You are on page 1of 10

EnviroScienteae 7 (2011) 93-102 ISSN 1978-8096

PERILAKU PETUGAS KESEHATAN DALAM PENANGANAN LIMBAH MEDIS


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN

Maironah1), Hj. Darni Subari2), Hj. Mariani3), Efansyah Noor4)

1)PS PSDAL PPs Universitas Lambung Mangkurat


2)Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat
3)Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
4)Dosen Politeknik Kesehatan Jurusan Kesehatan Lingkungan

Keywords : Medical waste, RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Ulin Banjarmasin

Abstract

Hospital waste is an invaluable, unusable and expelled material, which is divided into
medical and non medical waste. It is also categorized as radiology, infectious and common
solid or domestic waste. (Health Department of Indonesia, 1992). As a public health service,
hospital always produces medical or non-medical waste such as clinic, pathology and
radioactive waste. It has been organized well according to the rules on health law. Remember
that these are dangerous and causing infections, pollution of water, air and soil, accident
factor and aesthetics problem. It is purposed to mark the knowledge, attitude and act of health
officers on solving medical waste problem in order to know the relation between the
predisposition factors (education, year of work, knowledge and attitude), motivating factors
(hospital policy, employers motivation) and supporting factors (facilities, information) with
the health officers’ attitude on solving medical waste problem, as advices for RSUD Ulin,
Banjarmasin, in order to develop the quality on giving services. Those things are profitable to
compare the medical waste problem solving with the law. Knowledge, attitude and act of the
RSUD Ulin health officers are appraised well.
- There is significant relation between variable (education, knowledge, attitude and
facilities providing) with an action of health officer on solving medical waste problem.
- There is no significant relation between the year of work variable, hospital policy,
motivation and information with the attitude of health officers on solving medical waste
problem.
The RSUD Ulin organizers have to relocate and rearrange the place to throw away the
medical waste according to the standard health requirements, organizing standard code,
standard procedures, socializing the health officers, patient and their family, visitor and
people around the hospital trough available media networks.

Pendahuluan Rumah sakit tidak boleh dipandang


sebagai suatu entitas yang terpisah dan
Pembangunan kesehatan bertujuan berdiri sendiri dalam sektor kesehatan.
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan Rumah Sakit merupakan bagian dari sestem
dan kemampuan hidup sehat bagi seluruh kesehatan dan perannya adalah mendukung
penduduk. Masyarakat diharapkan mampu pelayanan kesehatan dasar melalui
berpartisipasi aktif dalam memelihara dan penyediaan fasilitas rujukan dan mekanisme
meningkatkan derajat kesehatannya sendiri bantuan. Menurut Organisasi Kesehatan
(Departemen Kesehatan RI, 1992). Untuk Sedunia atau World Health Organization
mencapai tujuan pembangunan kesehatan (WHO), Rumah Sakit harus terintegrasi
tersebut perlu adanya fasilitas pelayanan dalam sistem kesehatan dimana ia berada.
kesehatan. Fungsinya adalah sebagai pusat sumber
Maironah, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 93-102 94

