You are on page 1of 8

DRAFT ZONE SETTING UNTUK PENINGKATAN KUALITAS BENANG

POLYESTER COTTON Ne145 S


DENGAN METODE TAGUCHI

Oleh:
Sulistyadi1), Didik Achadi 2), Totok Wartiono3)
1);2);3)
Jurusan Teknik Kimia Tekstil

ABSTRACT

Improving the quality is an action taken to improve the product through increasing effectiveness and
efficiency as well as efforts to reduce the variability of a process by reducing the production that is not appropriate.
Yarn evenness and single yarn tensile strength is one indicator to determine the quality of yarn. Quality of Ring
Spinning yarns of a whole includes several factors, namely the number, evenness, strength, twis and yarn grade.
Based on SNI, good mixed polyster / cotton Ne 45J has minimum single yarn tensile strenth 288,2 gram
while new company standard reaches 276 gram.This can be increased by setting level draft zona method to improve
the spacing proces. Good spacing proces is able to improve yarn evenness of 284 gram and it is followed by the
reduction of the evennes value. The experimental results show that the Taguchi method, the factors that influence the
evenness of the yarn is minimization, the distance bottom roll to front top roll (B), the thickness of the distance clip
(D), diameter of top roll (A) and loading weighting arm (C) . Similarly, factors that influence the single yarn tensile
strength is the distance bottom roll to front top roll (B), the thickness of the distance clip (D), loading weighting arm
(C) and the top roll diameter (A). Optimal conditions achieved in the setting parameter A2 B3 C1 D2 is the diameter
of top roll 28 mm, the distance bottom roll to front top roll +3 mm, loading weighting arm 12 kg/cm 2 and a thickness
of distance clip 2,5 mm.
Value of the company standards for evenness is 10.63% in the experimental optimal values of 9.36%, this
suggests the optimal conditions can minimize by 1.27% compared with standard conditions of the company. The
value of single yarn tensile strength for the company's standards implanted at 276 grams and the experimental
optimal values of 284 grams, meaning the optimal conditions could maximize at 7.66 grams compared with
standard conditions of the company.

Keyword: top roll diameter, thickness of distance clip, weighting arm, drafting, evenness, yarn tensile strength.

I. PENDAHULUAN

Industri Tekstil dan Produk Tekstil nasional memiliki struktur industri yang terintegrasi dari hulu
hingga ke hilir (up stream, mid stream, dan down stream) dan memiliki keterkaitan yang sangat erat
antara satu industri dengan industri lainnya. Sektor industri hulu (upstream) adalah industri yang
memproduksi serat baik serat alam atau buatan dan proses pemintalan (spinning) menjadi produk benang
(unblended dan blended yarn). Sektor industri menengah (mid stream) meliputi proses penganyaman
(interlacing) benang menjadi kain mentah lembaran (grey fabric) melalui proses pertenunan (weaving)
dan rajut (knitting) yang kemudian diolah lebih lanjut melalui proses pengolahan pencelupan (dyeing),
penyempurnaan (finishing) dan pencapan (printing) menjadi kain-jadi. Sektor industri hilir (downstream)
adalah industri manufaktur pakaian jadi (garment) termasuk proses cutting, sewing, washing dan finishing
yang menghasilkan ready-made garment.
Untuk menghasilkan kain yang berkualitas tentunya dibutuhkan benang yang berkualitas juga.
Kualitas benang dalam proses produksinya ditentukan oleh beberapa faktor, salah satu faktor yaitu
setting level mesin di mesin Ring Spinning. Mesin Ring Spinning mempunyai kontribusi kualitas yang
besar dibanding dengan mesin-mesin lainnya yaitu sebesar 60% (W.Klein 1987, h 2). Dalam penelitian
ini dapat diketahui peningkatan kekuatan tarik benang per helai dengan setting level di bagian peregangan
(drafting zona), yaitu dengan memvariasikan diameter top roll, jarak bottom roll dengan front top roll ,
weighting arm dan ketebalan distance clip.

