Professional Documents
Culture Documents
N, P, K, Ca, Mg dan mikroelemen lain yang tumpukan aktif dari tiga lempeng yaitu
tidak dimiliki oleh tanah yang kurang subur Lempeng Hindia-Australia yang bergerak
(Basyuni, 2009). relatif ke arah utara, Lempeng Samudera
Kandungan hara yang terdapat dalam Pasifik bergerak relatif ke barat dan
suatu mineral ini akan mendukung Lempeng Benua Eurasia yang relatif diam.
keberlanjutan dari kesuburan lahan. Dalam Tumbukan ketiganya mengakibatkan
menilai potensi lahan, dapat dinilai dari terdapat komposisi batuan yang beragam
unsur kimia yang dikandungnya. Menurut (Alam et al., 2012).
Pramuji dan Bastaman (2009), untuk Menurut Djuri et al. (1998) dalam
mengetahui tingkat cadangan sumber hara Peta Geologi Lembar Majene dan Bagian
dari suatu jenis tanah, diperlukan analisis Barat Lembar Palopo, Sulawesi Edisi Kedua
susunan mineral primer tanah. Dengan kondisi geologi Kecamatan Banggae dan
mengetahui jumlah tanah yang mengandung Banggae Timur antara lain meliputi formasi
mineral mudah lapuk dapat diartikan bahwa Qa (Aluvium), Tmpm (Mapi), Tmm
tanah tersebut memiliki cadangan sumber (Mandar) dan Qpps (Napal Pambuang).
hara yang tinggi. Namun, bila dominan Kabupaten Majene dibangun oleh
adalah mineral tahan lapuk maka contoh wilayah yang topografinya bervariasi dari
tanah tersebut miskin sumber hara. datar sampai berbukit dan bergunung,
Dalam konsep kesuburan tanah, pada dengan kemiringan lereng kurang dari 3%
dasarnya mengkaji kemampuan suatu tanah sampai lebih dari 70%. Hamparan daerah
untuk menyuplai unsur hara yang tersedia dengan topografi datar ditemukan di
bagi tanaman dalam mendukung sepanjang wilayah paralel dengan garis
pertumbuhan dan produksi tanaman. Secara pantai kabupaten ini. Hamparan wilayah
umum semua unsur hara atau nutrient datar terutama ditemukan mulai dari pantai
bersumber dari batuan induk serta mineral- barat Kecamatan Sendana menuju ke selatan
mineral yang terdapat didalamnya sampai ke Kecamatan Banggae dan Banggae
(Lahuddin, 2007). Timur (Ibukota Kabupaten). Sebagian besar
Mineral yang terdapat didalam tanah wilayah Kabupaten Majene dengan
berbeda-beda pada setiap wilayah. topografi berbukit dan bergunung (Pemkab
Kandungan mineral dalam tanah Majene, 2012).
berpengaruh besar terhadap hara yang Melihat betapa pentingnya peranan
dikandungnya. Perbedaan ini sangat mineral tanah dalam menilai potensi
dipengaruhi oleh bahan induk kesuburan tanah bagi tanaman pada
pembentuknya serta proses-proses kimia dan penjelasan diatas, maka dianggap perlu
biokimia yang terjadi dalam tanah. Di dalam untuk melakukan penelitian yang berjudul
tanah biasanya terdapat dua jenis mineral, “Identifikasi Mineral Pembawa Hara untuk
dikenal sebagai mineral primer dan mineral Menilai Potensi Kesuburan Tanah di
sekunder. Mineral primer merupakan Kecamatan Banggae dan Banggae Timur”.