daya bagi peningkatan kesehatan kesehatan, penelitian dan pengabdian


masyarakat di wilayah yang bersangkutan. masyarakat. RSUD Ulin Banjarmasin
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas Sumber Daya Manusia RSUD Ulin
pelayanan kesehatan dalam kegiatannya Banjarmasin memiliki jumlah pegawai
selalu menghasilkan limbah medis ataupun sebanyak 1.964 orang dengan berbagai
non medis. Limbah medis dan non medis kualifikasi dan kompetensi. Adapun upaya
ini terbagi tiga bagian, yaitu padat, cair dan peningkatan mutu SDM dilakukan melalui
gas. Limbah non medis ialah limbah yang pendidikan dan pelatihan dengan budget 5
dihasilkan dari kegiatan rumah tangga yang % dari anggaran penerimaan RS, namun
bersifat tidak infeksius seperti kertas, daun, untuk peningkatan mutu pelayanan masih
bekas pembungkus makanan, dan lain-lain. terhambat karena terbatasnya jumlah tenaga
Sedangkan limbah medis ialah limbah yang medis RS, khususnya perawat, penata
dihasilkan dari kegiatan medis yang anasthesi.
meliputi limbah klinik, patologi dan
radioaktif. Metode Penelitian
Limbah medis dan non medis ini harus
dikelola dengan baik sesuai dengan Penelitian ini dilaksanakan di Rumah
peraturan dan ketentuan dalam undang- Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin
undang kesehatan. Karena limbah nedis dan Kelurahan Sungai Baru Kecamatan
non medis ini sangat berbahaya dan dapat Banjarmasin Tengah Provinsi Kalimantan
menimbulkan infeksi nosokomial (infeksi Selatan. Penelitian ini dimulai bulan Januari
yang terjadi atau didapat di rumah sakit – Juni 2009 didahului dengan pengumpulan
selama 3 x 24 jam setelah pasien dirawat di data sekunder, data primer sampai pada
rumah sakit atau pada saat masuk rumah tahap pembuatan laporan.
sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak Berkaitan dengan tuntutan dari
merasa inkubasi infeksi tersebut, yang keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah
disebabkan oleh mikroorganisme), tempat Ulin sebagai rumah sakit tipe B Pendidikan
bersarangnya vektor, pencemaran air, tanah dan pusat pelayanan kegawatdaruratan di
dan udara, penyebab kecelakaan, dan Kalimantan yang membutuhkan tenaga-
gangguan estetika. tenaga kesehatan yang profesional untuk
Menurut penelitian yang dilakukan mendudukii posisi-posisi penting dalam
oleh Darbito (1992), delapan pekerja rumah pelayanan kesehatan.
sakit di Perancis dinyatakan terinfeksi HIV.
Kemudian pada tahun 2003. seorang Hasil Penelitian
pembersih ruang rumah sakit di Amerika
terinfeksi Staphylococcal bacteria dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Enterocardis setelah terkena jarum suntik. untuk masa kerja reponden sebagian besar
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin mempunyai masa kerja > 5 tahun sebesar
Banjarmasin merupakan Rumah Sakit kelas 75 % dan hanya sebesar 25 % mempunyai
B Pendidikan yang berada di Provinsi masa kerja < 5 tahun. Umumnya responden
Kalimantan Selatan, hal ini berdasarkan SK mempunyai rata-rata masa kerja antara 5 –
Menkes No. 153/Menkes/SK/II/1998 dan 25 tahun dengan status sebagai pegawai
Kepmendagri No. 445.420-1279 tahun negeri sipil pemerintah daerah.
1999. Akreditasi penuh tingkat lengkap 16 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bidang pelayanan sesuai dengan Keputusan tingkat pengetahuan responden sebagian
Menteri Kesehatan RI No. SK. besar sangat tinggi, yaitu sebesar 38,50 %,
Menkes.YM.01.10 /III/ 1142/07. Rumah pengetahuan tinggi sebesar 23,08 %, rendah
Sakit ini mempunyai tugas utama sebagai sebesar 28,80 % dan sangat rendah sebesar
tempat pelayanan medik, pendidikan 9,62 % atau sekitar 61,58 % responden
tingkat pengetahuan baik dan hanya sebesar
95 Maironah, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 93-102

38,42% rendah. Tingkat pengetahuan melakukan sosialisasi kepada seluruh


responden meliputi pengertian dan karyawan, yaitu dari pihak pimpinan, atasan
pemahaman mengenai limbah medis, langsung setiap bagian/ruangan dan kepada
macam/jenis limbah medis, sesama karyawan.
pengaruh/bahaya limbah dan cara Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penanganan limbah medis. sebagian besar responden menyatakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas pembuangan limbah
sebagian besar responden mempunyai sikap medis kurang yaitu sebesar 65,40 % dan
sangat tinggi sebesar 46,15 %, tinggi menyatakan ketersediaan fasilitas limbah
sebesar 21,16 %, rendah sebesar 19,23 % medis adalah baik sebesar 34,60 %.
dan sangat rendah sebesar 13,46 % atau Ketersediaan fasilitas dalam penelitian ini
sekitar 67,21 % mempunyai sikap yang meliputi sarana atau fasilitas yang
tinggi dan hanya sekitar 32,69 % digunakan untuk penanganan limbah medis
mempunyai sikap yang jelek. Sikap maupun limbah non medis, persyaratan
responden meliputi tata cara dan sikap sarana atau fasilitas penanganan limbah
responden dalam penanganan limbah medis dan prosedur tetap penanganan
medis. Tingginya sikap responden dalam limbah medis.
penanganan limbah medis tidak terlepas Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari pengetahuan (kognitif), dan konatif ketersediaan sarana untuk memperoleh
yaitu sikap untuk bertindak terhadap apa informasi pengelolaan limbah medis,
yang dilihat dan dikerjakan. Sikap juga erat sebagian besar responden menyatakan
hubungannya dengan tingkat pendidikan kemudahan memperoleh informasi adalah
formal dan pengalaman kerja yang dimiliki kurang yaitu sebesar 75 % dan kemudahan
oleh karyawan. memperoleh informasi adalah baik hanya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 25 %. Hal ini dikarenakan sangat
sebagian besar responden menyatakan minimnya kesempatan yang diperoleh oleh
kebijakan rumah sakit baik sebesar 55,75 % karyawan untuk mendapatkan informasi
dan sebesar 44,25 % menyatakan kebijakan ataupun mengikuti kegiatan-kegiatan yang
rumah sakit kurang baik. Kebijakan rumah mendukung kebijakan dari rumah sakit.
sakit yang dimaksud adalah peraturan Sebagian besar responden mempunyai
tertulis tentang limbah medis, sanksi perilaku sangat positif/sangat tinggi, yaitu
kepada karyawan apabila tidak sebesar 38,45 %, tinggi sebesar 28,85 %,
melaksanakan peraturan dan reward kepada rendah sebesar 25 % dan sangat rendah
karyawan yang mentaati peraturan. Apabila sebesar 7,70 %. Apabila dibandingkan
dibandingkan dengan pernyataan responden dengan pernyataan responden ternyata
ternyata selisih yang menyatakan baik dan selisih yang menyatakan tinggi dan rendah
kurang terhadap kebijakan rumah sakit terhadap perilaku penanganan limbah
tentang penanganan limbah adalah kecil adalah sangat besar sekali + 30 %, perilaku
sekali + 10 %, ini berarti meskipun sudah petugas dalam penanganan limbah medis
ditetapkan peraturan tertulis dari pihak berkaitan dengan bagaimana cara dan
rumah sakit, adanya sanksi maupun teknik menangani limbah medis dan limbah
pemberian reward kepada karyawan tetapi non medis yang dihasilkan dari unit
kurang atau tidak menjadi semangat dan penghasil limbah.
motivasi bagi karyawan.
Motivasi petugas kesehatan diketahui Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petugas
sebagian besar responden mempunyai Kesehatan dalam Penanganan Limbah
motivasi baik sebesar 57,7 % dan motivasi Medis
kurang sebesar 42,3%. Baiknya motivasi
responden dalam penanganan limbah medis Untuk menilai atau mengukur
rumah sakit karena pihak rumah sakit telah pengetahuan dan sikap serta tindakan
Maironah, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 93-102 96

