You are on page 1of 11

37

PETA SEBARAN SALINITAS PADA SUMUR BOR DI


KELURAHAN BELAWAN II KECAMATAN MEDAN BELAWAN

Salinity Distribution Map On Wellbore, In Belawan II village, Sub district


Medan Belawan
Intan Iksaura Ginting1, Yunus Afifuddin2, Desrita3
1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, (iksauraintan@yahoo.co.id)
2
Staff Pengajar Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
3
Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara

Abstract
People activity in sub district Medan Belawan II require very large. The
purpose of this research was to analyze of salinity values and the type of water
well drilling in the area of research, analyze the effect of depth of the well to
salinity value, analyze salinity distribution map and figuring out how to manage
water resources in Belawan II village. This research was conducted on june-july
2013 in village Belawan II, Subdistrict Medan Belawan, Medan. This research
used ArcGIS 10 to got a map of the distribution of salinity. The result showed
that number of wellbore included in good classification (333mg/l) was 4%,
permitted (666-1333 mg/l) was 27%, doubting (1666-2000 mg/l) was 46% and
dangerous (2333-3000 mg/l) was 24%. Freshwater was 4%, between fresh water
and brackish water was 27% and brackish water was 69%. at a depth of 65-100m,
were included in dangerous category was 24%, suspect 18%, allowed 1% and
good category not found. At a depth > 100 meters the waters were included in the
hazardous category not found, suspect 9%, allowed 44%, and good category was
4%. The most dominating salinity distribution was 1666 mg/l-2000 mg/l were
included in suspect category. The most dominating salinity distribution was 1666
mg/l-2000 mg/l were included in suspect category. This result showed that
intrusion has occurred in the wellbore, and the water quality wasn’t good to serve
as drinking water.

Keyword : Intrusion, Salinity, Wellbore

Pendahuluan
Aktivitas penduduk di manusia, baik di daerah perkotaan
Kelurahan Belawan II sangat maupun daerah perdesaan.
memerlukan air dalam jumlah besar Peningkatan tersebut dilihat dari dua
umumnya dengan memanfaatkan hal yang saling tergantung satu sama
sumur bor guna mencukupi lain yaitu sisi kualitas dan kuantitas,
kebutuhan air yang diperlukan. sedangkan pada sisi lain
Gunawan (2012) menyatakan bahwa mempengaruhi jumlah air relatif
kebutuhan air semakin lama semakin tidak berubah dari waktu ke waktu.
meningkat sejalan dengan Pertambahan penduduk yang cepat
meningkatnya kebutuhan hidup banyak membawa dampak negatif
38

terhadap sumberdaya air, baik pipet tetes, tisu, software ArcGIS 10,
kuantitas maupun kualitasnya. dan GPS (global position system).
Sebagian penduduk kurang Bahan yang digunakan adalah
mendapatkan pelayanan air, tetapi di akuades, dan air sumur bor
sisi lain terdapat aktivitas dan Kelurahan Belawan II, Kecamatan
kegiatan penduduk yang Medan-Belawan Sumber data yang
menggunakan air secara berlebihan digunakan adalah data primer dan
dan terjadi pemborosan air. Sumber data sekunder. Data primer yang
air yang digunakan untuk memenuhi dilakukan adalah pengambilan
kebutuhan hidup termasuk air tanah. sampel air sebanyak 198 sumur bor
Eksploitasi air tanah yang terus untuk menentukan salinitas air
berlangsung dan semakin meningkat sumur. Data sekunder meliputi data
dari waktu ke waktu diduga telah luas wilayah Kelurahan Belawan II,
mengakibatkan terjadinya intrusi air data jumlah penduduk, dan data
laut pada akuifer di daerah pantai. jumlah pengguna sumur bor.
Hal ini ditunjukkan dengan semakin Teknik Pengambilan data
bertambahnya sumur penduduk yang yang dipakai dalam penelitian ini
berubah menjadi payau/salin. baik data primer maupun data
Sehubungan dengan hal diatas sekunder adalah penentuan titik
maka perlu dilakukan penelitian koordinat sumur, pengukuran
tentang “Peta Sebaran Salinitas Pada salinitas, dokumentasi, studi pustaka,
Sumur Bor Di Kelurahan Belawan II wawancara dan pengolahan data dan
Kecamatan Medan Belawan”. analisis data

