You are on page 1of 8

PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

PENGGUNAAN METODE PECS (Picture Exchange Communication


System)
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK
AUTIS
1)
Euis Heryati, 2)Riksma Nurahmi RA, 3)Een Ratnengsih
1
Departemen Pendidikan Khusus, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Email:euis_heryati@upi.edu
2
Departemen Pendidikan Khusus, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Email:riksma_akhlan@upi.edu
3
Departemen Pendidikan Khusus, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Email:ratnengsih_een@upi.edu

Abstract
Qualitative disorders of communication are one of the characteristics possessed by children with autism. In
children with autism occurred late speech development and the child is trying to communicate nonverbally. In
this study tested method of Pecs (Picture Exchange Communication System) is an approach that can be used as
an alternative to training communication autistic children. This method adjusts the communication
characteristics and uniqueness of children with autism. This research aims to develop an approach to improve the
communication skills of children with autism before and after the intervention and the extent of influence
methods of Pecs in improving the communication skills of children with autism. The subjects were two autistic
children who experience barriers to communication. The method used is an experimental method with the
approach of Single Subject Research design A-B-A. The results showed that the mean level of capability to the
subject 1 in the communication capabilities at baseline-A (A-1) of 4.7 in the intervention phase obtaining the
mean level of 6.5, while the baseline phase-2 (A-2) after a given intervention get the mean level of 10. the early
ability subject 2 in communication skills at baseline-A (A-1) of 5.7 in the intervention phase obtaining the mean
level of 7.63, whereas the baseline phase-2 (A-2) after being given intervention to get the mean level of 11. the
results of the study the two subjects above results in improved communication skills of children with autism in
both subjects.

Keywords : Communication Skills, Autistic, Pecs ( Picture Exchange Communication System)

A. PENDAHULUAN Bagi semua anak, tanpa memandang


tingkat perkembangannya dan jenis atau
Manusia adalah makhluk sosial atau derajat kecacatannya, interaksi dan
makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, komunikasi merupakan fondasi penting
oleh karena itu untuk kelangsungan untuk belajar dan berkembang.
hidupnya manusia membutuhkan interaksi Perkembangan tidak terjadi secara vakum.
dan komunikasi dengan lingkungannya. Perkembangan terjadi secara simultan
Interaksi dan komunikasi terjadi dari dalam semua bidang perkembangan, dan
semenjak kita dilahirkan, walaupun tidak bidang-biang ini saling terkait dan saling
akan sama proses interaksi bayi, anak-anak mempengaruhi.
dan orang dewasa, karena interaksi dan
komunikasi memiliki tahapan tersendiri.
282
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

