You are on page 1of 17

Ners Jurnal Keperawatan Volume 10.

No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan


Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Muaro Padang Tahun 2014
Ns.Dewi Eka Putri, M.Kep, Sp.Kep.J*a, Ns. Ira Erwina, M.Kep,Sp.Kep.J*b,
Hilma Adha*'
*a
Dosen Pembimbing I Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
*bDosenPembimbingII FakultasKeperawatanUniversitasAndalas
*'Mahasiswa FakultasKeperawatanUniversitasAndalas

Abstract : The Relationships between Social Support With level Anxiety of Inmates inMuaro Padang Instituted
Society Class II A in 2014.
Status as inmate is severe stressor in life, inmates lose freedom, unsecurity, uncomfort, far away from the family
and society, changes in social support received and demanded to adapt to the limited environment, who the
inmate have impact was been mental health problems is anxiety . The reseachaims to knowhow the strength of the
relationship of social support with anxiety inmates level inmates in Muara Padang instituted society Class II A in
2014. Reseachofstudyused is descriptive correlational with approach cross-sectional. This reseach was
conducted on 237 respondents. The data collected using questionnaire consist of demographic data, the level of
anxiety, and social support. The results is 48.5% of inmates has mild anxiety, and 52.3% inmates getting high
social support. Based on the results of spearman correlation test, it is known have a significant relationship
between social support and level of anxiety at Muara Padang instituted society clas II A in 2014,with p =
0.000 and r = -0.721,, it’s means there is a strong correlation with negative direction, the meaning higher
of social support then that more be lower the level of anxiety or otherwise. Recommended for prison;s
office, nurses, family’s,and fellow inmatesto became a source of social support for prisoners so to be reduce
anxiety.

Keywords : Keywords: inmates, the level of anxiety, social support

Abstrak : Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Kecemasan Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Klas
II A Muaro Padang Tahun 2014.
Status sebagai narapidana merupakan stressor yang berat dalam kehidupan, narapidana kehilangan kebebasan,
kehilangan rasa aman dan nyaman, terpisah dari keluarga dan komunitas, adanya perubahan pada dukungan sosial
yang diterima serta dituntut untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan yang terbatas, yang menyebabkan
narapidana mengalami masalah kesehatan mental yaitu kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kekuatan hubungan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II
A Muaro Padang tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan ialah deskriptif korelasional dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada 237 responden. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang terdiri
dari data demografi, tingkat kecemasan, dan dukungan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 48.5%
narapidana mengalami kecemasan ringan, dan 52.3% narapidana mendapatkan dukungan sosial yang tinggi.
Berdasarkan hasil uji korelasi spearman, diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan sosial
dengan tingkat kecemasan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang tahun 2014 dengan p=
0.000 dan r = -0.72 1, yang berarti terdapat korelasi kuat dengan arah negative, artinya semakin tinggi dukungan
sosial maka semakin rendah tingkat kecemasan atau sebaliknya. Disarankan untuk petugas Lapas, perawat, keluarga,
dan rekan sesama narapidana untuk menjadi sumber dukungan sosial bagi narapidana sehingga dapat menurunkan
kecemasan.

Kata kunci : Narapidana, tingkat kecemasan, dukungan sosia

118
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

Banyak hal yang dapat menjadi


Kesehatan mental merupakan permasalahan penyebab timbulnya kecemasan. Menurut
yang tak pernah luput dan selalu menjadi Suliswati (2005) kecemasan dapat
perhatian masyarakat.Banyaknyapeningkatan disebabkan karena adanya ancaman
masalah kesehatan mentalsepertipeningkatan terhadap integritas biologi misalnya
pasien gangguan jiwa, kejadian bunuh diri, gangguan terhadap kebutuhan fisiologis
membuat masalah kesehatan mental tidak bisa seperti makan, minum, dan seks, adanya
di abaikan (Bukhori, 2009). Indikator ancaman terhadap keselamatan diri seperti
kesehatan mental yang perlu diperhatikan tidak memperoleh pengakuan dari orang
menurut Kementerian Kesehatan Republik lain, ancaman terhadap integritas diri, serta
Indonesia dalam riset kesehatan dasar, tidak ketidaksesuaian antara pandangan diri
hanya berupa penilaian tehadap gangguan jiwa dengan lingkungan nyata.
berat, tetapi juga di fokuskan pada penilaian Adanya penyebab yang dapat memicu
terhadap gangguan mental emosional timbulnya kecemasan akan memunculkan
(Kemenkes RI, 2013). berbagai gej ala klinis pada individu. Gej ala
Gangguan mental emosional adalah yang muncul berupa rasa khawatir, firasat
masalah psikiatri yang paling sering terjadi. buruk, mudah tersinggung, merasa tegang,
Salah satu bentuk gangguan mental emosional tidak tenang, gelisah, gangguan pada pola
adalah kecemasan. Di Amerika Serikat tidur, adanya gangguan konsentrasi, dan
gangguan mental emosional berupa daya ingat serta keluhan keluhan somatik
kecemasan terjadi pada lebih dari 23 juta seperti berdebar debar, pendengaran
individu setiap tahunnya, dengan prevalensi satu berdenging, sesak nafas, gangguan
dari empat individu (Stuart, 2006). pencernaan, gangguan perkemihan, dan
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar sakit kepala (Hawari, 2013). Menurut
tahun 2013, prevalensi gangguan mental Chitty & Black (2011) kecemasan dapat
emosional berupa depresi dan kecemasan pada menimbulkan respon pada fisiologis,
masyarakat berumur diatas 15 tahun di emosional, dan kognitif berupa peningkatan
Indonesia mencapai 6% dari jumlah denyut jantung, peningkatan frekuensi
penduduk di 33 provinsi di Indonesia pernapasan, dan tekanan darah, insomnia,
(Kemenkes RI, 2013). Diperkirakan jumlah mual, dan muntah, kelelahan, telapak
yang menderita gangguan kecemasan baik akut tangan berkeringat, tremor, kegelisahan,
atau kronik mencapai 5% dari jumlah lekas marah, perasaan tidak berdaya,
penduduk (Hawari,2013). Prevalensi menangis, depresi, ketidakmampuan untuk
gangguan kesehatan mental berupa kecemasan berkonsentrasi, pelupa, dan tidak
dan depresi untuk daerah sumatera barat memperhatikan lingkungan.
mencapai angka 4.5% (Kemenkes RI, 2013). Kecemasan dapat di alami oleh semua
Kecemasan adalah kekhawatiran, perasaan orang dalam rentang kehidupannya
tidak jelas, ketidakpastian, dan kegelisahan (Varcarolis, 2010), termasuk pada
akibat adanya ancaman yang dirasakan seseorang yang melakukan tindak pidana
(Varcarolis, 2010). Kecemasan merupakan sehingga menyandang status sebagai
keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang narapidana. Menurut Yosep (2009) dan
spesifik, berupa rasa khawatir yang tidak jelas, World Health Organization (2007
menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak dikutipdari Harner dkk., 2010) mengatakan
pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2006). bahwa seseorang yang terlibat dalam
Menurut Isaacs (2005) Kecemasan masalah hukum seperti menjadi narapidana
merupakan respon subjektif terhadap strees penjara merupakan salah satu sumber stress
yang di tandai dengan ketidakpastian, yang dapat menyebabkan seseorang rentan
kesulitan, keprihatinan, dan ketakutan mengalami masalah mental termasuk
terhadap ancaman nyata atau yang dirasakan. kecemasan. Departement of Justice (dikutip
119
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