/keterampilan menyangkut ranah sikap dan tindakan petugas, maka termasuk


psikomotorik petugas kesehatan dalam dalam kategori baik. Pengukuran dan
penanganan limbah medis dilakukan penilaian meliputi aspek predisposisi yaitu
wawancara kepada 52 responden. pengetahuan, pendidikan, motivasi,
perilaku dan sikap, aspek pendukung
Tingkat Pengetahuan Petugas Kesehatan meliputi ketersediaan fasilitas/sarana dan
Dalam Penanganan Limbah Medis aspek pendorong meliputi kebijakan rumah
sakit. Pengetahuan, sikap dan tindakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa merupakan resultansi dari perilaku
tingkat pengetahuan responden yang diukur seseorang. Perilaku manusia sangat
menggunakan kuisioner yang berisi 25 item komplek dan mempunyai ruang lingkup
pertanyaan dengan skala rentang skor 1 yang sangat luas. Hasil penelitian ini
sampai dengan 5 sehingga skor tertinggi sejalan dengan pendapat yang dikemukakan
ditentukan 125 dan skor terendah 25. Benyamin Bloom (1980), menyebutkan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa perilaku manusia dibagi atas tiga
bahwa sebagian besar responden tingkat ranah yaitu kognitif, ranah afektif dan ranah
pengetahuan petugas kesehatan dalam psikomotor dan ketiga ranah tersebut dapat
penanganan limbah medis. diukur dari pengetahuan, sikap atau
tanggapan dan praktek atau tindakan.
Sikap Petugas Kesehatan Dalam Lawrence Green, menyebutkan bahwa
Penanganan Limbah Medis perilaku seseorang ditentukan oleh
beberapa faktor, yaitu 1) predisposing
Sebagian besar responden mempunyai factor yaitu terwujud dalam pengetahuan,
sikap sangat tinggi, yaitu 24 responden sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai
(46,15 %), tinggi sebanyak 11 responden dan sebagainya; 2) enabling factor yaitu
(21,16 %), rendah sebanyak 10 responden terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
(19,23 %), dan sangat rendah sebanyak 7 fasilitas/sarana; 3) reinforcing faktor yaitu
responden (13,46 %). terwujud dalam sikap dan perilaku
masyarakat sekitarnya terutama
Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan perhatian/penghargaan bagi yang
Petugas Kesehatan dalam Penanganan melaksanakan pemanfaatan limbah.
Limbah Medis Menurut Notoatmodjo (1993), terbentuknya
perilaku pada seseorang dimulai dari ranah
Tindakan atau perilaku petugas kognitif (pengetahuan) dalam arti orang
kesehatan dalam penanganan limbah medis tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang
secara keseluruhan adalah tinggi sebanyak berupa materi atau obyek, sehingga
28 responden (53,85 %), normal sebanyak menimbulkan pengetahuan baru pada orang
20 responden (38,46 %) dan rendah tersebut dan selanjutnya menimbulkan
sebanyak 4 responden (7,69 %) serta tidak respon batin dalam bentuk sikap terhadap
ditemukan responden dengan tingkat obyek yang diketahui tersebut. Akhirnya
pengetahuan, sikap dan tindakan / akan menimbulkan respon lebih jauh lagi
keterampilan yang sangat rendah dan sangat yaitu berupa tindakan.
tinggi. Hasil penelitian menunjukkan Menurut Snehandu B. Kar (1973),
bahwa sebagian besar responden memiliki bahwa perilaku merupakan fungsi ; niat
tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang untuk bertindak sehubungan
atau keterampilan dalam penanganan dengan kesehatan atau keperawatan,
limbah medis adalah tinggi sebesar 53,85 dukungan sosial dari masayarakat sekitar,
%, normal sebesar 38,46 % dan rendah ada atau tidaknya informasi tentang
sebesar 7,69 %. Dari hasil tersebut bila kesehatan atau ketersediaan fasilitas
ditentukan nilai rerata tingkat pengetahuan, kesehatan, otonomi pribadi yang
97 Maironah, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 93-102

