You are on page 1of 26

712

ARTIKEL PENELITIAN

KARAKTERISTIK PENDERITA FARINGITIS AKUT DI POLIKLINIK


THT RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU KESDAM I / BUKIT BARISAN
MEDAN TAHUN 2016
Jerry Tobing1, Ivone R.V.O Situmeang2, Juni Karya Simatupang3, Habelio Novare Napitupulu4
ABSTRACT
Background : Acute pharyngitis is a throat inflammation caused by virus (40-60%), bacterial (5-40%),
allergy, trauma, toxins and others. Transmission Acute pharyngitis occurs by nasal discharge and oral contact
(droplet infections). The frequency of occurrence of pharyngitis is more common in children ages 3 to 15
years. Pharyngitis cases occur in school-age children of 15-30% and 10% in adults. Based on National
Ambulatory Medical Care Survey pharyngitis occurs in children as much as 6,2 – 9,7 million and 5 million in
adults.

Methods: This research is a descriptive study with the study designed is cross sectional that assesses the
characterictics of patients with acute pharyngitis at ENT Polyclinic of TK II Putri Hijau Kesdam I / Bukit
Barisan Medan Hospital from January to December 2016. The results of this research have 84 samples that
taken at random. From each samples the data is taken based on age, sex, occupation, main complaints, clinical
symptoms and clinical signs.

Result : From 84 samples that analysis, age group 6-11 years is mostly that suffered of acute pharyngitis is 23
patients (27,3%), acute pharyngitis patients mostly men that is 44 patients (52,4%), acute pharyngitis patients
occupation mostly as students that is 30 patients (35,7%), acute pharyngitis patients that their main complaint
is mostly painful when swallowing that is 50 patients (59,5%), the clinical symptoms is mostly fever that is
40 patients (47,6%), and the clinical signs is mostly pharyngeal hyperemia that is 74 patients (88,1%).

Conclusion : Patients of acute pharyngitis is mostly suffered on age 6-11 years, mostly suffered by men,
mostly suffered by students, with main compaint is mostly painful when swallowing, the clinical symptoms is
mostly fever, and the clinical signs is mostly pharyngeal hyperemia.

Keywords : Acute pharyngitis, characteristic, painful swallowing

PENDAHULUAN

F
aringitis adalah peradangan pada mukosa
Faringitis dijumpai pula pada dewasa yang
faring dan sering meluas ke jaringan
masih memiliki anak usia sekolah atau bekerja
sekitarnya. Faringitis biasanya timbul
di lingkungan anak-anak 1.
bersama-sama dengan tonsilitis, rinitis dan
Faringitis merupakan penyakit umum pada
laringitis. Faringitis banyak diderita anak-anak
dewasa dan anak-anak.
usia 5-15 tahun di daerah dengan iklim panas.
dr Jerry F.J. Tobing, M.Ked(ORL-HNS), SpTHT1, dr. Ivonne Ruth Situmeang, M.Kes2, dr. Juni Karya Simatupang, SpTHT3, Habelio
Novare Napitupulu4
1
Department of Ear, Nose and Throat, Faculty of Medicine, Methodist University of Indonesia, Medan
2
Department of Public Health, Faculty of Medicine, Methodist University of Indonesia, Medan
3
Department of Ear, Nose and Throat, , Faculty of Medicine, Methodist University of Indonesia, Medan
Department of Ear, Nose and Throat, Local General Hospital of Djasamen Saragih, Pematangsiantar
4
Faculty of Medicine, Methodist University of Indonesia, Medan
Correspondence : dr Jerry F.J. Tobing, M.Ked(ORL-HNS), SpTHT
Email : jerryfjtobing@yahoo.co.id

Jurnal Kedokteran Methodists, Vol. 9 No. 9 April 2017


712
713

National Ambulatory Medical Care Survey Ayudin, Turkey dijumpai 103 pasien yang
(NAMCS) dan National Hospital Ambulatory menderita faringitis akut yang berumur antara 18
Medical Care Survey (NHAMCS) telah hingga 65 tahun serta mempunyai keluhan nyeri
mendokumentasikan antara 6,2-9,7 juta tenggorokan 5.
kunjungan anak-anak dengan faringitis ke klinik Di Indonesia pada tahun 2007 dilaporkan
dan departemen gawat darurat setiap tahun, dan bahwa kasus faringitis akut masuk dalam
lebih dari 5 juta kunjungan orang dewasa per sepuluh besar kasus penyakit yang dirawat jalan
tahun 2. dengan persentase 1,5 % atau sebanyak 214.781
Menurut National Ambulatory Medical orang per tahun 1.
Care Survey, infeksi saluran pernafasan atas, Data kunjungan penderita di Poliklinik
termasuk faringitis akut, dijumpa 200 kunjungan THT-KL RSUP Dr. Mohammad Hoesin
ke dokter per 1000 penduduk per tahun di Palembang pada tahun 2011 menunjukkan
Amerika Serikat 3. sebanyak 726 kunjungan penderita faringitis
Faringitis akut dapat terjadi pada semua akut dari total 7256 kunjungan ±10% 4.
umur, sering terjadi pada anak usia 5-15 tahun Menurut data dari puskesmas Simpur Kota
dan jarang pada anak usia di bawah 3 tahun, Bandar Lampung faringitis akut juga memasuki
insiden meningkat seiring bertambahnya usia, urutan penyakit sepuluh besar terbanyak dan
mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun dan menduduki urutan kelima pasien rawat jalan di
berlanjut sepanjang akhir masa anak hingga Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung
dewasa. Diperkirakan sebanyak 15 juta kasus periode Januari-Desember 2013 (Dinas
faringitis didiagnosis setiap tahunnya di Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2013).
Amerika Serikat dengan 15-30% pada anak usia Frekuensi munculnya faringitis lebih sering
sekolah dan 10% diderita oleh dewasa serta 20- pada populasi anak-anak. Kira-kira 15-30%
30% kasus disebabkan oleh Streptokokkus Beta kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah dan
Hemolitikus grup A (SBHGA) terjadi dimusim 10% kasus faringitis pada orang dewasa terjadi
dingin dan awal musim semi di daerah beriklim pada musim sejuk adalah akibat dari infeksi
sedang, di daerah beriklim tropis seperti Group A Streptococcus. Faringitis jarang terjadi
Indonesia insiden tertinggi terjadi pada musim pada anak-anak kurang dari 3 tahun 6.
hujan 4. Menurut Ferri’s Clinical Advisor, jenis
Hasil penelitian dari Universitas Toronto kelamin perempuan maupun laki-laki
Kanada menunjukkan prevalensi faringitis mempunyai peluang yang sama untuk terjadinya
streptokokus sebesar 13,8% dengan angka faringitis akut, tidak ada predileksi seksual
tertinggi pada kelompok umur 3-14 tahun mengenai jenis kelamin yang lebih rentan
(36,2%) dan 10,7% pada kelompok umur 15-44 terinfeksi faringitis akut 7.
tahun serta hanya 1,3 % pada kelompok umur Berdasarkan latar belakang tersebut,
>45 tahun 4. peneliti bertujuan untuk meneliti tentang
Sebuah penelitian telah dilakukan pada karakteristik penderita faringitis akut di Rumah
oktober 2009 hingga januari 2010 di Hilla Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I / Bukit Barisan
Teaching Hospital, Hilla, Iraq mengenai Medan tahun 2016.
spesimen usap tenggorokkan dari 177 pasien
yang menderita faringitis akut. Penelitian BAHAN DAN CARA
menunjukkan bahwa 67 hasil kultur dijumpai
Penelitian ini dilakukan di poliklinik THT
bakteri Beta Hemolytic Streptococcus, 11
Rumah Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I / Bukit
penderita (16,4%) dijumpai Streptococci
Anginosus, group C dan F. Streptococci Barisan Medan, Jalan Putri Hijau No.17 Propinsi
dijumpai sebanyak 4 penderita (5,9%) dari Sumatera Utara. Waktu penelitian ini dilakukan
semua spesimen sebagai penyebab faringitis pada bulan Juni 2017.
akut 3. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian
Penelitian dari Department of Emergency deskriptif yang bertujuan untuk melihat
Medicine, Nazilli General Hospital, Nazilli, karakteristik penderita faringitis akut di
Jurnal Kedokteran Methodists, Vol. 9 No. 9 April 2017
714

