You are on page 1of 16

267

Makna Simbol Bentuk Dan Seni Hias Pada


Rumah Bugis Sulawesi Selatan
Pangeran Paita Yunus
Universitas Negeri Makassar
Jalan Traktor IV No. 31 Komplek PU Malengkeri Parangtambung
Makassar, 90222

ABSTRACT

The cosmologic view of the Buginese tribe assumes that this macrocosmos (the universe) is arranged
into three levels: Boting langi’ (the upper world), Ale kawa (the middle world), Uri’ Li’yu’ (the under
world). As the centre of the three parts of this universe is Boting Langi (the highest sky), the place
where Dewata seuwae (God) stay down. This view is represented in the King’s Palace/traditional
house building seen as the microcosmos. So, the King’s palace of the Buginese is devided also into
three levels (stacks), those are: Rekkeang (top floor) viewed as the head of the human being, Alle bola
(the body of the house) viewed as the body, and Awa bola (space underneath of the house) viewed as
the leg of the human being. The three parts are centered at Posi’ bola or the house navel. This research
tries to answer the problems: 1) whether the meaning form of the King’s Palace of the Buginese based
on cosmology, and 2) how the simbol meaning of decorative art at the King’s Palace of the Buginese
is. To identify and comprehend the meaning of decorative art on the King’s Palace of the Buginese, it
is done through hermeneutic theory by Gadamer and the simbol meaning theory by Victor Turner.
This research gives description that the happening of structural change and the style of decorated art
at the kings’ palace of the Buginese of South Sulawesi, beside having much influence from the art of
Dong­son and Chou Tua style, the decorated art at the Buginese tribe also got influence from Hin­
duism and Islam. In addition, the change of the art style is decided also by the one who has power in
the society, either in the politic side or in the religion or culture. In this case, the existence of art style
variation is caused by the existence of the levelling and groupping of the society.

Keyword: Decorated art, Buginese tribe, Shape Simbol.

PENDAHULUAN kebudayaan, yakni: 1. Wujud kebudayaan


sebagai suatu kompleks aktivitas dari ide-
Rumah tradisional sebagai salah satu ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
modal kebudayaan tumbuh dan berkem- peraturan dan sebagainya; 2. Wujud ke-
bang bersamaan dengan pertumbuhan budayaan sebagai suatu kompleks aktivi-
suatu bangsa. Oleh karena itu, kehadiran tas kelakuan berpola dari manusia dalam
sebuah rumah tradisional merupakan masyarakat; 3. Wujud kebudayaan sebagai
salah satu identitas dari komunitas pen- benda-benda hasil karya manusia1.
dukung kebudayaan. Dalam rumah tra- Dalam kenyataan kehidupan masya-
disional sebagai sebuah karya cipta manu- rakat ketiga wujud dari kebudayaan
sia, terkandung secara terpadu tiga wujud tersebut di atas, tentu tidak terpisah satu
Yunus: Makna Simbol Bentuk Dan Seni Hias 268

dengan lain. Kebudayaan ide dan adat Simbol-simbol yang terdapat pada
istiadat mengatur dan memberi arah kepa- masyarakat Bugis hanya dapat dipahami
da perbuatan dan karya manusia. Pikiran- oleh anggota masyarakat pendukungnya
pikiran dan ide-ide maupun perbuatan dan berdasarkan tata nilai yang berlaku dalam
karya manusia, menghasilkan benda-ben- sistem sosialnya. Hal ini sesuai pendapat
da kebudayaan fisiknya. Sebaliknya, Clifford Geertz yang mendefinisikan ke-
menurut Koentjaraningrat, kebudayaan budayaan sebagai suatu sistem keteratur-
fisik itu membentuk suatu lingkungan an dari makna dan simbol-simbol, yang
hidup tertentu yang makin lama makin dengan makna dan simbol tersebut indi-
menjauhkan manusia dari lingkungan vidu-individu mendefinisikan dunia me-
alamiahnya, sehingga mempengaruhi reka, mengekspresikan perasaan-perasaan
pula pola-pola perbuatannya, bahkan juga mereka, dan membuat penilaian mereka6.
mempengaruhi cara berpikirnya2. Jikalau Namun demikian, sejauhmana ke-
wujud-wujud kebudayaan itu dihayati budayaan daerah dapat dikenal dan
dan diamalkan, maka lahirlah rasa bang- dicintai masyarakat pendukungnya,
ga dan rasa cinta terhadap karya itu. Salah adalah hal yang membutuhkan analisis
satu wujud yang dimaksud adalah ter- untuk menunjukkan identitas bangsa yang
dapatnya berbagai macam simbol pada berkepribadian. Budaya daerah yang ber-
rumah tradisional di Sulawesi Selatan. sifat nasional perlu diidentifikasi demi pe-
Rumah tradisional merupakan karya lestariannya, demikian halnya dengan ru-
yang tumbuh dan berkembang di bawah mah Bugis Sulawesi Selatan sebagai salah
pengaruh tradisi, aktivitas sosial budaya, satu aset lokal yang perlu dipertahankan
dan perilaku masyarakat3. Oleh sebab itu, eksistensinya, bahkan dilestarikan sebagai
sebuah karya rumah seperti rumah Bugis salah satu kearifan lokal masyarakat pen-
Sulawesi Selatan semestinya juga sebagai dukungnya dan warisan yang dapat mem-
cerminan budaya yang mempunyai perkaya seni budaya di tanah air.
makna dan fungsi sebagaimana mestinya. Teori hermeneutik model Gadamer7
Rumah atau istana dengan berbagai dan teori penafsiran Victor Turner8, di-
macam simbol yang melekat pada pandang tepat digunakan untuk menga-
bangunan, lebih dari sekedar tempat nalisis makna simbolis pada seni hias dan
tinggal melainkan merupakan bangun- struktur bentuk rumah Bugis. Analisis her-
an teratur berlambang yang menunjuk- meneutik digunakan untuk mempertajam
kan sejumlah ide penting dan hal-hal dalam menjawab permasalahan dalam pe-
yang berkaitan dengan kebudayaan4. nelitian ini. Pendekatan sejarah seni digu-
Kebudayaan itu sendiri adalah kesatuan nakan untuk menelusuri keberadaan ke-
dari gagasan-gagasan, simbol-simbol dan arifan lokal dalam seni hias rumah Bugis.
lain-lain yang mendasari hasil karya dan Dalam mengkaji seni hias dimaksud se-
perilaku manusia, sehingga tidaklah ber- bagai artefak digunakan analisis sinkronis
lebihan jika dikatakan bahwa manusia se- dan diakronis9. Dalam analisis sinkronis,
bagai homo simbolicum5. Dengan demikian, seni hias diamati sebagai sistem yang ter-
karya budaya manusia penuh simbolisme struktur. Sistem ini terdiri atas fungsi dan
sesuai dengan paham yang mengarahkan fakta fisik, berupa tanda-tanda visual,
pada pola-pola kehidupan sosialnya. di antaranya bentuk, warna, dan ukur-
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 22, No. 3, Juli - September 2012: 225 - 350 269

