You are on page 1of 12

PERBEDAAN KARAKTERISTIK PADA PASIEN DIABETES

MELITUS TIPE II KOMPLIKASI HIPERTENSI DAN TANPA


KOMPLIKASI HIPERTENSI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Rachmad Agus Yulianto, Dwi Sarbini, dan Endang Nur Widaningsih

Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102

Abstract

Diabetes Mellitus (DM) and Hypertension are two degeneratif diseases that have strong corre-
lation. The major problem in DM is that more than 50 % patients do not know the diseases and
complications. Various research showed that existence of tendency improvement in incident and preva-
lence of DM were especially DM type II and complicated by hypertension. The aim of this research was
to know the characteristics differences between DM type II patients with hypertension complication and
without hypertension complication. Method of this study was observational with crossectional approach.
The research conducted in 5 months. Respondents of this research were 20 Diabetes Melitus type II
patients according to criterion. Collecting data was conducted by measuring the upper arm circumfer-
ence to find out the nutritional status. While Hb level, blood pressure and rate of sugar obtained by
observation in medical record. Independent Sample t Test and Mann Whitney Test were used to pro-
cess the data. The results of this research were 80% of respondents were 40 years old or older and
most respondents are female. More than half of respondents (55 %) were under nutrition and 85 % of
respondents had abnormal Hb blood level. There was significant differences between age and anthro-
pometric nutritional status and there was not any significant differences between gender and biochemi-
cally nutritional status.

Keywords: Diabetes Mellitus Type II, Hypertension Complication, Age, Gender, Anthropometric and
Biochemistry of Nutritional Status

PENDAHULUAN degeneratif dan merupakan keadaan


Pembangunan nasional yang yang berhubungan erat. Kedua penya-
dilaksanakan di Indonesia berdampak kit ini perlu mendapatkan penanganan
pada meningkatnya taraf hidup dan secara seksama yang disebabkan oleh
kualitas hidup masyarakat. Dampak terjadinya kecenderungan peningkatan
samping dari kondisi ini adalah me- angka insiden dan prevalensi DM dan
ningkatnya morbiditas penyakit dege- hipertensi.
neratif dikarenakan terjadinya peru- International Diabetes Federation
bahan pola hidup. Diabetes Melitus tahun 2000 memperkirakan penduduk
(DM) dan Hipertensi adalah penyakit Indonesia di atas 20 tahun sebesar 125

Perbedaan Karakteristik pada Pasien Diabetes Melitus ... (Rachmad Agus yulianto, dkk.) 189
juta dan dengan asumsi prevalensi DM menderita penyakit ini. Pada DM tipe
sebesar 4,6 %, atau berjumlah 5,6 juta. I dengan komplikasi hipertensi diper-
Berdasarkan pola pertambahan pen- oleh prevalensi sebesar 10-30%, sedang-
duduk seperti saat ini, diperkirakan kan pada DM tipe II dengan komplikasi
pada tahun 2020 nanti akan ada se- hipertensi diperoleh prevalensi sebesar
jumlah 178 juta penduduk berusia di 30-50% (Boedisantoso, 1999).
atas 20 tahun dan dengan asumsi pre- Berdasarkan penelitian pada 600
valensi DM sebesar 4,6 % akan didapat- kasus DM yang dilakukan oleh Hayashi
kan 8,2 juta pasien DM. Prevalensi DM et al. (1999), didapatkan hasil bahwa
di Indonesia berkisar antara 1,5 – 2,3 % hipertensi berhubungan dengan risiko
dan berdasarkan prevalensi ini jumlah DM tipe II. Adanya hubungan ini juga
penderita DM di Indonesia pada tahun didukung oleh berbagai faktor risiko
2020 diperkirakan akan meningkat yang lain yaitu umur, jenis kelamin,
sebesar 86 – 138 %. Dari jenis diabetes status gizi, konsumsi alkohol, kebiasa-
yang dikenal, DM tipe 2 adalah jenis an merokok, aktivitas fisik, dan faktor
yang paling banyak ditemukan yaitu genetik. Zachary dan Bloomgarden
lebih dari 90 % (Suyono, 1999). (2002), menyatakan bahwa terdapat
Masalah utama bagi penderita hubungan yang kuat antara DM, hiper-
DM adalah lebih dari 50 % penderita tensi, status gizi lebih (obesitas) dan
DM tidak mengetahui tentang penyakit penyakit kardiovaskuler. Berdasarkan
dan komplikasinya, sehingga tak jarang uraian di atas, dapat diketahui bahwa
para penderita datang lagi ke rumah hipertensi, DM tipe 2 dan status gizi
sakit dengan kadar glukosa darah ting- khususnya obesitas saling berhubung-
gi disertai berbagai komplikasi, salah an. Penelitian yang dilakukan oleh Anja
satunya adalah hipertensi (Perkeni, et al. (2006), menyatakan bahwa per-
1998). Permana (2009), menyatakan tambahan berat badan berpengaruh
bahwa DM tipe II sampai saat ini terhadap peningkatan risiko terkena
merupakan penyakit yang dianggap DM tipe II.
berbahaya. Hal lain yang harus mendapat
Beberapa studi menunjukkan perhatian dalam penentuan status gizi
bahwa diabetes yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe II adalah kadar
akan mengakibatkan timbulnya kom- Hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah
plikasi. Semakin tinggi kadar gula salah satu substansi sel darah merah
darah maka semakin tinggi pula resiko yang berfungsi untuk mengangkut
timbulnya komplikasi dan demikian oksigen ke seluruh tubuh. Kejadian
pula sebaliknya. Komplikasi DM dapat menurunnya kadar Hb yang berfungsi
muncul secara akut dan kronik sesuai sebagai alat angkut oksigen ke seluruh
dengan waktu yaitu timbul beberapa tubuh akan mengakibatkan terjadinya
bulan atau tahun setelah diketahui anemia yang dapat digunakan sebagai