Anak autis dipahami sebagai anak Berdasarkan paparan di atas, maka


dengan gangguan perkembangan perlu dipikirkan suatu pendekatan atau
neurobiologis yang berat sehingga metode yang dapat mengembangkan
gangguan tersebut mempengaruhi kemampuan komunikasi dan interaksi anak
bagaimana anak belajar, berkomunikasi, autis, agar potensi yang mereka miliki
keberadaan anak dalam lingkungan dan akan berkembang sesuai dengan kebutuhan
hubungan dengan orang lain. dan kemampuannya. Salah satu metode
Komunikasi sebagai bagian penting yang dapat digunakan adalah PECS
dalam kehidupan sehari-hari dapat terjadi (Picture Exchange Communication
secara verbal maupun nonverbal. Dengan System). PECS ini merupakan suatu
berkomunikasi kita dapat membuat orang pendekatan untuk melatih kemampuan
lain mengerti apa yang kita inginkan atau komunikasi dengan menggunakan symbol-
butuhkan. Jika kemampuan komunikasi ini simbol verbal. PECS dapat digunakan
tidak ada , tentu sulit bagi orang lain untuk untuk mengembangkan keterampilan
mengerti apa yang kita inginkan. komunikasi anak autis atau anak-anak
Gangguan kualitatif dalam komunikasi yang perkembangan bahasanya tidak
merupakan salah satu karakteristik yang menggembirakan dan mereka yang tidak
dimiliki oleh anak autis. Dengan adanya memiliki kemauan untuk berkomunikasi
gangguan ini, anak autis seringkali sulit dengan orang lain.
mengungkapkan berbagai hal baik tentang Berkenaan dengan hal tersebut, maka
dirinya maupun lingkungan di sekitarnya. masalah penelitian ini dirumuskan sebagai
Tuntutan agar anak autis terus dilatih berikut: “Bagaimana pengaruh penggunaan
bicara lancar tidak hanya muncul dari metode PECS terhadap peningkatan
orang tua saja tapi datang juga dari para kemampuan komunikasi anak autis?”
pendidik/guru. Para guru menuntut anak
autis berbicara lancar karena dengan B. KAJIAN LITERATUR
kepentingan program pembelajaran, Pada anak autis terjadi perkembangan
diantaranya diharapkan setidaknya anak bicara yang terlambat atau dapat sama
autis mampu menjawab secara lisan sekali tidak berkembang dan anak tidak
pertanyaan-pertanyaan sederhana. berusaha untuk berkomunikasi secara
Memang benar kemampuan bicara penting nonverbal. Bila anak autis dapat bicara
dalam pembelajaran, namun sesungguhnya maka bicaranya sering tidak dipakai untuk
yang lebih penting adalah pemahaman berkomunikasi.
terhadap bahasa dan kemampuan untuk Dari semua anak autis, sekitar lebih
berkomunikasi dua arah. dari setengahnya tidak memperoleh bahasa
Semua pihak (orang tua dan guru) yang bermanfaat (Rutter, 1978 dalam
harus menyadari bahwa yang harus Lewis 2003). Semakin terbatasnya
ditekankan adalah kemampuan komunikasi kemampuan bahasa pada masa kanak-
tidak hanya bicara, tapi semua aspek kanak, maka semakin buruk prognosis
komunikasi. Dengan pemikiran seperti itu perkembangan bahasa anak autis di masa
maka kita bisa melakukan berbagai hal mendatang (Howlin & Rutter, 2000 dalam
untuk mengembangkan kemampuan Lewis 2003).
komunikasi anak autis. Kita bisa Anak autis mengalami kesulitan dalam
mengembangkan kemampuan komunikasi berkomunikasi karena mereka mengalami
anak autis karena sesungguhnya mereka hambatan dalam perkembangan bahasanya.
masih memiliki potensi untuk Sedangkan bahasa merupakan media
berkomunikasi misalnya dengan gerak utama dalam komunikasi. Jadi apabila
tubuh atau dengan visualnya. perkembangan bahasa mengalami
283
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

