You are on page 1of 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/303736538

The Effect of Progressive Muscle Relaxation to Increasing the Insomnia


Elderly's Total Sleep Needs

Conference Paper · August 2014

CITATIONS READS

0 1,645

2 authors, including:

Antonius Catur Sukmono


Universitas Hangtuah
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Antonius Catur Sukmono on 02 June 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENINGKATAN
JUMLAH KEBUTUHAN TIDUR PADA LANJUT USIA INSOMNIA

The Effect of Progressive Muscle Relaxation to Increasing the Insomnia


Elderly’s Total Sleep Needs

Dya Sustrami, S.Kep.,Ns, M.Kes, Antonius Catur Sukmono, S.Kep.,Ns


STIKES Hang Tuah Surabaya
Jl. Gadung No.1 Surabaya
Email: dya_sustrami@yahoo.com
antoencatur@gmail.com

ABSTRACT

Introduction: Many of elderly is experience of insomnia can cause bedtime at elderly


decrease. This matter can cause ugly impact at continuity of life of elderly. this research is aim to
analyses the existence of the effect of progressive muscle relaxation to increasing the insomnia
elderly’s total sleep needs in UPT panti werdha Mojopahit Mojokerto. Methods: This research
design was use pre experimental with device pre-test and post-test. Population in this study was
insomnia elderly in UPT Panti werdha Mojopahit Mojokerto. The numbers of sample was 28
elderly. Independent variable was progressive muscle relaxation and variable of dependent was
total sleep needs of elderly. Research instrument was used in this study were procedure operational
standard of progressive muscle relaxation, interview sheet and observation. Data analysis was use
paired t test (p<0,05). Results: The result of this study indicated that from 28 respondent sleep
mean 4 hour before given by Progressive muscle relaxation and after given by Progressive muscle
relaxation of mean sleep 5 hour. The test result of paired t test indicated that p=0,000, its mean
there is the effect progressive muscle relaxation to increasing the total of sleep needs insomnia
elderly in UPT Panti werdha Mojopahit Mojokerto. Discussions: Implication of this study is
Progressive muscle relaxation having an effect on the increasing the total needs of sleep in elderly,
so that needs the existence of training or socialization for the progressive muscle relaxation.

Keywords: elderly, Progressive muscle relaxation, insomnia, total sleep needs

PENDAHULUAN Maggi dan Kolega (1998, dalam Maas, 2008)


