You are on page 1of 12

JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292

Research of Applied Science and Education V12.i2 (155-166)


E-ISSN : 2460-5611

PENGARUH PIJAT ENDORPHINE TERHADAP SKALA


NYERI PADA SISWI SMA YANG MENGALAMI DISMINORE

Mariza Elvira1, Annisa Tulkhair2


1,2
Nabila NursingAcademy No.1 Bukit SurunganDR. H. KamarullahStreet
Padang Panjang City
Email : mariza_elvira@yahoo.com

Submission: 13-12-2017, Reviewed: 10-01-2018, Accepted: 21-01-2018


https://doi.org/10.22216/jit.2018.v12i2.1542

Abstract
The woman is a being that has a pretty unique reproductive system. One of them is they
are experiencing menstruation each month that are not experienced by men. Women who
are experiencing menstruation usually complain of symptoms in the first two days as
disminore. Disminore is a pain in the abdomen that was felt shortly before or at the time
of menstruation. This research aims to look at the influence of endorphine massage
against the scale of pain students high school. This research is quantitative research
using the method of Experimental Design approach Quasy Nonequivalent Control Group
Design. Sampling technique used was purposive sampling with samples of 12 people
comprising 6 intervention group and the control group 6. Statistical tests used are the
dependent T-test. The results of this research obtained p = 0.004 (p < 0.05), it means
there is a significant difference between massage endorphine against pain scale
disminore. There are means so that it can influence pain scale endorphine massage
against disminore on the schoolgirl. For health workers should start applying massage
therapy endorphine when disminore from the use of drugs in pain-lowering.
Keywords: Endorphine massage, the pain disminore

Abstrak
Wanita merupakan makhluk yang memiliki sistem reproduksi cukup unik. Salah satunya
adalah mereka mengalami haid setiap bulannya yang tidak dialami oleh pria. Wanita
yang mengalami haid biasanya mengeluhkan gejala-gejala dalam dua hari pertama
seperti disminore. Disminore merupakan nyeri pada abdomen yang dirasakan sesaat
sebelum atau pada saat menstruasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pijat
endorphine terhadap skala nyeri siswi SMA yang mengalami disminore. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan metode Quasy Experimental Design
dengan pendekatan Nonequivalent Control Group Design. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling dengan sampel sebesar 12 orang yang terdiri
dari 6 kelompok intervensi dan 6 kelompok kontrol. Uji statistik yang digunakan adalah
T-test dependent. Hasil penelitian ini didapatkan p = 0,004 (p < 0,05), artinya ada
perbedaan yang signifikan antara pijat endorphine terhadap skala nyeri disminore.
Sehingga dapat disimpulakan ada pengaruh pijat endorphine terhadap skala nyeri siswi
SMA yang mengalami disminore. Diharapkan bagi tenaga kesehatan hendaknya mulai
menerapkan terapi pijat endorphine saat disminore dari pada menggunakan obat-obatan
penurun rasa nyeri.
Kata Kunci: Pijat Endorphine, Nyeri Disminore

Kopertis Wilayah X 155


JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V12.i2 (155-166)
E-ISSN : 2460-5611