hambatan, maka kemampuan komunikasi Subjek dalam penelitian ini adalah


pun akan terhambat. dua orang anak autis yang mengalami
Berdasarkan kondisi tersebut di atas hambatan dalam komunikasi.
banyak orang tua anak autis sangat cemas Pengambilan data penelitian dilakukan di
dengan perkembangan kemampuan Laboratorium Jurusan Pendidikan Khusus
komunikasi dan interaksi anaknya. Karena dan SLB-C Asih Manunggal.
itu, para orang tua berusaha untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi D. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan melatih anak untuk berbicara.
Metode PECS (Picture Exchange
Padahal melatih berbicara saja belum tentu
Communication System) merupakan suatu
tepat, karena hanya melatih berbicara
pendekatan yang dapat dijadikan
berarti hanya melatih salah satu aspek saja
alternative dalam melatih komunikasi
dari komunikasi. Dengan menuntut anak
anak autis karena secara teoritik metode ini
untuk berbicara lancar akan membuatnya
menyesuaikan dengan karakteristik
semakin tegang dan ketegangan itu
komunikasi dan keunikan-keunikan anak
menghambatnya untuk berpikir leluasa.
autis. Penelitian yang dillakukan pada 2
PECS dikembangkan untuk anak-anak
orang subjek anak autis ini dilakukan
autis karena kebanyakan anak autis
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
memiliki ingatan visual yang
dari penerapan metode PECS dalam
mengherankan, mereka dapat menghafal
meningkatkan kemampuan komunikasi
dengan mudah, mereka pembelajar visual,
anak autis yang cenderung mengalami
mereka dapat memproses banyak materi
hambatan.. Penelitian ini dilakukan kepada
dengan langkah yang cepat, dan sangat
dua subjek anak autis dengan setiap subjek
teliti dalam mengerjakan tugas-tugas
melalui tiga fase yaitu baseline 1 (A-1),
secara sempurna (Heflin et al., 2007).
intervensi (B), dan baseline 2 (A-2).
C. METODE PENELITIAN Data hasil penelitian menunjukan
bahwa kemampuan komunikasi subjek 1
Penelitian ini menggunakan metode mengalami peningkatan setelah diberikan
eksperimen, dengan pendekatan sunjek intervensi. Pada fase baseline-1 frekuensi
tunggal atau single subject research (SSR). berkomunikasi subjek terendah pada sesi
SSR mengacu pada strategi penelitian yang ke-1 yaitu 4 kali, sedangkan frekuensi
dikembangkan untuk mendokumentasikan tertinggi pada sesi ke-2 dan ke-3 yaitu 5
perubahan tentang tingkah laku subjek kali. Pada fase intervensi kemampuan
secara individu. komunikasi subjek dapat mencapai
Model yang digunakan yaitu model A frekuensi tertinggi pada sesi ke-11 yaitu 8
– B- A design. Pada model ini digunakan kali dan frekuensi terendah yaitu 6 kali.
dua kondisi kontrol (baseline) sebelum dan Pada fase baseline-2 kemampuan
sesudah intervensi. Baseline (A1): sesi komunikasi subjek tertinggi mencapai 11
pengamatan perilaku subjek penelitian kali pada sesi ke-14 dan terendah 9 kali
sebelum mendapat intervensi, Intervensi pada sesi ke-12. Secara visual dapat
(B): kegiatan-kegiatan intervensi dengan digambarkan melalui grafik sebagai
metode PECS. Baseline (A2): kemampuan berikut
subjek setelah intervensi.
:

284
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

Grafik.1
Kemampuan Komunikasi Subjek 1 Fase A1-B-A2

Berdasarkan hasil pengolahan data Data mean frekuensi komunikasi


pada fase baseline 1 (A-1), intervensi (B), yang diperoleh pada subjek 1 setiap fase
dan baseline 2 (A-2) didapatkan hasil yaitu baseline 1 (A-1) sebesar 4,7
bahwa penerapan metode PECS mengalami peningkatan pada fase
memberikan peningkatan pada intervensi (B) sebesar 6,5 kemudian
kemampuan komunikasi anak autis. Hal ini meningkat lagi pada fase baseline 2 (A-2)
dibuktikan dengan hasil mean level yang sebesar 10. Adapun jika divisualisasikan
diperoleh anak pada setiap fase frekuensi sebagai berikut
komunikasainya mengalami peningkatan.
:

Grafik 2
Mean Level Kemampuan Komunikasi Subjek 1

285
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

Berdasarkan pegambilan data yang Analisis antar kondisi subjek 1 dari


dilakukan diperoleh hasil pada fase fase baseline 1 (A-1) ke intervensi (B)
baseline 1 menunjukan frekuensi anak tidak mengalami data yang tumpang tindih
dalam komunikasi hanya berada pada (overlap), begitu pula pada fase intervensi
kisaran 4-6, pada fase intervensi setelah (B) ke baseline 2 (A-2) tidak mengalami
diberikan beberapa kali perlakukan dengan data yang tumpang tindih dengan hasil
menerapkan metode PECS mengalami presentase 0%.
perubahan dengan meningkatnya frekuensi Sedangkan data hasil penelitian
komunikasi anak. Peningkatan frekuensi menunjukan bahwa kemampuan
komunikasi dari setiap fase semakin komunikasi subjek mengalami peningkatan
meningkat frekuensinya secara signifikan. setelah diberikan intervensi. Pada fase
Analisis dalam kondisi subjek 1 baseline-1 frekuensi berkomunikasi subjek
pada fase baseline 1 (A-1) mengalami terendah pada sesi ke-1 yaitu 5 kali,
perubahan jejak data menaik, menurun, sedangkan frekuensi tertinggi yaitu 6 kali.
dan mendatar secara tidak stabil sehingga Pada fase intervensi kemampuan
menimbulkan kecenderungan arah yang komunikasi subjek dapat mencapai
menaik namun kecil. Pada fase intervensi frekuensi tertinggi pada sesi ke-11 yaitu 9
(B) anak mengalami hal yang sama seperti kali dan frekuensi terendah pada sesi ke-4
fase baseline 1 (A-1) namun anak yaitu 6 kali. Pada fase baseline-2
mengalami perubahan dan kecenderugan kemampuan komunikasi subjek tertinggi
arah yang menaik dengan frekuensi mencapai 12 kali pada sesi ke 13 dan
terdapat penambahan. Pada kondisi terendah 10 kali pada sesi ke-12. Secara
baseline-2 (A-2) anak mengalami visual dapat digambarkan melalui grafik
peningkatatan frekuensi dalam komunikasi sebagai berikut:
hingga akhirnya menimbulkan
kecenderungan arah yang menaik.