mineral yang terkristalisasi selama proses
pembekuan magma, sedangkan mineral METODE PENELITIAN
sekunder adalah mineral yang terbentuk
melalui proses pelapukan mineral primer, Pengamatan dan deskripsi profil serta
ataupun sebagai hasil proses penambahan pengambilan sampel tanah dan bahan induk
yang terjadi pada mineral primer (Mulyanto, dilaksanakan di Kecamatan Banggae dan
2012). Banggae Timur, Kabupaten Majene,
Pulau Sulawesi dan pulau-pulau Sulawesi Barat. Analisis mineralogi tanah
kecil di sekitarnya mempunyai kondisi dan bahan induk dilakukan di Laboratorium
geologi yang kompleks. Hal ini disebabkan Petrografi, Jurusan Teknik Geologi,
kawasan Pulau Sulawesi merupakan tempat Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
83
Analisis sifat fisik dan kimia tanah dilakukan Metode dan Tahapan Penelitian
di Laboratorium Kimia Tanah, Departemen
Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Metode yang digunakan dalam penelitian ini
Hasanuddin. adalah metode survei dengan melakukan
Alat yang digunakan dalam analisis pengamatan dan pendeskripsian profil di
mineral tanah dan bahan induk, analisis sifat lapangan ditambah dengan hasil analisis
fisik dan kimia tanah ditunjukkan pada Tabel laboratorium. Penentuan peta kerja untuk
1, sedangkan bahan yang digunakan adalah pengamatan di lapangan dibuat berdasarkan
Sampel tanah utuh kubiena box, sampel peta lereng dan peta geologi Kecamatan
tanah terganggu Sampel bahan induk, DIP Banggae dan Banggae Timur skala 1:50.000,
(Daftar Isian Profil), Peta Rupa Bumi lembar sehingga akan membentuk suatu garis lurus
Majene skala 1:50.000, peta geologi (Metode Transek). Terdapat tiga garis
Kecamatan Banggae dan Banggae Timur transek yang akan mewakili lokasi
skala 1:50.000, peta administrasi Kecamatan penelitian, sehingga jumlah titik profil
Banggae dan Banggae Timur skala 1:50.000 pengamatan ada sebelas titik. Adapun uraian
dan peta lereng Kecamatan Banggae dan tahapan penelitian adalah sebagai berikut:
Banggae Timur skala 1:50.000, dan Aplikasi
ArcGIS 10.1, secara lengkap ditunjukkan Tahap Persiapan
pada Tabel 2.
Tahap persiapan dalam penelitian ini
Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam meliputi studi pustaka untuk mencari
analisis sampel tanah di beberapa literatur dari berbagai sumber dan
laboratorium konsultasi dengan pembimbing terkait topik
penelitian. Pengumpulan berbagai macam
peta yang dibutuhkan untuk menunjang
survei di lapangan antara lain Peta Rupa
Bumi Indonesia lembar Majene skala
1:50.000, Peta Geologi lembar Majene dan
bagian Barat Palopo skala 1:250.000, data
spasial berupa peta kontur Sulawesi Barat
skala 1:200.000 dan Peta Administrasi
Kabupaten Majene skala 1:50.000.
Tabel 2. Bahan kimia/pereaksi yang Peta kerja merupakan peta yang digunakan
digunakan dalam analisis sebagai acuan dalam pengambilan atau
sampel tanah peletakan lokasi pengamatan. Peta awal
yang digunakan adalah peta lereng dan peta
geologi. Penentuan titik lokasi pengambilan
sampel tanah menggunakan metode transek.
Terdapat tiga garis transek yang mewakili
lokasi penelitian, sehingga jumlah titik
pengambilan sampel sebanyak 11 titik.
Selanjutnya dibuatkan penampang
melintang agar memudahkan pengambilan
sampel di lapangan. Penampang melintang
tersebut dibuat dengan menggunakan data
84
Terlepas dari Soil Taxonomy, pembedaan Tabel 5. Jenis Formasi Batuan Kecamatan
mineral kuarsa dilakukan dalam Banggae dan Banggae Timur
memperkirakan kandungan mineral
terlapukkan (cadangan hara), yaitu:
Litologi
namun hasilnya tidak jauh berbeda dengan sejajar berwarna kecoklatan. Mineral-
persentase mineral kuarsa sebesar 33% dan mineral yang sulit diidentifikasi merupakan
mineral liat 30%. Mineral biotit dan mineral mineral liat yang berwarna coklat (Tabel 10
liat memiliki persamaan yaitu merupakan dan Gambar 7).
mineral mudah lapuk, sedangkan kuarsa
merupakan mineral primer yang memiliki Tabel 10. Persentase kandungan mineral
sifat tahan lapuk. Mineral biotit adalah pada profil 1.
