Professional Documents
Culture Documents
Naskah Publikasi PDF
Naskah Publikasi PDF
Abstract
This study originated from the fact CHD be the cause of death in the world. CHD negatively
impact the physical and psychological condition of patients, such as depression. One of the
factors that affect the condition of depression is the ability to self-acceptance. Some research
indicates that the ability of self-acceptance is good to help individuals avoided from depression.
This makes researchers interested in examining it and see whether it is true there is a
relationship self-acceptance and depression. The hypothesis of this research is to have a
significant relationship between self-acceptance with the level of depression in patients with
CHD. The purpose of this study was to describe self-acceptance, levels of depression, and
relationships both in patients with CHD in the Heart Clinic Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
This research uses a correlation approach to the relationship self-acceptance and depression in
patients with CHD. The population in this study all patients with CHD who had experienced a
heart attack at the hospital, amounting to +345 persons. This study used convenience sampling
technique or accidental sampling. The number of subjects of this study numbered 40 people.
Methods of data collection using a scale of self-acceptance which is based on the theory of
Sheerer and scale levels of depression have been prepared based on the theory of Beck. Analysis
using the Pearson product moment correlation. Results of data analysis found that overall CHD
patients in the Cardiac Clinic Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi have low levels of depression
and self-acceptance scores were. Based on the correlation test results obtained correlation value
(r) -.839, p =.000 (p <.01) means there is a very significant negative relationship between self-
acceptance with depression. This means that the higher the self acceptance of patients, the lower
level of depression.
Berdasarkan hasil analisis di atas, diri dengan tingkat depresi pada pasien PJK di
maka didapatkan koefisien korelasi sebesar - Poliklinik Jantung RSUD Dr. Achmad
.839, p = .000 (p < .01) menandakan hipotesis Mochtar Bukittinggi. rerata hipotetik dan
diterima. Hasil ini memperlihatkan bahwa empiris ke dua variabel dapat dilihat tabel di
terdapat korelasi negative antara penerimaan bawah ini:
Tabel 2
Rerata Empiris dan Rerata Hipotetik Penerimaan Diri dan Depresi (n= 40)
Skor Hipotetik Skor Empiris
Variabel
Min Max Means SD Min Max Means SD
Penerimaan Diri 28 140 84 18,67 74 117 96,1 11,58
Depresi 32 160 96 21,33 39 104 67,13 15,91
Berdasarkan uji Anova pada tabel 3 di depresi pada pasien PJK yang ditinjau dari
atas, maka diperoleh nilai F= 1,649 dengan usia pasien.
nilai signifikansi (p) yaitu .207. Hasil tersebut Gambaran tingkat depresi subjek
tidak signifikan karena p > .05, dengan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
demikian tidak terdapat perbedaan tingkat tabel 4 berikut ini.
Tabel 4
Gambaran Tingkat Depresi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Variabel Jenis Kelamin Jumlah (N) Mean SD F P
Laki-laki 35 65,91 15,85
Depresi 1,649 .207
Perempuan 5 75,6 15,11
Berdasarkan uji Anova pada tabel 4 di depresi pada pasien PJK yang ditinjau dari
atas, maka diperoleh nilai F= 1,649 dengan jenis kelamin pasien.
nilai signifikansi (p) yaitu .207. Hasil tersebut Gambaran tingkat depresi subjek
tidak signifikan karena p > .05, dengan berdasarkan lama pasien mengidap PJK dapat
demikian tidak terdapat perbedaan tingkat dilihat pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5
Gambaran Tingkat Depresi Subjek Berdasarkan Lama Pasien Mengidap PJK
Jumlah
Variabel Lama Pasien Mengidap PJK Mean SD F P
(N)
< 4 Tahun 30 63,1 14,89
Depresi 5-10 Tahun 9 81,67 3,65 6,21 .005
> 11 Tahun 1 58 .
Berdasarkan uji Anova pada tabel 5 di signifikan karena p < .05, dengan demikian
atas, maka diperoleh nilai F= 6,21 dengan terdapat perbedaan tingkat depresi pada pasien
nilai signifikansi (p) yaitu .005. Hasil tersebut PJK ditinjau dari lama pasien mengidap PJK
tersebut, dimana hal ini dapat dilihat dari pernah dialami oleh pasien PJK, yang dapat
mean. dilihat pada tabel 6 berikut ini.