Tujuan Penelitian Penentuan Sampel


Tujuan dari penelitian ini Teknik pengambilan sampel
adalah analisis nilai salinitas dan yang digunakan secara random
jenis air sumur bor di daerah sampling. Penentuan sampel
penelitian, analisis pengaruh dilakukan dengan menggunakan luas
kedalaman sumur terhadap nilai wilayah Kelurahan Belawan II yakni
salinitas, analisis peta sebaran 198, 97 Ha dengan jarak antara unit
salinitas dan mengetahui arahan sampel berkisar antara 100 meter.
pengelolaan sumberdaya air di Intensitas sampling yang digunakan
Kelurahan Belawan II. sebesar 1%. Dalam menentukan
jumlah sampel yang akan diukur
METODE PENELITIAN kadar salinitas dari air sumur bor
Waktu dan Tempat ditentukan berdasarkan intensitas
Penelitian ini dilaksanakan sampling (Siregar, 2007):
pada pada bulan Juni-Juli 2013. n = IS × N
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Keterangan:
Belawan II, Kecamatan Medan n = Jumlah unit contoh
Belawan, Kota Medan, Provinsi IS = Besarnya intensitas sampling
Sumatera Utara. N = Jumlah unit populasi

Alat dan Bahan Prosedur Penelitian


Alat yang digunakan dalam Langkah-langkah pelaksanaan
penelitian ini adalah alat tulis, kegiatan penelitian sebagai berikut:
handrefraktometer, kamera digital,
39

1. S Jumlah air sumur bor yang


urvey lapangan termasuk dalam klasifikasi bagus
2. P sebesar 4%, diijinkan sebesar 27%,
enentuan lokasi sumur, meragukan sebesar 45% dan
3. P berbahaya 24%. Nilai salinitas yang
engukuran salinitas diperoleh akan diklasifikasikan
4. P berdasarkan jumlah konsentrasi
engolahan data dan analisa data garam di dalam air menurut Kodoatie
(1996). Hasil pengukuran air sumur
Hasil dan Pembahasan bor berdasarkan salinitas yang
Hasil didapatkan dilihat pada Gambar 1.
Klasifikasi Air Berdasarkan
Salinitas

Klasifikasi Air Berdasarkan S alinitas

24% 4%

27% Bagus (175-525 mg/l)


Diijinkan (526-1400 mg/l)
Meragukan (1401-2100 mg/l)
Berbahaya (>2100 mg/l)

45%

Gambar 1. Klasifikasi air berdasarkan salinitas

Klasifikasi Air Berdasarkan Jenis Air


Air sumur bor yang termasuk yang didapatkan bahwa air sumur
klasifikasi air berdasarkan jenis air bor sebagian besar sudah terasa
tawar sebesar 4%, sedang sebesar payau. Klasifikasi air berdasarkan
27% dan payau sebesar 69%. Hasil jenis air dapat dilihat pada Gambar 2.

Klasifikasi Air Berdasarkan Jenis Air

4%
27%

Air Tawar (<500 mg/l)


Sedang (500-1000 mg/l)
Pay au (1500-5000 mg/l)
69%

Gambar 2. Air sumur bor berdasarkan jenis air

Pengaruh Kedalaman Sumur Bor Terhadap Nilai Salinitas


Sumur bor pada kedalaman bor pada kedalaman >100 meter
65-100 meter (Gambar 3) yang yang termasuk dalam klasifikasi
termasuk dalam klasifikasi berbahaya tidak ditemukan,
berbahaya sebesar 24%, meragukan meragukan sebesar 9%, diijinkan
sebesar 18%, diijinkan sebesar 1% sebanyak 44% dan bagus sebesar
dan bagus tidak ditemukan. Sumur 4%.
40

Kedalaman Sumur Bor


0% Bagus (>175-525 mg/l)
0% 1%
9% 18%
Diijinkan (526-1400 mg/l) Kedalaman
Meragukan (1401-2100 mg/l) 65-100
Berbahaya (> 2100 mg/l) meter
Bagus (>175-525 mg/l)
Diijinkan (526-1400 mg/l)
Meragukan (1401-2100 mg/l)
Kedalaman
24% Berbahaya (> 2100 mg/l)
>100 meter
44%
4%

Gambar 3. Kedalaman Sumur Terhadap Nilai Salinitas

Pemetaan Salinitas
Jumlah sumur bor yang Hasil pemetaan salinitas di
diukur sebanyak 198 sumur dan Kelurahan Belawan II dapat dilihat
diperoleh data salinitas air sumur pada Gambar 4.
bor kemudian dilakukan pemetaan.

