You are on page 1of 28

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/277757885

STUDI KOLEKSI REFERENSI RESERVOIR PENYAKIT DI DAERAH ENZOOTIK PES


DI JAWA BARAT DAN JAWA TIMUR

Article · January 2010

CITATIONS READS

0 794

4 authors, including:

Ristiyanto Ristiyanto Arief Mulyono


Institute for Vector and Reservoir Research and Development, NIHR Indonesia National Institute of Health Research and Development
20 PUBLICATIONS   19 CITATIONS    24 PUBLICATIONS   8 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Bernadus Yuliadi

1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Study of vector and reservoir animal diseases in Indonesia View project

PREVALENCE AND IDENTIFICATION OF PATHOGENIC Leptospira IN COMMENSAL RODENT FROM MAUMERE FLORES ORIGIN View project

All content following this page was uploaded by Arief Mulyono on 03 August 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

STUDI KOLEKSI REFERENSI RESERVOIR PENYAKIT


DI DAERAH ENZOOTIK PES DI JAWA BARAT DAN JAWA TIMUR

Ristiyanto, Arief Mulyono, B. Yuliadi dan Sukarno


Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
Jl. Hasanudin 123 Salatiga

RESERVOIR REFERENCE STUDY COLLECTION DISEASE IN THE


ENZOOTIC REGION PLAGUE IN WEST JAVA AND EAST JAVA

ABSTRACT

Reservoir Reference Study Collection Disease, particularly rats have been conducted in
several areas such as the enzootic plague area in the district of Nongkojajar, Pasuruan, East Java
and Ciwidey district, Bandung regency, West Java. These were organized in May-October 2007.
The method used for the collection and reference reservoir of disease is rodentia survey methods.
Result of the reference collection reservoir of disease is the house rat Rattus tanezumi
Nongkojajar found either in the of Pasuruan, East Java (3 rats) and the District of Ciwidey (4
rats). Polynesian rat R. exulans, three rats were only found in the District Nongkojajar, whereas
three rats R. tiomanicus, three rats were found in Ciwidey. In addition another types of mice
were also found 1 Insectivora mice Suncus murinus in the District Ciwidey. Type of rats
captured in habitat homes in the District Ciwidey Bandung regency, West Java and Pasuruan,
East Java is the same type, namely house rat Rattus tanezumi. Types of mice caught in the
habitat garden in the District Ciwidey Bandung regency, West Java (tiomanicus R. tree rats)
were different from mice found in Pasuruan, East Java (Polynesian rat R. exulans). Local
environment in plague enzootic area in Pasuruan, East Java is mountainous and forest
conservation area Bromo-Tengger, while District Ciwidey, Bandung is the highland tourism
areas / mountainous and agricultural areas.

Key words :  Reservoir, rat, Distribution

ABSTRAK

Koleksi referensi reservoir penyakit khususnya tikus telah dilakukan di beberapa daerah
enzootik pes seperti di Kecamatan Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dan
Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada
bulan Mei-Oktober 2007. Metode yang digunakan untuk koleksi dan referensi reservoir penyakit
adalah metode survei rodensia. Hasil koleksi referensi reservoir penyakit adalah tikus rumah
Rattus tanezumi ditemukan baik di Kecamatan Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur (3
ekor) maupun Kecamatan Ciwidey (4 ekor). Tikus polinesia R. exulans, 3 ekor hanya
ditemukan di Kecamatan Nongkojajar, sedangkan tikus pohon R. tiomanicus, 3 ekor ditemukan
di Kecamatan Ciwidey. Selain jenis tikus tersebut ditemukan pula seekor insektivora celurut
rumah Suncus murinus, 1 ekor di Kecamatan Ciwidey. Jenis tikus yang tertangkap di habitat
rumah di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan Kabupaten Pasuruan, Jawa
Timur adalah sama jenisnya, yaitu tikus rumah Rattus tanezumi. Jenis tikus yang tertangkap di
habitat kebun di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, Jawa Barat (tikus pohon R.
tiomanicus) berbeda dengan jenis tikus di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur (tikus polinesia R.
exulans). Lingkungan daerah enzootik pes di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur merupakan
daerah pegunungan dan kawasan hutan lindung Bromo-Tengger, Kecamatan Ciwidey,
Kabupaten Bandung merupakan daerah wisata dataran tinggi/pegunungan dan daerah
pertanian/perkebunan

Kata Kunci : Reservoir, Tikus, Distribusi

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 59


Wiwik Trapsilowati. et. al, Gambaran kemudahan 

PENDAHULUAN Pengembangan Vektor dan Reservoir


Penyakit (B2P2VRP) merupakan salah
A. Latar Belakang satu instansi pemerintah tujuan untuk
Pengetahuan kehidupan vektor dan peningkatan SDM dari daerah di
reservoir umumnya ditujukan untuk Indonesia melalui penyelenggaraan
pengendalian populasinya. Oleh karena itu pelatihan vektor dan reservoirnya
untuk mengetahui kehidupan vektor dan (DIKLAT), baik dari instansi pemerintah,
reservoir agar berhasil dalam swata, Universitas dan LSM (Lembaga
mengendalikannya, maka mempelajari Swadaya Masyarakat) dari dalam dan
biologi, ekologi dan taksonominya Luar Negeri. Oleh karena itu sarana dan
merupakan hal yang harus dilakukan. Di prasarana B2P2VRP perlu selalu
dalam proses mempelajari bidang ditingkatkan dan di up date (diperbaiki,
tersebut, mengamati, menangkap, diperbarui dan ditambah) terutama untuk
mengawetkan dan mengumpulkan koleksi referensi vektor dan reservoir
spesimen merupakan kegiatan utamanya. penyakit.
Bagi petugas kesehatan yang berada di Dalam melaksanakan salah satu
daerah rawan penyakit tular vektor dan TUPOKSI (Tugas pokok dan fungsi),
resevoir pengetahuan tentang bio-ekologi B2P2VRP menyelenggarakan pelatihan
vektor dan reservoir merupakan hal yang dan bimbingan bagi tenaga entomologi
mutlak dipelajari. Pengetahuan tentang dan juga menjadi tempat magang dan
kehidupan vektor dan reservoir penyakit pelatihan mahasiswa dari berbagai
tidak hanya penting dalam bidang ilmu, perguruan tinggi (UGM, UNDIP, UNS,
tetapi juga penting dalam menentukan UNSOED, UII, UAD, UMS, UKSW,
strategi cara-cara menghindari, mencegah UNISULA, dll). Untuk menunjang
dan mengendalikan vektor dan reservoir pelaksanaan program tersebut diperlukan
penyakit. adanya spesimen awetan dan yang hidup
Dalam era desentralisasi saat ini, dari serangga dan binatang yang berperan
setiap lembaga pemerintahan, pendidikan sebagai vektor dan reservoir penyakit
dan kesehatan dipacu untuk mengelola yang ada di Indonesia. Spesimen awetan
program peningkatan kemampuan, dan hidup tersebut berguna sebagai acuan
ketrampilan dan kepakaran sumber daya mempelajari bio-ekologi dari tiap spesies.
manusia di berbagai bidang, secara Pelaksanaan koleksi dan referensi
mandiri, termasuk bidang kesehatan, vektor dan reservoir penyakit dilakukan
terutama penyakit menular atau penyakit dengan metode survei deskriptif, yaitu
bersumber binatang yang masih menjadi mengeksploitasi jenis-jenis vektor dan
masalah di hampir di seluruh daerah di reservoir penyakit di daerah-daerah
Indonesia. Dalam mensukseskan endemis penyakit bersumber binatang,
keberhasilan program peningkatan melalui survei entomologi dan reservoir
kualitas sumber daya manusia yang (mamalia), serta survei botani yang
handal, Balai Besar Penelitian dan bermanfaat dalam pengendalian vektor