Gambaran tingkat depresi subjek
berdasarkan jumlah serangan jantung yang
Tabel 6
Gambaran Tingkat Depresi Subjek Berdasarkan Jumlah Serangan yang Pernah Dialami
Jumlah Serangan yang Pernah Jumlah
Variabel Mean SD F P
Dialami (N)
1 Kali 17 55,94 9,97
2 Kali 9 67,11 12,92
3 Kali 7 78,43 9,31
Depresi 4 Kali 1 84 . 6,58 .000
5 Kali 4 77 18,71
6 Kali 1 85 .
7 Kali 1 104 .
Berdasarkan uji Anova pada tabel 6 di yang pernah dialami oleh pasien, dimana hal
atas, maka diperoleh nilai F= 6,58 dengan ini dapat dilihat dari mean.
nilai signifikansi (p) yaitu .000. Hasil tersebut Gambaran tingkat depresi subjek
signifikan karena p < .05, dengan demikian berdasarkan status pernikahan subjek dapat
terdapat perbedaan tingkat depresi pada pasien dilihat pada tabel 7 berikut ini.
PJK ditinjau dari jumlah serangan jantung
Tabel 7
Gambaran Tingkat Depresi Subjek Berdasarkan Status Pernikahan
Variabel Status Pernikahan Jumlah (N) Mean SD F P
Menikah 37 65,05 14,49
Depresi 10,37 .003
Belum Menikah/ Duda/ Janda 3 92,67 9,87
Berdasarkan uji Anova pada tabel di depresi yang dialami oleh pasien dan
atas maka diperoleh nilai F= 3,99 dengan nilai selebihnya 29,7% dipengaruhi oleh faktor-
signifikansi (p) yaitu .775. Hasil ini tidak faktor lainnya, hal ini dapat dilihat dari
signifikan karena p > .05, dengan demikian koefisien determinasi yang diperoleh R2 =
tidak ada perbedaan tingkat depresi ditinjau .703.
dari tingkat pendidikan subjek. Hasil penelitian ini memperkuat hasil
Berdasarkan hasil analisis data di atas penelitian yang dilakukan oleh Flett, et. al
yang diperoleh, terdapat hubungan yang (2003) yang menemukan bahwa penerimaan
sangat signifikan antara penerimaan diri diri memiliki korelasi negatif dengan depresi
dengan tingkat depresi pada pasien PJK di yang dialami oleh individu. Flett, et. al (2003)
Poliklinik Jantung RSUD Dr. Achmad dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
Mochtar Bukittinggi, terlihat dari nilai r = - penerimaan diri merupakan salah satu faktor
.839, p = .000 (dengan p < .01). Hal ini yang dibutuhkan oleh individu dalam
menunjukkan bahwa terdapat hubungan menghadapi berbagai tekanan yang terjadi
negatif antara penerimaan diri dengan tingkat dalam kehidupannya, dimana dengan adanya
depresi pada pasien PJK di Poliklinik Jantung kemampuan penerimaan diri yang baik yang
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. dimiliki oleh individu tersebut, dapat
Hubungan negatif ini dapat diartikan bahwa membantu individu beradaptasi dengan
hubungan kedua variabel ini berjalan tekanan yang terjadi dalam kehidupannya,
berlawanan arah, artinya semakin tinggi dengan keadaan yang demikian akan
penerimaan diri pasien maka semakin rendah membantu individu tersebut terhindar dari
tingkat depresi yang dialami oleh pasien berbagai permasalahan psikologis seperti
tersebut. Kontribusi penerimaan diri depresi, sebagai akibat ketidak mampuan
memberikan sebesar 70,3% terhadap kondisi
dalam menghadapi tekanan yang terjadi dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi lebih
hidupnya. dipengaruhi oleh faktor lama pasien mengidap
Hasil penelitian ini juga sejalan PJK, jumlah serangan jantung yang pernah
dengan penelitian Chamberlain & Haaga dialami, dan status pernikahan pasien, bila
(2001) yang menjelaskan bahwa individu dibandingkan dengan faktor usia, jenis
yang memiliki kemampuan penerimaan diri kelamin, dan tingkat pendidikan pasien.
