You are on page 1of 19

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN TINGKAT DEPRESI

PADA PASIEN PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)


DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

Khairul Darussalam, Firman dan Nurmina


Email : firman@konselor.org

Abstract

This study originated from the fact CHD be the cause of death in the world. CHD negatively
impact the physical and psychological condition of patients, such as depression. One of the
factors that affect the condition of depression is the ability to self-acceptance. Some research
indicates that the ability of self-acceptance is good to help individuals avoided from depression.
This makes researchers interested in examining it and see whether it is true there is a
relationship self-acceptance and depression. The hypothesis of this research is to have a
significant relationship between self-acceptance with the level of depression in patients with
CHD. The purpose of this study was to describe self-acceptance, levels of depression, and
relationships both in patients with CHD in the Heart Clinic Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
This research uses a correlation approach to the relationship self-acceptance and depression in
patients with CHD. The population in this study all patients with CHD who had experienced a
heart attack at the hospital, amounting to +345 persons. This study used convenience sampling
technique or accidental sampling. The number of subjects of this study numbered 40 people.
Methods of data collection using a scale of self-acceptance which is based on the theory of
Sheerer and scale levels of depression have been prepared based on the theory of Beck. Analysis
using the Pearson product moment correlation. Results of data analysis found that overall CHD
patients in the Cardiac Clinic Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi have low levels of depression
and self-acceptance scores were. Based on the correlation test results obtained correlation value
(r) -.839, p =.000 (p <.01) means there is a very significant negative relationship between self-
acceptance with depression. This means that the higher the self acceptance of patients, the lower
level of depression.

Keywords: self-acceptance, depression, coronary heart disease.