JURNAL VEKTORA Vol. II No. 1  60


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

dan reservoir penyakit. Survei entomologi peningkatan kualitas peneliti dan


dengan melakukan penangkapan serangga penyempurnaan penyelenggaraan
vektor dari berbagai habitat alamihanya, pelatihan tersertifikasi.
baik penangkapan nyamuk (dewasa) c. Tujuan khusus :
dengan aspirator, pradewasa dengan pipet a. Mengkoleksi inang reservoir
dan ciduk, penangkapan lalat dan lipas penyakit
menggunakan net perangkap, serta pinjal b. Membuat referensi reservoir
dengan penyikatan inangnya. penyakit
Penangkapan mamamalia kecil (tikus, c. Menyusun database reservoir
kelelawar dll) dilakukan menggunakan penyakit
perangkap, atau jaring. Sedangkan untuk
memperoleh vegetasi pengendali vektor C. Manfaat
dan reservoir dengan mengambil di Tersedianya koleksi dan referensi
habitat alamiahnya dan membeli di tempat vektor dan reservoir penyakit yang
penjual tanaman. lengkap dan up to date (terkini)
Hasil survei koleksi dan referensi bermanfaat bagi peningkatan kualitas
ini adalah meningkatkan kualitas, peneliti, mahasiswa dan para petugas
perbaikan, dan menambah koleksi kesehatan, serta pemerhati
spesimen vektor dan reservoir penyakit, pengendalian vektor dan reservoir di
serta terbentuk himpunan tumbuhan yang segala lapisan masyarakat.
bermanfaat untuk pengendalian vektor Tersedianya koleksi dan referensi
dan reservoir penyakit, baik tumbuhan vektor dan reservoir penyakit yang
hidup maupun herbarium di B2P2VRP lengkap dan up to date (terkini)
khususnya dan Badan Litbangkes bermanfaat bagi peningkatan kualitas
umumnya. Selain itu, hasil penelitian ini peneliti, mahasiswa dan para petugas
akan meningkatkan referensi ekologi kesehatan, serta pemerhati
vektor, dan reservoir penyakit, serta pengendalian vektor dan reservoir di
tumbuhan pengendali vektor dan segala lapisan masyarakat.
reservoir. Tersedianya referensi vektor
dan reservoir penyakit yang up to date
(masa kini) bermanfaat bagi peningkatan
kualitas peneliti, mahasiswa dan para
petugas kesehatan, serta pemerhati
pengendalian vektor dan reservoir.

B. Tujuan Koleksi Referensi


b. Tujuan Umum :
Menyediakan koleksi dan
referensi reservoir penyakit yang
up to date (terkini) guna

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 61


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

METODE PENELITIAN E. Cara Pengumpulan Data


1. Cara pengumpulan data
A. Lokasi dan waktu penelitian i. Cara pengumpulan data jenis
Penelitian koleksi referensi reservoir tikus
ini dilakukan pada bulan Juli – Pengumpulan data jenis tikus
Oktober 2008 (4 bulan) di Kecamatan dengan cara penangkapan
Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa tikus dengan perangkap hidup.
Barat, dan Kecamatan Nongkojajar, Binatang yang tertangkap
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. tersebut diidentitifikasi secara
kuantitatif (pengukuran dan
B. Desain Penelitian penimbangan badan tikus) dan
Rancangan penelitian menggunakan kualitatif (pengamatan tekstur
rancangan cross sectional yaitu, dan warna rambut).
mencandra karakteristik jenis-jenis ii. Cara pengumpulan data
reservoir penyakit dan karakteristik karakteristik habitat
habitat Pengumpulan data
karakteristik habitat inang
C. Jenis Penelitian dengan cara survei,
Jenis penelitian ini adalah peneliti pengambilan gambar, dan
terapan. Hasil penelitian berupa pemetaan.
informasi yang akurat tentang 2. Cara pengawetan spesimen dan
taksonomi jenis-jenis reservoir dan penyimpanan
habitatnya. Semua spesimen binatang
diawetakan secara kering dan
D. Populasi dan Sampel disimpan dalam kota kaca di
a. Populasi sasaran museum vektor dan reservoir
Populasi sasaran pada penelitian B2P2VRP-Salatiga.
ini adalah binatang reservoir
terutama tikus. F. Cara kerja
b. Subjek penelitian I. Cara kerja penentuan jenis tikus
Subjek penelitian taksonomi dan 1. Penangkapan tikus
habitat jenis tikus di lokasi Penangkapan tikus dilakukan 5
penelitian. hari berturut-turut selama
c. Unit analisis penelitian. Penangkapan tikus
Unit analisis pada penelitian ini dilakukan dengan memasang
adalah individu tikus perangkap pada sore hari mulai
d. Besar sampel pukul 16.00 WIB (waktu
Semua jenis tikus yang tertangkap Indonesia bagian barat),
di habitatnya di daerah penelitian kemudian perangkapnya
diambil esok harinya antara

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 62


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

pukul 06.00 – 09.00 WIB. Pengukuran KB


Untuk penangkapan di dalam dengan cakar (cum
rumah, diperlukan minimal unguis).
dua perangkap sedangkan di 4. Panjang telinga (T):
luar rumah, tiap area luasnya diukur dari pangkal
10 m2 dipasang 1 perangkap. telinga ke titik yang
Perangkap diletakkan di terjauh di daun
tempat yang diperkirakan telinga.
sering dikunjungi tikus, yaitu 5. Berat tubuh (B);
terdapat tanda melihat bekas diukur dengan
telapak kaki, kotoran atau di timbangan tera merek
tempat kotor/sampah. Di Pesola
lingkungan rumah, perangkap b. Kualitatif
diletakkan di dapur rumah. 1. Rambut pengawal
Untuk memikat masuknya (guard hair); rambut
tikus ke dalam perangkap, tikus yang berukuran
dipasang umpan kelapa bakar lebih panjang daripada
yang diganti setiap hari. Tikus rambut bawah (under
yang terperangkap segera fur). Rambut pengawal
dimasukkan ke dalam kantong ada yang berbentuk
kain. duri dan ada yang
2. Identifikasi Tikus tidak. Rambut
Tikus yang telah mati karena pengawal bentuk duri
diambil darahnya biasanya pangkal
diidentifikasi dengan cara ; melebar dan ujung
a. Kuantitatif (satuan: mm) menyempit.
1. Panjang total (PT): Konsistensi rambut
panjang dari ujung pengawal bentuk duri
ekor sampai ujung bisa halus atau kasar,
hidung, diukur dalam dan bahkan kaku
posisi tubuh lurus dan (mirip ijuk), seperti
terlentang sebagian besar anggota
2. Panjang ekor (E): tikus rambut duri
diukur dari pangkal Maxomys.
sampai ujung ekor 2. Warna rambut:
3. Panjang kaki belakang pengamatan pada
(KB): diukur dari warna rambut
ujung tumit sampai punggung dan perut.
ujung jari kaki Perbedaan warna
terpanjang. rambut tersebut

