiap aktivitas pekerjaan dihitung dengan membagi volume pekerjaan
dengan nilai produktivitas pekerja/alat. Kemudian untuk mengetahui durasi pelaksanaan pembetonan secara
keseluruhan menggunakan data yang di dapat dari lapangan dan kemudian dihitung total durasi waktunya.

Analisa Waktu Pembetonan In Situ


Berdasarkan data yang telah diperoleh dari PT.PP (Persero) Tbk., bahwa dalam pekerjaan pembetonan
in situ terdapat 3 macam pekerjaan, kemudian lama waktu pekerjaan dalam 1 hari adalah 7 jam, dengan jumlah
pekerja sebanyak 20 orang. Berikut hasil perhitungan waktu pekerjaan pembetonan abutmen in situ :

A. Pemasangan bekisting dihitung dengan mengetahui bahwa satu pekerja dapat menyelesaikan pekerjaan
bekisting sebanyak 0,73m2/jam. Maka total durasinya adalah volume dibagi hasil kali dari jumlah
pekerja dan produktivitas tenaga kerja. Jadi didapat durasinya 16,31 jam.
B. Pemasangan besi dihitung dengan mengetahui bahwa satu pekerja dapat mengerjakan 54 kg besi per
jam. Maka total durasinya adalah total waktu dimulai dari perakitan awal, pemuatan ke pontoon,
distribusi pontoon dari pantai ke lokasi abutmen, dan terakhir adalah instalasi tulangan besi. Jadi
didapat durasinya 13,52 jam
C. Pekerjaan beton dihitung dengan menjumlahkan waktu mulai dari kedatangan truk mixer, penuangan
ke pontoon, distribusi pontoon dari pantai ke lokasi abutmen, dan terakhir pengecoran beton in situ.Jadi
didapat total durasi13,24.
D. Kemudian keseluruhan waktunya ditotalkan menjadi 43,09 jam atau setara 7 hari. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 : Data Analisa Waktu Abutmen In Situ (Purba, A.S.E., 2017)
Analisa waktu pembetonan in situ dengan 7 jam kerja/hari
A.Pemasangan Bekisting
1 pekerja dapat menyelesaikan 0,73 m2/jam
jumlah pekerja produktivitas volume durasi(Jam)
bekisting dasar 20 0,73 83,25 5,702054795
bekisting dinding 20 0,73 155 10,61643836
TOTAL 16,31849315

B.pekerjaan beton
truck mixer 6m3/15menit penuangan pontoon pengecoran total durasi
produktivitas untuk 134,338 m3 0,041666667 0,002777778 0,020833333 0,033333333
5,597416667 0,373161111 2,798708333 4,477933333 13,2472194

C.Pekerjaan Besi 1 pekerja dapat menyelesaikan 54Kg/jam


perakitan awal pemuatan pontoon instal total durasi
pembesian 13621,03 Kg 12,61206481 0,166666667 0,5 0,25 13,5287315

jam hari
total waktu durasi 43,09444408 6,156349154

Analisa Waktu Pembetonan In Situ


Sama halnya dengan analisa waktu pembetonan pre cast, bahwa dalam pekerjaan pembetonan pre cast
terdapat 3 macam pekerjaan, dengan lama waktu pekerjaan dalam 1 hari adalah 7 jam, dan jumlah pekerja
sebanyak 20 orang. Berikut hasil perhitungan waktu pekerjaan pembetonan abutmen pre cast:

A. Pemasangan bekisting dihitung dengan mengetahui bahwa satu pekerja dapat menyelesaikan pekerjaan
bekisting sebanyak 0,73m2/jam. Maka total durasinya adalah volume dibagi hasil kali dari jumlah
pekerja dan produktivitas tenaga kerja. Jadi didapat durasinya 7,11 jam.
B. Pemasangan besi dihitung dengan mengetahui bahwa satu pekerja dapat mengerjakan 54 kg besi per
jam. Maka total durasinya adalah total waktu dimulai dari perakitan awal, pemuatan ke pontoon,
distribusi pontoon dari pantai ke lokasi abutmen, dan terakhir adalah instalasi tulangan besi. Jadi
didapat durasinya 12,85 jam.
C. Pekerjaan beton dihitung dengan menjumlahkan waktu mulai dari kedatangan truk mixer, penuangan
ke pontoon, distribusi pontoon dari pantai ke lokasi abutmen, dan terakhir pengecoran beton pre cast.
Jadi didapat durasinya 10,65 jam.
D. Kemudian keseluruhan waktunya ditotalkan menjadi 30,61jam atau setara 5 hari. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 : Data Analisa Waktu Abutmen Pre Cast (Purba, A.S.E., 2017)
Analisa waktu pembetonan pre cast dengan 7 jam kerja/hari
A.Pemasangan Bekisting
1 pekerja dapat menyelesaikan 0,73 m2/jam
jumlah pekerja produktivitas volume durasi(Jam)
bekisting tengah 20 0,73 58,785 4,026369863
bekisting dinding 20 0,73 45,058 3,086164384
TOTAL 7,112534247