Pembahasan
Klasifikasi Air Berdasarkan Salinitas
Berdasarkan Gambar 1 hasil tersebut digunakan untuk memenuhi
pengukuran didapatkan bahwa air kebutuhan sehari-hari tetapi
sumur bor yang termasuk dalam memiliki kualitas air yang jelek
klasifikasi meragukan yang paling untuk bahan baku air minum. Air
besar mencapai 45%. Air sumur bor sumur bor yang termasuk dalam
41

klasifikasi meragukan tidak dapat dimana merupakan daerah sepanjang


dikonsumsi sebagai air minum dan pantai. Airnya asin, payau dan tanah
masak. Air sumur bor yang termasuk banyak mengandung garam terutama
dalam klasifikasi meragukan dengan natrium (Sitorus, 2011).
nilai salinitas 1401-2100 mg/l (dapat Air sumur yang termasuk
dilihat pada Lampiran 5). dalam klasifikasi bagus mencapai
Berdasarkan Hidayat (2011) 4% (Gambar 1). Air sumur bor
menyatakan air laut memiliki kadar tersebut memiliki salinitas antara
garam sekitar 33.000 mg/l, 175-525 mg/l. Menurut Gustian dan
sedangkan kadar garam air payau Suharto (2005) menyatakan bahwa
berkisar 1.000 – 3.000 mg/l. Air masalah bau dan kandungan
minum tidak boleh mengandung beberapa jenis garam terlarut, yang
garam lebih dari 400 mg/l. Melebihi tidak dikehendaki dapat menurunkan
600 mg/l, yang menurut standar mutu bahan baku air minum. Adanya
Departemen Kesehatan air tersebut beberapa jenis garam dalam air dapat
tidak layak dikonsumsi. berasal dari mineral tanah/batuan
Hasil pengukuran didapatkan yang terlarut dalam air atau
bahwa yang termasuk dalam peresapan (intrusi) air laut ke
klasifikasi diijinkan mencapai 27% daratan. Sumber air tanah pada
(Gambar 1). Air sumur bor yang kawasan pesisir mempunyai tingkat
termasuk dalam klasifikasi diijinkan salinitas tinggi sehingga air tersebut
dengan nilai salinitas 500-1500 mg/l. tidak memenuhi syarat sebagai air
Air sumur yang diijinkan tidak dapat minum.
digunakan sebagai air minum tapi Hasil pengamatan di
dapat digunakan untuk kebutuhan Kelurahan Belawan II terdapat
lain. Kodoatie (1996) menyatakan beberapa sumur bor yang memiliki
bahwa kadar garam di dalam air air bersih diperjualbelikan oleh
melebihi dari yang diijinkan maka penduduk. Pengambilan lebih air
pengaruh salinitas terhadap manusia tanah yang dilakukan penduduk
adalah pada kesehatan manusia. dapat menyebabkan melengkungnya
Pengaruh salinitas terhadap tanaman tinggi muka air tanah (atas dan
dapat menyebabkan penurunan bawah) di sekitar sumur. Menurut
jumlah produksi. Pada ikan Indahwati, dkk (2013) bahwa
menyebabkan pertumbuhan yang eksploitasi air tanah yang terus
terganggu dan terhambatnya proses berlangsung dan semakin meningkat
osmoregulasi. Dampak salinitas dari waktu ke waktu diduga telah
terhadap tanah yang dominan adalah mengakibatkan terjadinya intrusi air
pada proses terjadinya erosi tanah. laut. Hal ini ditunjukkan dengan
Air sumur yang termasuk semakin bertambahnya sumur
dalam klasifikasi berbahaya penduduk yang berubah menjadi
mencapai 24% (Gambar 1). Air payau/salin. Air tanah yang disedot
sumur bor yang termasuk dalam secara besar-besaran sehingga terjadi
klasifikasi berbahaya dengan nilai ketidakseimbangan antara
salinitas > 2100 mg/l, Air sumur bor pengambilan / pemanfaatan dengan
yang termasuk dalam klasifikasi pembentukan air tanah. Hal ini dapat
berbahaya dikarenakan tipe lahan menyebabkan menurunkan air tanah,
Kecamatan Medan Belawan di daerah pesisir penurunan
didominasi tipe lahan Marin yang permukaan air tanah akan
42

