Professional Documents
Culture Documents
Halaman Cover
Oleh :
Atika Sari Khairunnisa’ (0517040011)
1 Halaman Cover
i
2 Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. iv
ii
2.4.5 Pengaplikasian Detektor ........... Error! Bookmark not defined.
iii
3 Daftar Gambar
iv
4 Daftar Tabel
v
1 BAB I
PENDAHULUAN
iv
mengestimasikan waktu yang diperlukan untuk meneylamatkan diri dengan
mempertimbangkan berbagai aspek sejauh rute yang ditempuh seseorang dari
dalam gedung untuk menyelamatkan diri.
1.3 Tujuan
Tujuan dalam laporan penugasan SPPK (Emergency Response Plan)
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara menghitung kebutuhan waktu penyelamatan diri
dalam gedung kuliah jurusan arsitektur ITS menurut SFPE edisi
2015 dan NFPA 101A.
2. Mengetahui kebutuhan waktu penyelamatan menggunakan
perhitungan dengan standar SFPE edisi 2015 dan NFPA 101A dan
penggambaran jalur evakuasi untuk gedung kuliah jurusan
arsitektur ITS.
3. Mengetahui cara melektakkan tanda jalur evakuasi dalam gedung
kuliah jurusan arsitektur ITS.
1.4 Manfaat
v
Manfaat dalam laporan penugasan Sistem Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran (Emergency Response Plan) adalah :
1. Mampu menghitung kebutuhan waktu penyelamatan diri dalam
gedung kuliah jurusan arsitektur ITS menurut SFPE edisi 2015 dan
NFPA 101A.
2. Mampu menghitung kebutuhan waktu penyelamatan menggunakan
perhitungan dengan standar SFPE edisi 2015 dan NFPA 101A dan
penggambaran jalur evakuasi untuk gedung kuliah jurusan
arsitektur ITS.
3. Mampu melektakkan tanda jalur evakuasi dalam gedung kuliah
jurusan arsitektur ITS.
1.5 Ruang Lingkup
Pada laporan perancangan Emergency Response Plan, hanya dilakukan
suatu perancangan berdasarkan perhitungan yang mengacu pada aturan standar
yang berlaku. Apabila terjadi perbedaan antara hasil perhitungan dengan denah
gambar yang digunakan tidak dilakukan perubahan gambar pada denah
tersebut. Semua yang dikerjakan pada laporan ini semata-mata adalah untuk
lebih memahami dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari pada
perkuliahan sebelumnya.
vi
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gedung
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di
atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat
manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial dan budaya, maupun kegiatan
khusus [1]. Menurut Peraturan Daerah DKI No. 7 tahun 2010 tentang
Bangunan Gedung memiliki fungsi banguna gedung yaitu :
1. Fungsi hunian
Mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal manusia yang
meliputi:
a Rumah tinggal tunggal
b Rumah tinggal deret
c Rumah tinggal susun
d Rumah tinggal sementara.
2. Fungsi keagamaan
Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan ibadah yang
meliputi:
a Bangunan masjid termasuk mushola
b Bangunan gereja termasuk kapel
c Bangunan pura
d Bangunan vihara
e Bangunan kelenteng.
3. Fungsi usaha
Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan
usaha yang meliputi:
a Bangunan gedung perkantoran
b Bangunan gedung perdagangan
c Bangunan gedung perindustrian
vii
d Bangunan gedung perhotelan
e Bangunan gedung wisata dan rekreasi
f Bangunan gedung terminal
g Bangunan gedung tempat penyimpanan.
4. Fungsi sosial dan budaya
Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan
sosial dan budaya yang meliputi bangunan gedung:
a Pelayanan pendidikan
b Pelayanan kesehatan
c Kebudayaan
d Laboratorium
e Pelayanan umum.
5. Fungsi khusus
Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan yang
mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi tingkat nasional atau yang
penyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat di sekitarnya
dan/atau mempunyai risiko bahaya tinggi yang meliputi:
a Bangunan gedung untuk reaktor nuklir
b Instalasi pertahanan dan keamanan.
viii
2.2 Teori Api
2.2.1 Teori segitiga api
Api didefinisikan sebagai suatu peristiwa atau reaksi kimia yang
diikuti oleh pengeluaran asap, panas, nyala, dan gas-gas lainnya. Api juga
dapat diartikan sebagai hasil dari reaksi pembakaran yang cepat. Suatu
kebakaran dapat terjadi karena adanya tiga unsur yaitu bahan bakar (fuel),
oksigen dan sumber panas (ignisi). Panas sangat penting untuk nyala api
tetapi jika api telah timbul dengan sendirinya maka menimbulkan panas
untuk tetap menyala [2].
ix
Gambar 2.2 Teori tetrahedron api
[4]
x
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak
lebih dari 2,5 m, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas
sedang sehingga menjalar api sedang.