B.pekerjaan beton
truck mixer 6m3/15menit penuangan pontoon pengecoran total durasi
produktivitas untuk 131,356 m3 0,041666667 0,002777778 0,020833333 0,016666667
5,416666667 0,361111111 2,708333333 2,166666667 10,6527778

C.Pekerjaan Besi 1 pekerja dapat menyelesaikan 54Kg/jam


perakitan awal pemuatan pontoon instal total durasi
pembesian 12882,39 Kg 11,92813889 0,166666667 0,5 0,25 12,8448056

jam hari
total waktu durasi 30,61011758 4,37287394
Analisa Biaya
Perhitungan harga satuan abutmen beton in situ dan pre cast dianalisa berdasarkan data yang telah
diperoleh dari sketsa gambar dan data harga upah, bahan dan peralatan kemudian menghitung volume abutmen,
juga jumlah bekisting dan tulangan besi yang digunakan.

Analisa Biaya Pembetonan In Situ


Berikut hasil perhitungan biaya pekerjaan pembetonan abutmen in situ :

A. Menghitung volume abutmen untuk metode pelaksanaan beton In situ berdasarkan desain gambar. Jadi
didapat hasil volume sebesar 134, 338 m3.
B. Menghitung volume bekisting abutmen untuk metode pelaksanaan beton In situ berdasarkan desain
gambar. Didapat hasil kebutuhan bekisting abutmen sebesar 83,25 m2 untuk bekisting dasar dan 155
m2 untuk bekisting dinding.
C. Menghitung jumlah tulangan pembesian abutmen untuk metode pelaksanaan beton In situ berdasarkan
data besi beton yang dibutuhkan.
D. Kemudian berdasarkan data yang telah diketahui maka dapat dihitung biaya untuk metode pelaksanaan
in situ berdasarkan harga satuan bahan dan upah yang telah diketahui yaitu sebesar Rp. 807.867.549,-.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 : Data Analisa Biaya Abutmen In Situ (Purba, A.S.E., 2017)
waktu pelaksanaan 7 hari
no uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah
1 Pekerjaan pembetonan K-450 134,338 m3 1.898.658,000 255.061.918,404
2 Pekerjaan bekisting -
a.pekerjaan bekisting dasar 83,25 m2 928.799,000 77.322.516,750
b.pekeraan bekisting dinding 155 m2 501.317,000 77.738.725,873
3 Pekerjaan pembesian -
a.besi beton P1 984,144843 kg 8.500,000 8.365.231,166
b.besi beton P1A 538,58673 kg 8.500,000 4.577.987,205
c.besi beton P2 587,54916 kg 8.500,000 4.994.167,860
d.besi beton P3 997,854323 kg 8.500,000 8.481.761,749
e.besi beton P4 474,786995 kg 8.500,000 4.035.689,453
f.besi beton P5 2301,41226 kg 8.500,000 19.562.004,169
g.besi beton P6 768,91113 kg 8.500,000 6.535.744,605
h.besi beton P7 331,527807 kg 8.500,000 2.817.986,360
i.besi beton P7A 331,527807 kg 8.500,000 2.817.986,360
j.besi beton P8 220,330935 kg 8.500,000 1.872.812,948
k.besi beton P9 79,3082862 kg 8.500,000 674.120,433
l.besi beton P9A 39,6541431 kg 8.500,000 337.060,216
m.besi beton P10 39,6541431 kg 8.500,000 337.060,216
n.besi beton P11 218,097787 kg 8.500,000 1.853.831,190
o.besi beton P12 1638,01584 kg 8.500,000 13.923.134,640
p.besi beton P13 1732,20175 kg 8.500,000 14.723.714,882
q.besi beton P14 175,658112 kg 8.500,000 1.493.093,952
r.besi beton P15 179,725163 kg 8.500,000 1.527.663,881
r.besi beton P16 178,443644 kg 8.500,000 1.516.770,974
s.besi beton P17 146,38176 kg 8.500,000 1.244.244,960
t.besi beton P18 819,73428 kg 8.500,000 6.967.741,383
u.besi beton P19 691,142861 kg 8.500,000 5.874.714,317
v.besi beton P20 146,38176 kg 8.500,000 1.244.244,960
4 Peralatan -
a.crawler crane 65T 49 jam 1.129.615,000 55.351.135,000
b.crawler crane 40T 49 jam 742.870,000 36.400.630,000
c.pontoon 120ft=winch 56 jam 2.162.401,000 121.094.456,000
d.concrete bucket 49 jam 44.361,000 2.173.689,000
e.anchor boat 56 jam 835.161,000 46.769.016,000
f.concrete vibrator 56 jam 29.037,000 1.626.072,000
5 Upah Pekerja -
a.pekerja 20 OH 110.750,000 15.505.000,000
b.mandor 1 OH 166.125,000 1.162.875,000
c.pembantu operator 2 OH 134.482,000 1.882.748,000
TOTAL 807.867.549,904
Analisa Biaya Pembeton Pre Cast
Pekerjaan pembetonan abutmen Pre cast dilakukan dengan meletakkan beton pre cast yang telah
dirancang terlebih dahulu di atas tiang pancang yang telah dipasangi head stock, kemudian melakukan
pengecoran membentuk abutmen rencana di atas beton pre cast.

