You are on page 1of 20

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No.

2, Desember 2017, hal 275-294


ISSN 2339 - 1545

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fraud Dalam Kegiatan Pengadaan


Barang dan Jasa
Nur Hidayati1, J.M.V Mulyadi2
1.2
Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, 12640

INFO ARTIKEL ABSTRACT


JEL Classsification:
The purpose of this study is to examine whether variables such as quality
M41 of goods/services procurement committee, income of goods/services procurement
M42 committee, procurement system and procurement system, procurement ethic
H57 of goods/services and internal control system have influence to fraud of goods/
services procurement in the ministry of health affairs agency. Population in this
research is all auditor related in process of procurement of goods/services, while
the object of research (sample) that is as much as 56 people. The technique of
determining the sample using purposive sampling method. Data were tested using
Keywords: validity test, reliability test, multicolinearity test, heteroskedasticity test, multiple
fraud, procurement regression analysis, hypothesis test and coefficient of determination. The result of
committee, system and the research shows that the quality of procurement committee variables significantly
procedures, ethics, and negatively affect the fraud of procurement of goods/services. The income of
the procurement committee does not significantly affect the procurement of goods/
internal control.
services, procurement system and procedures have significant effect and negative
to the goods/ service procurement, ethics have significant effect and negative to
the procurement of goods/services and internal control system significantly and
negative to the fraud of procurement of goods / services.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah variabel seperti
kualitas panitia pengadaan barang/jasa, penghasilan panitia pengadaan barang/
jasa, sistem dan prosedur pengadaan barang/jasa, etika pengadaan barang/jasa,
dan sistem pengendalian internal memiliki pengaruh terhadap fraud pengadaan
barang/jasa di Lingkungan Instansi Kementerian Kesehatan RI. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh auditor yang terkait dalam proses pengadaan barang/
jasa, sedangkan yang dijadikan objek penelitian (sampel) yaitu sebanyak 56
orang. Teknik penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling.
Data diuji menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, uji multikolinearitas,
uji heteroskedastisitas, analisis regresi berganda, uji hipotesis dan koefisien
determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas panitia
pengadaan berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap fraud pengadaan
barang/jasa. Penghasilan panitia pengadaan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap terhadap fraud pengadaan barang/jasa, sistem dan prosedur pengadaan
berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap fraud pengadaan barang/jasa,
etika berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap fraud pengadaan barang/
jasa dan sistem pengendalian internal berpengaruh secara signifikan dan negatif
terhadap fraud pengadaan barang/jasa.

*Email Korespondensi: 1nurhida.janeeta@gmail.com, 2mulyadi@univpancasila.ac.id

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


275
Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

1. Pendahuluan upaya preventif dan edukatif melalui sosialisasi


dan pendidikan anti korupsi, pembentukan
Fraud yang terjadi di sektor publik berupa
korupsi (corruption), penyalahgunaan aset Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) dan
(asset misappropriation), maupun pernyataan pembentukan Whistle Blower System (WBS)
palsu atau salah pernyataan (fraudulent di masing-masing Instansi Pemerintah, namun
statements). Fraud tersebut dapat dikategorikan semuanya itu masih belum cukup memadai
sebagai tindak pidana korupsi (seperti untuk mewujudkan iklim pemerintahan yang
disebutkan dalam Undang-Undang No. 31 tahun bebas dari korupsi.
1999 junto Undang-Undang No. 20 tahun 2001 Suharti dkk, (2015) menyatakan sumber
yang menyatakan bahwa perbuatan curang dan korupsi terbesar dalam sektor keuangan
perbuatan yang merugikan keuangan negara publik adalah pengadaan barang/jasa. Hal
merupakan jenis-jenis tindak pidana korupsi). ini didukung oleh data yang dirilis Indonesia
Negara selalu menanggung kerugian Procurement Watch (IPW) yang menunjukkan
negara akibat dari praktik fraud yang terjadi bahwa 70% kasus korupsi di Indonesia
terus menerus. Salah satu fraud yang banyak berbentuk penyimpangan pengadaan barang/
terjadi di lingkungan pemerintah adalah tindak jasa Pengadaan barang/jasa menjadi faktor
pidana korupsi. Seperti fenomena yang beredar yang sangat rentan terhadap korupsi. Meskipun
terkait isu korupsi pengadaan e-KTP yang Pemerintah melalui Keputusan Presiden No.
diduga merugikan negara sebesar kurang lebih 80 tahun 2013 sebagaimana telah dilakukan
Rp2,3 triliun. (detik.com, 27 April 2017). Kasus beberapa kali perubahan menjadi Peraturan
korupsi sudah banyak yang terungkap dan para Presiden Nomor 4 tahun 2015 berusaha
pelakunya telah diproses secara hukum, namun mengatur agar pelaksanaan proses pengadaan
belum ada indikasi bahwa tindak korupsi itu akan dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien,
segera berakhir, justru semakin banyak tindak namun dalam pelaksanaannya masih dijumpai
korupsi yang terungkap dan bahkan pelakunya terjadinya fraud. Data KPK memperlihatkan
semakin banyak dan beragam. Berbagai upaya bahwa pengadaan barang/jasa menempati
telah dilakukan pemerintah untuk memberantas urutan kedua terbesar setelah perkara penyuapan
korupsi, yaitu dengan membentuk Komisi dari seluruh perkara yang ditangani oleh KPK
Pemberantasan Korupsi (KPK), meningkatkan sepanjang tahun 2011 – 2015 seperti ditunjukkan
peran lembaga penegak hukum, melakukan pada grafik 1. dibawah ini.

Sumber : Data KPK 2015 (Materi Pengendalian dan Pencegahan Gratifikasi oleh KPK)
Grafik 1. Jenis perkara yang ditangani KPK tahun 2011 – 2015

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


276
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 2, Desember 2017, hal 275-294
ISSN 2339 - 1545

Suharti, dkk (2015) menyatakan setiap internal maupun eksternal instansi. Gelderman,
tahunnya, BPK maupun KPK melaporkan Ghijsen dan Brugman (2006), menunjukkan
adanya kasus pengadaan yang mengandung bahwa pemahaman pejabat pengadaan terhadap
unsur tindak pidana korupsi, tetapi tidak peraturan berpengaruh signifikan dan positif
banyak yang masuk ke persidangan. Beberapa terhadap ketaatan peraturan, sehingga mencegah
kasus pengadaan yang berhasil diselesaikan terjadinya penyimpangan. Jatiningtyas dan
di pengadilan, justru mematahkan legenda Kiswara (2011), dalam hasil penelitian
bahwa mark up hanya 30%. Istilah 30% menunjukkan adanya perbedaan hasil penelitian
adalah kebocoran yang terjadi menurut Prof. untuk pengaruh kualitas panitia pengadaan
Dr. Soemitro Djojohadikusumo (Tuanakotta, terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/
2007:279). Padahal, jumlah uang negara yang jasa yang ditinjau dari sudut pandang responden
dikelola melalui proses pengadaan pada tahun panitia pengadaan dan responden auditor BPKP.
2014 diperkirakan sekitar Rp600 triliun (APBN) Hasil penelitian dengan responden panitia
dan Rp320 triliun (APBD). Selain itu, menurut pengadaan menunjukkan bahwa kualitas panitia
catatan IPW, setiap tahunnya ada sekitar 400 pengadaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya
ribu paket pekerjaan di 560 kabupaten/kota di fraud pengadaan barang/jasa, sebaliknya hasil
seluruh Indonesia. Paket pekerjaan ini belum penelitian dengan responden auditor BPKP
termasuk paket yang ada di BUMN dan BUMD menunjukkan bahwa kualitas panitia pengadaan
yang nilainya juga tak sedikit. berpengaruh secara negatif dan signifikan
Indonesia Corruption Watch (ICW) terhadap terjadinya fraud pengadaan Arifianti,
menyebutkan dari 122 kasus korupsi kesehatan, dkk (2015), membuktikan bahwa integritas
43 kasus diantaranya merupakan kasus dan kompetensi pokja ULP/pejabat pengadaan
pengadaan alat kesehatan dengan kerugian berimplikasi positif untuk menekan terjadinya
negara sebesar Rp. 442,0 milyar. Dari 122 kasus fraud.
tersebut sebagian besar diantaranya bermodus Rijkckeghem dan Weder (1997), hasil pene-
penggelembungan harga barang/jasa. Hal ini litiannya menunjukkan adanya hubungan yang
bisa dimaklumi karena kasus yang ditindak negatif dan signifikan antara penghasilan apa-
umumnya adalah kasus korupsi pengadaan alat ratur pemerintah dengan tingkat korupsi. Wilopo
kesehatan, obat dan pembangunan/rehabilitasi (2006), hasil penelitiannya membuktikan bahwa
rumah sakit dan puskesmas (Sindonews.com, 26 kesesuaian kompensasi memberikan pengaruh
Januari 2015). tidak signifikan terhadap perilaku tidak etis
Beberapa peneliti telah melakukan dan kecurangan akuntansi. Sulistiyowati
penelitian terkait faktor-faktor yang mem- (2007), menemukan bahwa secara parsial
pengaruhi terjadinya fraud. Hasil penelitian kepuasan gaji tidak berpengaruh terhadap
menunjukkan inkonsistensi terhadap faktor- persepsi aparatur pemerintah daerah tentang
faktor yang memperngaruhi terjadinya fraud. tindak pidana korupsi. Thoyibatun (2009),
World Bank (2001), menemukan bahwa hasil penelitiaannya menunjukkan bahwa
ketidakmampuan personil yang terkait dengan kesesuaian sistem kompensasi berpengaruh
kegiatan pengadaan barang/jasa sebagai negatif terhadap kecenderungan kecurangan
salah satu penyebab belum berfungsinya akuntansi. Aji (2013), menemukan bukti bahwa
sistem pengadaan barang/jasa secara baik di ada pengaruh yang negatif dan signifikan
Indonesia. Sartono (2006), hasil penelitiannya dalam penilaian penghasilan panitia pengadaan
menunjukkan adanya pengaruh kualitas panitia terhadap penyimpangan dalam pengadaan
pengadaan barang/jasa terhadap terjadinya fraud barang/jasa pemerintah. Arifianti, dkk (2015),
pengadaan barang/jasa baik dari sudut pandang mengungkapkan bahwa kebijakan pemberian

