You are on page 1of 26

Dokter Pengirim :

Tanggal : 11 November 2019


Nama : TN. JUNAIDI
Umur : 55 TH
Jl K. H. Ahmad Dahlan No. 17 Pancor Lotim - NTB RM/Ruang/Alamat : BATU KALING
Selong, 7 November 2019
Pemeriksa

RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA PANCOR


No. Izin : 1938/503/PP.II.50.A8/04/2013
JL. KH. Ahmad Dahlan No. 17 Pancor Lombok Timur
Telp. (0376) 21004, Fax (0376) 22693
NO. RM : 049931 Physician ; dr. WA ODE NELLY, SpPD
Patient Name : TITIEN SATRIADY Date : 16 January 2018
Address : Karang Anyar
Gender : Male

Parameter Result Ref. Range Unit Note

SGOT 37 M < 37 F < 31 U/L

SGPT 48 M < 40 F < 31 U/L

BILIRUBIN

Bil. Total 1.10 < 1.00 Mg/dl

Bil. Direct 0.37 < 0.25 Mg/dl

Bil. Indirect 0.70 < 0.75 Mg/dl

Specimen collection time :


Blood - Heparin – 16/01/2018 08.43:08

Authorized by

Dokter Pengirim : -
Tanggal : 02 Oktober 2019
Nama : NY MUSTIANI
Umur : 40 TH
Jl K. H. Ahmad Dahlan No. 17 Pancor Lotim - NTB RM/Ruang/Alamat : -
Pancor, 02 Oktober 2019
Pemeriksa

Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 17 Pancor Lotim -NTB


Pancor, 25 Januari 2018
Pemeriksa
`

Dokter Pengirim : dr.HJ.WIKAN T.SpPD.


Tanggal : 23-12-2017
Nama : HJ.JULAEHA
Umur : 31-12-1944
No.RM /Ruang : 049394/PANCOR/R 114
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 17 pancor lombok timur

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN


MORFOLOGI DARAH TEPI ( MDT )

*ERYTROSIT
Ukuran Makrositik
Warna Hipokromik
Teaard droof (+),Ovalosit (+),
Sel abnormal
Target sel (+),Burcell (+),Crenated (+)

*LEUKOSIT
kesan Normal
Sel yg meningkat Negatif
Sel Muda/Normoblast Negatif

*TROMBOSIT
Kesan Menurun
Giant Positif

Pancor 23-12- 2017


Pemeriksa
SABRI Ssi.

Dokter Pengirim : dr . lysa Mariam, Sp.KK


Tanggal : 26/09/2018
Nama : Sri Wahyuni
Umur/TGL LAHIR : 16 /11/1980
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 17 Pancor Lotim - NTB RM/Ruang/Alamat : Kelayu Selatan
Pancor, 26 – 09- 2018

Pemeriksa

Dokter Pengirim : APS


Tanggal : 07/10/2019
Nama : Drs Munahar
Umur : 60 TH
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 17 Pancor Lotim - NTB No. RM / Ruang : Mataram
Pancor, 10/10/2019
Pemeriksa

Dokter Pengirim : dr. Wa Ode Nelly , Sp.PD


Tanggal : 02 September 2017
Nama : Moh Alwi Ashari
Umur : 23/02/1988/- TH
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 17 Pancor Lotim - NTB No. RM / Ruang : Pengadangan
Pancor, 2 Oktober 2017
Pemeriksa

Dokter Pengirim : dr.fibri


Tanggal : 7 juli 2018
Nama : NY. SITI RAUHIL
Umur : 28 TH
RM / Ruang/Alamat : DS. LEKONG
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 17 Pancor Lotim - NTB
Pancor, 13 JULI 2017
pemeriksa
JLN.KH.AHMAD DAHLAN NO.17 PANCOR LOMBOK TIMUR
IZIN :1938/503/PPT.II.50.A8/04/2013
TELP.(0376) 21004

PERMINTAAN PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

NAMA : NO.RM :
TTL/UMUR : TGL/JAM :
ALAMAT : DOKTER :
RUANG : ANALIS :