Berikut hasil perhitungan biaya pekerjaan pembetonan abutmen pre cast :

A. Menghitung volume abutmen untuk metode pelaksanaan beton pre cast berdasarkan desain gambar.
Jadi didapati hasil volume abutmen sebesar 131,356 m3.
B. Menghitung volume bekisting abutmen untuk metode pelaksanaan beton pre cast yang digolongkan
menjadi bekisting tengah dan bekisting samping berdasarkan desain gambar. Didapat hasil kebutuhan
bekisting abutmen sebesar 58,75 m2 untuk bekisting tengah dan 45 m2 untuk bekisting dinding.
C. Menghitung jumlah tulangan pembesian abutmen untuk metode pelaksanaan beton pre cast berdasarkan
data besi yang dibutuhkan.
D. Kemudian berdasarkan data yang telah diketahui maka dapat dihitung biaya untuk metode pelaksanaan
pembetonan pre cast yang dibutuhkan berdasarkan harga satuan bahan dan upah yang telah diketahui
yaitu sebesar Rp. 612.345.189,- . Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 : Data Analisa Biaya Abutmen Pre Cast (Purba, A.S.E., 2017)
waktu pelaksanaan 5 hari
no uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah
1 Pekerjaan pembetonan K-450 131,356 m3 1.898.658,000 249.400.120,248
2 Pekerjaan bekisting -
a.pekerjaan bekisting tengah 58,75 m2 501.317,000 29.452.373,750
b.pekeraan bekisting dinding 45 m2 501.317,000 22.588.341,386
3 A.Pekerjaan pembesian beton pre cast -
a.besi beton P1 619,8643638 kg 8.500,000 5.268.847,092
b.besi beton P1A 82,791018 kg 8.500,000 703.723,653
c.besi beton P2 292,439241 kg 8.500,000 2.485.733,549
d.besi beton P2a 341,846784 kg 8.500,000 2.905.697,664
e.besi beton P2b 467,1015822 kg 8.500,000 3.970.363,449
f.besi beton P2c 455,350599 kg 8.500,000 3.870.480,092
g.besi beton P3 121,070736 kg 8.500,000 1.029.101,256
h.besi beton P3a 141,545934 kg 8.500,000 1.203.140,439
i.besi beton P4 454,26186 kg 8.500,000 3.861.225,810
j.besi beton P5 377,900937 kg 8.500,000 3.212.157,965
k.besi beton P5c 1528,295486 kg 8.500,000 12.990.511,627
l.besi beton P6 525,11004 kg 8.500,000 4.463.435,340
m.besi beton P6c 131,27751 kg 8.500,000 1.115.858,835
n.besi beton P7 266,72256 kg 8.500,000 2.267.141,760
o.besi beton P7A 266,72256 kg 8.500,000 2.267.141,760
p.besi beton P9 48,9269196 kg 8.500,000 415.878,817
q.besi beton P9A 37,7579124 kg 8.500,000 320.942,255
r.besi beton P12 997,44768 kg 8.500,000 8.478.305,280
s.besi beton P13 1441,721007 kg 8.500,000 12.254.628,560
B.Pekerjaan pembesian beton in situ
a.besi beton P1A 372,559581 kg 8.500,000 3.166.756,439
b.besi beton P4 79,4958255 kg 8.500,000 675.714,517
c.besi beton P5 327,5141454 kg 8.500,000 2.783.870,236
d.besi beton P6 25,00524 kg 8.500,000 212.544,540
e.besi beton P6a 87,51834 kg 8.500,000 743.905,890
f.besi beton P7 41,6754 kg 8.500,000 354.240,900
g.besi beton P7A 41,6754 kg 8.500,000 354.240,900
h.besi beton P8 220,330935 kg 8.500,000 1.872.812,948
i.besi beton P10 39,6541431 kg 8.500,000 337.060,216
j.besi beton P11 218,0977871 kg 8.500,000 1.853.831,190
k.besi beton P12 164,13696 kg 8.500,000 1.395.164,160
l.besi beton P13 237,245229 kg 8.500,000 2.016.584,447
m.besi beton P14 175,658112 kg 8.500,000 1.493.093,952
n.besi beton P15 179,7251625 kg 8.500,000 1.527.663,881
o.besi beton P16 270,3051648 kg 8.500,000 2.297.593,901
p.besi beton P17 146,38176 kg 8.500,000 1.244.244,960
q.besi beton P18 819,7342803 kg 8.500,000 6.967.741,383
r.besi beton P19 691,1428608 kg 8.500,000 5.874.714,317
s.besi beton P20 146,38176 kg 8.500,000 1.244.244,960
4 peralatan
a.crawler crane 65T 35 jam 1.129.615,000 39.536.525,000
b.crawler crane 40T 35 jam 742.870,000 26.000.450,000
c.pontoon 120ft=winch 40 jam 2.162.401,000 86.496.040,000
d.concrete bucket 35 jam 44.361,000 1.552.635,000
e.anchor boat 40 jam 835.161,000 33.406.440,000
f.concrete vibrator 40 jam 29.037,000 1.161.480,000
5 upah pekerja
a.pekerja 20 OH 110.750,000 11.075.000,000
b.mandor 1 OH 166.125,000 830.625,000
c.pembantu operator 2 OH 134.482,000 1.344.820,000
TOTAL 612.345.189,320
5. Kesimpulan Dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dari dua metode pelaksanaan pembetonan pada salah satu abutmen yang
telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Metode pelaksanaan in situ membutuhkan waktu pelaksanaan 7 hari dengan biaya sebesar
Rp.807.867.550,-. Sedangkan metode pelaksanaan pre cast membutuhkan waktu pelaksanaan 5 hari dengan
biaya sebesar Rp.612.345.190,-
b. Metode pelaksanaan pre cast pada abutmen lebih praktis dan efisien dari pada metode pelaksanaan in
situ, karena pembetonan pre cast jauh lebih murah dan lebih cepat daripada pembetonan in situ dengan
perbedaan harga Rp.195.552.360,- yaitu sekitar 24 % dan selisih waktu 2 hari atau sekitar 28,57 %.
Berdasarkan hasil penelitian dari dua metode pelaksanaan pembetonan pada abutmen yang telah
dilakukan, diusulkan beberapa saran sebagai berikut :
a. Pemilihan metode pelaksanaan pembetonan yang menguntungkan bergantung pada situasi dan kondisi
proyek yang akan dikerjakan.
b. Pelaksanaan pembetonan pada abutmen jembatan, lebih menguntungkan dengan menggunakan metode
pelaksanaan pre cast karena pelaksanaannya lebih cepat dan murah.
c. Pelaksanaan metode pre cast lebih menguntungkan untuk dilaksanakan tetapi juga membutuhkan
ketelitian dan keahlian dalam proses pembuatan hinggan pemasangannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ashworth, Allan. 1988. Perencanaan Biaya Bangunan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum.

