Professional Documents
Culture Documents
JEL Classification A B S T R A C T
G10
F62 This paper aims to analyze return on equity , debt to equity ratio, price
earning ratio , asset growth, and inflation on stock return on Property and Real
Keywords : Estate companies. Sample collection techniques in this study is purposive sampling
return on equity, to produce 25 samples property and real estate companies. The data required in
debt to equity ratio , this study were obtained from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD ,
price earning ratio, Indonesia Stock Exchange ( IDX ) and Bank Indonesia (BI). Data analysis method
asset growth, inflation, used is multiple linear regression using SPSS . The study concluded that simulta-
and stock return. neous return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio, asset growth, and
inflation significant effect on stock return. While the partial test results show return
on equity, price earning ratio, and inflation significant effect on stock return and
debt to equity ratio and assets growth does not significantly affect the stock return
.The results of this study indicate that the return on equity, price earning ratio, and
inflation are used by investors to predict the stock return of property and real estate
company listed on the Indonesia Stock Exchange 2007-2012 period.
A B S T R A K
1. Pendahuluan makro.
Investor yang akan melakukan investasi
Bisnis property dan real estate adalah
dengan membeli saham di pasar modal akan
bisnis yang dikenal memiliki karakteristik
menganalisis kondisi perusahaan terlebih
cepat berubah (volatile), persaingan yang ketat,
dahulu agar investasi yang dilakukannya dapat
persisten,dan kompleks. Kenaikan harga properti
memberikan keuntungan (return). Memperoleh
disebabkan karena harga tanah yang cenderung
return (keuntungan) merupakan tujuan utama
naik, dan supply tanah bersifat tetap sedangkan
dari aktivitas perdagangan para investor di
demand nya akan selalu bertambah besar
pasar modal. Para investor menggunakan
seiring dengan pertambahan jumlah penduduk
berbagai cara untuk memperoleh return yang
serta bertambahnya kebutuhan manusia akan
diharapkan, baik melalui analisis sendiri terhadap
tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan,
perilaku perdagangan saham, maupun dengan
taman hiburan dan lain-lain. Sudah selayaknya
memanfaatkan sarana yang diberikan oleh para
apabila perusahaan pengembang mendapatkan
analisis pasar modal, seperti broker, dealer dan
keuntungan yang besar dari kenaikan harga
manajer investasi. Pola perilaku perdagangan
properti tersebut, dan dengan keuntungan yang
saham di pasar modal dapat memberi kontribusi
diperolehnya maka perusahaan pengembang
bagi pola perilaku harga saham di pasar modal
dapat memperbaiki kinerja keuangannya sehingga
tersebut. Pola perilaku harga saham akan
dapat menaikkan harga saham.
menentukan pola return yang diterima dari saham
Ada beberapa fenomena yang muncul
tersebut (Budi dan Nurhatmini, 2003).
akhir-akhir ini pada bisnis property dan real
Return saham merupakan hasil yang
estate dilingkungan global maupun regional
diperoleh dari kegiatan investasi. Return
yang menarik untuk diamati, antara lain:
dibedakan menjadi dua, yaitu return realisasi
(1) Tingginya tingkat pertumbuhan industri
(return yang terjadi atau dapat juga disebut
property dan real estate di Indonesia pasca krisis
sebagai return sesungguhnya) dan expected
moneter. Peningkatan ini terutama digerakkan
return (return yang diharapkan oleh investor)
oleh banyaknya pembangunan pusat-pusat
(Jogiyanto, 2003). Harapan untuk memperoleh
perdagangan, hunian mewah serta gedung-gedung
return juga terjadi dalam asset financial. Suatu
perkantoran. (2) Industri property dan real estate
asset financial menunjukkan kesediaan investor
dikenal sebagai bisnis yang memiliki siklus yang
menyediakan sejumlah dana pada saat ini untuk
cepat berubah, persisten dan kompleks. Gambaran
memperoleh sebuah aliran dana pada masa yang
fenomena ini tentunya dapat mempengaruhi
akan datang sebagai kompensasi atas faktor
tingkat return saham dalam perusahaan property
waktu selama dana ditanamkan dan risiko yang
dan real estate.