bersangkutan untuk mengambil tindakan empat alasan, yaitu ; pemikiran dan


serta situasi yang memungkinkan untuk perasaan yang meliputi pengetahuan,
bertindak. kepercayaan dan sikap, orang penting
sebagai referensi, sumber daya berupa
Hubungan Antara Variabel Yang Diteliti fasilitas, waktu, uang, tenaga kerja,
Terhadap Perilaku Petugas Kesehatan pelayanan dan keterampilan serta
Dalam Penangan Limbah Medis kebudayaan yang mempunyai pengaruh
besar terhadap perilaku. Kemudian menurut
Dalam penelitian ini untuk mengetahui Lawrence Green (1973) menyatakan bahwa
hubungan variabel yang diteliti meliputi perilaku ditentukan atau terbentuk dari tiga
tingkat pendidikan, masa kerja, faktor, yaitu ; faktor predisposisi
pengetahuan, sikap, kebijakan rumah sakit, (pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-
motivasi, ketersediaan fasilitas dan nilai, dan lain-lain), faktor pendukung
informasi dengan variabel terikat yaitu (lingkungan fisik atau ketersediaan fasilitas)
perilaku petugas dalam penanganan limbah dan faktor pendorong (sikap dan perilaku
medis dilakukan uji statistik menggunakan petugas kesehatan). Sedangkan cepat atau
uji Spearman Corellation. Adapun hasil uji lambatnya perubahan perilaku dapat
statistik selengkapnya sebagai berikut : berlangsung secara alamiah, terencana dan
kesediaan seseorang untuk berubah.
Hubungan Tingkat pendidikan dengan Sebagaimana diketahui bahwa tingkat
perilaku petugas kesehatan pendidikan responden sebagian besar
Berdasarkan hasil uji statistik dengan diatas D III kesehatan, yaitu sebesar 65,38
menggunakan Spearman Corellation, % dan setingkat SLTA kesehatan sampai D
diketahui bahwa tingkat pendidikan III kesehatan sebesar 34,62 %. Sedangkan
mempunyai hubungan dengan perilaku perilaku petugas dalam penanganan limbah
petugas kesehatan dalam penanganan medis, sebagian besar responden
limbah medis, dimana diperoleh nilai mempunyai perilaku sangat tinggi, yaitu
koefisien korelasi (r) sebesar 0,388 dengan sebesar 38,45 %, tinggi sebesar 28,85 %,
arah hubungan positif dan nilai p=0.004 (p rendah sebesar 25 % dan sangat rendah
< 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 7,70 %. Dari hasil uji statistik
variabel pendidikan mempunyai hubungan menggunakan Spearman Corellation,
yang cukup kuat dengan perilaku petugas diketahui bahwa tingkat pendidikan
kesehatan dalam penanganan limbah medis, mempunyai hubungan dengan perilaku
yaitu semakin tinggi tingkat pengetahuan, petugas kesehatan dalam penanganan
semakin baik pula perilaku petugas dalam limbah medis dengan nilai koefisien
penanganan limbah medis. korelasi (r) sebesar 0,388 dengan arah
Dalam proses perubahan perilaku hubungan potif dan nilai p=0.004 (p<0.05).
menurut Roger dan Shoemaker (1977) Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
dalam Mantra (1995) bahwa ada lima tahap pendidikan mempunyai hubungan yang
dalam menuju suatu perilaku baru yang cukup kuat dengan perilaku petugas
dikenal dengan teori adopsi, yaitu ; kenal, kesehatan dalam penanganan limbah medis.
tertarik, menilai, mencoba dan menerima, Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin
namun kelima tahap tersebut bisa saja tinggi pula perilaku petugas dalam
datangnya tidak selalu berurutan yang penanganan limbah medis dan sebaliknya.
menyebabkan seseorang berperilaku, karena
perilaku merupakan resultan dari berbagai Hubungan Masa Kerja dengan Perilaku
macam aspek internal maupun eksternal, Petugas Kesehatan
psikologis maupun fisik, dan menurut Berdasarkan hasil uji statistik dengan
WHO (1992), yang menyebabkan menggunakan Spearman Corellation,
seseorang itu berperilaku karena adanya diketahui bahwa masa kerja tidak
Maironah, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 93-102 98