an. Struktur memusatkan perhatiannya angin (utara, selatan, barat dan timur).
pada kesatuan yang mencakup unsur-un- Empat penjuru mata angin ini mewakili
sur serta hubungan pengaruh mempe- pengertian sulapa eppa wala suji (segi em-
ngaruhi dalam situasi tertentu. Penggalian pat belah ketupat), Segi empat belah ketu-
bagaimana terjadinya perkembangan seni pat ditafsirkan sebagai model dari kos-
hias di masa lampau dan mengarahkan mos. Model kosmos dihubungkan dengan
penelitian ke arah ditemukannya kearif- adanya empat sarwa alam, yaitu: udara,
an lokal dalam seni hias Bugis, dilakukan air, api, dan tanah yang tidak terpisah-
dengan menggunakan analisis diakronik10. kan dari kehidupan manusia. Lebih lanjut
Analisis diakronik dipahami sebagai studi segi empat diproyeksikan kepada asas ke-
tentang proses11. Model analisis diakro- hidupan manusia yang terdiri atas empat
nis yang menawarkan bukan saja sebuah juga, yakni:
struktur dan fungsinya, melainkan suatu 1. Azas kehidupan tentang eksistensi ke-
gerak dalam waktu dari kejadian-kejadian lahiran manusia
yang kongkret harus menjadi tujuan uta- 2. Azas kehidupan tentang eksistensi ke-
ma dari penulisan sejarah. Dengan kata hadiran manusia
lain, model diakronis adalah sebuah mo- 3. Azas kehidupan tentang eksistensi
del dinamis12. pengabdian manusia dalam makrokos-
Teknik analisis datanya adalah analisis mos dan,
nonstatistik atau analisis kualitatif. Dalam 4. Azas kehidupan tentang kematian ma-
penelitian ini diterapkan analisis interak- nusia14.
tif yang dikemukakan oleh Miles dan Hu- Dengan kata lain, angka empat meru-
berman13. Model analisis interaktif ini ada pakan falsafah hidup suku Bugis yang
tiga komponen yang saling berkaitan dan tersimpul dalam empat asas kehidupan
berinteraksi satu sama lain, yang tidak bisa tersebut. Model segi eppa wala suji sebagai
dipisahkan. Ketiganya adalah (1) reduksi model makrokosmos harus diikuti sebagai
data, (2) sajian/display data, dan (3) pe- model dari mikrokosmos. Empat asas ke-
narikan kesimpulan. Reduksi data sebagai hidupan manusia Bugis terpancar pula
proses penyeleksian data yang terkumpul pada model rumah tradisionalnya yang
berdasarkan dengan objek penelitian. biasa disebut bola ugi. bola ugi sebagai ru-
mah keturunan keluarga, rumah adat,
tempat pemeliharaan dan pembinaan
PEMBAHASAN sistem religi/kepercayaan dan penyeleng-
garaan aturan-aturan agama. Bola ugi juga
Makna Bentuk Rumah Bugis Berdasar- berfungsi sebagai pusat pemerintahan (Sa­
kan Kosmologi oraja).
Pandangan kosmologis suku Bugis Dari konsep di atas, mengilhami ben-
mengenal adanya tiga macam pengkla- tuk struktur bola ugi (rumah Bugis) senan-
sifikasian, yakni klasifikasi pelapisan tiasa mengikuti model makrokosmos yang
Dunia (dunia atas, dunia tengah, dan secara konseptual harus mengikuti model
dunia bawah), klasifikasi struktur rumah persegi empat. Kemudian model bola ugi
tradisionalnya (kepala, badan dan kaki ru- ini mengikuti pula struktur makrokosmos
mah), dan klasifikasi empat penjuru mata yang terdiri atas tiga tingkatan atau lapisan
Yunus: Makna Simbol Bentuk Dan Seni Hias 270

dunia yakni: bagian atas (rakkeang), bagian ka milik keluarga, yang dianggap bernilai
tengah (alle bola), dan bagian bawah (awa sakral pada bagian ini, karena rakkeang
bola). (loteng) rumah bagi suku Bugis dianggap
Dalam mitologi suku Bugis, dikatakan sebagai ruang suci.
bahwa sistem upacara yang dilakukan
oleh kelompok-kelompok atau anggo- b. Bagian Badan Rumah (Alle bola)
ta masyarakat (individu) tidak boleh Pada dasarnya, rumah Bugis mempu-
bertentangan dengan prinsip-prinsip nyai tiga ruangan. Masing-masing ruang
menurut sistem kepercayaan. Dalam memiliki fungsinya masing-masing, yak-
sistem kepercayaan attauriolong, dikenal ni: ruang depan (lontang ri saliweng), ru-
adanya tiga unsur yang disembah dan ang tengah (lontang ri tenggah), dan ruang
diberi upacara. Pertama, mereka percaya belakang (lontang ri laleng).
kepada dewa-dewa yang dikepalai oleh Secara struktural, bagian ini merupa-
Dewata Seuwae . Kedua, mereka percaya kan bagian rumah yang paling banyak di-
kepada roh nenek moyang. Ketiga, mere- gunakan untuk melakukan aktivitas-akti-
ka percaya kepada kekuatan gaib. vitas kekeluargaan. Bagian ini merupakan
Bagian-bagian ini menurut konsep mi- tempat segala aktivitas upacara tradisio-
tologi Bugis adalah: nal dilakukan. Upacara perkawinan, ini-
siasi kelahiran sampai kematian, dan lain
a. Bagian Atas Rumah (Rakkeang) sebagainya. Dalam konsep mistis Bugis,
Suku Bugis Sulawesi Selatan percaya ruangan ini dipandang sebagai bagian
bahwa bahwa Dewata Seuwae yang diang- penyembahan dewa mallino dan dianggap
gapnya sebagai dewa tertinggi, pencipta sebagai tempat bertemunya dunia atas
alam raya ini. Dewata Seuwae mencip- dan dunia bawah atau antara boting langi
takan segala-galanya, sebagaimana wu- dengan uri liyu. Oleh karena itu, bagian ini
jud alam sekarang ini dan percaya kepa- dianggap mewakili pengertian-pengertian
da dewa-dewa yang diberi amanah untuk kerukunan, keharmonisan susunan alam,
menjaga dan memelihara ciptaan Dewata keseimbangan perintah dan larangan.
Seuwae dan mengawasi berjalannya tata
tertib alam raya. c. Bagian Bawah Rumah (Awa bola)
Dalam sistem upacara, Dewata Seuwae Bagian ini menurut pandangan mitolo-
beserta dewa boting langi’, dianggap berse- gi Bugis, sebagai tempat bersemayamnya
mayam di bagian langit, maka upacara Dewa Uwae dan dianggap sebagai dunia
persembahan kepadanya berlokasi di ba- bawah dan tempat segala sesuatu yang
gian badan. Rumah (alle bola), namun se- kurang baik dan tidak suci. Tempat ini
sajiannya dipersembahkan ke bagian atas berada di bawah (di bawah air), maka
rumah (rakkeang) yang dianggap sebagai penyembahan sesajen dilakukan di bawah
dunia atas atau sebagai bersemayam- kolong rumah atau di sungai. Kegiatan ini
nya Dewa boting langi’. Kegiatan ini biasa disebut dengan massorong ri awa sokko pa­
disebut massorong riase (penyembahan tanrupa (persembahan kepada Dewa Uwae
ke atas bagi dewa yang berada di langit). berupa nasi ketan dalam empat warna)
Ini pula yang menyebabkan suku Bugis sebagai simbol dari sarwa alam, yakni: air,
menyimpan padi dan benda-benda pusa- udara, tanah, dan api.
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 22, No. 3, Juli - September 2012: 225 - 350 271

