You are on page 1of 4
JDAHULUAN nps merupakan infeksi virus akut sistemik yang tama mengenai anak usia sekolah dan dewasa ja dengan manifestasi klinis utama pembesaran snjar parotis.' Pada kepustakaan lama mumps but sebagai parotitis epidemika. Infeksi ini umum- persitat ringan dan dapat sembuh send, sepertiga g terinfeksi tidak menunjukkan gejala klinis. Pada dewasa dan usia tua manifestasi klinis biasanya smps endemis di seluruh dunia, Di Skandinavia a tahun 1377 ~ 1979 sebelum ada program nas kejacian mumps mencapai 200 ~700/ 100.000 tuk per tahun. Di Amerika Sera, kejaian mumps run drasts seek dimulainyavaksinasi tahun 1967 tahun 1968 cilaporkan 185,691 kasus dan tahun hanya 266 kasus): Di Amerika Serikat mumps dapat mmukan sepanjang tahun, namun insdensi puncak i antarebulen Januari sampei Me. Pada bulan Juni sampai Januari 2010 diaporkan outbreak mumps di York dan New Jersey yang mencapai 1.521 kasus, ane 91% pasien berusia > 6 tahun dan 85 % pernah fapatvaksin MMR (measles, mumps rubella) 2 dosis? emi mumps telah dilaporkan pada barak milter jar, asrama,sekolah, kapal’ Mumps jarang tradi a ay di bawah satu tahun dan di Amerika Serikat % infeksi dlaporkan terjadi pada orang ber-usia di 15 tahun Tidak ada perbedaan kejadian parotts potata pria dan wanita. Manusia merupakan satu- ahospes alamiah vruni dan tidak dikenal Kons 99 MUMPS Carta A. Gunawan VIROLOGI Virus mumps merupakan famili Paromyxoviridae. Famili Paramyxoviridae mencekup : Rubulavirus (virus mumps, virus New Castle disease, virus parainfluenza tipe 2, 4a, 4b), Paramyxovirus (virus parainfluenza tipe 1 dan 3), ‘Morbilviras (measles) dan Pneumavirus (human respiratory syncytial virus). Virus mumps berbentuk sferis regular dengan diameter 90-300 nm. Genom virus mengkode 8 protein ; hemaglutinin-neuraminidase (HN), fusion protein (F), nucleocapsid protein (NP), phosphoprotein (P), ‘matrix protein (M), hydrophobic protein (SH), L. protein, Protein F dan HN tampaknya merupakan determinan ‘tama imunitas. Terdapat 13 genotipe (A sampai M) virus iketahui, namun hanya dikenal satu serotipe virus mumps. Pada suhu 4°C virus dapat bertahan selama beberapa hari rnamun pada suhu -65°C virus dapat hidup berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.’? PATOGENESIS ‘Transmisi virus terjadi melalui kontak langsung, droplet ruclei, muntahan yang masuk melalui hidung atau mulut. Penularan virus mumps tidak semudah virus measles atau varisela. Masa puncak penularan terjadi sesaat sebelum ‘tau cant timbul parotitis. Diperkirakan pada masa inkubasi, virus berproliferasi pada epitel saluran napas bagian atas dan terjadi viremia, pada tahap selanjutnya terlokalisasi pada kelenjar dan jaringan sarat'* PATOLOGI Pada pemeriksaan patologi kelenjar parotis yang terinfeksi virus mumps, didapatkan edema interstisial dan eksudat 736 serofibrinous yang didominasi oleh sel mononukleus. Gambaran patologi pada pankreas atau testis yang terkena mirip dengan parotis, kecuall perdarahan interstisial dan sel polimortonukleus lebih sering dijumpai pada ‘orkitis. Kadang-kadang didapatkan area yang mengalami infark pada testis dan pada kasus berat terjadi atrofi epitel germinal disertai hialinisasi dan fibrosis. Pada ensefalitis mumps (post-infectious encephalitis) didapatkan demielinisasi perivenaus, perivascular mononuclear cuffing, dan peningkatan sel mikroglia dengan neuron yang relatif baik."” GAMBARAN KLINIS Masa inkubasi mumps antara 2-4 minggu, kebanyakan 16- 18 hari. Gejala prodromal tidak khas, mencakup demam \gan, anoreksia, malaise, sakit kepala, Dalam waktu 1 hhari