berhubungan dengan perilaku petugas semestinya. Menurut Gibson, dkk (1997),


dalam penanganan limbah medis, dimana pengalaman petugas kesehatan ada
diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar kaitannya dengan masa kerja. Petugas
0,183 (sangat lemah) dan diperoleh nilai kesehatan dengan masa kerja yang lama
p=0,195 (p>0,05). Hal ini menunjukkan akan mempunyai pengalaman lebih banyak
bahwa variabel pengalaman petugas dengan demikian diharapkan perilakunya
kesehatan dengan masa kerja yang lama, akan lebih baik termasuk perilaku
tidak mempengaruhi perilaku yang lebih membuang sampah medis.
baik termasuk perilaku membuang sampah
medis. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
Perilaku Petugas
Hubungan Antara Masa Kerja dan Berdasarkan hasil uji statistik dengan
Perilaku Petugas Kesehatan menggunakan Spearman Corellation,
Hasil penelitian menunjukkkan bahwa diketahui bahwa tingkat pengetahuan
sebagian besar responden mempunyai mempunyai hubungan dengan perilaku
masa kerja > 5 tahun sebesar 75 % dan petugas kesehatan dalam penanganan
hanya sebesar 25 % mempunyai masa kerja limbah medis, dimana diperoleh nilai
< 5 tahun. Sedangkan perilaku petugas koefisien korelasi (r) sebesar 0,609 dengan
dalam penanganan limbah medis dalam arah hubungan positif dan diperoleh nilai p
tabel 13, sebagian besar responden = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan
mempunyai perilaku sangat tinggi, yaitu bahwa variabel pengetahuan mempunyai
sebesar 38,45 %, tinggi sebesar 28,85 %, hubungan yang kuat terhadap perilaku
rendah sebesar 25 % dan sangat rendah petugas kesehatan dalam penanganan
sebesar 7,70 %. Dari hasil uji statistik limbah medis, atau semakin tinggi tingkat
dengan menggunakan Spearman penegetahuan petugas, semakin tinggi pula
Corellation, diketahui bahwa masa kerja perilaku petugas dalam penanganan limbah
tidak berhubungan dengan perilaku petugas medis.
dalam penanganan limbah medis, dimana Hasil penelitian menunjukkan bahwa
diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar tingkat pengetahuan sebagian besar
0,183 (sangat lemah) dan diperoleh nilai p responden sangat tinggi sebesar 38,50 %,
= 0,195 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan pengetahuan tinggi sebesar 23,08 %, rendah
bahwa masa kerja diatas 5 tahun atau tidak sebesar 28,80 % dan sangat rendah sebesar
lama kurang dari 5 tahun, tidak 9,62 %. Sedangkan perilaku petugas dalam
mempengaruhi perilaku yang lebih baik penanganan limbah medis, sebagian besar
termasuk perilaku membuang limbah responden mempunyai perilaku sangat
medis, namun ditentukan oleh adanya tinggi, yaitu sebesar 38,45 %, tinggi sebesar
sumber-sumber atau fasilitas yang 28,85 %, rendah sebesar 25 % dan sangat
mendukung. Fasilitas dalam hal ini adalah rendah sebesar 7,70 %. Dari hasil uji
fasilitas pembuangan limbah medis. statistik dengan menggunakan Spearman
Demikian juga pihak rumah sakit telah Corellation, diketahui bahwa tingkat
membuat prosedur tetap (protap) dan pengetahuan mempunyai hubungan dengan
pengawasan terhadap bagaimana perilaku petugas kesehatan dalam
pembuangan limbah medis yang benar. penanganan limbah medis, dimana
Walaupun petugas kesehatan pada masa diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar
menempuh pendidikan sudah mengetahui 0,609 dengan arah hubungan positif dan
tentang bahaya limbah medis, tetapi karena diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05). Hal ini
prosedur tetap belum banyak diketahui oleh menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
petugas karena kurangnya sosialisasi, maka mempunyai hubungan yang kuat dengan
sebagian petugas kesehatan masih ada yang perilaku petugas kesehatan dalam
membuang limbah medis tidak pada tempat penanganan limbah medis. Menurut
99 Maironah, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 93-102