Dari analisis tentang makna struktur ru- rumah tradisional Bugis berdasarkan
mah Bugis berdasarkan mitologi (kosmolo- pembagian tingkatan atau susunan rumah
gi), yakni rumah tradisional Bugis menja- Bugis dengan tetap mengacu pada pemak-
di pusat dari letak serta tempat upacara naan berdasarkan struktur bangunan.
ritual keagamaan. Rumah Bugis menjadi
pusar lintang Timur-Barat dan bujur Utara- a. Makna Seni Hias Istana Bagian Atas
Selatan. Dengan kata lain, rumah Bugis se- Motif seni hias yang terdapat pada ba-
bagai pusat dari kosmos bagi manusia. gian atas rumah yang dibatasi pada mah-
Dari struktur rumah tradisional Bugis kota atap atau biasa yang disebut anjong.
yang terdiri atas tiga lapisan/susun, yaitu Hiasan-hiasan anjong ini pada dasarnya
bagian atas disebut boting Iangi’, tengah dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni:
disebut alle kawa dan bagian bawah dise- 1) Seni hias fauna yang dijumpai dalam
but uri liyu. Berarti rumah tradisional bentuk ayam jantan, naga, dan kepala
Bugis dianggap sama dengan alam raya kerbau.
ini (makrokosmos) yang terdiri atas tiga 2) Seni hias flora, dijumpai dalam bentuk
bagian, yakni bagian dunia atas, dunia bunga yang biasa disebut bunga paren­
tengah, dan dunia bawah. Dunia atas reng, buah nenas, rebung, dan lain-lain.
berada di langit, dunia tengah berada di
bumi dan dunia bawah berada di bawah (a) Motif Hias Ayam Jantan
air. Sehubungan dengan sistem keper- Motif hias Ayam Jantan banyak ditemu-
cayaan attauriolong yang mempercayai kan pada rumah tradisional Bugis. Ayam
adanya tiga unsur, yaitu: Dewata Seuwae bagi suku Bugis di samping sebagai he-
yang membawahi tiga dewa (boting langi’, wan piaraan juga menurut mereka memi-
malino, dan uwae), roh para leluhur dan liki makna-makna simbolis.
kekuatan gaib. Dengan demikian, rumah Hiasan ini biasanya ditempatkan pada
Bugis beserta unsur dalam masing-masing bagian atap atau pada puncak bubungan
struktur, termasuk seni hiasnya merupa- rumah (anjong). Posisi hiasan mengikuti
kan simbol kosmos menurut jalur vertikal arah hadap rumah. Pola hias ini memiliki
yang berhubungan dengan ajaran teologis beberapa bentuk variasi, di antaranya:
atas dasar kepercayaan ketiga unsur kos- (1) Bentuk ayam utuh (ada kepala, badan,
mos tersebut. Tiga unsur itu senantiasa dan kaki ayam).
harus diberi sesajian dan penyembahan. (2) Bentuk beberapa bagian ayam saja
Dengan kata lain, secara rutin diadakan (kepala dan jambul).
upacara terhadapnya, agar senantiasa juga Motif ayam jantan dalam bahasa Bugis
terjalin hubungan baik antara manusia ditemukan pada istana Raja Sidenreng
dengan para penguasa tersebut. Kabupaten Sidenreng Rappang disebut
manu’ yang berarti baik. Agar kehidupan
keluarga dalam rumah tangga senantiasa
Makna Simbol Seni Hias Pada Rumah dalam keadaan baik dan tenteram15.
Bugis Kadang juga motif ayam jantan di-
lambangkan sebagai matahari. Lambang
Bagian ini akan dikemukakan proses tersebut mengandung makna atau pesan
pemaknaan seni hias yang terdapat pada bahwa setiap pagi menjelang matahari ter-
Yunus: Makna Simbol Bentuk Dan Seni Hias 272

bit, ayam jantan selalu berkokok, menan- Oleh karena itu, motif seni hias dengan
dakan pagi hari telah tiba dan matahari motif kerbau, banyak dijumpai dalam
segera terbit16. Selain itu, ayam jantan juga berbagai bentuk. Dalam penerapannya, ja-
dipandang sebagai lambang kekuatan, rang ditemui pengunaan motif ini dalam
keberanian dan kesabaran. Ketiga hal ini wujudnya yang realis, namun telah mele-
merupakan unsur kehidupan yang mesti wati proses penggayaan, teknik stilasi, dan
diteladani. Penempatan hiasan ini pada penyederhanaan bentuk. Hal ini sejalan
puncak bubungan rumah dimaksud un- dengan kecendrungan menempuh jalan
tuk mendapatkan berkah dari para dewa pintas membuat motif yang lebih sederha-
dan leluhur. na. Selanjutnya motif hias kerbau ini dibuat
dalam bentuk saling menyilang saja, se-
(b) Motif Hias Kepala Kerbau hingga bentuk aslinya hilang. Akan tetapi
Selain penggunaan motif hias ayam jan- tetap memberikan simbol sebagai tanduk
tan, motif hias kepala kerbau (ulu tedong) kepala kerbau. Hal ini juga tidak terlepas
juga menjadi obyek dalam penerapan seni dari pengaruh masuknya agama Islam di
hias anjong istana Bugis. Kerbau dalam ke- Sulawesi Selatan sekitar abad ke 16-17, di
hidupan suku Bugis merupakan hewan mana dalam ajaran Islam disebutkan bah-
yang sering digunakan dalam kegiatan wa Alquran tidak pernah melakukan peng-
pertanian dan perkebunan. Di samping itu, hadiran realistis dan naturalistik terhadap
kerbau juga dianggap sebagai simbol sta- alam, baik dalam karya sastra, musik, ka-
tus seseorang. Ini berarti semakin banyak ligrafi, pola hias, maupun arsitektur17.
kerbau yang dimiliki seseorang, maka dia Motif ini menjadi pola hias khas bagi
kaya dan memiliki status sosial yang tinggi. suku Bugis dan hanya ditempatkan pada
Orang Bugis sudah mengenal kerbau anjong (mahkota atap) dan sesuai dengan
sebagai binatang ternak sudah sejak lama. konsep kosmologi/mistis suku Bugis.
Pada masa tersebut, kerbau bagi suku Motif kerbau ini menjadi pelindung dari
Bugis sangat dipuja karena dipandang se- kekuatan jahat dan pengusir roh jahat,
bagai binatang keramat. Dengan demiki- juga sebagai kendaraan roh orang yang
an, tidak mengherankan jika kerbau baik telah meninggal.
secara utuh maupun bagian-bagian (tan- Penempatan hiasan ini pada puncak
duk, kepala dan lain-lain) sering ditampil- bubungan rumah dimaksudkan sebagai
kan dalam seni hias. perhormatan kepada dewa boting langi’
Kerbau bagi suku Bugis merupakan dan kekuatan untuk menolak bala18. Motif
lambang kekayaan, kemakmuran dan sta- ini juga bermakna dorongan untuk mem-
tus sosial. Selain itu, bagi suku Bugis yang peroleh rezeki untuk mensejahterakan
mempercayai adanya roh nenek moyang, keluarga sehingga derajat sosialnya dapat
kerbau dipandang sebagai kendaraan roh terangkat di tengah masyarakat19.
bagi orang yang sudah meninggal. Da-
lam konsep dualisme atau sistem perbe- (c) Motif Hias Ular Naga
daan dua bagian, misalnya atas-bawah, Ular naga mempunyai tempat sendiri
baik-buruk, langit-bumi, dan sebagainya. dalam khazanah seni hias Indonesia. Motif
Berkaitan dengan hal tersebut kerbau ter- ini ditemukan sepanjang masa. Motif hias
masuk yang ada di bagian bumi. ini terdapat di berbagai daerah Nusan-
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 22, No. 3, Juli - September 2012: 225 - 350 273

