Professional Documents
Culture Documents
PUBLIKASI ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Mencapai Derajat Skripsi S-1
Program Studi Geografi
Disusun Oleh:
Kusuma Prayoga Basuki Putra
E100110008
Kepada
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ANALISIS KERENTANAN BANGUNAN TERHADAP BENCANA ANGIN PUTING
BELIUNG DI KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN
Dosen Pembimbing:
1. Drs. Yuli Priyana, M.Si, 2. Dra. Retno Woro Kaeksi
Oleh:
Kusuma Prayoga Basuki Putra
Alamat: kyuga_kitra@yahoo.com
ABSTRACT
Tornado is one disaster that can harm even casualties. Tanon Subdistrict Sragen is one of
the areas once hit by a tornado. Purpose of this study include: (1). Knowing the wind speed
zone by using the Fujita scale prediction of building damage due to the brunt tornado (winds)
in District Tanon, (2). Knowing agihan building vulnerability to cyclones in District Tanon,
(3). Analyze the vulnerability of buildings to wind velocity zone in District Tanon and (4).
Analyze the vulnerability of buildings to damage buildings that have occurred due to the
brunt tornado in District Tanon. The method used in the form of a survey using primary data
includes observation, recording and retrieval of sample points, and using secondary data as
information tornado disaster scene. Sampling was systematic sampling method to determine
the vulnerability of buildings and purposive sampling to look for damage to the building and
using the analysis in the form of an overlay map. The results include (1). There are 5 zones of
wind speed based on the Fujita scale zone of 64-116 km / hour until the zone 33-419 km /
hour. (2). Distribution of the vulnerability of buildings scattered and on research areas
including medium-high zone of vulnerability and vulnerability analysis buildings against
wind speed zones and vulnerability analysis buildings against damage to buildings.
ABSTRAK
Angin Puting beliung merupakan salah satu bencana yang merugikan bahkan dapat menelan
korban jiwa. Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen merupakan salah satu daerah yang pernah
diterjang angin puting beliung. Tujuan Penelitian ini antara lain: (1). Mengetahui zona
kecepatan angin berdasarkan skala Fujita dengan menggunakan prediksi tingkat kerusakan
bangunan akibat terjangan angin puting beliung (angin kencang) di Kecamatan Tanon, (2).
Mengetahui agihan kerentanan bangunan terhadap bencana angin puting beliung di
Kecamatan Tanon, (3). Menganalisis kerentanan bangunan terhadap zona kecepatan angin di
Kecamatan Tanon dan (4). Menganalisis kerentanan bangunan terhadap kerusakan bangunan
yang pernah terjadi akibat terjangan angin puting beliung di Kecamatan Tanon. Metode yang
digunakan berupa survei yang menggunakan data primer meliputi kegiatan pengamatan,
pencatatan dan pengambilan titik sampel, serta menggunakan data sekunder sebagai
1
informasi lokasi kejadian bencana puting beliung. Pengambilan sampel dengan metode
sistematis sampling untuk menentukan kerentanan bangunan dan purposive sampling untuk
mencari kerusakan bangunan serta menggunakan analisis peta berupa overlay. Hasil yang
diperoleh antara lain (1). Terdapat 5 zona kecepatan angin berdasarkan skala Fujita dari zona
64-116 Km/Jam hingga zona 33-419 Km/Jam. (2). Persebaran kerentanan bangunan tersebar
dan pada daerah penelitian termasuk zona kerentanan sedang-tinggi dan analisis kerentanan
bangunan terhadap zona kecepatan angin dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarakat
serta mata pencaharian, sehingga menghasilkan kerentanan bangunan yang bermacam-
macam dan analisis kerentanan bangunan terhadap kerusakan bangunan mendapatkan hasil
bahwa meskipun bangunan memiliki atap genteng akan tetapi kualitas genteng dapat
mempengaruhi tingkat kerusakan.
2
3. Menganalisis kerentanan bangunan setelah itu menampilkan citra daerah
terhadap zona kecepatan angin di pemukiman yang kemudian melakukan
Kecamatan Tanon. digitasi bangunan yang pada peta RBI
4. Menganalisis kerentanan bangunan belum terdapat bangunan. Setelah itu hasil
terhadap kerusakan bangunan yang digitasi dan RBI permukiman diberi nomer
pernah terjadi akibat terjangan angin sampel untuk nantinya menentukan sampel
puting beliung di Kecamatan Tanon. yang akan dipilih.