PENDAHULUAN kematian adalah PJK (Abdul, Fatimah,


Latar Belakang Chusun, Nur, & Siti, 2006). PJK merupakan
Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu jenis dari penyakit kronis yang
penyakit penyebab kematian tertinggi di berlangsung lama dan sulit untuk
dunia, dimana dari seluruh kematian yang disembuhkan, selain berdampak terhadap
disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, kondisi fisik tetapi juga memberi dampak
yang utama dan paling sering menyebabkan terhadap kondisi psikologis (Carney,
Freedland, Stein, Skala, Hoffman, & Jaffe, adjusted, yang pada akhirnya membuat
2000). individu memiliki daya tahan yang tinggi
Keadaan tersebut muncul dikarenakan terhadap tekanan yang ia hadapi. Hal ini juga
penyakit ini merupakan penyakit yang dialami oleh pasien PJK jika pasien tersebut
mematikan, sulit untuk disembuhkan, memiliki kemampuan penerimaan diri yang
penderitanya dituntut agar dapat merubah baik.
gaya hidup, proses pengobatan yang lama, Sebaliknya berbagai permasalahan
terbatasnya berbagai aktivitas yang dapat psikologis dapat muncul pada diri individu
dilakukan sebelumnya, dan biaya pengobatan termasuk pasien PJK, jika memiliki
yang tidak murah (Aditama, 2006). Pasien kemampuan penerimaan diri yang rendah.
PJK yang sudah pernah mengalami serangan Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu
jantung, akan merasa lebih tertekan yang tidak mampu menerima kenyataan yang
dibandingkan dengan pasien yang belum terjadi pada dirinya, individu tersebut rentan
mengalami (Lichtman, Bigger, Blumenthal, terkenan berbagai permasalahan psikologis
Smith, & Kaufman, 2008). seperti gangguan depresi (Potocka, et. al,
Menghadapi semua tekanan tersebut 2009).
pasien PJK dituntut agar mampu beradaptasi, Studi-studi mengenai kaitan antara
salah satu kemampun beradaptasi yang harus depresi dan penyakit jantung menunjukkan
dimiliki oleh pasien PJK adalah kemampuan angka prevalensi 18-60% (Suryo, 2008).
penerimaan diri. Hasil penelitian Penelitian yang dilakukan oleh dr. Diah
menunjukkan bahwa individu yang mampu mutiara briliantinna, SpKJ pada tahun 2004
menerima dirinya dengan baik, dapat menunjukkan bahwa proporsi terbesar dari
menjalankan kehidupannya lebih nyaman dan gangguan depresi ditemukan pada responden
bebas dari perasaan tertekan (Flett, Besser, infark miokart akut (AMI) sebesar 69%
Davis, & Hewitt, 2003). (Suryo, 2008). Hasil penelitian lain juga
Penelitian yang dilakukan oleh menemukan bahwa setelah periode serangan
Potocka, et. al (2009) menemukan bahwa jantung dampak secara psikologis akibat
individu yang memiliki kemampuan serangan jantung adalah 20-40% mengalami
penerimaan diri yang baik, dapat membuat kecemasan dan 30-50% mengalami depresi
perilaku individu tersebut menjadi well- (Squires, dalam Wening, 2004). Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian pasien PJK yang memiliki kemampuan
yang dikemukakan Hidayat (dalam Wening, penerimaan diri yang rendah, kondisi ini dapat
2004) bahwa hampir 50% penderita yang memicu timbulnya berbagai permasalahan
mengalami gangguan akibat faktor otot psikologis seperti depresi. Penelitian
jantung menunjukkan gejala depresi, dan 16- menunjukkan individu yang menderita
20% di antaranya kemudian mengalami penyakit kronis (seperti PJK), kebanyakan
depresi berat. dari mereka sulit menerima kenyataan tersebut
Penelitian yang dilakukan oleh (Penninx, Tilburg, Boeke, Deeg, Kriegsman,
Glassman & Shapiro (dalam Davidson, et. al, & Eijk, 1998). Hal ini menunjukkan bahwa
2006) menemukan bahwa tingkat kematian pasien PJK berpeluang mengalami masalah
karena penyakit kardiovaskular pada pasien dalam penerimaan diri yang dapat berakibat
yang mengalami gangguan depresi terhitung timbulnya gangguan depresi.
tinggi, para pasien kardiak yang mengalami
gangguan depresi, memiliki peluang lima kali KAJIAN TEORI
lebih besar kemungkinannya untuk meninggal Depresi
karena serangan jantung, dalam kurun waktu Depresi merupakan salah satu
enam bulan dibandingkan dengan pasien yang gangguan psikologis yang sifatnya universal,
tidak mengalami gangguan depresi. Penelitian yang dapat terjadi pada siapapun dan hampir
lain juga menunjukkan bahwa kondisi depresi setiap individu pada masa hidupnya pernah
yang dialami pasien kardiak dapat memicu menderita depresi sampai pada tingkat
timbulnya serangan jantung pada pasien tertentu, namun dalam pengekspresiannya
tersebut (Pitt & Deldin, 2010). berbeda antara individu yang satu dengan
Fenomena di atas dapat dilihat bahwa individu yang lain (Nanik, dkk, 2000).
pasien PJK yang memiliki penerimaan diri Beck (2009) menjelaskan depresi
yang baik, dapat menerima kondisi dirinya merupakan gangguan afektif sebagai akibat
apa adanya dan berusaha mengembangkan dari kesalahan berfikir individu mengenai
dirinya ke arah yang lebih baik, dimana dirinya sendiri, dunia dan masa depannya,
kondisi tersebut dapat memberikan efek sehingga menyebabkan timbulnya perubahan
positif baik terhadap kondisi fisik maupun pada perasaan yang khusus, konsep diri yang
pada kondisi psikologis pasien. Sebaliknya negatif, keinginan untuk menghukum diri dan
menjadi regresi, perubahan vegetatif dan f. Hilangnya respon terhadap humor.
terjadinya perubahan tingkat aktivitas pada 2. Simtom kognitif
diri individu tersebut. Davidson, et. al (2006) Gejala depresi yang dimanifestasikan
juga berpendapat bahwa yang dimaksud secara kognitif antara lain
dengan depresi adalah kondisi emosional yang memperlihatkan: a) Rendahnya self-
ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, evaluation, b) Citra tubuh yang terdistorsi,
perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik c) Harapan yang negative, d)