7
Adapun tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui setting level optimal yang tepat dari
faktor-faktor yang berbengaruh di daerah peregangan sehingga mampu memperbaiki proses drafting
untuk meningkatkan kekuatan tarik benang per helai pada benang campuran polyester/cotton Ne145S.

II. BAHAN DAN METODA


A. Bahan dan Peralatan
1. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan adalah benang campuran (blended yarn) Polyester dengan Cotton
dengan nomor Ne1 45S
2. Alat yang digunakan
a. Mesin Ring Spinning
b. Single strength tester
c. Uster Eveness Tester

B. Kajian Pustaka
1. Ketidakrataan (U%)
Kualitas benang meliputi beberapa faktor yaitu : ketidakrataan benang (U%), kekuatan
tarik benang per helai dan per hank, nomor benang, puntiran (twist) benang dan grade benang.
Namun tidak semua aspek kualitas tersebut digunakan oleh customer yaitu perusahaan
Pertenunan (weaving), biasanya hanya nomor, kekuatan dan ketidakrataan serta twist. Kekuatan
tarik benang. perhelai dan ketidakrataan benang merupakan dua aspek kualitas benang yang
saling berhubungan. Menurut Salura (1972) mengatakan bahwa ketidakrataan bahan tekstil
yang diproduksikan, akan membawa sekurang-kurangnya 3 (tiga) hal yang tidak dikehendaki,
yaitu :
- Benang cenderung putus pada titik terlemah dan titik-titik ini berada pada rangkaian tempat-
tempat yang tipis pada bahan.
- Jumlah dan ukuran frekuensi tempat-tempat yang tebal dan tipis, merupakan ukuran
tingkat ketidakrataan yang sangat menurunkan kekuatan bahan .
- Sifat ketidakrataan benang akan terbawa terus sampai dengan ditenun dan ini akan
merusak kenampakan (appearance) kain.

2. Kekuatan tarik benang per helai.


Kekuatan benang dalam pengertian ini adalah kekuatan tarik benang sampai
putus. Pada SII 0097-75 kekuatan tarik per helai, yaitu didefinisikan sebagai besarnya
gaya yang dibutuhkan untuk memutuskan satu helai benang dalam bentuk lurus ,
dinyatakan dalam satuan gram.
Kualitas untuk benang campuran Polyester dengan Cotton Ne145 sesuai dengan
SNI 08-0034-2004 adalah :
Tabel 1 Kualitas benang P/C Ne145S
Nomor Benang Tenacity Ketidakrataan Imperfection maksimum
minimum maksimum
tex Ne1 cN/tex U% CV% Thin Thick Neps
-50% + 50% + 200%
13,1 45 22,0 12,0 15,0 15 100 170

Draft zone pada mesin Ring Spinning merupakan daerah peregangan atau drafting pada
mesin Ring Spinning dan drafting ini secara langsung berpengaruh terhadap ketidakrataan
benang (U%). Ketidakrataan yang baik akan menghasilkan distribusi kekuatan tarik benang
yang merata pada setiap bagian. Daerah peregangan ini terdiri dari bermacam-macam
komponen (part) yang secara individual akan mempengaruhi terhadap proses drafting,

8
diataranya adalah distance clip, rol peregang dan pembebanan (weighting arm) yang masing-
masing komponen dapat di-setting untuk mendapatkan posisi yang ideal untuk sehingga
menghasilkan drafting yang baik. Drafting yang baik terhadap bahan (roving) yaitu apabila
masing-masing serat secara individual telah menjadi lurus baik diujung depan maupun belakang
sehingga siap untuk mendapatkan puntiran (twist) sebagai dasar kekuatan benang. Dari draft
yang baik diharapkan proses twisting dapat merata disetiap bagian benang sehingga mampu
menghasilkan benang dengan kekuatan lebih rata atau dalam arti bahwa tingkat ketidakrataan
(U%) benang kecil.