Elly T. dan F.X. Supartono. 2000. Kecenderungan Industri Konstruksi Indonesia Masa Depan Dengan
Pengembangan Sistem Elemen Pracetak. Jakarta.

Fani, F., dkk. 2012. Analisa Perbandingan Metode Pelaksanaan Cast In situ dengan Pra Cetak Terhadap
Biaya dan Waktu pada Proyek Dian Regency Apartemen. Vol1. No.1 (1-6), 2012.

George R.terry dan Leslie W.Rue. 2010. Dasar-Dasar Manajamen. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahim H. B.2001. Rencana dan Estimate Real of Cost. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Khusnidzar A. dan M.Harry F. 2010. Tugas Akhir Program Analisa Kestabilan Abutment.Semarang.

Najoan, H.C., dkk. 2016. Analisis Metode Pelaksanaan Pelat Precast dan Pelat Konvensional Ditinjau dari
Waktu dan Biaya (Studi Kasus: Markas Komando dan Daerah Militer Manado). Vol.4 No. 5 (319-327),
Mei 2016.

Purba, A.S.E. 2017. Analisis Perbandingan Biaya dan Waktu Metode Pelaksanaan Beton In Situ dengan Pre
Cast (Studi Kasus : Pekerjaan Abutmen Trestle Girder Proyek Terminal Multi Purpose Dermaga Kuala
Tanjung). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Purwaningsih, I. dkk.2014. Perbandingan Biaya dan Waktu pada Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Dengan
Beton Konvensional dan Fly Slab (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Gedung Politeknik madiun). Vol.
3 No. 4 (850-860), 2014.

Soeharto, Imam. 1999. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta: Erlangga.

Wulfram, I. Ervianto. 2006. Eksplorasi Konstruksi Dalam Proyek Konstuksi. Yogyakarta : Andi Offset.

You might also like