HEMATOLOGI SEROLOGI RUJUKAN

* DL Automatis * HBsAg (ICT) * T3


* Haemoglobin * PP.Tes (ICT) * T4
* Leukosit * Mantouxs Tes * FT3
* Diff. Count * Anti H.Phylori (ICT) * FT4
* Trombosit * VDRL * TSHs
* PCV * Anti HBs. (ICT) * Alfa Feto protein
* Erytrosit * Anti TB (ICT) * Elektrolite
* LED * Rematoid faktor * Beta HCG
* Gol. Darah * Lain-lain…. * Ca.125
* CT (Cloting time) * Ana Tes
* BT (Bleding time) * Ana sel
* HDT * Lain-lain….

KIMIA KLINIK MIKROBIOLOGI

* Glukose sewaktu * BTA


* GDP * GRAM
* GD.2JPP * Widal
* Cholesterol * Dengue IgG,IgM
* Trygliserida * Lain-lain…..
* Asam Urat
* SGOT
* SGPT
* Alkali Phosphatase PARASITOLOGI
* Bilirubin
* Ureum * Malaria
* Kreatinin * Lain-lain…..
* T. Protein
* Albumin
* Globulin * URINE LENGKAP (UL)
* HDL
* LDL * FECES LENGKAP (FL)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama Lengkap : SABRI S.si
Tempat/Tanggal Lahir: PRINGGASELA/ 31-12-1978
Jenis kelamin : LAKI-LAKI
Kewarganegaraan : WNI
Agama : ISLAM
Status : MENIKAH
Alamat : BG.LONGGEK BARAT KEL.RAKAM KEC.SELONG
No.Telp: 087763019095
Email : sabrigagah9@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL
SD Lulus Th.1991
SMP Lulus Th.1994
SMAK Lulus Th.1997
S1 Biologi Lulus Th.2014

PENDIDIKAN INFORMAL
1.
2.

RIWAYAT PEKERJAAN
Bekerja di RSI.Namira dari th.2009 sampai dengan sekarang (TH.2016)

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Pancor 16-06-2016

SABRI S.si.
Kepada
Yth.Direktur RS.ISLAM NAMIRA
di-
Pancor, Lombok Timur

Hal:Penguduran diri

Assalamualaikum wr.wb.
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : SABRI Ssi


TTL : Lombok Timur 31-12-1978
Alamat : Rakam selong
Unit : Staf Lab.RSI.Namira

Dengan ini saya menyatakan akan berhenti bekerja sebagai karyawan RSI.Namira
Terhitung mulai tanggal 1 januari 2018 dengan alasan sbb:

1.Saya tidak bisa mengikuti peraturan-2 yang diberlakukan oleh manajemen RSI.Namira dengan
maksimal
2.Saya mengikuti saran suami saya untuk fokus merawat anak dan orang tua saya yang sering sakit.

Demikian surat penguduran diri ini saya buat tanpa tekanan atau paksaan dari orang lain dan
sekiranya
ada salah dan khilaf selama saya bekerja di RSI.Namira mohon maaf yang sebesar-besarnya,terima
kasih.