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 63


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

menentukan jenis pada semua anggota


tikus. Maxomys. Selain
3. Rumus puting susu; posisi foramina, diukur
angka depan panjang dan lebar
menunjukkan jumlah ukuran foramina.
pasangan puting susu 7. Tulang langit-langit
yang tumbuh di dada, (palatum) belakang:
sedang angka belakang posisinya terhadap
menunjukkan geraham belakang.
pasangan puting susu Beberapa jenis tikus
yang tumbuh di perut. ujung palatum
Contoh rumus puting belakang terletak di
susu tikus rumah R. belakang geraham
tanezumi : 2+3. belakang seperti
4. Warna ekor; beberapa anggota genus Rattus,
jenis tikus memiliki tetapi ada pula yang
warna permukaan terletak di depan
bawah dan atas tidak geraham belakang,
sama atau dwiwarna. seperti pada Maxomys.
5. Gigi seri atas : warna 8. Bentuk dan arah
dan bentuk gigi seri. lempeng zigomatik ;
Ada tiga macam pengamatan bentuk
bentuk gigi seri, yaitu dan arah lempeng
proodont (sumbu gigi zygomatik.
seri mengarah ke II. Cara kerja pegawetan spesimen
depan), opisthodont tikus
(sumbu gigi seri Selain data tersebut di atas, yang
megarah ke belakang) merupakan tanda-tanda khusus
dan orthodont (sumbu spesimen, diperlukan pula awetan
gigi seri arahnya spesimennya, sebagai voucher
tegak). specimen. Spesimen awetan ini
6. Foramina incisivum: sangat penting untuk
posisi terhadap dibandingkan dengan spesimen
geraham depan yang sudah teridentifikasi dengan
(beberapa jenis tikus benar sebagai koleksi referensi
foramina insivum yang tersimpan di museum.
mencapai geraham Awetan spesimen pada penelitian
depan seperti pada ini adalah awetan kulit.
semua anggota Rattus,
ada yang tidak seperti

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 64


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

G. Analisis Data 2.947 mm/thn. Tipe tanah


Data spesimen yang terkumpul kompleks podsolik merah
dianalisis dengan stastistik sederhana kekuningan, podsolik kuning dan
meliputi, tabulasi data, penjumlahan regosol kemerahan.
dan penghitungan rata-rata jumlah Topografi wilayah
sampel yang diperoleh. Kecamatan Ciwidey adalah
perbukitan, dan pemukiman
HASIL terletak dilembah/tanah datar.
Penggunaan lahan di Kecamatan
A. Kondisi Daerah Survei Koleksi Dan
Ciwidey sebagian besar adalah
Referensi Reservoir
hutan lindung (36,42%), sawah
1. Kecamatan Ciwidey, Kabupaten
(24,61%) dan kebun campuran
Bandung, Jawa Barat
(16,82%). Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Ciwidey,
mempunyai arti yang sangat
Kabupaten Bandung, Jawa Barat
penting dalam upaya pelestarian
secara geografis terletak pada
sumberdaya alam. Di bagian hulu
107º22’-107º33’ Bujur Timur dan
merupakan daerah pegunungan
06º56’15”-07º11’15” Lintang
yang menurut fungsinya seluas
Selatan. Luas wilayah 26.483 Ha.
11.965,337 Ha (45,18%) termasuk
Secara administrasi Kecamatan
kawasan lindung. Berdasarkan
Ciwidey terdiri atas 7 desa yaitu,
RUTR wilayah Kabupaten
Desa Ciwidey, Lebak Muncang,
Bandung, Sub DAS Ciwidey harus
Nengkelan, Pamundaan,
diupayakan perlindungannya
Panyocokan, Rawabogo, dan
terhadap air, tanah dan batuan
Sukawening.
serta flora dan faunanya.
Tipe iklim wilayah
Disamping itu sebagai catchment
Kecamatan Ciwidey yaitu iklim
area waduk PLTA Saguling yang
tropis yang dipengaruhi angin
harus dilindungi karena inventaris
muson, dan dapat dibedakan antara
pemerintah yang sangat besar.
musim penghujan dan musim
Kecamatan ini juga merupakan
kemarau. Curah Hujan tahunan
salah satu daerah tujuan wisata di
yang dicatat selama 5 tahun dari
Kabupaten Bandung.
Badan Metereologi dan Geofisika
Bandung berkisar antara 2.958 -

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 65


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

Tabel 1. Penggunaan lahan di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa


Barat.

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase Luas


1 Hutan Lindung 9.645,109 36,42
2 Hutan Pinus 1.166,250 4,40
3 Hutan Rasamala 62,500 0,24
4 Perkebunan 600,000 2,27
5 Kebun Campuran 4.453,772 16,82
6 Tegalan 1.258,935 4,75
7 Sawah 6.516,871 24,61
8 Pemukiman 2.135,445 8,06
9 Lain-lain 644,118 2,43
Jumlah 26.483,000 100,00
Sumber : RTL RLKT Sub DAS Ciwidey tahun 1997/1998 sampai dengan 2001/2002

Jumlah penduduk yang orang, PNS/ABRI 7.158 orang,


tinggal di wilayah Sub DAS buruh/swasta 30.922 orang,
Ciwidey menurut Bangdes pengrajin 5.895 orang dan lain-lain
Kabupaten Bandung tahun 1996 7.505 orang.
adalah 276.203 jiwa. Sex ratio Menurut Dirjen. P2M &
tahun 1996 sebesar 0,958. PL, Dep. Kes. R.I., Kecamatan
Kepadatan penduduk (geografis) Ciwidey termasuk sebagai daerah
1.043 jiwa /km2, kepadatan enzootik pes. Surveilans pes
penduduk (agraris) 16 jiwa/ha. dilakukan secara periodic
Mata pencaharian penduduk tahun dilakukan oleh Dinas Kesehatan
1996 sebagai petani atau buruh tani Kabupaten Bandung
59.150 orang, pedagang 11.219

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 66


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

PETA WILAYAH
ADMINISTRASI
KABUPATEN BANDUNG
JAWA BARAT

1.Ibu Kota : Bandung


2.Luas wilayah :1.389.87 km2
3.Posisi:
• Bujur Timur :110.27-110.480T
• Lit. Selatan :6,43 – 7,090
4.Batas :
• Utara : Kab. Purwakarta
• Timur : Kab. Sumedang dan Garut
• Selatan : Kab. Cianjur dan Garut
• Barat : Kab. Cianjur
5.Kelembaban : 77-85%
6.Suhu : 22,6 – 32,10C
7.Curah hujan : 27.790 mm
8.Jml. Pendk. : 533.900 orang
9.Kepadatan : 384 orang/km2
10.Jml. kec. : 14 kecamatan
11. Jml. Desa : 247 desa/kel.

Peta Jawa Barat 
BANDUNG 
 
Sumatera  Laut Jawa 
Disusun oleh
Jawa Barat  Tim Peneliti
Balai Besar Penelitian &
Jawa  Pengembangan Vektor dan
Reservoir Penyakit
Tengah  Jl. Hasanudin 123, Salatiga
Samudera Indonesia 

Gambar 1. Peta wialayah Administrasi Kabupaten Bandung, Jawa Barat

2. Kecamatan Nongkojajar, Kecamatan Tutur 93,12 km2,


Kabupaten Pasuruan, Jawa terdiri atas 12 desa (Lampiran 2).
Timur Tata guna tanah di kecamatan ini
Sebagian wilayah Kabupaten terdiri atas lahan pertanian/tegalan
Pasuruan, Jawa Timur, di bagian 50,9%, kehutanan 20,9% dan
tenggara, merupakan daerah pekarangan 18,4 %, sisanya
pegunungan dan hutan lindung merupakan tanah perladangan.
Bromo–Tengger. Kecamatan Tutur termasuk dalam
Kecamatan Tutur, kawasan pegunungan hutan
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur lindung Bromo-Tengger
terletak pada 7o59` Lintang Berdasarkan data Kantor
Selatan, 110o Bujur Timur. Statistik Kabupaten Pasuruan,
Ketinggian tempat berkisar antara tahun 2000, jumlah penduduk
1.200–1.400 m dpl., curah hujan Kecamatan Tutur sebanyak
3.450 mm/tahun, suhu harian 17– 42.000 jiwa, dengan kepadatan
25oC, dan kelembaban berkisar penduduk rata-rata 451 jiwa/km2.
antara 80–90%. Luas wilayah Daerah ini sebagai salah satu