yang baik, lebih cenderung optimis dalam
menjalani kehidupannya, sehingga membantu KESIMPULAN DAN SARAN
individu terhindar dari berbagai permasalahan Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
psikologis seperti depresi sebagai efek dari terdapat hubungan yang negatif antara
kepesimisan dalam menghadapi tekanan yang penerimaan diri dengan tingkat depresi pada
terjadi dalam kehidupannya, dimana pasien penderita PJK di Poliklinik Jantung
kepesimisan dalam menjalani hidup RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi,
merupakan dampak dari kemampuan artinya semakin tinggi penerimaan diri pasien
penerimaan diri yang rendah yang dimiliki maka semakin rendah tingkat depresi yang
oleh individu tersebut. Potocka, et. al (2009) dialami oleh pasien tersebut. Sedangkan
juga menjelaskan bahwa individu yang kondisi depresi yang dialami oleh pasien lebih
memiliki kemampuan penerimaan diri yang dipengaruhi oleh faktor lama pasien mengidap
baik memiliki kemampuan toleransi yang PJK, jumlah serangan jantung yang pernah
tinggi terhadap stres, dimana kondisi tersebut dialami, dan status pernikahan pasien, bila
membuat individu lebih optimis, bahagia, dan dibandingkan dengan faktor usia, jenis
merasa puas dalam menjalani kehidupannya kelamin, dan tingkat pendidikan pasien.
dan kondisi tersebut juga memberikan Beberapa saran dari penelitian ini
kesejahteraan psikologis pada diri individu, diharapkan kepada pihak rumah sakit
serta dapat menghindari diri individu dari diharapkan, agar juga memperhatikan kondisi
berbagai bentuk permasalah psikologis seperti psikologis pasien PJK disamping kondisi
depresi. fisiknya, terutama dalam meningkatkan
Berdasarkan hasil analisis di atas juga kemampuan penerimaan diri pasien, supaya
menunjukkan bahwa kondisi depresi yang dapat membantu pasien terhindar dari kondisi
dialami oleh pasien PJK di Poliklinik Jantung depresi. Dokter dan perawat yang khusus
menangani pasien PJK seharusnya juga dilanjutkan dengan melihat aspek-aspek yang
memiliki pengetahuan dan pemahaman lain.
mengenai kondisi psikologis pasien serta
pihak-pihak yang ahli dalam menangani DAFTAR PUSTAKA
permasalahan psikologis seperti Psikolog atau
Abdul Muchid, dkk. (2006). Pharmaceutical
Psikiater yang ada di rumah sakit tersebut,
Care Untuk Pasien Penyakit Jantung
dapat dimanfaatkan oleh pihak rumah sakit Koroner : Fokus Sindrom Koroner
Akut. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi
dalam membantu meningkatkan kemampuan
Komunitas dan Klinik Ditjen Bina
penerimaan diri pasien dan mengatasi kondisi Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan.
depresi yang dialami pasien tersebut.
Kepada pihak keluarga pasien, Aditama. (2006). “Harapan Hidup Penderita
Penyakit Jantung Koroner Bisa
diharapkan jangan merasa terbebani dengan
Ditingkatkan”. Diakases tanggal 8 Mai
kondisi pasien, berikan dukungan dan 2010 dari http://cyberhealth.com.
bimbingan kepada pasien tersebut dalam
Beck, Aaron T., & Alford, Brand A. (2009).
menerima kondisi yang terjadi dan membantu Depression Cause and Treatment
(Second Edition). Philadelphia:
meningkatkan kemampuan penerimaan
University of Pensylvania Press.
dirinya.
Carney, Robert M. et al. (2000). “Change in
Kepada pasien PJK diharapkan agar
Heart Rate and Heart Rate Variability
mampu menerima segala sesuatu yang terjadi, During Treatment for Depression in
Patients With Coronary Heart
jangan berlarut-larut merasakan kekecewaan
Disease”. Psychosomatic Medicine.
atas segala kejadian yang tidak diinginkan, Vol 62. Hlm. 639–647.
berusahalah untuk selalu menghadapinya dan
Chamberlain, John M. & Haaga, David A. F.
meyakini permasalahan tersebut bisa (2001). “Uncoditional Self-Acceptance
and Psychological Health”. Journal of
diselesaikan.