Grafik.3
Kemampuan Komunikasi Subjek 2 Fase A1-B-A2

Sedangkan data mean frekuensi mengalami peningkatan pada fase


komunikasi yang diperoleh dari setiap intervensi (B) sebesar 7,63 kemudian
yaitu fase baseline 1 (A-1) sebesar 5,7 meningkat lagi pada fase baseline 2 (A-2)
286
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

sebesar 11. Adapun jika divisualisasikan sebagai berikut :

Grafik 4
Mean Level Kemampuan Komunikasi Subjek 2

Hasil yang diperoleh pada fase (overlap), begitu pula pada fase intervensi
baseline 1 yaitu frekuensi anak dalam (B) ke baseline 2 (A-2) tidak mengalami
komunikasi hanya berada pada kisaran 5-7, data yang tumpang tindih dengan hasil
pada fase intervensi setelah diberikan presentase 0%.
beberapa kali perlakukan dengan Secara keseluruhan dari data yang
menerapkan metode PECS mengalami telah diperoleh dan diolah hasilnya
perubahan dengan meningkatnya frekuensi menunjukkan adanya peningkatan dalam
komunikasi anak. Peningkatan frekuensi kemampuan komunikasi pada kedua anak
komunikasi dari setiap fase semakin autis dalam penelitian tersebut. .Dengan
meningkat frekuensinya secara signifikan. demikian penerapan metode PECS
Analisis dalam kondisi subjek 1 (Picture Exchange Communication
pada fase baseline 1 (A-1) mengalami System) memberikan pengaruh yang
perubahan jejak data menaik, menurun, signifikan untuk meningkatkan
dan mendatar secara tidak stabil sehingga kemampuan komunikasi anak autis. Oleh
menimbulkan kecenderungan arah yang karena itu jika diberikan kepada anak
menaik namun kecil. Pada fase intervensi dengan kondisi dan karakteristik yang
(B) anak mengalami hal yang sama seperti sama seperti kedua subjek di atas
fase baseline 1 (A-1) namun anak dimungkinkan dapat meningkat
mengalami perubahan dan kecenderugan kemampuan komunikasinya.
arah yang menaik dengan frekuensi
terdapat penambahan. Pada kondisi
baseline-2 (A-2) anak mengalami E. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
peningkatatan frekuensi dalam komunikasi
Penggunakan Metode PECS (Picture
hingga akhirnya menimbulkan
Exchange Communication System) dapat
kecenderungan arah yang menaik.
dijadikan alternative dalam melatih
Analisis antar kondisi subjek 2
komunikasi anak autis karena metode ini
sama dengan subjek 1 yaitu dari fase
menyesuaikan dengan karakteristik
baseline 1 (A-1) ke intervensi (B) tidak
komunikasi dan keunikan-keunikan anak
mengalami data yang tumpang tindih
287
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