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


277
Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

kompensasi belum mampu berkontribusi untuk Aji (2013), menemukan bukti bahwa ada
menekan terjadinya fraud. pengaruh yang negatif dan signifikan dalam
Sartono (2006), hasil penelitian menun- etika pengadaan terhadap penyimpangan dalam
jukkan adanya pengaruh sistem dan prosedur pengadaan barang/jasa pemerintah.
pengadaan barang/jasa terhadap terjadinya Sartono (2006), hasil penelitian menun-
fraud pengadaan barang/jasa dari sudut pandang jukkan adanya perbedaan hasil penelitian untuk
eksternal instansi. Jatiningtyas dan Kiswara pengaruh sistem pengendalian internal terhadap
(2011), hasil penelitian menunjukkan adanya terjadinya fraud pengadaan barang/jasa. Hasil
perbedaan hasil penelitian untuk pengaruh penelitian dengan responden panitia pengadaan
sistem dan prosedur pengadaan terhadap menunjukkan bahwa sistem pengendalian
terjadinya fraud pengadaan barang/jasa yang internal tidak berpengaruh terhadap terjadinya
ditinjau dari sudut pandang responden panitia fraud pengadaan barang/jasa, sebaliknya dengan
pengadaan dan responden auditor BPKP. Hasil responden auditor BPKP menunjukkan bahwa
penelitian dengan responden panitia pengadaan sistem pengendalian internal berpengaruh
menunjukkan bahwa sistem dan prosedur secara negatif dan signifikan terhadap ter-
pengadaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya jadinya fraud pengadaan. Thoyibatun
fraud pengadaan barang/jasa, sebaliknya hasil (2009), hasil penelitiannya kesesuaian sistem
penelitian dengan responden auditor BPKP pengendalian internal berpengaruh negatif
menunjukkan bahwa sistem dan prosedur terhadap kecenderungan akuntansi. Jatiningtyas
pengadaan berpengaruh secara negatif dan dan Kiswara (2011), menemukan hasil yang
signifikan terhadap terjadinya fraud pengadaan berbeda dalam penelitiannya. Responden
Sartono (2006), hasil penelitiannya menun- dari internal menyatakan pengendalian inter-
jukkan adanya perbedaan hasil penelitian untuk nal tidak berpengaruh terhadap terjadinya
pengaruh etika pengadaan terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/jasa, sebaliknya
fraud pengadaan barang/jasa yang ditinjau dari responden auditor BPKP menunjukkan bahwa
sudut pandang responden panitia pengadaan dan pengendalian internal berpengaruh secara
responden auditor BPKP. Hasil penelitian dengan negatif dan signifikan terhadap terjadinya fraud
responden panitia pengadaan menunjukkan pengadaan. Arifianti, dkk (2015), membuktikan
bahwa etika pengadaan tidak berpengaruh bahwa sistem pengendalian internal yang baik
terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/ berimplikasi positif untuk menekan terjadinya
jasa, sebaliknya hasil penelitian dengan fraud.
responden auditor BPKP menunjukkan bahwa
etika pengadaan berpengaruh secara negatif dan 2. Telaah Teori dan Pengembangan
signifikan terhadap terjadinya fraud pengadaan. Hipotesis
Jatiningtyas dan Kiswara (2011), menemukan The Association of Certified Fraud Examin-
hasil yang berbeda antara pengaruh etika ers (ACFE) atau Asosiasi Pemeriksa Kecurangan
pengadaan terhadap terjadinya fraud pengadaan Bersertifikat merupakan organisasi profesional
barang/jasa ketika responden berasal dari yang bergerak di bidang pemeriksaan atas
kelompok yang berbeda. Responden dari internal kecurangan yang berkedudukan di Amerika
menyatakan etika pengadaan tidak berpengaruh Serikat. Organisasi ini mengklasifikasikan fraud
terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/ (kecurangan) dalam hubungan kerja beserta
jasa, sebaliknya hasil penelitian dengan ranting dan anak rantingnya yang dikenal
responden auditor BPKP menunjukkan bahwa dengan istilah “Fraud Tree” seperti dapat dilihat
etika pengadaan berpengaruh secara negatif dan pada gambar 1. (Priantara, 2013). Adapun ketiga
signifikan terhadap terjadinya fraud pengadaan. jenis fraud berdasarkan perbuatan itu adalah:

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


278
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 2, Desember 2017, hal 275-294
ISSN 2339 - 1545

1. Penyalahgunaan atas asset (Asset Misap- keuangan sangat menjadi perhatian auditor,
propriation) masyarakat, atau para LSM, namun tidak
Asset misappropriation meliputi penyalah- menjadi perhatian akuntan forensik.
gunaan/pencurian aset atau harta perusahaan Fraud dalam menyusun laporan keuangan
atau pihak lain. Fraud jenis ini merupakan dapat berupa salah saji (misstatement baik
bentuk fraud yang paling mudah dideteksi overstatement maupun understatement).
karena sifatnya yang tangible atau dapat 3. Korupsi (Corruption)
diukur/dihitung (defined value). Korupsi merupakan jenis fraud yang
2. Pernyataan palsu atau pelaporan yang paling sulit dideteksi karena menyangkut
dibuat salah (Fraudulent Statement) kerja sama dengan pihak lain. Fraud
Fraudulent statement seringkali diidentikan jenis ini banyak terjadi di negara-negara
sebagai management fraud atau fraud berkembang yang penegakan hukumnya
yang dilakukan oleh manajemen karena masih lemah dan kurang kesadaran akan
mayoritas pelaku berada pada tingkat tata kelola yang baik sehingga faktor
manajerial. Fraud jenis ini meliputi tindakan integritasnya masih dipertanyakan. Korupsi
yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif sering kali tidak dapat dideteksi karena para
suatu perusahaan atau instansi pemerintah pihak yang bekerja sama menikmati keun-
untuk menutupi kondisi keuangan yang tungan (simbiosis mutualisme). Termasuk
sebenarnya dengan melakukan rekayasa dalam fraud ini adalah penyalahgunaan
keuangan (financial engineering) dalam wewenang/konflik kepentingan (conflict of
penyajian laporan keuangannya untuk interest), penyuapan (bribery), penerimaan
memperoleh keuntungan atau mungkin yang tidak sah/illegal (illegal gratuities),
dapat dianalogikan dengan istilah window dan pemerasan secara ekonomi (economic
dressing. extortion).
Jenis kecurangan fraudulent Statement
berkenaan dengan penyajian laporan

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


279
Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

Sumber: Priantara (2013:68), The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)


Gambar 1. Fraud Tree

Pengaruh Kualitas Panitia Pengadaan staf operasional, anggota panitia lelang dan
Terhadap Fraud Pengadaan Barang/Jasa pihak-pihak berwenang yang memberi otorisasi
Thai (2001) mengungkapkan bahwa pro- dalam kegiatan pengadaan (World Bank 2001).
fesionalisme atau kualitas panitia pengadaan World Bank (2001), menemukan bahwa
merupakan faktor yang ikut mempengaruhi ketidakmampuan personil yang terkait dengan
keberhasilan suatu sistem pengadaan dalam kegiatan pengadaan barang/jasa sebagai
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. salah satu penyebab belum berfungsinya
Dalam laporan yang dibuatnya World Bank sistem pengadaan barang/jasa secara baik di
mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang Indonesia. Sartono (2006), hasil penelitiannya
menyebabkan belum berfungsinya sistem menunjukkan adanya pengaruh kualitas panitia
pengadaan pemerintah di Indonesia antara lain pengadaan barang/jasa terhadap terjadinya fraud
adalah kurangnya kemampuan sebagian besar pengadaan barang/jasa baik dari sudut pandang