190 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 2, Juni 2010: 189-200
indikasi terjadinya penurunan status pasien DM tipe II tanpa komplikasi,
gizi. Keadaan anemia pada penderita berumur antara 18 - 65 tahun dan pasi-
penyakit-penyakit kronik, sebagai en bisa diajak komunikasi. Jumlah
contoh pada DM tipe II, disebabkan sampel pada penelitian ini adalah 20
karena pemendekan masa hidup eri- sampel.
trosit, gangguan metabolisme zat besi, Data primer yang dikumpulkan
dan gangguan fungsi sumsum tulang dalam penelitian ini antara lain : iden-
(Bakta et al, 2007). titas pasien (nama, umur, jenis kelamin
Menurut hasil survei awal di sub dan alamat) dan data antropometri
bagian rekam medik RSUD Dr. Moe- menggunakan LILA. Sedangkan data
wardi Surakarta, didapatkan hasil bah- sekunder meliputi kadar gula darah,
wa jumlah penderita DM yang dirawat tekanan darah, kadar Hb dan diagnosis
pada tahun 2007 adalah 867 pasien, medis yaitu DM tipe II pada masing-
sedangkan pada tahun 2008 adalah 555 masing sampel yang ditegakkan oleh
pasien dengan berbagai karakteristik dokter.
dan keadaan. Berdasarkan hal tersebut Analisis univariat dilakukan pa-
maka peneliti tertarik ingin mengetahui da data yang berupa variabel tunggal
perbedaan karakteristik pada pasien dalam bentuk frekuensi dan presentase
DM tipe II komplikasi hipertensi dan yang meliputi data tentang karakteris-
tanpa komplikasi hipertensi di Ruang tik umur, jenis kelamin, jenis kompli-
Melati I RSUD Dr. Moewardi Surakarta. kasi dan status gizi (antropometri dan
biokimia). Analisis bivariat dilakukan
METODE PENELITIAN dengan menguji perbedaan variabel
Penelitian ini merupakan pene- bebas dan variabel terikat dengan uji
litian Observasional dengan mengguna- statistik yang digunakan adalah Inde-
kan pendekatan Cross Sectional yang pendent Sample t Test dan Mann Whitney
mengambil data dari variabel bebas Test.
dan terikat pada waktu yang bersama-
an. Penelitian ini bertujuan untuk men- HASIL DAN PEMBAHASAN
cari perbedaan status gizi pasien DM A. Jenis Komplikasi DM
tipe II komplikasi hipertensi dan tanpa Berdasarkan jumlah sampel
komplikasi hipertensi. Penelitian ini yang diharapkan, maka dari 20 sampel
dilakukan di RSUD Dr. Moewardi dibagi menjadi 2 kelompok dengan
Surakarta. perbandingan yang sama yaitu 10
Populasi pada penelitian ini ada- sampel tergolong tanpa komplikasi
lah semua pasien dengan diagnosa DM hipertensi dan 10 sampel tergolong
tipe II yang dirawat RSUD Dr. Moe- dengan komplikasi hipertensi. Peng-
wardi Surakarta dengan kriteria : golongan ini bertujuan untuk mem-