mengakibatkan perembesan air laut air berasa agak payau. Menurut


ke daratan (intrusi), karena tekanan Permenkes RI (1990) menyatakan
air tanah menjadi lebih kecil bahwa kualitas atau mutu yang
dibandingkan dengan tekanan air disyaratkan untuk air bersih adalah
laut. berdasarkan syarat fisik, kimia dan
bakteri sesuai standart atau baku
Klasifikasi Air Berdasarkan Jenis mutu yang berlaku. Untuk
Air mengetahui kualitas air dapat
Kondisi air sumur gali di Kelurahan dilakukan dengan uji laboraturium,
Belawan II sebagian besar sedangkan syarat fisik dapat
mempunyai kondisi tidak layak dilakukan pengamatan langsung
pakai yaitu berasa payau, yang meliputi: tidak berwarna, tidak
mempunyai bau yang tidak sedap berasa, tidak berbau dan jernih.
dan air berwarna kuning. Hampir Gambar 2 Menunjukkan
semua penduduk menggunakan bahwa air sumur bor yang termasuk
sumur bor dan jasa air dari PDAM jenis air tawar sebesar 4%, dimana
untuk memenuhi kebutuhan sehari- air sumur bor tersebut berwarna
hari, karena sebagian air tanah di bening atau jernih. dan sebagian
Kelurahan Belawan II telah terkena kecil berasa air tawar. Berdasarkan
intrusi dari air laut. Jenis Keputusan Menteri (2000) bahwa
penggunaan air dari PDAM sebesar kualitas air asin atau payau tidak
80.67% dan penduduk yang layak untuk dijadikan bahan baku air
menggunakan sumur 19.33% (Data minum.
Monografi Kelurahan, 2012). Air yang berubah menjadi
Berdasarkan Gambar 2 jenis payau semakin lama akan semakin
air payau sebesar 69% dengan warna meningkat mengharuskan
air sumur keruh atau berwana kuning masyarakat untuk mencari alternatif
dan rasa air sumur bor berasa payau. lain dalam memperoleh air bersih.
Air payau adalah suatu campuran air Keterbatasan sumber-sumber air
tawar dan air laut. Menurut Sriyono, yang dapat menyediakan air bersih
dkk (2011) bahwa nilai salinitas mengakibatkan minimnya alternatif
dapat digunakan untuk identifikasi yang dapat dimanfaatkan
pengelompokan jenis air tanah, masyarakat. Masyarakat dengan
termasuk kelompok tawar, sedang, kondisi ekonomi rendah menjadi
payau dan asin. Air tanah asin sasaran yang paling merasakan
diindikasikan sudah tercemar atau dampak dari kurangnya air bersih.
terintrusi oleh air laut. Demikian Penyediaan air bersih yang
juga untuk air payau dapat dilakukan oleh pemerintah belum
diindikasikan sudah terintrusi oleh merata. Hal ini dikatakan oleh Ibu
air laut yang berasa asin. Air tanah Sri bahwa di lingkungan tersebut
di kawasan pantai dapat berasa tawar belum ada penyediaan air bersih
payau maupun asin. sehingga air bersih diperoleh dengan
Air sumur bor yang termasuk cara membeli air dari warga yang
dalam jenis air sedang sebesar 27% memiliki air sumur bersih
(Gambar 2). Jenis air sumur sedang (wawancara langsung dengan warga
memiliki nilai salinitas 500-1500 desa).
mg/l. Warna air sumur bening tetapi Aliran air tanah sangat
terdapat warna air yang keruh dan mempengaruhi kondisi daerah
43