tempatkan pada bagian puncak bubungan


rumah serta pada bagian tangga.
Menurut kepercayaan suku Bugis, ular
naga hidupnya di langit dan merupakan
perlambang kekuatan yang maha dahsyat.
Seni hias naga ini mempunyai makna yang
bersumber kepada perlambangan. Dalam
konsep kosmologis/mitologi suku Bugis,
demikian dahsyatnya kekuatan yang di-
Gambar 115. Motif kepala kerbau yang terdapat miliki naga sehingga jika naga itu marah
pada bubungan rumah Bugis. (Foto :Pangeran Pai-
atau murka, maka matahari dan bulan
ta, Sidrap 2011)
pun akan ditelannya. Jika ini terjadi, maka
timbullah gerhana bulan atau mataha-
ri. Oleh karena kepercayaan yang begitu
besar terhadap kekuatan yang dimiliki
oleh ular naga, maka setiap kegiatan ha-
rus mendapat restu dan perlindungannya.
Jadi naga sebagai dewa dan dipersonifi-
kasikan sebagai dewa boting langi’.
Gambar 116. Proses penyederhanaan motif hias Selanjutnya yang mengetahui kemau-
Kepala Kerbau yang biasa ditempatkan pada an dari naga itu adalah para sanro (saman/
bubungan istana raja Bugis. (Gambar: Pangeran
dukun). Dukun dapat menentukan ke
Paita, Sidrap 2011)
arah mana naga itu menghadap sehing-
tara, baik sebagai bentuk perlambangan ga tidak bertentangan dengan kegiatan
maupun sebagai hiasan. Oleh karena itu, yang dilakukan oleh seseorang. Dengan
motif hiasan ini sudah lama dikenal, su- demikian, kekuatan dahsyat yang dimiliki
dah pasti ia lebih tua dari zaman Hindu di oleh naga itu dapat dijadikan perlindung-
Indonesia20. an. Ular naga dalam perlambangan du-
Beberapa kerajaan di Asia Tenggara, ra- nia bawah bermakna perempuan. Hal ini
janya merasa memiliki ikatan kekerabatan sering dikaitkan dengan indo pare (Dewi
yang erat dengan ular naga, dan mere- Sri). Binatang ular naga dalam perlamban-
ka merasakan mendapat kekuatan dari gannya disamakan dengan bumi. Hiasan
makhluk tersebut. Itulah sebabnya motif anjong pada istana Raja Sidenreng mer-
ular naga bagi suku Bugis, di samping se- upakan stilasi bentuk naga yang dipadu-
bagai lambang dunia atas, juga mewakili kan dengan untaian bunga parenreng.
dunia bawah sebagai lambang pemilik Simbolisasi ular naga bagi suku Bugis
kekayaan yang sewaktu-waktu dapat di- Sidenreng, melambangkan kekuatan dan
mintai pertolongannya oleh manusia21. perlindungan bagi penghuni rumah yang
Oleh karena itu, dalam tradisi pendi- tiada tandingannya.
rian istana atau keraton pada beberapa
kerajaan di nusantara, motif ular naga dite- (d)Motif Hias Bunga Parenreng
rapkan pada beberapa bagian istana. Pada Pola tumbuh-tumbuhan dalam seni hias
rumah Bugis, motif ular naga biasanya di- Bugis digambarkan dalam bentuk bunga
Yunus: Makna Simbol Bentuk Dan Seni Hias 274

menjalar. Bunga atau pohon ini dianggap tersebut adalah seorang bangsawan dan
sebagai lambang dari pohon hidup yang beragama Islam.
menguasai dunia seperti yang terdapat Pada bagian list plant dihiasi dengan
pada beberapa suku di Indonesia22. motif bunga setangkup diselingi bentuk
Motif bunga ini dalam konsep kosmo- sulapa eppa dalam untaian bunga-bungaan
logis suku Bugis disebut motif bunga yang bermakna kesuburan, keharmonisan
parenreng yang mempunyai arti bunga dan keselarasan. Bentuk bunga parenreng
yang menarik. Di samping hidupnya me- dalam penerapannya selalu tampil dalam
lata dan menjalar kemana-mana seperti ti- bentuknya yang natural tanpa adanya sti-
dak ada putus-putusnya. lasi bentuk.
Bentuk bunga parenreng dalam penggu- Motif yang terdapat pada istana raja
naannya bermakna sebagai reski yang tak Wajo, disebut juga belo­belo timpalaja ber-
ada putus-putusnya seperti menjalarnya makna kesuburan dengan hiasan untaian
bunga parenreng tersebut. Selain itu, bu- bunga dan bentuk sulapa eppa. Penggu-
nga parenreng bermakna sebagai lambang naan tiga tingkatan timpalaja (timpanon),
kesuburan dan kemakmuran. menandakan yang punya rumah adalah
Tanaman bunga yang terbentuk atas seorang bangsawan tinggi. Makin banyak
susunan daun atau bunga sulur-suluran tingkatan pada timpalajanya, makin tinggi
menurut van der Hoop. Di zaman praseja- pula derajat kebangsawanan yang punya
rah di Indonesia tidak ditemukan adanya rumah25.
perhiasan tanaman, tetapi di zaman kemu-
dian, yakni Hindu, perhiasan ini menjadi (e) Seni Hias Bulan dan Bintang
umum dan menjadi bagian yang penting Motif hias bulan-bintang, penerapan-
terutama dalam ornamentik Indonesia23. nya ditemukan pada istana Raja Bone,
Namun demikian, perlu dikemukakan Saoraja Wajo, dan Saoraja Sidenreng. Se-
pendapat beberapa ahli yang mengatakan cara keseluruhan, penempatan motif bu-
bahwa pengaruh Hindu di Sulawesi Sela- lan-bintang menambah estetika istana raja
tan sangat sedikit dibanding di pulau Jawa Bugis. Dengan demikian, selain berfungsi
dan Bali24. Dengan demikian, munculnya untuk memperindah bangunan, motif hias
motif hias bunga parenreng (motif sulur-su- ini juga mengandung makna simbol ter-
luran) yang diduga mendapat pengaruh tentu yang dipercaya oleh suku Bugis.
Hindu dalam khazanah seni hias Bugis, Motif seni hias ini biasanya dikombi-
dianggap sebagai ‘penyimpangan’ dari nasikan dengan bentuk bintang lima yang
sekian banyak motif hias yang ada pada terletak di tengah bulan sabit dan bunga
rumah Bugis. Dengan demikan, pengaruh parenreng. Posisi hiasan mengikuti arah ha-
Hindu yang sedikit itu mungkin saja ada dap rumah, biasanya diterapkan pada ba-
dalam seni hias Bugis, khususnya pada ru- gian depan dan belakang puncak bubun-
mah Bugis Sulawesi Selatan. gan dan pada bagian dinding istana.
Hiasan anjong pada istana raja Wajo Motif bulan dan bintang biasa dise-
memadukan motif hias bunga parenreng, but uleng lolo (bulan yang baru terbit).
kaligrafi arab dengan bentuk mahkota Menurut pandangan kosmologis suku
sebagai simbol kerajaan. Motif hias ini Bugis, pola hias ini melambangkan tempat
sebagai simbol bahwa penghuni rumah asal nenek moyang suku Bugis dan lam-
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 22, No. 3, Juli - September 2012: 225 - 350 275