PENDAHULUAN katabolisme dan terjadi di bawah


pengaruh hormon hipofisis dan
Masa remaja adalah periode yang ovarium (Prawirohardjo, 2008).
ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat dari Wanita yang mengalami haid
fisik, emosi, kognitif dan sosial. biasanya mengeluhkan gejala-gejala
Perubahan-perubahan fisik yang dalam dua hari pertama. Gejala
terjadi pada laki-laki seperti tersebut antara lain ketidakstabilan
pertumbuhan rambut di ketiak dan emosi, sakit kepala, tidak bergairah,
kemaluan, tumbuh kumis dan jakun, dan nafsu makan menurun. Gejala
suara membesar, dada bertambah fisik yang paling umum adalah
bidang, mimpi basah (ejakulasi ketidaknyamanan, nyeri dan kembung
pertama), pertambahan ukuran penis di daerah perut, rasa tertekan pada
dan testis. Sedangkan pada daerah kemaluannya dan dismenore
perempuan terjadi perubahan seperti (Benson, 2009).
payudara dan pinggul membesar,
tubuh bertambah tinggi, tumbuh Gangguan fisik yang sangat menonjol
rambut di ketiak dan kemaluan, pada wanita haid adalah dismenore.
serta menstruasi (Prawirohardjo, Dismenore merupakan nyeri pada
2008). abdomen yang dirasakan sesaat
sebelum atau pada saat menstruasi
Kesehatan reproduksi remaja dan mengganggu aktivitas
merupakan pendekatan kesehatan perempuan, bahkan sering kali
meliputi dua jenis kelamin dan mengharuskan penderita beristirahat
kategori usia. Kategori usia yang dan meninggalkan pekerjaannya
termasuk dalam pendekatan kesehatan selama berjam-jam akibat dismenore.
reproduksi adalah remaja. Selain itu Ada beberapa gangguan yang
karena sebagian besar remaja secara dialami oleh perempuan berhubungan
biologi relative sudah siap dengan menstruasi diantaranya
bereproduksi yang biasanya ditandai hipermenore, hipomenore,
oleh datang menstruasi pada polimenore, oligomenore, amenore
perempuan, maka kategori ini perlu dan dismenore (Bobak, 2004).
diperhatikan lebih serius, terutama di
Indonesia. Wanita merupakan Dismenore dapat diklasifikasikan
makhluk yang memiliki sistem menjadi 2 yaitu dismenore primer dan
reproduksi cukup unik. Salah satunya dismenore sekunder. Dismenore
adalah mereka mengalami haid setiap primer yaitu nyeri haid yang dimulai
bulannya yang tidak dialami oleh 2-3 tahun setelah perempuan
pria. Seringkali mereka mengalamai menarche, dijumpai
mengeluhkan sakit atau tanpa kelainan pada alat-alat genetalia
ketidaknyamanan ketika mengalami yang nyata, sedangkan dismenore
haid. Haid adalah perdarahan sekunder yaitu nyeri haid yang
periodik normal uterus dan disebabkan oleh kelainan ginekologi
merupakan fungsi fisiologis yang seperti salpingitis kronika,
hanya terjadi pada wanita. Pada endometriosis, adenomiosis uteri,
dasarnya haid merupakan proses stenosis servistis uteri, dan lain-lain

Kopertis Wilayah X 156


JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V12.i2 (155-166)
E-ISSN : 2460-5611

(Prawirohardjo & Wiknjosastro berdasarkan laporan responden yang


2008). sudah mengalami haid, rata-rata usia
menarche di Indonesia adalah 13
Angka kejadian nyeri menstruasi di tahun (20,0%) dengan kejadian lebih
dunia sangat besar. Lebih dari 50% awal pada usia kurang dari 9 tahun
perempuan di setiap Negara dan ada yang lebih lambat sampai 20
mengalami nyeri menstruasi. Di tahun serta 7,9% tidak
Amerika angka persentasenya sekitar menjawab/lupa. Terdapat 7,8% yang
60% dan di Swedia sekitar 72%, melaporkan belum haid. Secara
sementara di Indonesia angkanya nasional rata-rata usia menarche 13-
diperkirakan 55% perempuan usia 14 tahun terjadi pada 37,5% anak
produktif yang tersiksa oleh nyeri Indonesia (Riset Kesehatan Dasar,
selama menstruasi. Angka kejadian 2010).Berdasarkan data di Indonesia
(prevalensi) nyeri menstruasi berkisar angka kejadian dismenorea sebesar
45-95% di kalangan wanita usia 64,25 % yang terdiri dari 54,89%
produktif. Walaupun pada umumnya dismenorea primer dan 9,36 %
tidak berbahaya, namun seringkali dismenorea sekunder. Angka kejadian
dirasa mengganggu bagi wanita yang dismenorea tipe primer di Indonesia
mengalaminya. Derajat nyeri dan adalah sekitar 54,89%, sedangkan
kadar gangguan tentu tidak sama sisanya adalah penderita dengan tipe
untuk setiap wanita. Ada yang masih sekunder.
bias bekerja (sesekali sambil
meringis), adapula yang tidak Dismenore terjadi pada remaja
sanggup beraktifitas karena nyerinya dengan prevalensi berkisar antara
(Proverawati, 2009). 43% hingga 93%, dimana sekitar 74-
80% remaja mengalami dismenore
Di Amerika Serikat, prevalensi ringan, sementara angka kejadian
dismenorea diperkirakan 45 – 90%. endometriosis pada remaja dengan
Dismenorea juga bertanggung jawab nyeri panggul diperkirakan 25-38%,
atas ketidakhadiran saat bekerja dan sedangkan pada remaja yang tidak
sekolah, sebanyak 13 – 51% memberikan respon positif terhadap
perempuan telah absen sedikitnya penanganan untuk nyeri haid,
sekali, dan 5 – 14% berulang kali endometriosis ditemukan pada 67%
absen. Dalam studi epidemiologi pada kasus di laparoskopi (Hestiantoro
populasi remaja (berusia 12 -17 dkk, 2012).
tahun) di Amerika Serikat, Klein dan
Lift melaporkan prevalensi Nyeri dismenore jika tidak segera
dismenorea 59,7%. Dari mereka yang diatasi akan mempengaruhi fungsi
mengeluh nyeri, 12%tergolong berat, mental dan fisik individu sehingga
37% sedang, dan 49% ringan. Studi mendesak untuk segera mengambil
ini juga melaporkan bahwa tindakan/terapi secara farmakologis
dismenorea menyebabkan 14% atau non farmakologis. Terapi
remaja putri sering tidak masuk secara farmakologis salah satunya
sekolah (Anurogo, 2011). dengan pemberian obat-obat
analgesik. Obat golongan NSAID
Hasil Riskesdas menunjukkan bahwa (Nonsteroidal Antiinflammatory