dari Wijayanti, 2010) dan Eytan dkk., (2010) tidak menyenangkan. Banyaknya
mengemukakan bahwa kecemasan adalah salah perubahan - perubahan dan permasalahan
satu masalah kesehatan yang sering dialami yang dialami narapidana akan
oleh narapidana. menyebabkan narapidana dalam suatu
ketidaknyamanan dan berdampak pada
Narapidana adalah individu pelaku tindak
pidana yang telah di nyatakan bersalah oleh masalah kesehatan mental seperti
majelis hakim dan di hukum penjara dalam kecemasan (Liwarti, 2013).
jangka waktu tertentu serta di tempatkan Berdasarkan penelitian Pina dkk.,
dalam rumah tahanan atau lembaga (2006) terhadap kesehatan mental
pemasyarakatan sebagai tempat pelaksanaan narapidana, di dapatkan hasil bahwa
hukuman tersebut (Widianti, 2011). Menurut kecemasan merupakan diagnosa
data dari kepolisian daerah pada tahun 2011 di keperawatan tertinggi pada narapidana di
seluruh provinsi di Indonesia tercatat sebanyak Spanyol yang mencapai angka 70,6%.
347.605 jumlah tindak pidana di seluruh Penelitian juga dilakukan oleh Kjelberg
provinsi di Indonesia (Badan Pusat statistik, dkk., (2006) pada narapidana di Norwegia
2012). Untuk daerah Sumatera Barat pada yang mengatakan bahwa angka kecemasan
tahun 2011 tercatat 11.695 kasus tindak pidana pada narapidana mencapai 30,7%. Menurut
(BPS, 2012). Di kota Padang tercatat sekitar penelitian yang dilakukan oleh University
6.5 18 kasus tindak pidana dalam tahun 2013 of South Wales menyatakan bahwa
(Metro Padang, 2013). Adapun tindak pidana sebanyak 43% narapidana mengalami
yang dilakukan biasanya berupa pembunuhan, kecemasan (Butler dkk., 2005 dikutip dari
penculikan, penganiayaan, pencurian, Naidoo, 2012). Harner dkk., (2010) dalam
kejahatan seksual, pemalsuan, penelitiannya juga mengatakan bahwa angka
perjudian, penyalahgunaan napza, dan kecemasan pada narapidana mencapai angka
lain-lain 52%.
(Vaeroy, 2011; Ardilla & Herdiana, 2013). Menurut Utari (2012) dalam penelitiannya
mengatakan tingkat kecemasan narapidana
Dampak menyandang status di lembaga pemasyarakatan Bandung
narapidana merupakan stressor yang berat mencapai 38% kecemasan berat, dan 28%
dalam kehidupan seseorang, Menurut kecemasan sedang dan 34% kecemasan
Bukhori (2009) dan Wijayanti (2010) ringan.
narapidana yang menjalani hukuman akan Kecemasan yang dialami narapidana
kehilangan kemerdekaan dan kebebasan, secara berkelanjutan dapat menimbulkan
adanya ancaman terhadap pemenuhan berbagai dampak seperti mengalami
gangguan jiwa dan kejadian bunuh diri
kebutuhan fisiologis seperti pemenuhan
pada narapidana. Menurut data dari the
kebutuhan seksual, kehilangan hak pribadi,
Sub-directorate General for Prison Health
kehilangan rasa aman dan nyaman,
(1998) mengatakan bahwa 6% dari
kehilangan akses informasi, kehilangan populasi narapidana di penjara dalam
mendapatkan kebaikan dan bantuan serta akan menjalani hukuman mengalami gangguan
adanya stigma buruk dari masyarakat. jiwa. Berdasarkan penelitian yang
Narapidana dalam menjalani hukuman berada dilakukan oleh Pina, dkk., (2006) pada
di lingkungan yang berbeda budaya sehingga narapidana di Norwegia didapatkan hasil
akan timbul perasaan tidak aman dan dituntut
untuk mampu menyesuaikan
diri dengan rutinitas lembaga
pemasyarakatan yang kaku, hilangnya
privasi, dan mengalami suatu kondisi yang
120
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

bahwa, 7% mengalami gangguan ketersediaan, kepedulian dari orang orang


kepribadian, 2,5% mengalami gangguan yang dapat diandalkan (Sarason 1995
afektif, 15% mengalami gej ala skizofrenia dikutip dari Karangora, 2012). Dukungan
dan 12% beresiko melakukan bunuh diri. sosial merupakan suatu wujud dukungan
Pembatasan fisik, keadaan terisolasi, atau dorongan yang berupa perhatian, kasih
pengawasan yang ketat, stress b erat, sayang ataupun berupa penghargaan yang
kuatnya tekanan sosial dari keluarga, dari diberikan kepada individu (Hasyim, 2009).
sesama narapidana, sipir, dan pemberitaan Dukungan sosial merupakan hubungan
media massa merupakan stressor yang sosial yang mengacu pada kenyamanan
menjadi penyebab narapidana melakukan fisik dan psikologis yang diberikan oleh
tindakan bunuh diri (Pujileksono, 2009). keluarga, teman, dan orang-orang yang
Menurut Tartoro (2003, dikutip dari berkaitan dengan individu tersebut seperti
Pujileksono, 2009) mengatakan bahwa pasangan, rekan kerja, petugas penjara
lingkungan penjara dengan pengawasan yang (Balogun, 2014), berupa dukungan
ketat memungkinkan terjadinya kasus bunuh emosional, instrumental, penghargaan, dan
diri di 321 rumah tahanan atau penjara di 321 dukungan informasi (Yanita, 2001 dikutip
rumah tahanan atau penjara di Amerika dari Hasyim, 2009).
serikat. Menurut laporan Markus dan Dukungan sosial diperlukan narapidana
Alcabes (1998 dikutip dari Pujileksono, dalam menjalani hukuman. Dukungan
2009) mengatakan bahwa 50% kasus bunuh sosial yang diterima dapat membantu
diri terjadi di rumah tahanan atau penjara narapidana merasa tenang, diperhatikan,
pada hari ketiga menjalani hukuman. dicintai, dan menimbulkan rasa percaya diri
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Nur & Shanti, 2010). Adanya dukungan
Pina, dkk (2006) pada narapidana di sosial akan membantu narapidana dalam
Norwegia, mengatakan bahwa 12% menangani masalah pribadi dan sosial serta
narapidana yang menjalani hukuman dapat mengatasi masalah kesehatan mental
beresiko melakukan bunuh diri. Sementara di yang rentan terjadi pada narapidana seperti
Indonesia, pada tahun 2006 mengatakan kecemasan (Balogun, 2014).
bahwa 10% narapidana meninggal di Keperawatan adalah suatu model
dalam penjara yang disebabkan kaerna pelayanan profesional dalam memenuhi
bunuh diri dan karena sakit akibat rendahnya kebutuhan dasar yang diberikan kepada
gizi, buruknya individu baik sehat maupun sakit yang
sanitasi dan lingkungan penjara (Kompas, mengalami gangguan fisik, psikis, sosial
2007 dikutip dari Pujileksono, 2009). agar individu untuk dapat mencapai derajat
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasi kesehatan yang optimal berupa
Binadik Lembaga Pemasayarakatan tahun meningkatkan kemampuan yang ada pada
2014, mengatakan bahwa ada narapidana individu, mencegah, memperbaiki, dan
yang tidak bisa dihukum dan harus melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan
dititipkan di rumah sakit jiwa karena yang di persepsikan sakit oleh individu
mengalami gangguan jiwa selama (Nursalam, 2013). Keperawatan jiwa
menjalani hukuman dan pernah ada adalah pelayanan keperawatan yang
kejadian melarikan diri yang dilakukan berdasarkan pada ilmu perilaku, mencakup
narapidana dalam rentang lima tahun gangguan bio-psiko-sosial dengan
terakhir. menggunakan diri sendiri, pendekatan
Dukungan sosial merupakan variabel proses keperawatan untuk meningkatkan,
lingkungan yang diasumsikan memiliki mencegah, mempertahankan, dan
hubungan yang positif dengan kesehatan memulihkan masalah kesehatan jiwa
mental termasuk kecemasan (Balogun, individu, keluarga, kelompok komunitas.
2014). Dukungan sosial adalah Salah satu tatanan alternative dari
121
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