Contoh: Pabrik mobil, pabrik roti, pabrik minuman, pengalengan,
pabrik elektronika.
c. Sedang Kelompok 2
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak
lebih dari 4 m, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas
sedang sehingga menjalar api sedang.
Contoh: Pabrik tekstil, pabrik tembakau, penggilingan padi,
gudang pendinginan, gudang perpustakaan, pabrik perakitan
kendaraan bermotor.
d. Sedang Kelompok 3
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
tinggi, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi,
sehingga api menjalar cepat.
Contoh: Pabrik ban, bengkel mobil dan motor, pabrik makanan
dari bahan tepung, pabrik plastik
e. Berat
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
tinggi, penyimpanan cairan yang mudah terbakar, serat atau bahan
lain yang apabila terbakar apinya cepat menjadi besar dengan
melepaskan panas tinggi sehingga menjalarnya api menjadi cepat.
Contoh: Pabrik cat, pabrik kembang api, penyulingan minyak
bumi, pabrik bahan kimia yang mudah terbakar.
xi
yang cenderung membahayakan bagi manusia, merusak peralatan dan harta
benda dan merusak lingkungan.
Fire emergency response plan merupakan suatu rencana yang
dilakukan untuk mengurangi dampak bencana kebakaran terhadap manusia,
serta sebagai upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana kebakaran.
Tanggap darurat penghuni suatu ruangan dalam gedung adalah panik
dan berusaha menyelamatkan diri sendiri, keluarga, teman, atau barang-
barang yang berharga lainnya. Ada 3 tipe penyelamatan diri yang dapat
digunakan untuk melarikan diri dari bahaya kebakaran, yaitu:
1. Langsung menuju tempat terbuka.
2. Melalui koridor atau gang.
3. Melalui trowongan atau tangga kedap asap/api.
xii
Wide concourses, passageways 18 46
Door, archways 6 15
S = 𝑘 – 𝑎𝑘𝐷
Dimana :
S = kecepatan melalui jalur
D = density atau kepadatan dalam orang di setiap unit area
K = konstanta sesuai Tabel 2.2 ; dengan :
K1; a = 2,86 untuk kecepatan dalam ft/min dan density dalam
person/ft2.
K2; a = 0,266 untuk kecepatan dalam ft/min dan density dalam
person/ft2.
Pada Tabel 2.2 di bawah ini, menampilkan konstanta dari
masing- masing jenis halangan.
xiii
6.5 12 229 1.16
𝐹𝑠 = 𝑆 𝑥 𝐷
Dimana :
Fs = spesific Flow of Person.
S = kecepatan saat melalui jalur.
D = density atau kepadatan dalam orang di setiap unit area.
xiv
maksimum.
Maximum spesific flow
Person/min/ft Person/min/ft
of Effective of Effective
width width
Coridor, aisle, ramp, doorway stairs 24 1.30
6.5 12 20 1.09
xv
𝑁
𝑇𝑝 =
𝐹𝑐
Dimana :
Tp = waktu melintas
N = jumlah aktual orang (N)
Fc = calculated flow
xvi
Use ft2 m2
(per person) (per person)
Asssembly use
Concentrated use, without fixed 7 net 0.65 net
Seating
Less concentrated use, without fixed 15 net 1.4 net
Seating
Bench-type seating 1 person/ 18 1 person/
linear in 45.7 linear
cm
Fixed seating Number of fixed Number of
Seats fixed seats
See 12.1.7.2 See 12.1.7.2
Waiting spaces and 13.1.7.2. and 13.1.7.2.
Kitchens 100 9.3
Library stack areas 100 9.3
Library reading rooms 50 net 4.6 net
xvii
Shops, laboratories, 50 net 4.6 net
vocational rooms
Day-Care Use 35 net 3.3 net
Health Care Use
Inpatient treatment Departments 240 22.3
Sleeping departments 120 11.1
Detention and Correctional 120 11.1
Use
Residential Use
200 18.6
Hotels and dormitories
Apartment buildings 200 18.6
Board and care, large 200 18.6
Industrial Use
𝑁
𝑈=
40𝑇
Dimana : T = waktu dalam menit
xviii
- Resiko kebakaran tinggi : 2 menit
2.2 Banyaknya tempat keluar (E)
Apabila ingin mendapatkan nilai E, maka diperoleh
dengan Persamaan:
𝑈
𝐸= +1
4
2.3 Dimensi pintu darurat (Exit)
Perhitungan dimensi pintu darurat meliputi perhitungan
Perhitungan dimensi pintu darurat meliputi perhitungan lebar
dan tinggi pintu darurat. Dari perhitungan unit LTK dapat
diketahui lebar tiap unit exit, dengan cara membagi LTK dengan
jumlah exit. Pada Gambar 2.4 menampilkan bagian-bagian
yang terdapat pintu darurat. Ketentuan tiap satuan unit exit
ditetapkan sebagai berikut:
xix
yang langsung berhubungan dengan jalan umum. Pada Gambar 2.5
merupakan contoh peletakan tangga darurat di area gedung.