C. Metode

Dalam penelitian ini digunakan metode Taguchi yang merupakan suatu sistem dalam rekayasa
kualitas yang mempertimbangkan penghematan biaya eksperimen dengan menerapkan konsep-
konsep rekayasa dan statistik. Penggunaan metode Taguchi sangat membantu perusahaan dalam
meningkatkan kualitas suatu produk karena dengan menggunakan metode Taguchi, perusahaan
akan dapat memperoleh informasi statistik tentang kualitas suatu produk dengan menjalankan
sejumlah eksperimen yang bertujuan untuk membuat desain proses dan produk dalam membuat
suatu produk (off line quality control).
Metoda Taguchi ini sangat membantu dalam melakukan pengujian, Genechi Taguchi
mengusulkan suatu teknik untuk menyederhanakan eksperimen tanpa mengurangi esensi dari
percobaan. Taguchi melakukan pendekatan dengan Fraksional Factorial Eksperimen (FFE) yang
standar dan konsisten sehingga meningkatkan efisiensi dari percobaan yang akan dilakukan. Dalam
perancangan dan pembuatan produk tidaklah mudah untuk menghasilkan suatu produk yang
seragam atau sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Dalam perancangan kualitas Taguchi
merekomendasikan beberapa karakteristik dari signal to noise ratio , namun dalam penelitian ini
hanya diambil dua(2) saja yaitu :

A. Smaller-the-Better (STB)
Memiliki karakteristik kualitas yang kontinyu dan tidak negatif yang mempunyai nilai dari 0
sampai ~ dimana nilai deffect yang diinginkan adalah 0 (nol) sehingga signal to noise ratio
dapat dihitung dengan rumus :
 n

SNRSTB  10 Log  1  yi 2  .......................................... 1)
 n i n 
dengan :
n = jumlah tes di dalam percobaan (trial).
yi = nilai respon dari tiap replikasi.

B. Larger-the-Better (LTB)
Memiliki karakteristik kualitas yang kontinyu dan tidak negatif yang mempunyai nilai dari 0
(nol) ~ dimana nilai target yang diharapkan adalah selain 0 (nol) atau dengan kata lain
mempunyai nilai sebesar mungkin, sehingga signal to noise ratio dapat dihitung dengan
rumus :
 n

SNRLTB  10 Log  1  1 2 
 n i n yi  ...................................... 2)

9
1. Variabel.

Variabel bebas (independent variable) adalah variable yang menjadi sebab berubahnya atau
timbulnya variabel terikat/variable respon (Sugiyono 2009, h 39). Dalam penelitian ini variabel
bebasnya adalah : diameter top roll, jarak bottom roll dengan front top roll , tekanan weighting arm
dan ketebalan distance clip. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2009, h 39).
Variabel terikat merupakan himpunan sejumlah gejala yang memiliki sejumlah aspek atau
unsur didalamnya, yang berfungsi menerima atau menyesuaikan diri dengan kondisi lain. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah kekuatan tarik benang per helai dan ketidakrataan benang (U%).
Variabel bebas pada penelitian ini terdiri dari 4 (empat) faktor utama dan 3 (tiga) level, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2 Faktor dan level


Faktor Lv.1 Lv.2 Lv.3
A. Diameter top roll 27 mm 28 mm 29 mm
B. Jarak bottom roll dengan top front roll - 1 mm + 1 mm + 3mm
C. Weighting arm 12 kg/cm2 14 kg/cm2 16 kg/cm2
D. Ketebalan distance clip 2 mm 2.5 mm 3 mm

Dengan memvariasikan antara faktor dengan level diharapkan mampu menemukan variasi yang ideal
dari ketiga faktor tersebut.