diri dari orang lain, tidak dapat tidur, Menyalahkan dan mengkritik diri sendiri,
kehilangan selera makan, hasrat seksual, dan e) Keragu-raguan dalam mengambil
minat, keinginan untuk mati atau bunuh diri, keputusan.
serta kehilangan akan kesenangan dalam 3. Simtom motivasional
aktivitas yang biasa dilakukan. Gejala yang dimanifestasikan secara
motivasional antara lain memperlihatkan:
Ciri-ciri Orang yang Mengalami Depresi a. Hilangnya kemauan dan motivasi yang
Beck (2009) menjelaskan bahwa yang positif.
menjadi ciri-ciri dari orang yang mengalami b. Keinginan untuk melarikan diri,
depresi, dapat dilihat dari gejala yang mengindar, dan menarik diri dari
dimanifestasikan ke dalam beberapa simtom, lingkungan.
yaitu: c. Keinginan untuk bunuh diri.
1. Simtom emosional d. Meningkatnya ketergantungan
Gejala yang dimanifestasikan secara individu, yang berarti keinginan untuk
emosional antara lain memperlihatkan: menerima bantuan, bimbingan atau
a. Perasaan kesal, patah hati, atau sedih. arahan.
b. Perasaan negatif terhadap dirinya. 4. Simtom gejala fisik-vegetatif
c. Hilangnya rasa puas. Gejala yang termanifestasi kedalam
d. Hilangnya keterlibatan emosional simtom fisik-vegetatif antara lain
dalam melakukan pekerjaan atau memperlihatkan: a) Hilangnya nafsu
hubungan dengan orang lain. makan, b) Gangguan tidur, c) Kehilangan
e. Kecendrungan untuk menangis di luar libido, d) Kelelahan, e) Retardasi, f)
kemauan. Agitasi.
Penelitian ini menggunakan ciri-ciri 1. Pendekatan Psikodinamik
depresi yang dikemungkakan oleh Beck yang Depresi terjadi sebagai reaksi terhadap
akan dipergunakan untuk mengungkap tingkat kehilangan, yang memicu timbulnya
depresi yang dialami oleh pasien penderita kemarahan yang dialihkan ke dalam diri
penyakit jantung koroner. sendiri.
2. Pendekatan Belajar
Klasifikasi Depresi Teori ini menjelaskan bahwa individu
Beck (2009) menjelaskan bahwa yang mengalami depresi adalah individu-
berdasarkan penyebab dan gejala-gajala yang indvidu yang kurang memperoleh hadiah
menyertainya, depresi dapat dibedakan atau lebih banyak memperoleh hukuman
menjadi dua, yaitu : dari lingkungannya.
1. Depresi endogen 3. Pendekatan Kognitif
Depresi endogen yaitu depresi yang hanya Ada dua teori kognitif mengenai depresi,
disebabkan oleh faktor biologis saja dan yakni teori pertama (Beck, 2009)
sama sekali tidak berhubungan dengan mengemungkakan bahwa kemapanan-
faktor lingkungan. kemapanan kognitif yang negatif (negative
2. Depresi neurotik atau reaktif cognitive sets) menyebabkan individu-
Depresi neurotik atau reaktif yaitu depresi individu akan melihat segala sesuatu
yang pada umumnya hanya mempunyai secara negatif, dan dengan demikian akan
gejala psikologik dalam bentuk stres menyebabkan depresi.
psikososial. Depresi neurotik muncul Teori kedua mengemungkakan bahwa
sebagai respon terhadap situasi yang ketidakberdayaan yang dipelajari dalam
menekan. Isi penyimpangan pola pikiran mengontrol aspek-aspek negatif kehidupan
berkisar pada kejadian-kejadian yang menyebabkan depresi.
menjadi pencetusnya (precipitating event). 4. Pendekatan Humanistik-Eksistensial
Teori ini menjelaskan bahwa depresi
Penyebab Depresi terjadi bila individu menyadari bahwa
Yustinus (2006) menerangkan ada jurang antara real-self dan ideal-self tidak
beberapa pendekatan yang dapat menerangkan dapat dijangkau, karena itu ia menyerah
mengenai penyebab depresi antara lain adalah: dalam kesedihan.
5. Pendekatan Fisiologis Penerimaan Diri
Teori fisiologis mengemungkakan bahwa Sheerer (dalam Cronbach, 1963)
depresi itu disebabkan oleh aktifitas mendefinisikan penerimaan diri sebagai suatu
neurologis yang rendah pada daerah- kesadaran untuk menerima diri sebagaimana
daerah otak yang berfungsi untuk adanya dan memahami diri seperti apa
mengatur kesenangan. adanya. Muryantinah, dkk (1998) juga
mendefenisikan penerimaan diri merupakan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Depresi sejauhmana seseorang dapat menyadari dan
Beck (2009) juga berpendapat bahwa mengakui karakteristik pribadi dan
yang menyebabkan individu mengalami menggunakannya dalam menjalani
depresi dipengaruhi oleh dua faktor, antara kelangsungan hidupnya.
lain adalah: Muryantinah, dkk (1998) juga
1. Kerentanan genetik menjelaskan bahwa sikap penerimaan diri
Kelainan neural yang menyebabkan ditunjukkan oleh pengakuan seseorang
terjadinya kerentanan kognitif, reaksi, dan terhadap kelebihan-kelebihannya sekaligus
penyimpangan kognitif pada diri individiu menerima kelemahan-kelemahannya tanpa
tersebut. menyalahkan orang lain dan mempunyai
2. Kerentanan kognitif keinginan untuk terus-menerus
Kondisi ini disebabkan karena individu mengembangkan diri ke arah yang lebih baik.
cenderung menginterpretasikan kejadian-
kejadian yang terjadi dalam kehidupannya Aspek-Aspek dari Penerimaan Diri
secara negatif. Menurut Beck individu Sheerer (dalam Cronbach, 1963)
yang mengalami depresi memandang menjelaskan aspek-aspek dari penerimaan
buruk dalam segala hal, dimana individu diri, yaitu:
tersebut selalu berfikir negatif tentang 1. Perasaan sederajat. Individu menganggap
dirinya sendiri, dunianya, dan masa dirinya berharga sebagai manusia yang
depannya. sederajat dengan orang lain.
2. Percaya kemampuan diri. Individu
mempunyai kemampuan untuk
menghadapi kehidupan.
3. Bertanggung jawab. Individu berani Penyakit Jantung Koroner
memikul tanggung jawab terhadap Penyakit jantung koroner merupakan
perilakunya. suatu kelainan yang disebabkan oleh
4. Orientasi keluar diri. Artinya, individu penyempitan atau penghambatan pembuluh
suka memperhatikan dan toleran terhadap arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung
orang lain, dimana individu tersebut tidak (Iman, 2000). Iman (2000) menerangkan
mementingkan dirinya sendiri dan bahwa untuk berfungsi dengan baik dalam
individu tersebut juga memiliki tingkat memompa darah ke seluruh tubuh, jantung
penyesuaian diri yang baik, sehingga membutuhkan penyediaan darah yang cukup
individu tersebut dapat diterima dengan untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari
baik di lingkungan sosialnya. seperti berjalan kaki dan gerak badan.
5. Berpendirian. Individu lebih suka Mengeras dan menyempitnya
mengikuti standarnya sendiri dari pada pembuluh darah oleh pengendapat kalsium
conform terhadap tekanan sosial dan dan endapan lemak dikenal sebagai
individu ini juga tidak mudah terpengaruh aterosklerosis (atherosclerosis). Bila terdapat
oleh lingkungannya dalam melakukan kekurangan aliran darah ke otot jantung,
sesuatu. kondisi ini dikenal sebagai iskemik
6. Menyadari keterbatasan. Individu ini tidak (ischaemia). Dinding pembuluh arteri koroner
pernah menyalahkan dirinya sendiri atas juga mengandung serabut-serabut otot polos
keterbatasannya, tidak mengingkari yang oleh sesuatu sebab dapat berkerut
kelebihannya, dan individu tersebut lebih (spasm) dengan akibat menyempitnya saluran
realitas terhadap dirinya. pembuluh secara tiba-tiba, sehingga penderita
7. Menerima sifat kemanusiaan. Individu merasakan nyeri dada, bahkan sampai terjadi
tidak menyangkal impuls dan emosinya serangan jantung mendadak (Iman, 2000).
atau merasa bersalah karenanya.
Dalam penelitian ini aspek-aspek Serangan Jantung (Myocardial Infarction)
penerimaan diri yang dikemungkakan oleh Pada Pasien Penderita Penyakit Jantung
Sheerer yang akan dipergunakan untuk Koroner
mengungkap penerimaan diri pada pasien Serangan jantung (myocardial
penderita penyakit jantung koroner. infarction) adalah gangguan mendadak suplai
darah ke semua porsi otot jantung koroner antara lain adalah: 1) Shock, 2)
(miokardium) yang menyebabkan kematian Denial (penolakkan), 3) Anxiety,
jantung (infarksi) (Savitri, 2007). Serangan 4)Depression.
jantung menyebabkan kerusakan permanen Sedangkan Charmaz (dalam Radley,
pada jantung karena sel-sel yang mati tidak 1994) menyatakan bahwa ada empat kondisi
bisa digantikan dengan penggandaan bagian psikologis yang dapat dialami oleh orang yang
sel otot jantung yang sehat (Savitri, 2007). hidup dengan penyakit kronis, seperti
Serangan jantung dapat berakibat penyakit jantung koroner, yaitu: 1) Kehidupan
kematian pada penderitanya, walaupun yang terbatas, 2) Keterasingan sosial, 3)
perawatan terbaik sekalipun telah dilakukan, Defenisi diri yang tidak baik, 4) Merasa diri
7-13% penderita serangan jantung meninggal menjadi beban orang lain.
(Savitri, 2007). Pasien dilarang melakukan Berbagai reaksi dapat terjadi pada
aktivitas-aktivitas yang sangat berat, seperti pasien penderita penyakit jantung koroner
mengangkat beban berat dan pasien juga dalam menghadapi penyakitnya itu. Penelitian
dituntut harus menuruti semua saran-saran ini lebih difokuskan pada reaksi depresi yang
dari dokter (Iman, 2000). akan dilihat pada pasien penderita penyakit
jantung koroner tersebut.
Efek Penyakit Jantung Koroner Terhadap
Kondisi Psikologis Pasien Kaitan Penerimaan Diri dengan Depresi
Penyakit jantung koroner merupakan pada Pasien PJK
salah satu jenis dari penyakit kronis, dimana PJK merupakan salah satu jenis dari
pada saat individu didiagnosis menderita penyakit kronis, dimana penyakit kronis
penyakit kronis seperti penyakit jantung merupakan salah satu stresor yang signifikan
koroner individu akan mengalami gonjangan dalam kehidupan individu (Mahoney dalam
dan ketakutan, hal ini disebabkan karena Shnek, et. al, 2001). Hal ini disebabkan
individu tersebut mengalami kondisi yang karena penyakit tersebut sulit untuk
menekan tersebut, secara tiba-tiba. Taylor disembuhkan, dan tingkat kematian yang
(2003) mengemungkakan reaksi-reaksi yang disebabkan oleh penyakit tersebut tergolong
ditimbulkan oleh individu yang menderita tinggi (Carney, et. al, 2000).
penyakit kronis seperti penyakit jantung
Keadaan ini akan semakin dirasakan menyebabkan perilaku individu menjadi well-
oleh pasien penderita PJK yang sudah pernah adjusted, yang pada akhirnya membuat
mengalami serangan jantung. Selain individu memiliki daya tahan yang tinggi
menghadapi tekanan-tekanan di atas, ia juga terhadap tekanan yang ia hadapi (Potocka, et.
dihadapkan dengan kenyataan bahwa kondisi al, 2009). Kondisi ini akan membuat individu
fisiknya semakin menurun dari pada biasanya tersebut lebih optimis, bahagia, dan merasa
dan kemungkinan ia mengalami serangan puas dalam menjalankan kehidupannya,
jantung kembali semakin besar (Savitri, dimana kondisi itu selain memberikan
2007). Menghadapi semua tekanan tersebut kesejahteraan terhadap kondisi psikologis
pasien dituntut agar mampu beradaptasi tetapi juga memberikan efek yang positif
dengan baik, jika tidak hal ini akan memicu terhadap kondisi fisik individu (Potocka, et.
timbulnya berbagai permasalahan psikologis al, 2009).
pada individu tersebut (Shepperd, Maroto, & Sebaliknya, jika individu memiliki
Pbert, 2004). kemampuan penerimaan diri yang rendah, hal
Salah satu kemampuan beradaptasi ini dapat memicu timbulnya berbagai
yang harus dimiliki oleh individu adalah permasalahan psikologis seperti depresi (Flett,
kemampuan penerimaan diri yang baik. Hasil et. al, 2003). Hal ini disebabkan karena
penelitian menunjukkan bahwa individu yang Individu yang memiliki penerimaan diri
mampu menerima dirinya dengan baik, dapat rendah cenderung tidak mampu menerima
menjalankan kehidupannya dengan lebih baik, kenyataan yang jauh dari apa yang