bang kehidupan. Menurut kepercayaan dak akan pernah berhenti tumbuh walau
orang Bugis, nenek moyangnya berasal telah ditebang. Dalam istilah orang Bugis
dari langit. Tomanurung adalah dewa yang disebut maddaung maccolli’. Makna sim-
diturunkan dari langit tempat yang tinggi bolisnya adalah kemakmuran, rejeki yang
yang sengaja diutus oleh Dewata Seuwae datang tidak henti-hentinya seperti pohon
ke bumi untuk memerintah. pisang walau telah ditebang, tetap pucuk
Tomanurung dianggap sebagai manu- baru akan muncul.
sia yang luar biasa yang memiliki kesak-
tian. Ia dapat memerintah dengan baik b) Motif Pucuk Rebung (Cobo’-Cobo’)
karena ia merupakan keturunan dewa. Bentuk hiasan yang menyerupai ujung
tombak atau segi tiga runcing, biasa juga
b. Makna Seni Hias Istana Bagian disebut belo­belo patteppo barakapu, yang
Tengah melambangkan kekuasaan26. Bentuknya
Motif seni hias yang muncul pada ba- berasal dari hiasan geometris berbentuk
gian tengah atau badan rumah (Alle Bola), tumpal. Hiasan yang memiliki kemiripan
pada umumnya bermotif flora seperti yang ditemukan pada motif sarung sutera
bunga parenreng, pucuk rebung, atau jan- Bugis (Lipa’ Sabbe), tetapi pada persamaan
tung pisang, dan bermotif geometris. Se- fisik beda pada makna dan fungsinya. Mo-
dangkan yang berasal dari alam, yakni tif ini memiliki fungsi estetis untuk mem-
motif ombak-ombak dan bintang. Seni perindah istana. Pandangan suku Bugis,
hias tersebut biasanya ditempatkan pada motif seni hias pucuk rebung (cobo’­cobo’)
tudung angin, lubang angin, dinding, dan bermakna kesuburan dan kebahagiaan.
jendela. Di Kabupaten Sidenreng Rappang, mo-
tif hias ini disebut curek pucu’. Bentuknya
yang simetris melambangkan keharmonis-
1) Belo-Belo Cirik-Ciring an dan kesetaraan. Fungsi hiasan ini se-
Nama hiasan ini Belo­belo Cirik­Ciring bagai penahan air hujan dan penahan dari
ditemukan di istana Raja Bone yang be- terik sinar matahari, juga untuk memper-
rarti seni hias yang dikenakan pada papan indah bentuk timpalaja (timpanon).
penahan ujung atap agar tetap lurus. Motif
hias ini bermakna simbolis yang diambil c) Motif Hias Bua Pandang (Buah Nenas)
dari untaian daun pisang. Motif ini terben- Motif Buah nenas (bua pandang) bagi
tuk dari perpaduan daun pisang dengan orang Bugis adalah tanaman yang di-
pelepahnya mengikuti bentuk ujung daun anggap memiliki keistimewaan. Buah ini
pisang yang terbuka lebar berjejer. Di an- di samping memiliki rasa yang manis,
tara ujungnya terdapat bunga pisang yang buahnya selalu menghadap ke atas. Pada
sedang mekar. bagian samping buah, keluar daun yang
Tanaman pisang bagi suku Bugis, di mirip orang yang sementara berdoa, se-
samping memiliki manfaat yang cukup hingga tanaman ini oleh orang Bugis dise-
banyak, misalkan daunnya sebagai pem- butnya tanaman mamminasa (tanaman
bungkus makanan, buahnya dapat di- yang selalu berdoa untuk kebaikan). Motif
makan, dan akarnya dapat dijadikan obat. hias tersebut diterapkan pada istana ber-
Paling istimewa, pucuk pohon pisang ti- makna agar penghuni rumah rezekinya
Yunus: Makna Simbol Bentuk Dan Seni Hias 276

selalu bertambah banyak, sebagaimana Motif ini dikenakan pada ventilasi jendela,
nenas yang buahnya selalu tumbuh meng- bagian atas dan bawah yang menerapkan
arah ke atas. motif bunga parenreng dalam bentuk yang
setangkup. Seni hias ini bermakna ke-
d) Motif Hias Gambara Bunga (Motif suburan dan keselarasan hidup bagi peng-
Hias Bunga dan Daun) huni istana. Seni hias tersebut, di samping
Motif ini bermakna simbol kehidupan. memiliki makna simbolis, juga berfungsi
Arah untaian daun berputar ke kanan. Di untuk memperindah bangunan istana.
tengahnya terdapat simbol delapan pen-
juru angin yang menyerupai roda atau f) Motif Hias Belo-belo Renring
bunga yang sedang mekar. Bagian atas Motif hias ini dipahatkan pada din-
dan bawah bunga yang sedang kuncup. ding istana raja Bone. Hiasan didominasi
Keseluruhan motif hias ini kemungkinan untaian motif bunga Parenreng pada pa-
besar untuk pengejaran nilai estetis sema- pan les pinggir bidang segi empat, baik
ta, agar segenap penghuni merasa senang yang tegak lurus maupun yang datar.
dan betah di rumah. Pada bidang segi empat ada sulur-sulur-
an yang merambat pada bagian kiri dan
e) Motif Belo-Belo Tellongeng kanan bidang dari bawah ke atas dan dari
Motif Belo­Belo Tellongeng yang ter- atas ke bawah, sulur-suluran bertemunya
dapat pada istana Raja Wajo berfungsi se- di tengah-tengah bidang. Motif ini dimak-
bagai jalan keluar masuknya udara ke da- nai ini dimaknai sebagai simbol keharmo-
lam rumah agar tidak sumpek dan panas. nisan antara laki dan perempuan (suami-
Bentuknya berupa untaian bunga yang istri) dalam satu keluarga29.
saling terjalin satu sama lainnya. Jumlah Motif hias belo­belo renring, di samping
baris hiasannya selalu ganjil (3, 5, 7, 11), memiliki makna simbol tertentu yang ber-
dan selalu dihitung mulai dari hidup, sifat filosofis juga berfungsi sebagai pen-
mati, hidup. Maksudnya agar penghuni capaian nilai estetis yang dapat mempe-
rumah selalu dalam keadaan sehat. Selain ngaruhi penghuni rumah. Penghuni
itu, penghuni rumah akan selalu hidup rumah akan selalu merasa senang dan
dinamis dan akan selalu berusaha me- memiliki gairah dalam bekerja30.
menuhi keinginan dan kebutuhannya dan
tak akan merasa cukup atau genap27. g) Motif Hias Bunga Sulapa eppa
Dari segi bentuk dan penggunaan jum- Motif hias Bunga sulapa eppa terdapat
lah teralis, menurut Kahar Wahid, jikalau di Kabupaten Bone, berupa sulur-suluran
teralisnya berbentuk kecil dan jumlah- yang mengisi bidang berbentuk perse-
nya banyak (7, 9, 11 buah), menunjukkan gi. Pokok dalam motif hias ini adalah
pemilik rumah adalah seorang bangsawan bunganya yang berbentuk segi empat.
tinggi. Motif hias ini sebagai simbol ke- Konsep suku Bugis, asal manusia beras-
makmuran28. al dari empat unsur yakni tanah, air, api,
Pada bagian badan istana raja Wajo, dan angin. Keempat unsur inilah yang
seni hias yang diterapkan, salah satunya merupakan pembentuk manusia sempur-
terdapat pada bagian jendela istana yang na. Bila dikaitkan dengan empat penjuru
biasa juga disebut Belo­Belo Tellongeng. mata angin, maka manusia hidup pada
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 22, No. 3, Juli - September 2012: 225 - 350 277