kelompok mika yang merupakan mineral
dengan mengandung unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman seperti unsur
Kalsium (K), Magnesium (Mg) dan Besi
(Fe). Menurut Aini dan Mulyono (2014),
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
pada tanah-tanah yang banyak mengandung
mineral yang sangat mudah lapuk (early
weathering stages) menunjukkan bahwa
tanah tersebut masih muda atau belum
mengalami pelapukan lanjut. Dengan
demikian dapat diasumsikan bahwa mineral-
mineral pada lapisan bahan induk profil 10 Gambar 7. (a) Sayatan tipis lapisan 1 profil
memiliki potensi cadangan hara sebesar 69% 1 dengan nikol, (b) Sayatan tipis
dengan kriteria sedang bagi tanaman. lapisan 1 profil 1 tanpa nikol.
kuarsa (2B), opak (2D), biotit
Mineral Pembawa Hara pada Tanah (2E) dan mineral liat (3C).
Mineral yang terdapat dalam tanah dapat
mengindikasikan berapa banyak hara yang Data diatas menunjukkan bahwa,
terkandung didalamnya. Pada umumnya mineral liat memiliki persentase tertinggi
mineral tanah yang sering dijumpai pada
yaitu 52% dibandingkan mineral kuarsa
lokasi penelitian ini adalah biotit, kalsit,
31%, biotit 14% dan opak 3%. Adanya
plagioklas, piroksin, hornblende, kuarsa,
mineral liat dan kuarsa ditandai dari adanya
opak dan liat. Berikut adalah hasil dari
batuan induk berupa batulanau dan
identifikasi mineral berupa gambar sayatan
batupasir. Jika dibandingkan hasil
tipis (thin section) pada setiap profil tanah di
identifikasi mineral pada bahan induk dan
beberapa Transek.
tanah profil 1 yaitu pada bahan induk yang
tertinggi adalah persentase mineral primer
Mineral Tanah pada Transek I
(80%), sedangkan pada lapisan 1 didominasi
Profil 1 oleh mineral liat (52%). Hal ini disebabkan
karena mineral-mineral primer yang
Profil 1 yang berada pada posisi lereng dikandung oleh bahan induk profil 1
hanya memiliki satu lapisan tanah dan melapuk, sehingga terbentuk mineral hasil
berwarna terang, jenis mineral yang terdapat pembentukan baru yaitu mineral liat pada
pada lapisan 1 profil 1 adalah kuarsa (2B), lapisan 1. Dengan demikian, diasumsikan
opak (2D), biotit (2E) dan mineral liat (3C). bahwa bahan induk pada profil 1 mempunyai
Mineral kuarsa berwarna putih terang pada potensi kandungan sumber hara tinggi.
nikol silang dan tanpa warna pada nikol
sejajar. Mineral opak berwarna hitam pada Profil 2
nikol silang dan nikol sejajar. Mineral biotit
Sama halnya dengan profil 1, profil 2 juga
jika dilihat pada nikol silang dan nikol
90
Jenis mineral yang terdapat pada Mg dan Fe. Mineral biotit memiliki sifat
lapisan 2 profil 4 yaitu Biotit (3C), (6F), yaitu sebagai mineral yang mudah lapuk,
berwarna coklat kemerahan pada nikol sehingga unsur-unsur yang terkandung
silang dan berwarna coklat pada nikol didalamnya dapat dengan mudah diserap
sejajar. Sedangkan mineral kuarsa berwarna oleh tanaman jika terdapat air sebagai
putih terang dan berukuran kecil tersebar pembawa hara ke seluruh bagian tanaman.
merata pada gambar. Mineral liat (4G),
umumnya berwarna coklat pada nikol silang Profil 5
namun tidak memancarkan kilap (Gambar
12). Profil 5 terletak pada posisi lembah sehingga
memiliki dua laipsan tanah sebelum lapisan
bahan induk. Jenis mineral yang terdapat
pada lapisan 1 adalah kuarsa (7D), opak
(1E), biotit (7C) dan piroksin (2B). Kuarsa
terlihat berwarna putih terang pada nikol
silang dan tanpa warna pada nikol sejajar,
Opak (mineral oksida, kaya mineral logam
seperti besi) berwarna hitam dan biotit
Gambar 12. (a) Sayatan tipis sampel tanah berwarna coklat baik pada nikol silang dan
lapisan 2 profil 4 dengan nikol, nikol sejajar. Mineral piroksin umumnya
(b) Sayatan tipis sampel tanah berwarna keunguan pada nikol silang dan
lapisan 2 profil 4 tanpa nikol. tanpa warna pada nikol sejajar (Gambar 13).