ditanggung. Dengan demikian para investor
Berinvestasi di pasar modal tidak
sedang mempertaruhkan suatu nilai sekarang
saja memerlukan pemikiran yanglebih rumit
untuk sebuah nilai yang diharapkan pada masa
dan informasi yang lebih kompleks, namun
mendatang.
juga menghadapiresiko yang relatif besar bila
Investor dalam asset financial juga
dibanding dengan bentuk-bentuk simpanan pada
mengharapkan return yang maksimal. Harapan
sistem perbankkan. Oleh karena itu, tidak semua
untuk memperoleh return yang maksimal
saham dari perusahaan yang memiliki profil
tersebut diusahakan agar dapat terwujud dengan
yang baik akan memberikan return yang baik
mengadakan analisis dan upaya tindakan-
pada investor sehingga diperlukan analisis yang
tindakan yang berkaitan dengan investasi dalam
lebih baik dan mendalam mengenai perusahaan
sahamnya. Oleh karena itu, perlu diketahui
tersebut. Perusahaan mungkin saja mengalami
faktor-faktor yang mempengaruhi return saham
return yang fluktuatif setiap saat karena berbagai
sehingga harapan untuk memperoleh return yang
macam faktor baik yang bersifat mikro maupun
maksimal bisa dicapai.
Dari data yang diperoleh peneliti dari signalling mendorong manajemen menyajikan
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai laporan laba yang dapat mencerminkan laba
dengan tahun 2012 pada perusahaan property sesungguhnya (Sunarto, 2008). Menurut Hapyani
dan real estate terlihat adanya pergerakan return P. N. (2009), dalam membangun signaling teory
saham yang fluktuatif dan terjadi kenaikan berdasarkan adanya assimetric information
maupun penurunan return saham yang cukup antara wellinformed manager dan poorinformed
signifikan, dimana return saham dari tahun 2007 stockholder Teori ini berdasarkan pemikiran
ke tahun 2008 telah terjadi penurunan rata- bahwa manajer akan mengumumkan kepada
rata sebesar 191,86%, pada tahun 2009 terjadi investor ketika mendapatkan informasi yang
kenaikan rata-rata sebesar 48,05%, tahun 2010 baik, bertujuan menaikkan nilai perusahaan,
return saham terus menunjukkan grafik positif namun investor tidak akan mempercayai
dengan kenaikan rata-rata sebesar 27,96% tersebut, karena manajer merupakan interest
dan tahun 2011 return saham menunjukkan party. Solusinya perusahaan bernilai tinggi akan
kenaikan rata-rata sebesar 11,74%, akan tetapi berusaha melakukan signalling pada financial
pada tahun 2012 return saham menunjukkan policy mereka yang memakan biaya besar
terjadi penurunan rata-rata sebesar 31,25% yang sehingga tidak dapat ditiru oleh perusahaan yang
disebabkan dengan tingginya inflasi pada saat memiliki nilai lebih rendah.
itu. Signal adalah proses yang memakan
biaya berupa deadweight costing, bertujuan
2. Telaah Teori dan Pengembangan untuk meyakinkan investor tentang nilai
Hipotesis perusahaan. Signal yang baik adalah yang tidak
dapat ditiru oleh perusahaan lain yang memiliki
Teori pensinyalan menjelaskan tentang
nilai lebih rendah, karena faktor biaya. Teori
bagaimana para investor memiliki informasi
ini akan mengungkapkan bahwa investor dapat
yang sama tentang prospek perusahaan manajer
membedakan antara perusahaan yang memiliki
perusahaan ini disebut informasi asimetris.
nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki
Namun dalam kenyataannya manajer sering
nilai rendah dengan mengobservasi kepemilikan
& memiliki informasi lebih baik dari investor
struktur permodalannya serta menandai evaluasi
luar. Hal ini disebut informasi asimetris dan ini
tinggi untuk perusahaan yang hightly levered.