xx
2.3.5 Prosedur tanggap darurat
Menurut Mahardhini (2010) dalam Putri, Adianto, dan Mades
(2018), Tanggap darurat (emergency response) dalam setiap
organisasi dan institusi merupakan bagian dari salah satu fungsi
manajemen yaitu perencanaan (planning) atau rancangan. Oleh
karenanya, setiap dan institusi harus mempersiapkan
rencana/rancangan untuk menghadapi keadaan darurat berikut
prosedur-prosedurnya, dan semua ini harus disesuaikan dengan
kebutuhan-kebutuhan organisasi dan institusi secara menyeluruh.
xxi
xxii
3 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Langkah Kerja
Mulai
Data Bangunan :
Mengumpulkan
1. Layout Bangunan
Data
2. Dimensi Bangunan
Identifikasi
Bahaya
Menentukan
Standar
Menghitung
Waktu Evakuasi
Menghitung
Kecepatan
Perpindahan
Individual
Menghitung
Spesific Flow of
Person
Menghitung Lebar
Efektif
TIDAK
Menghitung Flow
of Person
Menghitung Time
of Passage
Apakah Sudah
Sesuai Dengan
Standar
YA
xxiii
A
Melakukan
Rekomendasi
Menentukan
Kesimpulan dan
Saran
Selesai
xxiv
Menentukan standar yang akan digunakan yaitu Iranian Petroleum
Standards. Selanjutnya, menentukan jenis Detektor disesuaikan dengan
bahaya apa yang ada pada lantai tersebut.
1. Menghitung jumlah Detektor berdasarkan standar Iranian
Petroleum Standards.
2. Menentukan penempatan letak Detektor pada denah berdasarkan
standar Iranian Petroleum Standards.
3. Melakukan rekomendasi kepada pihak pengurus jurusan Arsitek
ITS untuk memasang Detektor sesuai dengan perhitungan yang
telah didapatkan.
4. Menentukan kesimpulan dan saran yang dapat diambil dari analisa.
3.6 Perbandingan dengan Standar
Setelah menghitung jumlah Detektor yang diperlukan maka kami
membandingkan antara data di AutoCAD dengan standar Iranian Petroleum
Standards. Jika belum sesuai, dapat mengulangi ke sub bab 3.5. Jika sudah
sesuai standar, dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu melakukan
rekomendasi.
3.7 Rekomendasi
Memberikan rekomendasi yang tepat sesuai dengan standar Iranian
Petroleum Standards.
3.8 Kesimpulan dan Saran
Langkah terakhir menentukan kesimpulan dan saran. Kesimpulan
untuk menjawab rumusan masalah dan diberikan saran agar penyusunan
laporan kedepannya menjadi lebih baik.
xxv
5 DAFTAR PUSTAKA
[1] P. DKI, “Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor
7 Tahun 2010 Tentang Bangunan Gedung,” 2010.
[2] Kelvin, P. E. Yuliana, and S. Rahayu, “Pemetaan Lokasi Kebakaran
Berdasarkan Prinsip Segitiga Api Pada Industri Textile,” Semin. Nas.
"Inovasi dalam Desain dan Teknol., vol. 5, pp. 36–43, 2015.
[3] Anonim, “Teori segitiga api dan awal mula api.” .
[4] Anonim, “Teori dasar api.” .
[5] Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, “PER.04/MEN/1980 Syarat-
Syarat Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan,” no. 04,
pp. 1–10, 1980.
[6] KEMENAKER, “keputusan menteri tenaga kerja
No:KEP.186/MEN/1999,” Keputusan Pres. R.I. Nomor Pembentukan Kab.
Reformasi Pembang., vol. 1, no. 4, pp. 1–15, 1999.
[7] “Per.02/men/1983,” pp. 1–25, 1983.
[8] BSN, “SNI 03-3985-2000, Tata cara perencanaan, pemasangan dan
pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung,” pp. 1–83, 2000.
[9] Anonim, “Detektor Panas.” [Online]. Available:
https://www.indotrading.com/product/detektor-panas-horing-p413768.aspx.
[10] Anonim, “Detektor Asap.” [Online]. Available:
https://tokokomputer007.com/alat-pendeteksi-asap-dilengkapi-dengan-
alarm-menjaga-keamanan-rumah-anda/.
[11] Anonim, “Detektor Api.” [Online]. Available:
https://id.aliexpress.com/item/32833742581.html.
[12] Anonim, “Detektor Gas.” [Online]. Available:
https://moedah.com/detektor-gas/.
[13] T. Standard and I. Ministry, “Engineering Standard for Automatic
Detectors and Fire Alarm Systems Original Edition,” vol. 1998, no. 1,
1998.
xxvi