Perbedaan Karakteristik pada Pasien Diabetes Melitus ... (Rachmad Agus yulianto, dkk.) 191
bedakan sesuatu hal pada dua kelom- penelitian yang telah dilakukan dapat
pok yang berbeda dan distribusi hasil dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Penderita DM Tipe II Menurut Jenis Komplikasi

Jumlah Penderita Persentase


Jenis Komplikasi
(n) (%)
Tidak Hipertensi 10 50
Hipertensi 10 50
Jumlah 20 100

Arsono (2009), menyatakan bah- B. Karakteristik Sampel Penelitian


wa komplikasi kronis DM terutama 1. Karakteristik Umur
disebabkan gangguan integritas pem-
DM tipe II merupakan jenis DM
buluh darah dengan akibat penyakit
yang paling banyak ditemukan (lebih dari
mikrovaskuler dan makrovaskuler.
90 %) dan akan timbul makin sering
Komplikasi tersebut kebanyakan ber-
setelah umur 40 tahun, dengan catatan pa-
hubungan dengan perubahan-perubah-
da dekade ke 7 kekerapan DM mencapai
an metabolik, terutama hiperglikemia.
3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada rata-
Kerusakan vaskuler merupakan gejala
rata orang dewasa (Suyono, 1999). Hasil
yang khas sebagai akibat DM, dan
penelitian yang telah dilakukan terhadap
dikenal dengan nama angiopati dia-
20 sampel berdasarkan karakteristik umur
betika.
dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Penderita DM Tipe II Menurut Umur


Golongan Umur Jumlah Penderita Persentase
(tahun) (n) (%)
< 40 4 20
≥ 40 16 80
Jumlah 20 100

Perbedaan Karakteristik Umur masuki era rawan tersebut, terutama


Manusia akan mengalami peru- setelah usia 40 tahun dengan diikuti
bahan fisiologis yang secara drastis berat badan yang berlebih sehingga
menurun dengan cepat setelah usia 40 tubuh tidak peka lagi terhadap insulin.
tahun. Begitu juga pada kasus DM yang Hal ini sejalan dengan penelitian Budi-
sering muncul setelah seseorang me- yanto (2002), yang menyatakan bahwa

192 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 2, Juni 2010: 189-200
penyakit DM lebih banyak terdapat uji beda berdasarkan karakteristik
pada orang berumur di atas 40 tahun umur dapat dilihat pada tabel 3.
daripada orang yang lebih muda. Hasil

Tabel 3. Hasil Uji Beda Karakteristik Umur


Karakteristik Umur
Jenis Komplikasi Nilai P
Minimal Maksimal Rata-rata Std. Deviasi
Hipertensi 49 65 57 5,375
0,016a
Tanpa Hipertensi 26 64 46 11,363

a
: Uji Independent Sample t Test

Berdasarkan uji statistik dengan 2. Karakteristik Jenis Kelamin


menggunakan uji Independent Sample t Jenis kelamin (gender) mem-
Test, diperoleh nilai p e” 0,05 yaitu punyai pengaruh atas terjadinya suatu
0,016 yang berarti Ho diterima dengan penyakit, misalnya pada DM tipe II.
demikian terdapat perbedaan karak- Budiyanto (2002), menyatakan bahwa
teristik umur pada pasien DM tipe II terdapat kecenderungan yang lebih
komplikasi hipertensi dan tanpa kom- tinggi proporsi DM pada perempuan
plikasi hipertensi. Lely (2004), menya- dibandingkan dengan laki-laki, hal ini
takan bahwa DM dapat menyerang berhubungan dengan penyebab kejadi-
seseorang pada semua lapisan umur. an obesitas sebagai faktor risiko DM
Semakin bertambah umur maka ke- yang lebih banyak menyerang pada
mampuan jaringan mengambil glukosa perempuan. Hasil penelitian yang telah
darah juga semakin menurun. dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi dan Hasil Uji Beda Penderita DM Tipe II