keperawatan jiwa ialah pada kelompok Penelitian ini untuk mengetahui


khusus di komunitas yaitu di penjara kekuatan hubungan antara dukungan sosial
(Suliswati, 2005). dengan tingkat kecemasan. Jumlah sampel
Lembaga pemasyarakatan klas II A dalam penelitian ini ialah 237 responden,
merupakan lembaga pemasyarakatan yang dimana metode pengambilan sampel yang
ada di kota Padang yang didirikan pada tahun digunakan ialah probability sampling
1892 dan terletak di daerah Muaro Padang. (random sampling) dengan teknik cluster
Lembaga pemasyarakatan mempunyai ruang sampling, dimana pemilihan sampel yang
tahanan yang di bagi menjadi 8 blok terdiri dilakukan pada setiap blok yang ada
dari 1 blok khusus untuk wanita dan 7 blok dilembaga pemasyarakatan klas II A Muaro
khusus untuk laki – laki. Padang yaitu sebanyak 8 blok.
Berdasarkan studi pendahuluan yang Instrumen yang digunakan untuk
dilakukan terhadap 10 orang narapidana mengukur variabel independen dan variabel
bulan April-Juli 2014, 5 orang narapidana dependen dalam penelitian ini adalah
mengeluhkan merasa cemas karena jauh kuesioner. Variabel dependen yaitu tingkat
dari keluarga dan khawatir karena memikirkan kecemasan dinilai dengan dengan Zung
keluarganya dirumah, 4 orang mengatakan cemas Self-Rating Anxiety Scale (SAS/ SRAS) dan
karena merasa sendiri di Untuk mengukur variabel independen
lembaga pemasyarakatan, 3 orang dukungan sosial digunakan kuesioner
mengatakan khawatir jika setelah bebas tidak yang dibuat sendiri oleh peneliti
diterima masyarakat dan tidak bisa berdasarkan teori dukungan sosial dari
mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data Yanita, 2001 dikuti dari Hasyim (2009)
dari 10 orang narapidana tersebut, 4 orang yang membagi 4 jenis dukungan sosial
narapidana mengatakan jarang diberi yaitu dukungan emosional, instrumental,
semangat dan motivasi dari keluarga, 3 penghargaan, dan informative. Kuesioner
orang mengatakan keluarga jarang ini terdiri dari yang 30 pertanyaan terkait
mengunjungi dan memenuhi kebutuhannya dukungan sosial dari keluarga, teman, dan
selama berada di lembaga pemasyarakatan, 4 orang orang yang berkaitan yaitu dari
orang mengatakan tidak punya teman dan petugas lembaga pemasyarakatan
merasa sendiri di lembaga pemasyarakatan, Menurut Dharma (2011) uji validitas
6 orang narapidana mengatakan dilakukan pada responden yang tidak
tidak pernah menceritakan masalah yang terlibat dalam penelitian tetapi memiliki
dirasakannya kepada temannya. 3 orang karakteristik yang sama dengan responden
mengatakan sering dimarahi petugas yang akan terlibat dalam penelitian.
lembaga pemasyarakatan dan 1 orang Responden untuk uji validitas diambil dari
mengeluh susah bertemu keluarga selama populasi yang sama dengan responden
berada di lembaga pemasyarakatan. penelitian sehingga diasumsikan memilki
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti karakteristik yang sama. Uji validitas dan
tertarik meneliti tentang hubungan reabilitas dalam penelitian ini dilakukan di
dukungan sosial dengan tingkat kecemasan Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Muaro
narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Padang dengan responden sebanyak 30
klas II A Muaro Padang tahun 2014. orang. Responden yang telah dilakukan uji
validitas dan reabilitas tidak dimasukkan
METODE menjadi sampel dalam penelitian.
Penelitian ini merupakanpenelitian Berdasarkan hasil uji validitas dengan 36
kuantitatif dengan jenis penelitian pertanyaan didapatkan nilai reabilitas
deskriptif korelasional yaitu penelitian yang cronbach’s Alpha sebesar 0 953 dengan 30
mengkaji hubungan antar variabel, dengan pertanyaan yang valid.
pendekatan cross sectional.
122
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Penelitian
Tabel 5.1. Karakteristik Responden di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro
Padang Tahun 2014
No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
1 Umur
a. 18-40 (Dewasa awal) 199 84.0
b. 41-60 (Dewasa tengah) 38 16.0
2 Jenis Kelamin
a. Laki-laki 224 94.5
b. Perempuan 13 5.5
3 Pendidikan
a. Rendah (SD dan SMP) 111 46.8
b. Tinggi (SMA dan PT) 126 53.2
4 Pekerjaan
a. Bekerja 156 65.8
b. Tidak bekerja 81 34.2
5 Masa Hukuman
a. < 3bln 2 0.8
b. 4-12 bln 57 24.1
c. >12 bln 178 75.1

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dlihat Perguruan Tinggi), lebih dari separuh
bahwa sebagian besar (84,0%) responden (65,8%) responden memiliki pekerjaan
berada pada rentang usia 18-40 tahun sebelum berada di Lembaga
(dewasa awal), hampir seluruh (94.5%) Pemasyarakatan, dan sebagian besar (75.1%)
responden berjenis kelamin laki-laki, lebih responden menjalani masa hukuman diatas
dari separuh (53.2%) responden memiliki 12 bulan.
pendidikan yang tinggi (SMA dan

B. Analisa Univariat
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Sosial Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Klas II Muaro Padang Tahun 2014
Dukungan
Sosial Frekuensi Persentase
Tinggi
Rendah 113 47.7
Total

Dari
tabel 5.2 dapat dilihat bahwa lebih dari separuh (52,3%) responden mendapatkan
dukungan sosial yang tinggi.

123
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Narapidana di Lembaga


Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang Tahun 2014
Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase
Tidak cemas 53 22.4
Ringan 115 48.5
Sedang 69 29.1
Total 237 100

D
dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa hampir separuh (48,5%) responden
mengalami kecemasan ringan.

C. Analisa Bivariat
Pada penelitian ini, uji yang digunakan untuk mengetahui kekuatan dan arah hubungan
dukungan sosial dengan tingkat kecemasan narapidana menggunakan uji korelasi spearman.
Tabel 5.4 Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan Narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang Tahun 2014.

