Professional Documents
Culture Documents
Li LBM 3
Li LBM 3
STEP 1
- Jarisch-herxherimer :
o show that leptospiral dead that realise endotoxin and it will induced sitokin in
our body and then will show some clinical manifes, for example fever. Normal
reaction. Especially can induced by penisilin G.
o Detoxification reaction, they can happend in weeks after endotoxin release
- Zoonosis :
o The disease that can be transmitted from animal to humans
- Conjungtival suffusion :
o The rednish of eye, like conjugtivitis but without inflamatory exudat
STEP 2
STEP 3
Muscle aches : leptospira butuh TAG, heme untuk respirasi dari myoglobin karena
lebih ringan injury pada muscle muscle aches
2. Why the patient complain fever, jaundice eyes, and conjungtival suffusion ?
Fever
Pirogen endogen : sitokin
Pirogen eksogen : toksin yang dikeluarkan bac menempel di endotel
peningkatan PGE2 menempel reseptor ke 3 pelepasan camp peningkatan
set poin di hipothalamus tubuh kompensasi (panasnya ditahan menyesuaikan set
poin)
Macam macam Demam
Demam kontinyu atau sustained fever ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang menetap
dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24 jam. Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya
tidak terjadi atau tidak signifikan.
Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal dengan
fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam yang paling sering
ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu (Gambar 2.). Variasi
diurnal biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh proses infeksi.
Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan
puncaknya pada siang hari (Gambar 3.).
Gambar 3. Demam intermiten
Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkan
perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar.
Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme demam yang terjadi
setiap hari.
Demam quotidian ganda (Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 12 jam)
Undulant fever menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan menetap tinggi selama
beberapa hari, kemudian secara perlahan turun menjadi normal.
Demam lama (prolonged fever) menggambarkan satu penyakit dengan lama demam melebihi
yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya > 10 hari untuk infeksi saluran nafas atas.
Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada satu
penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus urinarius) atau sistem organ
multipel.
Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang berbeda (camelback
fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis merupakan contoh klasik dari pola demam ini.
Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam dengue, demam kuning, Colorado tick
fever, spirillary rat-bite fever (Spirillum minus), dan African hemorrhagic fever (Marburg, Ebola,
dan demam Lassa).
Jaundice eyes : bilirubin meningkat, karena ada proses hemolisis . bac masuk
sirkulasi hemolisin, zat yang diserap eritrosit eritrosit lisis, hb keluar
pemecahan hb meningkat jaundice
Conjungtival suffusion
Figure 3: Conjunctival suffusion with subconjunctival hemorrhage (ou), which was suggestive
of leptospirosis, developed on the second hospitalization day.
Outer membran dari leptospira : lpl 32 meningkatkan ekspresi gen dan proliferasi
inflamatory, biasanya ada di proximal tubular ginjal.
Endotoksin dapat menginduced inos, kccl 2(mempengaruhi fungsi ginjal), TNF alfa
mediator endotoksemia (rangsang nekrosis sel) injury disfunction and
inflamation
4. What are the realation between patient doing rafting and clinical manifestation ?
Zoonosis by their urine contaminned water., soil ,etc.
o Farmer
o Mine worker
o Water related activity rafiting, swimming
- Weils disease
- Mild forms : flu like syndrome (chills, fever, muscle aches)
- Severe : respiratory distress, renal failure, liver failure
Lebih beresiko pada rafting dan renang krn langsung kontak dengan air
If berhubugan dengan soil biasanya karna ada port de entry pencegahan pakai alas
kaki
Bac ini motil dan berbentuk spiral , dapat menginfeksi tanpa luka pada mukosa
5. Was the urgency of asking wether the patient had not been travelled to malaria
endemic areas in anamnesis and why the serology hepatitis virus marker should be
done ?
Malaria
Karena gejala nya mirip-mirip : demam lebih dari 3 hari, muscle ache, headache
Dapat melanjut ke anemia hemilitik jaundice
Hepatitis virus jaundice
2) Probable Case
Menuhi clinical case & case ELISA (Rapid Test positif lainnya)
3) Confrimed Case
hasil uji MAT serial yang menunjukkan adnya serokonversi atau
peningkatan titer 4 kali atau lebih
PCR (+) dengan sampe diamnil dalam waktu 10 hari dari onset penyakit
Ditemukan kuman leptospira atau antigen kuman leptospira dengan
pemeriksaan kultur (sampe darah yang diambil pada waktu 7 hari dari
onset penyakit dan urin pada hari ke 10)
demonstrasi leptospira dengan pewarnaan imunohistokimia (pada kasus
post mortem)
Apabila kapasitas lab tidak memadai, dapat dipertimbangkan sebagai
confirmed test , jika hasil rapid test (+) sebanyak 2x
DIAGNOSIS BANDING :
o Malaria
o Hepatitis vius
o DHF
o Arena Virus
o Hanta Virus
o Richetsia Fever
- Leptospirosis anikterik:
influensa, demam dengue dan demam berdarah dengue, infeksi virus hanta, demam
kuning, riketsiosis, boreliosis, bruselosis, malaria, pielonefritis, meningitis aseptik,
keracunan bahan kimia, keracunan makanan, demam tifoid dan penyakit demam
enterik lain, Fever of known origin (FUO), serokonversi HIV primer, penyakit
legioner, dan infeksi virus/bakteri lain.