memiliki dampak penting pada struktur modal
Equilibrium stabil karena perusahaan bernilai
yang optimal (Brigham, 2010). Signalling
rendah tidak dapat meniru perusahaan yang lebih
theory juga menjelaskan mengapa perusahaan
tinggi. Kelebihan teori ini adalah kemampuan
mempunyai dorongan untuk memberikan
menjelaskan mengapa terjadi peningkatan harga
informasi laporan keuangan pada pihak internal.
salam sebagai tanggapan terhadap peningkatan
Dorongan perusahaan untuk memberikan
financial leverage. Kelemahan dari model ini
informasi tersebut adalah karena terdapat
adalah ketidakmampuan dalam menjelaskan
asimetris informasi antara perusahaan dan pihak
hubungan kebalikan antara profitabilitas dan
investor karena perusahaan mengetahui lebih
leverage. Kelemahan lain adalah tidak dapat
banyak mengenai perusahaan dan prospek yang
menjelaskan mengapa perusahaan yang memiliki
akan datang dibanding pihak luar (investor,
potensi pertumbuhan dan nilai intangible asset
kreditor) (Minar Simanungkalit, 2009). Menurut
tinggi harus menggunakan lebih banyak hutang
teori sinyal kegiatan perusahaan memberikan
dan pada perusahaan yang mature (tangible asset
informasi kepada investor tentang prospek return
tinggi) yang tidak menggunakan utang, akan
masa depan yang substansial. Informasi sebagai
tetapi di dalam teori diperlukan untuk mengurangi
sinyal yang diumumkan pihak manajemen kepada
efek dari ketidaksimetrisan informasi.
publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus
Salah satu jenis informasi yang
dimasa depan (Yeye Susilowati, 2006). Motivasi
dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi
signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi solvabilitas; dan (5) rasio pasar. Analisis
pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi kinerja keuangan sendiri sering digunakan
yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat untuk memprediksi dari perkiraan return saham
berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang ke depan. Pada penelitian ini, faktor kinerja
berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi keuangan yang digunakan untuk melakukan
non akuntansi yaitu informasi yang tidak prediksi tersebut berupa rasio keuangan yang
berkaitan dengan laporan keuangan. Perusahaan terdiri atas Asset Growth (AG), Price Earning
dengan prospek yang cerah lebih memiliki untuk Ratio (PER), Return on Equity (ROE), dan Debt
tidak melakukan pendanaan melalui penawaran to Equity Ratio (DER).
saham baru, sedangkan perusahaan dengan Asset growth menunjukkan pertumbuhan
prospek buruk akan memilih untuk melakukan asset di mana asset merupakan aktiva yang
pendanaan dengan ekuitas pihak luar (Brigham digunakan untuk aktiva operasional perusahaan.
dan Houston, 2010). Asset growth yang tinggi akan berimplikasi
Menurut Jogiyanto (2009), faktor pada tingkat resiko yang tinggi pula, hal ini
fundamental adalah faktor yang berhubungan dapat dijelaskan bahwa pemakaian aktiva
dengan kondisi perusahaan, yang meliputi yang tinggi akan memberikan tanggungan
kondisi manajemen, organisasi, dan keuangan terhadap pengembalian investasi yang tinggi
perusahaan yang tercermin dalam kinerja dan merupakan resiko yang yang tinggi apabila
perusahaan. Analisis rasio merupakan alat untuk tidak dapat menutup pengembalian investasi
memberi pemahaman awal terhadap kondisi yang tersebut. (Utami, 2001). Hartono (2009) dalam
terjadi dan membantu untuk mengidentifikasi penelitiannya menyimpulkan secara empiris
area yang memerlukan investigasi lebih lanjut bahwa Income Growth Asset Growth Sales
diinterpretasi. Analisis rasio dapat dikelompokkan Growth dan Debt to Equity Ratio (DER)
ke dalam 5 macam kategori: Rasio Likuiditas mempunyai signifikansi terhadap return saham
(Liquidity ratio), Rasio Solvabilitas (Solvency secara bersamasama meskipun hanya mampu
ratio), Rasio Aktivitas (activity ratio), Rasio menjelaskan 5,9% variasi pada return saham.