Tingkat Kecemasan
Tidak Ringan Sedang Total cemas
r p
f
% f % f % f %
Duku Tinggi 50 40.3 70 56.5 4 3.2 124 52.3
ngan -0.721 0.0
Sosial Rendah 3 2.7 45 39.8 00
65 57.5 113 47.7

Total
nilai p = 0.000, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
Berdasarkan Tabel 5.4 diatas dapat bermakna antara dukungan sosial dengan
dilihat bahwa lebih dari separuh (57.5%) tingkat kecemasan narapidana di Lembaga
responden yang berada di lembaga Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang
pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang Tahun 2014. Nilai r = -0.72 1
Tahun 2014 mendapatkan dukungan sosial menunjukkan arah korelasi negative (-)
yang rendah dan memiliki kecemasan dengan kekuatan korelasi kuat. Hal ini
sedang. berarti semakin tinggi dukungan sosial yang
Berdasarkan uji statistic korelasi didapat maka semakin rendah tingkat
Spearman di peroleh nilai r = -0.72 1 dengan kecemasan begitupun sebaliknya.

124
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

(2008) dan Perry (2005) periode usia


1 .Tingkat Kecemasan dewasa awal merupakan periode
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyesuaian diri terhadap pola pola
dari 237 narapidana yang berada di kehidupan secara mandiri dan merupakan
lembaga pemasyarakatan klas II A Muaro puncak periode kreatif dan aktif, dimana
Padang tahun 2014, sebanyak 115 pada rentang usia ini kebanyakan individu
narapidana (48,5%) mengalami kecemasan sudah mampu memecahkan masalah–
ringan. Hasil penelitian ini sejalan dengan masalah yang mereka hadapi secara baik
penelitian yang dilakukan oleh Andriawati sehingga menjadi stabil dan lebih tenang.
(2012) pada narapidana di Malang yang Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
menemukan bahwa 70% narapidana dilakukan Utari (2010) yang menemukan
mengalami kecemasan ringan. Hal senada 70% narapidana di lembaga
juga ditemukan oleh Utari (2012) yang pemasyarakatan Bandung berada pada usia
menyatakan bahwa 34% narapidana di dewasa awal. Berdasarkan hal diatas dapat
Bandung mengalami kecemasan ringan. dinyatakan bahwa usia merupakan salah
Menurut Zung (1971, dikutip dari satu factor yang mempengaruhi kecemasan.
Nursalam, 2013) salah satu tingkat Narapidana dengan usia dewasa awal
kecemasan yang dapat terjadi pada individu memiliki kemampuan yang efektif dan
ialah kecemasan ringan. Kecemasan ringan konstruktif dalam menyelesaikan masalah
berhubungan dengan ketegangan dalam sehingga memiliki memilki kecemasan
kehidupan sehari hari (Stuart, 2006), ringan
dimana kecemasan ringan akan membuat Kecemasan ringan yang dialami
individu menjadi waspada, lapang persepsi narapidana di lembaga pemasyarakatan klas
meningkat, dapat mengidentifikasi II A Muaro Padang dapat dipengaruhi oleh
masalah, dan membuat individu mampu jenis
bekerja secara efektif. kelamin, karena sebagian besar (94,5%)
Menurut Varcarolis (2010) kecemasan narapidana berjenis kelamin laki-laki.
ringan dapat menimbulkan gejala fisik Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan
berupa merasa kurang nyaman, gelisah, perbandingan kecemasan ringan yang dialami
mudah tersinggung, serta adanya perilaku responden laki-laki dan perempuan ialah 1: 3,
yang menunjukkan ketegangan ringan. sementara perbandingan untuk kecemasan
Gejala fisik diatas, berdasarkan identifikasi sedang yang dialami antara responden
jawaban respoden juga ditemukan dalam laki-laki dan perempuan ialah 1: 4. Hal diatas
penelitian ini, dimana 64,55% narapidana didukung oleh Hawari (2013) dan Patel
yang mengalami kecemasan ringan (2012) yang mengatakan bahwa
menyatakan tidak merasa tenang dan tidak perbandingan kecemasan antara Laki laki dan
dapat duduk istirahat dengan mudah, perempuan ialah 1: 2. Hal diatas senada
dengan penelitian yang dilakukan oleh
54,85% narapidana menyatakan merasa
University Of South Wales yang menyatakan
mudah marah selama berada di lembaga
bahwa masalah kecemasan pada narapidana
pemasyarakatan, 50,6% narapidana
lebih rendah tingkat kejadiannya pada
mengatakan lebih gugup dan cemas dari
laki-laki dibanding perempuan yaitu 1: 2.
biasanya selama berada di lembaga
Menurut Patel (2012) laki-laki memiliki
pemasyarakatan.
tingkat kecemasan yang lebih rendah dari
Kecemasan ringan jika dilihat dari
pada perempuan, karena adanya pengaruh
usia, hasil penelitian menunjukkan
hormone estrogen dan progesterone yang
sebagian besar (84.0%) narapidana di
menyebabkan perempuan lebih cemas dari
lembaga pemasyarakatan klas II A Muaro
laki-laki. Menurut Goleman (2001 dikutip
Padang berada pada rentang usia dewasa
dari Hidayah, 2010) Laki-laki lebih aktif,
awal yaitu 18-40 tahun. Menurut Hurlock
125
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

eksploratif, berfikir lebih rasional, lebih mempengaruhi kecemasan. Adanya


optimis, mudah beradaptasi, dan pekerjaan yang tetap akan mempengaruhi
lebih baik dalam menangani stressor, pendapatan sehingga menyebabkan
dibandingkan dengan wanita yang seseorang memiliki sumber koping yang
cenderung lebih sensitive, dan emosional. adekuat dalam menghadapi stressor
Berdasarkan hal diatas dapat dinyatakan (Wijayanti, 2011). Hasil penelitian diatas
bahwa jenis kelamin merupakan salah satu sesuai dengan penelitian yang dilakukan
factor yang dapat mempengaruhi oleh Wijayanti (2011) pada narapidana di
kecemasan narapidana di lembaga Semarang, dimana sebagian besar
pemasyarakatan klas II A Muaro Padang. responden memilki pekerjaan sebelum
Narapidana dengan jenis kelamin laki laki berada di lembaga pemasyarakatan. Hal
mampu berfikir rasional, mudah diatas menunjukkan adanya pengaruh
beradaptasi dan memiliki koping yang lebih pekerjaan terhadap tingkat kecemasan
baik dalam menghadapi masalah sehingga narapidana, dimana adanya pekerjaan
memilki tingkat kecemasan ringan. membuat narapidana memiliki sumber
Faktor lain yang dapat mempengaruhi koping yang adekuat sehingga memiliki
kecemasan ringan yang dialami narapidana kecemasan yang ringan.
di lembaga pemasyarakatan klas II A Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
Muaro Padang ialah tingkat pendidikan, 69 narapidana (29,1%) mengalami
berdasarkan hasil penelitian didapatkan kecemasan sedang. Kecemasan sedang
lebih dari separuh (53,2%) narapidana di memungkinkan individu untuk berfokus
lembaga pemasyarakatan klas II A Muaro pada hal yang penting dan
Padang memiliki latar belakang pendidikan
mengesampingkan hal yang lain.
yang tinggi. Tingkat pendidikan seseorang
Kecemasan sedang mempersempit lapang
akan berpengaruh terhadap
persepsi individu, dengan demikian
kemampuanberfikir, dimana semakin tinggi
individu mengalami perhatian selektif
tingkat pendidikan seseorang maka akan
namun dapat berfokus pada lebih banyak
semakin mudah berfikir rasional dan
area jika diarahkan untuk melakukannya
menangkap informasi baru termasuk
(Stuart, 2006). Kecemasan yang dialami
dalam menguraikan masalah baru
narapidana terjadi karena tidak mampu
(Stuart & Sundeen, 2005). Berdasarkan hal
mengatasi stressor psikososial yang
diatas data diketahui bahwa tingkat
dihadapinya (Hawari, 2013).
pendidikan dapat mempengaruhi
Kecemasan sedang dimanifestasikan
kecemasan, semakin tinggi tingkat
dengan gej ala seperti berkeringat, nadi dan
pendidikan yang dimiliki individu maka
tekanan darah meningkat, gangguan
semakin tinggi pula pengetahuanya
lambung, sakit kepala, gangguan berkemih,
sehingga akan berpengaruh
suara bergetar, insomnia, dan mudah
terhadap perilaku individu tersebut, termasuk
dalam menggunakan koping yang konstruktif tegang (Varcarolis, 2010). Dalam
dalam menyelesaikan masalah maka penelitian ini ditemukan 79,74%
menurunkan tingkat kecemasan. narapidana hampir sebagian waktu tidak
Berdasarkan hasil penelitian juga pernah merasa semuanya baik-baik saja dan
didapatkan bahwa lebih dari separuh merasa akan ada hal buruk yang akan
(65,8%) narapidana di lembaga terjadi, 73,83% narapidana
pemasyarakatan klas II A Muaro Padang menyatakanselama berada di lembaga
memiliki pekerjaan sebelum berada di pemasyarakatan tangannya tidak pernah
lembaga pemasyarakatan. Menurut Stuart kering dan hangat, dan 69,62% narapidana
& Laraia (2005) status pekerjaan menyatakan tidak dapat tertidur dan
merupakan salah satu factor yang dapat istirahat malam dengan mudah.
Kecemasan sedang yang dialami
126
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