Pancor 28 Oktober 2017

Hormat saya
SABRI Ssi.
C.PERMENKES RI NO.1976/MENKES/PER/V111/2011
PEMBAHASAN
Kesehatan merupakan hak azasi manusia. Berdasarkan amanat pasal 28 H
ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah
ditegaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3)
dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Pelayanan kesehatan yang buruk selalu menjadi masalah di berbagai
daerah di Republik ini. Bukan saja di daerah, namun komplain tentang
pelayanan kesehatan yang buruk juga terjadi di kota-kota besar seperti
Jakarta. Kita masih ingat bagaimana kasus Prita yang mencuat menjadi
masalah Nasional, sampai-sampai berbagai pihak turut berbicara tentang
buruknya pelayanan kesehatan di negeri ini.
Demi peningkatan pelayanan kesehatan yang lebih baik, maka
Kementerian Kesehatan dalam hal ini Menteri Kesehatan telah mengambil
langkah-langkah nyata dalam rangka peningkatan pelayanan Kesehatan bagi
masyarakat. Salah satu upayanya adalah dengan dikeluarkannya Peraturan
Menteri kesehatan RI nomor 161/Menkes/Per/I/2010, yang kemudian direvisi
karena dirasa perlu untuk disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan
hukum dengan Permenkes RI nomor 1796/Menkes/Per/VIII/2011, tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan.
Keluarnya Permenkes tentang Registrasi Tenaga Kesehatan sebenarnya
merupakan kelanjutan dari berbagai peraturan sebelumnya yang mengatur
tentang peningkatan kualitas tenaga kesehatan melalui perijinan, uji
kompetensi dan registrasi. Sebelumnya telah ada UU RI nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan yang juga menyebutkan bahwa peningkatan mutu
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, dan dalam rangka
pemberian ijin, perlu mengatur registrasi tenaga kesehatan. UU RI nomor 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang juga mengatur ijin praktik tenaga
kesehatan di RS. Permenkes RI nomor HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat serta Permenkes RI nomor
HK.02.02/Menkes/149/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan.
Khusus tulisan kali ini, saya akan mencoba menjelaskan tentang
Permenkes RI nomor 1796/Menkes/Per/VIII/2011, tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan. Sejak dikeluarkannya Permenkes ini, maka semua tenaga
kesehatan (kecuali dokter, apoteker dan sarjana kesehatan masyarakat) yang
bekerja dan mengabdi pada

fasilitas pelayanan kesehatan, baik PNS/CPNS dan magang/honorer diwajibkan


untuk memiliki STR (Surat Tanda Registrasi). Fasilitas pelayanan yang
dimaksud adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah maupun masyarakat.
Dengan demikian maka semua tenaga kesehatan yang bekerja pada Rumah
Sakit Umum Pemerintah maupun Swasta, Puskesmas, Klinik Kesehatan sampai
Praktek-praktek Dokter diwajibkan untuk memiliki STR.
STR (Surat Tanda Registrasi) hanya dapat diperoleh oleh seorang tenaga
kesehatan setelah memiliki ijazah tanda lulus pendidikan profesi dari institusi
pendidikan kesehatan dan lulus uji kompetensi yang dibuktikan dengan
sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi merupakan surat tanda pengakuan
terhadap kompetensi seorang tenaga kesehatan untuk dapat menjalankan
praktik atau pekerjaan profesinya. Sertifikat kompetensi ini berlaku diseluruh
Indonesia. Penyelenggaraan uji kompetensi yang menurut rencana dilakukan 4
(empat) kali dalam setahun, diadakan oleh Majelis Tenaga Kesehatan
Indonesia (MTKI) yang berkedudukan di ibukota Negara yang mana
pelaksanaannya didaerah dilakukan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Propinsi
(MTKP). Untuk Papua Barat, Majelis Tenaga Kesehatan Propinsi (MTKP) Papua
Barat sudah dibentuk berdasarkan SK Kepala Badan PPSDMK Kementerian
Kesehatan RI nomor HK.02.02/I/V.2/3547/2011 dan rencananya akan
dikukuhkan dan diambil sumpah pada tanggal 5 desember 2011.
Uji kompetensi sebagaimana yang dimaksudkan pada Permenkes ini adalah
suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga
kesehatan sesuai dengan standar profesi. Dengan diwajibkannya tenaga
kesehatan yang bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan untuk memilki
STR, maka secara otomatis tenaga kesehatan yang bersangkutan harus
mengikuti uji kompetensi.
Uji kompetensi ini juga sebagai seleksi terhadap lulusan-lulusan institusi
pendidikan profesi kesehatan. Seperti diketahui, begitu menjamurnya institusi-
institusi pendidikan tenaga kesehatan di Negeri ini. Hal ini tidak terlepas dari
paradigma masyarakat yang beranggapan bahwa lulusan sekolah kesehatan
lebih mudah mencari kerja dan diterima sebagai PNS, sekolah di sekolah
kesehatan bukan lagi panggilan hati untuk melayani sesama. Sehingga ada
sebagian oknum pengelola institusi kesehatan yang pandai membaca pasar
yang membuat sekolah-sekolah kesehatan tanpa memikirkan kualitas
lulusannya. Dengan adanya uji kompetensi, maka para lulusan dari
sekolah/institusi pendidikan tenaga kesehatan yang betul-betul berkualitas
yang akan lulus uji kompetensi dan memperoleh STR untuk dapat