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 67


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

daerah agrowisata dan wisata alam Dusun Sulorowo Desa


yang menarik di Kabupaten Kayukebek Kecamatan Tutur
Pasuruan, Jawa Timur. termasuk dalam kawasan Wisata
Menurut Dirjen. P2M & PL, Nasional Bromo Tengger, terletak
Dep. Kes. R.I., Kecamatan Tutur di bagian Barat Laut wilayah Desa
Nongkojajr termasuk sebagai Kayukebek. Dusun ini sebenarnya
daerah enzootik pes.Dalam gigir Gunung Sulorowo (± 1400 m
pengamatan penyakit pes, wilayah dpl) yang sempit memanjang
Kecamatan Tutur dibagi 2 wilayah dengan ke dua ujung melebar,
sasaran utama pemberantasan yaitu makam umum Dusun
penyakit pes yaitu, daerah fokus Sulorowo dan petak hutan
pes yang teridiri atas 7 dusun tanaman pinus milik Perhutani
fokus (Sulorowo, Taman, Nongkojajar. Sepanjang gigir
Karangrejo, Ledok, Bangking, gunung inilah pemukiman
Dukutan dan Ngepring) dan 8 penduduk didirikan. Rumah-rumah
(empat) dusun terancam (Dusun berderet rapat, pada umumnya
Ngaruh, Gerdu, Tuban, Kerajan tembok dan berlantai ubin
Tlogosari, Yitnan, Kerajan (85,71% dari 84 rumah) dan
Blarang, Sugro, dan Karanganyar). sisanya rumah berdinding kayu
Diantara ke 15 (lima belas) dusun (14,27%), tetapi fasilitas
tersebut, dusun Sulorowo sanitasinya masih terbatas,
dikategorikan sebagai daerah terutama tempat mandi, cuci dan
fokus khusus, karena di dusun kakus.
tersebut relatif sering terjadi Petani di dusun Sulorowo
wabah pes yang pernah sebagian besar bertanam sayur-
menyebabkan kematian pada sayuran (kentang, wortel, kubis,
penderita pes. Berbagai upaya lombok, buncis), jagung dan apel.
pencegahan penyakit pes Masa tanam sayuran berkisar
(penemuan dan pengobatan bulan Januari–Mei. Pada bulan
penderita pes) dan pengendalian Juni–September, bertanam kentang
vektor dan reservoir dilakukan di dan Oktober–Desember, bertanam
Dusun Sulorowo secara rutin jagung, sedangkan apel ditanam
sampai saat ini (Dinas Kesehatan sepanjang tahun dengan masam
Kabupaten Dati II Pasuruan, panen 2 kali satu tahun.
1997).

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 68


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

PETA WILAYAH
ADMINISTRASI

KABUPATEN
PASURUAN JAWA
TIMUR
1.Ibu Kota : Pasuruan
2.Luas wilayah :1.389.87 km2
3.Posisi:
• Bujur Timur :110.27-110.480T
• Lit. Selatan :6,43 – 7,090
4.Batas :
• Utara : Kab. Laut Jawa
• Timur : Kab. Probolinggo
• Selatan : Kab. Malang
• Barat : Kab. Mojokerto
dan Malang
5.Kelembaban : 77-85%
6.Suhu : 18 – 25,50C
7.Curah hujan : 532 mm
8.Jml. Pendk. : 533.900 orang
9.Kepadatan : 384 orang/km2
10.Jml. kec. : 14 kecamatan
11 Jml Desa : 247 desa/kel

Peta Jawa Timur

 
Disusun oleh 
Tim Peneliti 
Balai Besar Penelitian & 
Pengembangan Vektor dan 
Reservoir  Penyakit  
Jl. Hasanudin 123, Salatiga 

Gambar 2. Peta wialayah Administrasi Kabupaten Pasuruan, Jawa Timurt

B. Koleksi Tikus
Hasil koleksi di Desa Rawa tikus yang tertangkap lebih banyak
Bogo, Kecamatan Ciwidey, daripada jumlah tikus yang tertangkap
Kabupaten Bandung, Jawa Barat di Kabupaten Bandung, Jawa Timur.
diperoleh 9 ekor mamalia kecil, Kondisi lingkungan lokasi penangkap
terdiri atas tikus rumah Rattus Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
tanezumi (4 ekor), tikus kebun R. merupakan kawasan hutan lindung
tiomanicus (3 ekor), dan cecurut Bromo-Tengger, sehingga komposisi
rumah Suncus murinus (2 ekor). Di jenis dan jumlah populasi tikus relatif
Desa Kayukebek, Kabupaten tinggi. Selain itu jumlah perangkap
Pasuruan, Jawa Timur diperoleh 11 dan frekuensi hari penangkapan tikus
ekor tikus, yang terdiri dari tikus relatif lama (5 hari), sehingga jumlah
rumah R. tanezumi (8 ekor), dan dan jenis tikus yang diperoleh relatif
tikus polinesia R. exulans (3 ekor). Di representatif.
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur,

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 69


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

Tabel 2. Jumlah tikus yang diperoleh di Desa Rawa Bogo, Kecamatan Ciwidey,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan Desa Kayukebek, Kabupaten Pasuruan,
Jawa Timur

Desa Rawa Bogo, Kecamatan


Desa Kayukebek, Kabupaten
Ciwidey, Kabupaten Bandung,
Pasuruan, Jawa Timur
Jawa Barat
No. Jenis Tikus
Jantan Betina Jantan Betina
Luar Luar Luar Luar
Rumah Rumah Rumah Rumah
rumah rumah rumah rumah
OrdoRodensia
Famili Muridae
Tikus rumah
1 1 0 3 0 2 0 1 0
Rattus tanezumi
Tikus polinesia
2 0 0 0 0 0 1 0 3/2*
R. exulans
Tikus kayu
3 1 0 0 2 0 0 0 0
R. tiomanicus
Sub jumlah 2 0 3 2 2 1 1 3/2*
Ordo Insectivora
Famili Soricidae
Cecurut rumah
1 1 0 1 0 0 0 0 0
Suncus murinus
Jumlah 3 0 4 2 2 3 1 3/2*

C. Referensi
a. Rattus exulans (Peale, 1848), (Polynesian rat, tikus polynesian)
1. Lokalitas tipe
Sumatra (holotype Museum Zoologi, Bogor)

Gambar 3. Distribusi tikus polinesia R. exulans di Indonesia

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 70


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

2. Penyebaran Bacan, Pulau Seram, Pulau


Rattus exulans : Sumatra, Morotai, Pulau Simeulue,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Banglasdesh, Myanmar,
Papua, Pulau Lombok, Pulau Thailand, Indocina, Malaysia,
Sumbawa, Pulau Bali, , Pulau Niugini hingga Mikronesia
Palawan, Pulau Calamian, Selandia Baru dan Polinesia
Pulau Balabak, Pulau Togian, (Kitchener dkk. 2002).
Pulau Tanah Jampea, Pulau
Ambon, Pulau Ternate, Pulau
 