Menurut Jenis Kelamin

Jenis Komplikasi
Tidak Total
Jenis Kelamin Hipertensi Nilai P
Hipertensi
n % N % n %
Laki-laki 2 10 6 30 8 40
Perempuan 8 40 4 20 12 60 0,075b
Total 10 50 10 50 20 100
b
: Uji Mann Whitney test

Perbedaan Karakteristik pada Pasien Diabetes Melitus ... (Rachmad Agus yulianto, dkk.) 193
Berdasarkan uji statistik dengan DM tipe II, semakin banyak faktor
menggunakan uji Mann Whitney test, risiko maka semakin kompleks pula
diperoleh nilai p e” 0,05 yaitu 0,075 komplikasinya.
yang berarti Ho diterima dengan demi-
kian tidak terdapat perbedaan karak- 3. Karakteristik Status Gizi Secara
teristik jenis kelamin pada pasien DM Antropometri
tipe II komplikasi hipertensi dan tanpa Status gizi pasien DM tipe II ber-
komplikasi hipertensi dengan artian dasarkan nilai LILA dapat dibagi men-
bahwa kejadian komplikasi dari DM jadi tiga kategori yaitu baik, kurang
tipe II dapat menyerang laki-laki dan buruk (Samkani dkk., 2003). Hasil
ataupun perempuan dengan proporsi penilaian status gizi secara antro-
yang hampir sama. Tingkat komplikasi pometri (pengukuran LILA) dapat
itu sendiri sangat bergantung dari fak- dilihat pada tabel 5.
tor risiko dari masing-masing penderita

Tabel 5. Distribusi Persentase LILA Penderita DM tipe II

Variabel Nilai
DM Tipe II Komplikasi Hipertensi
a. Minimal 79,5
b. Maksimal 102,6
c. Rata-rata 89
d. Standar Deviasi 8,5
DM Tipe II Tanpa Komplikasi Hipertensi
a. Minimal 53,2
b. Maksimal 91,3
c. Rata-rata 73,7
d. Standar Deviasi 12,6

Tabel 5 menunjukkan hasil peni- nilai standar deviasi. Pada kelompok


laian terhadap persentase LILA pada 20 sampel penderita DM tipe II tanpa
sampel dan dari dua kelompok di- komplikasi hipertensi dapat diketahui
dapatkan hasil yang berbeda yaitu bahwa persentase LILA minimal sebe-
pada kelompok sampel penderita DM sar 53,2 % dan maksimal sebesar 91,3
tipe II dengan komplikasi hipertensi % sedangkan rata – rata persentase
diketahui bahwa persentase nilai LILA LILA sebesar 73,7 % ± 12,6 % nilai stan-
minimal sebesar 79,5 % dan maksimal dar deviasi. Distribusi hasil penelitian
sebesar 102,6 % sedangkan rata – rata dapat dilihat pada tabel 6.
persentase LILA sebesar 89 % ± 8,5 %

194 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 2, Juni 2010: 189-200
Tabel 6. Distribusi Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Jumlah Penderita
Status Gizi %
(n)
Tidak Normal 11 55
Normal 9 45
Jumlah 20 100

Hasil penilaian status gizi pada yang terdiri dari 3 sampel berstatus
20 sampel melalui pengukuran LILA gizi buruk dan 8 sampel berstatus gizi
menunjukkan bahwa 55 % atau 11 sam- kurang. Sedangkan kategori status gizi
pel mempunyai status gizi tidak normal normal sebesar 45 % atau 9 sampel.