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


280
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 2, Desember 2017, hal 275-294
ISSN 2339 - 1545

internal maupun eksternal instansi. Gelderman, terjadi. Hal ini beranjak dari pemikiran bahwa
Ghijsen dan Brugman (2006), menunjukkan penyimpangan biasanya dimulai karena adanya
bahwa pemahaman pejabat pengadaan terhadap ketidakseimbangan antara penghasilan dengan
peraturan berpengaruh signifikan dan positif kebutuhan hidup yang wajar.
terhadap ketaatan peraturan, sehingga mencegah Penyimpangan yang semula hanya
terjadinya penyimpangan. Arifianti, dkk (2015), dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup
membuktikan bahwa integritas dan kompetensi yang wajar, lambat laun berkembang menjadi
pokja ULP/pejabat pengadaan berimplikasi lebih buruk dan mengarah kepada keserakahan
positif untuk menekan terjadinya fraud. dan sifat tamak. Penyimpangan yang semula
H1 : Kualitas panitia pengadaan ber-pengaruh mungkin hanya berdampak kerugian negara
terhadap fraud pengadaan barang/jasa dalam jumlah kecil, selanjutnya akan bertambah
menjadi penyimpangan yang berdampak pada
Pengaruh Penghasilan Panitia Penga-daan kerugian negara yang sangat besar. Dengan
Terhadap Fraud Pengadaan Barang/Jasa diterapkannya konsep keadilan internal maupun
Selain aspek kualitas panitia pengadaan, keadilan eksternal, diharapkan tidak ada lagi
aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pemicu untuk “dimulainya” suatu penyimpangan
mewujudkan proses pengadaan yang obyektif yang pada akhirnya akan menekan dan
adalah penghasilan Panitia Pengadaan. Per- mengurangi tingkat penyimpangan yang terjadi.
sonil panitia pengadaan merupakan bagian Rijkckeghem dan Weder (1997), hasil
dari aparatur pemerintah dan mendapatkan penelitiannya menunjukkan adanya hubungan
penghasilan sebagai pegawai negeri berdasarkan yang negatif dan signifikan antara penghasilan
peraturan yang berlaku ditambah dengan aparatur pemerintah dengan tingkat korupsi.
honorarium sebagai panitia pengadaan. Wilopo (2006), hasil penelitiannya membuktikan
Upaya mencari tambahan penghasilan ini bahwa kesesuaian kompensasi memberikan
mungkin saja dilakukan dengan segala cara pengaruh tidak signifikan terhadap perilaku tidak
termasuk dengan memanfaatkan jabatan dan etis dan kecurangan akuntansi. Sulistiyowati
kewenangan yang dimiliki. Misalnya personil (2007), menemukan bahwa secara parsial
Panitia Pengadaan ‘mengatur” jalannya proses kepuasan gaji tidak ber-pengaruh terhadap
pengadaan untuk memenangkan salah satu persepsi aparatur pemerintah daerah tentang
peseta pengadaan dengan meminta imbalan tindak pidana korupsi. Thoyibatun (2009),
sejumlah uang tertentu. hasil penelitiaannya menunjukkan bahwa
Konsep keadilan internal dan keadilan kesesuaian sistem kompensasi berpengaruh
eksternal merupakan hal yang sangat diper- negatif terhadap kecenderungan kecurangan
hatikan dalam sektor swasta. Keadilan internal akuntansi. Aji (2013), menemukan bukti bahwa
terutama ditujukan untuk menjaga motivasi ada pengaruh yang negatif dan signifikan
kerja, sedangkan konsep keadilan terutama dalam penilaian penghasilan panitia pengadaan
ditujukan untuk “menahan” terjadinya terhadap penyimpangan dalam pengadaan
perpindahan pegawai ke perusahaan lain. barang/jasa pemerintah. Arifianti, dkk (2015),
Untuk sektor pemerintah, konsep keadilan mengungkapkan bahwa kebijakan pemberian
internal dan keadilan eksternal dalam hal kompensasi belum mampu berkontribusi untuk
pemberian gaji (kompensasi) seharusnya juga menekan terjadinya fraud.
diterapkan. Baik konsep keadilan keadilan H2: Penghasilan panitia pengadaan ber-
internal maupun keadilan eksternal bisa pengaruh terhadap fraud pengadaan
dijadikan sebagai salah satu strategi untuk barang/jasa
mengurangi tingkat penyimpangan yang

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


281
Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

Pengaruh Sistem dan Prosedur Penga-daan satu penyebab tidak dapat diterapkannya
Terhadap Fraud Pengadaan Barang/Jasa sistem dan prosedur di lapangan adalah
adanya kesimpangsiuran, ketidakjelasan
Aspek lain yang ikut menentukan jalannya
sistem pengadaan adalah ketentuan dan prosedur inter-pretasi atas ketentuan sebagai akibat
pengadaan barang/jasa itu sendiri. Ketentuan tumpang tindihnya berbagai peraturan
dan prosedur pengadaan juga berpengaruh mengatur berbagai aspek pengadaan
terhadap keberhasilan suatu sistem pengadaan pemerintah (World Bank 2001).
pemerintah dalam men-capai tujuan yang telah 4. Mendorong terciptanya kompetisi secara
ditetapkan (Thai, 2001). fair.
Sistem dan prosedur pengadaan pemerintah Sistem dan prosedur pengadaan seharusnya
yang baik (Jourdain dan Balgobin, 2003) mendorong untuk terjadinya kompetisi se-
memiliki beberapa karakteristik antara lain: cara sehat. Rose-Ackerman (1996) dalam
1. Transparency Celentani dan Ganuza (2001) menyatakan
2. Economy bahwa secara umum, perubahan yang ber-
3. Efficiendy and timeliness tujuan mendorong kompetisi dalam suatu
4. Fairness and equity perekonomian akan membantu mengurangi
Dari rangkuman berbagai literatur, terdapat dorongan untuk melakukan korupsi.
beberapa karakteristik suatu sistem dan prosedur 5. Menyediakan mekanisme feedback dan
pengadaan pemerintah yang baik, yaitu: complaint apabila terjadi ketidaktaatan
1. Memiliki landasan hukum yang jelas dan pada ketentuan yang telah digariskan.
transparan. Sistem dan prosedur pengadaan juga
Landasan hukum dari sistem dan pro-sedur harus memiliki mekanisme feedback
yang berlaku harus cukup kuat sehingga sehingga memungkinkan upaya perbaikan
upaya penegakan ketentuan yang diaturnya dan penyempurnaan yang diperlukan.
bisa dilakukan secara efektif (World Bank Mekanisme complaint juga perlu diciptakan
2001) untuk memperkuat upaya untuk dipatuhinya
Transparansi suatu peraturan merupa-kan ketentuan yang digariskan. World Bank
hal yang sangat penting untuk menciptakan mengungkapkan bahwa salah satu penyebab
suatu peraturan yang mampu mendorong belum berfungsinya sistem pengadaan di
kompetisi, per-dagangan dan investasi serta Indonesia secara baik adalah kurangnya
mencegah ditumpangi oleh kepentingan tindak lanjut terhadap berbagai protes
pihak tertentu( OECD, 2002). dalam proses pengadaan dan tidak adanya
2. Dapat dimengerti (understandable) oleh pemantauan yang sistematik terhadap
pihak-pihak yang berkepentingan. kepatuhan atas peraturan dan prosedur
Sistem dan prosedur pengadaan pemerintah pengadaan (Word Bank, 2001).
seharusnya mudah didapat dan dipahami Sartono (2006), hasil penelitian
oleh pihak-pihak yang berkepentingan. menunjukkan adanya pengaruh sistem dan
Hal ini bisa dicapai dengan melakukan prosedur pengadaan barang/jasa terhadap
kodifikasi dan publikasi yang memadai terjadinya fraud pengadaan barang/jasa dari
atas berbagai peraturan/ketentuan yang sudut pandang eksternal instansi. Jatiningtyas
diterbitkan (OECD, 2002) dan Kiswara (2011), hasil penelitian menun-
3. Dapat diterapkan (applicable). jukkan pengaruh sistem dan prosedur pengadaan
Sistem dan prosedur pengadaan pemerintah terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/
tidak boleh mengatur hal-hal yang tidak jasa yang ditinjau dari sudut pandang responden
dapat diimplementasikan di lapangan. Salah auditor BPKP.