Poliklinik THT Rumah Sakit TK II Putri Hijau medik pasien rawat jalan yang didiagnosis
Kesdam I / Bukit Barisan Medan tahun 2016. faringitis akut di Poliklinik THT Rumah Sakit
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh TK II Putri Hijau Kesdam I / Bukit Barisan
data rekam medis yang didiagnosa faringitis Medan Tahun 2016. Sampel penelitian ini
akut dan ditulis secara lengkap di Rumah Sakit adalah data rekam medik penderita faringitis
TK II Putri Hijau Kesdam I / Bukit Barisan akut yang memiliki data lengkap sesuai variabel
penelitian. Variabel yang akan diamati adalah
Medan Tahun 2016. Jumlah populasi pada
usia, jenis kelamin, pekerjaan, keluhan utama,
penelitian ini adalah sebanyak 523 sampel.
gejala klinis, tanda klinis.
Tabel 1. Karakteristik Penderita Faringitis
PROSEDUR PENELITIAN Akut Berdasarkan Usia
Prosedur penelitian ini adalah sebagai
berikut, Permohonan izin melakukan penelitian Usia Frekuensi Persentase(%)
dengan menerima surat survei penelitian dari 0–5 2 2,3
pihak institusi pendidikan. Setelah mendapatkan 6 – 11 23 27,3
izin surat survei penelitian dari pihak institusi 12 – 16 3 3,6
pendidikan, penulis kemudian melakukan 17 – 25 5 6
permohonan izin penelitian kepada Tata Usaha 26 – 35 13 15,4
Rumah Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I / Bukit 36 – 45 14 16,7
Barisan Medan. Setelah izin diberikan dari pihak 46 – 55 11 13,1
Rumah Sakit, penulis melakukan survei awal 56 – 65 10 12
untuk mengetahui kelengkapan data yang > 65 3 3,6
dibutuhkan melalui pengamatan catatan rekam Total 84 100%
medik pasien. Mencatat data semua penderita Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa
faringitis akut yang berobat ke Poliklinik THT jumlah frekuensi penderita faringitis akut
Rumah Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I / Bukit berdasarkan usia adalah dengan kelompok usia
Barisan Medan Tahun 2016. Pengambilan data 0-5 tahun yaitu berjumlah 2 orang (2,3%), usia
rekam medik diambil secara acak. Meminta 6-11 tahun berjumlah 23 orang (27,3%), usia 12-
status rekam medik dan mencatat data sesuai 16 tahun berjumlah 3 orang (3,6%), usia 17-25
nomor rekam medik yang telah dicatat, tahun berjumlah 5 orang (6%), usia 26-35 tahun
kemudian melakukan penelitian terhadap data berjumlah 13 orang (15,4%), usia 36-45 tahun
yang diperlukan yaitu Karakteristik Penderita berjumlah 14 orang (16,7%), usia 46-55 tahun
Faringitis Akut di Poliklinik THT Rumah Sakit berjumlah 11 orang (13,1%), usia 56-65
TK II Putri Hijau Kesdam I / Bukit Barisan berjumlah 10 0rang (12%), usia > 65 tahun
Medan Tahun 2016. berjumlah 3 orang (3,6%). Didapati jumlah
Data yang telah terkumpul dari rekam frekuensi penderita faringitis akut berdasarkan
medis diperiksa dan diolah dengan bantuan usia yang paling tertinggi adalah dengan
komputer dan akan ditabulasi, selanjutnya kelompok usia 6-11 tahun dengan persentase
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi 27,3%.
sesuai variabel penelitian yaitu usia, jenis Tabel 2. Karakteristik Penderita Faringitis
kelamin, pekerjaan, keluhan utama, gejala klinis, Akut Berdasarkan Jenis Kelamin
dan tanda klinis. Jenis Frekuensi Persentase(%)
Kelamin
HASIL Laki-laki 44 52,4
Sampel yang diperoleh merupakan data Perempuan 40 47,6
sekunder, yaitu data rekam medik dari Rumah Total 84 100%
Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I / Bukit Barisan Berdasarkan tabel dan 2, dapat diketahui
Medan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah bahwa jumlah frekuensi penderita faringitis akut
84 sampel, yang diambil dari bagian data rekam berdasarkan jenis kelamin adalah kelompok
Jurnal Kedokteran Methodists, Vol. 9 No. 9 April 2017
715

jenis kelamin laki-laki 44 orang (52,4%) dan Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa
pada perempuan sebanyak 40 orang (47,6%). jumlah frekuensi penderita faringitis akut
Didapati jumlah frekuensi penderita faringitis berdasarkan keluhan utama nyeri menelan
akut berdasarkan jenis kelamin yang paling adalah sebanyak 50 orang (59,5%), nyeri
banyak adalah pada laki-laki sebanyak 44 orang tenggorokan sebanyak 30 orang (35,7%),
dengan persentase 52,4%. mengganjal di tenggorokan sebanyak 2 orang
Tabel 3. Karakteristik Penderita Faringitis (2,4%), dan sakit kepala sebanyak 2 orang
Akut Berdasarkan Pekerjaan (2,4%). Jadi jumlah frekuensi penderita
Pekerjaan Frekuensi Persentase(%) faringitis akut dilihat berdasarkan keluhan utama
Pegawai 26 31 yang terbanyak adalah keluhan nyeri menelan
swasta sebanyak 50 orang dengan persentase 59,5%.
Pegawai 10 11,9 Tabel 5. Karakteristik Penderita Faringitis
negeri sipil / Akut Berdasarkan Gejala Klinis
TNI / Polri Gejala Frekuensi Persentase(%)
Pelajar / 30 35,7 Klinis
mahaiswa Demam 40 47,6
Ibu rumah 6 7,1 Nyeri 4 4,7
tangga menelan
Tidak 5 6 Sakit 4 4,7
bekerja / kepala
pensiun Batuk 31 37
Lain-lain 7 8,3 Suara 5 6
Total 84 100% parau
Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa Total 84 100%
jumlah frekuensi penderita faringitis akut Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa
berdasarkan pekerjaan adalah pegawai swasta jumlah frekuensi penderita faringitis akut
sebanyak 26 orang (31%), pegawai negeri sipil / berdasarkan gejala klinis adalah demam
TNI / Polri sebanyak 10 orang (11,9%), sebagai sebanyak 40 orang (47,6%), nyeri menelan
pelajar/mahasiswa sebanyak 30 orang (35,7%), sebanyak 4 orang (4,7%), sakit kepala sebanyak
ibu rumah tangga sebanyak 6 orang (7,1%), 4 orang (4,7%), batuk sebanyak 31 orang (37%),
tidak bekerja / pensiunan sebanyak 5 orang dan suara parau sebanyak 5 orang (6%). Jadi
(6%), dan lain-lain sebanyak 7 orang (8,3%). jumlah frekuensi penderita faringitis akut
Didapati jumlah frekuensi penderita faringitis berdasarkan gejala klinis yang paling terbanyak
akut dilihat berdasarkan pekerjaan yang paling adalah gejala klinis demam sebanyak 40 orang
banyak terjadi adalah pada pelajar / mahasiswa dengan persentase 47,6%.
sebanyak 30 orang dengan persentase 35,7%. Tabel 6. Karakteristik Penderita Faringitis
Tabel 4. Karakteristik Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Tanda Klinis
Akut Berdasarkan Keluhan Utama Tanda Frekuensi Persentase(%)
Keluhan Frekuensi Persentase(%) Klinis
Utama Hiperemis 74 88,1
Nyeri 50 59,5 faring
menelan Hiperemis 7 8,3
Nyeri 30 35,7 faring
tenggorokan dengan
Mengganjal 2 2,4 eksudat
di Plak putih 3 3,6
tenggorokan pada
Sakit kepala 2 2,4 orofaring
Total 84 100% Total 84 100%
Jurnal Kedokteran Methodists, Vol. 9 No. 9 April 2017
716