satu tempat dengan empat penjuru: utara, j) Motif Hias Belo-belo Massulapa (Hias-
timur, selatan, dan barat. an Pesegi)
Seorang raja yang menjadi pemimpin Hiasan Belo­belo Massulapa terdapat
dan memerintah, harus memiliki kecer- pada istana raja Bone Kabupaten Bone ini
dasan (amaccang), kekayaan (asongireng), merupakan motif persegi yang bersumber
keberanian (barani), dan keadilan (adele). dari dasar bunga sulapa eppa, dipadu dengan
Seorang raja yang selalu memiliki sulur-suluran berbentuk pilin berganda.
sifat-sifat tersebut, maka ia akan dicin- Motif tersebut merupakan pengembangan
tai oleh rakyatnya. Keempat hal di atas, dari bentuk Sulapa eppa yang merupakan
juga senantiasa menjadi pegangan dalam dasar filosofi bagi orang Bugis.
kehidupan orang-orang Bugis. Banyak
sekali pesan-pesan yang yang terdapat da- k) Motif Hias Bintang
lam lontarak31 yang merupakan pedoman Motif hias ini merupakan kombinasi
hidup bagi orang Bugis, dan diimplemen- bentuk bintang enam sebagai dasar dan
tasikan pada bentuk seni hias seperti bu­ bintang lima di atasnya. Bintang di ka-
nga sulapa eppa, wala suji, tiang rumah, dan langan orang Bugis dianggap sebagai pe-
bentuk rumah32. doman waktu, baik bagi petani, nelayan,
dan untuk masyarakat umum. Motif hias
h) Motif Hias Rapang Bunga Tabbakka bintang, di samping memiliki makna sim-
Rapang Bunga Tabbakka atau motif bu- bolis juga memiliki fungsi untuk memper-
nga yang sedang mekar di temukan di indah istana.
Kabupaten Wajo, merupakan simbol ke-
sejahteraan dan kesenangan. Bentuknya
yang setangkup bermakna kesepadanan, c. Makna Seni Hias Istana Bagian Bawah
keharmonisan dan kedamaian. Hiasan (kaki rumah)
tersebut, disamping memiliki makna sim-
bol juga memiliki fungsi memperindah 1) Motif Hias Ular Naga dipadukan
istana. Motif Hias Bunga Parenreng
Nama motif hias ini belo­belo addeneng.
i) Motif Hias Belo-belo Sudu’ (Hiasan Motif ini bersumber dari tumbuh-
Sudut) tumbuhan yang dipadukan dengan motif
Motif hias ini menggambarkan untaian ular naga. Hiasan yang ditempatkan pada
daun-daunan sebagai simbol kesuburan. tangga istana Raja Bone menempatkan
Bentuknya setangkup bunga yang juga motif flora yang diberi nama motif bunga
melambangkan keharmonisan suami parenreng. Makna perlambangan hiasan
istri atau ayah dan ibu. Motif hias Belo­ yang ada pada tangga ini adalah rezeki
Belo Sudu’, di samping memiliki makna yang datang tidak akan henti-hentinya.
simbolis juga berfungsi estetis. Di samping itu, bunga parenreng bermakna
Motif hias sejenis ditemukan pada kehidupan, kekayaan, serta kemakmuran.
istana raja Sidenreng di Kabupaten Si- Hiasan ini ditempatkan pada bagian
denreng Rappang dikenakan pada bagian bawah rumah, dengan harapan apapun
ujung balok yang tergantung. Bentuknya yang datang dari bawah merupakan ber-
yang menjalar sebagai simbol kesuburan. kah yang berasal dari Dewa Uwae. Di sam-
Yunus: Makna Simbol Bentuk Dan Seni Hias 278

ping itu, motif ini mengandung kekuatan istana Raja Wajo dan Sidenreng sebagai
magis yang dapat melindungi penghuni simbol kemewahan dan harga diri. Di
istana dari hal-hal yang tidak baik. Di samping memiliki makna simbolis, hiasan
samping motif bunga parenreng, motif lain ini juga memiliki fungsi untuk memper-
yang tampil dalam bagian tangga ini ada- indah bentuk istana secara keseluruhan.
lah ular naga. Menurut pandangan suku Motif hias Belo­belo Cappa Arateng, kalau
Bugis, naga digunakan sebagai penolak dikenakan pada balok arateng (balok pe-
bahaya yang mengancam keselamatan nyanggah rumah bagian atas). Biasanya,
dari arwah yang meninggal. Di samping hiasan ini ditempatkan pada empat penju-
itu, motif ini juga sebagai penambah este- ru mata angin sesuai sisi bangunan istana
tika pada rumah Bugis Sulawesi Selatan. dengan berdasar pada filosofi sulapa eppa.
Menurut Dg. Mabbara, seni hias ini
berfungsi sebagai doa bagi penghuni ru- 4) Motif Hias Rapang Daung Kolu (Sawi)
mah agar senantiasa sejahtera dan baha- Hiasan ini biasa juga disebut Belo­Belo
gia. Motif ular naga ditempatkan pada ba- Sapana, motif hias ini bersumber dari tum-
gian tangga istana dengan harapan dapat buh-tumbuhan daun kol (sawi) yang sa-
menangkal kesialan dan malapetaka bagi ngat subur, yang bermakna kesejahteraan
para penghuni. Sedangkan motif bunga dan kemakmuran. Hiasan ini berfungsi se-
parenreng disimbolkan sebagai rezki bagi bagai penghias ujung balok. Biasanya dike-
penghuni istana yang tak putus-putus- nakan pada bagian bangunan yang mudah
nya33. Motif hias ini, di samping memili- dilihat orang, seperti pada ujung tangga
ki makna simbolis, juga berfungsi untuk atau ujung balok (pattolo ataupun arateng).
memperindah istana. Jenis hiasan ini sama dengan yang dike-
nakan pada tangga bagian atas pada ista-
2) Motif Hias Ulu Addeneng na Raja Wajo. Bedanya pada penempatan
Motif hias yang terdapat pada bagian hiasan pada bagian bawah tangga disebut
kepala tangga. Motif yang bersumber dari juga belo­belo sapana, karena hanya dike-
bentuk daun sawi (kolu) dengan dedaunan nakan pada tangga khusus untuk rumah
yang lebar. Motif hias ulu addeneng da- atau istana raja atau bangsawan tinggi.
lam pandangan suku Bugis bermakna Motif hias ini berfungsi estetis dan un-
kesuburan dan kesejahteraan. tuk memperkuat konstruksi tangga pada
Adapun fungsi mengapa ragam hias bagian tengah. Menurut Kahar Wahid,
ini ditempatkan pada bagian kepala tang- tangga yang memiliki tiga induk tangga
ga adalah sebagai doa atau harapan bagi hanya dimiliki oleh istana raja atau bang-
siapa saja yang menaiki tangga tersebut, sawan tinggi. Jika tangga tersebut terbuat
rezekinya akan bertambah. Di samping dari bambu disebut sapana. Sebutan sapana
itu, hiasan ini juga berfungsi untuk mem- digunakan juga untuk tangga yang memi-
perindah34. liki tiga induk tangga yang membedakan-
nya dengan tangga biasa35.
3) Motif Hias Belo-Belo Cappa Pattolo
Motif hias ini ditempatkan pada ujung 5) Motif Hias Uso Massusuang
balok penyanggah tiang istana. Motif hias Merupakan motif hias yang bersum-
Belo­belo Cappa Pattolo yang terdapat pada ber dari bentuk jantung pisang yang ber-
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 22, No. 3, Juli - September 2012: 225 - 350 279