narapidana di lembaga pemasyarakatan klas 2. Dukungan Sosial


II A Muaro Padang dapat dipengaruhi oleh Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih
masa hukuman yang diterima narapidana, dari separuh (52,3%) narapidana yang berada
dimana lebih dari separuh (75.1%) di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
responden memiliki masa hukuman di atas Muaro Padang Tahun 2014,
12 bulan. Hal ini sejalan dengan penemuan mendapatkan dukungan sosial yang tinggi.
penelitian sebelumnya yaitu penelitian Hasil penelitian ini sesuai dengan
kualitatif di Inggris yang menghasilkan penelitian Balogun (2014) yang
temuan bahwa lamanya masa hukuman menyebutkan bahwa 82% narapidana yang
didalam penjara menyebabkan menurunnya menjalani hukuman di Nigeria
status kesehatan mental yang mengarah mendapatkan dukungan sosial yang tinggi.
kepada munculnya gej ala marah, frustasi, Penelitian senada juga di lakukan oleh
dan kecemasan (Nurse dkk., 2003 dikutip Soewaryo (2007) pada narapidana di rumah
dari Wijayanti 2010). Hal senada juga tahanan Situbondo yang menemukan
diungkapkan oleh Bukhori (2009) yang bahwa 57,78% narapidana mendapatkan
menyatakan bahwa ketidaksehatan mental dukungan sosial yang tinggi.
bisa dialami oleh semua orang termasuk Menurut Yanita (2001, dikutip dari
narapidana yang hidup dalam kamar hunian Hasyim 2009) bentuk dukungan sosial
dalam waktu yang cukup lama, bisa terdiri dari dukungan emosional, dukungan
beberapa tahun, puluhan tahun bahkan penghargaan, dukungan instrumental, dan
seumur hidup. dukungan informative. Dukungan
Pada penelitian ini juga ditemukan emosional mencakup ungkapan empati,
bahwa 53 responden (22,4%) narapidana di
kepedulian, perhatian kepada seseorang,
Lembaga pemasyarakatan Klas II A Muaro
dukungan penghargaan terjadi melalui
Padang tahun 2014 tidak mengalami
ungkapan hormat atau penghargaan positif
kecemasan. Berdasarkan identifikasi
pada seseorang untuk membangun perasaan
jawaban respoden, didapatkan 87% yang lebih baik terhadap diri seseorang
narapidana yang tidak mengalami tersebut, dukungan instrumental berupa
kecemasan tidak pernah merasa akan bantuan langsung seperti memberi
pingsan selama berada di lembaga
pinjaman uang, sedangkan dukungan
pemasyarakatan, 76% narapidana tidak informative mencakup pemberian nasihat,
pernah merasa jari jari tangan dan kaki mati saran, sugesti, informasi, petunjuk
rasa dan kesemutan, 69% narapidana tidak mengenai apa yang sebaiknya dilakukan
penah merasa tangan dan kaki gemetar oleh individu tersebut.
selama berada di lembaga pemasyarakatan, Berdasarkan identifikasi jawaban
68% narapidana menyatakan tidak pernah narapidana di lembaga pemasyarakatan klas II
merasa wajah terasa panah dan merah dan. A Muaro padang yang mendapatkan
Hal ini menggambarkan bahwa narapidana dukungan sosial yang tinggi didapatkan
mempunyai koping yang adaptif dan 70% narapidana merasa mendapat
konstruktif, mampu menerima keadaan perhatian dari keluarga, 69% menyatakan
yang dialaminya serta mampu melakukan keluarga selalu memberi semangat, 70,5%
adaptasi dan menyesuaikan diri dengan narapidana menyatakan keluarga membantu
kondisi dan lingkungan yang ada di memenuhi kebutuhannya selama berada di
lembaga pemasyarakatan. lembaga pemasyarakatan, 66,7%

127
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

narapidana menyatakan keluarga selalu narapidana. Ratna (2010) menyatakan salah


memberi nasehat, 66,7% narapidana satu factor yang mempengaruhi efektifitas
menyatakan bisa meminta pendapat teman di dukungan sosial ialah pemberi dukungan
lembaga pemasyarakatan jika mengalami sosial berasal orang yang terdekat dengan
masalah, 77,6% narapidana menyatakan individu, seperti keluarga.
petugas lembaga pemasyarakatan Menurut Ratna (2010) tingginya
menegurnya jika berbuat kesalahan selama dukungan sosial dari keluarga yang
berada di lembaga pemasyarakatan, 7 5,5% dirasakan narapidana di lembaga
narapidana menyatakan petugas selalu pemasyarakatan klas II A Muaro Padang
memenuhi kebutuhannya selama berada di juga disebabkan karena waktu pemberian
lembaga pemsyarakatan. dukungan sosial tersebut. Berdasarkan
Menurut Ratna (2010) salah satu faktor hasil observasi dan wawancara dengan
yang mempengaruhi tingginya dukungan petugas lembaga pemasyarakatan klas II A
sosial yang diterima narapidana di lembaga Muaro Padang diketahui waktu kunjungan
pemasyarakatan klas II A Muaro Padang untuk masing-masing narapidana maksimal
ialah karena pemberi 25 menit setiap hari kerja kecuali hari libur.
dukungan sosial itu sendiri, dimana Hal ini menunjukkan hasil yang berbeda
pemberi dukungan sosial harus berasal dari dengan observasi pada penelitian yang
orang orang terdekat dan berhubungan dilakukan oleh Fournelle (2008) yang
dengan narapidana dengan. Dimana dalam menyatakan bahwa waktu kunjungan yang
penelitian ini dukungan sosial berasal dari diberikan untuk narapidana hanya 3 kali
orang terdekat dan berhubungan dengan seminggu dalam waktu 20 menit.
narapidana yaitu keluarga, teman dan Berdasarkan hal diatas dapat diketahui
petugas lembaga pemasyarakatan. waktu dan frekuensi kunjungan untuk
Berdasarkan hal di atas dapat dinyatakan narapidana di lembaga pemasyarakatan klas
bahwa narapidana mendapatkan dukungan II A Padang memiliki waktu dan frekuensi
sosial yang tinggi selama menjalani hukuman yang lebih lama sehingga dapat dinyatakan
karena dukungan yang diterima berasal dari salah satu factor yang mempengaruhi
orang orang disekitarnya. tingginya dukungan yang diberikan oleh
Hasil penelitian menemukan bahwa keluarga ialah karena waktu pemberian
dari tiga sumber dukungan sosial dalam dukungan sosial.
penelitian ini yaitu keluarga, teman, dan Hasil penelitian ini juga menemukan
petugas lembaga pemasyarakatan, bahwa 47,7% narapidana yang berada di
ditemukan bahwa 5 7,4% narapidana lembaga pemasyarakatan klas II A Muaro
mendapat dukungan sosial yang tinggi dari Padang tahun 2014 mendapatkan dukungan
keluarga, 49,8% narapidana mendapatkan sosial yang rendah dari keluarga, teman,
dukungan sosial yang tinggi dari teman dan dan petugas lembaga pemasyarakatan. Hal
56,1% narapidana mendapatkan dukungan tersebut diperkuat oleh pernyataan Bukhori
sosial yang tinggi dari petugas lembaga (2009) yang menyatakan bahwa pada
pemasyarakatan. Berdasarkan hasil diatas kenyataannnya ada narapidana yang tidak
dapat dinyatakan bahwa dukungan yang mendapatkan dukungan sosial terutama dari
paling tinggi diterima narapidana berasal dari keluarganya, sumber dukungan sosial
keluarga. terutama tidak dapat memberikan dukungan
Keluarga merupakan tempat terhadap masalah masalah yang dihadapi
pertumbuhan dan perkembangan seseorang narapidana bahkan mengabaikan. Hal
(Bukhori, 2009). Tingginya dukungan senada juga diungkapkan oleh Fournelle
sosial berasal dari keluarga yang diterima (2008) meneliti pada narapidana di
narapidana karena keluarga merupakan Midwestern Wisconsin jail yang
lingkungan pertama dan terdekat dengan mengatakan bahwa rendahnya dukungan
128
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