Berdasarkan tabel dan 6, dapat dilihat bagian THT-KL RSUD Labuang Baji Makassar
bahwa jumlah frekuensi penderita faringitis akut dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 46
berdasarkan tanda klinis hiperemis faring sampel atau 60,5% 9.
sebanyak 74 orang (88,1%), hiperemis faring Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan
dengan eksudat sebanyak 7 orang (8,3%), dan oleh Fan Ong Hoi di Rumah Sakit Umum Pusat
plak putih pada orofaring sebanyak 3 orang Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011
(3,6%). Jadi jumlah frekuensi penderita berbeda dengan hasil penelitian lainnya dimana
faringitis akut berdasarkan tanda klinis yang hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin yang
paling banyak terjadi adalah dengan tanda klinis paling banyak adalah perempuan sebanyak 70
hiperemis faring sebanyak 74 orang (88,1%). sampel atau 57,9% 10.
Tetapi menurut Fred F. Ferri atau Ferri’s
PEMBAHASAN Clinical Advisor 2017, terjadinya faringitis akut
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di berdasarkan jenis kelamin baik perempuan
Poliklinik THT Rumah Sakit TK II Putri Hijau maupun laki-laki memiliki peluang yang sama,
Kesdam I / Bukit Barisan Medan Tahun 2016 tidak ada yang lebih dominan untuk bisa
didapatkan penderita faringitis akut berdasarkan menderita penyakit faringitis akut 7.
usia yang paling banyak adalah kelompok usia Menurut Marquez juga mengatakan bahwa
6-11 tahun sebanyak 23 orang (27,3%). Hasil tidak ada perbandingan jenis kelamin antara
penelitian ini dapat dikuatkan oleh Sari yang laki-laki dan perempuan yang lebih rentan
mengatakan Faringitis akut dapat terjadi pada mengalami faringitis akut 11.
semua umur, sering terjadi pada anak usia 5-15 Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
tahun dan jarang pada anak usia di bawah 3 Poliklinik THT Rumah Sakit TK II Putri Hijau
tahun, insiden meningkat seiring bertambahnya Kesdam I / Bukit Barisan Medan Tahun 2016
usia, mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun didapatkan jumlah penderita faringitis akut
dan berlanjut sepanjang akhir masa anak hingga berdasarkan pekerjaan yang paling banyak
dewasa 4. Menurut Journal of the American adalah pekerjaan pelajar/mahasiswa 30 orang
Academy of Family Physician, nyeri (35,7%). Hasil penelitian ini berbeda dengan
tenggorokan paling sering disebabkan karena penelitian yang dilakukan Fan Ong Hoi di
infeksi langsung pada dinding faring oleh Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
bakteri dan virus. Faringitis Streptokokus Beta Medan pada tahun 2011 dimana berdasarkan
Hemolitikus Grup A lebih sering terjadi pada pekerjaan, yang paling banyak adalah pegawai
anak-anak dengan jumlah kasus berkisar antara swasta 32 sampel atau 26,4% 10. Belum ada
15-30% kasus dan pada dewasa sekitar 5-15% penelitian yang spesifik mengenai hubungan
kasus 8 pekerjaan dengan terjadinya faringitis akut,
Frekuensi munculnya faringitis lebih sering namun mungkin pekerjaan seperti
pada populasi anak-anak. Kira-kira 15-30% pelajar/mahasiswa yang mempunyai interaksi
kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah dan sosial yang lebih banyak antar
10% kasus faringitis pada orang dewasa terjadi pelajar/mahasiswa lebih rentan terinfeksi
pada musim sejuk adalah akibat dari infeksi penyakit faringitis akut. Hal ini dikarenakan
Group A Streptococcus. Faringitis jarang terjadi infeksi pada faringitis dapat terjadi melalui
pada anak-anak kurang dari 3 tahun 6. penularan lewat kontak dari sekret hidung dan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di ludah atau droplet infections 12.
Poliklinik THT Rumah Sakit TK II Putri Hijau Menurut Murphy dari Michigan Medicine
Kesdam I / Bukit Barisan Medan Tahun 2016 University of Michigan Amerika Serikat
didapatkan jumlah penderita faringitis akut faringitis akut lebih banyak diderita oleh anak-
berdasarkan Jenis kelamin yang paling banyak anak yang bersekolah atau pelajar 15%-30% dan
adalah jenis kelamin laki-laki 44 orang (52,4%). dewasa 5%-10% 13. Menurut dari Journal of The
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian American Academy of Family Physician
Rivan Foeng yang dilakukan di Poli Rawat Jalan mengenai terjadinya faringitis akut, transmisi
virus atau bakteri pada faringitis akut muncul
Jurnal Kedokteran Methodists, Vol. 9 No. 9 April 2017
717

paling sering dengan kontak tangan dengan berdasarkan gejala klinis yang paling terbanyak
cairan hidung daripada kontak oral 8. adalah demam 40 orang (74,1%) 4.
Berdasarkan dari aktivitas yang sering dilakukan Menurut Behrman, gejala klinis yang
oleh pelajar/mahasiswa seperti berbicara atau terdapat pada faringitis akut adalah demam,
berkomunikasi dan berjabat tangan antar sesama malaise, dan anoreksia dengan nyeri
pelajar/mahasiswa akan meningkatkan resiko tenggorokan sedang. Nyeri tenggorokkan dapat
tertular yang dapat mengakibatkan terjadinya ada pada mulanya, tetapi yang lebih lazim
faringitis akut. adalah, nyeri mulai timbul sekitar sehari sesudah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di mulainya gejala-gejala, mencapai puncaknya
Poliklinik THT Rumah Sakit TK II Putri Hijau pada hari ke-2 sampai ke-3. Suara parau, batuk,
Kesdam I / Bukit Barisan Medan Tahun 2016 dan rhinnitis juga lazim ada 15. Faringitis akut
didapatkan jumlah penderita faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri gejala klinisnya
berdasarkan keluhan utama yang paling banyak tidak selalu dapat langsung membedakan
adalah keluhan utama nyeri menelan 50 orang faringitis viral dengan faringitis bakterialis.
(59,5%). Hasil penelitian ini sejalan dengan Pasien dengan faringitis bakterialis biasanya
penelitian yang dilakukan oleh Fan Ong Hoi di datang dengan nyeri tenggorok, nyeri menelan,
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dan demam. Gejala lainnya dapat disertai sakit
Medan pada tahun 2011 dengan hasil penelitian kepala hebat, mual, muntah, dan nyeri perut 16.
keluhan utama yang paling terbanyak adalah Menurut Rusmarjono faringitis merupakan
nyeri menelan sebanyak 68 sampel dengan peradangan dinding faring yang dapat
persentase 56,2 % 10. Hasil penelitian ini juga disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma,
sejalan dengan penelitian Rivan Foeng yang toksin dan lain-lain. Gejala klinis pada faringitis
dilakukan di Poli Rawat Jalan bagian THT-KL akut didapati demam disertai rinorea, mual,
RSUD Labuang Baji Makassar dengan keluhan nyeri tenggorok, sulit menelan 17.
utama odinofagi atau nyeri menelan sebanyak 31 Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
sampel atau 40,8% 9. Poliklinik THT Rumah Sakit TK II Putri Hijau
Menurut jurnal Review Pharyngitis and Kesdam I / Bukit Barisan Medan Tahun 2016
Sore Throat dari College of Conventional didapatkan jumlah penderita faringitis akut
Medicine, Islamia university, Bahawalpur, berdasarkan tanda klinis yang paling banyak
Pakistan, menyatakan bahwa faringitis adalah adalah tanda klinis hiperemis faring 74 orang
sakit pada tenggorokan yang disebabkan oleh (88,1%). Hasil penelitian ini sejalan dengan
pembengkakan pada bagian belakang penelitian yang dilakukan oleh Fan Ong Hoi di
tenggorokan dengan keluhan nyeri menelan, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
nyeri tenggorokan, dan gatal pada Medan pada tahun 2011 dengan hasil penelitian
14
tenggorokan . Berdasarkan buku ajar Ilmu tanda klinis yang paling terbanyak adalah tanda
Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok Kepala klinis faring hiperemis 90 sampel atau 74,4 % 10.
Leher, faringitis akut akan menimbulkan Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, sulit Diana sari yang dilakukan di Poliklinik THT-KL
menelan, batuk dan otalgia 12. RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di November 2012 – Februari 2013 berdasarkan
Poliklinik THT Rumah Sakit TK II Putri Hijau tanda klinis didapati seluruh pasien mengalami
Kesdam I / Bukit Barisan Medan Tahun 2016 hiperemis faring sebanyak 54 sampel atau 100%
4
didapatkan jumlah penderita faringitis akut . Menurut buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga
berdasarkan gejala klinis yang paling banyak Hidung Tenggorok Kepala dan Leher faringitis
adalah gejala klinis demam 40 orang (47,6%). akut yang disebabkan oleh bakteri, virus
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian memiliki tanda klinis faring yang hiperemis,
yang dilakukan oleh Diana sari di Poliklinik tonsil hiperemis dan tonsil membesar 12.
THT-KL RSUP Dr. Mohammad Hoesin Menurut Journal of the American Academy
Palembang November 2012 – Februari 2013 of Physician, faringitis merupakan inflamasi
yang terjadi pada dinding faring. Pada
Jurnal Kedokteran Methodists, Vol. 9 No. 9 April 2017
718