4. Karakteristik Status Gizi Secara Biokimia

Tabel 7. Distribusi Kadar Hb Penderita DM tipe II

Variabel Nilai
DM Tipe II Komplikasi Hipertensi
a. Minimal 5,9
b. Maksimal 13,5
c. Rata-rata 11
d. Standar Deviasi 2,3
DM Tipe II Tanpa Komplikasi Hipertensi
a. Minimal 7,8
b. Maksimal 13,3
c. Rata-rata 10,6
d. Standar Deviasi 1,6

Tabel 8. Distribusi Penilaian Status Gizi Secara Biokimia

Jumlah Penderita
Status Gizi %
(n)
Tidak Normal 17 85
Normal 3 15
Jumlah 20 100

Perbedaan Karakteristik pada Pasien Diabetes Melitus ... (Rachmad Agus yulianto, dkk.) 195
Hasil penilaian status gizi secara untuk status gizi normal sebesar 15 %.
biokimia pada 20 sampel melalui peni- Berdasarkan hasil penelitian, kadar Hb
laian terhadap kadar Hb menunjukkan yang tidak normal (kurang) dapat di-
bahwa 85 % pasien mempunyai status katakan dengan anemia defisiensi gizi
gizi tidak normal, sedangkan kategori besi.

B. Perbedaan Status Gizi pada Pasien DM tipe II Komplikasi Hipertensi dan


Tanpa Komplikasi Hipertensi.

1. Perbedaan Status Gizi Secara Antropometri


Tabel 9. Hasil Uji Beda Status Gizi Secara Antropometri

Status Gizi
Jenis Komplikasi Std. Nilai P
Minimal Maksimal Rata-rata
Deviasi
Hipertensi 79,5 102,6 89 8,5
0,005a
Tanpa Hipertensi 53,2 91,3 73,7 12,6
a
: Uji Independent Sample t Test

Berdasarkan uji statistik dengan semakin banyak darah yang dibutuh-


menggunakan uji Independent Sample t kan untuk memasok oksigen dan
Test diperoleh nilai p d” 0,05 yaitu 0,005 makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti
yang berarti Ho ditolak dengan demi- volume darah yang beredar melalui
kian terdapat perbedaan status gizi pembuluh darah menjadi meningkat
secara antropometri pada pasien DM sehingga memberi tekanan lebih besar
komplikasi hipertensi dan tanpa kom- pada dinding arteri, hal ini yang akan
plikasi hipertensi. menyebabkan terjadinya hipertensi.
Pada hipertensi dan diabetes Suyono (2002), menyatakan bah-
melitus terjadi proliferasi otot polos wa insulin memegang peranan yang
pembuluh darah akibat kerusakan sangat penting dalam proses metabo-
pembuluh oleh kadar hormon dan le- lisme karbohidrat, yaitu bertugas me-
mak dalam sirkulasi yang abnormal masukan glukosa ke dalam sel dan
dan atau intervensi trombosit yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
menimbulkan hiperagregasi. diibaratkan sebagai anak kunci yang
Keadaan tersebut merupakan la- dapat membuka pintu masuknya glu-
tar belakang terjadinya aterosklerosis, kosa ke dalam sel, yang kemudian di
dengan akibat terjadinya hipertensi dalam sel tersebut glukosa akan dime-
sistolik pada penderita diabetes meli- tabolisme menjadi tenaga. Bila insulin
tus. Semakin besar massa tubuh maka tidak ada, maka glukosa tidak dapat

196 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 2, Juni 2010: 189-200
masuk ke sel, yang mengakibatkan glu- waktu yang lama, maka cadangan
kosa tetap berada di dalam pembuluh energi dalam tubuh akan berkurang
darah yang artinya kadar glukosa di sehingga akan berdampak pada status
dalam darah meningkat. gizi yang tidak normal.
Berdasarkan penelitian, didapat- Budiyanto (2002), menyatakan
kan hasil bahwa 55 % sampel berstatus bahwa glukosa sendiri baru dapat di-
gizi tidak normal (kurang dan buruk). ubah menjadi energi atau tenaga bila
Hal ini terjadi karena sampel tersebut berada dalam sel jaringan, misal otot.
mengalami resistensi insulin yang ber- Untuk dapat masuk ke dalam otot di-
akibat pada zat gizi terutama glukosa perlukan insulin. Jika tubuh kekurang-
yang seharusnya masuk ke dalam sel an insulin atau sama sekali tidak mem-
menjadi terhambat. Untuk memenuhi punyai insulin maka tubuh akan mem-
kebutuhan, tubuh akan memecah cada- bakar jaringan lemak supaya terbentuk
ngan energi, misalnya melalui proses energi yang dibutuhkan agar bisa
glukoneogenesis. Jika hal ini terjadi dalam bertahan hidup.