manifestasi klinis penyakit menjadi nyata dengan timbulnya sakit telinga dan nyeri pada kelenjar parotis Unilateral. Dalam waktu 2-3 hari kelenjar parotis membesar dan mencapai ukuran maksimal disertai nyeri hebat, Umumnya kelenjar parotis lainnya membesar 1-2 hari kemudian. Pembesaran kelenjar perotis unilateral terjadi pada 25% kasus. Pembesaran parotis bisa menyebabkan trismus dan kesulitan berbicara dan menelan. Setelah parotis mencapai besar maksimal, nyeri dan demam segera berkurang dan kelenjar parotis Kembali ke ukuran ‘normal dalam waktu 1 minggu. Komplikasi parotitisjarang terjadi, namun dilaporkan dapat terjadi sialiektasis yang ‘mengakibatkan sialadenitis akut ber-ulang atau sialadenitis kronis Selain kelenjar paratis, pada kurang lebih 10% ease dapat terjadi infeksi pada kelenjar submandibula dan kelenjar sublingual."* Manifestasi mumps di luar kelenjar ludah mencakup berbagai organ. Meningitis didapatkan pada 1-10% kasus, biasanya terjadi 4 hari setelah parotitis, namun dapat terjadi 1 minggu sebelum atau 2 minggu setelah parotitis. Kejadian pada pria 3 kali lebih sering daripada ‘anita. Meningitis karena mumps biasanya bersifatringan dan sembuh total tanpa sekuele. Ensefaltis dilaporkan, terjadi pada 1 diantara 6,000 sampai 400 kasus. Ensefalits terjadi pada saat bersamaan dengan munculnya parotitis, ‘sebagai akibat invasi virus pada neuron dan sebagian besar terjadi 7-10 hari setelah onset parotitis (proses demielinasi ppasca-infeksi) yang berhubungan dengan respon imun hospes tethadap virus. Manifestasi Kinis ensefalitis mumps rmeliputi demam tinggi, penurunan kesadaran, kejang, paresis, afasia, gerakan involunter. Kematian terjadi pada 1.4% kesus dan biasanya pada fase awal invasi virus ke susunan saraf pusat Gejala naurolagi membaik dalam waktu 1-2 minggu, namun dilaporkan adanya sekuele seperti gangguan psikomotor dan kelzinan konvulsit. Taba 1. Manito Frekuensi (%) Manifestasi Kelenjar Parotitis 60-70 Adenitis submandibula/sub- 4, lingual Epididimo-orkitis 25 (pria post-put Ooforitis 5 (wanita post-pub Pankreattis 4 Neurologi Pleositosis CSF esimptomatik 50 Meningitis aseptik 1-10 Ensefatls ope-u3 Ketulian sementara 4 Lain-tain ‘Abnormalitas EKG S15 4 Gangguan fungsiginjalringan 30-60 a Gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi yang bersifat sementara dilaporkan pada 4,4% kasus dan pads 1:20.000 kasus terjadi tuli permanen unilateral. Manifestash neurologi lainnya meliputi ataksia serebelar, facial poly tranverse myelitis, ascending poliradiculitis (Guillain-Barre syndrome), poliomyelits-ike syndrome, stenosis aqueductal yang dapat menyebabkan hidrosefalus. Pada orang ‘dewasa, epididimo-orkitis merupakan manifestasi di luge kelenjarludah yang paling sering (20- 30 %).'* Dua pertiga kasus terjadi pada minggu pertama parotitis dan 25% terjadi pada minggu kedua, Namun demikian, keteribatan gonad dapat terjadi sebelum parotitis muncul atau ‘menjadi catu-catunya manifestaci mumps, Gambaran Klinis epididimo-orkitis edaleh pembesaran skrotum disertas rasa nyeri dan kemerahan. Epididimitis didapatkan pads 85% kasus dan biasanya mendahului orkits. Testis dapat membesar sampai 3-4 kali ukuran normal dan membaik dalam waktu sekitar Shari, tetapi nyeri dapat berlangsung sampai 2 minggu pada 20% kasus. Orkitis bilateral terjadi kurang dari 15% kasus. Bila testis diperiksa beberapa bulan atau tahun kemudian, arofiringan didapatkan pada SO% pasien.Infertilitas yang disebabkan orkitis mumps sangat jarang. Beberapa kasus keganasan testis yang disebabkan ‘orkitis mumps pemah dilaporkan. Pada 