pemeriksaan klinis yang dilakukan dapat ge.do?eid=4-u1.0-B978-


ditemukan faring hiperemis 18. Menurut Tanto 0443068393..00054-0--s0015&isbn=978-0-
Faringitis yang disebabkan oleh bakteri 443-06839-3&uniqId=412762026-1459#4
didapatkan tanda klinis tonsil yang membesar, u1.0-B978-0-443-06839-3..00054-0--s0015
tonsil dan faring hiperemis, terdapat eksudat dan p: 815-821
pembesaran kelenjar getah bening. Ulvula dapat 3. Alan L. Bisno, M.D., 2011. Acute
ditemukan membengkak, merah dengan ptekie Pharyngitis: Primary Care. In: The New
pada palatum dan faring 16. England Journal of Medicine. Available
From:
KESIMPULAN http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJ
Frekuensi berdasarkan usia yang paling M20010183440308. p : 205-211
banyak mengalami faringitis akut adalah yang 4. Sari, Diana., Effendi, Sofian., Theodorus.
berusia 6-11 tahun dengan jumlah sampel 23 2014. Uji Diagnostik Skoring Centor
orang (27,3%). Frekuensi berdasarkan jenis Modifikasi pada Penderita Faringitis Akut
Streptokokus Beta Hemolitikus Grup A.
kelamin yang paling banyak mengalami
Palembang: MKS. Available From:
faringitis akut adalah jenis kelamin laki-laki
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mks/art
dengan jumlah sampel 44 orang (52,4%). icle/view/2680. h : 102
Frekuensi berdasarkan pekerjaan yang 5. Tasar A., et al., 2008. Clinical Efficacy of
paling banyak mengalami faringitis akut adalah Dexamethasone for Acute Exudative
pada pelajar / mahasiswa dengan jumlah sampel Pharyngitis. In : J Emerg Med, 2008 Nov ;
30 orang (35,7%). Frekuensi berdasarkan 35(4) :363-7. Available From:
keluhan utama yang paling banyak mengalami http://www.jem-journal.com/article/S0736-
faringitis akut adalah keluhan utama nyeri 4679(08)00034-6/fulltext. P : 363
menelan dengan jumlah sampel 50 orang 6. Accerra, John R. 2013. Medsape
(59,5%). Pharyngitis : Follow Up. Available from:
Frekuensi berdasarkan gejala klinis yang http://www.medicine.medscape.com/article/
paling banyak mengalami faringitis akut adalah 764304-followup#a2650. Buku Saku Ilmu
Kesehatan Tenggorok, Hidung, dan
gejala klinis demam dengan jumlah sampel 40
Telinga. Jakarta : EGC. p: 180
orang (47,6%). Frekuensi berdasarkan tanda 7. Ferri, Fred F. Ferri‟s Clinical Advisor.
klinis yang paling banyak mengalami faringitis 2016. Avalable from :
akut adalah tanda klinis hiperemis faring dengan https://books.google.co.id/books?id=rRhCD
jumlah sampel 74 orang (88,1%). AAAQBAJ&pg=PA965&lpg=PA965&dq=
ferri%27s+clinical+advisor+pharyngitis&so
DAFTAR PUSTAKA urce=bl&ots=JYJeR7nvAM&sig=LgVP_4
1. Departemen Kesehatan RI. 2007. HFqK9ViPd6__xPLd3mCv8&hl=id&sa=X
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit &redir_esc=y#v=onepage&q=ferri%27s%2
Infeksi Saluran Pernapasan. Jakarta. 0clinical%20advisor%20pharyngitis&f=fals
Available from: e p : 965
http://binfar.kemkes.go.id/v2/wpcontent/upl 8. Miriam T. Vincent, M.D., M.S., Nadhia
oads/2014/02/PC_INFEKSI.pdf. Clestin, M.D., and Aneela N.Hussain, M.D.
2. Mary T. Caserta and Anthony R. Flores, 2009. Pharyngitis. In: A Peer-Reviewed
2013. Pharyngitis In: Mandell : Mandell, Journal of the American Academy of
Douglas, and Bennett‟s Principles and Family Physician. State University of New
Practice of Infectious Diseases, York. Available From:
7thed.Volume 1, Part II, Section B, Chapter http://www.aafp.org/afp/2006/0315/p1465.
54. Available html. p : 656
From:http://www.mdconsult.com/books/pa 9. Rivan, Foeng. 2016. Karakteristik Penderita
Faringitis di Poli Rawat Jalan Bagian THT-
Jurnal Kedokteran Methodists, Vol. 9 No. 9 April 2017
719

KL RSUD Labuang Baji Makassar Periode


1 Agustus 2014 – 31 Juli 2015. Makassar.
FK Unhas.
10. Fan, Ong Hooi. 2013. Karakteristik
Penderita Faringitis Akut di RSUP. Adam
Malik Medan Tahun 2011-2012. Medan :
FK USU.
11. Marquez, Maria A Carrillo. Bacterial
Pharyngitis Medscape. 2016. Available
From:
http://emedicine.medscape.com/article/225
243-overview#showall. p : 2145
12. Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin,
J., Restuti, R.D., 2014. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Edisi Ketujuh. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
h : 195.
13. Murphy, Terrance P. 2013. Group A Beta
Hemolytic Streptococcal Infection
Pharyngitis. Michigan Medicine University
Of Michigan. Available From:
http://www.mqic.org/pdf/mqic_acute_phary
ngitis_in_children_3to18_years_old_cpg.pd
f. p : 1541
14. Aamir, Somro. 2011. Pharyngitis and Sore
Throat. Pakistan : College of Conventional
Medicine, Islamia University, Bahawalpur.
p : 6190.
15. Behrman, Richard E., Kliegman, Robert
M., Arvin, Ann M. 2011. Ilmu Kesehatan
Anak Nelson. Jakarta : EGC. h: 1456-1461.
16. Tanto, Chris., Liwang, Trans., Hanifati,
Sonia., Pradipta, Eka Adip. 2014. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi IV Jilid II.
Jakarta : EGC. h : 1057.
17. Rusmarjono, 2014. Bab IX Nyeri
Tenggorok. Dalam: Efiaty A.S., Nurbaiti
I.,Jenny B. Dan Ratna D.R. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tengggorok
Kepala & Leher. Jakarta, 2007. Edisi ke-6.
h : 212-215; 217-218.
18. Jill M, Gore. 2013. Acute Pharyngitis.
Journal of The American Academy of
Physician. Di akses dari :
http://journals.lww.com/jaapa/Citation/201
3/02000/ACUTE_PHARYNGITIS.12.aspx.
p : 57-

Jurnal Kedokteran Methodists, Vol. 9 No. 9 April 2017


795

ARTIKEL PENELITIAN

KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA DIARE DI RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014
Dina Olivia 1,Ivone R.V.O Situmeang 2, Laura tambunan3, Saur Lidya M. Gultom4,Sofina5

ABSTRACT
Background: Diarrhea was defined as a decrease in stool consistency (loose or liquid) or increased frequency of
bowel movements (more than three times a day). If the diarrhea happen, fluid discharge are more than fluid intake
there will be a deficit of body fluids that is called dehydration which can lead to death. Diarrhea remains the second
leading cause of death among children under five globally. Nearly one in five child deaths about 1.5 million each
year is due to diarrhea. It kills more young children than AIDS, malaria and measles combined. Worldwide,
diarrheal disease is the leading cause of death under 5 years of age. Data collected from 276 surveys on diarrhea in
60 countries between 1981 and 1986 have shown that one-third of all deaths in children below 5 years of age is
caused by diarrhea. Approximately 1.5 billion diarrheal episodes and 4.6 million deaths in children occur per year
(or 12,600 deaths per day).

Methods: This Research is a descriptive study with cross sectional design. Samples were obtained by using Slovin
formula so that we obtained 76 sample who meet the inclusion and exclusion criteria. The sampling technique is
done by simple random sampling. Data source derived from Dr. Pirngadi hospital medical records.

Result: The results of this study, we found that the highest incidence of children under five years with diarrhea is the
age group of 0 to 12 months with total 60,53%. Children with diarrhea are most female total 52,64%, with good
nutritional status 55,26%, and moderates degree of dehydration total 64,47%.

Conclusions: Characteristics of children under five years in Dr Pirngadi Hospital, the highest incidence rates is the
age group of 0 to 12 months, good nutritional status, with moderate degrees of dehydration.
Keyword: Diarrhea in children under five years, Diarrhea

PENDAHULUAN Menurut ESPGHAN, diare didefinisikan sebagai


penurunan konsistensi tinja (longgar atau cair)

D iare dapat didefinisikan sebagai


frekuensi yang abnormal saat defekasi
dengan konsistensi tinja yang lebih
encer dan cair.1
atau peningkatan frekuensi buang air besar
(biasanya ≥3 kali dalam 24 jam).

dr.Dina Olivia, SpA 1,dr. Ivone Ruth Situmeang, M.Kes 2, dr. Laura Tambunan, M.Kes3, Saur Lidya M.
Gultom4,Sofina5
1
Department of Pediatrics, Faculty of Medicine, Methodist University of Indonesia, Medan
2
Department of Public Health, Faculty of Medicine, Methodist University of Indonesia, Medan
3
Department of Neurology, Faculty of Medicine, Methodist University of Indonesia, Medan
4
Faculty of Medicine, Methodist University of Indonesia, Medan
Correspondence : dr.Dina Olivia, SpA
Email : dinaolivia77@gmail.com

Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 10 No. 10 April 2018

795
796

Diare bisa disertai dengan muntah atau tinja USA. Sebuah studi di Eropa menyatakan
yang berdarah. Apabila pada diare pengeluaran bahwa infeksi Rotavirus merupakan
cairan melebihi pemasukan maka akan terjadi penyebab 72.000 hingga 77.000 penerimaan
defisit cairan tubuh yang disebut dehidrasi yang pasien di rumah sakit dari 23 juta anak-anak
dapat menyebabkan kematian.2 berusia di bawah 5 tahun tinggal di kawasan
Data WHO menyebutkan diare merupakan
Eropa.5
penyebab kedua kematian pada anak balita
Di Tanzania, Enteropatogen dominan pada
secara global setelah pneumonia. Hampir satu
anak adalah E. coli (35.7%). Dalam penelitian
dari lima kasus kematian anak, sekitar 1,5 juta
terbaru dari Vietnam, patogen teridentifikasi di
kematian di setiap tahun.3 Diare membunuh
tinja 67,3% adalah Rotavirus dan E.coli.4
lebih banyak anak dibandingkan dengan AIDS,
Di Indonesia, penyakit diare masih
Malaria dan campak. Pada tahun 2006, The
merupakan masalah kesehatan pada anak-anak,
United Nation Children Fund (UNICEF) dan
karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih
World Health Organization (WHO)
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh
mengeluarkan laporan yang menyoroti penyebab
Sub Direktorat (Subdit) diare, Departemen
umum kematian di kalangan anak-anak.
Kesehatan dari tahun 2000 sampai 2010 terlihat
Tujuannya adalah untuk memfokuskan perhatian
kecenderungan insiden naik. Pada tahun 2000 IR
pada pencegahan dan memanajemen penyakit
(Incidence Rate) penyakit diare pada anak
diare untuk meningkatkan kelangsungan hidup
301/1000 orang, tahun 2003 naik menjadi
anak. Bersama dengan Pneumonia, diare juga
374/1000 orang, tahun 2006 naik menjadi
bertanggung jawab sekitar 40% kematian pada
423/1000 orang dan tahun 2010 menjadi
anak di seluruh dunia setiap tahun.3
411/1000 orang. Kejadian Luar Biasa (KLB)
Di seluruh dunia, data yang dikumpulkan
diare juga masih sering terjadi pada anak,
dari 276 survei pada diare di 60 negara antara
dengan CFR (Case Fatality Rate) yang masih
tahun 1981 dan 1986 menunjukkan bahwa
tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69
sepertiga dari semua kematian pada anak-anak di
kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang dan
bawah usia 5 tahun disebabkan oleh diare.
kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009
Sekitar 1,5 miliar episode diare dan 4,6 juta
terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah
kematian pada anak-anak terjadi setiap tahun
kasus 5756 orang dan kematian 100 orang (CFR
(12.600 kematian per hari).4
1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare
Di Amerika Serikat pada tahun 1990 an,
di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204
diperkirakan terdapat kasus diare sebanyak dan kematian 73 orang (CFR 1,74 %).6
200.000 anak rawat inap dan 300 kematian Prevalensi diare pada anak dalam Riskesdas
pada anak-anak berusia lebih kecil dari 5 2013 adalah 6,7% (rentang: 3,3%-10,2%),
tahun setiap tahun. Sebuah studi tertinggi di Provinsi NAD (10,2%) dan terendah
observasional prospektif dilakukan di di Kalimantan Timur (3,3%). Beberapa provinsi
Belgia, Perancis, Jerman, Italia, Swedia, dan mempunyai prevalensi diare klinis >6,7%
Inggris untuk menentukan angka kejadian diantaranya NAD, Sumatera Barat, Bengkulu,
diare (patogen yang bertanggung jawab DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Sulawesi
paling umum) pada anak di bawah 5 tahun Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan
yang perawatan medis primer di instalasi Papua.7 Berdasarkan latar belakang tersebut
maka dilakukan penelitian tentang karakteristik
gawat darurat, dan sebagai pasien rawat
balita penderita diare di RSUD dr Pirngadi
inap. Sekitar 10% dari anak-anak berusia Medan tahun 2014.
dibawah 5 tahun menerima pelayanan
kesehatan dengan diare setiap tahun.
Rotavirus menyumbang 28 sampai 52% dari
BAHAN DAN CARA
kasus diare. Diperkirakan bahwa Rotavirus Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr Pirngadi
Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
merupakan penyebab 60.000 anak rawat
Maret sampai April 2016. penelitian ini
inap dan 37 kasus kematian setiap tahun di
Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 10 No. 10 April 2018
797

dilakukan dengan menggunakan data sekunder meliputi usia, jenis kelamin, status gizi dan
yang diperoleh dari data rekam medis balita derajat dehidrasi.
yang menderita diare di RSUD dr Pirngadi Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien
Medan tahun 2014 dengan Mencatat data rekam Diare Berdasarkan Usia
medis yang diperlukan yaitu umur, jenis Tabel 1 Distribusi Frekuensi dan Persentase
kelamin, status gizi dan derajat dehidrasi Pasien Diare Berdasarkan Usia di RSUD Dr
Pirngadi Medan Tahun 2014
PROSEDUR PENELITIAN Usia Frekuensi (n) Persentase
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr (bulan) (%)
Pirngadi Medan dengan memberi surat izin 0 – 12 46 60,5%
penelitian ke bagian penelitian RSUD dr 13 – 36 20 26,3%
Pirngadi Medan dengan Meminta rekam 37 – 60 10 13,2%
medis yang berisi data penderita diare pada Total 76 100%
anak balita di RSUD dr Pirngadi Medan Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa
kelompok usia balita penderita diare di RSUD
Mencatat data rekam medis yang diperlukan
Dr Pirngadi yang paling tinggi adalah kelompok
yaitu umur, jenis kelamin, status gizi dan usia 0-12 bulan dengan jumlah 46 orang
derajat dehidrasi. (60,5%), kelompok usia tertinggi kedua adalah
kelompok usia 13-36 bulan dengan jumlah 20
HASIL orang (26,3%) dan kelompok usia yang paling
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. rendah jumlahnya adalah usia 37-60 bulan
Pirngadi Medan merupakan unit pelayanan dengan jumlah 10 orang (13,2%).
kesehatan milik Pemerintah Kota Medan yang
terletak di jalan Prof.H.M.Yamin SH No. 47 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien
Medan, Sumatera Utara. Rumah Sakit ini juga Diare Berdasarkan Jenis Kelamin
merupakan rumah sakit kelas B sesuai akreditasi Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase
Dep. Kes.RI Nomor: HK.00.06.3.5.738 tanggal Pasien Diare Berdasarkan Jenis Kelamin di
9 Februari 2007. Pada tanggal 10 April 2007, RSUD Dr Pirngadi Medan Tahun 2014
Badan Pelayanan Kesehatan RSUD Dr. Pirngadi Jenis Frekuensi Persentase
Kota Medan resmi menjadi rumah sakit kelamin (n) (%)
pendidikan berdasarkan keputusan Menteri Laki-laki 36 47,4%
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: Perempuan 40 52,6%
433/Menkes/SK/IV/2007. Rumah sakit ini Total 76 100%
memiliki fasilitas rekam medis yang sistematis Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa
yang lengkap dengan berbagai penyakit pada perempuan mempunyai frekuensi sampel yang
semua pasien baik anak, orang dewasa maupun lebih tinggi dibandingkan laki-laki yaitu
lansia (lanjut usia). sebanyak 40 orang (52,6%) untuk perempuan
dan 36 orang (47,4%) untuk laki-laki.
Deskripsi Karakteristik Sampel Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien
Penelitian tentang karakteristik balita Diare Berdasarkan Status Gizi
penderita diare di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase
telah dilakukan dan tercatat jumlah populasi Pasien Diare Berdasarkan Status Gizi (BB/U) di
berdasarkan rekam medik sebanyak 317 pasien. RSUD Dr Pirngadi Medan Tahun 2014
Setelah itu, dari jumlah populasi tersebut Status Gizi Frekuensi (n) Persentase (%)
diambil sampel dengan memakai rumus Slovin
sehingga diperoleh sampel penelitian sebanyak Gizi lebih 3 4,0%
76 pasien. Cara pengambilan sampel dilakukan Gizi baik 42 55,2%
dengan teknik simple random sampling. Gizi kurang 19 25,0%
Distribusi frekuensi dari keseluruhan sampel Gizi buruk 12 15,8%
Total 76 100%
Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 10 No. 10 April 2018
798