Rational-Emotive & Cognitive-
Kepada peneliti selanjutnya yang ingin Behaviour Therapy. Vol 19. No 3.
Hlm. 163-176.
melanjutkan penelitian ini diharapkan untuk
lebih memperdalam dan memperluas batasan Cronbach, L. J. (1963). Educational
Psychology. New York: Harcourt,
masalah yang akan diteliti sehingga diperoleh
Braces World Inc.
hasil yang lebih lengkap. Penelitian ini dapat
Davidson, Gerald C., Neale, John M., & Nanik Afida, Sri Wahyuningsih, & Monique
Kring, Ann M. (2006). Psikologi Elizabeth Sukamto. (2000).
Abnormal (Edisi Kesembilan). Jakarta: “Hubungan Antara Pemenuhan
Rajawali Pers. Kebutuhan Berafiliasi Dengan Tingkat
Depresi Pada Wanita Lanjut Usia Di
Dini Pramitha Susanti, Siti Mufattanah, & Panti Werdha”. Anima, Indonesian
Anita Zulkaida. (2008). “Penerimaan Psychological Journal. Vol 15. No 2.
Diri pada Istri Pertama Dalam Hlm. 180-195.
Keluarga Poligami yang Tinggal
Dalam Satu Rumah”. Jurnal Fakultas Penninx, Brenda W. J. H. et. al. (1998).
Psikologi Universitas Gunadarma. “Effects of Social Support and
Diakses pada tanggal 7 Juni 2010 dari Personal Coping Resources on
http://www.gunadarma.ac.id/library/ju Depressive Symptoms: Different for
rnal/graduate/psychology/2008/ Various Chronic Diseases?”. Health
Jurnal_10502073.pdf. Psychology. Vol 17. No 6. Hlm. 551 -
558.
Flett, Gordon L. et al. (2003). “Dimensions of
Perfectionism, Unconditional Self- Pitt, Bertram & Deldin, Patricia J. (2010).
Acceptance, and Depression”. Journal “Depression and Cardiovascular
of Rational-Emotive & Cognitive- Disease: Have A Happy Day-Just
Behavior Therapy. Vol 21. No 2. Hlm. Smile!”. European Heart Journal. Vol
119-138. 31, Hlm.1036-1037.
Iman Soeharto. (2000). Pencegahan dan Potocka, A., Jablonska, Turczyn K., &
Penyembuhan Penyakit Jantung Merecz, D. (2009). “Psychological
Koroner. Jakarta: PT Gramedia Correlates of Quality of Life in
Pustaka Utama. Dermatology Patients: The Role of
Mental Health and Self-Acceptance ”.
Lane, Deirdre, at al. (2001). “Mortality and Acta Dermatoven APA. Vol 18. No 2.
Quality of Life 12 Months After Hlm. 53-62.
Myocardial Infarction: Effects of
Depression and Anxiety”. Radley, A. (1994). Making Sanse of Illness:
Psychosomatic Medicine. Vol 63. The Social Psychology of Health and
Hlm. 221–230. Disease. London: Sage Publication.
Lichtman, Judith H. et at. (2008). “Depression Savitri Ramaiah. (2007). Terapi Baru
and Coronary Heart Disease”. Journal Menyembuhkan Serangan Jantung.
of The American Heart Yogyakarta: Bandaliko Press.
Association.Vol 118. Hlm. 1768-1775.
Smith, Donald F. (2001). “Negative Emotions
Muryantinah Mulyo Handayani, dkk. (1998). and Coronary Heart Disease: Causally
“Efektifitas Pelatihan Pengenalan Diri Related or Merely Coexistent? A
Terhadap Peningkatan Penerimaan Review”. Scadinavian Journal of
Diri dan Harga Diri”. Jurnal Psikologi. Psychology. Vol 42. Hlm. 57-69.
No 2. Hlm. 47-45.
Suryo Dharmono. (2008). “Depresi dan
Penyakit Jantung". Diakses pada
tanggal 12 Mai 2010 dari
http://www.medicastore.co.id/cdk.