pantai, karena aliran ini menjaga ini dipengaruhi oleh faktor


keseimbangan antara air laut dan air lingkungan setempat seperti batuan
tanah. Pengambilan air tanah penyusun akuifer dan areal lintasan
(terutama dengan sumur baik pada saat aliran air bergerak dari
dangkal maupun dalam) secara tidak sumber air sampai ke tempat daerah
teratur akan berdampak pada jumlah penyimpanan cadangan air tanah
air bersih yang mengalir ke laut akan atau akuifer, kualitas air tanah juga
berkurang, sehingga keseimbangan dipengaruhi oleh perilaku manusia
antara air laut dan air tawar terutama menyangkut limbah yang
terganggu. Hasilnya adalah bahwa dihasilkan oleh aktivitas hidupnya
intrusi air laut akan lebih Air sumur bor yang termasuk
berkembang ke hilir. Masyarakat dalam klasifikasi meragukan sebesar
yang tinggal di pantai akan 18% (Gambar 3). Menurut Ginting
menyadari ketika penggunaan air (2011) bahwa kedalaman sumur bor
bersih (dari sumur) yang tadinya mempengaruhi kualitas air tanah.
merupakan air tawar menjadi air asin Sumber air khususnya air tanah
(Hamzah, 2011). ditunjukkan dari buruknya kondisi
sumber air baku berupa air payau, air
Pengaruh Kedalaman Sumur asin hingga keruh menunjukkan
Terhadap Nilai Salinitas bahwa adanya keterbatasan
Penggunaan sumur bor di masyarakat dalam pemanfaatan
Kelurahan Belawan II untuk mandi sumber daya air tanah. Kecil
dan mencuci, sedangkan untuk kemungkinannya untuk
minum dan memasak para penduduk mendapatkan air bersih untuk
tetap menggunakan air dari jasa sumber air baku yang dapat
PDAM. Kedalaman dari sumur bor dikonsumsi terutama melalui sumur.
mencapai puluhan meter ke dalam Air sumur bor yang termasuk
tanah, tetapi pada musim kemarau dalam klasifikasi diijinkan sebesar
kondisi air pada sumur tersebut 1% dan sumur bor yang termasuk
menjadi berkurang dan tampak agak klasifikasi bagus tidak ditemukan
keruh. Pada musim kemarau, warga (Gambar 3). Hal ini disebabkan oleh
yang menggunakan air sumur bor jumlah penduduk yang terus
memperoleh air bersih dengan berkembang pada suatu wilayah
membeli air bersih pada agen-agen tertentu akan mengakibatkan
penjualan air disekitar daerah peningkatan akan ruang untuk hidup.
mereka. Sejalan dengan pertambahan jumlah
Berdasarkan Gambar 3 penduduk semakin sempit lahan,
kedalaman sumur 65-100 meter air maka semakin sempit pula infiltrasi
yang termasuk klasifikasi berbahaya (peresapan air ke dalam tanah) yang
sebesar 24%. Dari hasil diatas dapat terjadi karena tertutup oleh
dikatakan bahwa kedalaman sumur bangunan-bangunan. Selain itu
mempengaruhi nilai salinitas. pertambahan penduduk akan pula
Berdasarkan Sastra (2011), sumur meningkatkan kebutuhan akan air,
dalam dan terletak di dekat pantai pada akhirnya akan berpengaruh
tidak tercampur dengan air asin, terhadap daya dukung lahan untuk
tetapi terkadang percampuran menyediakan air (Sitorus, 2011).
tersebut terjadi meskipun sumur Berdasarkan Gambar 3
tersebut dangkal dan cukup jauh. Hal sumur bor yang termasuk dalam
44