  Gambar 4. Habitat tikus polinesia R. exulans di Kecamatan Nongkojajar,


  Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
 
3. Habitat/ekologi belum pernah dijamah
Tiga spesimen dikumpulkan manusia. Medway (1978)
dari Dusun Sulorowo, Desa menyatakan bahwa di
Kayukebek, Kecamatan Semenanjung Malaysia jenis
Nongkojajar, Kabupaten ini merupakan penghuni
Pasuruan, Jawa Timur pada tanah dan senantiasa
ketinggian 1200 m. Tempat ini mendatangi rumah-rumah,
adalah kebun apel, lahan kebun, sawah, padang rumput,
jagung dan lahan sayuran semak-semak dan hutan mulai
(kubis) yang terkelola dengan dari tepi pantai hingga
baik (Gambar 3). Jenis ini ketinggian 1.220 m. Harrison
bersifat komensal dan tidak (1958) menghitung daerah
dijumpai di hutan primer yang tempat tinggalnya di

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 71


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

Semenanjung Malaysia menghasilkan satu hingga tiga


memiliki diameter rata-rata anak setahun setelah masa
280 m. Harrison (1962) kebuntingan selama 19-30 hari.
melaporkan bahwa makanan Rata-rata jumlah anak yang
alaminya adalah sayur- dihasilkan sekitar empat dan
sayuran. Wirtz (1972) disapih setelah usia tiga
memperkirakan bahwa di minggu. Beberapa betina tidak
Hawaii kelimpahannya mencapai masa kematangan
mencapai 70-188 ekor per Ha. seksual hingga setelah musim
hujan. R. exulans nampak jelas
4. Reproduksi cukup fleksibel dalam siklus
Di Desa Kayukebek, reproduksi sebagaimana
Kecamatan Nongkojajar, ditunjukkan di tempat
Kabupaten Pasuruan, Jawa pemeliharaan. Wirtz (1972)
Timur, hanya dua dari 3 ekor menjumpai bahwa jenis ini
betina R. exulans yang kawin sepanjang tahun dan
diperiksa bunting dan tidak setiap induk akan
satu pun yang memproduksi air menghasilkan lebih kurang 13
susu. Satu dari dua betina yang anak per tahunnya . Harrison
bunting itu hanya memiliki (1955, 1956) menjumpai
satu fetus dengan panjang 20 bahwa di Semenanjung
mm. Satu lagi memiliki empat Malaysia hampir sepertiga
embrio di uterus kanan betina R. exulans kawin
(diameter masing-masing sepanjang tahun. Jumlah anak
pembengkakan uterus sekitar 6 yang dihasilkan antara satu
mm) ; sisi ultralateral dari hingga delapan, dengan nilai
uterus memiliki 4 guratan tengah 4,3 dan diperkirakan
implantasi. Satu betina bersifat masa hidup di alam adalah 3,2
non-porous (uterusnya bulan, tetapi diantaranya
menyempit, tidak ada gurat mampu hidup hingga 9 bulan.
implantasi dan puting susu 5. Ciri-ciri taksonomik
kecil). Schwarz dan Schwarz (1976)
Wirtz (1972,1973) menjumpai menyatakan bahwa R. exulans
bahwa di Hawaii, R. exulans mungkin berasal dari Nusa
betina bersifat poliestrus. Di Tenggara, mungkin dari Pulau
alam bebas jenis tikus ini Flores. Musser (1981)
memiliki siklus reproduksi beranggapan bahwa tidak ada
musiman dengan aktivitas bukti untuk mendukung
maksimum pada bulan-bulan pernyataan itu. Ada sekitar 24
musim kemarau. R. exulans nama yang berbeda untuk R.

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 72


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

exulans di kawasan Australasia 1450 m) dan Garut, (1640 m),


dan Van Strein (1986) Jawa Barat memiliki rambut
mengenali 11 anak jenis di kaku. Di Priangan (1700 m)
antaranya. Spesimen R. Jawa Barat, R. exulans
exulans yang ditangkap di memiliki rambut lembut. Di
Dusun Sulorowo, Desa Priangan, Jawa Barat (1700 m)
Kayukebek, Kecamatan rambut R. exulans lebih lembut
Nongkojajar, Kabupaten daripada rambut R. exulans
Pasuruan, Jawa Timur yang ditemukan di Sumatera
memiliki rambut-rambut halus Utara, Cibodas dan Gartut.
yang jelas. Ciri rambut tersebut Menurut Sody (1941;277),
berbeda pada R. exulans yang perubahan tekstur warna
ditemukan di daerah yang rambut pada R. exulans
mempunyai ketinggian 1300 m dikarenakan perbedaan
seperti di Sumatera Utara yang ketinggian tempat dari
tekstur rambutnya lebih permukaan laut.
lembut, dan R. exulans yang
ditemukan di Cibodas (1400-
 
 
 
 
 
 
 
 Gambar 5. Tikus ladang R. exulans dari Kecamatan Nongkojajar, Kabupaten
Pasuruan, Jawa Timur

6. Ukuran R. exulans dari Museum


Ukuran tengkorak, gigi dan Zoologi Bogor (Tabel 2).
bagian eksternal dari R. 7. Peran dibidang kesehatan Di
exulans dari Kecamatan Indonesia, khususnya di P.
Nongkojajar, Kabupaten Jawa, tikus polinesia R.
Pasuruan, Jawa Timur exulans berperan penting
digabung, hanya dewasa saja, sebagai reservoir penyakit,
rata-rata, kisaran dan jumlah seperti pes (Turner, dkk.,
sampel. Ukuran sampel R. 1974), leptospirosis (Ibrahim
exulans yang ditemukan di dan Ristiyanto, 2004), scrub
daerah survei tersebut reatif typhus (Hadi, T.R, 1981) dan
sama dengan ukuran holotype murine typhus (ibrahim dkk.,
1999)

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 73


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

Tabel. 2. Ukuran morfologi R. exulans yang ditemukan di Kecamatan Nongkojajar,


Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dan holotipe dari Museum Zoologi Bogor,
Jawa Barat

Kecamatan Holotype
Nongkojajar,
No. Keterangan Museum Zoologi
Pasuruan, Jawa
Timur (n=3) Bogor

1 Panjang dari kepala ke pangkal ekor 103,75 (99–106) 106,3 (86,4-133,9)


2 Panjang dari ujung ekor ke pangkal ekor 150,25 (138-157) 129,2 (118,8-144,0)
3 Panjang daun telinga 18,5 (18–19) 17,8 (15,9-20,3)
4 Panjang telapak kaki 26 (25-27) 26,0 (22,7-28,0)
5 Panjang tibia 29,5 (28,5–31,5) 30,1 (26,9-34,0)
6 Berat badan 37,5 (30-40) 46,5 (34,5-65,0)
7 Panjang tengkorak 37,6 (36,3–38,4) 32,2 (29,8-35,0)
8 Lebar zigomatik 15,1 (14,8-15,2) 14,7 (14,0-15,8)
9 Lebar interorbital 3,5 (3,6-4,1) 4,9 (4,7-5,2)
10 Panjang nasal 12,4 (12,0-13,3) 11,8 (10,2-13,4)
11 Panjang rostrum 10,5 (9,4-11,2) 9,6 (8,9-10,3)
12 Lebar rostrum 6,7 (6,7-7,1) 5,4 (4,8-6,2)
13 Lebar tulang rongga otak 15,3 (15,3-16,7) 13,6 (13,1-14,7)
14 Tinggi tulang rongga otak 11,4 (10,8-12,3) 10,6 (9,2-12,0)
15 Lebar lempeng zigomatik 2,7 (2,1-2,9) 3,3 (3,0-3,6)
16 Panjang diastema 9,0 (8,0-11,0) 8,4 (7,5-9,8)
17 Panjang foramen insisif 6,0 (5,0-7,0) 6,2 (7,6-9,1)
18 Lebar foramen insisif 2,2 (1,5-3,2) 2,3 (5,5-6,7)
19 Panjang palatal 17,1 (16,7-18,1) 16,7 (15,3-18,2)
20 Panjang jembatan palatal 7,6 (7,6 - 8,1) 6,1 (5,6-7,0)
21 Lebar mesofterigoid 3,5 (3,6 - 4,2) 2,2 (1,9-2,7)
22 Panjang bulla 4,0 (3,6-4,1) 5,9 (5,5-6,6)
23 Panjang (alveoli) M1-M3 - 5,7 (5,1-6,4)
24 Lebar (alveoli) M1-M3 - 5,3 (4,8-6,2)
25 Panjang (alveoli) M1 - 3,1 (2,7-3,6)
1
26 Lebar (alveoli) M - 1,6 (1,4-1,8)