dan terhindar dari berbagai permasalahan diharapkannya (Muryantinah, dkk, 1998).
psikologis (Flett, et. al, 2003). Individu yang Kondisi yang sama juga di alami oleh pasien
memiliki kemampuan penerimaan diri yang PJK, jika ia memiliki kemampuan penerimaan
baik, cenderung lebih optimis dalam diri yang rendah.
menjalankan kehidupannya (Chamberlain & Peluang pasien PJK terkena berbagai
Haaga, 2001). gangguan psikologis seperti depresi semakin
Potocka, et. al, (2009) menjelaskan besar, karena hasil penelitian menunjukkan
bahwa individu yang memiliki penerimaan bahwa individu yang secara tiba-tiba
diri yang baik memiliki kemampuan toleransi dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia
yang tinggi terhadap stres. Hal ini menderita penyakit kronis, kebanyakan dari
mereka sulit menerima kenyataan tersebut, jantung pada pasien tersebut (Pitt & Deldin,
dan kondisi ini dapat memicu berbagai 2010).
permasalahan psikologis pada individu seperti Maka berdasarkan keterangan di atas
depresi (Penninx, Tilburg, Boeke, Deeg, dapat disimpulkan bahwa pasien PJK yang
Kriegsman, & Eijk, 1998). sudah pernah mengalami serangan jantung,
Lane et. al (2001) mengungkapkan dan memiliki penerimaan diri tinggi, pasien
bahwa depresi sangat umum ditemukan pada tersebut lebih dapat menjalani kehidupannya
pasien PJK terutama pasien yang sudah dan menerima kondisinya tersebut, selain itu
pernah mengalami serangan jantung. Depresi hal tersebut akan memberikan efek positif
pada penderita penyakit jantung, terutama terhadap kondisi fisik dan psikologis pasien.
PJK disebabkan karena stres yang Sebaliknya pasien yang memiliki kemampuan
berkepanjangan disebabkan ketakutan penerimaan diri yang rendah, pasien tersebut
terhadap kematian, terutama setelah atau berpeluang mengalami depresi, dimana
pernah mengalami serangan jantung (Smith, kondisi ini akan menyebabkan peluang pasien
2001). tersebut mengalami serangan jantung
Penelitian yang dilakukan oleh berikutnya semakin meningkat dan tentunya
Glassman & Shapiro (dalam Davidson, et. al, hal ini akan memberikan efek negatif terhadap
2006), menemukan bahwa tingkat kematian kondisi fisik dan psikologis pasien.
karena penyakit kardiovaskular pada para
pasien depresi terhitung tinggi, serta para Hipotesis
pasien kardiak yang juga mengalami Hipotesis kerja dalam penelitian ini
gangguan depresi lima kali lebih besar adalah sebagai berikut: “Terdapat hubungan
kemungkinannya untuk meninggal karena antara penerimaan diri dengan tingkat depresi
serangan jantung dalam kurun waktu enam pada pasien PJK”.
bulan dibandingkan pasien yang tidak
mengalami gangguan depresi. Penelitian lain METODE PENELITIAN
juga menunjukkan bahwa kondisi depresi Penelitian ini menggunakan jenis
yang dialami pasien yang menderita penyakit penelitian kuantitatif. Berdasarkan permasalah
jantung, dapat memicu timbulnya serangan dan tujuan dari penelitian ini, maka desain
penelitian ini adalah Correlation Description
Analytic. Dimana yang menjadi variabel bebas Pengambilan sampel dalam penelitian
(X) dalam penelitian ini adalah penerimaan ini menggunakan teknik convenience or
diri dan tingkat depresi sebagai variabel accidental sampling yaitu pemilihan
terikat (Y). kelompok subjek yang berdasarkan kebetulan
atau seadanya. Teknik ini peneliti pilih karena
Defenisi Operasional jumlah subjek penelitian yang dibatasi oleh
Depresi dalam penelitian ini adalah situasi dan kondisi subjek, seperti status
suatu gangguan afektif yang terjadi pada subjek yang pada awalnya sebagai pasien
pasien penderita penyakit jantung koroner rawat jalan, dapat berubah kapanpun menjadi
yang ditandai dengan adanya ciri-ciri berupa pasien rawat inap (tidak memungkin untuk
beberapa simtom yaitu: 1) Simtom emosional, menjadi sampel, karena masalah kondisi
2) Simtom kognitif, 3) Simtom motivasional, kesehatan), tidak seluruh pasien PJK yang
4) Simtom fisik-vegetatif. pernah mengalami serangan jantung, jumlah
Penerimaan diri dalam penelitian ini pasien dapat berkurang kapanpun akibat
adalah kemampuan penerimaan diri yang faktor kematian pasien, faktor kemalasan
dimiliki oleh pasien penderita penyakit pasien berobat, faktor kepindahan pasien ke
jantung koroner, yang terlihat dari adanya 1) rumah sakit lain untuk melakukan pengobatan
Perasaan sederajat, 2) Percaya kemampuan dan faktor kesediaan subjek terlibat dalam
diri, 3) Bertanggung jawab, 4) Orientasi penelitian ini. Faktor-faktor inilah yang
keluar diri, 5) Berpendirian, 6) Menyadari menjadi alasan peneliti menggunakan teknik
keterbatasan, 7) Menerima sifat kemanusiaan. sampel ini. Jumlah sampel dalam penelitian
ini berjumlah 40 orang.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Instrument Penelitian
seluruh pasien penderita penyakit jantung Alat ukur yang digunakan dalam
koroner yang pernah mengalami serangan penelitian ini adalah berupa skala yaitu skala
jantung dan yang berobat ke Poliklinik model Likert, dimana skala yang digunakan
Jantung RSUD Dr. Achmad Mochtar adalah skala depresi yang disusun berdasarkan
Bukittinggi, yang berjumlah + 345 orang. ciri-ciri depresi yang dikemungkakan oleh
Beck dan skala penerimaan diri yang disusun
berdasarkan aspek-aspek penerimaan diri HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dikemungkakan oleh Sheerer. Hasil analisis dan perhitungan
korelasional dan koefisien determinasi yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 1
Korelasi antara Penerimaan Diri dengan Tingkat Depresi pada Pasien PJK di Poliklinik
Jantung RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi (n= 40)
Analisis Korelasi (r) Signifikansi (p) Koefisien Determinasi (r2)
Uji Hipotesis -.839 .000 .703