Profitabilitas (profitability ratio) atau rasio Pipit (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan
rentabilitas, Rasio Paw (market ratio). Menurut secara parsial hanya variabel Return on Equity
Bodie (2005) Analisis rasio pasar adalah rasio saja yang mempunyai pengaruh secara signifikan
yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai terhadap harga saham sementara Return on
buku berdasarkan pada sudut pandang investor. Asset, Rentabilitas Ekonomi, dan Pertumbuhan
Ada beberapa macam rasio pasar. Price Earning Asset tidak mempunyai pengaruh terhadap harga
Ratio, Dividend yield, Dividen pay out, Earnings saham. Secara simultan, empat rasio keuntungan
yield, Price to book value. Dengan demikian Return on Equity, Return on Asset, Rentabilitas
dapat dipahami bahwa faktor fundametal adalah Ekonomi, dan Pertumbuhan Asset mempunyai
faktor yang berhubungan dengan kondisi internal pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
perusahaan yang dapat mempengaruhi suatu Asset Growth adalah ratarata pertumbuhan
kondisi dalam perusahaan tersebut. Faktor ini kekayaan perusahaan. Bila kekayaan awal suatu
sering disebut dengan kinerja perusahaan, baik perusahaan adalah tetap jumlahnya, maka pada
kinerja keuangan maupun kinerja non keuangan. tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi besarnya
Kinerja keuangan biasa diwujudkan dengan rasio kekayaan akhir perusahaan tersebut semakin
rasio keuangan yang diperoleh dari hasil analisis besar. Demikian pula sebaliknya. Pada tingkat
laporan keuangan yang diekspos kepada publik. pertumbuhan aktiva yang tinggi, bila besarnya
Hanafi & Abdul Halim (2009) kekayaan akhir tinggi berarti kekayaan awalnya
mengkategorikan analisa rasio dalam lima rendah.
kelompok, yaitu: (1) rasio likuditas; (2) rasio Price Earning Ratio (PER) adalah cara
aktivitas; (3) rasio profitabilitas; (4) rasio mengukur seberapa besar investor menilai laba
yang dihasilkan perusahaan. Price Earning Ratio perusahaan. Indikator Return on Equity (ROE)
(PER) penting karena jumlah laba yang dihasilkan sangat penting diperhatikan untuk mengetahui
perusahaan sebetulnya akan menentukan jumlah investasi yang akan dilakukan investor di suatu
dividen yang akan bisa dibayarkan di masa yang perusahaan mampu memberikan return yang
akan datang. Jika labanya naik maka dividen sesuai dengan tingkat yang diharapkan, Return
juga akan naik. Secara umum saham dengan on Equity (ROE) akan berubah jika earning after
Price Earning Ratio (PER) yang rendah sering tax atau equity berubah.
biasa terjadi jika ada penurunan laba bersih yang Dalam menentukan pilihannya, investor
menjadi elemen pembagi dalam kalkulasi Price biasanya akan mempertimbangkan perusahaan
Earning Ratio (PER). Saham dengan Price yang mampu memberikan kontribusi Return on
Earning Ratio (PER) yang tinggi menunjukkan Equity (ROE) yang lebih besar. Bagi investor
penerbit saham tersebut tumbuh dengan pesat. semakin tinggi Return on Equity (ROE)
Zaenal Arifin (2005) mendefinisikan price menunjukkan risiko investasi semakin kecil.
earning ratio sebagai cerminan dari seberapa Indikator Return on Equity (ROE) yang meningkat
besar uang yang berani dibayar oleh investor sangat penting diperhatikan untuk mengetahui
untuk setiap lembar saham. Dengan demikian, investasi yang akan dilakukan investor. Dengan
apabila P/E ratio menunjukkan angka yang tinggi Return on Equity (ROE) yang tinggi suatu
maka investor bersediaan membayar lebih mahal perusahaan mampu memberikan return sesuai
untuk setiap lembar saham. dengan tingkat yang diharapkan; meningkatnya
Rasio ini menggambarkan ketersediaan Return on Equity (ROE) akan meningkatkan
investasi membayar suatu jumlah tertentu untuk return saham.