- Leptospirosis ikterik:
malaria falciparum berat, hepatitis virus, demam tifus dengan komplokasi ganda,
haemorrhagic fever with renal failure, demam berdarah virus lain dengan komplikasi.
Vaksin : LIG A
Anikterik
o Leukosit jumlah normal tapi neutrofilia
o LED meningkat
Ikterik
o Bilirubin meningkat
o Peningkatan ALP, AST kreatin fosfolipase , kreatinin
o Trombositopenia
Pemberian antibiotik :
Prokain penisilin 6 – 8 juta unit sehari yang diberikan 4 kali sehari intramuskular
Ampisilin 1 gram yang diberikan 4 kali sehari intravena
Amoksisilin 1 gram yang diberikan 4 kali sehari intravena
Pananganan khusus:
a. Hiperkalemia : Merupakan keadaan yang harus segera ditangani, karena
menyebabkan cardiac arrest;
b. Asidosis metabolik;
c. Hipertensi: perlu diberikan anti hipertensi.;
d. Gagal jantung: pembatasan cairan, digitalis dan diuretik;
e. Perdarahan diatasi dengan transfusi.
Pemberian antibiotik harus dimulai secepat mungkin, biasanya pemberian dalam 4 hari
setelah onset cukup efektif. Berbagai jenis antibiotik pilihan dapat dilihat pada tabel 4.
Untuk kasus leptospirosis berat, pemberian intra vena penisilin G, amoksisliin, ampisilin
atau eritromisin dapat diberikan. Sedangkan untuk kasus-kasus ringan dapat diberikan
antibiotika oral tetrasiklin, doksisiklin, ampisilin atau amoksisilin maupun sefalosforin.
Sampai saat ini penisilin masih merupakan antibiotika pilihan utama, namun perlu
diingat bahwa antibiotika bermanfaat jika leptospira masih di darah (fase
leptospiraemia). Pada pemberian penisilin, dapat muncul reaksi Jarisch-Herxherimer 4
sampai 6 jam setelah pemberian intra vena, yang menunjukkan adanya aktivitas anti
leptospira. Tindakan suportif diberikan sesuai dengan keparahan penyakit dan
komplikasi yang timbul. Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diatur
sebagaimana pada penanggulangan gagal ginjal secara umum. Kalau terjadi
azotemia/uremia berat sebaiknya dilakukan dialisis.
Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus dengan ikterus, angka
kematian 5% pada umur di bawah 30 tahun, dan pada usia lanjut mencapai 30-40%.
Jantung.
Epikardium, endokardium dan miokardium dapat terlibat. Kelainan
miokardium dapat fokal atau difus berupa intersitital edema dengan infiltrasi
sel mononuklear dan plasma. Nekrosis berhubungan dengan infiltrasi
neutrofil. Dapat terjadi perdarahan fokal pada miokardium dan endokardium
Otot rangka.
Pada otot rangka, terjadi perubahanperubahan berupa lokal nekrotis,
vakuolisasi dan kehilangan striata. Nyeri otot yang terjadi pada leptospira
disebabkan invasi langsung leptospira. Dapat juga ditemukan antigen
leptospira pada otot.
Mata.
Leptospira dapat masuk ruang anterior dari mata selama fase leptospiremia
dan bertahan beberapa bulan walaupun antibodi yang terbentuk cukup
tinggi. Hal ini akan menyebabkan uveitis.
Pembuluh darah.
Terjadi perobahan pada pembuluh darah akibat terjadinya vaskulitis yang
akan menimbulkan perdarahan. Sering ditemukan perdarahan/peteki pada
mukosa, permukaan serosa dan alat-alat viscera dan perdarahan bawah kulit.
Weil Disease
Well disease adalah leptospirosis berat yang ditandai dengan ikterus,
biasanya disertai perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran dan
demam tipe kontinua. Penyakit Weil ini biasanya terdapat pada 1-6% kasus
dengan leptospirosis. Penyebab Weil disease adalah serotipe
icterohaemorragica pernah juga dilaporkan oleh serotipe copenhageni dan
bataviae. Gambaran klinis bervariasi berupa gangguan renal, hepatik atau
disfungsi vaskular.
Manifestasi klinik dengan masa inkubasi berkisar antara 7 -12 hari dengan rerata 10 hari.