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


282
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 2, Desember 2017, hal 275-294
ISSN 2339 - 1545

H3: Sistem dan Prosedur Pengadaan ber- H4: Etika Pengadaan berpengaruh terhadap
pengaruh terhadap fraud pengadaan fraud pengadaan barang/jasa.
barang/jasa.
Pengaruh Sistem Pengendalian Internal
Pengaruh Etika Pengadaan Terhadap Fraud Terhadap Fraud Pengadaan Barang/Jasa
Pengadaan Barang/Jasa
Menurut pasal 1 butir 1 Peraturan
Etika pengadaan juga merupakan salah satu Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60
aspek penting yang perlu diperhatikan untuk Tahun 2008 yang dimaksud dengan sistem
terciptanya pengadaan pemerintah yang sehat. pengendalian intern adalah proses yang integral
Etika pengadaan berkaitan dengan kelaziman pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan
dalam praktek dunia usaha yang dianggap akan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
menciptakan sistem persaingan usaha yang pegawai untuk memberikan keyakinan memadai
adil. Etika dalam pengadaan akan mencegah atas tercapainya tujuan organisasi melalui
penyalahgunaan wewenang atau kolusi untuk kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
keuntungan pribadi atau golongan yang secara pelaporan keuangan, pengamanan aset negara,
langsung atau tidak dapat merugikan negara. dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
Dalam kegiatan pengadaan pemerintah, undangan.
beberapa praktek yang tidak sehat yang perlu Lebih lanjut pada pasal 3 dijelaskan
dihilangkan antara lain: bahwa sistem pengendalian intern terdiri atas
1. Pemberian imbalan/hadiah kepada panitia unsur lingkungan pengendalian, penilaian
pengadaan atau pejabat pada intansi yang resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan
menyelenggarakan kegia-tan pengadaan. komunikasi dan pemantauan. Penerapan Sistem
2. Adanya peserta pengadaan yang tidak Pengendalian Internal yang baik diyakini mampu
memiliki kompetensi dan kemampuan untuk menekan terjadinya tindak kecurangan.
untuk melaksanakan pekerjaan (peserta Dalam pengadaan barang dan jasa Sistem
pengadaan hanya bertindak sebagai calo). Pengendalian Internal dapat diterapkan mulai
3. Pemberian discount (potongan harga) dari perencanaan pengadaan sampai dengan
yang dilakukan secara tersembunyi yang pelaksanaan pengadaan sehingga tindakan
diberikan kepada oknum panitia pengadaan tersebut dapat menurunkan potensi terjadinya
ataupun pejabat pada ins-tansi yang fraud dalam kegiatan pengadaan barang/
menyelenggarakan kegiatan pengadaan . jasa.
Sartono (2006), hasil penelitiannya menun- Sartono (2006), hasil penelitian
jukkan adanya pengaruh etika pengadaan menunjukkan sistem pengendalian internal
terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/ berpengaruh secara negatif dan signifikan
jasa yang ditinjau dari sudut pandang terhadap terjadinya fraud pengadaan. Thoyibatun
responden auditor BPKP. Jatiningtyas dan (2009), hasil penelitiannya menunjukkan
Kiswara (2011), menemukan hasil bahwa etika kesesuaian sistem pengendalian internal
pengadaan berpengaruh secara negatif dan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan
signifikan terhadap terjadinya fraud pengadaan akuntansi. Jatiningtyas dan Kiswara (2011),
dengan responden auditor BPKP. Aji (2013), menemukan hasil bahwa pengendalian internal
menemukan bukti bahwa ada pengaruh yang berpengaruh secara negatif dan signifikan
negatif dan signifikan dalam etika pengadaan terhadap terjadinya fraud pengadaan dengan
terhadap penyimpangan dalam pengadaan responden auditor BPKP. Arifianti, dkk (2015),
barang/jasa pemerintah. membuktikan bahwa sistem pengendalian

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


283
Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

internal yang baik berimplikasi positif untuk Sistem dan Prosedur Pengadaan dalam
menekan terjadinya fraud. penelitian ini adalah seberapa baik sistem dan
H5: Etika Pengadaan berpengaruh terhadap prosedur pengadaan barang/jasa yang berlaku
fraud pengadaan barang/jasa pada saat ini menurut penilaian responden.
Penilaian dilakukan dengan memperhatikan
3. Metode beberapa indikator, yaitu: kejelasan landasan
hukum, tingkat kesulitan bagi subyek pengadaan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
untuk memahami ketentuan, tingkat kesulitan
auditor di Inspektorat Jenderal Kementerian
penerapan ketentuan di lapangan, insentif
Kesehatan yang telah mempunyai pengalaman
untuk terciptanya kompetisi yang sehat,
minimal satu tahun dalam melakukan audit
serta seberapa baik mekanisme pengaduan
pengadaan barang/jasa. Jumlah populasi
yang telah diatur dalam ketentuan tersebut.
seluruhnya sebanyak 129 orang dengan
Etika Pengadaan dalam penelitian ini adalah
klasifikasi jabatan auditor utama, auditor madya,
sejauhmana penilaian responden terhadap
auditor muda, auditor pertama. Penentuan
terciptanya praktek pengadaan barang/jasa
jumlah sampel yang diambil menggunakan
yang sehat di lapangan. Penilaian dilakukan
rumus Slovin dengan margin/sampling error
dengan melihat seberapa banyak praktek bisnis
sebesar 10% (Mulyanto dan Wulandari,
yang sehat telah tercipta yang diharapkan
2010:103) sehingga diperoleh sebanyak 56
akan memperkecil peluang untuk terjadinya
responden. Metode pengumpulan data dengan
penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa.
menggunakan kuisioner, wawancara dan telaah
Sistem Pengendalian Internal adalah penilaian
dokumen.
responden terhadap penerapan SPI dalam proses
Fraud pengadaan barang/jasa dalam
pengadaan yang menurut Mulyadi (2002),
penelitian ini adalah seberapa jauh penilaian
COSO dalam Arens (2008) dan Sawyer (2003)
responden terhadap tingkat penyimpangan
terdiri dari Lingkungan Pengendalian, Penilaian
yang terjadi dalam kegiatan pengadaan barang/
Resiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi dan
jasa pemerintah terutama yang berakibat pada
Komunikasi dan Pemantauan.
kerugian keuangan negara. Kualitas Panitia
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
Pengadaan adalah sejumlah penilaian responden
ini mengacu pada penelitian Sartono (2006)
terhadap kualitas personel Panitia Pengadaan
Penilaian dilakukan dengan memberikan
dilihat dari beberapa indikator, yaitu tingkat
tingkat persetujuan ataupun ketidaksetujuan
integritas, kompetensi, independensi dan
responden terhadap pernyataan tersebut
obyektifitas yang dimiliki oleh Personel Panitia
dengan menggunakan 5 skala likert dari skala
Pengadaan barang/jasa dalam menjalankan
1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat
tugasnya. Penghasilan Panitia Pengadaan
setuju). Sebelum digunakan sebagai instrumen
dalam penelitian ini adalah tingkat kelayakan
penelitian, maka dilakukan uji validitas dan uji
penghasilan sah (resmi) yang diterima oleh
reliabilitas. Validitas menunjukkan seberapa
Panitia Pengadaan barang/jasa menurut
nyata suatu pengujian mengukur apa yang
penilaian responden. Penilaian dilakukan dengan
seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan
menekankan pada beberapa dimensi, yaitu
ketepatan alat ukur, kenyataan (actually) dan
keadilan internal, keadilan eksternal dan juga
tujuan dari pengukuran. Sementara reliabilitas
seberapa besar penghasilan yang diterima telah
adalah kemampuan alat ukur untuk mengukur
memberikan insentif kepada Panitia Pengadaan
berkali-kali dan menghasilkan data yang sama
untuk tidak menyalahgunakan jabatan dan
(Mulyanto dan Wulandari, 2010:97). Pernyataan
kewenangan yang dimiliki.
valid apabila nilai korelasi (kolom Corrected

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


284
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 2, Desember 2017, hal 275-294
ISSN 2339 - 1545

Item-Total Correction) > 0,3 (Mulyanto dan dependennya. Hipotesis penelitian dikatakan
Wulandari, 2010:125)., reliabilitas terpenuhi terbukti jika hasil pengujian menunjukkan
manakala nilai Cronbac’h Alpha > 0,6 (Mulyanto nilai siginifikansi < 0,05 artinya ada pengaruh
dan Wulandari, 2010:126). signifikan antara variabel independen dengan
Pengujian awal harus dilakukan terhadap variabel dependen.
data penelitian sebelum dilakukan uji statistik
lebih lanjut, yaitu dengan melakukan uji asumsi 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji
Uji validitas menunjukkan nilai korelasi
multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.
skor item dengan skor total untuk semua
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
pertanyaan > 0,3 maka seluruh item pernyataan
dalam model regresi, variabel pengganggu
kuisioner untuk seluruh variabel dinyatakan
atau residual memiliki distribusi normal, uji
valid. Hasil uji relibilitas menunjukkan nilai
normalitas dibuktikan melalui One-Sample
cronbach alpha untuk seluruh variabel > 0,6
Kolmogorov-Smirnov Test, jika signifikan > α,
sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item
maka data variabel berdistribusi normal. Untuk
adalah reliable (andal). Hasil uji normalitas
lebih memperjelas sebaran data dalam penelitian
menunjukkan bahwa data terdistribusi normal,
ini maka akan disajikan grafik normal P-Plot. Uji
terlihat dari nilai Kolmogorov-Smirnov Z
multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah
sebesar 0,562 dan signifikan pada angka 0,911
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi
berada di atas batas erorr yaitu 0,5 sehingga
antar variabel bebas (independen), metode
dapat disimpulkan data terdistribusi normal.
deteksi yaitu dengan melihat nilai tolerance dan
Hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa
Variance Inflation Factor (VIF). Apabila tidak
variabel-variabel bebas dalam penelitian tidak
ada variabel independen yang memiliki nilai
menunjukkan nilai tolerance kurang dari
tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10, maka dalam
1,0. Demikian juga dengan hasil perhitungan
model regresi tidak terdapat multikolinieritas
Variance Inflation Factor (VIF) tidak
(Ghozali, 2013:106). Uji heteroskedastisitas
ada yang nilainya kurang dari 10 sehingga
bertujuan menguji apakah dalam model regresi
dapat disimpulkan tidak ada multikolinieritas
terjadi ketidaksamaan variance dan residual
antar variabel bebas dalam model regresi ini.
satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Hasil uji heteroskedastisitas menggunakan Uji
Jika variance dari residual satu pengamatan
Glejser diperoleh nilai signifikansi sebesar 1,000
ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
menurut Gujarati dalam Ghozali (2013:142),
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
hasil penelitian variabel dependen nilai absolut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
residual (AbsRes) terhadap variabel independen
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
dengan probabilitas signifikannya di atas tingkat
heteroskesdastisitas, cara mendeteksi dengan
kepercayaan 5%, maka dapat disimpulkan model
Uji Glejser dengan probabilitas signifikannya
regresi tidak mengandung Heteroskedastisitas
di atas tingkat kepercayaan 5%, maka dapat
Pengujian hipotesis dalam penelitian
disimpulkan model regresi tidak mengandung
dilakukan dengan Uji regresi linier berganda.
Heteroskedastisitas.
Berdasarkan hasil olah data dengan menggunakan
Pengujian hipoesis dalam penelitian ini
SPSS diperoleh hasil seperti pada Tabel 1.
menggunakan uji regresi berganda. Uji koefsien
determinasi dan uji F digunakan untuk menguji
model penelitian (goodness of fit model), Uji
t digunakan untuk menguji pengaruh masin-
masing variabel independen terhadap variabel