setiap perolehan laba perusahaan. Price earning Tingkat kewajiban yang tinggi menjadikan
ratio dapat dihitung dengan prbandingan anatara pihak manajemen perusahaan menjadi lebih sulit
harga pasar per lembar saham dan laba bersih dalam membuat prediksi jalannya perusahaan
per lembar saham. Semakin meningkatnya Price ke depan. Financial leverage dipertimbangkan
Earning Ratio (PER) mencerminkan kinerja sebagai variabel keuangan dalam penelitian
perusahaan. Meningkatnya kinerja perusahaan ini karena secara teoritis financial leverage
memberikan respon positif bagi investor, yang menunjukkan risiko suatu perusahaan sehingga
mengakibatkan meningkatnya harga saham. berdampak pada ketidakpastian suatu harga
Semakin menigkatnya harga saham dengan saham Financial leverage yang digunakan dalam
sendirinya meningkatnya abnormal return saham. penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER).
Hal ini berarti bahwa jika Price Earning Ratio Finacial leverage menujukkan kemampuan
(PER) meningkat, return juga akan meningkat. perusahaan dalam membayar hutang dengan
Return on Equity adalah rasio untuk equity yang dimilikinya. Tingginya finacial
mengukur seberapa efektif perusahaan leverage meunjukkan risiko finacial atau risiko
memanfaatkan kontribusi pemilik dan atau kegagalan perusahaan untuk mengembalikan
seberapa efektifnya perusahaan memanfaatkan pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya.
sumber-sumber lain untuk kepentingan pemilik. Debt to Equity ratio menunjukkan
Rumus untuk Return on Equity (ROE) yaitu dengan seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh
membagi Net Income After Tax (NIAT) dengan hutang atau seberapa besar hutang perusahaan
share holder equity (Brigham dan Houston dalam berpengaruh terhadap pengelolaan akuitas.
Ali Akbar Yulianto(2004)). Dari sudut pandang Debt to Equity Ratio diperoleh dengan total
investor Return on Equity (ROE) merupakan hutang dibagi dengan total ekuitas, setiap rupiah
salah satu indikator penting untuk menilai prospek modal dijadikan jaminan untuk keseluruhan
perusahaan di masa yang akan datang. Dengan utang. (Van Horme dalam Heru sutojo). Debt
mengetahui tingkat Return on Equity (ROE), to Equity Ratio (DER) yang semakin besar
investor dapat melihat pertumbuhan profitabilitas akan mengakibatkan risiko financial peusahaan
disimpulkan bahwa kemampuan aset perusahaan 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal.
yang digunakan untuk aktiva perusahaan dalam Hasil uji kolmogorov-Smirnov pada penelitian
mempertahankan posisi ekonominya sebesar ini menunjukkan Asymp.Sig.(2-tailed) = 0,615.
2,6581. Variabel inflasi merupakan ukuran Dengan demikian, data yang digunakan pada
ekonomi yang memberikan gambaran tntang penelitian ini berdistribusi normal karena Asymp.
mnngkatnya harga rata-rata barang dan jasa yang Sig.(2-tailed) lebih besar (>) dari 0,05 dan dapat
diproduksi pada suatu sistem perekonomian digunakan untuk melakukan Uji-t dan Uji-F
memiliki nilai minimum (terkecil) 2,71 dan karena 0,615>0,05 (H˳di terima).
maksimal (terbesar) 12,14, mean (nilai rata-rata) Menurut Ghozali (2012), uji ini bertujuan
7,0139 dan standart deviation (simpangan baku) menguji apakah pada model regresi ditemukan
variabel ini adalah 2,74897. adanya korelasi antar variabel independen.