Berdasarkan hasil analisis di atas, diri dengan tingkat depresi pada pasien PJK di
maka didapatkan koefisien korelasi sebesar - Poliklinik Jantung RSUD Dr. Achmad
.839, p = .000 (p < .01) menandakan hipotesis Mochtar Bukittinggi. rerata hipotetik dan
diterima. Hasil ini memperlihatkan bahwa empiris ke dua variabel dapat dilihat tabel di
terdapat korelasi negative antara penerimaan bawah ini:
Tabel 2
Rerata Empiris dan Rerata Hipotetik Penerimaan Diri dan Depresi (n= 40)
Skor Hipotetik Skor Empiris
Variabel
Min Max Means SD Min Max Means SD
Penerimaan Diri 28 140 84 18,67 74 117 96,1 11,58
Depresi 32 160 96 21,33 39 104 67,13 15,91

Hasil koefisien determinasi yang memperkaya hasil penelitian, antara lain


diperoleh r2 = .703, dimana hal ini perbedaan tingkat depresi ditinjau dari usia,
menunjukkan bahwa variabel penerimaan diri jenis kelamin, lama pasien mengidap PJK,
memberikan kontribusi sebesar 70,3% jumlah serangan jantung yang pernah dialami,
terhadap penurunan tingkat depresi dan status penikahan, dan tingkat pendidikan. Hal
selebihnya yaitu 29,7% dipengaruhi oleh tersebut berdasarkan faktor-faktor yang
faktor-faktor lainnya. memepengaruhi kondisi depresi yang
Ada beberapa hasil tambahan dalam dikemungkakan oleh Beck (2009).
penelitian ini yang diharapkan dapat
Gambaran tingkat depresi subjek kehidupan Hurlock (1980) yang dapat dilihat
berdasarkan usia, dimana penggolongan usia pada tabel 3 berikut ini.
ini berdasarkan tahapan dalam rentang
Tabel 3
Gambaran Tingkat Depresi Subjek Berdasarkan Usia
Variabel Usia Jumlah (N) Mean SD F P
Dewasa Awal (18-40 tahun) 5 75,6 15,11
Depresi 1,649 .207
Dewasa Madya (41-60 tahun) 35 65,91 15,85

Berdasarkan uji Anova pada tabel 3 di depresi pada pasien PJK yang ditinjau dari
atas, maka diperoleh nilai F= 1,649 dengan usia pasien.
nilai signifikansi (p) yaitu .207. Hasil tersebut Gambaran tingkat depresi subjek
tidak signifikan karena p > .05, dengan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
demikian tidak terdapat perbedaan tingkat tabel 4 berikut ini.
Tabel 4
Gambaran Tingkat Depresi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Variabel Jenis Kelamin Jumlah (N) Mean SD F P
Laki-laki 35 65,91 15,85
Depresi 1,649 .207
Perempuan 5 75,6 15,11

Berdasarkan uji Anova pada tabel 4 di depresi pada pasien PJK yang ditinjau dari
atas, maka diperoleh nilai F= 1,649 dengan jenis kelamin pasien.
nilai signifikansi (p) yaitu .207. Hasil tersebut Gambaran tingkat depresi subjek
tidak signifikan karena p > .05, dengan berdasarkan lama pasien mengidap PJK dapat
demikian tidak terdapat perbedaan tingkat dilihat pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5
Gambaran Tingkat Depresi Subjek Berdasarkan Lama Pasien Mengidap PJK
Jumlah
Variabel Lama Pasien Mengidap PJK Mean SD F P
(N)
< 4 Tahun 30 63,1 14,89
Depresi 5-10 Tahun 9 81,67 3,65 6,21 .005
> 11 Tahun 1 58 .

Berdasarkan uji Anova pada tabel 5 di signifikan karena p < .05, dengan demikian
atas, maka diperoleh nilai F= 6,21 dengan terdapat perbedaan tingkat depresi pada pasien
nilai signifikansi (p) yaitu .005. Hasil tersebut PJK ditinjau dari lama pasien mengidap PJK
tersebut, dimana hal ini dapat dilihat dari pernah dialami oleh pasien PJK, yang dapat
mean. dilihat pada tabel 6 berikut ini.
Gambaran tingkat depresi subjek
berdasarkan jumlah serangan jantung yang
Tabel 6
Gambaran Tingkat Depresi Subjek Berdasarkan Jumlah Serangan yang Pernah Dialami
Jumlah Serangan yang Pernah Jumlah
Variabel Mean SD F P
Dialami (N)
1 Kali 17 55,94 9,97
2 Kali 9 67,11 12,92
3 Kali 7 78,43 9,31
Depresi 4 Kali 1 84 . 6,58 .000
5 Kali 4 77 18,71
6 Kali 1 85 .
7 Kali 1 104 .

Berdasarkan uji Anova pada tabel 6 di yang pernah dialami oleh pasien, dimana hal
atas, maka diperoleh nilai F= 6,58 dengan ini dapat dilihat dari mean.
nilai signifikansi (p) yaitu .000. Hasil tersebut Gambaran tingkat depresi subjek
signifikan karena p < .05, dengan demikian berdasarkan status pernikahan subjek dapat
terdapat perbedaan tingkat depresi pada pasien dilihat pada tabel 7 berikut ini.
PJK ditinjau dari jumlah serangan jantung
Tabel 7
Gambaran Tingkat Depresi Subjek Berdasarkan Status Pernikahan
Variabel Status Pernikahan Jumlah (N) Mean SD F P
Menikah 37 65,05 14,49
Depresi 10,37 .003
Belum Menikah/ Duda/ Janda 3 92,67 9,87

Berdasarkan uji Anova pada tabel 7 di Gambaran tingkat depresi subjek


atas, maka diperoleh nilai F= 10,37 dengan berdasarkan tingkat pendidikan subjek dapat
nilai signifikansi (p) yaitu .003. Hasil tersebut dilihat pada tabel 8 berikut ini.
signifikan karena p < .05, dengan demikian
terdapat perbedaan tingkat depresi pada pasien
PJK ditinjau dari status pernikahan tersebut,
dimana hal ini dapat dilihat dari mean.
Tabel 8
Gambaran Tingkat Depresi Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah
Variabel Tingkat Pendidikan Mean SD F P
(N)
SD 5 65,8 12,36
SMP 2 70 21,21
Depresi 3,99 .755
SMA 20 69,55 13,72
Perguruan Tinggi 13 67,13 20,23