sosial yang diterima narapidana terutama menyelesaikanya, sehingga di mungkinkan


dukungan dari lingkungan penjara. kurangnya kesabaran dari pemberi
Rendahnya dukungan sosial yang dukungan sosial untuk memberikan
diterima narapidana di lembaga dukungan secara konsisten pada
pemasyarakatan klas II A Muaro Padang, narapidana, ditambah dengan adanya
dilihat dari identifikasi jawaban responden stigma buruk terhadap narapidana, yang
terkait dukugan sosial dari ketiga sumber diberi label negative sebagai penjahat dan
dukungan sosial dalam penelitian ini pembuat kerusakan (Maryatun, 2011).
didapatkan 72,56% narapidana yang
mendapatkan dukungan sosial yang rendah 3. Hubungan Dukungan Sosial Dengan
mengatakan tidak pernah di beri atau Tingkat Kecemasan Narapidana di
dibekali uang oleh keluarga selama berada Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
di lembaga pemasyarakatan, 66,37% Muaro Padang Tahun 2014
narapidana tidak pernah menerima Berdasarkan hasil analisa bivariat
pendapat keluarga terkait masalah yang dengan menggunakan uji statistic korelasi
dihadapi selama berada di lembaga spear man, maka dapat diambil kesimpulan
pemasyarakatan, 63,71% narapidana bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara dukungan sosial dengan tingkat
mengatakan teman di lembaga
pemasyarakatan tidak bersedia kecemasan narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang
meminjamkan barang miliknya, 50%
Tahun 2014. Dimana menunjukkan arah
narapidana merasa jarang dibantu teman
korelasi negative (-) dengan kekuatan
selama berada di lembaga pemasyarakatan, 5
korelasi kuat. Hal ini berarti apabila
9,52% narapidana mengatakan petugas
dukungan sosial semakin tinggi maka
lembaga pemasyarakatan tidak pernah
tingkat kecemasan semakin rendah.
memberikan pujian setelah menyelesaikan
Hal ini sesuai dengan teori yang
tugas, 5 6,63% narapidana merasa petugas
menyatakan bahwa dukungan sosial adalah
lembaga pemasyarakatan tidak peduli pada
salah satu factor yang mempengaruhi
dirinya.
timbulnya kecemasan (Taha, 2013), dimana
Rendahnya dukungansosial yang
manfaat dukungan sosial secara psikologis
diterima narapidana disebabkan karena dapat mengurangi tingkat kecemasan
lamanya pemberian dukungan. Menurut Ratna (Sarason dikutip dalam Rahmadani, 2010).
(2010) lamanya pemberian dukungan merupakan Kurangnya dukungan sosial akan
salah satu factor yang mempengaruhi menyebabkan individu rentan mengalami
efektivitas dukungan sosial, dimana lamanya masalah gangguan mental salah satunya
pemberian dukungan ialah kecemasan (Balogun, 2014). Adanya
sosial tergantung dari masalah yang dukungan sosial akan dapat membantu
dihadapi, jika masalah yang di hadapi narapidana merasa tenang, diperhatikan,
dalam jangka panjang, maka dibutuhkan dicintai, dan menimbulkan rasa percaya diri
kesabaran dari pemberi dukungan sosial (Nur & Shanti, 2010) serta akan membantu
karena membutuhkan waktu yang cukup narapidana dalam menangani masalah
lama untuk keluar dari masalah. pribadi dan sosial serta dapat mengatasi
Jika dilihat dari karakteristik responden masalah kesehatan mental seperti
pada tabel 5.1 dapat diketahui lebih dari kecemasan (Balogun, 2014).
separuh (75,1%) memiliki masa hukuman
lebih dari 12 bulan, hal tersebut berarti
masalah yang dihadapi narapidana
merupakan masalah jangka panjang, yang
membutuhkan waktu cukup lama untuk
129
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang penuh dengan stress