susun. Bentuknya persegi empat yang PENUTUP


mengandung makna filosofi sulapa eppa.
Motif hias seperti ini biasanya dikenakan Bila mencermati motif dan struktur
pada bagian ujung balok yang tergantung, pola tumbuh-tumbuhan yang terdapat
seperti pada ragam hias nenas. pada seni hias yang ada, maka diyakini
Pucuk pohon pisang tidak akan per- bahwa sumber ide dan gagasan motif
nah berhenti tumbuh walau telah dite- dan pola hiasnya terinspirasi dari daerah
bang. Dalam istilah orang Bugis disebut setempat. Masyarakat Bugis memanfaat-
maddaung maccolli. Makna simbolisnya kan bentuk-bentuk tumbuhan yang ada
adalah kemakmuran, rejeki yang datang di alam sekitar sebagai sumber ide dalam
tidak henti-hentinya seperti pohon pisang mewujudkan seni hias yang diinginkan.
walau telah ditebang, tetap pucuk baru Lingkungan alam sekitar telah menye-
akan muncul. diakan begitu banyak sumber inspirasi
Dari rangkaian motif seni hias yang untuk mewujudkan gagasan dan keterse-
tervisualisasikan di atas, dapat dijelaskan diaan bahan yang dapat digunakan oleh
bahwa terdapat berbagai macam dan ben- masyarakat. Sementara budaya lokal (local
tuk motif hias yang ditampilkan. Ragam genius) memberikan arah pada suku Bugis
hias yang ditampilkan sangat bervari- bagaimana menyikapi semuanya. Manu-
asi dan umumnya terdiri atas motif dan sia memiliki kecendrungan berekspresi
struktur hias yang memang sering diter- dan berkarya seni dengan berorientasi
apkan oleh suku Bugis dan berorientasi pada lingkungan dan alam sekitarnya.
pada bentuk-bentuk tumbuhan sekitar. Motif hias bentuk tumbuh-tumbuhan
Selain itu, terdapat juga motif dan struktur dalam implementasinya diterapkan pada
bentuk hias yang merupakan pengaruh berbagai media, disusun sedemikian rupa
dari budaya Dong-son, Chou Tua, Jawa, membentuk bidang bidang yang harmo-
Islam serta budaya lainnya. Misalnya, nis, dan umumnya diwujudkan dalam
masuknya agama Islam membawa warna bentuk simetris. Sementara penggunaan
baru dalam berkesenian di tanah Bugis, garis dan bidang tegas, lugas, seperti pe-
hal ini juga mempengaruhi seni hias yang nerapan pada motif berbentuk sulapa eppa
diciptakan. Kesenian yang berkembang (belah ketupat), swastika, dan bidang ter-
pada masa Islam telah memberikan co- ukur lainnya. Biasanya disusun dalam
rak dan karakter tersendiri dan memiliki bentuk ragam geometrik. Penerapan ra-
ciri tersendiri bagi perkembangan kebu- gam geometrik tampak pada dinding, list
dayaan selanjutnya. Pengaruh Islam pada plank, dan jendela.
seni hias Bugis tampak kombinasi motif Beberapa motif seni hias yang ada,
bunga parenreng dengan tulisan kaligrafi sangat sulit untuk diberikan nama. Tidak
Arab ‘Muhammad’, juga pada kombina- semua nara sumber mengetahui dan
si antara motif sulapa eppa dengan bentuk memahami motif hias yang ditemukan.
bintang lima. Dari keanekaragaman seni Sebagian besar nara sumber menyebut-
hias tersebut telah melahirkan seni hias kan nama motif seni hias berdasarkan
khas Bugis di daerah ini. letak atau posisi motif tersebut berada,
misalkan motif belo­belo renring (hiasan
dinding) karena motif hiasnya ditem-
Yunus: Makna Simbol Bentuk Dan Seni Hias 280

patkan pada dinding Saoraja, atau motif R. P. Soejono, “Rumah Tradisional”, da-
4

belo­belo addeneng karena hiasannya ditem- lam Gunawan Tjahjono, Rumah (Jakarta: Buku
Antar Bangsa untuk Grolier International Inc,
patkan pada bagian tangga istana. 2002), 10
Beberapa nara sumber menyebutkan 5
Clifford Geerz, The Interpretation of Cul-
nama motif seni hias yang ada sesuai de- ture (New York: Basic Books,1973), 9..
ngan bentuk fisik yang terlihat dan telah 6
Geertz, 12.
akrab dengan penggunaan motif tersebut. 7
Hans-Georg Gadamer, Kebenaran dan
Misalnya motif hias ulu tedong (kepala Metode, Pengantar Filsafat Hermeneutika (Yo-
gyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 161-166. Li-
Kerbau), motif manuk (ayam jantan), naga, hat juga Hans-Georg Gadamer, Philosophical
bunga parenreng (sulur-suluran), bua pan­ Hermeneutics, dalam E. Sumaryono, Herme-
dang (Buah Nenas), pucuk rebung, sulapa neutik: Sebuah Metode Filsafat (Yogyakarta:
Kanisius, 1999), 84
eppa wala suji (segi empat beah ketupat),
Victor Turner, The Forest of Simbols: As-
8
dan lain sebagainya. pecs of` Ndembu Ritual (London: Cornell Pa-
Beberapa seni hias yang diterapkan perback, Cornell University Press, 1967), 50-51.
pada istana, tampak jelas mendapat pe- 9
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, edi-
ngaruh dari luar. Misalnya pengaruh bu- si kedua (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
2003), 43.
daya Islam yang terlihat pada motif hias
10
Kuntowijoyo, 43-44.
pada istana raja Bone, berbentuk bintang
Leo Kleden, “Teks, Cerita, Transformasi
11
atau pada anjong atau mahkota atap ista-
Kreatif”, dalam Kalam: Jurnal Kebudayaan,
na raja Wajo, terdapat kaligrafi bertu- Edisi 10, 1997), 34-35.
liskan ‘Muhammad’ dikombinasikan 12
Kuntowijoyo, 44.
dengan sulur-suluran serta bentuk mah- 13
Matthew B. Miles dan A. Michael Hu-
kota. Menariknya dalam perjalanan ke- berman, Analisis Data Kualitatif: Buku Sum-
ber tentang Metode-Metode Baru, terjemahan
budayaan Bugis, terutama dalam penggu-
Tjetjep R. Rohidi (Jakarta: Universitas Indone-
naan seni hias pada istana raja, beberapa sia Press, 1992), 20.
motif hias yang ada masih mendapat pe- Wiwiek P. Yusuf, Sahriah, dan Endang.
14