Berdasarkan uji Anova pada tabel di depresi yang dialami oleh pasien dan
atas maka diperoleh nilai F= 3,99 dengan nilai selebihnya 29,7% dipengaruhi oleh faktor-
signifikansi (p) yaitu .775. Hasil ini tidak faktor lainnya, hal ini dapat dilihat dari
signifikan karena p > .05, dengan demikian koefisien determinasi yang diperoleh R2 =
tidak ada perbedaan tingkat depresi ditinjau .703.
dari tingkat pendidikan subjek. Hasil penelitian ini memperkuat hasil
Berdasarkan hasil analisis data di atas penelitian yang dilakukan oleh Flett, et. al
yang diperoleh, terdapat hubungan yang (2003) yang menemukan bahwa penerimaan
sangat signifikan antara penerimaan diri diri memiliki korelasi negatif dengan depresi
dengan tingkat depresi pada pasien PJK di yang dialami oleh individu. Flett, et. al (2003)
Poliklinik Jantung RSUD Dr. Achmad dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
Mochtar Bukittinggi, terlihat dari nilai r = - penerimaan diri merupakan salah satu faktor
.839, p = .000 (dengan p < .01). Hal ini yang dibutuhkan oleh individu dalam
menunjukkan bahwa terdapat hubungan menghadapi berbagai tekanan yang terjadi
negatif antara penerimaan diri dengan tingkat dalam kehidupannya, dimana dengan adanya
depresi pada pasien PJK di Poliklinik Jantung kemampuan penerimaan diri yang baik yang
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. dimiliki oleh individu tersebut, dapat
Hubungan negatif ini dapat diartikan bahwa membantu individu beradaptasi dengan
hubungan kedua variabel ini berjalan tekanan yang terjadi dalam kehidupannya,
berlawanan arah, artinya semakin tinggi dengan keadaan yang demikian akan
penerimaan diri pasien maka semakin rendah membantu individu tersebut terhindar dari
tingkat depresi yang dialami oleh pasien berbagai permasalahan psikologis seperti
tersebut. Kontribusi penerimaan diri depresi, sebagai akibat ketidak mampuan
memberikan sebesar 70,3% terhadap kondisi
dalam menghadapi tekanan yang terjadi dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi lebih
hidupnya. dipengaruhi oleh faktor lama pasien mengidap
Hasil penelitian ini juga sejalan PJK, jumlah serangan jantung yang pernah
dengan penelitian Chamberlain & Haaga dialami, dan status pernikahan pasien, bila
(2001) yang menjelaskan bahwa individu dibandingkan dengan faktor usia, jenis
yang memiliki kemampuan penerimaan diri kelamin, dan tingkat pendidikan pasien.
yang baik, lebih cenderung optimis dalam
menjalani kehidupannya, sehingga membantu KESIMPULAN DAN SARAN
individu terhindar dari berbagai permasalahan Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
psikologis seperti depresi sebagai efek dari terdapat hubungan yang negatif antara
kepesimisan dalam menghadapi tekanan yang penerimaan diri dengan tingkat depresi pada
terjadi dalam kehidupannya, dimana pasien penderita PJK di Poliklinik Jantung
kepesimisan dalam menjalani hidup RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi,
merupakan dampak dari kemampuan artinya semakin tinggi penerimaan diri pasien
penerimaan diri yang rendah yang dimiliki maka semakin rendah tingkat depresi yang
oleh individu tersebut. Potocka, et. al (2009) dialami oleh pasien tersebut. Sedangkan
juga menjelaskan bahwa individu yang kondisi depresi yang dialami oleh pasien lebih
memiliki kemampuan penerimaan diri yang dipengaruhi oleh faktor lama pasien mengidap
baik memiliki kemampuan toleransi yang PJK, jumlah serangan jantung yang pernah
tinggi terhadap stres, dimana kondisi tersebut dialami, dan status pernikahan pasien, bila
membuat individu lebih optimis, bahagia, dan dibandingkan dengan faktor usia, jenis
merasa puas dalam menjalani kehidupannya kelamin, dan tingkat pendidikan pasien.
dan kondisi tersebut juga memberikan Beberapa saran dari penelitian ini
kesejahteraan psikologis pada diri individu, diharapkan kepada pihak rumah sakit
serta dapat menghindari diri individu dari diharapkan, agar juga memperhatikan kondisi
berbagai bentuk permasalah psikologis seperti psikologis pasien PJK disamping kondisi
depresi. fisiknya, terutama dalam meningkatkan
Berdasarkan hasil analisis di atas juga kemampuan penerimaan diri pasien, supaya
menunjukkan bahwa kondisi depresi yang dapat membantu pasien terhindar dari kondisi
dialami oleh pasien PJK di Poliklinik Jantung depresi. Dokter dan perawat yang khusus
menangani pasien PJK seharusnya juga dilanjutkan dengan melihat aspek-aspek yang
memiliki pengetahuan dan pemahaman lain.
mengenai kondisi psikologis pasien serta
pihak-pihak yang ahli dalam menangani DAFTAR PUSTAKA
permasalahan psikologis seperti Psikolog atau
Abdul Muchid, dkk. (2006). Pharmaceutical
Psikiater yang ada di rumah sakit tersebut,
Care Untuk Pasien Penyakit Jantung
dapat dimanfaatkan oleh pihak rumah sakit Koroner : Fokus Sindrom Koroner
Akut. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi
dalam membantu meningkatkan kemampuan
Komunitas dan Klinik Ditjen Bina
penerimaan diri pasien dan mengatasi kondisi Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan.
depresi yang dialami pasien tersebut.
Kepada pihak keluarga pasien, Aditama. (2006). “Harapan Hidup Penderita
Penyakit Jantung Koroner Bisa
diharapkan jangan merasa terbebani dengan
Ditingkatkan”. Diakases tanggal 8 Mai
kondisi pasien, berikan dukungan dan 2010 dari http://cyberhealth.com.
bimbingan kepada pasien tersebut dalam
Beck, Aaron T., & Alford, Brand A. (2009).
menerima kondisi yang terjadi dan membantu Depression Cause and Treatment
(Second Edition). Philadelphia:
meningkatkan kemampuan penerimaan
University of Pensylvania Press.
dirinya.
Carney, Robert M. et al. (2000). “Change in
Kepada pasien PJK diharapkan agar
Heart Rate and Heart Rate Variability
mampu menerima segala sesuatu yang terjadi, During Treatment for Depression in
Patients With Coronary Heart
jangan berlarut-larut merasakan kekecewaan
Disease”. Psychosomatic Medicine.
atas segala kejadian yang tidak diinginkan, Vol 62. Hlm. 639–647.
berusahalah untuk selalu menghadapinya dan
Chamberlain, John M. & Haaga, David A. F.
meyakini permasalahan tersebut bisa (2001). “Uncoditional Self-Acceptance
and Psychological Health”. Journal of
diselesaikan.
Rational-Emotive & Cognitive-
Kepada peneliti selanjutnya yang ingin Behaviour Therapy. Vol 19. No 3.
Hlm. 163-176.
melanjutkan penelitian ini diharapkan untuk
lebih memperdalam dan memperluas batasan Cronbach, L. J. (1963). Educational
Psychology. New York: Harcourt,
masalah yang akan diteliti sehingga diperoleh
Braces World Inc.
hasil yang lebih lengkap. Penelitian ini dapat
Davidson, Gerald C., Neale, John M., & Nanik Afida, Sri Wahyuningsih, & Monique
Kring, Ann M. (2006). Psikologi Elizabeth Sukamto. (2000).
Abnormal (Edisi Kesembilan). Jakarta: “Hubungan Antara Pemenuhan
Rajawali Pers. Kebutuhan Berafiliasi Dengan Tingkat
Depresi Pada Wanita Lanjut Usia Di
Dini Pramitha Susanti, Siti Mufattanah, & Panti Werdha”. Anima, Indonesian
Anita Zulkaida. (2008). “Penerimaan Psychological Journal. Vol 15. No 2.
Diri pada Istri Pertama Dalam Hlm. 180-195.
Keluarga Poligami yang Tinggal
Dalam Satu Rumah”. Jurnal Fakultas Penninx, Brenda W. J. H. et. al. (1998).
Psikologi Universitas Gunadarma. “Effects of Social Support and
Diakses pada tanggal 7 Juni 2010 dari Personal Coping Resources on
http://www.gunadarma.ac.id/library/ju Depressive Symptoms: Different for
rnal/graduate/psychology/2008/ Various Chronic Diseases?”. Health
Jurnal_10502073.pdf. Psychology. Vol 17. No 6. Hlm. 551 -
558.
Flett, Gordon L. et al. (2003). “Dimensions of
Perfectionism, Unconditional Self- Pitt, Bertram & Deldin, Patricia J. (2010).
Acceptance, and Depression”. Journal “Depression and Cardiovascular
of Rational-Emotive & Cognitive- Disease: Have A Happy Day-Just
Behavior Therapy. Vol 21. No 2. Hlm. Smile!”. European Heart Journal. Vol
119-138. 31, Hlm.1036-1037.