2. Perbedaan Status Gizi Secara Biokimia


Tabel 10. Hasil Uji Beda Status Gizi Secara Biokimia

Status Gizi
Jenis Komplikasi Std. Nilai P
Minimal Maksimal Rata-rata
Deviasi
Hipertensi 5,9 13,5 11 2,3
0,626a
Tanpa Hipertensi 7,8 13,3 10,6 1,6
a
: Uji Independent Sample t Test

Berdasarkan uji statistik dengan antara lain umur dan jenis kelamin, ke-
menggunakan uji Independent Sample t adaan biologis, kehamilan, ras, tempat
Test, diperoleh nilai p e” 0,05 yaitu tinggal (ketinggian daerah), infeksi
0,626 yang berarti Ho diterima dengan penyakit, defisiensi mikronutrien lain,
demikian tidak terdapat perbedaan anemia defisiensi besi, merokok, dan
status gizi secara biokimia pada pasien penyakit-penyakit kronik (Gibson,
DM komplikasi hipertensi dan tanpa 2005).
komplikasi hipertensi rawat inap di Kejadian anemia pada penyakit
RSUD Dr. Moewardi Surakarta kronik seperti halnya pada penyakit
Rendahnya kadar Hb sebagai DM tipe II sudah sering terjadi tanpa
indikator terjadinya anemia pada dipengaruhi jenis komplikasinya atau
penderita penyakit DM tipe II dapat dengan kata lain komplikasi pada DM
disebabkan karena berbagai faktor, tipe II tidak mempengaruhi derajat

Perbedaan Karakteristik pada Pasien Diabetes Melitus ... (Rachmad Agus yulianto, dkk.) 197
anemia, hal ini dikarenakan pada KESIMPULAN DAN SARAN
penyakit-penyakit kronik terjadi penu- A. Kesimpulan
runan massa eritrosit. Bakta et al. (2007), 1. Penderita DM tipe II yang dijadikan
menyatakan bahwa terjadinya anemia sampel penelitian adalah 50 % terma-
pada penyakit kronik (sebagai contoh suk komplikasi hipertensi dan 50 %
DM tipe II) disebabkan penyediaan termasuk tanpa komplikasi hipertensi.
besi untuk eritropoesis yang berkurang 2. Karakteristik penderita DM tipe II
oleh karena pelepasan besi dari sistem berdasarkan umur adalah golongan
umur kurang dari 40 tahun sebesar
retikuloendotelial yang berkurang. Hal ini
20 % dan yang lebih dari 40 tahun
sejalan dengan Supandiman et al.
sebesar 80 %.
(2007), yang menyatakan bahwa ane- 3. Terdapat perbedaan yang signifikan
mia pada penyakit kronis ditandai de- karakteristik umur pada pasien DM
ngan pemendekan masa hidup eritro- tipe II komplikasi hipertensi dan
sit, gangguan metabolisme zat besi, dan tanpa komplikasi hipertensi.
gangguan fungsi sumsum tulang. 4. Karakteristik penderita DM tipe II
Mekanisme anemia merupakan berdasarkan jenis kelamin yang dijadi-
kan sampel penelitian terdiri dari 60
bagian dari sindrom stres hematologik
% perempuan dan 40 % laki-laki.
(haematological stress syndrome), dimana
5. Tidak terdapat perbedaan yang
terjadi produksi sitokin yang belebihan signifikan karakteristik jenis kela-
karena kerusakan jaringan akibat infek- min pada pasien DM tipe II kom-
si dan inflamasi. Sitokin dapat menye- plikasi hipertensi dan tanpa kom-
babkan sekuestrasi makrofag sehingga plikasi hipertensi.
mengikat lebih banyak zat besi, me- 6. Penilaian status gizi secara antro-
ningkatkan destruksi eritrosit di limpa, pometri melalui pengukuran LILA
pada penderita DM tipe II didapat-
dan menekan produksi eritropoietin
kan hasil yaitu sampel penelitian
oleh ginjal, serta menyebabkan perang- yang memiliki status gizi normal
sangan yang inadekuat pada eritro- sebesar 45 % dan yang tidak normal
poiesis di sumsum tulang. Selain itu, sebesar 55 %.
malnutrisi dapat menyebabkan penu- 7. Terdapat perbedaan yang signifikan
runan transformasi T 4 (tetra-iodo- status gizi secara antropometri
thyronine) menjadi T3 (tri-iodothyronine), melalui pengukuran LILA pada
pasien DM komplikasi hipertensi
menyebabkan hipotiroid fungsional
dengan tanpa komplikasi hiper-tensi.
dimana terjadi penurunan kebutuhan 8. Penilaian status gizi secara biokimia
hemoglobin yang mengangkut O 2 melalui pengukuran kadar Hb pada
sehingga sintesis eritropoietin akhirnya penderita DM tipe II didapatkan hasil
berkurang. yaitu sampel penelitian yang memi-