Berdasarkan Tabel 3, telah didapat bahwa tahan tubuhnya terhadap infeksi terutama
sebanyak 42 orang (55,2%) mempunyai gizi penyakit diare semakin rendah apalagi jika anak
baik, 19 orang (25,0%) datang dengan gizi mengalami status gizi kurang dan berada dalam
kurang, 12 orang (15,8%) datang dengan gizi lingkungan yang sanitasi buruk dan kurang
buruk dan 3 orang (4,0%) datang dengan gizi memadai.9
lebih. Jenis kelamin balita yang paling banyak
menderita diare di RSUD Dr Pirngadi Medan
Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien adalah balita perempuan yang mempunyai
Diare Berdasarkan Derajat Dehidrasi jumlah sampel 40 orang (52,6%) dan balita laki-
Tabel 4 Distribusi Frekuensi dan Persentase laki dengan jumlah 36 orang (47,4%).
Pasien Diare Berdasarkan Derajat Dehidrasi di Hasil Penelitian Amelia di Puskesmas
RSUD Dr Pirngadi Medan Tahun 2014 Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan
Derajat Frekuensi Persentase diperoleh proporsi penderita diare pada balita
Dehidrasi (n) (%) perempuan berjumlah 180 orang (52,6%), dan
Tanpa 14 18,4% balita laki-laki berjumlah 162 orang (47,4%).10
dehidrasi Sedangkan hasil penelitian Faustine di RSUD
Undata Palu diperoleh proporsi penderita diare
Ringan- 49 64,5%
dengan jumlah balita perempuan dan balita laki-
Sedang laki adalah sama dengan jumlah 15 orang
Berat 13 17,1% (50%).11
Total 76 100% Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa
Berdasarkan Tabel 4, didapatkan bahwa perbedaan jumlah kasus antara laki-laki dan
paling banyak sampel mengalami derajat perempuan tidak terlalu signifikan. Pada kasus
dehidrasi ringan-sedang yaitu sebanyak 49 tertentu jenis kelamin mempengaruhi terjadinya
orang (64,5%). Sampel yang tanpa penyakit akan tetapi pada kasus diare jenis
mengalami dehidrasi ada sebanyak 14 orang kelamin tidak mempengaruhi kejadian diare.
(18,4%) sedangkan sampel yang mengalami Hasil ini juga didukung oleh penelitian
Adisasmito yang mengemukakan bahwa jenis
dehidrasi berat dengan jumlah paling sedikit
kelamin bukanlah salah satu dari faktor resiko
yaitu 13 orang (17,1%). untuk terkena diare akut pada balita.12
Status gizi balita penderita diare di RSUD
PEMBAHASAN Dr Pirngadi Medan yang paling banyak adalah
Kelompok usia balita yang paling banyak status gizi baik dengan jumlah 42 orang
menderita diare di RSUD Dr Pirngadi Medan (55,2%), status gizi kurang berjumlah 19 orang
adalah kelompok usia 0-12 bulan dengan jumlah (25%), status gizi buruk berjumlah 12 orang
46 orang (60,5%), kelompok usia 13-36 dengan (15,8%) dan status gizi lebih berjumlah 3 orang
jumlah 20 orang (26,3%) dan kelompok usia 37- (4%).
60 dengan jumlah 10 orang (13,2%). Hasil penelitian Yusuf di RSUD Dr Zainoel
Hasil penelitian Wibisono di RSUD Arifin Abidin Banda Aceh diperoleh proporsi penderita
Achmad Provinsi Riau diperoleh proporsi diare pada balita dengan status gizi baik
penderita diare pada balita berusia 0-12 bulan berjumlah 46 orang (44,2%), status gizi kurang
berjumlah 16 orang (53,3%), balita berusia 13- berjumlah 40 orang (38,5%), status gizi buruk
36 bulan berjumlah 10 orang (33,3%), dan balita berjumlah 9 orang (8,6%) dan status gizi lebih
berusia 37-60 berjumlah 4 orang (13,4%).8 berjumlah 3 orang (2,9%).13 Dari hasil penelitian
Hal ini sesuai dengan Survei Demografi ini dapat disimpulkan bahwa anak dengan status
Kesehatan Indonesia tahun 2012, bahwa gizi baik juga bisa mengalami diare. Status gizi
semakin muda usia anak balita maka semakin bukan penyebab terjadinya diare pada balita
besar kecenderungan terkena diare. Tingginya melainkan diare disebabkan oleh infeksi virus,
angka diare pada balita yang berusia lebih muda bakteri, parasit, malabsorbsi makanan dan
dikarenakan semakin muda usia balita daya alergi.13

Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 10 No. 10 April 2018


799

Balita dengan status gizi yang baik, mampuan untuk menstabilisasi kalori yang
memiliki resiko menderita diare yang berat lebih masuk maka dapat timbul ketoasidosis.13
rendah dibandingkan dengan balita dengan
keadaan gizi yang buruk atau malnutrisi.14
Hubungan status gizi dengan kejadian diare KESIMPULAN
yaitu kekurangan gizi menyebabkan tubuh Berdasarkan usia, kelompok usia balita 0-12
rentan terhadap infeksi karena terjadi perubahan bulan terdapat 46 sampel (60,5%), kelompok
pada perlindungan yang diberikan oleh kulit dan usia 13-36 bulan dengan jumlah 20 sampel
selaput lendir serta menginduksi perubahan (26,3%) dan kelompok usia 37-60 bulan
fungsi kekebalan tubuh.15 Pada penelitian jumlahnya adalah 10 sampel (13,2%).
Dewey menunjukkan bahwa efek merugikan Berdasarkan jenis kelamin, pasien yang berjenis
dari infeksi tertentu (misalnya diare) dapat kelamin perempuan mempunyai frekuensi
dikurangi atau dihilangkan dengan memperbaiki sampel yang lebih tinggi yaitu sebanyak 40
gizi. Dengan meningkatkan gizi menjadi lebih sampel (52,6%) dan laki-laki sebanyak 36
baik dapat mencegah dan mengendalikan sampel (47,4%). Berdasarkan status gizi, pasien
infeksi.16 yang memiliki gizi baik terdapat sebanyak 42
Derajat dehidrasi pada balita penderita diare sampel (55,2%), gizi kurang terdapat sebanyak
di RSUD Dr Pirngadi yang paling banyak adalah 19 sampel (25%), gizi buruk terdapat sebanyak
derajat dehidrasi ringan-sedang berjumlah 49 12 sampel (15,8%), dan gizi lebih sebanyak 3
orang (64,5%). Balita yang tanpa mengalami sampel (4%). Berdasarkan derajat dehidrasi,
dehidrasi berjumlah 14 orang (18,4%) didapatkan bahwa paling banyak sampel
sedangkan balita yang mengalami dehidrasi mengalami derajat dehidrasi ringan-sedang yaitu
berat dengan jumlah paling sedikit yaitu 13 sebanyak 49 sampel (64,5%). Sampel yang tanpa
orang (17,1%). mengalami dehidrasi ada sebanyak 14 orang
Hasil Penelitian Mupidah diperoleh balita (18,4%) sedangkan sampel yang mengalami
penderita diare yang mengalami derajat dehidrasi berat dengan jumlah paling sedikit
dehidrasi ringan-sedang sebanyak 93 orang yaitu 13 orang (17,1%).
(66,4%), tanpa mengalami dehidrasi ada
sebanyak 30 orang (21,4%), dan yang DAFTAR PUSTAKA
mengalami dehidrasi berat sebanyak 17 orang
1. Marcdante KJ, Kliegman RM (2015).
(12,2%). Dari data diatas menunjukkan bahwa
Nelson: Essentials of pediatrics. 7th Edition.
pasien yang datang lebih banyak mengalami
USA: Elsevier Saunders, p: 424.
derajat dehidrasi ringan-sedang dimana derajat
2. Guarino A, Ashkenazi S, Gendrel D,
dehidrasi ini masih tergolong diare yang ringan
Vecchio AL, Shamir R, Szajewska H
namun perlu penanganan yang tepat.17
(2014). European Society for Pediatric
Pada diare, dehidrasi menyebabkan Gastroenterology, Hepatology, and
penurunan volume cairan tubuh yang Nutrition/European Society for Pediatric
menyebabkan berkurangnya perfusi Infectious Diseas Evidence-Based
jaringan. Berkurangnya volume cairan tubuh Guidelines for the Management of Acute
yang menyebabkan peningkatan kecepatan Gastroenteritis in Children in Europe, 59:
nadi sebagai kompensasi karena jantung 132-151.
berusaha untuk meningkatkan keluaran 3. WHO (2009). Diarrhoea: Why Children is
(output) dalam menghadapi volume pukulan Still Dying and what can be done.
(stroke volume) yang berkurang. http://www.who.int.pdf – Diakses Juni
Berkurangnya perfusi jaringan juga 2014.
4. El-Radhi AS, Carrol J, Klein N (2009).
menghambat fungsi ginjal sehingga
Clinical Manual of Fever in Children.
menyebabkan asidosis dan uremia. Apabila Berlin: Springer, pp: 96-103.
terdapat pengurangan dalam pemasukan 5. NICE (2009). Diarrhoea and vomiting
kalori yang menyertainya atau ketidak caused by gastroenteritis diagnosis,
Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 10 No. 10 April 2018
800