Kopertis Wilayah X 157


JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V12.i2 (155-166)
E-ISSN : 2460-5611

Drugs) dapat meredakan nyeri ini Pijat endorphine pertama kali


dengan cara memblok dilakukan seorang ahli kebidanan,
prostaglandin yang menyebabkan Constance Palinsky, tergerak untuk
nyeri. Pengobatan dengan menggunakan endorphine untuk
menggunakan NSAID memiliki mengurangi atau meringankan rasa
efek samping yang berbahaya sakit pada ibu yang akan
terhadap sistem tubuh lainnya (nyeri melahirkan. Diciptakanlah pijat
lambung dan resiko kerusakan ginjal). endorphine, yang merupakan teknik
Terapi non farmakologis antara lain sentuhan serta pemijatan ringan,
pengaturan posisi, teknik relaksasi, yang dapat menormalkan denyut
manajemen sentuhan, manajemen jantung dan tekanan darah, serta
lingkungan, distraksi, dukungan meningkatkan kondisi rileks dalam
perilaku, imajinasi, kompres dan tubuh ibu hamil dengan memicu
pemberian ramuan herbal perasaan nyaman melalui
(Kuswandi, 2011). permukaan kulit. Terbukti dari hasil
penelitian, teknik ini dapat
Salah satu cara penatalaksanaan meningkatkan pelepasan zat
nonfarmakologis untuk mengurangi oksitosin, sebuah hormon yang
nyeri menstruasi dengan manajemen memfasilitasi persalinan (Mongan,
sentuhan yaitu pijat endorphine. Pijat 2009).
Endorphine merupakan sebuah terapi
sentuhan/pijatan ringan yang cukup Peneliti lain seperti Miao et.al (2014)
penting diberikan pada wanita yang dan Kannan & Claydon juga
mengalami nyeri. Hal ini disebabkan mengemukakan bahwa
karena pijatan merangsang tubuh elektroakupuntur dan fisioterapis bisa
untuk melepaskan senyawa mempertimbangkan untuk
Endorphine yang merupakan pereda menggunakan panas, listrik
rasa sakit dan dapat menciptakan transkutanStimulasi saraf, dan yoga
perasaan nyaman (Kuswandi, 2011). dalam pengelolaan dismenore primer.

Selama ini endorphine sudah dikenal Sementara hasil penelitian yang


sebagai zat yang banyak dilakukan oleh Zuliani dkk (2013)
manfaatnya. Beberapa diantaranya tentang “Pengaruh Stimulasi
adalah, mengatur produksi hormon Kutaneus(Slow Stroke Back Massage)
pertumbuhan dan seks, Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
mengendalikan rasa nyeri serta Haid (Dismenorea) pada Santriwati
sakit yang menetap, mengendalikan SLTA (14-18 Tahun) di Asrama
perasaan stres, serta meningkatkan Hurun „Inn Pondok Pesantren Tinggi
sistem kekebalan tubuh. Endorphine Darul „Ulum Jombang” dengan
dalam tubuh bisa dipicu munculnya jumlah 20 responden menunjukkan
melalui berbagai kegiatan, seperti bahwa ada pengaruh yang diberikan
pernapasan yang dalam dan oleh pijatan di daerah punggung
relaksasi, serta meditasi (Haruyama, terhadap penurunan intensitas nyeri
2011). haid (dismenore) dengan nilai p-value
= 0,00.