Pada pengambilan sampel keren-
METODE PENELITIAN tanan bangunan maka langkah setelah
Penelitian ini menggunakan metode membatasi menampilkan RBI permukiman
penelitian berupa survei yang meng- dan digitasi bangunan, maka langkah
gunakan data primer meliputi kegiatan berikutnya memberikan nomer populasi
pengamatan, pencatatan dan pengambilan bangunan yang terdapat pada tiap blok
titik sampel, serta menggunakan data permukiman hasil digitasi, setelah itu
sekunder sebagai informasi lokasi kejadian memilih nomer populasi bangunan yang
bencana puting beliung. Pengambilan memiliki kelipatan bilangan dua untuk
sampel dengan metode sampling sistematis dijadikan sampel, sedangkan untuk
berdasarkan urutan dari anggota populasi menemukan data berupa tingkat kerusakan
yang telah diberi nomer urut dan juga bangunan dapat bertanya kepada warga
menggunakan metode sampling purposive sekitar tentang bangunan mana saja yang
berdasarkan informasi penduduk. Metode pernah rusak akibat terjangan angin puting
sampling sistematis digunakan untuk beliung karena untuk mencari data
pengambilan data jenis bangunan dan kerusakan bangunan menggunakan metode
kerentanan bangunan terhadap terjangan sampling purposive.
angin puting beliung, sedangkan Analisis yang digunakan pada
penentuan tingkat kerentanan diperoleh penelitian ini berupa analisis data primer
dari variabel yang terdapat pada masing- dengan menggunakan klasifikasi, untuk
masing indikator bangunan. metode menentukan tingkat kerentanan bangunan
sampling purposive digunakan untuk terhadap terjangan angin puting beliung
pengambilan data kerusakan bangunan dengan tahapan sebagai berikut:
pada desa yang tercatat terkena bencana a. Pemilihan struktur bangunan
angin puting beliung. Pemilihan ini berdasarkan atas
Dalam penelitian ini menggunakan struktur yang terdapat pada bangunan,
dua metode pengambilan sampel yaitu seperti atap rumah, struktur (bagian
sampling sistematis untuk pengambilan tengah) dan pondasi
data jenis bangunan serta kerentanan b. Skoring
bangunan, dan sampling purposive untuk Memberikan skor terhadap bagian-
melakukan pengambilan data tingkat bagian yang berada dalam bangunan dari
kerusakan bangunan berdasarkan skala skor terendah hingga tertinggi. Adapun
Fujita. Dalam penelitian ini menggunakan skor tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
unit analisis berupa kelurahan, sehingga
sebelum melakukan pengambilan sampel
langkah pertama ialah memunculkan data
RBI permukiman pada daerah penelitian,
3
Tabel 2. Skor Kerentanan Variabel Terhadap menentukan interval, rumus interval dapat
Bangunan
No
dilihat di bawah ini:
Indikator Variabel Skor
.
Seng 1
Asbes 2 Keterangan:
1 Atap Rumah
Genteng 3 = Interval
Cor 4
Kayu 1 t = Nilai Tertinggi
Bagian Tembok Tanpa r = Nilai Terendah
2 2
Tengah Tulang n = Jumlah Klas
Tembok Bertulang 3
Dengan menggunakan rumus
Tanpa Pondasi 1
3 Pondasi interval di atas maka nilai skor yang
Berpondasi 2
Sumber: Agung Sedayu (2010) terdapat pada Tabel 2 dapat ditentukan
(Modifikasi) klasnya dari kerentanan tinggi hingga
Sedangkan untuk menentukan kerentanan yang rendah, sedangkan untuk
tingkat kerusakan bangunan menggunakan jenis bangunan dan juga tingkat kerusakan
skala Fujita, kemudian dari skala F0 - F5 tidak perlu diklasifikasikan hanya nanti
diberikan skor 1 – 6. Skor tersebut dapat pada saat pengolahan data pada GIS
dilihat pada tabel 3. menggunakan gradasi warna agar dapat
Tabel 3. Skor Skala Fujita terlihat perbedaanya.