Uji asumsi klasik dilakukan untuk Pada model regresi yang baik antar variabel
memastikan bahwa model yang diuji dengan independen sahammya tidak terjadi korelasi.
uji linier berganda memenuhi syarat best, linier, Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas
unbiased, dan estimated. Pengujian yang dilakukan dalam model regresi dilakukan dengan melihat
mencakup uji normalitas, multikolinearitas, nilai tolerance dan nilai Variance Factor (VIF)
heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Pengujian yang dapat dilihat dari output SPSS. Sebagai
normalitas data dengan hanya melihat gafik dasar acuannya dapat disimpulkan:
dapat menyesatkan kalau tidak melihat secara 1) Jika nilai tolerance > 10 persen dan nilai
seksama, sehingga kita perlu melakukan uji VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa
normalitas data dengan menggunakan statistik tidak ada multikolinieritas antar variabel
agar lebih meyakinkan. Untuk dapat memastikan independen dalam model regresi.
apakah data yang digunakan sepanjang garis 2) Jika nilai tolerance < 10 persen dan nilai VIF
diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada
uji kolmogorov-Smirnov (1 sample KS) dengan multikolinieritas antar variabel independen
melihat data residualnya apakah berdistribusi dalam model regresi.
normal atau tidak. Jika nilai signifikansinya lebih
Hasil pengujian terhadap multikolinearitas
besar dari 0,05 maka data tersebut terdistribusi
pada penelitian ini dapat dilihat nilai VIF<10
normal. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari
yaitu 1,151; 1,041; 1,060; 1,043; 1,091. Pada
Tabel 1. Uji White Heterokedasticity
umumnya terjadinya multikolinieritas apabila nilai DW test sebagai bagian dari statistik
VIF>10. berarti dapat disimpulkan bahwa dalam nonparametrik dapat digunakan untuk menguji
penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas. korelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya
Uji heteroskedastisitas bertujuan intercept dalam model regresi dan tidak ada
menguji apakah dalam model regresi terjadi variabel lag diantara variabel independen. Untuk
variance dan residual satu pengamatan menguji ada tidaknya gejala autokorelasi maka
kepengamatan lain. Aka variance dari residual dapat dideteksi dengan uji DurbinWaston test
satu pengamatan kepengamatan lain tetap, (DW test). Pengambilan keputusan ada tidaknya
maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda autokorelasi pada Tabel 2.
disebut heterokedastisitas. Model regresi yang Tabel 2. Durbin Watson d test
baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak Pengambilan Keputusan
terjadi heterokedastisitas. Uji white dilakukan
untuk menguji heteroskedastisitas dengan NILAI DW HASIL
meregresikan residual kuadrat sebagai variabel 4-dI<DW<4 Tolak Ho, korelasi serial negatif
dependen dengan variabel dependen ditambah 4-du<DW<4-dl Hasil tidak dapat ditentukan
dengan kuadrat variabel independen, kemudian 2<DW<4-du Terima Ho, tidak ada korelasi
ditambahkan lagi dengan perkalian dua serial
variabel independen, pada Tabel 1 hasil output du<DW<2 Terima Ho, tidak ada korelasi
menunjukkan nilai Obs*R-squared dibawah serial
0,05, sedangkan nilai probabilitas (chi-square) dl<DW<du Hasil tidak dapat ditentukan
lebih besar daripada α = 0,05, dengan demikian 0<DW<dl Tolak Ho, korelasi serial positif
kita dapat menerima hipotesis nol bahwa data
tidak mengandung masalah heteroskedastisitas. Hasil Uji Hipotesis
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji
Pengujian hipotesis mencakup uji model
apakah dalam suatu model regresi linier ada
penelitian dengan menggunakan uji F dan
korelasi antara kesalahan pengganggu (residual)
Adjusted R-Squared serta Uji pengaruh masing-
pada periode t dengan kesalahan pada periode
masing variable terhadap dependen variable.
t1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
Rangkuman hasil pengujian tersebut dapat dilihat
dinamakan ada problem auto korelasi (Ghozali,
pada Tabel 3.