bekerja. Karena soal-soal maupun materi uji kompetensi diberlakukan secara


Nasional, dibuat di MTKI pusat di Jakarta dan disebarkan pada MTKP di daerah
dengan tetap menjaga kerahasiaannya. Dengan demikian maka diharapkan
adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi
masyarakat.
Berdasarkan Permenkes ini, seorang lulusan sekolah kesehatan yang telah
memilki Ijazah kelulusannya dari institusi pendidikan belum boleh bekerja
pada fasilitas pelayanan kesehatan sebelum memilki STR (Surat Tanda
Registrasi). Sertifikat kompetensi yang diperoleh dari kelulusannya pada uji
kompetensi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang, terhitung
sejak tanggal kelahiran tenaga kesehatan bersangkutan. Begitupun STR yang
dikeluarkan oleh MTKI, masa berlakunya sepanjang masa berlakunya sertifikat
kompetensi. STR atau Surat Tanda Registrasi ini berlaku secara Nasional. Jadi
seorang tenaga kesehatan lulusan dari institusi pendidikan manapun yang
telah memiliki STR, berhak dan layak untuk bekerja pada fasilitas pelayanan
kesehatan diseluruh Indonesia.
Kedepannya diharapkan dukungan semua pihak khususnya Pemerintah
Daerah agar dalam seleksi penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) khususnya
tenaga kesehatan agar dapat melampirkan sertifikat kompetensi dan STR
(Surat Tanda Registrasi) tenaga kesehatan. Hal ini dimaksudkan agar kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan untuk melayani masyarakat bisa lebih
baik.
Untuk tenaga kesehatan warga negara asing atau tenaga kesehatan warga
negara Indonesia lulusan luar negeri dapat melakukan pekerjaan/praktiknya di
Indonesia harus memenuhi ketentuan mengenai sertifikat kompetensi dan
STR.
Perlu dipahami disini bahwa yang diwajibkan memilki STR yang dikeluarkan
MTKI berdasarkan Permenkes ini adalah semua tenaga kesehatan, kecuali
Dokter, Apoteker dan Sarjana Kesehatan Masyarakat. Seorang Dokter dan
Apoteker juga wajib melakukan uji kompetensi, namun pada wadah mereka
sendiri bukan pada MTKI. Sedangkan seorang Sarjana Kesehatan Masyakarat
tidak dilakukan uji kompetensi, karena orientasi pekerjaannya yang lebih pada
pengelolaan manajemen kesehatan.
Persyaratan untuk mengikuti uji kompetensi salah satunya adalah ijazah
dari lembaga pendidikan profesi kesehatan. Bila seorang tenaga kesehatan
dengan pendidikan terakhirnya Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM), namun
karena tuntutan pekerjaannya mewajibkan memilki STR. Contohnya pada
siang hari dia bekerja sebagai tenaga struktural pada Dinas Kesehatan, namun
pada malam hari dia bekerja sebagai tenaga analis kesehatan pada sebuah
klinik, maka dia harus memliki STR untuk melaksanakan pekerjaannya sebagai
analis kesehatan. Untuk hal seperti ini, maka ijazah yang harus dia masukkan
untuk mengikuti uji kompetensi untuk