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


285
Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

Tabel 1. Hasil Pengujian Hipotesis

Variabel Independen B Std. Error t hitung Sig.


Kualitas Panitia Pengadaan -.279 .107 -2.609 .012
Penghasilan Panitia Pengadaan -.023 .050 -.466 .643
Sistem dan Prosedur Pengadaan -.215 .075 -2.886 .006
Etika Pengadaan -.258 .075 -3.458 .001
Sistem Pengendalian Internal -.330 .128 -2.577 .013
Constant 6.291 .156 40.268 .000
R Square .935
Adjusted R Square .928
F hitung 142.746
Sig. F .000b

Berdasarkan hasil analisa regresi berganda Fraud (Y). Variabel Penghasilan Panitia
tersebut dapat dibentuk persamaan regresi linear Pengadaan (X2) diperoleh nilai p value (sig)
berganda sebagai berikut: sebesar 0,643 > 5 % maka Ha1 ditolak dan
Y = 6,291 – 0,279 X1 – 0,023 X2 – 0,215 X3 menerima H01, artinya Penghasilan Panitia
– 0,258 X4 – 0,330 X5 + e Pengadaan (X2) secara parsial tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Fraud (Y).
Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai Variabel Sistem dan Prosedur Pengadaan (X3)
adjusted R2 sebesar 0,928, artinya ada hubungan diperoleh nilai p value (sig) sebesar 0,006 < 5
yang sangat tinggi antara variabel bebas % maka H01 ditolak dan menerima Ha1, artinya
Kualitas Panitia Pengadaan, Penghasilan Panitia
Sistem dan Prosedur Pengadaan (X3) secara
Pengadaan, Sistem dan Prosedur Pengadaan,
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
Etika Pengadaan dan Sistem Pengendalian
terhadap Fraud (Y). Variabel Etika Pengadaan
Internal terhadap variabel terikat Fraud. Hal
(X4) diperoleh nilai p value (sig) sebesar 0,001
ini berarti sebesar 92,8% variasi Fraud dapat
< 5 % maka H01 ditolak dan menerima Ha1,
dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel
artinya Etika Pengadaan (X4) secara parsial
bebas, sedangkan sisanya sebesar (100% -
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
92,8%) 7,2% dipengaruhi oleh faktor lainnya
Fraud (Y). Variabel Sistem Pengendalian
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Internal (X5) diperoleh nilai dengan p value
Dari tabel diatas untuk uji F menunjukkan
(sig) sebesar 0,013 < 5 % maka H01 ditolak
nilai signifikan sebesar 0,000 < 5 % maka H0
dan menerima Ha1, artinya Sistem Pengendalian
ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
Internal (X5) secara parsial mempunyai
simultan ada pengaruh yang signifikan antara
pengaruh yang signifikan terhadap Fraud (Y).
Kualitas Panitia Pengadaan, Penghasilan Panitia
Pengadaan, Sistem dan Prosedur Pengadaan,
Pengaruh Kualitas Panitia Pengadaan
Etika Pengadaan dan Sistem Pengendalian
Terhadap Fraud Pengadaan Barang/Jasa
Internal secara bersama-sama terhadap Fraud.
Hasil uji t menunjukkan bahwa untuk Hasil uji parsial (uji t) menunjukkan
variabel Kualitas Panitia Pengadaan (X1) bahwa Kualitas Panitia Pengadaan mempunyai
diperoleh p value (sig) sebesar 0,012 < 5 % pengaruh yang signifikan terhadap fraud
maka H01 ditolak dan menerima Ha1, artinya pengadaan barang/jasa (Y). Terjadinya fraud
Kualitas Panitia Pengadaan (X1) secara parsial pengadaan barang/jasa dapat dikurangi dengan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap meningkatkan kualitas panita pengadaan. Hasil

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


286
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 2, Desember 2017, hal 275-294
ISSN 2339 - 1545

penelitian ini sejalan dengan Sartono (2006), yang yang akan mewarnai arah berjalannya suatu
menunjukkan adanya pengaruh kualitas panitia sistem pengadaan barang/jasa. Integritas yang
penga-daan barang/jasa terhadap terjadinya baik dari panitia pengadaan akan mendorong
fraud pengadaan barang dan jasa baik dari sudut terlaksananya proses pengadaan yang bersih,
pandang internal maupun eksternal instansi. bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Hasil
Sementara Gelderman, Ghijsen dan Brugman penelitian menunjukkan sebagian besar
(2006), menunjukkan bahwa pemahaman pejabat responden berpendapat bahwa kondisi panita
pengadaan terhadap peraturan berpengaruh pengadaan yang selalu menjunjung tinggi
signifikan dan positif terhadap ketaatan integritas akan menurunkan potensi terjadinya
peraturan, sehingga mencegah terjadinya fraud. Kasus fraud yang sering dijumpai di
penyimpangan Hasil penelitian ini juga sejalan Indonesia diawali dengan panitia pengadaan
dengan Jatiningtyas dan Kiswara (2011), yang yang tidak mempunyai integritas sehingga
menunjukkan bahwa kualitas panitia pengadaan mudah untuk dihasut oleh pihak lain sehingga
berpengaruh secara negatif dan signifikan terjadi perilaku yang menyimpang dalam proses
terhadap terjadinya fraud pengadaan dari sudut pengadaan.
pandang responden eksternal. Demikian pula Mengingat strategisnya posisi Panitia
pendapat Arifianti, dkk (2015), membuktikan Pengadaan, maka diperlukan kompetensi
bahwa integritas dan kompetensi pokja ULP/ minimal untuk bisa menjabat sebagai Panitia
pejabat pengadaan berimplikasi positif untuk Pengadaan. Tuntutan kompetensi minimal
menekan terjadinya fraud. Hasil penelitian tidak antara lain pemahaman mengenai sistem dan
mendukung Jatiningtyas dan Kiswara (2011) prosedur pengadaan serta pemahaman yang
yang menunjukkan bahwa kualitas panitia cukup memadai mengenai barang/jasa yang
pengadaan tidak berpengaruh secara negatif dan akan diadakan. Hasil penelitian menunjukkan
signifikan terhadap terjadinya fraud pengadaan sebagian besar responden berpendapat
dari sudut pandang responden internal. bahwa kompetensi yang dimiliki panitia
Panitia pengadaan merupakan salah pengadaan akan menurunkan potensi terjadinya
satu subyek (pelaku) pengadaan barang/jasa fraud. Dengan kompetensi yang memadai
pemerintah dan aktivitas serta keputusan permasalahan didalam pengadaan seperti barang
yang dilakukannya akan sangat menentukan yang tidak sesuai spesifikasi, kekurangan
jalannya proses pengadaan. Segala aktivitas dan volume dan keterlambatan barang bisa dihindari
keputusan yang diambil oleh Panitia Pengadaan atau dikurangi.
merupakan hal yang sangat krusial karena Proses pengadaan barang/jasa pemerintah
berhadapan langsung dengan kepentingan dari merupakan proses yang penuh dengan berbagai
berbagai subyek pengadaan barang/jasa lainnya. muatan kepentingan masing-masing subyek
Untuk itu kemampuan dan profesionalisme pengadaan barang/jasa. Untuk itu seluruh
personel panitia sangat berpengaruh terhadap proses pengadaan barang/jasa haruslah berjalan
terjadinya fraud pengadaan barang dan jasa. secara obyektif dan independen (Jourdain
Dalam penelitian ini, profesionalisme dan Balgobin, 2003). Untuk mewujudkan
atau kualitas Panitia Pengadaan dilihat dari hal ini Panitia Pengadaan sebagai personil
beberapa dimensi yaitu integritas, kompetensi, yang menyelenggarakan proses ini harus
serta obyektivitas dan independensi. Integritas mengedepankan prinsip obyektifitas dan
merupakan hal pertama dan mendasar yang perlu ketidakberpihakan kepada kepentingan salah
ditekankan dalam setiap subyek (pelaku) suatu satu atau sekelompok peserta proses pengadaan
sistem, termasuk sistem pengadaan barang/jasa barang/jasa. Hasil penelitian menunjukkan
pemerintah karena integritas personil inilah sebagian besar responden berpendapat bahwa

