Professional Documents
Culture Documents
net/publication/282332069
CITATIONS READS
2 10,974
1 author:
Nuryanto Adhi
Universitas Pendidikan Indonesia
17 PUBLICATIONS 5 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Nuryanto Adhi on 17 June 2017.
ABSTRACT
Research PPKBK 2014 (phase II) as acontinuation of the previous. The research focus is the
planning and design of the tourist village of Kampung Tajur Kahuripan. This research into the link
between the desire of the Government of Purwakarta Regency Village Tajur Kahuripan plans to
developinto a tourist village in West Java support the Visit Year and Visit Indonesia Year 2014-2015.
This research aims to make the planning and design of the tourist village based Sundanese
Traditional Architecture. Research sites in Kampung Tajur Kahuripan Bojong District of Purwakarta.
Research method using descriptive-qualitative approach, by observing and exploring the potential of
Kampung Tajur Kahuripan and communities to provide inputin the planning and designing tourist
village. These results have two important formulas, namely: (1) Planning tourist village (planning)
which includes: master planand site plan which involves a series of provision of facilities for tourists,
development potential, zoning functions, as well as reforestation; (2) The design of the tourist village
(design) which include: the design of the building occupants and visitors typology based on
Sundanese Traditional of Architecture, such as: imah panggung, leuit, saung lisung, bale serba guna,
homestay, a mosque, a souvenir shop, a gazebo, and so forth. The shape of the roof of the building
which includes: julang ngapak, jolopong, capit gunting, sontog, badak heuay, and tagog anjing. The
concept of planning and design of Village Tourism of Tajur Kahuripan with Sundanese Traditional of
Architectural approaches, ranging from the form to the material. Social and cultural life of the
community is an important factoras an attraction for tourists, such as: the process of working the fields,
the attitude of mutual cooperation, protecting the environment, tolerance between people, traditional
arts, as well as atraditional ceremonies implementation life cycle. Kampung Tajur Kahuripan meet the
criteria for proposedas a tourist area with traditional Sundanese architecture concept.
1. PENDAHULUAN
Pengembangan daerah yang berpotensi menjadi desa wisata telah menjadi
Rencana Strategis Nasional (Renstranas) pemerintah di bawah Kementrian Kebudayaan
dan Pariwisata (Kemenbudpar) Republik Indonesia. Pemerintah berharap dengan
dikembangkannya daerah wisata, target kunjungan wisman hingga tutup tahun 2016
mencapai 8,4 juta dan wisnus sekitar 347 juta (Pikiran Rakyat, 2014). Daerah-daerah di
Jawa Barat banyak memiliki potensi wisata sebagai daya tarik bagi wisatawan, baik domestik
maupun mancanegara. Sayangnya, potensi yang menjadi kekayaan lokal tersebut belum
sepenuhnya digarap dan dikembangkan dengan baik oleh pemda setempat, terutama
kearifan lokal Arsitektur Tradisional Sunda yang memiliki nilai estetik dan eksotik tersendiri.
Nilai-nilai inilah yang dapat dijual kepada wisatawan sebagai potensi asli daerahnya. Banyak
tersebar daerah-daerah yang memiliki potensi arsitektur tradisional di Jawa Barat, seperti
Kampung Naga (Tasikmalaya), dan Kampung Dukuh (Garut). Pada tahun-tahun terakhir ini,
ternyata culture serta tradition sangat diminati wisatawan, disamping agrotourism dan
ekowisatanya. Potensi desa wisata dengan keanekaragaman arsitektur tradisionalnya yang
ada di Provinsi Jawa Barat ternyata belum (tidak) sepenuhnya dikembangkan oleh pemda.
Hal inilah yang mendorong dilakukannya penelitian tentang perencanaan dan perancangan
desa wisata di Kampung Tajur Kahurupan Kabupaten Purwakarta-Jawa Barat.
3. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif
dengan cara mendeskripsikan (menggambarkan/menceritakan) kembali secara tertulis dari
hasil survey lapangan tentang kondisi daerah yang memiliki potensi wisata. Selain itu,
digunakan juga metode analisa data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait dan
metode survey (observasi) yang menitikberatkan pada observasi lapangan untuk
mendapatkan data-data tentang perencanaan dan perancangan Kampung Tajur kahuripan
sebagai kawasan wisata. Lokasi penelitian ini di Kampung Tajur Kahuripan Kecamatan
Bojong Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada
beberapa pertimbangan, yaitu: (1) Tindak lanjut dari penelitian sebelumnya (tahun 2013); (2)
Purwakarta sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Jawa Barat; (3) Program
pemerintah Kab. Purwakarta merintis daerah potensi wisata menjadi desa-desa wisata.
Tipologi panggung ini juga memberikan manfaat lain, seperti kolong dengan tinggi 40-
60 cm difungsikan sebagai kandang ayam, bebek, dan kelinci, sehingga penduduk dapat
beternak sebagai usaha sampingan. Pada organisasi ruang belakang terdapat pawon
(dapur) yang dilengkapi dengan hawu (tungku api). Bagi wisatawan hal ini sangat langka,
karena memasak dengan hawu memberikan pengalaman tersendiri bila dibandingkan
dengan kompor gas. Walaupun demikian, dalam konsepnya di dalam pawon tetap
disediakan kompor gas dengan tujuan memberikan alternatif alat memasak kepada
wisatawan. Imah panggung penduduk dan homestay diletakkan mengikuti kontur tanah
dengan pola terasering menghadap ke jalan secara linier. Pola ini sangat cocok untuk
kawasan dataran tinggi, memberikan manfaat terhindar dari banjir dan longsor.
Konsep desain leuit menggunakan sistem panggung dengan tinggi kolong antara 40-
50 cm, sedangkan bentuk atapnya adalah jolopong capit gunting berbahan ijuk atau daun
rumbia (gbr. 7). Nilai yang terkandung pada bangunan ini yaitu kesederhanaan dan simbol
ketahanan pangan, karena padi diproses mulai dari menggarap sawah sampai dengan
memanen melalui kerja keras dan cucuran keringat para petani, berbeda dengan di kota
tinggal beli dan dimasak. Hal inilah yang tidak ditemukan di perkotaan, sehingga menarik
bagi para wisatawan untuk mengetahui dan belajar dari masyarakat desa tentang cara
menanam padi.
Rekomendasi
1) Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan Wisata KampungTajur
Kahuripan;
2) Bentuk bangunan hendaknya tidak lepas dari ciri arsitektur tradisional;
3) Bahan bangunan yang digunakan hendaknya menggunakan bahan setempat dan
se-alami mungkin;
4) Pemerintah Kab. Purwakarta membuat pedoman atau peraturan daerah yang
mengatur secara khusus tentang penerapan Arsitektur Tradisional Sunda pada
daerah-daerah yang dapat dikembangkan sebagai desa wisata.
7. DAFTAR PUSTAKA
1. Adimihardja, Kusnaka dan Purnama Salura (2004): ”Arsitektur dalam Bingkai
Kebudayaan”. Cetakan Pertama, CV. Architecture&Communication, ForishPublishing,
Bandung;
2. Ahdiat, Dadang; Nuryanto; Surasetja, Irawan (2013): ”Desain Fasilitas Desa Wisata di
Provinsi Jawa Barat Berbasisikan Arsitektur Tradisional Sunda”, Laporan Penelitian
PPKBK, Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia;
3. Danumihardja, Sutoyo (1987): ”Model Pengembangan Desa: Sebuah Kajian Sosiologi
Arsitektur Perdesaan di Jawa Barat”. Tesis Magister Arsitektur Program Pasca Sarjana-
ITB, Bandung;
4. Garna, Yudistira (1984): ”Pola Kampung dan Desa, Bentuk serta Organisasi Rumah
Masyarakat Sunda”. Pusat Ilmiah dan Pengembangan Regional (PIPR) Jawa Barat;
5. Inskeep, Edward (1991): “Tourism Planning An Integrated and Sustainable Development
Approach”, 1 Edition, John Willey Publishing;
6. Nuryanti, Wiendu (1993): ” Concept Perspectiveand Challenges”, makalah bagian
dariLaporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah
MadaUniversity Press. 1993.