memperoleh STR adalah ijazah profesi analisnya. Begitupu untuk profesi


lainnya seperti perawat, bidan, perawat gigi dan lainya.
Untuk tahun 2011 ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
membuat kebijakan yang kiranya lebih mempermudah seorang tenaga
kesehatan dalam pengurusan STR (Surat Tanda Registrasi) seperti yang
tertera pada ketentuan peralihan Permenkes ini. Kemudahan yang dimaksud
ini pada intinya adalah sebelum tahun 2012, kepada semua tenaga kesehatan
atau tenaga kesehatan yang lulus sebelum tahun 2012 diberikan STR (Surat
Tanda Registrasi) berdasarkan peraturan Menteri ini. Istilahnya dilakukan
pemutihan atau pemberian STR gratis tanpa perlu mengikuti uji kompetensi.
Namun yang tidak mengurus STR-nya tahun 2011 ini maka mulai tahun 2012
harus mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh STR (Surat Tanda
Registrasi). Yang perlu anda lakukan untuk memperoleh STR (Surat Tanda
Registrasi) ini adalah anda tinggal melengkapi beberapa persyaratan
diantaranya fotocopy ijazah profesi yang telah dilegalisir, surat keterangan
kesehatan dari Rumah Sakit/Puskesmas atau Dokter praktek yang memilki ijin
praktek dan pas foto ukuran 4x6 sebanyak 4 (empat) lembar dengan latar
merah.
PENGERTIAN KESEHATAN dan HUKUM KESEHATAN

Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah


merupakan hak asasi manusia. Pada pasal 28 H dinyatakan bahwa setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan. Selanjutnya pada pasal 34 ayat 3
dinyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pemerintah berkewajiban untuk
menyehatkan yang sakit dan berupaya mempertahankan yang sehat untuk
tetap sehat. Berdasarkan UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Dengan demikian kesehatan selain sebagai hak asasi
manusia, kesehatan juga merupakan suatu investasi. Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) 2005 - 2025, dinyatakan
bahwa dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas dan berdaya saing, maka kesehatan bersama-sama dengan
pendidikan dan peningkatan daya beli keluarga/masyarakat adalah tiga
pilar utama untuk meningkatkan kualitas SDM dan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Indonesia. Dalam RPJP-N, dinyatakan pula pembangunan
nasional di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan
kesehatan diselenggarakan dengan didasarkan kepada perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan
manfaat dengan perhatian khusus kepada penduduk rentan, antara lain ibu,
bayi, anak, manusia usia lanjut dan keluarga miskin. Dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, juga diperhatikan dinamika
kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan,
kemajuan IPTEK, serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat
kemitraan dan kerjasama lintas sektoral. Berbagai studi menunjukkan
bahwa tenaga kesehatan merupakan kunci utama dalam keberhasilan
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Tenaga kesehatan
memberikan kontribusi hingga 80% dalam keberhasilan pembangunan
kesehatan.
Dalam laporan WHO tahun 2006, Indonesia termasuk salah satu dari 57
negara yang menghadapi krisis SDM kesehatan, baik jumlahnya yang
kurang maupun distribusinya. Menghadapi era globalisasi, adanya suatu
Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan yang menyeluruh sangat
diperlukan. Di era globalisasi berarti terbukanya negara-negara di dunia
bagi produk-produk baik barang maupun jasa yang datang dari negara
manapun dan mau tidak mau harus dihadapi. Di bidang kesehatan,
Indonesia mengupayakan dalam kepentingan perdagangan internasional
jasa melalui WTO
World Trade Organization
CAFTA
China-ASEAN Free Trade Agreement
AFAS
ASEAN Framework Agreement on Services
dan perjanjian bilateral. Salah satu moda dalam pasokan perdagangan jasa
internasional adalah migrasi sumber daya manusia. Dalam hubungan ini,
melalui Sidang Umum Kesehatan Sedunia Tahun 2010, Organisasi
Kesehatan Sedunia (WHO) telah mengadopsi Global Code of Practice on
the International Recruitment of Health Personnel
Walaupun bersifat sukarela, Indonesia sebagai negara anggota WHO, perlu
ikut mendukung dan melaksanakan prinsip-prinsip dan rekomendasi
Global Code
dalam migrasi internasional tenaga kesehatan. Semua ini perlu dapat
diakomodasikan dalam Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan.