Biotit (3C), dan (6F), mineral
liat (4G).
top soil. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat lapuk. Mineral dengan ciri mudah lapuk
Hardjowigeno (1993), pada tanah muda akan memudahkan tanaman dalam
(perkembangan awal) terjadi proses menyerap unsur hara yang terkandung
pembentukan tanah terutama proses apabila terdapat banyak air sebagai
pelapukan bahan organik dan bahan mineral, pembawa hara ke seluruh bagian tumbuhan.
pencampuran bahan organik dan bahan Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa
mineral di permukaan tanah dan tanah pada profil 5 memiliki potensi hara
pembentukan struktur tanah karena yang baik bagi tanaman.
pengaruh dari bahan organik tersebut
(sebagai perekat). Hasilnya adalah Mineral Tanah pada Transek II
pembentukan horison A dan horison C
(Gambar 14). Profil 6
Tabel 14. Persentase kandungan mineral Gambar 15. (a) Sayatan tipis sampel tanah
pada profil 5. profil 6 dengan nikol, (b)
Sayatan tipis sampel tanah
profil 6 tanpa nikol. Biotit (5E),
kalsit (4D), dan mineral liat
(4C).
Mineral yang terdapat pada lapisan 2 primer maupun hasil pembentukan baru
profil 9 antara lain biotit (2D), kuarsa (7B), pada saat proses pembentukan tanah.
hornblende (7D), opak (6B) dan mineral liat Mineral liat termasuk kedalam jenis mineral
(1G). Biotit berwarna coklat kemerahan sekunder yang mudah mengalami
pada nikol silang dan coklat pada nikol pelapukan.
sejajar. Kuarsa berwarna putih terang pada Hal ini diperkuat dari data analisis
nikol silang dan tanpa warna pada nikol tekstur berupa liat dengan persentase liat
sejajar. Hornblende pada lapisan ini sebesar 96% pada lapisan 1 dan kriteria
berwarna biru cerah jika dilihat pada nikol tekstur berupa liat berdebu dengan
silang, namun tanpa warna pada nikol persentase debu 54% pada lapisan 2. Profil 9
sejajar. Sedangkan mineral opak berwarna merupakan daerah kondisi drainase yang
hitam pada nikol silang maupun sejajar buruk karena merupakan daerah rawa,
(Gambar 20). sehingga kandungan bahan organiknya
rendah sampai sedang yaitu berkisar antara
1.87% sampai 2.20%. Dengan demikian,
dapat diasumsikan bahwa profil 9 memiliki
potensi kandungan hara yang rendah.
Profil 10
Gambar 20. (a) Sayatan tipis sampel tanah
profil 9 lapisan 2 dengan nikol, Profil 10 memiliki satu lapisan tanah
(b) Sayatan tipis sampel tanah sebelum lapisan bahan induk (Gambar 31).
profil 9 lapisan 2 tanpa nikol. Mineral yang terdapat pada lapisan 1 profil
biotit (2D), kuarsa (7B), 10 yaitu biotit (3E), mineral liat (6C),
hornblende (7D), opak (6B) piroxin (5D) dan kuarsa (7D). Mineral biotit
dan mineral liat (1G). berwarna coklat kemerahan pada nikol
silang dan berwarna coklat pada nikol sejajar
Berdasarkan hasil identifikasi serta ukurannya lebih besar dibandingkan
mineral pada profil 9, maka persentase mineral kuarsa. Mineral piroxin berwarna
kandungan mineral ditunjukkan pada Tabel kuning kecoklatan pada nikol silang dan
19. coklat pada nikol sejajar. Mineral liat pada
penampakan sayatan tipis umumnya
Tabel 19. Persentase kandungan mineral berwarna coklat. Sedangkan kuarsa
pada profil 9. berwarna putih terang pada nikol silang dan
tak berwarna pada nikol sejajar (Gambar
21).