Kopertis Wilayah X 158


JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V12.i2 (155-166)
E-ISSN : 2460-5611

Azima et.al (2015) juga melakukan METODE PENELITIAN


penelitian tentang Perbandingan efek
refleksi dan terapi pijat pada Penelitian ini menggunakan quasi
dismenore primer. Responden dibagi eksperimen dengan bentuk Non
menjadi 3 kelompok yaitu kelompok equivalent Control Group Design,
refleksi, pijat dan kontrol. Hasil dimana design ini hampir mirip
penelitian menunjukkan bahwa dengan pretest-postestcontrol group
tingkat kecemasan ketiga kelompok design, tetapi pada design ini
tidakberbeda secara signifikan kelompok eksperimen dan kelompok
namunpenurunan tingkat kecemasan control tidak dipilih secara random.
yang lebih tinggi terjadi pada Dalam design ini penelitian ini dipilih
kelompok pijat (P = 0,017). satu kelompok responden, yang
sebagian diberi perlakuan dengan
Dari hasil survey awal yang dilakukan pijat endorphine saat disminore dan
di SMA Muhammadiyah Kota yang sebagian lagi tidak diberikan
Padang Panjang ternyata PIK-R dan perlakuan. (Siswanto,2014).
UKS disekolah tersebut tidak berjalan
sehingga kurangnya pengetahuan Subjek dalam penelitian ini adalah
siswi tentang nyeri pada masa haid, siswi SMA yang mengalami
dengan jumlah siswi sebanyak 69 disminore yang berjumlah 12 orang
orang dan hasil wawancara dengan 7 yang terdiri dari 6 orang sebagai
orang siswi SMA Muhammadiyah kelompok kontrol dan 6 orang sebagai
Kota Padang Panjang, terdapat 4 kelompok intervensi.
orang yang mengalami dismenore
dengan mengkonsumsi kiranti dan Setelah mendapatkan izin dari pihak
obat penurun rasa nyeri untuk Sekolah, peneliti memberikan
mengurangi nyeri dismenore mereka, informasi kepada semua responden
dan 3 orang yang mengalami yang akan dijadikan sampel dalam
dismenore hanya melakukan istirahat penelitian ini dan setiap responden
untuk mengurangi nyeri berhak untuk menolak atau bersedia
disminorenya. sebagai sampel penelitian. Bagi
mereka yang bersedia menjadi sampel
Berdasarkan uraian di atas, peneliti diminta untuk menandatangani
tertarik untuk memperkenalkan cara Informed Consent sebagai bukti
penanganan dismenore melalui pijat kesediaan menjadi sampel kemudian
endorphine menjelaskan secara singkat tentang
maksud peneliti dan manfaat pijat
Tujuan Penelitian ini adalah untuk endorphine. Setelah itu peneliti mulai
mengetahui Pengaruh Pijat melakukan pretest pengukuran skala
Endorphine Terhadap Skala Nyeri nyeri untuk dijadikan data skala nyeri
pada Siswi SMA yang mengalami sebelum diberi perlakuan. Selanjutnya
Disminore. peneliti melakukan pijat endorphine
terhadap responden secara
berkelompok sebagai terapi untuk
menurunkan skala nyeri selama 15
menit selama nyeri pada klien dan

Kopertis Wilayah X 159


JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V12.i2 (155-166)
E-ISSN : 2460-5611