Definisi Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Sedangkan istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk
menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda
mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi
secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa
kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat
jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan
menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang
dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal.
Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian.
Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I
Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani
(mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat,
dan kelemahan.
Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat.
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan. Dan Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna bagi
kita semua, karena kesehatan adalah modal dasar bagi setiap orang untuk
melakukan segala aktivitas dengan baik dan maksimal.
Pendekatan yang digunakan pada abad ke-21, sehat dipandang dengan
perspektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu meliputi rasa memiliki
kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, jaringan dukungan
sosial yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian
tertentu (Haber, 1994). Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya
terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.

Menurut WHO (1947)


Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik
secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan (WHO, 1947). Definisi WHO tentang sehat mempunyai
karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif
(Edelman dan Mandle. 1994) : 1. Memperhatikan individu sebagai sebuah
sistem yang menyeluruh. 2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi
lingkungan internal dan eksternal. 3. Penghargaan terhadap pentingnya
peran individu dalam hidup.

Sehat menurut DEPKES RI


Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal
karena ada faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang
mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Setiap pengertian saling
mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam
konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi,
sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah
mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau
dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan
proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia
beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun
sosio budaya.

UU No.23,1992
tentang Kesehatan menyatakan bahwa : Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus
dilihat sebagai
satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial
dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.

Konsep sehat menurut Parkins (1938)


adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh
dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.

Sementara menurut White (1977)


Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak
mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan
kelainan.

Menurut Dian Mohammad Anwar dari Foskos Kesweis (Forum


Komunikasi dan Studi Kesehatan Jiwa Islami Indonesia)
Pengertian kesehatan dalam Islam lebih merujuk kepada pengertian yang
terkandung dalam kata afiat. Konsep Sehat dan Afiat itu mempunyai
makna yang berbeda kendati tak jarang hanya disebut dengan salah
satunya, karena masing-masing kata tersebut dapat mewakili makna yang
terkandung dalam kata yang tidak disebut. Dalam kamus bahasa arab sehat
diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan dan afiat
diartikan sebagai perlindungan Allah SWT untuk hamba-Nya dari segala
macam bencana dan tipudaya. Perlindungan Allah itu sudah barang tentu
tidak dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi orang-orang yang
mematuhi petunjuk-Nya. Dengan demikian makna afiat dapat diartikan
sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan
penciptaannya. Kesehatan bersifat menyeluruh dan mengandung empat
aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan
seseorang antara lain sebagai berikut:

Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh


sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak
sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami
gangguan.
Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional,
dan spiritual:
 Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
 Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih
dan sebagainya.
 Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresik
an rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu
di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat
spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan
perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang
menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.

Kesehatan social terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan


orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku,
agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya,
serta saling toleran dan menghargai.
Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif,
dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat
menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.
Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut
(pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu,
bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni
mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti,
misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial,
keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang
dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan
eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan
kesehatannya.

Definisi Hukum Kesehatan

Hukum kesehatan (Health Law) menurut:


1. Van Der Mijn: Hukum Kesehatan diartikan sebagai hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan, meliputi:
penerapan perangkat hukum perdata, pidana dan tata usaha negara.
2. Leenen: Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan
peraturan hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya. Secara
ringkas hukum kesehatan adalah:
a. Kumpulan peraturan yang mengatur tetang hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan
b. Seperangkat kaidah yang mengatur seluruh aspek yang berkaitan
dengan upaya dan pemeliharaan di bidang kesehatan.
c. rangkaian peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan
yang mengatur pelayanan medik dan sarana medik Ruang lingkup
hukum kesehatan meliputi semua aspek yang berkaitan dengan
kesehatan (yaitu kesehatan badaniah, rohaniah dan sosial secara
keseluruhan) Ruang lingkup hukum kedokteran hanya pada masalah-
masalah yang berkaitan dengan profesi kedokteran. Oleh karena
masalah kedokteran juga termasuk di dalam ruang lingkup
kesehatan, maka sebenarnya hukum kedokteran adalah bagian dari
hukum kesehatan. Latar Belakang disusunnya peraturan perundang-
undangan di bidang pelayanan kesehatan adalah karena adanya
kebutuhan :
1. pengaturan pemberian jasa keahlian
2. tingkat kualitas keahlian tenaga kesehatan
3. keterarahan
4. pengendalian biaya
5. kebebasan warga masyarakat untuk menentukan
kepentingannya serta identifikasi kewajiban pemerintah
6. perlindungan hukum pasien
7. perlindungan hukum tenaga kesehatan
8. perlindungan hukum pihak ketiga
9. perlindungan hukum bagi kepentingan umum