Proses penuaan tidak selalu menemukan bahwa, terbangun di malam hari
mengakibatkan ketergantungan dan yang dinyatakan oleh dua pertiga partisipan
ketidakmampuan. Sebagian besar lansia tetap penelitian, merupakan gangguan tidur yang
mandiri secara fungsional walaupun paling umum pada lansia. Gangguan tidur
menderita penyakit kronis. Aspek fisik dan pada lansia dapat bersifat non patologik
psikososial pada proses penuaan memiliki karena faktor usia dan ada pula gangguan
keterkaitan yang erat. Pada lansia, tidur spesifik yang sering ditemukan pada
menurunnya kemampuan merespon stres, lansia, salah satunya adalah insomnia.
pengalaman kehilangan berkali-kali, dan Insomnia merupakan gangguan tidur yang
perubahan fisik normal pada penuaan paling sering ditemukan. Setiap tahun di
menempatkan mereka pada resiko untuk dunia, diperkirakan sekitar 20%-50% orang
terkena penyakit dan perburukan fungsional. dewasa melaporkan adanya gangguan tidur
Walaupun interaksi antar faktor ini bisa dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur
menjadi berat, tetapi tidak semua tanda dan yang serius. Di Indonesia belum diketahui
gejala tersebut tampak (Potter & Perry, angka pastinya, namun prevalensi pada orang
2009). Waktu tidur menurun sesuai dengan dewasa mencapai 20% (Potter & Perry,
peningkatan usia, dimana usia lanjut 2005). Data awal menunjukkan bahwa dari
diperlukan waktu tidur sekitar 6 jam dan juga 45 responden terdapat 30 responden (67%)
akan terjadi penurunan (Azizah, 2011). mengalami insomnia. Berdasarkan data
tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan tidur melihat tingkat atau eratnya hubungan antara
lansia sangat kurang terpenuhi dan dapat dua variabel, maka uji statistik yang
berdampak pada kesehatan lansia. digunakan adalah paired sample t test (Uji t
Johnson (1991, dalam Mass, 2008) untuk dua sampel yang berpasangan).
menggunakan relaksasi progresif dengan Dengan pengambilan keputusan jika Sig >
sampel lansia wanita yang sedang tidak 0,05 maka Ho diterima, jika Sig < 0,05 maka
dirawat. Dengan menggunakan model Ho ditolak
pretest-posttest yang dirancang untuk subjek
yang sama, responden merasakan penurunan HASIL
yang signifikansi dari waktu tidur. Fitriah Tabel 1. Tabel frekuensi karakteristik
(2012) menggunakan terapi teknik relaksasi responden berdasarkan jenis kelamin lansia
otot progresif pada penderita generalisazed insomnia di UPT Panti Werdha
anxiety disorder (GAD) yang mana dilakukan Mojopahit Mojokerto (n= 28)
selama 2-4 minggu dibagi menjadi 2-4 sesi Karakteristik Frekuensi Presentase
pertemuan, akan tetapi banyaknya sesi Responden (%)
tergantung pada perkembangan subjek pada Laki-laki 6 21.4
saat terapi, dan alokasi waktu tiap sesi sekitar Perempuan 22 78.6
45-60 menit. Jumlah 28 100.0
Penelitian ini dilakukan untuk Dari data umum responden
menganalisis adanya pengaruh relaksasi otot berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
progresif terhadap peningkatan jumlah bahwa sebagian besar responden berjenis
kebutuhan tidur pada lanjut usia insomnia di kelamin perempuan.
UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Tabel 2. Tabel frekuensi karakteristik
responden berdasarkan usia lansia insomnia
METODE PENELITIAN di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto
Pada penelitian ini menggunakan (n= 28)
metode desain penelitian Pra-eksperimental Karakteristik Frekuensi Presentase
dengan rancangan pra-pasca tes dalam suatu Responden (%)
kelompok (One-group pra-post test design). <60 tahun 4 14.3
Dimana dalam One-group pra-post test 60 tahun – 70 tahun 10 35.7
design peneliti melakukan observasi sebelum 71 tahun – 80 tahun 9 32.1
dilakukan intervensi atau tindakan pada suatu >80 tahun 5 17.9
kelompok kemudian di observasi lagi setelah Jumlah 28 100.0
intervensi Relaksasi Otot Progresif terhadap Dari data umum responden
peningkatan jumlah tidur pada lanjut usia berdasarkan usia menunjukkan bahwa
insomnia di UPT Panti Werdha Mojopahit sebagian responden berusia 60-70 tahun.
Mojokerto. Tabel 3. Tabel frekuensi karakteristik
Instrumen pada penelitian ini adalah responden berdasarkan lansia
prosedur Relaksasi Otot Progresif digunakan insomnia yang mengkonsumsi obat tidur di
sebagai alat ukur variabel independen yakni UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto (n=
Relaksasi Otot Progresif dan setiap langkah- 28)
langkah yang ada di prosedur Relaksasi Otot Karakteristik Frekuensi Presentase
Progresif merupakan indikatornya yang akan Responden (%)
digunakan saat intervensi dilaksanakan dan Tidak 28 100.0
Ya 0 0
daftar wawancara dan observasi yang
Jumlah 28 100.0
berbentuk catatan harian tidur digunakan