klasifikasi diijinkan sebesar 44% dan dari sedimen lepas berupa


klasifikasi bagus sebesar 4%. dengan bongkahan, kerikil, pasir, lempung
kedalaman lebih dari 100 meter. dan batu gamping termasuk di dalam
Pada posisi yang dalam pada sumur satuan aluvium dan ketebalan antara
bor akan diperoleh air bersih. 10-30 meter. Akuifer yang tersusun
Menurut Revology (2013), apabila oleh material batu pasir diperkirakan
rumah berada di pesisir pantai atau memiliki derajat kelulusan yang
di pinggir laut atau di daerah lain cukup tinggi dan apabila dipengaruhi
yang memiliki kandungan garam intrusi air laut maka batu pasir akan
tinggi dilakukan pengeboran dengan lebih cepat terintrusi oleh air laut
kedalaman diatas 100 meter untuk dibandingkan dengan material pasir
memperoleh air bersih. Kualitas air atau kerikil, mengingat batu pasir
ini layak untuk digunakan sebagai bersifat lebih porous. Porous
air bersih untuk mandi, mencuci dan merupakan sifat tanah yang
kegiatan lainnya. mempunyai pori-pori dalam tanah
Air sumur bor yang termasuk dalam jumlah banyak sehingga
dalam klasifikasi meragukan sebesar kemampuan air menyerap air tinggi.
9% (Gambar 3). Hal ini dapat terjadi Sifat yang sulit untuk melepas air
karena adanya proses pasang surut adalah lempung sehingga intrusi air
dari air laut serta berat jenis laut yang terjadi akan sulit untuk
kandungan air laut yang lebih besar dikendalikan atau diatasi, sedangkan
dari pada air tawar sehingga mampu batu gamping dan kerikil mampu
mendesak air tawar. Semakin tinggi menyerap air hujan lebih banyak.
fluktuasi pasang surut dan semakin
landai daerah daratan kegaraman air Pemetaan Salinitas
ke daerah daratan pantai maka akan Penentuan lokasi di lapangan
semakin jauh pengaruh kegaraman dilakukan mencatat letak koordinat
air ke arah daratan sehingga zona sumur bor, longitude, latitude
transisi air laut dan air tawar juga dengan menggunakan GPS (Global
semakin luas (Hamzah, 2011). Position System). Dilakukan
Semakin banyak pengguna Pengambilan sampel pada titik
sumur bor maka semakin cepat koordinat, kemudian diolah dengan
terjadi intrusi air laut. Gangguan menggunakan Sofware ArcGIS 10.
keseimbangan air dapat dilihat pada Data hasil penelitian yang diperoleh
Gambar 3. Menurut Lestari, dkk adalah hasil pengukuran salinitas air
(2012), jika terjadi pengambilan air sumur bor sebagai kandungan
yang berlebihan dan tidak terkontrol konsentarsi garam dan titik
pada akuifer pantai ini, maka koordinat sebagai lokasi sumur bor
mengakibatkan turunnya muka air berada.
tanah. Jika dilakukan pemompaan Berdasarkan Gambar 4
secara terus menerus dalam daerah penelitian di sebelah utara
kapasitas yang besar, maka dan barat berbatasan dengan
permukaan air laut akan mencapai Belawan I, di sebelah timur
dasar sumur. Akibatnya terjadi berbatasan dengan Bagan Deli, dan
pencampuran antara air laut dengan di sebelah selatan berbatasan dengan
air tawar. Belawan Bahari. Pemukiman padat
Berdasarkan data geologi terdapat di daerah penelitan. Sebaran
jenis batuan yang terdapat terdiri salinitas yang bervariasi mulai dari
45

klasifikasi bagus dengan nilai pasang surut air laut, tetapi juga
salinitas 175-535 mg/l, diijinkan pengaruh dari perubahan iklim
dengan nilai salinitas 526-1400 mg/l, global. Beberapa kota di Indonesia
meragukan antara 1401-2100 mg/l mengalami peningkatan yang paling
dan berbahaya lebih dari 2100 mg/l. besar, yaitu Kota Semarang,
Pada Gambar 4 sebaran salinitas Belawan (Medan), dan Jakarta
yang paling mendominasi adalah merupakan kota terdampak kenaikan
1666 mg/l-2000 mg/l, dimana air muka laut itu, berkisar 5-9,37
sudah termasuk dalam klasifikasi milimeter per tahun pada tahun
meragukan. 1990-an. Selain itu di Pulau
Topografi daerah Belawan Kalimantan walaupun tidak
merupakan daerah pesisir dengan termasuk wilayah yang mengalami
sungai yang bermuara ke laut. kenaikan muka air laut terbesar,
Kecamatan Medan Belawan kenaikan muka air laut juga perlu
merupakan morfologi dataran pantai, diantisipasi (Dasanto, 2011).
dengan ketinggian 0-3 meter diatas
permukaan laut. Letak geografis Arahan Pengelolaan Sumberdaya
Kecamatan Medan Belawan Air
termasuk dataran rendah. Daerah Sarana penyediaan air bersih
dataran rendah merupakan daerah untuk Kelurahan Belawan II tidak
yang cenderung lebih cepat sepenuhnya dapat diperoleh dari
berkembang dibandingkan daerah Perusahaan Air Minum (PAM),
yang memiliki topografi lebih tinggi. maka air tanah (sumur bor)
Penggunaan lahan di daerah dataran merupakan salah satu cara yang
ini dari tahun ke tahun mengalami paling banyak dipilih penduduk
perubahan yang mengarah menjadi untuk mendapatkan air bersih
daerah pusat kota, pemukiman, sebagai sumber air bersih alternatif.
perkantoran, dan wilayah industri. PAM mampu menjangkau pelayanan
Perkembangan ini merupakan gejala hanya melayani bagian kota tertentu
wajar dari perkembangan kota. saja, sehingga warga menggunakan
Topografi yang berbentuk dataran air sumur bor untuk pemenuhan
ini dapat berfungsi sebagai daerah kebutuhan air bersihnya. Akibat
discharge (daerah buangan) karena pemanfaatan sumur bor yang
frekuensi pengambilan air tanah semakin tidak terkendali
yang relatif sehingga pada daerah ini menyebabkan penurunan muka air
perkembangan penduduknya tumbuh tanah. Penurunan muka air tanah
pesat. Sebagai contoh perubahan tata akan menyebabkan terjadinya intrusi
guna lahan yang terus berkembang air laut semakin cepat sehingga
dari tahun ke tahun pada Gambar 11. diperlukan arahan pengelolaan
Akibat perubahan tata guna sumberdaya air. Arahan pengelolaan
lahan dan iklim global menyebabkan sumberdaya air sebagai berikut:
kenaikan muka air laut yang sering 1. Perlu adanya aturan mengenai
disebut dengan sea level rise (SLR) pemanfaatan air tanah dan air
merupakan peningkatan volume air permukaan
laut yang disebabkan oleh faktor- Penegakan aturan penggunaan
faktor kompleks. Namun, saat ini air permukaan maupun air tanah
semakin tingginya muka air laut menurut kriteria efisiensi pemakaian
bukan lagi hanya karena proses dari dan memberikan pinalti setiap
46