Fungsi hukum kesehatan


adalah:
1. menjaga ketertiban di dalam masyarakat. Meskipun hanya mengatur
tata kehidupan di dalam sub sektor yang kecil tetapi keberadaannya
dapat memberi sumbangan yang besar bagi ketertiban masyarakat
secara keseluruhan
2. menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat
(khususnya di bidang kesehatan). Benturan antara kepentingan
individu dengan kepentingan masyarakat
3. merekayasa masyarakat (social engineering). Jika masyarakat
menghalang-halangi dokter untuk melakukan pertolongan terhadap
penjahat yang luka-luka karena tembakan, maka tindakan tersebut
sebenarnya keliru dan perlu diluruskan. Contoh lain: mengenai
pandangan masyarakat yang menganggap doktrer sebagai dewa yang
tidak dapat berbuat salah. Pandangan ini juga salah, mengingat
dokter adalah manusia biasa yang dapat melakukan kesalahan di
dalam menjalankan profesinya, sehingga ia perlu dihukum jika
perbuatannya memang pantas untuk dihukum. Keberadaan Hukum
Kesehatan di sini tidak saja perlu untuk meluruskan sikap dan
pandangan masyarakat, tetapi juga sikap dan pandangan kelompok
dokter yang sering merasa tidak senang jika berhadapan dengan
proses peradilan.
RUANG LINGKUP HUKUM KESEHATAN Pasal 1 butir (1) Undang-
undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan yang disebut
sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Menurut Leenen, masalah kesehatan dikelompokkan dalam 15 kelompok:
(Pasal 11 UUK)
1. Kesehatan keluarga
2. Perbaikan gizi
3. Pengemanan makanan dan minuman
4. Kesehatan lingkungan
5. Kesehatan kerja
6. Kesehatan jiwa
7. Pemberantasan penyakit
8. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
9. Penyuluhan kesehatan
10. Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
11. Pengamanan zat adiktif
12. Kesehatan sekolah
13. Kesehatan olah raga
14. Pengobatan tradisional
15. Kesehatan matra

Hukum kesehatan di Indonesia belum seluruhnya memenuhi ruang lingkup


yang ideal, sehingga yang diperlukan adalah:

1. Melakukan inventarisasi dan analisis terhadap perundang-undangan


yang sudah ada untuk dikaji sudah cukup atau belum.
2. Perlu dilakukan penyuluhan tidak hanya terbatas kepada tenaga
kesehatan saja tetapi juga kalangan penagak hukum dan masyarakat
3. Perlu dilakukan identifikasi yang tepat bagi pengaturan masalah-
masalah kesehatan guna pembentukan perundang-undangan yang
benar.

SUMBER HUKUM KESEHATAN


Hukum Kesehatan tidak hanya bersumber pada hukum tertulis saja tetapi
juga yurisprudensi, traktat, Konvensi, doktrin, konsensus dan pendapat
para ahli hukum maupun kedokteran. Hukum tertulis, traktat, Konvensi
atau yurisprudensi, mempunyai kekuatan mengikat (the binding authority),
tetapi doktrin, konsensus atau pendapat para ahli tidak mempunyai
kekuatan mengikat, tetapi dapat dijadikan pertimbangan oleh hakim dalam
melaksanakan kewenangannya yaitu menemukan hukum baru.

You might also like