5% wanita dewasa: dilaporkan terjadi ooforitis. Gangguan fertilitas dan menopause dini akibat ooforitis mumps sangat jarang. Kelainan sendi yang bethubungan dengan mumps iantaranya poliartrtis migrans yang melibatkan sendi bbesar maupun kecil. Pankreatitis biasanya ringan, ditandal ‘oleh demam, mual, muntah, nyeri epigastrium, Miokarditis Jarang terjadi, namun pernah dilaporkan kematian karena ‘miokarditis yang berkaitan dengan mumps. Kelainan £kG didapatkan sampai 15% kasus, paling sering ST depresi T inversi, pemanjangan interval PR. Kematian karena is yang berhubungan dengan mumps juga pernah sporkan. Manifestasi lain yang sangat jarang antara lain iditis, mastitis, prostatitis, hepatitis, trombositopenia ura MPLIKASI ksi virus mumps pada wanita hamil trimester pertama pat meningkatkan risiko kematian janin dalam jungan dan berat badan lahir rendah (7,7%), namun 3k menyebabkan malformasi fetus. Beberapa kasus tes pada usia muda juga dilaporkan berhubungan gan mumps."* |UNOLOGI tibodi terhadap protein NP dengan pemeriksaan plemen-fiksasi dapat terdeteksi segera bersamaan jan onset klnis, sedangkan antibodi terhadap protein ‘mulai meningkat belakangan dan mencepai puncak minggu setelah onset klnis, namun bertahan selama Jhun-tahuin. Reteks! IgM anti-NP dengan metode [ELSA merupakan pemerikssan serologi fase awal yang ing sensitf dan digunakan CDC untuk mendiagnosis feksi akut mumps.? Neutralizing-antibody terhadap ‘protein HN dan F muncul pada masa konvalesen dan ‘Bertahan selama beberapa tahun. Imuritas terhadap ips bertahan seumur hidup."®" DIAGNOSIS Diagnosis mumps umumnya berdasarkan gambaran Binis yang Khas yitu pembesaran dan nyeri pada lenjar parots disertai gejala konsttusional, Pada fiksaan laboratorium didapatkan jumlah levkost 2l atau leukopenia dengan limfositors relat Bila patkan meningitis, pankreatitis atau orks, sing ukan leukositosis dengan shift to the left Amilase [serum meningkat dan tetap tinggi selama 2-3 minggu imnva pemeriksaanlaboratorium spesii untuk kasus [pumps yang Khas tidak dperlukan. Diagnosis deftf erdasarkan pemeriksaanserologisolasi virus atau PCR [Adanya gM dengan pemerits2an ELISA atau peningkatan {al ipat serum fase akut dan fase korvalesen dengan ‘es CF, HAI, ELISA, neutralisasi memastikan diagnosis.’” Metode RT-PCR merupakan teknik pemerksaan yang “paling sensi dan spesfi Virus dapat isla dari saliva alam watt 6 hari sebelum sampai Shar setela timbul fejlaparotits. Data menunjukkan shedding virus relati Ferd dla 5 a setle onset parotitssehingge lols 237 pasien tidak perlu lebih dari § hari setelah onset klnis.* Virus dapat diisolasi dari calran serebrospinal pasien dengan meningitis selama 3 hari pertama onset penyakit ddan bertahan paling lama 6 hari-Virus juga dapat diisolesi dari urine solama 2 minggu pertama onset penyakit (pada 5 hari pertama, 72% menunjukkan hasil postif). Viremia sulit dideteksi dan hanya terjadi pada 2 hari pertama onset penyakit. DIAGNOSIS BANDING Beberapa virus seperti virus parainfluenza 3, virus ‘coxsackie, virus influenza A juga menyebabkan parotitis, Pada kondisi ini, untuk membedakan dengan mumps harus dilakukan pemeriksaan serologi atau kultur virus. Pembesaran kelenjar parotis bilateral pada anak-anak sering disebabkan oleh virus HIV. Parotitis supuratif biasanya disebabkan Staphylococcus aureus atau bbakteri gram negatif, Pembesaran kelenjar parotis yang disebabkan oleh obat-obatan (fenilbutazon, tiourasil, jodida, fenotiazin) atau kelainan metabolik (diabetes ‘melitus, malnutris, sirosis, uremia) biasanya bilateral dan asimptomatik. Beberapa penyakit lain yana menyerupai ‘mumps antara lain Mikulicz’s syndrome, Parinaud’s syndrome, demam uveoparotid, sarkoidosis, Sjogren's syndrome. Pembesaran kelenjar parotis unilateral juga dapat disebabkan oleh obstruksi duktus karena batu atau striktura, kista parotis, tumor parotis."