Dari data umum responden
sebagai alat ukur dependen yaitu jumlah jam
berdasarkan lansia yang mengkonsumsi obat
tidur pada lansia. Yang akan digunakan saat
tidur menunjukkan bahwa semua responden
Pre Test dan Post Test. Daftar pertanyaan
tidak mengkonsumsi obat tidur.
sudah disusun sebelum wawancara.
Tabel 4. Tabel frekuensi karakteristik
Observasi menggunakan pedoman sesuai
responden berdasarkan lamanya tinggal
pertanyaan peneliti. Dalam penelitian ini,
lansia insomnia di UPT Panti Werdha
didapatkan bahwa variabel independen
Mojopahit Mojokerto (n= 28)
berpengaruh dan variabel dependen
Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
menunjukkan skala rasio. Sehingga untuk
Responden relaks, dan memudahkan untuk tidur
1– 5 tahun 21 75.0 (Setyoadi & Kushariyadi 2011). Pada
5– 10 tahun 7 25.0 penelitian sebelumnya relaksasi otot
Jumlah 28 100.0 progresif dilakukan pada penderita
Dari data umum responden Generalized Anxiety Disorder dan hasil
berdasarkan lamanya tinggal di panti penelitian menunjukkan bahwa teknik
menunjukkan bahwa sebagian besar tinggal relaksasi otot progresif mampu menurunkan
dip anti selama 1-5 tahun. kecemasan dan memberikan suasana serta
Tabel 5. Tabel frekuensi karakteristik perasaan rileks (Fitriah, 2012). Tujuan dari
responden berdasarkan suasana saat tidur relaksasi otot progresif itu sendiri adalah
lansia insomnia di UPT Panti Werdha untuk menurunkan ketegangan otot,
Mojopahit Mojokerto (n= 28) kecemasan, nyeri leher dan punggung,
Karakteristik Frekuensi Presentase tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju
Responden (%) metabolik; mengurangi disritmia jantung,
Gelap 0 0 kebutuhan oksigen; meningkatkan
Terang 28 100.0 gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien
Jumlah 28 100.0 sadar dan tidak memfokuskan perhatian serta
Dari data umum responden relaks; meningkatkan rasa kebugaran,
berdasarkan suasana saat tidur menunjukkan konsentrasi; memperbaiki kemampuan untuk
bahwa semua responden tidur dengan mengatasi stres; mengatasi insomnia, depresi,
suasana yang terang (lampu menyala). kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia
Tabel 6. Tabel hasil uji parametrik (Paired t- ringan, gagap ringan; dan membangun emosi
test) sebelum dan sesudah relaksasi otot positif dari diri negatif (Setyoadi &
progresif pada lansia insomnia di UPT Panti Kushariyadi 2011).
Werdha Mojopahit Mojokerto (n= 28) Peningkatan jumlah kebutuhan tidur
Std. Sig.
N Mean
Std.
Error (2-
(jam tidur) pada lansia ini dikarenakan
Deviasi keadaan yang relaks saat akan tidur. Keadaan
Mean tailed)
Sebelum relaks di dapatkan setelah latihan
Sesudah 28 -.89821 .35368 .06684 .000
menegangkan otot-otot tubuh yang diberikan
Berdasarkan tabel 7 didapatkan p = pada responden melalui Relaksasi Otot
0,000 (α < 0,05) yang berarti ada pengaruh Progresif. Ketika tubuh berada dalam
relaksasi otot progresif terhadap peningkatan keadaan relaksasi maka gelombang otak
jumlah kebutuhan tidur pada lanjut usia (delta, theta, alpha, beta, gamma) akan
insomnia di UPT Panti Werdha Mojopahit berperan secara optimal. Ketika gelombang
Mojokerto. otak bekerja secara optimal maka proses tidur
NREM dan REM akan mudah didapatkan,
PEMBAHASAN sehingga lansia tidak lagi susah untuk
Hasil penelitian dari sebelum dan mengawali tidur dan frekuensi terbangun di
sesudah dilaksanakan relaksasi otot progresif malam hari dan susah untuk kembali tidur
yakni p = 0,000 (α < 0,05) yang berarti ada dapat berkurang, bahkan lansia yang tadinya
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tidak tidur siang pun menjadi bisa tidur siang
peningkatan jumlah kebutuhan tidur pada walaupun waktu hanya 30 menit sampai 1
lanjut usia insomnia di UPT Panti Werdha jam. Dengan berkurangnya tanda-tanda
Mojopahit Mojokerto. Insomnia pada lansia insomnia atau bertambahnya kuantitas tidur
dapat diatasi dengan cara non medikasi yaitu pada lansia maka proses fisiologis seperti
dengan terapi relaksasi sehingga seseorang pembentukan sel-sel baru ketika tidur akan
kembali pada taraf normal. Salah satu terapi berlangsung normal dan tidak terhambat oleh
relaksasi adalah dengan relaksasi otot kurangnya waktu tidur sehingga dapat
progresif yakni relaksasi otot yang dalam memperpanjang harapan hidup (usia) lansia
yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, tersebut.
atau sugesti. Teknik relaksasi otot progresif
merupakan suatu relaksasi yang diberikan
kepada klien dengan menegangkan otot-otot SIMPULAN DAN SARAN
tertentu dan kemudian relaksasi yang dapat SIMPULAN
membuat tubuh dan pikiran terasa tenang,
Sebelum dilakukan Relaksasi Otot pada.html, diakses pada tanggal 24