yang dilakukan oleh Bukhori (2009) pada (McCormick, 1999 dikutip dalam Balogun,
narapidana di kota Semarang yang 2014).
mengatakan ada hubungan yang signifikan Berdasarkan hasil penelitian
antara dukungan sosial dengan kesehatan didapatkan bahwa dari 5 2,3% narapidana
mental narapidana, selain itu juga sesuai yang mendapatkan dukungan sosial yang
dengan penelitian yang dilakukan oleh tinggi, 56,5% mengalami kecemasan
Taha (2013) yang menemukan hubungan ringan, dan 40.3% tidak mengalami
adanya korelasi yang bermakna dan arah kecemasan. Hal ini berarti bahwa
korelasi yang negatif antara dukungan narapidana yang mendapatkan dukungan
sosial dengan kecemasan lanjut usia di sosial yang tinggi mampu mengelola
Panti Sosial Tresna Werdha Provinsi kecemasan dengan baik, karena dukungan
Gorontalo, yang berarti semakin tinggi sosial memungkinkan narapidana
dukungan sosial maka semakin rendah mendapatkan saran, perhatian, kasih sayang
tingkat kecemasan begitupun sebaliknya. dari sumber sumber dukungan sosialnya
Penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian sehingga narapidana merasa diterima,
yang dilakukan Balogun (2014) pada dicintai, dihargai, diperhatikan, dan di
narapidana di Nigeria yang menyatakan pedulikan sehingga mampu bertahan dan
bahwa dukungan sosial memiliki hubungan beradaptasi dengan lingkungan lembaga
yang signifikan dengan kebahagiaan pemasyarakatan sehingga dapat
narapidana. mengurangi kecemasan.
Hasil penelitian juga menunjukkan Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa dari 47,7% narapidana yang bahwa 3,2% narapidana yang mendapatkan
mendapatkan dukungan sosial yang rendah, dukungan sosial yang tinggi, memiliki
65 narapidana (57,5%) mengalami kecemasan sedang. Hal tersebut tidak
kecemasan sedang. Hal tersebut berarti sejalan dengan teori bahwa individu dapat
lebih dari separuh narapidana yang mengurangi kecemasan dengan
memiliki kecemasan sedang mendapatkan menggunakan sumber koping yaitu dengan
dukungan sosial yang rendah. Kecemasan mendapat dukungan sosial (Suliswati,
sedang memungkinkan individu untuk 2005). Hal ini terjadi dimungkinkankarena
berfokus pada hal yang penting dan hampir separuh (42,615%) narapidana yang
mengeyampingkan hal lain. mendapatkan dukungan sosial yang tinggi
Dengandemikian individu mengalami memiliki masa hukuman diatas 12 bulan.
perhatian yang selektif namun dapat Menurut Nurse (2003, dikutip dari
berfokus pada lebih banyak area jika Wijayanti, 2011) yang menyatakan bahwa
diarahkan untuk melakukannya (Stuart, lamanya masa hukuman dalam penjara
2006). Minimnya dukungan sosial yang akan menyebabkan menurunnya status
diterima narapidana kesehatan mental yang mengarah kepada
dapat meningkatkan kecemasan pada munjulnya gejala marah, frustasi, dan
narapidana tersebut. Narapidana dalam kecemasan.
menjalani masa hukuman, narapidana
membutuhkan dukungan sosial untuk 4. Keterbatasan penelitian
mengatasi berbagai tekanan hidup, Keterbatasan dalam penelitian ini terletak
ketegangan dan kejenuhan dalam hidup pada teknik sampling. Metode yang digunakan
(Onsyishi, 2012). Dukungan sosial di dalam penelitian ini ialah probability
butuhkan narapidana sebagai penyangga sampling (random sampling), dengan teknik
sosial yang memiliki efek pada psikologis cluster sampling, dimana pemilihan sampel
narapidana dalam menjalani kehidupan dilakukan pada setiap blok yang ada. Dalam
penelitian ini teknik
130
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

yang digunakan ialah acak (random) memperhatikan kondisi kesehatan mental


artinya setiap calon responden yang narapidana khususnya kecemasan dengan
memenuhi kriteria inklusi memiliki meningkatkan dukungan sosial antar
kesempatan yang sama untuk menjadi sesama narapidana dan petugas lembaga
responden penelitian tetapi karena pemasyarakatan disamping dukungan sosial
keterbatasan bertemu dengan responden dari keluarga.
peneliti hanya menyerahkan kuesioner pada
petugas sehingga petugas yang menentukan Bagi Profesi Keperawatan
responden secara acak. Peneliti tidak Diharapkan profesi keperawatan semakin
menentukan teknik pengambilan sampel mengembangkan ilmu keperawatan di
lagi (two stage simple cluster sampling) seluruh tatatanan area ruang lingkup
setelah didapatkan sampel perblok, keperawatan termasuk area keperawatan
misalnya dengan melakukan undian atau jiwa termasuk pada kelompok khusus yaitu
acak sistematik (penomoran responden). narapidana di lembaga pemasyarakatan dan
rutan. Selain itu perawat diharapkan
KESIMPULAN & SARAN menjadi fasilitator, educator, dan
memberikan intervensi berupa asuhan
Berdasarkan hasil penelitian tentang ke pe r a wa t a n p ad a n a ra pi d a na ya n g
hubungan dukungan sosial dengan tingkat mengalami ataupun tidak mengalami
kecemasan narapidana di Lembaga masalah kesehatan mental khususnya
Pemasyarakatan Klas II A Muaro Padang kecemasan.
tahun 2014, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut: Bagi Responden

1. Lebih separuh (52.3%) narapidana di Diharapkan responden mampu


Lembaga Pemasayarakatan Klas II meningkatkan hubungan sosial dengan
A Muaro Padang Tahun 2014 sesama narapidana, dengan petugas
mendapatkan dukungan sosial yang lembaga pemasyarakatan, disamping
tinggi. hubungan sosial dengan keluarga sehingga
2. Hampir separuh (48.5%) narapidana mampu mengelola koping yang adaptif,
di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A mampu menyesuaikan diri, dan melakukan
Muaro Padang Tahun 2014 mengalami adaptasi sehingga dapat menanggulangi
kecemasan ringan. masalah kesehatan mental khususnya
3. Dukungan sosial berhubungan kecemasan yang dialami narapidana.
dengan tingkat kecemasan pada
narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Bagi penelitian keperawatan
Klas II A Muaro Padang Tahun 2014, Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
dimana p = 0.000 dan r = -0.72 1 dengan melanjutkan penelitian tentang kecemasan
kekuatan kuat dan arah yang negatif, narapidana dengan melihat faktor faktor
yang berarti semakin tinggi dukungan lain yang berhubungan dengan kecemasan
sosial maka semakin rendah tingkat selain dukungan sosial. Dan diharapkan
kecemasan, begitupun sebaliknya. peneliti selanjutnya menggunakan metode
dan teknik sampel yang berbedd dapat
Bagi Lembaga Pemasyarakatan Klas II A bertemu secara langsung dengan
Muaro Padang responden.
Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan
masukan bagi pihak lembaga
pemasyarakatan sehingga lebih
131
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

DAFTAR PUSTAKA comorbidity among remand prisoners


Andriawati, S. (2012). Hubungan konsep diri in Switzerland. International journal of
dengan kecemasan narapidana law and psychiatry, 1-7.
menghadapi masa depan di Lembaga Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
Pemasyarakatan wanita Malang. Skripsi. (2012). Pedoman penulisan skripsi.
Universitas Negeri Malang. Padang: Fakultas Keperawatan
Ardilla, F & Herdiana, I. (2013). Penerimaan Universitas Andalas.
diri pada narapidana wanita. Jurnal Fournelle, L & Hofferber, S. (2008). Family
Psikologi Kepribadian dan Sosial, 2(1), support what it means to male inmates.
1-7. Journal family support.
Aspuah, S. (2013). Kumpulan kuesioner dan Harner, Hanlon, Garfinkel. (2010). Effect of
instrument penelitian kesehatan. iyengar yoga on mental health of
Yogyakarta: Nuha Medika. incarcerated human: a feasibility study.
Azani. (2012). Gambaran psychological Nursing Reseach, 59(6), 389-399.
weel-being mantan narapidana. Jurnal Hastono, S. (2007). Analisis data kesehatan.
Empathy, 1(1), 1-18. Depok: Fakultas Kesehatan
Badan pusat statistic. (2012). Politik dan Masyarakat Universitas Indonesia.
keamanan. Diakses Pada tanggal 25 Hasyim, R. (2009). Pengaruh dukungan
April 2014 dari sosial terhadap resiliensi napi remaja di
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel= lembaga pemasyaraktan anak (Lapas
1 &daftar=1 &id_subyek=34&notab=1 Kelas II A anak) Blitar. Skr ipsi.
Balogun, A. (2014). Dispositional factors, Universitas Islam Negeri Maulana
perceived social support and happiness Malik Ibrahim.
among prison in mates in nigeria : a new Hawari, D. (2013). Manajemen stress,
look. The Journal of Happiness and cemas, dan depresi. Jakarta: Fakultas
Well-Being, 2(1), 145-160. Kedokteran Universitas Indonesia.
Bukhori, B. (2012). Hubungan Hidayah, N. (2010). Perbedaan tingkat
kebermaknaan hidup dan dukungan kecemasan antara siswa putra dan putri
sosial keluarga dengan kesehatan mental kelas x dalam menghadapi ujian akhir
narapidana. Jurnal Ad-Din, 4(1), 1-19. semester pada MA NU Al ma’ ruf
Chitty, K & Black, B. (2011). Professional Kudus. Skr ipsi. Universitas Sebelas
nursing: concepts & challenges. Maret.
United States of Amerika: Elseiver. Hurlock, E. (2008). Psikologi perkembangan
Dahlan, S. (2013). Statistik untuk kedokteran suatu pendekatan sepanjang rentang
dan kesehatan. Jakarta: Salemba kehidupan. Jakarta: Erlangga
Medika. Isaacs, A. (2005). Panduan belajar
Dalami, E. (2010). Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: &pediatric edisi 3. Jakarta: EGC.
Trans info media Karangora, M. (2012). Hubungan Antara
Depertemen Pendidikan Nasional. (2008). dukungan sosial dan kualitas hidup
Kamus Besar Bahasa Indonesia. pada lesbian di Surabaya. Jurnal
Jakarta: Gramedia. ilmiah mahasiswa Surabaya, 1(1), 1-9.
Dharma, K. (2011). Metodologi penelitian Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
keperawatan. Jakarta: Trans Info (2013). Riset kesehatan dasar 2013.
Media Diakses pada tanggal 14 April 2014
Eytan, A., Haller, D., Wolff, H., Cerutti, B., dari
Sebo, P., Bertrand, D., Niveau, G. http://depkes.go.id/downloads/riskesda
(2010). Psychiatric symptoms, s20 1 3/Hasil%20Riskesdas%2020 13.
psychological distress and somatic pdf