Kategori Tingkat Kerusakan Skor
Kerusakan pada atap Kerusakan Bangunan di Daerah
F0 (Lemah) rumah 1
F1 (Sedang) Atap rumah terangkat 2 Penelitian
Atap rumah terangkat Di daerah penelitian terdapat 41
dengan semua kuda- rumah yang pernah mengalami kerusakan
F2 (Kuat) kudanya 3
Atap dan dinding ringan hingga berat akibat terjangan angin
rumah hancur, pecah puting beliung, hasil tersebut diperoleh
F3 (Sangat dan lepas dari rangka dari survei lapangan menggunakan metode
Kuat) dasarnya 4
Rumah beton rata purposive sampling.
tanah, bangunan Tabel 4. Kerusakan Bangunan dan Skor Kecepatan
berpondasi kurang Angin Di Kecamatan Tanon
F4 (Dahsyat) kuat terlempar jauh 5 Kerusakan
Pondasi paling kuat Bangunan
F5 (Luar sekalipun terangkat No. Kelurahan & Jumlah
Biasa) dan bergeser 6 Skor
Sumber: INSIST Yogyakarta (2011) Kecepatan
1 Bonagung 4 2
c. Klasifikasi kerentanan bangunan 2 Gabugan 1 4
Hasil dari skor kemudian dibuat 3 Gabugan 2 1
4 Gabugan 3 1
klasifikasi menjadi 3 klas yaitu tinggi,
5 Gabugan 4 1
sedang dan rendah sehingga dapat 6 Gading 3 1
mengetahui bangunan seperti apa yang 7 Gawan 1 1
mempunyai kerentanan rendah hingga 8 Jono 2 2
tinggi terhadap terjangan angin puting 9 Karangasem 1 2
beliung. Dalam penentuan klas maka harus 10 Karangasem 3 2
11 Karangasem 4 2
12 Kecik 3 1
4
13 Kalikobok 4 2 Berdasarkan tabel 4, gambar 1 dan
14 Karangtalun 1 3 contoh kerusakan bangunan pada gambar
15 Karangtalun 2 2
2, menunjukan bahwa kerusakan yang
16 Karangtalun 3 1
terjadi akibat terjangan angin puting
17 Pedas 4 1
18 Pengkol 2 2 beliung (angin kencang) yang paling
19 Sambiduwur 2 1 dominan terjadi pada bagian atap,
20 Sambiduwur 3 1 dikerenakan sifat angin yang menghisap
21 Slogo 1 2 dan terkadang menghantam objek yang
22 Slogo 2 1 ada di depannya, sehingga bagian pada
23 Slogo 3 1
atap yang paling dominan mengalami
24 Slogo 4 2
25 Swatu 4 1
kerusakan.
26 Tanon 5 1
Sumber: Survei Lapangan, Tabel 3 Kecepatan Angin Di Daerah Penelitian
Kecepatan angin yang terjadi di
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa daerah penelitian diprediksi menggunakan
kerusakan bangunan yang terjadi memiliki tingkat kerusakan bangunan yang terjadi di
beragam jenis tingkat kerusakan yang daerah penelitian. Pada tabel 4 terdapat
diakibatkan oleh terjangan angin puting skor kecepatan angin yang kemudian skor
beliung, sehingga kerusakan bangunan tersebut disesuaikan dengan tabel 3 Skala
tersebut mampu dijadikan pedoman untuk Fujita, setelah itu dapat diprediksi
memprediksi kecepatan angin di daerah kecepatan angin yang pernah terjadi di
penelitian menggunakan skala fujita. daerah penelitian. Zona kecepatan angin
Hampir semua desa memiliki sejarah pada daerah penelitian dapat dilihat pada
bangunan yang pernah mengalami gambar di bawah ini.
kerusakan akibat terjangan angin puting
beliung (angin kencang).
6
4 Ketro 13 27 - demikian pada klas sedang pun perlu
5 Sambi Duwur 10 16 -
adanya antisipasi dari masyarakat maupun
6 Karangtalun 7 13 -
7 Kecik 29 19 - pemerintah, karena bisa jadi klas sedang
8 Gading 15 12 - bisa mengalami kerusakan akibat terjangan
9 Gawan 4 31 1
angin puting beliung, karena berdasarkan
10 Gabugan 14 37 -
11 Pedas 7 6 2 survei lapangan kerusakan bangunan
12 Bonagung 4 6 1 akibat terjangan angin tidak hanya dialami
13 Pengkol 5 8 2
kerentanan bangunan yang tinggi.