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 74


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

b. Rattus tanezumi (Lemimnck,


1848), (roof rat, tikus rumah)
1. Lokalitas tipe Paparan Sunda, Pulau
Jawa barat (holotype Museum Lombok, Pulau Sumbawa,
Zoologi, Bogor) Pulau Komodo, Pulau Selayar,
2. Penyebaran Bali, Kepulauan Maratua,
Jenis ini bersifat komensal, Kepulauan Mentawai dan
penyebarannya meliputi : Sulawesi

 
 
Gambar 6. Distribusi tikus rumah R. tanezumi di Indonesia

3. Habitat R. tanezumi di Desa


Di Kecamatan Nongkojajar, Rawabogo. Jenis ini
Kabupaten Pasuruan, Jawa dianggap komensal oleh
Timur, 6 ekor jantan dan 1 Musser (1981) dan
ekor betina tikus rumah dilaporkan oleh Payne dkk.
Rattus tanezumi dikoleksi (1985) bahwa di Kalimantan
dari Dusun Sulorowo, Desa jenis ini dapat dijumpai di
Kayukebek dan Kecamatan hampir semua tempat
Ciwidey, Kabupaten kegiatan manusia dari
Bandung, Jawa Barat, ketinggian permukaan laut
sedangkan di Kecamatan hingga 1700 m; baik di
Ciwidey, Kabupaten habitat rumah, sawah, kebun
Bandung, Jawa Barat dan kebun kelapa sawit.
ditemukan empat ekor betina

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 75


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

Gambar 7. Habitat tikus rumah R. tanezumi di Kecamatan Nongkojajar


Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur Indonesia

4. Ekologi dipelihara di laboratorium


Dammerman (1939) dapat hidup hingga usia 4,2
melaporkan bahwa di tahun (Nowak dan Paradiso,
Kepulauan Krakatau jenis ini 1983).
sering terlihat berlarian di 5. Reproduksi
tanah di antara ranting-ranting Di Desa Kayukebek,
pohon rendah di tepi pantai Kecamatan Nongkojajar,
dan bahkan berenang di laut. Kabupaten Pasuruan, Jawa
Ewer (1971) menjumpai Timur, seekor betina yang
bahwa R. tanezumi di Ghana dikoleksi nampak non-porous,
membentuk kelompok sosial sedangkan tikus rumah R.
yang didominasi oleh seekor tanezumi dari Desa Rawabogo,
jantan dan beberapa betina Kecamatan Ciwidey, 2 dari 4
yang menduduki posisi sama ekor betina yang diperiksa
tingginya di dalam hierarki, bunting, tetapi tidak satu pun
sekalipun populasinya berada yang memproduksi air susu.
di bawah posisi jantan Kedua betina yang bunting
penguasa. Tikus jantan tersebut memiliki satu fetus
penguasa dominan terhadap dengan panjang 25 mm. Satu
semua kelompok lainnya. Oleh ekor betina bunting memiliki
karena itu terbentuklah suatu empat embrio di uterus kanan
wilayah teritorial tikus jantan (diameter masing-masing
penguasa. Jenis ini omnivora. pembengkakan uterus sekitar 8
Tikus rumah R. tanezumi yang mm) ; sisi ultralateral dari

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 76


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

uterus memiliki 4 guratan (1986) yang mendaftarkan


implantasi dan satu betina jenis ini sebagai bagian dari
lainnya memiliki 3 embrio di satu di antara 12 anak jenis R.
uterus kiri (diameter masing- rattus di pulau-pulau di Asia
masing 6 mm). 2 betina lain Tenggara.
bersifat non-porous, tetapi Warna rambut dari
terdapat puting susu kecil. rambut punggung yang lembut
Masa kebuntingan tikus rumah dari tikus dewasa adalah abu-
R. tanezumi adalah 21 – 29 abu terang bercampur dengan
hari dengan jumlah anak rata- rambut kaku yang agak
rata 8. Betina usia 3-5 bulan panjang berwarna pucat hijau
sudah mampu melahirkan. pupus berujung pinggala tua
Medway juga melaporkan dan rambut halus yang sangat
bahwa jenis ini mampu kawin panjang (3 cm) berwarna
sepanjang tahun di Semanjung pinggala tua. Rambut-rambut
Malaysia, tetapi memiliki rata- halus ini akan memendek dan
rata jumlah anak yang lebih berujung putih di bagian pantat
banyak, yaitu 1-11 anak dan dan kaki belakang. Pada
mencapai kematangan seksual bagian dada perut, rambut-
pada usia 3 bulan saja. rambut lembut berwarna abu-
6. Ciri-ciri taksonomik abu berujung krem bungalan.
Medway dan Young Rambut-rambut pendek di
(1976) beranggapan bahwa sekitar mulut berwarna putih.
bentuk tikus R. tanezumi di Rambut di telapak kakai
Semanjung Malaysia dan adalah pinggala tua berujung
kepulauan Indonesia biji mutiara. Ekornya zaitun
merupakan yang serupa. abu-abu kemerah-merahan.
Musser (1981) dan Van Strein

Gambar 8. Tikus rumah R. tanezumi dari Kecamatan Nongkojajar, Kabupaten


Pasuruan, Jawa Timur

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 77


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

7. Ukuran Barat berukuran lebih besar


Ukuran tengkorak, gigi dan dibandingkan dengan tikus
bagian eksternal dari tikus rumah holotype dari Museum
ruma R. tanezumi yang Zoologi Bogor dan Kecamatan
ditemukan hanya dewasa saja, Nongkojajar, Kabupaten
rata-rata, kisaran dan jumlah Pasuruan, Jawa Timur. Diduga
sampel disajikan dalam tabel 2. tikus rumah R. tanezumi yang
Ukuran sampel tikus rumah R. ditemukan di Kecamatan
tanezumi yang ditemukan di Ciwidey, Kabupaten Bandung,
Kecamatan Ciwidey, Jawa Barat
Kabupaten Bandung, Jawa

Tabel. 2. Ukuran morfologi R. tanezumi yang ditemukan di Kecamatan Nongkojajar, Kabupaten