Notoatmodjo (1997), pengetahuan atau diketahui bahwa kebijakan rumah sakit


kognitif merupakan domain yang sangat tidak berhubungan dengan perilaku petugas
penting untuk terbentuknya tindakan kesehatan dalam penanganan limbah medis,
seseorang karena dengan pengalaman dan dimana diperoleh nilai koefisien korelasi (r)
penelitian ternyata perilaku yang didasari sebesar 0,090 (sangat lemah) dan diperoleh
oleh pengetahuan akan lebih mudah diingat nilai p = 0,525 (p > 0,05). Hal ini
dan abadi dari pada perilaku yang tidak menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
didasari oleh pengetahuan. Oleh karena itu antara variabel kebijakan rumah sakit
pengetahuan merupakan ranah yang sangat dengan perilaku petugas kesehatan dalam
penting untuk terbentuknya tindakan penanganan limbah medis.
seseorang, dalam hal ini tindakan dalam Dari hasil penelitian diketahui bahwa
penanganan limbah medis. sebagian besar responden menyatakan
Tingkat pengetahuan responden kebijakan rumah sakit baik sebesar 55,75 %
meliputi pengertian dan pemahaman dan yang menyatakan kebijakan rumah
mengenai limbah medis, macam/jenis/sifat sakit kurang sebesar 44,25%. Sedangkan
limbah medis, pengaruh/bahaya limbah dan perilaku petugas dalam penanganan limbah
cara penanganan limbah medis. Tingginya medis sebagian besar responden
tingkat pengetahuan responden dalam mempunyai perilaku sangat tinggi, yaitu
penanganan limbah medis erat sebesar 38,45 %, tinggi sebesar 28,85 %,
hubungannya dengan tingkat pendidikan rendah sebesar 25 % dan sangat rendah
yang dimiliki oleh karyawan, yaitu diatas D sebesar 7,70 %.. Dari hasil uji statistik
III Kesehatan, sehingga secara formal dengan menggunakan Spearman
karyawan telah memperoleh ilmu dan Corellation, diketahui bahwa kebijakan
pengetahuan dalam pengelolaan limbah rumah sakit tidak berhubungan dengan
medis di rumah sakit. perilaku petugas kesehatan dalam
penanganan limbah medis, dimana
Hubungan Sikap dengan Perilaku Petugas diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar
Berdasarkan hasil uji statistik dengan 0,090 (sangat lemah) dan nilai p = 0,525 (p
menggunakan Spearman Corellation, > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak
diketahui bahwa sikap mempunyai ada hubungan antara variabel kebijakan
hubungan dengan perilaku petugas rumah sakit dengan perilaku petugas
kesehatan dalam penanganan limbah medis, kesehatan dalam penanganan limbah medis.
dimana diperoleh nilai koefisien korelasi (r) Kebijakan rumah sakit yang dimaksud
0,564 dengan arah hubungan positif dan adalah peraturan tertulis tentang limbah
diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini medis, sanksi kepada karyawan apabila
menunjukkan bahwa variabel sikap tidak melaksanakan peraturan dan reword
mempunyai hubungan yang kuat terhadap kepada karyawan yang mentaati peraturan.
perilaku petugas kesehatan dalam Meskipun sudah ditetapkan peraturan
penanganan limbah medis. atau semakin tertulis dari rumah sakit, adanya sanksi
baik sikap petugas, maka semakin baik pula maupun pemberian reword kepada
perilaku petugas dalam penangan limbah karyawan tetapi kurang atau tidak menjadi
medis. semangat dan motivasi bagi karyawan. Hal
Dari hasil penelitian diketahui bahwa ini mungkin juga pihak rumah sakit tidak
sebagian besar responden mempunyai sikap pernah melakukan evaluasi maupun tindak
sangat tinggi dalam penanganan limbah lanjut dari apa yang menjadi kebijakan
medis, yaitu sebesar 46,15 %, tinggi rumah sakit. Pihak rumah sakit telah
sebesar 21,16%. rendah sebesar 19,23% dan menetapkan kebijakan yang jelas untuk
sangat rendah sebesar 13,46 %. penanganan, penampungan, pengangkutan
Berrdasarkan hasil uji statistik dengan dan pembuangan limbah medis kepada
menggunakan Spearman Corellation, pihak ketiga, kebijakan ini merupakan
Maironah, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 93-102 100