14 Jono 6 8 2
15 Slogo 11 23 -
16 Karangasem 6 16 1 Analisis Zona Kecepatan Angin
Jumlah 158 299 9 Berdasarkan gambar 3. peta prediksi
kecepatan angin, daerah penelitian terbagi
Berdasarkan data 6 menunjukkan
5 zona kecepatan angin. Zona pertama 64-
bahwa tingkat kerentanan bangunan berada
116 Km/Jam, zona kedua 117-181
pada klas sedang-tinggi, meskipun
Km/Jam, zona ketiga 182-253 Km/Jam,
demikian terdapat beberapa bangunan
254-332 Km/Jam, 333-419 Km/jam. Pada
yang mempunyai tingkat kerentanan
daerah penelitian, zona kecepatan angin
bangunan yang rendah bila kita lihat dari
tersebut memiliki luasan yang berbeda-
struktur bangunan dari atap sampai
beda. Zona kecepatan angin yang terluas
pondasi. Setelah hasil klas kerentanan
adalah zona kecepatan 117-181 Km/Jam,
diketahui maka dapat diketahui pula
sedangkan luasan zona yang terkecil
persebaran kerentanan bangunan.
adalah zona 333-419 Km/jam. Hasil luasan
Persebaran kerentanan bangunan dapat
tersebut menunjukan bahwa kecepatan
dilihat pada gambar di bawah ini.
angin pada daerah penelitian relatif rendah.
Perbedaan zona kecepatan angin di daerah
penelitian dipengaruhi oleh, pertama
dipengaruhi oleh hasil kerusakan
bangunan, karena pada penelitian ini
untuk mencarai zona kecepatan angin
ditentukan berdasarkan kerusakan
bangunan yang pernah terjadi kemudian
disesuaikan dengan kriteria skala Fujita,
yang kedua dipengaruhi oleh vegetasi
Gambar 3. Agihan Kerentanan Bangunan yang dapat menahan angin, karena ketika
ada angin kencang berhembus jika
Berdasarkan peta persebaran
terdapat vegetasi di depannya maka angin
kerentanan bangunan di atas, menunjukan
tersebut tertahan dan juga dapat
bahwa Kecamatan Tanon mempunyai
mengurangi kecepatan. Hasil kerusakan
persebaran klas kerentanan bangunan yang
bangunan dapat dipengaruhi oleh
tersebar di setiap daerah, baik klas rendah
keberadaan vegetasi, oleh karena itu
hingga klas tinggi. Pada gambar tersebut
vegetasi juga mempengaruhi kecepatan
juga dapat dilihat bahwa daerah penelitian
angin. Ketiga dipengaruhi oleh keadaan
termasuk pada klas kerentanan sedang
topografi, perbedaan topografi
terhadap angin puting beliung, namun
7
mempengaruhi jalur terjangan angin dan Pada tabel 7 menunjukan bahwa
juga kecepatan angin. kelompok kerentanan bangunan yang
berada pada klas tinggi memiliki jumlah
Analisis Agihan Kerentanan Bangunan 158 bangunan dari jumlah total 466
Pada daerah penelitian terdapat tiga bangunan dengan hasil presentase 33.9%,
klas kerentanan bangunan yang tersebar. untuk klas sedang memiliki 299 bangunan
Tiga klas tersebut dari klas rendah hingga dari jumlah total 466 bangunan dengan
tinggi terhadap terjangan angin puting presentase 64.2% dan untuk klas rendah
beliung. Berdasarkan gambar 3.4 peta memiliki 9 bangunan dari jumlah total 466
persebaran kerentanan bangunan, daerah bangunan dengan presentase 1.9 %. Hasil
penelitian mempunyai klas kerentanan perhitungan di atas menunjukan bahwa
bangunan sedang menuju tinggi yang pada Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen,
tersebar di seluruh daerah penelitian. terdapat 33.9% bangunan yang telah
Hasil persebaran kerentanan menjadi sampel berada pada klas
bangunan dan klas kerentanan bangunan di bangunan yang memiliki kerentanan
daerah penelitian yang berada pada klas bangunan yang tinggi terhadap terjangan
sedang ketinggi, dipengaruhi oleh sebagian angin puting beliung (angin kencang),
besar penduduk Kecamatan Tanon bermata sedangkan hanya terdapat 1.9% bangunan
pencaharian sebagai petani hal ini dapat yang telah disampel berada pada klas
dilihat pada tabel 2.6, sehingga mereka kerentanan bangunan rendah terhadap
kesusahan dalam hal ekonomi untuk terjangan angin puting beliung dan sisanya
merubah keadaan bangunan yang mereka berada pada klas sedang dengan presentase
miliki untuk menjadai lebih baik atau 64.2%, oleh karena itu daerah penelitian
merubah kerentanan bangunan yang berada pada klas kerentanan bangunan
berada pada klas sedang ke tinggi menjadi sedang-tinggi.
sedang ke rendah, sehingga bangunan di
daerah penelitian mempunyai kerentanan
terhadap terjangan angin puting beliung
menjadi rendah.