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


287
Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

kondisi panita pengadaan yang selalu menjunjung terhadap penyimpangan dalam pengadaan
tinggi Obyektifitas dan Independensi akan barang/jasa pemerintah.
menurunkan potensi terjadinya fraud. Dengan Dari penelitian yang pernah dilakukan,
bersikap obyektif dan independen pelaksanaan faktor penghasilan merupakan salah satu faktor
pengadaan akan berjalan dengan baik. Banyak yang diduga berpengaruh terhadap terjadinya
kasus pengadaan berupa pembelian barang korupsi, termasuk didalamnya korupsi yang
yang sebenarnya tidak sesuai dengan kebutuhan dilakukan melalui penyimpangan dalam kegiatan
instansi/masyarakat, hal ini disebabkan panitia pengadaan barang/jasa pemerintah. Rijckeghem
pengadaan tidak obyektif dan independen. dan Weder (1997) dalam Lambsdorff
Panitia berpihak terhadap salah satu pemegang (1999). Penghasilan aparatur pemerintah
kepentingan yang telah menjanji-kan hadiah/ seharusnya dapat memenuhi kebutuhan hidup
pemberian, sehingga barang yang dibeli bukan pegawai beserta keluarganya secara wajar.
yang dibutuhkan oleh instansi/masyarakat. Ketidakseimbangan antara penghasilan yang
diterima aparatur pemerintah dibandingkan
Pengaruh Penghasilan Panitia Pengadaan dengan tingkat kebutuhan hidup pada tingkat
Terhadap Terjadinya Fraud Pengadaan yang wajar akan memaksa mereka untuk secara
Barang/Jasa kreatif mencari tambahan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hasil uji parsial (uji t) menunjukkan
Dalam penelitian ini, penghasilan panitia
bahwa Penghasilan Panitia Pengadaan tidak
pengadaan dilihat dari beberapa dimensi yaitu
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
keadilan internal, keadilan eksternal dan insentif
fraud pengadaan barang/jasa (Y). Terjadinya
yang memadai. Keadilan internal mensyaratkan
fraud pengadaan barang/jasa tidak dapat
bahwa tambahan honor yang diterima panitia
diyakini berkurang dengan penghasilan panitia
pengadaan seimbang dengan beban kerja,
pengadaan yang meningkat. Hasil penelitian
tugas dan tanggung jawab sebagai panitia
ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
pengadaan. Keadilan eksternal mensyaratkan
oleh Wilopo (2006), yang membuktikan bahwa
bahwa penghasilan yang diterima oleh panitia
kesesuaian kompensasi memberikan pengaruh
pengadaan setara dengan penghasilan yang
tidak signifikan terhadap perilaku tidak etis dan
diterima pada jabatan sejenis di sektor swasta
kecurangan akun-tansi. Sementara Sulistiyowati
/ non pemerintah. Insenstif dikatakan memadai
(2007), menemukan bahwa secara parsial
apabila penghasilan yang diterima oleh panitia
kepuasan gaji tidak berpengaruh terhadap
pengadaan menciptakan kondisi yang tidak
persepsi aparatur pemerintah daerah tentang
menyalahgunakan jabatan dan kewenangan
tindak pidana korupsi. Demikian dengan
yang dimiliki.
Arifianti, dkk (2015), yang mengungkapkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bahwa kebijakan pemberian kompensasi belum
penghasilan panitia pengadaan tidak ber-
mampu berkontribusi untuk menekan terjadinya
pengaruh siginifikan terhadap terjadinya fraud
fraud.
pengadaan barang/jasa. Hal tersebut dapat
Hasil penelitian tidak mendukung Thoyiba-
terjadi disebabkan responden tidak seluruhnya
tun (2009), yang menyatakan kesesuaian sistem
meyakini bahwa penghasilan pantia pengadaan
kompensasi berpengaruh negatif terhadap
telah sesuai dengan beban kerjanya. Menteri
kecenderungan kecurangan akuntansi. Demikian
Keuangan melalui Peraturan Menteri telah
juga dengan Aji (2013), yang menemukan bukti
menetapkan standar biaya masukan untuk honor
bahwa ada pengaruh yang negatif dan signifikan
panitia pengadaan namun terkadang karena
dalam penilaian penghasilan panitia pengadaan
keterbatasan anggaran honor yang dibayarkan

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


288
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 2, Desember 2017, hal 275-294
ISSN 2339 - 1545

tidak sesuai dengan beban kerja masing-pasing sistem pengadaan barang/jasa adalah ketentuan
panitia pengadaan. Penyebab selanjutnya dan prosedur pengadaan barang /jasa itu sendiri.
adalah sebagian responden menyatakan Ketentuan dan prosedur pengadaan barang/jasa
bahwa penghasilan yang diterima oleh panitia juga berpengaruh terhadap keberhasilan suatu
pengadaan tidak setara dengan penghasilan yang sistem pengadaan barang/jasa pemerintah dalam
diterima pada jabatan sejenis di sektor swasta mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Thai,
/ non pemerintah karena sebagian responden 2001).
berpendapat bahwa di sektor swasta tidak ada Dalam penelitian ini sistem dan prosedur
tambahan honor kepada panitia pengadaan pengadaan diukur menggunakan empat
karena telah melekat pada tugas pokok bagian instumen. Instrumen yang pertama yaitu
pengadaan. Kondisi lain yang menyebabkan ketentuan mengenai sistem dan prosedur
adalah karena responden menyatakan bahwa pengadaan barang/jasa dapat dimengerti oleh
penghasilan yang diterima oleh panitia pihak yang berkepentingan. (understandable).
pengadaan tidak diyakini menciptakan kondisi Sistem dan prosedur pengadaan yang mudah
yang tidak menyalahgunakan jabatan dan dimengerti baik oleh panitia dan penyedia barang
kewenangan yang dimiliki. Hal tersebut sejalan diyakini dapat mengurangi resiko terjadinya
dengan kondisi di Indonesia bahwa masih fraud. Dengan sistem dan prosedur yang baik
banyak dijumpai panitia yang menyalahgunakan dan mudah dimengerti akan menjaga proses
wewenang meskipun telah diberikan tambahan pelaksanaan pengadaan tetap berjalan sesuai
honor panitia pengadaan. dengan ketentuan. Pemerintah selalu berusaha
memperbaiki sistem dan prosedur pengadaan,
Pengaruh Sistem dan Prosedur Pengadaan misalnya dengan menggunakan sistem baru yaitu
Terhadap Fraud Pengadaan Barang/Jasa Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)
Hasil uji parsial (uji t) menunjukkan bahwa meskipun langkah tersebut belum mampu
Sistem dan Prosedur Pengadaan mempunyai menghilangkan fraud secara keseluruhan namun
pengaruh yang signifikan terhadap fraud setidaknya langkah ini diyakini membatasi gerak
pengadaan barang/jasa (Y). Terjadinya fraud para pelaku kecurangan.
pengadaan barang/jasa dapat di-kurangi dengan Insrumen kedua adalah ketentuan mengenai
meningkatkan Sistem dan Prosedur Pengadaan. sistem dan prosedur pengadaan barang/jasa dapat
Hal ini sejalan dengan pendapat dari Sartono diterapkan (applicable) dalam kondisi yang
(2006), yang menunjukkan adanya pengaruh sebenarnya. Sistem dan prosedur barang/jasa
sistem dan prosedur pengadaan barang/jasa yang dapat diterapkan dalam kondisi sebenarnya
terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/jasa diyakini mampu mengurangi terjadinya fraud.
dari sudut pandang eksternal instansi. Demikian Kasus yang sering terjadi prosedur belum
juga dengan Jatiningtyas dan Kiswara (2011), dapat diterapkan sehingga menyulitkan panitia
hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengadaan dalam melakukan pengadaan barang,
dan prosedur pengadaan berpengaruh secara akibatnya terdapat keterlambatan barang.
negatif dan signifikan terhadap terjadinya fraud Instrumen ketiga adalah ketentuan mengenai
pengadaan Hasil penelitian tidak mendukung sistem dan prosedur pengadaan barang/jasa
pendapat Sartono (2006) dan Jatiningtyas dan mendorong terciptanya kompetisi secara fair
Kiswara (2011), yang menunjukkan tidak diantara calon rekanan.Ketentuan mengenai
ada pengaruh sistem dan prosedur pengadaan sistem dan prosedur pengadaan barang/jasa yang
barang/jasa terhadap terjadinya fraud pengadaan mendorong terciptanya kompetisi secara fair
barang/jasa dari sudut pandang internal instansi. diyakini mampu mengurangi terjadinya fraud.
Aspek lain yang ikut menentukan jalannya Dengan adanya kompetisi yang fair semua calon