Iman Soeharto. (2000). Pencegahan dan Potocka, A., Jablonska, Turczyn K., &
Penyembuhan Penyakit Jantung Merecz, D. (2009). “Psychological
Koroner. Jakarta: PT Gramedia Correlates of Quality of Life in
Pustaka Utama. Dermatology Patients: The Role of
Mental Health and Self-Acceptance ”.
Lane, Deirdre, at al. (2001). “Mortality and Acta Dermatoven APA. Vol 18. No 2.
Quality of Life 12 Months After Hlm. 53-62.
Myocardial Infarction: Effects of
Depression and Anxiety”. Radley, A. (1994). Making Sanse of Illness:
Psychosomatic Medicine. Vol 63. The Social Psychology of Health and
Hlm. 221–230. Disease. London: Sage Publication.

Lichtman, Judith H. et at. (2008). “Depression Savitri Ramaiah. (2007). Terapi Baru
and Coronary Heart Disease”. Journal Menyembuhkan Serangan Jantung.
of The American Heart Yogyakarta: Bandaliko Press.
Association.Vol 118. Hlm. 1768-1775.
Smith, Donald F. (2001). “Negative Emotions
Muryantinah Mulyo Handayani, dkk. (1998). and Coronary Heart Disease: Causally
“Efektifitas Pelatihan Pengenalan Diri Related or Merely Coexistent? A
Terhadap Peningkatan Penerimaan Review”. Scadinavian Journal of
Diri dan Harga Diri”. Jurnal Psikologi. Psychology. Vol 42. Hlm. 57-69.
No 2. Hlm. 47-45.
Suryo Dharmono. (2008). “Depresi dan
Penyakit Jantung". Diakses pada
tanggal 12 Mai 2010 dari
http://www.medicastore.co.id/cdk.

Taylor, E Shelley. (2003). Health Psychology


(5th edition). New York: Mc Graw-Hill
Inc Boston.

Wening Wihartati. (2004). “Hubungan antara


Dukungan Sosial dan Optimisme
Hidup dengan Depresi pada Penderita
Penyakit Jantung Koroner”. Tesis
Tidak Diterbitkan. UGM. Yogyakarta.

Yustinus Semiun. (2006). Kesehatan Mental


2. Yogyakarta. Kanisius.

You might also like