* PENATALAKSANAAN Terapl partis mumps aula simptomatik dan suportif Diberikan analgesik-antipiretik untuk mengurangi nyeri karena pembengkakan parotis dan menurunkan demam. Pada pasien meningitis atau pankreatitis dengan intake yang kurang atau muntah-muntah diperlukan pemberian Cclran intravena. Sebuah penelitian melaporkan bahwa ‘pemberian interferon-alfa 2b pada 4 pasien dengan orkitis ‘mumps bilateral menunjukkan perbaikan gejala yang cepat dan tidak terjadi atrofi testis atau oligospermia selama pemantauan. Gellis dkk melaporkan bahwa pemberian 20 ml imunoglobulin mumps pada pasien pria dewasa, mengurangi kejadian orkitis dari 27.4% menjadi 7,8%.'* PENCEGAHAN Untuk mencegah transmisi virus ke orang lain, pasien dengan mumps sebaiknya diisolasi selama 5 hari setelah ‘onset partitis, meskipun upaya ini kurang efektif karena virus dapat menyebar ke orang lain beberaps hari sebelum 738 ‘muncul gejala klnis. Pada masa lalu pernah digunakan imunoglobulin mumps untuk proteksi pasif, namun pengalaman di Alaska menunjukkan imunoglobulin ini tidakemenurunkan kejadian parotitis atau rsiko terjadinya meningitis dan orktis. Dewasa ini digunakan imunisasi aktif dengan virus ‘mumps yang dilemahkan. Terdapat beberapa strain vaksin seperti Jerryl-Lynn (rmulai dipakai di Amerika Serikat pada tahun 1967), Rubini, Urabe, Leningrad, L-Zagreb. Vaksin ini diberikan secara subkutan dan memberikan proteksi 95%."'8* Walaupun virus mumps dianggap monotipik, tidak adanya proteksi silang penuh antara berbagai ‘genotipe diduga menjadi penyebab kegagalan vaksin.'*® Di negara Skandinavia setelah era vaksinasi, kejadian ‘mumps menurun 99% (1-4/100.000 penduduk pertahun pada tahun 1993-1995 dibandingkan dengan 200 - 700/ ‘100,000 penduduk per tahun pada tahun 1977-1979), Titer antibodi yang memadai setelah pemberian vaksin dapat bertahan sedikitnya sepuluh tahun. Pemberian vaksin di- anjurkan pada anak usia 12-15 bulan dan diulang pada usia 46 tahun bersamaan dengan vaksin measles dan rubela (MMR). Penelitian di Brazil menunjukkan pada 20,1% anakeusia sekalah yang mencapsat vaksin MMR pada usia S| ‘bulan tidak memilk titer antibod protektif dan penelitan di Yaman pada anak usia 4-14 tahun, hanya 59,8% anak yang ivaksinasi memiliki antibodi IgG terhadap mumps. Orang dewasa dan petugas Kesehatan dianjurkan men’ dapat vaksin MMR satu atau dua dosis. Pada bulan Juni 2009 CDC Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) merekomendasikan pemberian 2 dosis vaksin kuadrivalen measles, mumps, rubella, varicella (MMRV) pada anak usia 12 bulan ~ 12 tahun" Efek samping vvaksin MMR Jarang terjadi, kadang-kadang dapat timbul kejang demam, meningitis (di Jepang dilaporkan 0,05-0,3% dengan strain Urabe), ensefaltis, kemerahan pads kulit, pruritus, purpura. Sepert vaksin virus hiduplainnya, vaksin ‘mumps tidak boleh diberikan pada wanita hamil, pasien dengan terap| imunosupresan, demam tinggi, keganasan, penyakit imunodefisiensi kongenital atau didapat.' Pasien dengan infeksi HIV stadium awal masih dapat diberikan vaksin mumps. Vaksin MMR yang tersedia di Indonesia saat inj adalah Trimovax Merieux™ (praduksi Sanafy Pasteur) ddan MMR II (produksi MSD). REFERENSI 1. Litman N, Baum SG. Mumps virus. In: Mandell GL, Bennett JE, Dolin R (Eds). Principles and Practice of Infectious Diseases. 