Menurut tingkat keparahan penyakit, leptospirosis dibagi menjadi ringan dan berat, tetapi
untuk pendekatan diagnosis klinik dan penangannya, para ahli membagi penyakit
leptospirosis menjadi: leptospirosis anikterik dan leptospirosis ikterik.
Leptospirosis anikterik :
Leptospirosis ikterik:
Pada leptospirosis ikterik, demam dapat persisten dan fase imun menjadi tidak jelas
atau nampak tumpang tindih dengan fase septikemia. Keberadaan fase imun
dipengaruhi oleh jenis serovar dan jumlah kuman leptospira yang menginfeksi, status
imunologi, status gizi pasien dan kecepatan memperoleh terapi yang tepat.
Pasien tidak mengalami kerusakan hepatoselular, bilirubin meningkat, kadar enzim
transaminase serum hanya sedikit meningkat, fungsi hati kembali normal setelah
pasien sembuh. Komplikasi yang terjadi pada leptospirosis merefleksikan
leptospirosis sebagai suatu penyakit multisistem. Leptospirosis sering menyebabkan
gagal ginjal akut, ikterik dan manifestasi perdarahan, yang merupakan gambaran
klinik khas penyakit Weil.
Pada leptospirosis berat, abnormalitas pencitraan paru sering dijumpai meskipun pada
pemeriksaan fisik belum dityemukan kelainan. Kelainan timbul pada hari ke 3 sampai
9 perjalanan penyakit. Pencitraan yang paling sering ditemukan adalah patchy
alveolar pattern yang berhubungan dengan perdarahan alveoli yang menyebar sampai
efusi pleura. Kelainan pencitraan paru umumnya ditemukan pada lobus perifer paru
bagian bawah.
Komplikasi berat seperti miokarditis hemoragik, kegagalan fungsi beberapa organ,
perdarahan masih dan Adult Respiratory Distress Syndromes (ARDS) merupakan
penyebab utama kematian yang hampir semuanya terjadi pada pasien-pasien dengan
leptospirosis ikterik. Penyebab kematian leptospirosis berat adalah koma uremia, syok
septikemia, gagal kardiorespirasi dan syok hemoragik. Faktor-faktor prognostik yang
berhubungan dengan kematian pada pasien leptospirosis adalah oliguria terutama
oliguria rrnal, hiperkalemia, hipotensi, ronki basah paru, sesak nafas, leukositosis >
12.900 per mm3 , kelainan Elektrokardiografi (EKG) menunjukkan repolarisasi, dan
adanya infiltrasi pada foto pencitraan paru.
Pasien leptospirosis berat (ikterik, gagal ginjal, manifestasi perdarahan, gangguan
kesadaran akibat uremia) dapat menunjukkan gambaran klinik yang mirip dengan
malaria falciparum berat ( demam, ikterik, gagal ginjal, manifestasi perdarahan,
kesadaran menurunakibat malaria serebral), haemorrhagic fever with renal syndrome
(HFRS) yang disebabkan oleh infeksi hantavirus tipe Dobrava (demam, gagal ginjal,
manifestasi perdarahan, injeksi subkonjungtiva, kadang-kadang ikterik, dan demam
tifoid berat dengan komplikasi ganda (sindrom septikemia, ikterik, azotemia, tendensi
perdarahan, soporokoma).
Kelainan gambaran EKG ditemukan > 50 % pasien leptospirosis dalam 24 jam
pertaama dalam perawatan di rumah sakit, dan yang tersering adalah blok
artrioventrikular derajat I, dan fibrilasi atrium.
Hipotensi sering dijumpai pada pasien leptospirosis leptospirosissaat masuk rumah
sakit, dan mayoritas pasien dengan hipotensi, dan mengalami gangguan fungsi ginjal.
Kasus leptospirosis jarang dilaporkan pada anak. Hal ini mungkin diasebabkan karena
tidak terdiagnosis atau karena manifestasi klinis yang berbeda dengan orang dewasa.
Pada kasus berat dijumpai miokarditis, ruam deskuamasi yang menyerupai penyakit
Kawasaki, dengan perdarahan paru. Manifestasi klinis pada kasus ringan adalah
demam dan gastroenteritis.
Depkes R.I. 2003. Pedoman tatalaksanan kasus dan pemeriksaan laboratorium leptospirosis di rumah sakit. Ditjen PPM-PL Jakarta, RSPI
DR SS
Faine, S. Guidelines for the control of leptospirosis. Geneva: WHO Offset Publication No. 67l
Gasem, MH. Gambaran klinik dan diagnosis leptospirosis pada manusia. Dalam: Riyanto B, Gasem MH, Sofro M AU Editor: Kumpulan
makalah symposium leptospirosis. Cetakan pertama.Badan penerbit Universitas Diponegoro Semarang.