Progresif terhadap lansia insomnia di UPT Mei 2013 jam 23:10 WIB
Panti Werdha Mojopahit Mojokerto jumlah Hidayat, A.A.A. (2006). Pengantar
kebutuhan tidur lansia rata-rata 4 jam. Kebutuhan Dasar Manusia,
Setelah dilakukan Relaksasi Otot AplikasiKonsep dan Proses
Progresif terhadap lansia insomnia di UPT Perawatan, Buku 2. Jakarta:
Panti Werdha Mojopahit Mojokerto jumlah Salemba Medika
kebutuhan tidur lansia rata-rata 5 jam. Hidayat, A.A.A. (2007). Metode Penelitian
Terdapat pengaruh relaksasi otot Keperawatan dan Teknik Analisis
progresif terhadap peningkatan jumlah Data. Jakarta: Salemba Medika.
kebutuhan tidur pada lansia insomnia di UPT Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental
Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Keperawatan, Konsep, Proses, &
SARAN Praktik, Alih Bahasa: Ns. Esty
Penderita insomnia dapat Wahyuningsih, S.Kep.,
ditingkatkan jumlah jam tidurnya melalui dkk, Volume 2, Edisi 7. Jakarta:
banyak terapi salah satunya adalah Relaksasi EGC
Otot Progresif dan tidak perlu mengkonsumsi Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental
jamu atau obat tidur agar memudahkan tidur, Keperawatan, Konsep, Proses, &
karena akan merusak sel-sel dan organ dalam Praktik, Alih Bahasa: Ns. Pamulih
tubuh. Eko Karyuni, S.Kep., dkk,Volume 1,
Diharapkan kepada petugas Edisi 7. Jakarta: EGC
kesehatan di UPT Panti Werdha Mojopahit Maas, M.L. (2008). Asuhan Keperawatan
Mojokerto agar dapat di sosialisasikan pada Geriatrik, Diagnosis NANDA,
agenda kegiatan panti untuk melaksanakan Kriteria hasil NOC, Intervensi NIC,
terapi yang bertujuan membuat para lansia Alih bahasa: Renata Komalasari,
lebih rileks. S.Kp., dkk. Jakarta: EGC
Hasil penelitian ini dapat dijadikan Maryam, S.R. (2010). Asuhan
salah satu referensi pengobatan non KeperawatanPada Lansia. Jakarta:
farmakologi untuk meningkatkan jumlah CV.Trans Info Media
kebutuhan tidur pada lanjut usia dan dapat Mau A. (2012). Jurnal Penelitian Pengaruh
diadakan pelatihan Relaksasi Otot Progresif Penerapan Teknik Relaksasi Benson
bagi tenaga perawat di UPT Panti Werdha Terhadap Gangguan Tidur
Mojopahit Mojokerto. (Insomnia) Di UPT Panti Sosial
Penelitian selanjutnya diharapkan Penyantunan Lanjut Usia Budi
untuk menggunakan pengaruh relaksasi otot Agung Kupang,
progresif terhadap kualitas hidup lansia. http://stikesmaranathakupang.ac.id/m
edia/file/7537449523Pengaruhrelasas
DAFTAR PUSTAKA i, diakses pada tanggal 21 Mei 2013
Alim. (2009).Relaksasi Otot Progresif, jam 06.00 WIB
http://www.psikologizone.com/langk National Sleep Foundation. 2012. National
ah-langkah relaksasi-otot progresif/ Sleep Foundation Diary,
06511533, diakses pada tanggal 15 http://sleep.buffalo.edu/sleepdiary.pd
april 2013 jam 8:49 WIB) f, diakses pada tanggal 22 Mei 2013
Azizah, L.M. (2011). Keperawatan Lanjut jam 21.00 WIB
Usia, Edisi 1. Yogyakarta: Graha Nughoro, W.H. (2008). Keperawatan
Ilmu Gerontik & Geriatrik, Edisi 3.
Bandiyah, Siti. (2009). Lanjut Usia dan Jakarta: EGC
Keperawatan Gerontik.Yogyakarta: Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi
Nuha Medika Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Fitriah, A. (2012). Jurnal Penelitian Teknik Rineka Cipta
Relaksasi Otot Progresif Pada Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan
Penderita Generalisazed Anxiety Metodologi Penelitian Ilmu
Disorder (GAD), Keperawatan, Pedoman Skripsi,
http://ngobrolpsikologi.com/2012/05/ Tesis dan Instrumen Penelitian
teknik-relaksasi-otot-progresif-
Keperawatan. Jakarta: Salemba Sativa, L.R. (2012). Fakta Aneh Tentang
Medika Insomnia, http://health.detik.com,
Potter, Perry. (2005). Buku Ajar diakses pada tanggal 1 juni 2013 jam
Fundamental Keperawatan: Konsep, 22.30 WIB
Proses, dan Praktik, Edisi 4, Setyoadi & Kushariyadi. (2011). Terapi
Volume 2. Alih Bahasa: Renata Modalitas Keperawatan pada Klien
Komalasari, dkk. Jakarta: EGC Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba
Potter, Perry. (2009). Fundamental Medika
Keperawatan, Buku 1, Edisi 7, Alih Turana, Y. (2007). Gangguan Tidur,
bahasa: dr. Adrina F. Jakarta: Insomnia,
Salemba Medika http://www.medikaholistik.
Potter, Perry. (2009). Fundamental com/medika.html?xmodule=docume
Keperawatan, Buku 3, Edisi 7, nt_detail&xid=183&ts=1366676325
Alih bahasa: Ns. Diah Nur Fitriani, &qs=health, diunduh tanggal 21 april
S.Kep., dkk. Jakarta: Salemba 2013 jam 08.00 WIB
Medika Waluyo, S.H. (2009). Apakah Gelombang
Shanti, D. (2013). Mengenal Lebih Jauh Otak Itu?,
Tentang Insomnia, http://mayapadaprana.com, diakses
http://artikelduniawanita.com, 3, pada tanggal 8 Mei 2013 jam 11:28
diakses pada tanggal 1 juni 2013 jam WIB
23.10 WIB

View publication stats

You might also like