ngaruh dari gaya Dongson, gaya Chou Upacara Tradisional (Upacara Kematian) Da-
erah Sulawesi Selatan (Ujung Pandang: Depar-
Tua. Namun setelah kedatangan Islam,
temen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992), 23.
gaya dan motif yang sudah ada sebelum-
Abdul Samad, wawancara, Kabupaten
15

nya masih tetap dipertahankan, namun Sidrap, 2011.


bentuk distilasi atau digayakan agar tidak Daeng Mabbara, wawancara, Kabupaten
16

menyerupai figur yang ada di alam, ter- Bone, 2011.


utama hewan atau binatang. Ismail Raji al-Fariqi, Seni Tauhid-Esen-
17

si an Ekspersi Estetika Islam ( Yogyakarta:


Yayasan Bentang Budaya, 1999), 8-9, 14.
18
Abdul Samad, wawancara. Kabupaten
CATATAN AKHIR Sidrap, 2011.
Daeng Mabbara, wawancara. Kabupaten
19

Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet


1
Bone, 2011.
dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2004), 5-6.
20
A..N.J. Th a Th. van der Hoop, Indone-
sische Sier Motieven (Bandung;s’ Gravenhage,
2
Koentjaraningrat, 7. N.V. Uitgeverij W. van Hoeve 1949), 206.
3
Eko Budihardjo, Rumah sebagai Warisan 21
Abdul Samad, wawancara, 2011
Budaya (Jakarta: Djambatan,1997), 6.
22
Van der Hoop, 100-278.
Jurnal Seni & Budaya Panggung Vol. 22, No. 3, Juli - September 2012: 225 - 350 281
23
Van der Hoop, 232. Gadamer- Hans-Georg
John Miksic, “Tahap Berburu dan Mera-
24
1999 Philosophical Hermeneutics, dalam
mu di Indonesia Timur” dalam John Miksic. E. Sumaryono, Hermeneutik: Sebuah
Sejarah Awal (Jakarta: Buku Antar Bangsa un-
tuk Grolier International. Inc, 2002), 33-34, 56. Metode Filsafat. Yogyakarta: Kani-
25
A. Kahar Wahid. Wawancara, 2011. sius.
26
Kahar Wahid, wawancara, 22 April 2011.
Dg. Mabbara. Wawancara, Kabupaten
27 Geerz, Clifford
Bone, 2011. 1973 The Interpretation of Culture. New
28
Kahar Wahid. Wawancara, 2011. York: Basic Books.
29
Dg. Mambara. Wawancara, 2011
30
Kahar Wahid. Wawancara, 2011. Hoop, A.N.J. Th a Th. van der
Selain berarti tulisan. Juga berarti kitab
31 1949 Indonesische Sier Motieven.
(pustaka). Kata Lontarak berasal dari kata lon- Bandung;s’ Gravenhage, N.V.
tar, semacam pohon yang banyak tumbuh di
Uitgeverij W. van Hoeve.
Sulawesi Selatan. Daun lontar dijadikan tempat
menuliskan riwayat-riwayat, kisah, catatan,
peristiwa, silsilah, dan petuah-petuah. Aksara Kleden, Leo
lontarak diciptakan oleh Syahbandar kerajaan
1997 “Teks, Cerita, Transformasi
Gowa yang bernama Daeng Pamatte, berasal
dari Lakiung, Gowa Sulawesi Selatan kira-kira Kreatif”, dalam Kalam: Jurnal Ke­
pada abad ke 16, dan banyak mendapat pen- budayaan, Edisi 10.
garuh dari pola bunyi dan aksara Sansekerta.
Kemudian oleh orang-orang Bugis ditambah-
kan dengan huruf (aksara) mpa, nre, ngke, Koentjaraningrat
karena dalam pengucapannya, huruf tersebut 2004 Kebudayaan, Mentalitet dan Pemba­
tidak terdapat dalam bahasa Makassar.
ngunan. Jakarta: Gramedia Pusta-
32
Kahar Wahid. Wawancara, 2011.
ka Utama.
33
Dg. Mabbara. Wawancara, 2011
34
Kahar Wahid, wawancara, 2011.
Kuntowijoyo
35
Kahar Wahid, Wawancara, 2011. 2003 Metodologi Sejarah, edisi kedua.
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

DAFTAR PUSTAKA Miksic, John


2002 “Tahap Berburu dan Meramu di
Al-Fariqi, Ismail Raji Indonesia Timur” dalam John
1999 Seni Tauhid­Esensi an Ekspersi Es­ Miksic. Sejarah Awal. Jakarta:
tetika Islam. Yogyakarta: Yayasan Buku Antar Bangsa untuk Grolier
Bentang Budaya.
International. Inc.

Budihardjo, Eko
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman
1997 Rumah sebagai Warisan Budaya. Ja-
karta: Djambatan. 1992 Analisis Data Kualitatif: Buku Sum­
ber tentang Metode­Metode Baru,
Gadamer, Hans-Georg terjemahan Tjetjep R. Rohidi.
2004 Kebenaran dan Metode, Pengantar Jakarta: Universitas Indonesia
Filsafat Hermeneutika. Yogyakarta: Press.
Pustaka Pelajar.
Yunus: Makna Simbol Bentuk Dan Seni Hias 282

Soejono, R. P
2002. “Rumah Tradisional”, dalam Gu-
nawan Tjahjono, Rumah. Jakarta:
Buku Antar Bangsa untuk Grolier
International Inc.

Turner, Victor
1967 The Forest of Simbols: Aspecs of`
Ndembu Ritual: London: Cornell
Paperback, Cornell University
Press.

Yusuf, Wiwiek P, Sahriah, dan Endang


1992 Upacara Tradisional (Upacara Ke­
matian) Daerah Sulawesi Selatan.
Ujung Pandang: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

NARA SUMBER:
Abdul Kahar Wahid, wawancara,
Makassar, 07 Agustus 2011.
Abdul Samad, wawancara, Kabupaten
Sidrap, 11 September 2011.
Dg. Mabbara, wawancara, Kabupaten
Bone, 17 September 2011.

You might also like