2. Eksperimen

Pada penelitian ini , percobaan dilakukan dengan memvariasikan variabel bebas yaitu
diameter top roll ,jarak bottom roll dangan front top roll, weighting arm dan ketebalan distance
clip. Array orthogonal dan setting parameter pengujian yang digunakan adalah menggunakan
Matriks orthogonal standar dengan 3 level mempunyai pilihan matriks orthogonal seperti
ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 3 Matriks orthogonal standar dengan 3 level


Matrik Orthogonal 3 level
L9 (34) L27 (313) L 81 (340) - -
(Sumber : Soejanto, 2009)

Untuk menentukan matriks array orthogonal yang sesuai yaitu pada array matriks orthogonal L9
( 34 ), artinya bahwa dalam melakukan percobaan dengan 4 faktor dan 3 level seharusnya
dilakukan 81 kali percobaan, namun dengan orthogonal L9 dapat diwakili dengan 9 percobaan
asalkan dalam percobaan dapat diketemukan variasi yang ideal antara faktor dengan level pada
nomor/trial yang sama dan masuk dalam array matriks orthogonal.
Dengan array matriks orthogonal L9, maka setting level terhadap variasi antara empat (4) faktor
dengan tiga (3) level dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 4 Setting level pengujian kekuatan tarik benang per helai dan ketidakrataan (U%).
Trial Kombinasi faktor Faktor Level
level
Front top roll 27 mm
Jarak Bottom roll – Front Top roll - 1 mm
1 A1B1C1D1
Weighting arm 12 Kg/cm2
Ketebalan distance clip 2 mm

10
Front top roll 27 mm
Jarak Bottom roll – Front Top roll + 1mm
2 A1B2C2D2
Weighting arm 14 Kg/cm2
Ketebalan distance clip 2.5mm
Front top roll 27 mm
Jarak Bottom roll – Front Top roll +3 mm
3 A1B3C3D3
Weighting arm 16 Kg/cm2
Ketebalan distance clip 3 mm
Front top roll 28 mm
Jarak Bottom roll – Front Top roll -1 mm
4 A2B1C2D3
Weighting arm 14 Kg/cm2
Ketebalan distance clip 3 mm
Front top roll 28 mm
Jarak Bottom roll – Front Top roll + 1mm
5 A2B2C3D1
Weighting arm 16 Kg/cm2
Ketebalan distance clip 2 mm
Front top roll 28 mm
Jarak Bottom roll – Front Top roll +3 mm
6 A2B3C1D2
Weighting arm 12Kg/cm2
Ketebalan distance clip 2.5 mm
Front top roll 29 mm
Jarak Bottom roll – Front Top roll -1 mm
7 A3B1C3D2
Weighting arm 16 Kg/cm2
Ketebalan distance clip 2.5 mm
Front top roll 29 mm
Jarak Bottom roll – Front Top roll +1 mm
8 A3B2C1D3
Weighting arm 12 Kg/cm2
Ketebalan distance clip 3 mm
Front top roll 29 mm
Jarak Bottom roll – Front Top roll +3 mm
9 A3B3C2D1 Weighting arm 14 Kg/cm2
Ketebalan distance clip 2 mm

3. Hipotesis

Variasi diameter top roll, jarak bottom roll dengan front top roll , weighting arm dan
ketebalan distance clip berpengaruh terhadap ketidakrataan dan kekuatan tarik benang per helai.

11
Survey kondisi proses pemintalan

Kondisi hasil uji laboratorium pemintalan

Identifikasi variabel penelitian

Rancangan Penelitian

Eksperimen dan Pengumpulan Data

Perhitungan ANOVA
Perhitungan SNR
Perhitungan Efek Tiap Faktor

Kondisi optimum tiap respon sama

Tidak
MRSN
Ya

Tidak
Kondisi optimal masuk OA Uji konfirmasi

Uji beda

kesimpulan

Gambar 1 Alur penelitian

III.Hasil dan pembahasan


A. Hasil
Hasil percobaan untuk ketidakrataan dan kekuatan tarik benang per helai dapat dilihat pada
tabel di bawah ini .

Tabel 5. Data percobaan ketidakrataan benang ( U%)

