Professional Documents
Culture Documents
Tinjauan Yuridis Upaya Hukum
Tinjauan Yuridis Upaya Hukum
Abstract
42
Yurisprudentia Volume 1 Nomor 1 Juni 2015
43
Tinjauan Yuridis|Putra Halomoan Hsb
44
Yurisprudentia Volume 1 Nomor 1 Juni 2015
45
Tinjauan Yuridis|Putra Halomoan Hsb
46
Yurisprudentia Volume 1 Nomor 1 Juni 2015
memori kasai (pasal 47 ayat (3) UU Gugatan contentiosa adalah gugatan yang
No. 14/1985) mengandung sengketa antara dua pihak
g. Setelah menerima memori dan kontra atau lebih. Proses penyelesaian sengketa
memori kasasi dalam jangka waktu dalam gugatan contentiosa terjadi dengan
30 hari Panitera Pengadilan Negeri proses saling menyangga dalam bentuk
harus mengirimkan semua berkas gugatan, jawaban, replik, duplik.
kepada Mahkamah Agung (pasal 48 Sehingga gugatan jenis ini disebut juga
ayat (1) UU No. 14/1985) op tegenspraak yaitu proses peradilan
saling sanggah menyangga.
6. PROROGASI Berbeda halnya dnegan gugatan
1. Sengketa Hak/ Gugatan volunteir adalah permasalahan yang
Contentiosa sebagai Jenis diajukan oleh pihak tersebut tidak
Gugatan dengan cara Prorogasi mengandung suatu sengketa, namun
Pasal 2 ayat 1 Undang-undang hanya permintaan untuk penetapan hak
Nomor 14 Tahun 1970 sebagaimana telah oleh hakim di pengadilan, dan tidak ada
diubah dengan Undang-Undang Nomor pihak tergugat atau lawan yang berperan
35 Tahun 1999 kemudian diubah menjadi untuk menyangga gugatan yang diajukan.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004. Terlepas dari pendapat para pakar
Sekarang diatur dalam Undang-Undang yang mengemukakan, bahwa gugatan
Nomor 48 Tahun 2009. Tugas dan contentiosa ada yang menyebutnya
kewenangan badan peradilan dibidang sebagai ggugatan perdata, dan ada yang
perdata adalah menerima, memeriksa, menyebutnya sebagai gugatan saja. Lebih
dan mengadili serta menyelesaikan praktis untuk mengatakan bahwa istilah
sengketa diantara para pihak yang gugatan contentiosa (mengandung
berperkara. sengket hak) disebut sebagai gugatan
Wewenang mengadili suatu perkara saja. Bukankah dalam kebiasaaan
disebut sebagai yurisdiksi atau sering pembuatan surat gugatan lebih sering
juga disebut dalam praktik adalah juga digunakan kata “gugatan” pada
kompetensi peradilan. Sedangkan kepala surat gugatan itu. Apalagi gugatan
gugatannya berbentuk gugatan contetiosa yang dinyatakan sebagai gugatan
atau disebut juga contentious. volunteir dalam kebiasaan praktik disebut
Dalam menangani perkara sebagai permohonan saja. Jadi tidak ada
sebagaimana yang dimaksud dalam alasan yang jelas dan pasti kalau istilah
undang-undang tersebut (UUPKK) pada gugatan perdata yang mau digunakan,
dasaranya perkara yang ditangani dibagi karena istilah volunteir sudah direduksi
dua. Pengadilan menangani gugatan dengan istilah permohonan.
contentiosa dan gugatan volunteir.
47
Tinjauan Yuridis|Putra Halomoan Hsb
48
Yurisprudentia Volume 1 Nomor 1 Juni 2015
dalam daerah Republik Indonesia dahulu Tahun 2009 yang mana sebelumnya
meliputi:5 terjadi perubahan UU No. 8 Tahun 2004.
a. Untuk pemeriksaan ulang atau PT sebagai Peradilan Tingkat Banding
banding perkara perdata buat dilimpahi beberapa kekuasaan, yaitu:
Pengadilan Tinggi di Jawa dan a. Berwenang mengadili perkara di
Madura adalah Undang-undang tingkat banding.
Nomor 20 Tahun 1974. b. Bertugas dan berwenang memutus
b. Untuk pemeriksaan ulang atau sengketa kewenangan mengadili.
banding perkara perdata buat c. Dapat memberi keterangan,
Pengadilan Tinggi di luar Jawa dan pertimbangan dan nasihat hukum.
Madura adalah RBg. d. Melakukan pengawasan atas
c. Dari ketentuan tersebut pada pelaksaan tugas dan tingkah laku
dasarnya Pengadilan Tinggi hakim, panitera, sekretaris, dan juru
diberikan fungsi untuk mengadili sita.
perkara yang telah diputus oleh Pengadilan Tinggi yang
Pengadilan Negeri, dengan berkedudukan di ibukota Provinsi
memeriksa fakta-fakta yang telah tersebut sebagaimana ditegaskan dalam
diungkap oleh hakim di PN. Oleh Pasal 4 Undang-undang Nomor 49
karena itu sering disebut PT Tahun 2009. Oleh kemudian penulis
sebagai peradilan ulangan. Yang menambahkan satu tugas dan
mana putusannya dari Pengadilan kewenangan baru. Sebagai lembaga yang
Tinggi dapat menguatkan putusan harus mengadili perkara perdata melalui
PN, memperbaiki putusan PN dan mekanisme prorogasi. Perkara yang
membatalkan putusan PN. dapat ditangani adalah perkara yang
Selain itu tugas dan kewenangan dapat ditaksir objek perkaranya senilai
Pengadilan tinggi dapat ditemukan dalam Rp. 100 milyar ke bawah.
kententuan UU No.2 Tahun 1986 Dengan memberi salah satu tugas
sebagaimana diubah dengan UU No. 8 dan kewenngan baru ke PT ini. Berarti
Tahun 2004 dan terjadi lagi perubahan PT lagi-lagi tidak hanya menjadi sebagai
kedua yaitu UU No. 49 Tahun 2009 Pengadilan yang berfungsi sebagai
tentang Peradilan Umum. penyambung pipa saja, kemudian perkara
Kekuasaan PT secara umum diatur perdata selanjutnya dikasasi lagi ke MA.
dalam BAB III UU No. 2 Tahun 1986
3. Peninjauan Kembali sebagai
sebagaimana diubah dengan UU No. 49
Upaya Hukum bagi Pihak Yang
Kalah Dalam Peradilan
5
Supomo, Hukum Acara Perdata Prorogasi
Pengadilan Negeri, (Jakarta, Pradnjaparamita,
1967) hal 39.
49
Tinjauan Yuridis|Putra Halomoan Hsb
50
Yurisprudentia Volume 1 Nomor 1 Juni 2015
51
Tinjauan Yuridis|Putra Halomoan Hsb
52
Yurisprudentia Volume 1 Nomor 1 Juni 2015
Daftar Kepustakaan
53