Berdasarkan hasil identifikasi
mineral pada profil 10, maka persentase
kandungan mineral ditunjukkan pada Tabel
20.
Profil 11
Dari hasil identifikasi mineral dapat Dari hasil tabel diatas menunjukkan
diketahui bahwa kandungan mineral pada bahwa pada lokasi penelitian banyak
lapisan satu adalah mineral liat dengan terdapat mineral primer yang mudah lapuk.
persentase 39% dan lapisan dua didominasi Mineral yang paling sering ditemui adalah
mineral biotit dengan persentase 37%. Biotit mineral biotit, kuarsa, kalsit dan mineral liat.
dan mineral liat merupakan mineral dengan Namun, telah dijelaskan diatas bahwa
sifat mudah lapuk. Mineral biotit merupakan mineral dengan sifat mudah lapuk
kelompok mika ini merupakan mineral yang (weatherable mineral) yang dapat berperan
banyak mengandung unsur hara yang sebagai penyedia hara dalam tanah. Menurut
dibutuhkan oleh tanaman seperti unsur Pramuji dan Bastaman (2009), tanah yang
Kalsium (K), Magnesium (Mg) dan Besi didominasi oleh mineral seperti kuarsa dan
(Fe). Menurut Aini dan Mulyono (2014), opak tidak dapat memberikan kontribusi
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa sebagai sumber hara tanah.
pada tanah-tanah yang banyak mengandung Potensi cadangan hara di tanah dapat
mineral yang sangat mudah lapuk (early dihitung berdasarkan besar kecilnya
99
PUSTAKA
potensi banyaknya unsur hara yang
Aini, L. Noer dan Mulyono. 2001. Kajian
terkandung pada beberapa profil masih
Kandungan Material Vulkanik
dalam keadaan kurang tersedia, karena
Gunung Api Guna Peningkatan
kurang didukung oleh faktor eksternal
Kualitas Lahan, Laporan Penelitian
seperti ketersediaan air yang rendah. Potensi
Unggulan Program Studi. Yogyakarta:
iklim daerah penelitian berada pada kisaran
Universitas Muhammadiyah
949.0 sampai 2557.1 mm/tahun dengan rata-
Yogyakarta.
rata curah hujan tahunan 1608.0 mm/tahun.
Alam, S. et al., 2012. Karakteristik Bahan
KESIMPULAN Induk Tanah dari Formasi Geologi
Kompleks Ultramafik di Sulawesi
Tenggara. Jurnal Agroteknologi Vol.
Berdasarkan hasil dan pembahasan 2, No. 2, Hal 112-120
penelitian, maka diperoleh kesimpulan
yaitu: Alimudi, Z. Fauzi. 2014. Analisis
1. Mineral-mineral yang terdapat pada Mikromorfologi Tanah pada Kaki
lokasi penelitian umumnya merupakan Lereng Gunung Lpmpobattang (Arah
mudah lapuk, antara lain biotit, kalsit, Barat Barat Laut – Timur
plagioklas, piroksin dan hornblende. Menenggara) di Kabupaten
2. Mineral mudah lapuk yang banyak Bulukumba, Skripsi. Makassar:
dijumpai pada lokasi penelitian Universitas Hasanuddin.
menandakan bahwa daerah penelitian
memiliki potensi kesuburan tanah dan Djuhariningrum, T., Rusmadi. 2004.
belum mengalami tingkat pelapukan Penentuan Kalsit dan Dolomit Secara
tanah lanjut. Potensi kesuburan pada Kimia dalam Batu Gamping dari
bahan induk tanah berada pada kriteria Madura. Pusat Pengembangan
sedang (48% sampai 70%), sedangkan Geologi Nuklir-Batan. ISBN. 978-
pada tanah berada pada kriteria sedang 979-99141-2-5.
(48% sampai 70%) dan kriteria baik
100