dilakukan secara langsung. Dan Berat 6 100,0


setelah dilakukan pijat endorphine Sangat
pada klien saat dismenore, peneliti berat 0 0,0
melakukan pengukuran skala nyeri Total 6 100,0
kembali, kemudian dilakukan
pencatatan. Setelah semua data
terkumpul, barulah peneliti Berdasarkan tabel di atas dapat
melakukan perhitungan dengan diketahui bahwa dari 6 orang siswi
komputerisasi. kelompok intervensi sebelum
dilakukan pijat endorphine diperoleh
Analisis bivariat dilakukan untuk hasil keseluruhan siswi memiliki
mengetahui efektivitas pijat skala nyeri yang berat (100%).
endorphine terhadap skala nyeri
dismenore yang dilakukan dengan Hasil penelitian didukung oleh
menggunakan uji statistik untuk pendapat Asmadi (2008)
menguji beda mean dependent yakni mengemukakan nyeri merupakan
dengan uji dependent t-test, setelah sensasi yang rumit, unik, universal,
dilakukan uji kenormalan data dan bersifat individual. Dikatakan
dilakukan secara komputerisasi bersifat individual karena respon
dengan program SPSS. individu terhadap sensasi nyeri
beragam dan tidak bisa disamakan
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan lainnya. Untuk itu, diperlukan
kemampuan perawat dalam
Hasil penelitian ini menjabarkan mengidentifikasi dan mengatasi rasa
tentang distribusi frekuensi pemberian nyeri tersebut. Rasa nyeri akibat
pijat Endorphine, skala nyeri perubahan serviks dan iskemia rahim
disminore pada kelompok intervensi merupakan nyeri viseral. Nyeri ini
dan kontrol dan Pengaruh Pijat berasal dari bagian bawah abdomen
Endorphine Terhadap Skala Nyeri dan menyebar ke daerah lumbar
Dismenorepada Siswi SMA punggung dan menurun ke paha.
Muhammadiyah Padang
Panjang.Hasil penelitian ini Hal ini juga sejalan dengan penelitian
tergambar dalam dua bentuk yaitu yang dilakukan oleh Sukmaningtyas
analisa univariat dan analisa bivariat (2014) tentang efektivitas endorphine
pada tabel di bawah ini. massage terhadap tingkat kecemasan
ibu bersalin primipara dengan hasil
Tabel 5.1 pelaksanaan endorphine massage
Distribusi Frekuensi Skala Nyeri dilakukan oleh keluarga masing-
kelompok intervensi Sebelum pijat masing dilakukan dan tidak dilakukan
Endorphine sebanyak 15 responden (50%),
sebagian besar tingkat kecemasa
Skala Frekuensi Persentase responden yang tidak dilakukan
Nyeri endorphine massage adalah sebanyak
Tidak 0 0,0 7 responden (45,7%) dan sebagian
nyeri besar tingkat kecemasan responden
Ringan 0 0,0 yang dilakukan endorphine massage
Sedang 0 0,0

Kopertis Wilayah X 160


JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V12.i2 (155-166)
E-ISSN : 2460-5611

adalah ringan sebanyak 7 responden mencakup pemijatan yang sangat


(46,7%). ringan yang bisa membuat bulu-bulu
halus pada permukaan kulit berdiri.
Riset membuktikan bahwa teknik ini
Tabel 5.2 meningkatkan pelepasan endorphine
Distribusi Frekuensi Skala Nyeri dan oksitosin.
kelompok Intervensi Sesudah pijat
Endorphine Hal yang sama juga dilakukan oleh
Azizah, (2011) tentang pengaruh
Skala Frekuensi Persentase endorphin massage terhadap
Nyeri intensitas nyeri kala I persalinan
Tidak 0 0,0 normal ibu primipara di BPS S dan B
nyeri Demak yaitu yang mengalami nyeri
Ringan 0 0,0 berat adalah 2 orang (13,3%).
Sedang 5 83,3
Berat 1 16,7 Menurut analisa peneliti bahwa
Sangat penurunan yang terjadi dipengaruhi
berat 0 0,0 oleh tanggapan responden yang
Total 6 100,0 berbeda-beda yaitu usia, jenis
kelamin, kultur, makna nyeri,
perhatian, ansietas, pengalaman masa
Berdasarkan tabel di atas dapat lalu, pola koping, support keluarga
diketahui bahwa dari 6 orang siswi dan sosial. Hal juga terjadi disaat
kelompok intervensi sesudah penelitian dimana responden yang
diberikan pijat endorphine diperoleh diobeservasi juga mengalami cemas
hasil sebagian besar responden dikarenakan mereka sedikit merasa
memiliki skala nyeri yang sedang cemas menghadapi nyeri yang selalu
(83,3%). datang saat siklus menstruasinya tiba.
Hal ini dibuktikan dengan hasil
Hal ini juga sejalan dengan penelitian penelitian yang sudah dilakukan oleh
yang dilakukan oleh Aprillia (2012) peneliti dan peneliti sebelumnya.
Setelah dilakukan pijat endorphine
skor intensitas nyeri semua responden Tabel 5.3
menurun (100%), meskipun ada yang Distribusi Frekuensi Skala Nyeri
tidak drastis penurunannya. kelompok control sebelum
Endorphine merupakan suatu metode diobservasi
sentuhan ringan yang dikembangkan
oleh Constance Palinsky yang Skala Frekuensi Persentase
digunakan untuk mengelola rasa sakit. Nyeri
Pijat endorphine ini bisa dipakai Tidak 0 0,0
untuk mengurangi rasa tidak nyaman nyeri
selama nyeri dan meningkatkan Ringan 0 0,0
relaksasi dengan memicu perasaan Sedang 0 0,0
nyaman melalui permukaan kulit. Berat 6 100,0
Teknik sentuhan ringan juga Sangat
menormalkan denyut jantung dan berat 0 0,0
tekanan darah. Sentuhan ringan ini Total 6 100,0