bagian dari kebijaksanaan umum tentang 0,037 (sangat lemah) dan nilai p = 0,797 (p
keselamatan dan kesehatan kerja di rumah > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak
sakit , disesuaikan dengan kondisi dan ada hubungan antara motivasi dengan
kebutuhan lokal serta perlu diikuti dengan perilaku petugas kesehatan dalam
latihan sesuai dengan kategori dan fungsi penanganan limbah medis. Menurut
tenaga yang ada dan adanya protap yang Sudjana (2004), motivasi seseorang untuk
tertulis. Rumah sakit wajib melaksanakan menerima sesuatu dipengaruhi oleh dua
sistem manajemen kesehatan dan faktor, yaitu faktor pendorong yang berasal
keselamatan kerja yang meliputi struktur dari diri petugas kesehatan itu sendiri
organisasi (adanya Instlasi sanitasi dan seperti pemikiran dan perasaan, kepercayan,
instalasi pemeliharaan sarana), sikap, orang penting sebagai referensi
perencanaan, tanggung jawab pelaksanaan, dalam hal ini atasan langsung/kepala
prosedur, proses dan sumberdaya yang ruangan/kepala instalasi, sumber daya dan
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan kebudayaan, sedangkan faktor kedua adalah
dan kesehatan kerja dalam rangka yang berasal dari luar seperti kebijakan,
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kualitas kerja, hubungan kerja, kondisi
kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja, keamanan kerja, status pekerjaan,
kerja yang aman, efisien dan produktif. pengawasan yang kurang optimal, tidak
adanya kebijakan berupa sanksi dan
Hubungan Motivasi dengan Perilaku penghargaan, interaksi yang kurang baik
Petugas antar petugas kesehatan dapat mengurangi
Berdasarkan hasil uji statistik dengan motivasi yang berasal dari luar.
menggunakan Spearman Corellation,
diketahui bahwa motivasi tidak Hubungan Ketersediaan Fasilitas dengan
berhubungan dengan perilaku petugas Perilaku Petugas
kesehatan dalam penanganan limbah medis, Berdasarkan hasil uji statistik dengan
dimana diperoleh nilai koefisien korelasi (r) menggunakan Spearman Corellation,
sebesar 0,037 (sangat lemah) dan nilai p = diketahui bahwa ketersediaan fasilitas
0,797 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan mempunyai hubungan dengan perilaku
bahwa tidak ada hubungan antara motivasi petugas kesehatan dalam penanganan
dengan perilaku petugas kesehatan dalam limbah medis, dimana diperoleh nilai
penanganan limbah medis. Untuk lebih koefisien korelasi (r) sebesar 0,327 dengan
jelasnya ditunjukkan seperti pada tabel arah hubungan yang positif dan diperoleh
berikut ini : nilai p=0,018 (p<0,05). Hal ini
Dari hasil penelitian diketahui bahwa menunjukkan bahwa variabel ketersediaan
sebagian besar responden mempunyai fasilitas mempunyai hubungan yang cukup
motivasi baik/tinggi sebesar 57,7 % dan kuat terhadap perilaku petugas dalam
motivasi kurang/rendah sebesar 42,3%. penangan limbah medis atau semakin baik
Sedangkan perilaku petugas dalam ketersediaan fasilitas, maka semakin baik
penanganan limbah medis dalam tabel 13, pula perilaku petugas dalam penangan
sebagian besar responden mempunyai limbah medis.
perilaku sangat tinggi, yaitu sebesar 38,45 Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
%, tinggi sebesar 28,85 %, rendah sebesar bahwa sebagian besar responden
25 % dan sangat rendah sebesar 7,70 %. menyatakan ketersediaan fasilitas
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan pembuangan limbah medis kurang yaitu
Spearman Corellation, diketahui bahwa sebesar 65,40 % dan hanya 34,60 % yang
motivasi tidak berhubungan dengan menyatakan ketersediaan fasilitas limbah
perilaku petugas kesehatan dalam medis adalah baik. Sedangkan perilaku
penanganan limbah medis, dimana petugas dalam penanganan limbah medis
diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar sebagian besar responden mempunyai
101 Maironah, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 93-102