bentuk penyalahgunaan air dan komponen hidrologi seperti : air


pelanggaran terhadap ketentuan permukaan dan air tanah serta
ditindak secara tegas dan konsisten. Mmeningkatkan efisiensi pemakaian
Menurut Kodoatie (1996) air untuk irigasi (Putranto, 2009).
menyatakan bahwa perlu dibuatnya
Undang-Undang yang mengatur Kesimpulan
pemanfaatan air tanah dan air Nilai salinitas sumur bor di
permukaan yang bersifat integral Kelurahan Belawan II rata-rata 333-
dalam artian berlaku untuk seluruh 3000 mg/l. Hasil analisis salinitas
kota-kota besar di Indonesia tanpa yang termasuk dalam klasifikasi
harus menunggu sampai masalah bagus sebesar 4%, diijinkan sebesar
intrusi menjadi masalah yang 27%, meragukan sebesar 45% dan
mendasar bagi setiap penghuni di berbahaya 24%. Hasil analisis
daerah pantai. berdasarkan jenis air yang termasuk
2. Pembuatan sumur resapan dalam klasifikasi air tawar sebesar
Pembuatan sumur resapan 4%, sedang sebesar 27% dan payau
sebagai pemasok air tanah. Menurut sebesar 69%. Air sumur bor di
Asdak (2007), untuk daerah dengan Kelurahan Belawan II mendominasi
tingkat pemukiman termasuk padat, jenis air payau. Hasil penelitian
pembuatan sumur-sumur resapan menunjukkan sumur bor yang
dapat dilakukan di sekitar tempat memiliki kedalaman >100 meter
tinggal. Pembuatan sumur resapan akan memperoleh air yang
dapat dilakukan di belakang atau di klasifikasi kadar garam yang baik.
depan (samping) rumah, melalui Klasifikasi kadar garam yang
talang dapat dialirkan ke dalam berbahaya terdapat pada kedalaman
sumur resapan. 65-100 meter. Sebaran salinitas yang
3. Pelayanan PDAM ditingkatkan bervariasi mulai dari klasifikasi
Pemerintah daerah perlu bagus dengan nilai salinitas 175-535
berupaya untuk bisa memberikan mg/l, diijinkan dengan nilai salinitas
pelayanan PDAM ke tempat-tempat 526-1400 mg/l, meragukan antara
pelosok di Kelurahan Belawan II. 1401-2100 mg/l dan berbahaya lebih
Berdasarkan Indahwati, dkk (2013) dari 2100 mg/l. Arahan pengelolaan
memberikan saran bahwa perlu sumberdaya air yang dapat
memberikan pelayanan PDAM ke dilakukan yaitu perlu adanya aturan
daerah-daerah sekitar pantai, agar mengenai pemanfaatan air tanah dan
kesehatan penduduk setempat air permukaan, pembuatan sumur
terjamin dengan tidak resapan, pelayanan PDAM perlu
mengkonsumsi air baku dari sumur ditingkatkan dan konservasi air
dangkal dan bor yang terintrusi air tanah.
laut.
4. Konservasi air tanah Saran
Konservasi air bertujuan untuk Perlu diadakan penelitian
lebih lanjut untuk meneliti faktor-
meningkatkan jumlah air yang faktor lain yang mempengaruhi
masuk ke dalam tanah dan membuat perubahan kualitas air tanah.
pemanfaatan air secara lebih efisien. Pemerintahan perlu mengadakan
Cara konservasi ini dapat penyuluhan kepada masyarakat
mengenai dampak dari pengambilan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu : air tanah dan penebangan hutan
meningkatkan pemanfaatan dua mangrove seperti penurunan
47