L9 (34) Data Percobaan Jumlah Rata-rata


No A B C D R1 R2 R3

1 2 3 4
1 1 1 1 1 13,85 13,97 13,91 41,73 13,910
2 1 2 2 2 11,12 11,08 11,10 33,3 11,100
3 1 3 3 3 12,48 12,31 12,39 37,18 12,393
4 2 1 2 3 13,95 14,16 14,05 42,16 14,053
5 2 2 3 1 10,88 11,08 10,98 32,94 10,980
6 2 3 1 2 9,42 9,31 9,36 28,09 9,363
7 3 1 3 2 13,45 13,78 13,61 40,84 13,613
8 3 2 1 3 11,58 11,38 11,48 34,44 11,480
9 3 3 2 1 10,72 10,54 10,63 31,89 10,630

12
Tabel 6. Data percobaan kekuatan tarik benang per helai
L9 (34) Data Percobaan Jumlah Rata-rata
No A B C D R1 R2 R3
1 2 3 4
1 1 1 1 1 266 268 265 799 266,3333
2 1 2 2 2 271 273 273 817 272,3333
3 1 3 3 3 272 274 276 822 274,0000
4 2 1 2 3 262 260 261 783 261,0000
5 2 2 3 1 278 281 282 841 280,3333
6 2 3 1 2 286 287 284 857 285,6667
7 3 1 3 2 270 273 268 811 270,3333
8 3 2 1 3 278 274 273 825 275,0000
9 3 3 2 1 281 276 279 836 278,6667

B. PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan diatas dapat digambarkan dengan grafik seperti dibawah ini :

Eksperimen
Gambar 2 Grafik hubungan ekperimen dengan nilai rata-rata ketidakrataan

Eksperimen
Gambar 3. Grafik hubungan eksperimen dengan nilai rata-rata kekuatan tarik per helai

13
Dari grafik percobaan ketidakrataan benang diperoleh hasil yang paling baik pada percobaan yang ke
enam (6), demikian juga pada percobaan kekuatan tarik benang per helai juga diperoleh kekuatan
yang paling baik pada percobaan ke enam (6) dan keduanya masuk dalam array matriks orthogonal.

IV. SIMPULAN.

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Ketidakrataan (U%) yang terendah /baik diperoleh pada percobaan ke enam (6), pada variasi
A2B3C1D2 , artinya pada variasi front roll 28 mm, jarak bottom roll – front top roll + 3mm,
weighting arm 12kg/cm2 dan ketebalan distance clip 2,5 mm.
2. Kekuatan tarik benang perhelai paling tinggi diperoleh pada percobaan ke enam, pada variasi
A2B3C1D2 , artinya pada variasi front roll 28 mm, jarak bottom roll – front top roll + 3mm,
weighting arm 12kg/cm2 dan ketebalan distance clip 2,5 mm.
3. Variasi diameter top roll, jarak bottom roll dengan front top roll , weighting arm dan ketebalan
distance clip berpengaruh terhadap ketidakrataan dan kekuatan tarik benang per helai.

V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Anindya,G and Ishtiaque ,S 2005,Predictive Models for Strenght of Spun yarn, AUTEX Research
Journal, Vol 5, No 1, March
[2] Belavendram, N 1995, Quality by design : Taguchi Techniques for Industrial Experimentation,
Prentice Hall, International, New York.
[3] Dudheria J.S and Balaar R.S, 2012, Ring Spinning technology : Development in drafting system,
dilihat 4 Januari 2012, http:// campus corner.fibre2fashin.com/publication.
[4] Gaspersz, Vincent. 2002. Total Quality Management. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
[5] KleinW 1987, A Practical Guide to Ring Spinning, The Textile Institute, 10 Blackfriars street,
Manchester
[6] Ross, P.J 1998, Taguchi Techniques For Quality Engineering. McGraw-Hill,Inc., New York.
[7] Salura 1973, Teori Draft dan Ketidakrataan Benang, Apolo Print, Bandung
[8] Soejanto, I. 2009, Desain Eksperimen dengan Metode Taguchi,. Graha Ilmu., Yogyakarta
[9] Sudjana 1992, Metode Statistik, Edisi ke 5, Tarsito, Bandung
[10] Walpolle,1995, Ilmu Peluang dan Statistika Untuk Insinyur dan Ilmuwan, Institut Teknologi
Bandung, Bandung.

14

You might also like