Pasuruan, Jawa Timur dan Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
 
Kecamatan
Nongkojajar, Kecamatan Holotype
Pasuruan, Jawa Ciwidey,
No. Keterangan Museum
Timur Bandung, Jawa
Barat (n=4) Zoologi Bogor
n=3
1 Panjang dari kepala ke 139,5 (122-157) 147,5 (120-165) 138,3 (115,3-
pangkal ekor 164,0)
2 Panjang dari ujung ekor ke 165,6 (145-182) 167,5 (150-180) 167,7 (147,4-
pangkal ekor 192,0)
3 Panjang daun telinga 20,5 (19-24) 21,5 (20-24) 20,0 (19,2-21,3)
4 Panjang telapak kaki 31,6 (31-32,3) 31,7 (31-33) 33,3 (32,0-34,4)
5 Panjang tibia 37,0 (34,3-47,2) 37,2 (34,3-47,2) 38,1 (33,9-46,7)
6 Berat badan 86,3 (78-106) 66,3 (40-90) 103,0 (65-166)
7 Panjang tengkorak 40,2 (35,6–42,7) 39,7 (34,6–42,5) 40,1 (36,8-43,4)
8 Lebar zigomatik 18,4 (16,7-21,2) 18,3 (16,6-19,8) 18,4 (16,8-20,0)
9 Lebar interorbital 5,7 (5,4-6,6) 5,5 (5,2-6,3) 5,8 (5,4-6,1)
10 Panjang nasal 14,2 (12,0-15,2) 15,2 (12,2-16,2) 14,0 (11,9-15,8)
11 Panjang rostrum 10,9 (10,6-13,4) 10,3 (9,6-12,6) 11,9 (10,4-13,3)
12 Lebar rostrum 6,7 (5,6-9,3) 6,4 (5,5-8,7) 6,7 (6,2-7,4)
13 Lebar tulang rongga otak 15,8 (15,4-16,9) 15,5 (15,4-17,1) 15,8 (15,3-16,2)
14 Tinggi tulang rongga otak 13,4 (12,2-16,2) 13,8 (12,6-16,2) 13,3 11,8-14,2)
15 Lebar lempeng zigomatik 3,8 (3,3-4,6) 4,3 (4,1-5,3) 3,9 (3,5-4,3)
16 Panjang diastema 10,2 (9,6-13,1) 11,2 (9,6-13,0) 10,3 (8,6-12,0)
17 Panjang foramen insisif 7,4 (6,1-8,3) 7,8 (6,6-8,7) 7,5 (6,0-8,2)
18 Lebar foramen insisif 2,6 (2,2-2,6) 2,9 (2,4-3,1) 2,5 (2,2-2,8)
19 Panjang palatal 21,3 (18,6-23,1) 21,7 (19,1-22,9) 21,4 (18,9-23,9)
20 Panjang jembatan palatal 7,8 (7,4-9,2) 8,1 (8,4-9,1) 7,9 (7,2-9,0)

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 78


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

21 Lebar mesofterigoid 2,6 (2,5-2,8) 2,7 (2,4-3,2) 2,5 (2,2-2,8)


22 Panjang bulla 7,2 (6,7-9,3) 7,2 (6,8-9,2) 7,0 (6,4-7,3)
23 Panjang (alveoli) M1-M3 7,2 (7,2-7,3) 7,2 (7,1-7,4) 7,0 (7,1-7,3)
24 Lebar (alveoli) M1-M3 - - 6,4 (6,0-6,6)
1
25 Panjang (alveoli) M - - 3,6 (3,7-3,8)
1
26 Lebar (alveoli) M - - 1,9 (1,8-1,9)

c. Rattus tiomanicus (Miller, 1900),


wood rat, tikus kayu
1. Lokalitas tipe Palawan dan pulau-pulau kecil
Sumatra (holotype Museum disekitarnya), Bali, Pulau
Zoologi, Bogor) Enggano (Barat Daya
2. Penyebaran Sumatera) dan kepulauan
Semenanjung Malaya, Paparan Maratua (Timur Kalimantan).
Sunda (Sumatera, Kalimantan,
Jawa,

Gambar 9. Distribusi tikus pohon R. tiomanicus di Indonesia

3. Habitat dkk., di perkebunan kelapa


Jenis tikus ini bersifat arboreal sawit, tikus kayu R.
dan suka memakan buah- tiomanicus, sering berteduh di
buahan. Di Kecamatan dalam tumpukan potongan
Ciwidey, Kabupaten Bandung, daun palem dan, jarang di
Jawa Barat, tikus kayu R. balok atau batang kayu yang
tiomanicus ditemukan di tumbang.
kebun bambu. Menurut Aplin,

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 79


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

Gambar 10. Habitat tikus kayu R. tiomanicus di Kecamatan Ciwidey,


Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

4. Ekologi tikus jantan. Tikus betina yang


Dalam membuat sarang, tikus diperiksa bunting, sebanyak 1
kayu R. tiomanicus menggali dari 2 ekor betina. Betina yang
lubang di tanah untuk sarang, bunting tersebut memiliki satu
atau tikus ini juga menempati fetus dengan panjang 21 mm
lubang tanah bekas sarang dan memiliki 2 embrio di
jenis tikus lainnya. Secara uterus kanan (diameter
individu R. tiomanicus masing-masing pembengkakan
mempunyai home range yang uterus sekitar 6 mm) dan 3
kecil, yaitu disekitar satu atau embrio di uterus kiri (diameter
beberapa pohon palem yang masing-masing 6 mm) ; sisi
berdampingan. Pergerakan ultralateral dari uterus
jenis tikus ini dapat jauh dari memiliki 3 guratan implantasi.
sarangnya saat melakukan Masa kebuntingan tikus kayu
pencarian lokasi sumber pakan R. tiomanicus adalah 21-29
baru. hari dengan jumlah anak rata-
5. Reproduksi rata 8. Betina usia 3-5 bulan
Di Desa Rawabogo, sudah mampu melahirkan.
Kecamatan Ciwidey, Medway juga melaporkan
ditemukan 3 ekor tikus kayu bahwa jenis ini mampu kawin
R. tiomanicus, terdiri dari 3 sepanjang tahun di Semanjung
ekor tikus betina dan 1 ekor Malaysia.

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 80


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

6. Ciri-ciri taksonomik subspesies yaitu Rattus


Beberapa jenis tiku ini secara tiomanicus mara yang
morfologi kelompok populasi ditemukan di kepulauan
mempunyai perbedaan, yang Maratau
sekarang ini dikenal sebagai

Gambar 11. Tikus kayu R. tiomanicus dari Kecamatan Ciwidey, Kabupaten


Bandung, Jawa Barat

7. Ukuran Ukuran sampel Tikus kayu R.


Ukuran tengkorak, gigi dan tiomanicus yang ditemukan di
bagian eksternal dari Tikus Kecamatan Ciwidey,
kayu R. tiomanicus yang Kabupaten Bandung, Jawa
ditemukan hanya dewasa saja, Barat berukuran relatif sama
rata-rata, kisaran dan jumlah dengan Museum Zoologi
sampel disajikan dalam tabel 3. Bogor

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 81


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

Tabel. 3. Ukuran morfologi R. tiomanicus yang ditemukan di Kecamatan Nongkojajar,


Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dan Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat, serta holotipe dari Museum Zoologi Bogor, Jawa Barat