perilaku sangat tinggi/sangat bagus, yaitu 4. Variabel kebijakan RS berhubungan


sebesar 38,45 %, tinggi sebesar 28,85 %, secara signifikan terhadap variabel
rendah sebesar 25 % dan sangat rendah masa kerja, sikap dan motivasi.
sebesar 7,70 %. Dari hasil uji statistik
dengan menggunakan Spearman Kesimpulan
Corellation, diketahui bahwa ketersediaan
fasilitas mempunyai hubungan dengan Berdasarakan hasil penelitian, maka
perilaku petugas kesehatan dalam dapat disimpulkan bahwa :
penanganan limbah medis, dimana 1. Pengetahuan, sikap dan tindakan
diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar (Perilaku) petugas kesehatan dalam
0,327 dengan arah hubungan yang positif penanganan limbah medis di di Rumah
dan diperoleh nilai p=0,018 (p < 0,05). Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin.
Menurut World Health Organization ( tergolong tinggi dan sangat tinggi
dalam Notoadmodjo,1993), ketersediaan (pengetahuan 61,58%, sikap 67,31%
fasilitas berhubungan dengan perilaku dan tindakan/perilaku sebesar 67,30%).
karena dengan tersedianya fasilitas yang 2. Terdapat hubungan yang signifikan
dibutuhkan akan mempermudah dalam pada tingkat kepercayaan 95 % antara
membuang sampah/limbah medis pada tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap,
tempatnya. Tersedia atau tidak fasilitas dan ketersediaan fasilitas, terhadap
pembuangan sampah medis sesuai dengan perilaku petugas dalam penanganan
persyaratan yang ada akan menentukan limbah medis di Rumah Sakit Umum
perilaku petugas kesehatan membuang Daerah Ulin Banjarmasin, dan tidak
limbah medis. terdapat hubungan antara masa kerja,
kebijakan rumah sakit, motivasi dan
Hubungan Kemudahan Memperoleh informasi terhadap perilaku petugas
Informasi dengan Perilaku Petugas dalam penanganan limbah medis di di
Berdasarkan hasil uji statistik dengan Rumah Sakit Umum Daerah Ulin
menggunakan Spearman Corellation, Banjarmasin.
diketahui bahwa kemudahan memperoleh
informasi tidak berhubungan dengan Daftar Pustaka
perilaku petugas kesehatan dalam
penanganan limbah medis, dimana Darbito HRH (2003) Pokok-pokok Pikiran
diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar Pengamanan Limbah Padat Medis,
0,207 (lemah) dengan arah hubungan yang Kumpulan Makalah Lokakarya
positif dan diperoleh nilai p=0,140 (p > Penanganan Limbah Medis Tajam di
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak Pelayanan Kesehatan Dasar, Ditjen
ada hubungan antara kemudahan PPM dan PL, Depkes RI.
memperoleh informasi perilaku petugas Departemen Kesehatan RI (2004) Peraturan
kesehatan dalam penanganan limbah medis. Menteri Kesehatan RI No.
1. Variabel pendidikan berhubungan 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
secara signifikan terhadap variabel Persyaratan Kesehatan Lingkungan
pengetahuan, sikap, fasilitas dan Rumah Sakit.
informasi. (2003) Pedoman Sanitasi
2. Variabel fasilitas berhubungan secara Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta.
signifikan terhadap variabel (2002) Pedoman Sanitasi
pendidikan, pengetahuan dan Rumah Sakit Indonesia. Ditjen PPM,
informasi. PPL dan Ditjen Pelayanan Medik.
3. Variabel informasi berhubungan secara Jakarta.
signifikan terhadap variabel pendidikan (1992) Daftar Rumah Sakit di
dan fasilitas. Indonesia. Jakarta.
Maironah, et al/EnviroScienteae 7 (2011) 93-102 102

Gibson JL, Ivanceivic, Donnelly (1997)


Organisasi Perilaku – Struktur –
Proses, Jakarta.
Green LW (1980) Perencanaan Pendidikan
Kesehatan Sebuah Pendekatan
Diagnostik (terjemahan oleh
Zulazmi, Mandy, dkk).
Haryoto K (1997) Air Limbah dan Ekskreta
Manusia Aspek Kesehatan
Masyarakat dan pengelolaannya.
Ditjen Pendidikan Tinggi Departemen
P&K. Jakarta.
Koesmantoro (1990) Pedoman Bidang
Studi Pembuangan Tinja dan Air
Limbah Pada Institusi Pendidikan
Sanitasi Kesehatan Lingkungan,
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Masri Singarimbun, Sofyan Efendi (1987)
Metode Penelitian Survai. LP3ES.
Yogyakarta.
Notoatmodjo S (1993) Kesehatan
Masyarakat dan Ilmu Perilaku
Kesehatan.Yogyakarta.
Pusat Promosi Kesehatan Departemen
Kesehatan RI (2006) Petunjuk Teknis
Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS). Jakarta.
RSUD Ulin Banjarmasin (2007) Sekilas
Pandang Rumah Sakit Umum Daerah
Ulin Banjarmasin.
(2007) SOP Penyehatan
Lingkungan. RSUD Ulin
Banjarmasin.
(2007) Program Kerja Instalasi
Penyehatan Lingkungan Tahun 2007.
RSUD Ulin Banjarmasin.

You might also like