permukaan tanah dan intrusi air laut. Perolehan Air Dari


kepada masyarakat sebaiknya Pemanfaatan Air Bawah
pemanfaatan dan penggunaan air Tanah Dalam Menentukan
tanah tidak dilakukan secara Pajak Pemanfaatan Air
berlebihan. Bawah Tanah. 1451
K/10/MEM/2000.
Daftar Pustaka Kodoatie, R. 1996. Pengantar
Asdak, C. 2007. Hidrologi Dan Hidrogeologi. ANDI.
Pengelolaan Daerah Aliran Yogyakarta.
Sungai. Gadja Mada Permenkes RI No.
University Press, 416/Menkes/PER/XI. 1990.
Yogyakarta. Syarat-Syarat dan
Dasanto, B. 2011. Penilaian Dampak Pengawasan Kualitas Air.
Kenaikan Muka Air Laut. Jakarta.
Institut Teknologi Bandung. Putranto, T T dan Kristi. 2009.
Ginting, E. 2011. Analisis Intrusi Air Permasalahan Air Tanah
laut Pada Sumur Gali dan Pada Daerah Urban. Jurnal
Sumur Bor Dengan Metode Teknik Vol. 30 No. 1 : 48-56.
Konduktivitas Listrik Di Revology. 2013. Cara Mengatasi Air
Kecamatan Hamparan Perak. Kuning dan Berpasir.
Tesis. Universitas Sumatera http://sumurbor.revologyindo
Utara. nesia.com [Tanggal Akses:
Gunawan, S. 2012. Pengaruh 12 November 2013].
Kegiatan Industri Terhadap Sastra, Z. 2011. Analisis Intrusi Air
Kualitas Air Sumur Pada Laut Dan Zona Klorida Pada
Permukiman Penduduk Di Sumur Bor Dalam Dan
Desa Dagang Kelambir Dangkal Di Kawasan Kota
Kecamatan Tanjung Morawa Medan Dan Sekitarnya.
Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Universitas Sumatera
Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Utara. Siregar, A L. 2007. Pendugaan
Gustian, I dan Suharto. 2005. Studi Potensi Tegakan Hutan Pinus
Penurunan Salinitas Air (Pinus merkusii) di Hutan
dengan Menggunakan Zeolit Pendidikan Gunung Walat,
Alam yang Berasal dari Sukabumi, Dengan Metoda
Bengkulu. Jurnal Gradien Stratified Systematic
Vol.1 (1) : 38-42. Sampling With Random Start
Hamzah, M S. 2011. Hidrologi Menggunakan Unit Contoh
Pantai Dan Kebutuhan Air Lingkaran Konvensional dan
Masyarakat Pesisir. Jurnal Tree Sampling. Skripsi.
Fisika. Vol. 9 (1) : 68-88. Institut Pertanian Bogor.
Hidayat, R. 2011. Rancang Bangun Sitorus, E. 2011. Analisis Intrusi Air
Alat Pemisah Garam dan Air laut Pada Sumur Gali dan
Tawar dengan Menggunakan Sumur Bor Dengan Metode
Energi Matahari. Skripsi. Konduktivitas Listrik Di
Institut Pertanian Bogor. Kecamatan Medan Belawan.
Indahwati, N., Muryani dan Pipit. Tesis. Universitas Sumatera
2013. Studi Salinitas Air Utara.
Tanah Dangkal Di Sriyon, Nur Qudus dan Dewi. Model
Kecamatan Ulujami Spasial Ketersediaan Air
Kabupaten Pamalang Tahun Tanah dan Intrusi Air Laut
2012. Pendidikan Geografi Untuk Penentuan Zone
Surakarta. Konservasi Air Tanah. Jurnal
Keputusan Menteri. 2000. Pedoman Skripsi. Universitas Negeri
Teknik Penentuan Nilai Semarang.

You might also like