132
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

Kjelberg, E., Hartvig, P., Bowitz, H.,Kuisma, predictors of life satisfaction of


I., Norbech, P., Rustad, A., dkk. nigerian prisons officers. European
(2006). Mental health consultations in a 9cientific Journal, 8(20) 110-125.
prison population : a descriptive study. Patel, S & Jakopac, K. (2012). Manual of
BMC Psychiatry, 6(27), 1-9. psychiatric nursing skill. United States
Liwarti. (2013). Hubungan pengalaman of America : Elsevier
spiritual dengan psikologikal well Pina, E., Duran., A., Edo, M., Sanz, V.
being pada penghuni lembaga (2006). Phychiatric nursing care in
pemasyarakatan. Jurnal sains dan
praktik psikologi, 1(1), 77-88.
Maryatun, S. (2011). Pengaruh logoterapi prisons. Journal rev sanid penit, 8, 78-
terhadap harga diri narapidana 87
perempuan dengan narkotika di Potter, P.A., Perry, A.G, (2005). Buku ajar
lembaga pemasyarakatan klas II A fundamental keperawatan: Konsep,
Palembang. Thesis. Universitas proses, dan praktik edisi 4 volume 1.
Indonesia. Jakarta: EGC
Metro padang. (2013). Angka Kriminalitas Pujileksono, S. (2009). Masalah-masalah
Selama Tahun 2013 Di Kota Padang dipenjara dalam studi sosial. Jurnal.
Menurun diakses pada tanggal 25 April 12(2) 13-29
2014 dari Rahmadani, W. (2010). Hubungan dukungan
http://metropadang.com/berita-angka- sosial dengan kecemasan menghadapi
kriminalitas-selama-tahun-20 13 -di- masa pension pada pegawai
kota-padang-menurun.html PT.Dirgantara Indonesia. 9kr ipsi.
Naidoo, S & Mkize, D. (2012). Prevalence Universitas Pendidikan Indonesia.
of mental disorders in a prison Ratna, W. (2010). 9osiologi dan antropologi
population in Durban, South Africa. kesehatan dalam perspektif ilmu
African Journal of Psychiatry, 15, 30- kesehatan. Yogyakarta: Pustaka
35 Rihana.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Salwa, U., Kuncoro, J., Setyaningsih, R.
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Dukungan sosial keluarga dan persepsi
Cipta. terhadap vonis dengan penerimaan diri
Nur, A & Shanti, L. (2010). Kesepian pada narapidana di lembaga pemasyarakatan
narapidana LP.Kedungpane Semarang klas II A wanita Semarang. Jurnal
ditinjau dari dukungan sosial keluarga proyeksi. 5(2) 79-89.
dan status perkawinan. 9kr ipsi, Soewaryo, Y. (2007). Hubungan dukungan
Unissula sosial dengan tingkat stress narapidana
Nurrahma, E. (2013) Perbedaan selfesteem di rumah tahanan Situbondo. 9kr ipsi
pada narapidana baru dan residivis di psikologi.
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sugiyono. (2012). Metode penelitian
Malang. 9kr ipsi, Universitas Brawijaya kuantitatif kualitas dan R & D.
Malang. Bandung: Alfabeta.
Nursalam. (2013). Metodelogi penelitian
ilmu keperawatan pendekatan praktis.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam & Kurniawati, N. (2007) Asuhan
keperawatan pada pasien terinfeksi
HIV/AID9. Jakarta: Salemba Medika.
Onyishi, I & Okongwu, O. (2012).
Personality and social suport as

133
Ners Jurnal Keperawatan Volume 10. No 1, Oktober 2014 : 118 - 135

Sukmadinata. (2003). Landasan psikologis Varcarolis, E., Halter, M., Shoemaker, N.


proses pendidikan. Bandung: Remaja (2011). Manual of psychiatric nursing
Resdakarya. care planning. United States of
Suliswati, Payapo, T., Maruhawa, J., America: Elsevier.
Sianturi, Y., Sumijatun. (2005). Widianti, E. (2011). Pengaruh terapi logo
Konsep dasar keperawatan kesehatan dan terapi suportif kelompok terhadap
jiwa. Jakarta : EGC. ansietas remaja di rumah tahanan dan
Stuart, G. (2006). Buku saku keperawatan lembaga pemasyarakatan wilayah
jiwa (edisi 5). Jakarta : EGC. provinsi Jawa Barat. Tesis magister
Stuart & Sundeen (2006). Buku saku Keperawatan Jiwa. Universitas
keperawatan jiwa. edisi 5. Jakarta: Indonesia.
EGC. Wijayanti, D. (2010). The influence of
Taha, F. (2013). Pengaruh dukungan sosial logotherapy for female prisoner in
terhadap kecemasan pada lanjut usia di female prison of Semarang 2010.
panti sosial tresna werdha propinsi Thesis Magister keperawatan jiwa.
Gorontalo. Skripsi. Universitas negeri Universitas Indonesia.
Gorontalo. Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Refika aditama.
Tahun 1995 tentang pemasyarakatan Yuniarta, E. (2011). Hubungan tingkat
Pasal 1 ayat 7. pendidikan pasien terhadap kepuasan
Utari, D., Fitria, N., Rafiyah, I. (2012). pemberian informed consent di bagian
Gambaran tingkat kecemasan pada bedah RSUP DR. Kariadi Semarang
warga binaan menjelang bebas di (Mei-Juni 2011). Skripsi. Universitas
lembaga pemasyarakatan wanita klas II Diponegoro.
A, Bandung. Skr ipsi. Universitas
Padjajaran.
Vaeroy, H. (2011). Depression, anxiety, and
history of substance abuse among
Norwegian inmates in preventive
detention: reasons to worry. BMC
Psychiatry, 11(40) 1-7.

134

You might also like