assessment and management in children 14. Njuguna J, Muruka C (2011). Diarrhoea


younger than 5 years. London: RCOG and Malnutrition Among Children in A
Press, pp: 1-3. Kenyan District: A Correlation Study
6. DepKes RI (2011). Situasi Diare di Journal of Rural and Tropical Public Health
Indonesia. Pusat Data dan Informasi 2011:10:53-8
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, h: 15. Brown KH (2003). Diarrhea and
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/str Malnutrition. American Society for
ucture-publikasi-pusdatin-buletin.html – Nutritional. JN the Journal of Nutrition
Diakses Oktober 2013. 0022-3166/03
7. DepKes RI (2013). Riset Kesehatan dasar http://www.jn.nutrition.org – Diakses 2003.
(RisKesDas) tahun 2013. Badan Penelitian 16. Dewey KG, Mayers DR (2011). Early Child
dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Growth: How Do Nutrition and Infection
Kesehatan RI, h: 73 Interact? Maternal and Child Nutrition.
http://www.depkes.go.id/resources/downloa http://www.researchgate.net/publication
d/general/Hasil%20Riskesdas%202013. pdf /221934452 – Diakses Oktober 2011.
– Diakses Oktober 2013. 17. Mupidah P, Salekade SB, Daud D (2013).
8. Wibisono E, Putra DS, Anggraini D (2015). Evaluasi Skor Dehidrasi WHO Modifikasi
Korelasi Gizi dan Status Diare Pada Balita Universitas Hasanudin Pada Penderita
Dengan Diare Akut di Ruang Rawat Inap Diare Akut. Makassar: Bagian Ilmu
Anak RSUD Dr Arifin Achmad Provinsi Kesehatan Anak UNHAS.
Riau. JOM FK Volume 2 No 2 Oktober
2015.
9. Badan Pusat Statistik (2012). Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012.
Badan Pusat Statistik, Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional dan Kementrian Kesehatan RI, h:
150
http://www.chnrl.org/SDKI-2012.pdf –
Diakses Agustus 2013.
10. Amelia SR (2014). Karakteristik Anak dan
Ibu, Status Gizi Anak Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan
Medan Perjuangan Kota Medan Tahun
2014.
11. Faustine I, Lolopayung M, Mukaddas A
(2013). Evaluasi Penggunaan Kombinasi
Zink Pada Penanganan Pasien Diare Anak
Di Instalasi Rawat Inap RSUD Undata Palu
Tahun 2013. Online Journal of Natural
Science, Vol 3(1): 55-63, Maret 2014.
12. Adisasmito W (2007). Faktor Resiko Diare
Pada Bayi dan Balita di Indonesia. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Makara Kesehatan, Vol 11, No
1, Juni 2007: 1-10.
13. Yusuf S (2011). Profil Diare di Ruang
Inap Anak, Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran

Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 10 No. 10 April 2018


803

Sampel dipilih dengan cara simple random penilaian terhadap data yang diperlukan yaitu
sampling, atau pengambilan sampel secara acak jenis kelamin, umur, nilai hematokrit, dan
sederhana dari data rekam medik yang sesuai jumlah trombosit penderita DBD yang rawat
dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. inap di RSUD H. Abdul Manan Simatupang
Untuk mempermudah dalam penentuan sampel, Kisaran pada bulan Januari 2015-Desember
kartu status rekam medik penderita DBD diberi 2016.
nomor urut. Sampel diambil dengan cara Penelitian telah memenuhi persyaratan
mengundi populasi terjangkau dengan kertas sehingga mendapat izin dari dosen pembimbing
undian. Kemudian peneliti mengambil 60 kertas I dan II, serta mendapat izin dari Komisi Etik
secara acak yang akan menjadi sampel Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas
penelitian. Methodist Indonesia dan mendapat izin dari
Direktur RSUD H. Abdul Manan Simatupang
Kisaran.
PROSEDUR PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam HASIL
penelitian ini adalah penelitian deskriptif,
dengan menggunakan pendekatan cross Berdasarkan data rekam medik, jumlah
sectional. Data yang digunakan dalam penelitian penderita DBD yang rawat inap di RSUD H.
ini adalah data sekunder diperoleh melalui data Abdul Manan Simatupang Kisaran Tahun 2015-
dari rekam medik di RSUD H. Abdul Manan 2016 tercatat 153 orang. Penentuan besar sampel
Simatupang Kisaran. menggunakan rumus Slovin, sehingga
Cara Kerja; Permohonan izin penelitian didapatkan sampel pada penelitian ini berjumlah
diajukan kepada RSUD H. Abdul Manan 60 orang dengan menggunakan metode simple
Simatupang Kisaran. Setelah izin diberikan, random sampling yang memenuhi kriteria
peneliti melakukan survey awal untuk inklusi dan eksklusi. Gambaran yang akan
mengetahui kelengkapan data yang dibutuhkan diteliti adalah berdasarkan jenis kelamin, umur,
melalui pengamatan catatan rekam medik nilai hematokrit dan jumlah trombosit.
pasien. Selanjutnya peneliti mengumpulkan data
pasien penderita DBD yang rawat inap di RSUD Tabel 1. Distribusi Sampel Penderita DBD
H. Abdul Manan Simatupang Kisaran pada berdasarkan Jenis Kelamin
bulan Januari 2015-Desember 2016. Setelah data Persentase
Jenis Kelamin Jumlah(n)
terkumpul, selanjutnya mempersiapkan sampel %
terlebih dahulu dengan mengurutkan populasi Laki-laki 34 56.7
terjangkau menurut kartu status rekam medis Perempuan 26 43.3
dalam beberapa lembar kertas. Memasukkan Total 60 100
lembaran kertas tersebut kedalam kotak undian.
Peneliti melakukan perhitungan untuk
menentukan besar sampel dengan rumus Slovin Tabel 1. memperlihatkan jumlah penderita
dan didapatkan jumlah sampel adalah 60 orang. DBD berdasarkan jenis kelamin, dengan
Peneliti melakukan undian dengan cara distribusi penderita lebih banyak pada jenis
mengambil secara acak kertas dalam kotak kelamin laki-laki yaitu sebanyak 34 orang
undian tersebut hingga 60 kali pengambilan atau (56.7%) daripada perempuan sebanyak 26 orang
sampai sampel tercukupi. Peneliti (43.3%).
mengumpulkan kartu status rekam medik yang
terpilih pada undian. Jika seluruh sampel telah
dikumpulkan maka kartu status rekam medik
yang tidak dijadikan sampel dikembalikan ke
dalam kumpulan seluruh rekam medis pasien
sesuai nomor urut semula. Kemudian melakukan
Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 10 No. 10 April 2018
804

Tabel 2. Distribusi Sampel Penderita DBD Tabel 3. memperlihatkan jumlah penderita


Berdasarkan Umur DBD berdasarkan nilai hematokrit, dengan
Umur
Jumlah Persentase distribusi penderita tertinggi adalah nilai
(n) % hematokrit yang mengalami peningkatan ≥20%
Masa balita (0-5 sebanyak 41 orang (68.3%), diikuti peningkatan
14 23.2
tahun) ≤20% sebanyak 18 orang (30%), dan yang
Masa kanak-kanak terendah adalah nilai hematokrit normal
22 36.7
(6-11 tahun)
sebanyak 1 orang (1.7%).
Masa remaja awal
16 26.7
(12-16 tahun)
Masa remaja akhir Tabel 4. Distribusi Sampel Penderita DBD
5 8.3 Berdasarkan Jumlah Trombosit
(17-25 tahun)
Masa dewasa awal Jumlah
1 1.7 Persentase
(26-35 tahun) Trombosit Jumlah(n)
%
Masa dewasa akhir
0 0
(/ml3)
(36-45 tahun) ≤100.000 41 68.3
Masa lansia awal
1 1.7 ≥100.000 19 31.7
(46-55 tahun) 60 100
Total
Masa lansia akhir
1 1.7 Tabel 4. memperlihatkan jumlah penderita
(56-65 tahun)
Masa manula DBD berdasarkan jumlah trombosit, dengan
sampai atas 0 0 distribusi penderita lebih banyak adalah jumlah
(>65tahun) trombosit ≤100.000 sebanyak 41 orang (68.3%)
Total 60 100 daripada jumlah trombosit ≥100.000 sebanyak
19 orang (31.7%).
Tabel 2. memperlihatkan jumlah penderita
DBD berdasarkan umur, yakni kelompok umur
0-5 sebanyak 14 orang (23.2%), kelompok umur PEMBAHASAN
6-11 tahun sebanyak 22 orang (36.7%),
kelompok umur 12-16 tahun sebanyak 16 orang Pada tabel 1. dapat dilihat bahwa distribusi
(26.7%), kelompok umur 17-25 tahun sebanyak penderita DBD berdasarkan jenis kelamin lebih
5 orang (8.3%), kelompok umur 26-35 tahun banyak pada jenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 1 orang (1.7%), kelompok umur 36-45 sebanyak 34 orang (56.7%) daripada perempuan
tahun tidak ada (0%), kelompok umur 46-55 sebanyak 26 orang (43.3%).
tahun sebanyak 1 orang (1.7%), kelompok umur Hasil penelitian ini sejalan dengan
56-65 tahun sebanyak 1 orang (1.7%), dan penelitian yang dilakukan oleh Vebriani (2016)11
kelompok umur >65tahun tidak ada (0%). di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau yang
Dengan demikian, distribusi penderita DBD menunjukkan bahwa dari 46 pasien yang
berdasarkan umur paling banyak adalah didiagnosa DBD, penderita DBD lebih banyak
kelompok umur 6-11 tahun sebanyak 22 orang pada laki-laki yaitu sebanyak 31 orang (67.4%).
(36.7%). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Habo
(2015) di Puskesmas Bara-Baraya Makassar
Tabel 3. Distribusi Sampel Penderita DBD menunjukkan bahwa mayoritas penderita DBD
Berdasarkan Nilai Hematokrit adalah laki-laki yaitu sebanyak 46 orang
Nilai Persentase (54.1%).
Jumlah(n) Hal ini dikarenakan kejadian DBD lebih
Hematokrit %
Peningkatan tinggi dibanding perempuan berkaitan dengan
41 68.3
≥20% fakta bahwa laki-laki lebih banyak melakukan
Normal 1 1.7 aktivitas di luar rumah dan berisiko terpapar
Peningkatan infeksi Dengue 12.
18 30
≤20% Pada tabel 2. dapat dilihat bahwa distribusi
60 100 penderita DBD berdasarkan umur paling banyak
Total
Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 10 No. 10 April 2018
805