Kopertis Wilayah X 161


JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V12.i2 (155-166)
E-ISSN : 2460-5611

Berdasarkan tabel di atas dapat ini dikarenakan responden tersebut


diketahui bahwa dari 6 orang siswi menggunakan terapi farmakologis
kelompok kontrol yang akan dengan menggunakan obat analgesik
dilakukan observasi diperoleh hasil untuk mengurangi nyeri dismenore
yaitu keseluruhan responden memiliki yang dialaminya, selain itu salah satu
skala nyeri yang berat (100%). responden lainnya mengalami nyeri
dengan istirahat. Hal ini sejalan
Hasil penelitian ini didukung oleh dengan teori yang telah di paparkan
penelitian yang dilakukan Setyowati bahwa penanganan nyeri dapat
(2015) dengan penelitian dilakukan dengan terapi farmakologis
menunjukkan bahwa sebagian besar dan non farmakologis antara lain
responden mengalami nyeri berat pengaturan posisi, teknik relaksasi,
sebelum dilakukan Endorphin manajemen sentuhan, manajemen
Massage yaitu sebanyak 21 orang lingkungan, distraksi, dukungan
(70%) dan setelah diberikan sebagian perilaku, imajinasi, kompres dan
besar reponden mengalami nyeri pemberian ramuan herbal.
sedang sebanyak 18 orang (60%).
Tabel 5.5
Tabel 5.4 Perbedaan Nyeri disminore pada
Distribusi Frekuensi Nyeri Disminore kelompok eksperimensebelum dan
pada kelompok kontrol setelah
sesudah diberi intervensi pijat
diobservasi
Endorphine
Skala Frekuensi Persentase
Nyeri Skala Mean SD P Value
Tidak 0 0,0 Nyeri
nyeri Pretest
Ringan 0 0,0 eksperimen 4,00 0,000
0,004
Sedang 2 33,3 Postest
3,17 0,408
Berat 4 66,7 eksperimen
Sangat
berat 0 0,0
Berdasarkan tabel di atas dapat
Total 6 100,0
diketahui rerata nyeri disminore
sebelum dilakukan pijat endorphine
Berdasarkan tabel di atas dapat adalah sebesar 4,00 dengan standar
diketahui bahwa dari 6 orang siswi deviasi 0,000. Sedangkan rerata
kelompok kontrol yang tidak sesudah dilakukan pijat endorphine
diberikan pijat endorphine diperoleh adalah 3,17 dengan standar deviasi
hasil lebih dari separuh responden 0,408. Hasil uji statistik didapatkan
memiliki skala nyeri yang berat nilai p value 0,004 artinya ada
(66,7%). perbedaan yang signifikan antara
nyeri sebelum dilakukan pijat
Menurut asumsi peneliti, berdasarkan endorphine dengan nyeri sesudah
hasil penelitian pada kelompok pijat endorphine sehingga dapat
kontrol hanya terdapat dua orang disimpulkan bahwa adanya pengaruh
yang mengalami penurunan nyeri, hal

Kopertis Wilayah X 162


JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V12.i2 (155-166)
E-ISSN : 2460-5611