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


289
Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

rekanan memiliki kesempatan yang sama dalam dianggap akan menciptakan sistem persaingan
proses pengadaan, sehingga meminimalisir usaha yang adil. Etika dalam pengadaan barang/
terjadinya KKN. jasa akan mencegah penyalahgunaan wewenang
Instrumen keempat adalah ketentuan atau kolusi untuk keuntungan pribadi atau
mengenai sistem dan prosedur pengadaan golongan yang secara langsung atau tidak dapat
barang/jasa memberikan kesempatan yang merugikan negara.
cukup kepada calon rekanan yang merasa Dalam penelitian ini etika pengadaan
dirugikan untuk mengajukan complaint sebelum diukur menggunakan tiga instrumen berikut
penandatangan kontrak. Sistem complaint yang yaitu tidak ada calon rekanan yang menjanjikan,
baik diyakini mampu mengurangi terjadinya menawarkan atau memberikan suatu imbalan/
fraud. Dengan memberikan kesempatan hadiah kepada Panitia Pengadaan atau Pejabat
kepada calon rekanan maka akan terwujud pada intansi yang mengadakan tender. Tidak ada
proses pengadaaan yang lebih adil dan apabila peserta tender yang hanya bertindak sebagai calo
ditemukan permasalahan akan segera dicari di dalam pengadaan barang/jasa dan discount/
solusi mengatasi masalah tersebut. potongan harga yang diberikan oleh rekanan
(jika ada) selalu dicantumkan dalam faktur/
Pengaruh Etika Pengadaan terhadap Fraud dokumen penagihan kepada pemberi kerja.
Pengadaan Barang/Jasa Praktek-praktek diatas merupakan etika
Hasil uji parsial (uji t) menunjukkan bahwa pengadaan yang harus dijunjung tinggi oleh
Etika Pengadaan mempunyai pengaruh yang seluruh pihak yang terlibat dalam proses
signifikan terhadap fraud pengadaan barang/ pengadaan barang/jasa. Apabila ada salah satu
jasa (Y). Terjadinya fraud pengadaan barang/ pihak yang melanggar etika maka fraud tidak
jasa dapat dikurangi apabila seluruh pihak yang akan mungkin dapat dihindari. Adanya calon
terkait menggunakan etika pengadaan di setiap rekanan yang menjanjikan atau menawarkan
tahapan proses pengadaan. hadiah biasanya membuat panitia pengadaan
Hasil penelitian sejalan dengan Sartono yang mempunyai integritas rendah menjadi
(2006), yang menunjukkan bahwa etika berubah haluan ke perilaku yang melanggar
pengadaan berpengaruh secara negatif dan ketentuan. Karena berdasarkan teori, fraud
signifikan terhadap terjadinya fraud pengadaan. dapat terjadi karena adanya kesempatan.
Sementara Jatiningtyas dan Kiswara (2011), Adanya calo juga memperburuk pelaksaaan
menunjukkan bahwa etika pengadaan pengadaan barang/jasa. Karena penyedia bisa
berpengaruh secara negatif dan signifikan saja tidak kompeten sehingga barang yang
terhadap fraud pengadaan. Hasil tersebut diperjanjikan tidak sesuai dengan kebutuhan.
sependapat dengan Aji (2013), yang menemukan Adanya calo juga membuat harga barang/jasa
bukti bahwa ada pengaruh yang negatif dan yang diadakan menjadi lebih mahal, karena
signifikan dalam etika pengadaan terhadap mata rantai menjadi lebih panjang, dan masing-
penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa masing pihak ingin memperoleh keuntungan,
pemerintah. Hasil penelitian tidak mendukung akibatnya barang/jasa yang dibeli adalah barang
pendapat Sartono (2006) dan Jatiningtyas dan yang mempunya kualitas kurang baik karena
Kiswara (2011), yang menunjukkan tidak ada harga yang murah.
pengaruh etika pengadaan terhadap terjadinya Pemberian potongan harga dari rekanan
fraud pengadaan barang/jasa dari sudut pandang adalah hak negara, sehingga pada saat proses
internal instansi pengadaan ketika ada potongan harga wajib
Etika pengadaan berkaitan dengan dicantumkan dalam faktur. Praktek yang tidak
kelaziman dalam praktek dunia usaha yang sehat yang membiasakan tidak mencantumkan

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


290
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 2, Desember 2017, hal 275-294
ISSN 2339 - 1545

potongan harga bisa menimbulkan budaya proses pengadaan diwujudkan dalam pembuatan
korupsi. Hal ini terjadi apabila budaya tersebut pakta integritas oleh panitia pengadaan, adanya
menjadi kebiasaan dengan meminta potongan sikap yang independen dari panitia pengadaan,
harga kepada rekanan, tetapi faktur yang adanya struktur organisasi yang baik dan
ditagihkan ke negara menggunakan harga yang memadai yang mendukung panitia pengadaan
sesungguhnya. untuk bekerja secara obyektif. Apabila
lingkungan pengendalian baik maka akan
Pengaruh Sistem Pengendalian Internal membatasi ruang gerak pelaku yang mencoba
terhadap Fraud Pengadaan Barang/Jasa berbuat kecurangan. Para pelaku tidak mungkin
Hasil uji parsial (uji t) menunjukkan bahwa bekerja sendiri, sehingga apabila lingkungannya
Sistem Pengendalian Internal mempunyai sudah baik maka kemungkinan terjadinya fraud
pengaruh yang signifikan terhadap fraud menjadi kecil.
pengadaan barang/jasa (Y). Terjadinya fraud Unsur kedua adalah penilaian resiko. Proses
pengadaan barang/jasa dapat dikurangi apabila penilaian resiko dalam proses pengadaan antara
Sistem Pengendalian Internal telah berjalan lain adalah melakukan identifikasi kerugian
dengan baik. negara atau identifikasi adanya ketidak efisien
Hasil penelitian sejalan dengan Sartono dan efektif dalam proses pengadaan. Apabila
(2006), yang menunjukkan bahwa sistem hal ini telah dilakukan maka fraud akan dapat
pengendalian internal berpengaruh secara dihindari. Karena sebelum proses pengadaan
negatif dan signifikan terhadap terjadinya dilaksanakan panita telah mampu melakukan
fraud pengadaan. Sementara Thoyibatun penilaian resiko sehingga dapat memutuskan
(2009), dalam hasil penelitian-nya menyatakan tindakan apa yang harus dilakukan dalam rangka
kesesuaian sistem pengendalian internal menghadapi resiko yang mungkin timbul yang
berpengaruh negatif terhadap kecenderungan dapat mengganggu pencapaian tujuan dari
akuntansi. Demikian juga dengan Jatiningtyas pengadaan.
dan Kiswara (2011), menemukan hasil bahwa Unsur ketiga adalah kegiatan pengendalian.
pengendalian internal berpengaruh secara Dalam proses pengadaan, kegiatan pengendalian
negatif dan signifikan terhadap terjadinya fraud adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam
pengadaan. Arifianti, dkk (2015), membuktikan rangka pencapaian tujuan pengadaan itu
bahwa sistem pengendalian internal yang baik sendiri. Kegiatan tersebut antara lain terdapat
berimplikasi positif untuk menekan terjadinya pemisahan fungsi, yang dalam praktek
fraud. Hasil penelitian tidak mendukung pengadaan diwujudkan dalam pemisahan antara
pendapat Sartono (2006) dan Jatiningtyas dan panitia pengadaan dan panitia penerima barnag/
Kiswara (2011), yang menunjukkan tidak ada jasa. Kegiatan pengendalian yang lain adalah
pengaruh sistem pengendalian internal terhadap adanya otorisasi pada setiap transaksi, yang
terjadinya fraud pengadaan barang/jasa dari dalam praktek diwujudkan dengan ketentuan
sudut pandang internal instansi. dan wewenang pejabat yang menandatangani
Dalam penelitian ini instrumen yang kontrak, pejabat yang melakukan pembayaran.
digunakan dalam mengukur sistem pengendalian Apabila kegiatan pengendalian dilakukan maka
internal adalah menggunakan 5 unsur yang ada fraud bisa dikurangi.
di dalam pengendalian internal. Unsur yang Unsur keempat adalah informasi dan
pertama adalah lingkungan pengendalian. komunikasi. Dalam proses pengadaan, informasi
Lingkungan pengendalian yang baik dalam komunikasi diwujudkan dalam sistem dan
proses pengadaan, akan menurunkan potensi informasi yang mampu memberikan informasi
terjadinya fraud. Lingkungan pengendalian pada yang relevan. Dalam praktek pengadaan yaitu