pada kelompok umur 6-11 tahun sebanyak 34 penderita DBD lebih banyak pada penderita
orang (56.7%). dengan jumlah trombosit ≤100.000/ml3
Hasil penelitian ini sejalan dengan sebanyak 96 orang (69.6%).
penelitian yang dilakukan oleh Komang (2016)13 Keadaan ini sesuai dengan teori yang ada
di RSU Negara-Bali menunjukkan bahwa dari bahwa jumlah trombosit yang menurun
28 pasien yang didiagnosa DBD, paling banyak (trombositopenia) merupakan kelainan
adalah kelompok umur 5-10 tahun sebanyak 20 hematologis yang ditemukan pada sebagian
orang (71.4%). Selain itu, penelitian yang besar kasus DBD 17. Trombositopenia
dilakukan oleh Setiawati (2011)14 di RSUP (≤100.000/ml3) merupakan salah satu parameter
Persahabatan dan RSUD Budi Asih Jaya laboratorium yang dikeluarkan WHO untuk
menunjukkan bahwa penderita DBD paling menegakkan diagnosis DBD 18.
banyak adalah kelompok umur 6-12 tahun
sebanyak 39 orang (65%). KESIMPULAN
Hal ini dikarenakan kelompok usia 6-12
tahun kerap sering bermain diluar pada siang Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
hari, dimana nyamuk Aedes sp. aktif mengigit. data mengenai gambaran penderita DBD yang
Pada tabel 3. dapat dilihat bahwa distribusi rawat inap di RSUD H. Abdul Manan
penderita DBD berdasarkan nilai hematokrit Simatupang Kisaran Tahun 2015-2016, dapat
tertinggi adalah nilai hematokrit yang disimpulkan bahwa; Berdasarkan jenis kelamin,
mengalami peningkatan ≥20% sebanyak 41 distribusi penderita DBD lebih banyak pada
orang (68.3%). jenis kelamin laki-laki sebanyak 34 orang
Hasil penelitian ini sejalan dengan (56.7%). Berdasarkan umur, distribusi penderita
penelitian yang dilakukan oleh Pusparini DBD paling banyak adalah kelompok umur 6-11
(2012)15 yang menunjukkan bahwa peningkatan tahun sebanyak 22 orang (36.7%). Berdasarkan
nilai hematokrit ≥20% terjadi pada 1145 orang nilai hematokrit, distribusi penderita DBD
(75.5%). tertinggi adalah nilai hematokrit yang
Keadaan ini sesuai dengan teori yang mengalami peningkatan ≥20% sebanyak 41
menyatakan bahwa pada penderita DBD dapat orang (63.8%). Berdasarkan jumlah trombosit,
terjadi peningkatan hematokrit sekitar ≥20% dan distribusi penderita DBD lebih banyak dengan
merupakan penentu diagnosis DBD itu sendiri. jumlah trombosit ≤100.000/ml3 sebanyak 41
Namun mengenai nilai hematokrit banyak hal orang (68.3%).
yang patut dipertimbangkan karena hematokrit
sangat berkaitan erat dengan keadaan cairan DAFTAR PUSTAKA
tubuh, banyak faktor yang dapat mempengaruhi 1. Depkes RI (2015). Demam Berdarah
misalnya resusitasi cairan yang mungkin sudah biasanya mulai meningkat di Januari.
diberikan, dan juga nilai hematokrit yang http://www.depkes.go.id/article/view/15011
meningkat dapat terjadi bila sudah terjadi 700003/demamberdarahbiasanya-mulai-
perembesan cairan intravasculer ke ruang meningkat-di-januari.html
interstitial 14. 2. Widoyono (2011). Penyakit Tropis
Pada tabel 4. dapat dilihat bahwa distribusi Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
penderita DBD berdasarkan jumlah trombosit Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga, h:
lebih banyak dengan jumlah trombosit 71, 72, 73, 74-75, 77-78.
≤100.000/ml3 sebanyak 41 orang (68.3%). 3. Kementrian Kesehatan RI (2010). Demam
Hasil penelitian ini sejalan dengan Berdarah Dengue.
penelitian yang dilakukan oleh Khakimatul http://www.depkes.go.id/download.php%3F
(2016) yang menunjukkan bahwa mayoritas file%3Ddownload/pusdatin/buletin/buletin-
penderita DBD jumlah trombositnya dbd.pdf
≤100.000/ml sebanyak 94 orang (91.3%). Selain
3
4. Soedarto (2015). Demam Berdarah Dengue.
itu, penelitian yang dilakukan oleh Widodo Jakarta: Sagung Seto, h: 1, 2, 31, 65-73, 89-
(2012)16 menunjukkan bahwa distribusi 90, 94, 116-117, 128-130.
Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 10 No. 10 April 2018
806

5. Kaunang, W. P. J (2014). Phenotypical Infeksi Dengue Primer dan Skunder.


Morphometry Variation of Aedes Aegyti in Universitas Trisakti. Tesis.
Manado. Scientific Research Journal 16. Widodo N (2012). Faktor-faktor Yang
(SCJR). Vol. 2, No. 12, h: 15. Berhubungan Dengan Kejadian Demam
6. Sukohar A (2014). Demam Berdarah Berdarah Dengue (DBD) di Kota Mataram
Dengue (DBD). Lampung: Medula Vol. 2, Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2012.
No. 2, h: 6-7. NTT: Universitas Indonesia. Tesis.
7. Dinkes Asahan (2015). Angka Penderita 17. Rampengan (2007). Penyakit Infeksi Tropik
DBD di Asahan Menurun. Pada Anak. Edisi 2. Jakarta: EGC, h: 122-
http://asahankab.go.id/asahan-313-angka- 128.
penderita-dbd-di-asahan menurun. html - 18. Soegijanto, Soegeng (2012). Demam
8. Wahyuni Rosa (2011). Karakteristik Berdarah Dengue. Edisi 2. Surabaya:
Penderita Demam Berdarah Dengue di Airlangga University Press, h: 85-87, 119-
Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo 126.
Makasar Periode Januari-Desember 2010.
Jurnal Inspirasi. No. XIV, Oktober 2011, h.
21-22.
9. Syahria Dian (2015). Pemetaan Penyebaran
Penyakit Demam Berdarah Dengue Dengan
Geographic Information System di
Minahasa Selatan. Jurnal Kedokteran
Komunitas dan Tropik, Vol. 3, No. 2, 2
April 2015, h. 94-95.
10. Sabrina Ayu Hapsari (2015). Evaluasi
Penggunaan Analgetik-Antipiretik Pada
Pasien Anak DBD di Instalasi Rawat Inap
Tahun 2014, h.7-8.
11. Vebriani Lisa (2016). Karakteristik
Hematologi Pasien Demam Berdarah
Dengue di Bagian Penyakit Dalam RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau Periode 1
Januari-31 Desember 2013. Jom FK, Vol. 3,
No. 1, h:5.
12. Aamir, Gulsena, Wasim, Anjum, Ejaz, Sara
(2014). Gender Difference in patients with
Dengue Fever admitted in a Teaching
Hospital, Lahore.
http://pjmhsonline.com/JanMar2014/gender
_difference_in_patients_with_Dengue.html.
13. Komang Ni (2016). Prevalensi Demam
Akut dan Ptekie Pada Anak Usia <15
Tahun Yang Terdiagnosis DBD di RSU
Negara-Bali Januari 2012-Desember 2013.
E-Jurnal Medika. Vol.5, No. 7, h: 2.
14. Sudoyono AW, Setiyohadi, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S (2009). Buku Ajar
Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna
Publishing, h: 2773-2779.
15. Pusparini (2012). Kadar Hematokrit dan
Trombosit Sebagai Indikator Diagnosis

Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 10 No. 10 April 2018

You might also like