198 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 2, Juni 2010: 189-200
liki status gizi normal sebesar 15 % antisipasi awal dan langkah pen-
dan yang tidak normal sebesar 85 %. cegahan terjadinya komplikasi
9. Tidak terdapat perbedaan yang 2. Bagi Peneliti Selanjutnya
signifikan status gizi secara bio-
kimia pada pada pasien DM kom- Untuk penelitian lebih lanjut, di-
plikasi hipertensi dengan tanpa sarankan mempertimbangkan fak-
komplikasi hipertensi. tor-faktor risiko lain yang berkaitan
dengan terjadinya penyakit DM tipe
B. Saran II dan hipertensi seperti tingkat kon-
sumsi (pola hidup), riwayat penya-
1. Bagi Penderita DM tipe II kit kardiovaskuler dan faktor ke-
Penderita DM tipe II diharapkan turunan.
melakukan cek kesehatan sebagai

DAFTAR PUSTAKA

Anja, S., Matthias, B.S., Kurt, H., Anja, K. and Heiner, B. 2006. ‘Body mass index
history and risk of type 2 diabetes : results from the Europan Prospective
Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC) – Postdam Study’. American
Journal of Clinical Nutrition 2006 ; 84:427-33.

Arsono, S. 2009. Diabetes Melitus Sebagai Faktor Resiko Kejadian Gagal Ginjal Terminal.
Diakses Tanggal 23 Agustus 2009. http://www.mep.undip.ac.id.

Bakta, I. M., Suega, K. dan Dharmayuda, T. G., 2007. Anemia Defisiensi Besi. Jakarta :
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit dalam FKUI.

Boedisantoso, R. 1999. Komplikasi Akut Diabetes Melitus. Jakarta : FKUI.

Budiyanto, M. A. K. 2002. Gizi dan Kesehatan. Malang : UMM Press.

Gibson, R. S. 2005. Principles of Nutrition Assesment. New York USA : Oxford University
Press.

Lely, A. dan Indirawati. 2004. Pengaruh Kadar Glukosa Darah yang Terkontrol
terhadap Penurunan Derajat Kegoyahan Gizi Penderita Diabetes Melitus
di RS Persahabatan Jakarta. Media Litbang Kesehatan Volume XIV Nomor 3
Tahun 2004.

Permana, H. 2009. Peran Terapi Kombinasi Diabetes Tipe 2 pada Risiko dan Progresivitas
CVD. Bandung : Fakultas Kedokteran Unpad. Diakses Tanggal 30 Januari
2009. http://www.pustaka.unpad.ac.id.

Perbedaan Karakteristik pada Pasien Diabetes Melitus ... (Rachmad Agus yulianto, dkk.) 199
Samkani, A. Dkk. 2003. Dietetik 12. Bandung : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Bandung.

Soegondo. 2002. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Pasien Diabetes. Jakarta: FKUI.

Supandiman, I. dan Fadjari, H. 2007. Anemia pada Penyakit Kronis. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit dalam FKUI.

Tomoshige, H., Kei, T., Chika, S., Ginji, E., Satoru, F. and Kunio, O. 1999. High
Normal Blood Pressure, Hypertension, and the Risk of Type 2 Diabetes in
Japanese Men. American Diabetes Association : Diabetes Care, Vol. 22 (10).

Zachary T and Bloomgarden. 2007. ‘Insulin Resistance Concepts’. American Diabetes


Association : Diabetes Care, Vol. 30 (5).

Zachary T and Bloomgarden. 2007. ‘Obesity, Hypertension, and Insulin Resistance’.


American Diabetes Association : Diabetes Care, Vol.25 (11).

200 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 2, Juni 2010: 189-200

You might also like