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


291
Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

bagaimana informasi yang diberikan bisa Beberapa keterbatasan yang kemungkinan


relevan terkait dengan pengadaan, sehingga dapat berpengaruh dalam penelitian ini adalah
tidak ada pihak yang dirugikan dan semua responden yang digunakan dalam penelitian
informasi handal sehingga proses pengadaan ini hanya responden yang merupakan auditor
berjalan lancar. Informasi dan komunikasi yang internal di Inspektorat Jenderal Kementrian
kurang baik bisa menghambat pelaksanaan Kesehatan. Besar kemungkinan bila responden
proses pengadaan, sebagai contoh kurangnya diambil dari pihak-pihak yang terkait langsung
informasi terkait spesifikasi teknis barang akan dengan pengadaan barang/jasa berbasis
berakibat pada pengadaan barang yang tidak elektronik akan memberikan hasil yang berbeda.
sesuai dengan spesifikasi. Keterbatasan lainnya adalah penelitian ini
Unsur keempat adalah pemantauan. kurang dapat menjelaskan faktor-faktor yang
Dalam proses pengadaan, pemantauan barang/ mempengaruhi fraud pengadaan barang/jasa
jasa diwujudkan dalam pemantauan tahapan karena data yang digunakan adalah data primer
prosedur pengadaan dan adanya supervisi atas yang berasal dari kuesioner. Seperti yang
pengadaan barang/jasa yang memadai. Adanya telah diketahui sebelumnya bahwa, data yang
pemantauan yang baik maka akan menurunkan didapatkan dari kuesioner biasanya bersifat
potensi terjadinya fraud. Apabila setiap subyektif (berdasarkan opini masing-masing
tahapan dilaporkan maka akan memperkecil responden) sehingga keobyektifitasannya sering
kemungkinan timbulnya permasalahan dalam diragukan.
proses pengadaan. Misalnya pengadaan berupa Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,
konstruksi gedung, jika setiap tahapan pekerjaan ada beberapa saran yang dapat disampaikan
dilaporkan maka kemungkinan kegagalan bahwa secara parsial terdapat pengaruh yang
atau keterlambatan proses pembangunan bisa signifikan antara Kualitas Panitia Pengadaan,
diketahui dari awal. Begitu juga dengan supervisi Sistem dan Prosedur Pengadaan, Etika
yang memadai, adanya pengawasan yang baik Pengadaan dan Sistem Pengendalian Internal
akan mengurangi terjadinya fraud. terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/
jasa, sehingga pembuat kebijakan dan auditor
5. Simpulan, Keterbatasan, dan Implikasi perlu mengetahui faktor-faktor yang dapat
Hasil Penelitian menaikkan dan menurunkan potensi terjadinya
fraud pengadaan barang/jasa.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
Lebih jauh peneliti menyarankan agar
bukti empiris dan menganalisis pengaruh
pembuat kebijakan perlu terus menjaga dan
kualitas panitia pengadaan, penghasilan panitia
memantau kualitas panitia pengadaan, sistem
pengadaan, sistem dan prosedur pengadaan,
dan prosedur pengadaan, penerapan etika
etika pengadaan dan sistem pengendalian
pengadaan dan sistem pengendalian internal
internal terhadap terjadinya fraud pengadaan
agar dapat mengurangi potensi terjadinya fraud.
barang/jasa. Berdasarkan hasil penelitian dapat
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
disimpulkan bahwa kualitas panitia pengadaan,
hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang
sistem dan prosedur pengadaan, etika pengadaan
signifikan antara kualitas panitia pengadaan,
dan sistem pengendalian internal berpengaruh
sistem dan prosedur pengadaan, etika pengadaan
signifikan terhadap terjadinya fraud pengadaan
dan sistem pengendalian internal terhadap
barang/jasa. Sementara variabel penghasilan
terjadinya fraud pengadaan barang/jasa. Secara
panitia pengadaan tidak berpengaruh signifikan
teoritis, hal ini dapat mendorong arah riset
terhadap terjadinya fraud pengadaan barang/
selanjutnya untuk lebih spesifik meneliti faktor-
jasa.
faktor yang mempengaruhi fraud pengadaan

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


292
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 2, Desember 2017, hal 275-294
ISSN 2339 - 1545

barang/jasa sehingga dapat menghasilkan teori Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


baru khususnya dalam rangka pencegahan dan Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
pendeteksian fraud. Untuk penelitian selanjutnya Pengendalian Intern Pemerintah.
agar hasil penelitian lebih obyektif perlu dikaji Organization of Economic Country Develop-
penggunaan instrumen yang dapat diukur secara ment, (2002), Government Capacity to
kuantitatif. Assure High Quality Regulation, www.adb.
org 9 September 2005.
Daftar Referensi Priantara, D, (2013), Fraud Auditing and
Investigation, Penerbit Mitra Wacana
Aji. T. W. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang
Media, Jakarta.
Mempengaruhi Penyimpangan Dalam
Rijckeghem, C.V., Weder, B. (1997). Corruption
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
and The Rate of Temptation: do Low Wages
(Kajian Empiris di Provinsi Jawa Tengah.
in the Civil Services Cause Corruption?
Tesis Tidak Dipublikasikan. Universitas
IMF Working Paper.
Diponegoro.
Rini Arifianti, dkk, (2015), Perspektif Triangle
Committee of Sponsoring Organizations of
Fraud Theory Dalam Pengadaan Barang/
Teadway Commision (COSO), Internal
Jasa di Pemerintah Provinsi NTB, Jurnal
Control Integrated Framework, Adendum
Infestasi, Vol 11 No 2 Desember Hal 195-
(1994), AICPA Publication, New York,
213.
1992.
Sartono, (2006), Analisis Faktor-Faktor yang
Detik.com, 27 April 2017.
Mempengaruhi Terjadinya Penyimpangan
Gelderman, C.J., Ghijsen,P.W, Th., Brugman,
Pengadaan Barang/Jasa, Tesis Tidak Di-
M.J., (2006), Public Procurement and
publikasikan, Universitas Indonesia.
EU Tenderring directives – explaining
Sawyer B. Lawrence, A. Ditternhofer, Mortiner.,
non compliance, Faculty of Management
Scheiner J, Sawyer’s Internal Auditing; The
Sciences, Open University of Netherlands,
Practice of Modern Internal Auditing, Fifth
Heerlen, The Netherland.
Edition, The Institute of Internal Auditors,
Ghozali, (2013), Imam, Aplikasi Analisis
Florida, (2003).
Multivariate dengan Program IBM SPSS 21
Sulistiyowati, T. (2007). Pengaruh Kepuasan
Update PLS Regresi, Edisi 7, Badan Penerbit
Gaji Dan Kultur Organisasi Terhadap
Universitas Diponegoro, Semarang.
Persepsi Aparatur Pemerintah Daerah
Jatiningtyas, Nurani, (2011), Analisis Faktor-
Tentang Tindak Korupsi. JAAI Vol. 11
Faktor yang Mempengaruhi Fraud
No.1, Juni 2007:47-66.
Pengadaan Barang/Jasa pada Lingkungan
Sindonews.com tanggal 26 Januari 2015.
Instansi Pemerintah di Wilayah Semarang,
Thai, K.V. (2001). Public Procurement Re-
Skripsi Universitas Diponegoro.
examined. Journal Of Public Procurement,
Suharti, dkk, (2015), Jurnal Pengadaan, Volume
Volume 1, Issue 1, 9-50.
3, Nomor 3, November.
Tuanakotta, T. M. (2007). Akuntansi Forensik
KPK, Direktorat Penelitian dan Pengembangan,
dan Audit Investigasi. Lembaga Penerbit
Integritas Sektor Publik Indonesia Tahun
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2011, 2012 dan 2013, Jakarta.
Jakarta.
Mulyadi. (2002), Auditing. Edisi ke enam,
Thoyibatun, (2009), Analysing The Influence
Salemba Empat, Jakarta.
of Internal Control Compliance And
Mulyanto, H., Wulandari, A, (2010), Penelitian;
Compensation Sustem Against Unethical
Metode dan Analisis, CV Agung, Semarang.
Behavior And Accounting Fraud Tendency

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


293
Nur Hidayati, J.M.V Mulyadi: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...

(Studies at State University in East Java,


Simposium Nasional Akuntansi XII,
Palembang.
Wilopo, R, (2006), Pengaruh Pengendalian
Internal Birokrasi Pemerintah dan Prilaku
Tidak Etis Birokrasi Terhadap Kecurangan
Akuntansi di Pemerintahan: Persepsi
Auditor Badan Pemeriksa Keuangan,
Jurnal Ventura, Volume 11, Nomor 1, April
2008.
Wilopo. (2006). Analisis Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Kecenderungan
Kecurangan AKuntansi Studi Pada
Perusahaan Pubolik dan Perusahaan
Badan Usaha Milik Negara. Simposium
Nasional Akuntansi IX, Padang.
World Bank. (2001). Indonesia Country
Procurement Assessment Report : Refor-
ming the Public Procurement System.
www.worldbank.org, 12 September 2005.

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


294

You might also like