8
bangunan yang memiliki kerentanan tinggi 13 Slogo 2 1 1 2 6
9
terjangan angin puting beliung. Sedangkan terdapat 9 bangunan yang memiliki klas
untuk bangunan pada foto (a) dan (b.) kerentanan rendah yang terletak di
merupakan yang termasuk pada klas Kelurahan Jono, Karangasem, Pengkol,
sedang dan tinggi. Bonagung, Pedas dan Gawan, sedangkan
Berdasarkan kerusakan bangunan untuk klas rendah dan tinggi tersebar di
akibat terjangan angin puting beliung seluruh kelurahan. Dapat diartikan bahwa
(angin kencanag) yang pernah terjadi yaitu kerentanan bangunan yang terdapat di
kerusakan bagian atap yang paling Kecamatan Tanon termasuk klas sedang ke
dominan, maka dari ketiga contoh tinggi.
bangunan di atas, bangunan pada foto Berdasarkan overlay peta antara
(a.) dan (c.) yang kemungkinan mengalami kerentanan bangunan dengan zona
kerusakan, akan tetapi bangunan pada foto kecepatan angin adalah hampir semua
(a.) lebih berpontensi kerusakan dari pada wilayah di Kecamatan Tanon pernah
bangunan pada foto (b.), meskipun diterjang angin dengan kecepatan antara
demikian bangunan yang ditunjukan pada 182-419 Km/Jam bisa dikatakan angin
foto (b.) juga berpontensi mengalami dengan kecepatan sedang ke tinggi
kerusakan, karena kerusakan yang pernah sedangkan klas kerentanan bangunan di
terjadi pada bagian atap yang berjenis Kecamatan Tanon berada pada klas sedang
genteng pernah dialami pada daerah ke tinggi, itu artinya apabila angin kencang
penelitian. tersebut kembali menerjang Kecamatan
Berdasarkan hasil kerusakan dan Tanon maka bangunan yang mempunyai
kerentanan bangunan yang diperoleh dari klas sedang hingga tinggi dapat mengalami
survey lapangan, maka dangan hasil kerusakan.
kerusakan bangunan berupa kerusakan Berdasarkan kerentanan bangunan
pada atap dapat dialami oleh bangunan dengan kerusakan bangunan yang telah
yang telah disurvei, karena kebanyakan terjadi di daerah penelitian, kerusakan
atap yang digunakan berupa atap genteng bangunan yang pernah terjadi mayoritas
dan apabila dilihat klas kerentanan terjadi pada bagian atap bangunan, karena
bangunan di daerah penelitian yang berada angin memiliki sifat menghisap serta juga
pada sedang-tinggi, maka dapat berpotensi menghantam objek-objek yang ada di
mengalami kerusakan. depannya, sehingga struktur bagian atap
yang paling sering mengalami kerusakan
Kesimpulan dan juga sesuai dengan sifat angin yang
Berdasarkan zona kecepatan angin mampu menghantam objek di depannya,
skala Fujita, maka Kecamatan Tanon terdapat juga bangunan yang pernah
mempunyai 5 zona dari 6 zona kecepatan mengalami kerusakan pada struktur bagian
angin skala Fujita. Dari keseluruhan luas tengah faktor ini disebabkan karena
daerah yang dimiliki oleh Kecamatan struktur bangunan bagian tengah yang
Tanon, sebagian besar daerahnya pernah pernah mengalami kerusakan berupa kayu
diterjang angin dengan kecepatan 182-419 dan triplek, sehingga bahan tersebut tidak
Km/Jam. cukup mampu menahan hantaman angin
Berdasarkan agihan kerentanan tersebut, sehingga kerentanan bangunan
bangunan di Kecamatan Tanon, hanya sedang dan tinggi berpotensi mengalami
kerusakan yang sama.
10
DAFTAR PUSTAKA
11