7thed. Philadelphia: Churchill Livingstone Eleevir; 2010 p. 201-6. 2 Gershon A. Mumps. In: Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, HurerSL, Longo DL, Jameron JL (ide). Harrison's Principle ‘oflinternal Medicine, 16th ed. New Yark: McGraw Fill:2005, pales 10. uM 18, 0, 22, 2. Center fr Diseases Control and Prevention (CDC). and Mortality Weekly Report (MMWR). February 12,20 59 (05) 1255. Huang S, Cortese MM, Cums AT, Btsko RH, Jordan Soud E Rk factore for tourape at university with a ‘mumps outbreak Public Health Rep 2009; 124(3). 419-25, Barskey AE, Glasser JW, LeBaron CW, Mumps resurgencs in the United States: historical perspective on unex elements, Vaccine 208; 27: 61865. Dayan GH, Quinlisk P, Parker AA, Barskey AE, Haris ill Schwartz], Recent resurgence of mumpsin the Us ‘States. N Eng J Med 2008; 358: 1580.9 Carbone KM, Rubin . Mumps virus. In:Knipe DM, Hoy PM (Eds). Field Vitology.5th ed. Philadelphia: Lipping Williams and Wilkins; 2007. p.1527 Davis NF, McGuire BB, Mahon JA, Smyth AE, O'Mall Fitzpatrick IM. The increasing incidence of mumps o comprehensive review. BJUT 2010; 105: 10605, Krause CH, MolyneaixcP],Ho-Yen DO, Melntyre P,Carm WF, Templeton KE. Comparison of mumps-lgM ELISAs acute infection. J Clin Virol 2007; 38: 133-6 ‘Anderson Lj Seward JF. Mumps epidemiology andi Pediatr Infect Dis} 2008; 27575. Date AA, Kyaw MH, Rue AM, Klahn J, Obrecht L, Kroha Long term persistence of mumps antibody after receipt of rmeasles-mumps-rubella (MMR) vaccinations and antiba response after a third MMR vaccination among univer ‘population. J Infect Dis 2008 197: 1662-8. Polgreen PM, Bobrett LC, Cavanaugh JE. The duration. ramps virus shedding alter the onset of symptoms. Tnfect Dis 2008; 46: 147, ‘Center for Diseases Control and Prevention (CDC). Up recommendations for isolation of persons with tur MMR 2008; 57: 1108, ‘Cohen C, White JM, Savage EJ. Vaccine effective ‘estimates, 2004-2005 mumps outbreak England Emerg Dis 2007; 13:12, Galazka AM, Robertson SE, Kraigher A. Mumps and: vaccine : a global review. Bulletin of the World He (Organization 1999; 7(1): 3-14, CConly JM, Johnston BL. Ismumps making a comeback JTinfect Dis Med Microbi 2007; 17. Cui A, Myer, Xu W. Analysis ofthe genetic variability the mumps SH gene in viruses circulating in the UK bet 1996 and 2005, infect Genet Evel 2008; 971 Dayan GH, Rubin §. Mumps outbreak in vaccina population : are available mumps vaccine effective eno to prevent outbreaks ? Clin Infec Dis 2008; 47: 1458 London WP, Yorke]A, Recurrent outbreak of measles rubs and mumps. Am J Epidemiol 205; 98: 453-58 [Echevarria JE, Castellanos A, Sanz JC, Mastinez de A MY, Pena Rey |, Mosquera M, de Ory F, Royuela E. Mi vinis genotyping : basis and known circulating g ‘The Open Vaccine Fournal 2010:3:37-41 Marin M, Broder KR, Temte JL, Snider D, Seward J [National Center fr Immunization and Respiratory Diseas ‘Recommendations and Reports. May 7, 2010;59 (RRO): [Es Santos BA, Stalioto5M, Siqueira MM, Ranieri TS, Brcii Schermann MT. Prevalence of antibodies against ‘mumps, and rubella before an after vaccination of school chilren with thee diferent types combined viral va ‘RioGrande do Sul, Brazil, 1996, Pan Am | Public Health 200 20(5): 298.306. ‘AlShamahy HA, Alyousefi NA. Prevalence of mumps vin antibodies among children in Sana’a, Yemen. J Chinese Cis ‘Med 2008; 32): 108-13. Shinefield H, Black 5, Diglo L. Evaluation ofa quadsivals ‘measles, mumps, rubella, and varicella vaccine in healt children. Pediat infect Dis J 2005; 24: 6659,

You might also like