pijat endorphine terhadap skala nyeri pengaruh endorphin massage


disminore. terhadap intensitas nyeri kala I
persalinan normal ibu primipara di
Tabel 5.6 BPS S dan B Demak yaitu terdapat
Perbedaan Nyeri disminore pada perbedaan signifikan antara nyeri
kelompok kontrol sebelum dan sebelum dipijat dan sesudah dipijat
sesudah diobservasi (p value = 0,000).
Skala Mean SD P Value Hal ini juga dibuktikan oleh Zuliani
Nyeri dkk (2013) yang meneliti tentang
Pretest “Pengaruh Stimulasi Kutaneus(Slow
kontrol 4,00 0,000 0,175 Stroke Back Massage) Terhadap
Postest Penurunan Intensitas Nyeri Haid
3,67 0,516
kontrol (Dismenorea) pada Santriwati SLTA
(14-18 Tahun) di Asrama Hurun „Inn
Pondok Pesantren Tinggi Darul
Berdasarkan tabel di atas dapat „Ulum Jombang” dengan jumlah 20
diketahui rerata nyeri disminore responden. Hasil penelitian
sebelum dilakukan observasi adalah menunjukkan bahwa ada pengaruh
4,00 dengan standar deviasi 0,000. yang diberikan oleh pijatan di daerah
Sedangkan rerata sesudah 30 menit punggung terhadap penurunan
diukur kembali pada kelompok intensitas nyeri haid (dismenore)
kontrol adalah 3,67 dengan standar dengan nilai p-value = 0,00.
deviasi 0,516. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p value 0,175 artinya Penelitian yang sama juga dilakukan
bahwa tidak ada perbedaan antara oleh Azima et.al (2015) yang meneliti
skala nyeri pada kelompok kontrol tentang Perbandingan efek refleksi
sebelum dan sesudah dilakukan dan terapi pijat pada dismenore
observasi. primer. Responden dibagi menjadi 3
kelompok yaitu kelompok refleksi,
Hasil penelitian didukung oleh pijat dan kontrol. Hasil penelitian
pendapat Potter, Patricia A (2006) menunjukkan bahwa tingkat
mengemukakan nyeri merupakan kecemasan ketiga kelompok
suatu kondisi yang lebih dari sekedar tidakberbeda secara signifikan
sensasi tunggal yang disebabkan oleh namunpenurunan tingkat kecemasan
stimulus tertentu. Nyeri bersifat yang lebih tinggi terjadi pada
subjektif dan sangat bersifat kelompok pijat (P = 0,017).
individual, tidak menyenangkan, Menurut analisa peneliti pada
merupakan suatu kekuatan yang beberapa proses penilitian, kerja sama
mendominasi, dan bersifat yang baik antara terapis dan klien
berkesudahan yang melelehkan dan memiliki pengaruh besar terhadap
membutuhkan energi juga dapat keberhasilan proses pijat endorphine
mengganggu hubungan personal dan dan proses membangun rasa saling
mempengaruhi makna kehidupan. percaya antara klien dan terapis
Hasil penelitian ini seiring dengan dilakukan pada fase pre pijat
penelitian Azizah, (2011) tentang endorphine. Secara keseluruhan hasil

Kopertis Wilayah X 163


JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V12.i2 (155-166)
E-ISSN : 2460-5611

uji statistik terdapat pengaruh pijat SIMPULAN


endorphine terhadap skala nyeri
disminore pada kelompok intervensi Berdasarkan hasil penelitian dapat
dan tidak terdapat penurunan nyeri disimpulkan bahwa dari 12 orang
yang diamati peneliti pada kelompok responden diperoleh hasil sebagian
kontrol. Penurunan nyeri hanya besar responden memiliki skala nyeri
terjadi pada tiga responden dengan yang sedang sesudah diberikan pijat
melakukan istirahat atau tidur dan endorphine sedangkan pada
menggunakan teknik farmakologi kelompok kontrol diperoleh hasil
dengan menggunakan analgesik. Hal lebih dari separuh memiliki skala
ini dikarenakan dalam kondisi rileks nyeri yang berat.
tubuh akan menghentikan produksi
hormon adrenalin dan semua hormon Hasil uji statistik didapatkan hasil
yang diperlukan saat kita stres, karena bahwa ada perbedaan yang signifikan
hormon seks estrogen dan antara pijat endorphine terhadap skala
progesteron serta hormon stres nyeri disminore sehingga dapat
adrenalin diproduksi dari blok disimpulkan bahwa ada pengaruh
bangunan kimiawi yang sama. Ketika pijat endorphine terhadap skala nyeri
kita mengurangi stres, kita juga pada siswi SMA yang mengalami
mengurangi produksi kedua hormon Disminore.
tersebut. Sehingga rileksasi dapat
memberikan kesempatan bagi tubuh Untuk itu disarankan pada remaja
untuk memproduksi hormon yang agar mulai mencoba menggunakan
penting untuk mendapatkan haid yang teknik pijat endorphine ketika
bebas dari nyeri. mengalami disminore, sehingga bisa
mengurangi penggunaan obat- obatan
Rasa ketidaknyamanan jika tidak yang memiliki efek samping.
diatasi akan mempengaruhi fungsi
mental dan fisik individu sehingga
mendesak untuk segera mengambil UCAPAN TERIMAKASIH
tindakan/terapi Terapi farmakologis
atau non farmakologis seperti Ucapan terima kasih kepada Yayasan
pengaturan posisi, teknik relaksasi, dan Direktris Akper Nabila Padang
manajemen sentuhan, manajemen Panjang yang telah memberikan
lingkungan, massase, latihan fisik, motivasi dan memfasilitasi peneliti
tidur tidak cukup, hipnoterapi, untuk melakukan penelitian dan
distraksi seperti mendengarkan musik terimakasih juga peneliti ucapkan
serta relaksasi seperti yoga dan nafas kepada Kepala Sekolah SMA
dalam, dukungan perilaku, imajinasi, Muhammadiyah yang telah
kompres dan pemberian ramuan memberikan izin kepada peneliti
herbal. untuk melakukan penelitian serta
rekan-rekan staf dan Dosen Akper
Nabila Padang Panjang yang telah
menyemangati peneliti dalam
menyelesaikan laporan penelitian ini.