autis. Hasil penelitian ini menunjukan Densmore, A.E. (2007). Helping Children
bahwa mean level kemampuan awal subjek with Autism Become More
1 dalam kemampuan komunikasi pada Social;76 ways to use narrative
baseline-A (A-1) sebesar 4,7 pada fase play. USA: Preager Publishers,
intervensi memperoleh mean level 6,5, Greenwood Publishing Group, Inc.
sedangkan pada fase baseline-2 (A-2)
setelah diberikan intervensi mendapatkan Hadis, A. (2006). Pendidikan Anak
mean level sebesar 10. Sedangkan Berkebutuhan Khusus-Autistik.
kemampuan awal subjek 2 dalam Bandung: Penerbit Alfabeta.
kemampuan komunikasi pada baseline-A
(A-1) sebesar 5,7 pada fase intervensi Handojo, Y. (2004). Autisma: Petunjuk
memperoleh mean level 7,63, sedangkan Praktis dan Pedoman Materi untuk
pada fase baseline-2 (A-2) setelah Mengajar anak Normal, autis, dan
diberikan intervensi mendapatkan mean perilaku lain. Jakarta: PT. Bhuana
level sebesar 11. Hasil penelitian kedua ILmu Populer.
subjek di atas menunjukan metode PECS
(Picture Exchange Communication Heflin, J. L., & Alaimo, D. F. (2007).
System) memberikan pengaruh yang Students with autism spectrum
signifikan intuk meningkatkan kemampuan disorder: Effective instructional
kominikasi anak autis. practices. Upper Saddle River, N J:
Pearson

Howlin, P., Gordon, R. K., Pasco, G.,


F. REFERENSI
Wade, A. & Charman, T. (2007).
The effectiveness of Picture
Exchange Communication System
Bondy, A. & Frost, L. A. (1998). An (PECS) training for teachers of
introduction to PECS: The Picture children with autism: A pragmatic,
Exchange Communication System. group randomized controlled trial.
[video recording]. Newark, DE: Journal of Child Psychology and
Pyramid Educational Consultants. Psychiatry. 48 (5), 473-481.

Bondy, A. & Frost, L. A. (1994). PECS: Jordan, R. and Powel, S. (1995).


The Picture Exchange Understanding and Teaching
Communication System. Cherry Children with Autism. New York:
Hill, NJ: Pyramid Educational Jonh Wiley & Sons.
Consultants.
Judarwanto, W. (2006). Deteksi Dini Dan
Bondy, A. & Frost, L. (2002). The Picture Skrening Autis. Tersedia:
Exchange Communication System http://www.alergianak.bravehost.co
Training Manual. (2nd ed.). m
Newark, DE: Pyramid Educational
Products. Lewis, V. (2003). Development and
Disability. 2nd edition. UK:
Delphie, B. (2009). Pendidikan Anak Blackwell Publishers Ltd, a
Autistik. Sleman: PT Intan Sejati. Blackwell Publishing Company.

288
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

Murdock, L.C., Hobbs, J.Q. (2010).


Picture Me Playing:Increasing Play Wallin, J. M. (2004). Visual supports.
Dialogue of Children with Autism Retrieved March 24, 2009 from:
Spectrum Disorders. Juornal Of http://www.polyxo.com/visualsupp
Autism –Develompmental ort/index.html
Disorder, published online:25
september 2010. Wenar, C. and Kerig, P. (2006).
Developmental Psychology from
Pamuji.(2007). Model Terapi Terpadu bagi Infancy through Adolescence. 5th
Anak Autisme. Jakarta: Depdiknas, edition. Boston: McGraw-Hill.
Dirjen Dikti Direktorat
Ketenagaan. Wetherby, A.M. and Prizant, B.M,. (2005).
“Enhancing Language and
Rudi, L.J. (2007). Physical Therapy and Communication Development in
Autism, The Basics. Tersedia: Autism Spectrum Disorder:
http://autism. about. com. Assesment and Intervention
Guidelines”. Dalam Autism
Schwartz, I. S., Garfinkle, A. N., & Bauer, Spectrum Disorder: Identification,
J. (1998). The Picture Exchange Education, and Treatment. Edited
Communication System: by Dianne Zager. 3rd edition. USA:
Communicative outcomes for Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
young children with disabilities.
Topics in Early Childhood Yoder, P., & Stone, W. L. (2006b).
Education. 18(3), 144-159. Randomized comparison of two
communication interventions for
Vicker, B., (2010). Successfully using preschoolers with autism spectrum
PECS with children with ASD. The disorders. Journal of Consulting
Reporter, 15(3). Retrieved from and Clinical Psychology, 74, 426–
http://www.iidc.indiana.edu/index. 435. doi:10.1037/0022-
php!pageID=3285 006X.74.3.426

289

You might also like