Kecamatan Ciwidey, Holotype


No. Keterangan Bandung, Jawa Museum Zoologi
Barat (n=3) Bogor
1 Panjang dari kepala ke pangkal ekor 181,3 (165-199) 182,4 (198-208)
2 Panjang dari ujung ekor ke pangkal 185,5 (131-220) 186,5 (133-224)
ekor
3 Panjang daun telinga 22,6 (21-24) 22,7 (22,2-26,9)
4 Panjang telapak kaki 35,0 (32-38) 35,2 (32,3-38,9)
5 Panjang tibia 51,4 (49,7-53,1) 51,6 (49,7-55,7)
6 Berat badan 130,0 (110-160) 131,0 (120-159)
7 Panjang tengkorak 54,9 (54,6–61,5) 53,9 (53,6–68,5)
8 Lebar zigomatik 25,1 (25,6-29,7) 25,7 (25,6-29,7)
9 Lebar interorbital 8,4 (6,2-9,3) 8,6 (6,2-10,4)
10 Panjang nasal 20,1 (19,2-21,2) 21,1 (19,6-26,2)
11 Panjang rostrum 16,4 (16,3-17,6) 16,6 (16,2-19,4)
12 Lebar rostrum 9,2 (8,7-9,4) 9,5 (8,9-9,7)
13 Lebar tulang rongga otak 23,2 (22,2-25,4) 23,6 (22,3-25,6)
14 Tinggi tulang rongga otak 18,1 (17,6-19,8) 18,2 (17,5-19,7)
15 Lebar lempeng zigomatik 5,6 (5,1-6,3) 5,7 (5,6-6,8)
16 Panjang diastema 14,3 (13,7-14,6) 14,3 (13,2-14,6)
17 Panjang foramen insisif 10,6 (10,6-10,8) 10,7 (10,2-11,8)
18 Lebar foramen insisif 2,3 (2,2-2,5) 2,2 (2,3-2,5)
19 Panjang palatal 28,5 (28,4-28,6) 28,4 (28,1-29,1)
20 Panjang jembatan palatal 10,4 (10,3-10,5) 10,5 (10,2-10,7)
21 Lebar mesofterigoid 3,8 (3,6-3,9) 3,9 (3,7-4,1)
22 Panjang bulla 10,1 (10,0-10,2) 11,1 (10,0-12,2)
23 Panjang (alveoli) M1-M3 8,7 (8,6-8,8) 8,7 (8,1-9,2)
24 Lebar (alveoli) M1-M3 8,4 (8,3-8,5) 8,6 (7,8-8,8)
1
25 Panjang (alveoli) M 8,2 (8,1-8,3) 8,4 (8,1-9,3)
26 Lebar (alveoli) M1 2,8 (2,6-2,9) 2,8 (2,4-3,1)

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 82


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

D. KESIMPULAN DAN SARAN Bandung merupakan daerah


wisata dataran tinggi/
2. Kesimpulan pegunungan dan daerah
a. Tikus rumah Rattus tanezumi pertanian/ perkebunan.
ditemukan baik di Kecamatan
Nongkojajar, Kabupaten 3. Saran
Pasuruan, Jawa Timur (3 ekor) a. Koleksi referensi reservoir
maupun Kecamatan Ciwidey (4 penyakit perlu ditindak lanjuti
ekor). di masa mendatang berkenaan
b. Tikus polinesia R. exulans, 3 dengan perubahan lingkungan
ekor hanya ditemukan di yang saat ini sedang
Kecamatan Nongkojajar, berlangsung secara cepat.
sedangkan tikus kayu R. b. Koleksi referensi sebaiknya
tiomanicus, 3 ekor ditemukan di dilakukan menyeluruh baik
Kecamatan Ciwidey. Selain dari dataran rendah sampai
jenis tikus tersebut juga tinggi, sehingga mendapatkan
ditemukan seekor insektivora informasi reservoir penyakit
celurut rumah Suncus murinus, masa kini dan akurat.
1 ekor. c. Informasi hasil koleksi
c. Jenis tikus yang tertangkap di referensi perlu disebarluaskan
habitat rumah di Kecamatan ke masyarakat agar dapat
Ciwidey Kabupaten Bandung, mengetahui potensi sumber
Jawa Barat dan Kabupaten penularan di daerah yang
Pasuruan, Jawa Timur adalah ditempatinya.
sama jenisnya, yaitu tikus
rumah Rattus tanezumi. Jenis UCAPAN TERIMAKASIH
tikus yang tertangkap di habitat
kebun di Kecamatan Ciwidey Selama penyusunan proposal,
Kabupaten Bandung, Jawa pengumpulan, pengolahan, analisis data
Barat (tikus pohon R. sampai dengan tersusunnya hasil
tiomanicus) berbeda dengan penelitian, penulis telah banyak
jenis tikus di Kabupaten memperoleh bantuan dari berbagai pihak.
Pasuruan, Jawa Timur (tikus Oleh karena itu pada kesempatan ini
polinesia R. exulans). penulis dengan rendah hati mengucapkan
d. Lingkungan daerah enzootik pes terima kasih yang setulus-tulusnya
di Kabupaten Pasuruan, Jawa kepada :
Timur merupakan daerah 1. Bapak Damar Tri Boewono, MS,
pegunungan dan kawasan hutan selaku Kepala Balai Besar Penelitian
lindung Bromo - Tengger, dan Pengembangan Vektor dan
Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Reservoir Penyakit yang telah banyak

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 83


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

memberikan arahan dalam Terpadu Hama Tikus. Sukamandi,


pelaksanaan penelitian dan perbaikan Jawa Barat. 2004.
dalam penulisan laporan ini.
Russ, Abdul Karim, Isam El Jali, A.R.
2. Bapak Kepala Museum Zoologi Bogor Bahaman, A.A. Tuen and G.
yang telah banyak memberi fasilitas Ismail. Seroepidemiological study
moril dan materiil dalam pelaksanaan leptospirosis among the
indigenous communities living in
penelitian ini.
the periphery of crocker Range
3. Bapak Kepala Dinas Kabupaten Park, Sabah, Malaysia. ARBEC.
Bandung, beserta staff yang telah Juanry-March.2003. P:1-5
memberikan ijin dan sarana
Nally, J.E., J.P. Whitelegge, S. Bassilian,
pendukung dalam kelancaran
D.R. Blanco. And M.A. Lovett.
penelitian ini Characterization Of Outer
4. Kepala Puskesmas Ciwidey, Membrane Proteome Of
Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan Leptospira Interrogans Expressed
During Acute Lethal Infection.
Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan,
American Society for
Jawa Timur dan staf yang telah Microbiology. V.75.(2). 2007
membantu dan mengelola dengan baik
petugas puskesmas yang terlibat Suyanto, A. Penuntun Identifikasi tikus di
jawa. Fauna Indonesia. 5 (1): 7-
dalam penelitian ini, sehingga penulis
25. Bogor. 2001.
tidak mengalami kesulitan apapun
selama melakukan penelitian. Murakami, O. Tikus sawah. Direktorat
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis Bina Perlindungan Tanaman,
Dir.Jend. Pertanian tanaman
sebutkan satu persatu yang telah
Pangan. Jakarta. 1992.
memberikan bantuan moril dan
materiil selama penyusunan, Turner, R.W., S. Padwowiryono and S.
pelaksanaan dan pembuatan laporan Martoprawiro. 1975. Dynamics of
plague transmission cycle in
penelitian s ini.
Central Java (Ecology of
mammalian host with special
DAFTAR KEPUSTAKAAN reference to Rattus exulans).
Bulletin of Health Studies in
Indonesia. 3 (1) : 41-71
Gomf, Sandra G, Juan D. Diaz, Matthew
R. Jezior, Cecily K Peterson, and
Harrison, J.L. and Quah Sie Keen, 1962.
Joseph T. M., Leptospirosis.
The house and field rats of
Infectious Diseases Society Of
Malaya. Institute for medical
America. 2006
Research Federation of Malaya
Bull.(12).
Everett, Leptospirosis.
http://www.leptospirosis travel
Hadi T.R., Ristiyanto, Ima N.I. dan Nina
medicine for the traveler.2001.
N.. Jenis-Jenis Ektoparasit pada
tikus di Pelabuhan Tanjung Mas
Ibrahim, N. Dan Ristiyanto, Penyakit
Semarang. Proceeding Seminar
bersmber tikus di Indonesia.
Kumpulan Seminar Pengendalian

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 84


Ristiyanto, et al. Studi Koleksi Referensi Reservoir

Biologi VII, Pandaan Jawa Timur. Man Charles C. Thomas Illionis.


1991 USA

Hubbert T. William, DVM. William, Fahmi,U. Leptospirosis, mematikan &


F.Mc Culloch dan Paul R. sulit dideteksi. http://www.pelita.
Schnurrenberger., 1975. Diseases htm. 2005
Transmitted From Animals To
 

JURNAL VEKTORA Vol. II No 1 85

View publication stats

You might also like