Kopertis Wilayah X 164


JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V12.i2 (155-166)
E-ISSN : 2460-5611

DAFTAR PUSTAKA Kannan P, Claydon LS. (2014). Some


Physiotherapy Treatments May
Aprillia, Y. (2012). Hypnosetri: Relieve Menstrual Pain in
Rileks, Nyaman, Women With Primary
AmanSaatHamildanMelahirkan. Dysmenorrhea: a Systematic
Jakarta: GagasMedika Review. Journal of
Physiotherapy 60: 13–21.
Azima, Bakhshayesh, Mousavi, &
Ashrafizaveh. (2015). Kuswandi, L. (2011). Keajaiban
Comparison of the effects of Hypno-Birthing. Jakarta :
reflexology and massage therapy Pustaka Bunda
on primary dysmenorrheal.
Biomedical Research, 26 (3): Ma‟rifah, A. R. & -, S. (2014).
471-476. ISSN 0970-938X. Efektifitas Tehnik Counter
Pressure Dan Endorphin
Azizah, I. N., Widyawati, M. N. & Massageterhadap Nyeri
Anggraini, N. N. (2011). Persalinan Kala 1 Pada Ibu
Pengaruh Endorphin Massage Bersalin Di RSUD Ajibarang.
Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Pros. Semin. Nas. 2–9.
Persalinan Normal Ibu Primipara
di BPS S dan B Demak. Miao, Miao, Kildea, & Lao. (2014).
Kebidanan53, 90–96. Effects of Electroacupuncture
and Electroacupuncture Plus Tao
Benson, C. (2009). Buku saku Hong Si Wu Wan in Treating
obstetric dan Ginekologi. Jakarta: Primary Dysmenorrhea. J
EGC Acupunct Meridian Stud
2014;7(1):6-14.
Bobak, LM., Lowdermilk, D.L., &
Jensen, M.D., (2004). Mongan, M. (2009). Hypno
(Translation* Wijayarini, M.A). Birthing:MetodeMelahirkan
Buku Ajar Keperawatan Secara Aman, Mudah dan
Maternitas. 4th edition. Jakarta: Nyaman. Jakarta: PT Bhuana
EGC. Ilmu Populer
Care, J. et al. (2014). Endang Potter& A. G. P. (2006). Buku
Nurrochmi Nurasih Riqki AjarFundamental Keperawatan
Amaliani Romadon Kementerian Konsep,Proses dan Praktek. Edisi
Kesehatan Republik Indonesia. 2, 4. Alih Bahasa Renata
23–31. Komalasari. Jakarta : EGC
Depkes RI. (2014). Dasar Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu
Pembangunan Kesehatan. Kebidanan. Jakarta: PT Bina
Jakarta: DepartemenKesehatan Pustaka
Haruyama, S. (2011). The Miracle of Proverawati. 2009. Menarche.
Endorphin. Jakarta :Mizan Menstruasi Pertama Penuh
Pustaka Makna. Yogyakarta: Nuha
Medika

Kopertis Wilayah X 165


JURNAL IPTEK TERAPAN ISSN : 1979-9292
Research of Applied Science and Education V12.i2 (155-166)
E-ISSN : 2460-5611

Setyowati, D. (2015). Pengaruh


Endorphin Massage terhadap
Intensitas Nyeri Kala I Fase Aktif
pada Persalinan di RSU dr.
Wahidin Sudiro Husodo. Karya
Ilmiah Kebidanan.
Siswanto, S & S. (2014). Metodologi
Penelitian Kesehatan Dan
Kedokteran. Yogyakarta : Bursa
Ilmu
Sukmaningtyas, W. & W, P. A.
(2014). Efektivitas Endorphine
Massage terhadap tingkat
kecemasan ibu bersalin
primipara. 53–62.
Syaifudin. (2006). Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo
Zuliani, M & P. (2013). Pengaruh
Stimulasi Kutaneus (Slow Stroke
Back Massage) terhadap
Penurunan Nyeri Haid
(Dismenorea). Jurnal Eduhealth,
Vol. 3 No. 2.

Kopertis Wilayah X 166

You might also like