2012).
terhadap return saham perusahaan property rasio fundamental terhadap harga saham
dan real estate yang terdaftar pada bursa sektor telekomunikasi periode 1997-2005
efek indonesia pada periode 2007 – 2012. Di BEJ. Proceeding Seminar Nasional
Dari penelitian sebelumnya sepengetahuan SMART Membaca Jaman Dalam Perspektif
penulis belum ada yang meneliti pengaruh Manajemen. 99-116
return on equity (ROE), debt to equity ratio Husnan., & Suad. (2005). Dasar-Dasar Teori
(DER), price earning ratio (PER), asset Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta:
growth (AG), dan inflasi terhadap return UPP:AMP YKPN
saham secara simultan. Jones., & Charles. P, 2010. Investment: Analysis
and Management. 8th edition. New York:
Daftar Pustaka John Wiley and Sons, Inc
Mais., Rini., & Gusliana. (2005). Pengaruh
Arifin, Ali. (2009). Membaca Saham, Edisi Rasio –Rasio Keuangan Utama Perusahaan
Ketiga, Cetakan Keempat. Yogyakarta: CV. Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang
Andi Offset. Terdaftar Di JII tahun 2004
Brigham., Eugene, F., & Houston, Joel F. (2011). Manao, H. & Nur, D. (2001) “Asosiasi Rasio
Essential of Financial Management, Jakarta: Keuangan dengan Return: Pertimbangan
Salemba Empat Ukuran Perusahaan Serta Pengaruh Krisis
Bulzuardi, Aminudin. (2002). Pengaruh Rasio Ekonomi di Indonesia”. Simposium Nasional
Keuangan Terhadap Harga Saham. Thesis Akuntansi IV.
Pascasarjana UI Meriewaty, D., & Setyani, A. Y., (2005),
Basu, S, 2011. “The Information Content of Price- “Analisis rasio keuangan terhadap perubahan
Earnings Ratios.” Financial Management kinerja pada perusahaan di industri food and
12. beverages yang terdaftar di BEJ,” Prosiding
Brigham., Eugene., F & Joel F. Houston., (2010). SNA VIII.
Fundamentals Of Financial Management. Minar S. (2009) Pengaruh Profitabilitas dan
12th Edition Orlando: Harcourt Inc Rasio Leverage Keuangan Terhadap Return
Darmadji., Tjiptono., & Fakhrudin, H. M. (2006). Saham pada Perusahaan Makanan dan
Pasar Modal Di Indonesia: Pendekatan Minuman Terbuka di Indonesia. Tesis. USU.
Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat Medan.
Ghozali, Imam, (2012). Aplikasi Analisis Purnomo., & Yogo. (1998). Keterkaitan Kinerja
Multivariate dengan SPSS, BP. Semarang: Keuangan Dengan Harga Saham. Usahawan
Undip No:12 XXVII. Desember
Hadianto., Bram., & Rony, S. (2007). Pengaruh Rahardjo., & Mukti. (2007). Analisis tingkat suku
volume perdagangan, EPS, dan PER terhadap bunga, kurs US$ terhadap rupiah, dan inflasi
harga saham sektor pertambangan periode dalam memprediksi harga saham pada sektor
2000-2005 di BEJ, Jurnal Manajemen, Vol.7, industri rokok di BEJ periode september
No:1 2001- september 2006. Jurnal Manajemen
Hanafi., Mamduh, M., & Halim, A. (2009). Tahun XI, No:2, Juni 2007
Analisis laporan Keuangan. Edisi pertama. Sartono, A, (2010). Manajemen Keuangan (Teori
Cetakan Kedua. Yogyakarta: UPP AMP dan Aplikasi), Edisi Enam, Yogyakarta.
YKPN Samsul, M, (2006). Pasar Modal &Manajemen
Hartono. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Portofolio. Jakarta: Erlangga
Investasi. Edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis,
Hartono., & Jogiyanto. (2009). Teori Portofolio Alfabeta : Bandung.
Dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE Sishariini., & Nanik. (2003). Faktor-faktor
Herlina., & Hadianto. (2007). Pengaruh yang mempengaruhi tingkat harga saham