You are on page 1of 10

1 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 2, Juni 2010, hlm.

94-100

PENINGKATAN ARGUMENTASI ILMIAH


SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN ESAR (Engage, Study, Activate, Reflect)

Hadi Suwono, Elis Yulianingrum, Sulisetijono


Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang
e-mail: hadi.suwono.fmipa@um.ac.id

Abstract: Improving Scientific Argumentation Skill of High School Students through ESAR (En-
gage, Study, Activate, Reflect). Learning Model. One of the goals of biology learning in senior high
schools is to develop scientific thinking skills, one component of which is scientific argumentation. This
study aims to determine the effectiveness of ESAR learning model compared to lecture-problem-
discussion (CSD) in improving students' scientific argumentation skill. Employing a non-randomized
pretest-posttest design, this tudy involved two equal classes of SMA Negeri 1 Pagak Malang, East Java,
which had been selected randomly. One class consisting of 20 students was assigned as an experimental
group being taught using ESAR model, whereas the other was assigned as a control group being taught
using CSD model. Students' scientific argumentation skill was measured using Scientific Argument Es-
say Test consisting of 15 items reflecting argumentation indicators, comprising data, warrants, and
claim. A scoring rubric consisting of five levels of argumentation was employed to rate students’ es-
says. The results of comparing pre-test and post-test scores using ANACOVA show that ESAR learn-
ing model effectively improved students' scientific argumentation skill. It is then recommended that
ESAR learning model be used in biology learning to improve scientific argumentation skill of high
school students.

Keywords: argumentasi ilmiah, pembelajaran biologi, model ESAR, model CSD

Abstrak: Peningkatan Argumentasi Ilmiah Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui ESAR (En-
gage, Study, Activate, Reflect). Salah satu tujuan dari pembelajaran biologi di SMA adalah
mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah. Argumentasi ilmiah adalah salah satu komponen dari
keterampilan berpikir ilmiah. Keterampilan ini dapat ditingkatkan melalui pembelajaran. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran ESAR dibandingkan dengan model
pembelajaran lecture-problem-discussion (CSD) dalam meningkatkan keterampilan argumentasi ilmiah
siswa. Penelitian ini menggunakan rancangan pretest-posttest nonrandomized control group. Dua kelas
homogen di SMA Negeri 1 Pagak Malang dipilih secara acak sebagai sampel penelitian. Kelas X IPA 2
yang terdiri dari 20 siswa dilibatkan dalam pembelajaran biologi menggunakan model pembelajaran
ESAR, sedangkan Kelas X IPA 3 yang terdiri dari 20 siswa dilibatkan dalam pembelajaran biologi
menggunakan model pembelajaran CSD. Keterampilan argumentasi ilmiah siswa diukur mengunakan
Tes Argumentasi Ilmiah, yang merupakan tes uraian terdiri dari 15 butir soal. Tes argumentasi ilmiah
didasarkan pada indikator keterampilan argumentasi ilmiah yang meliputi data (bukti pernyataan), war-
rant (kebenaran data), dan claim (pernyataan argumentasi). Penilaian keterampilan argumentasi ilmiah
menggunakan rubrik penilaian dengan lima tingkatan. Peningkatan keterampilan argumentasi diten-
tukan berdasarkan data tes awal dan tes akhir. Perbedaan peningkatan keterampilan argumentasi yang
dihasilkan dari pembelajaran dengan model ESAR dan pembelajaran model CSD diuji menggunakan
ANAKOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran ESAR meningkatkan kete-
rampilan argumentasi ilmiah siswa, lebih tinggi daripada model pembelajaran CSD. Berdasarkan temu-
an penelitian, disarankan untuk menggunakan model pembelajaran ESAR dalam pembelajaran biologi
untuk meningkatkan keterampilan argumentasi ilmiah siswa.

Kata kunci: argumentasi ilmiah, pembelajaran biologi, model pembelajaran ESAR, model pembelajaran
CSD

1
2 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 23, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 1-10

Tujuan utama pembelajaran biologi di sekolah me- Kemampuan argumentasi ilmiah dalam biolo-
nengah atas adalah membantu siswa menguasai gi dapat membantu siswa membangun pengetahuan
konsep-konsep biologi dan mengembangkan kete- biologi secara utuh dan bermakna. Kemampuan
rampilan berpikir tingkat tinggi agar mereka mampu mengevaluasi dan menginterpretasi bukti-bukti,
menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari. mengevaluasi kesahihan pengetahuan, dan berpikir
Pembelajaran biologi yang mengembangkan berpi- dengan menghasilkan ide-ide yang berbeda meru-
kir tingkat tinggi menghasilkan siswa yang mampu pakan inti dari argumentasi ilmiah (Demircioglu &
memecahkan masalah dan mengambil keputusan Ucar, 2015). Kemampuan argumentasi ilmiah me-
(Boersma, dkk., 2011). Pembelajaran biologi memer- merlukan berpikir kritis dan analitis (Duschl & Os-
lukan proses pembelajaran berkualitas yang meng- borne, 2002; Zohar & Nemet, 2002), dengan kata
inspirasi siswa untuk mencari tahu tentang dunia lain, kemampuan analisis yang baik yang didukung
sekitarnya dan dirinya termasuk bagaimana mem- dengan kemampuan menyampaikan yang baik akan
bangun pengetahuan melalui proses ilmiah (Nurse, memberikan pengaruh yang besar terhadap kemam-
2016). Pembelajaran biologi membelajarkan siswa puan argumentasi ilmiah. Pendapat tersebut didu-
melakukan proses ilmiah untuk menemukan konsep kung oleh Larrain dkk. (2014) yang menyebutkan
biologi, mengaitkan biologi dengan isu-isu di ma- bahwa dua faktor yang mendorong kemampuan ar-
syarakat, serta membangun generasi masa depan gumentasi ilmiah adalah kemampuan berpikir ana-
sebagai calon ahli biologi. Pembelajaran biologi lisis dan kemampuan berkomunikasi.
mendidik generasi yang akan datang agar mereka Argumentasi berasal dari bahasa Latin, yaitu
memiliki pengetahuan biologi untuk meningkatkan argumentum yang berarti mengemukakan penda-
kualitas hidupnya dan berpartisipasi secara efektif pat, mencari pengetahuan, dan pembuktian (Riggoti
sebagai warga negara (Nurse, 2016). & Moraso, 2009). Argumentasi adalah proses mem-
Sekolah menjadi wahana bagi siswa untuk men- perkuat suatu klaim (pendapat) melalui analisis
dapatkan pengalaman belajar yang bermakna bagi berpikir kritis berdasarkan dukungan dengan bukti-
masa depan siswa (Mavrikaki, dkk., 2012). Pada bukti dan alasan yang logis (Washburn & Cavag-
abad informasi, pembelajaran biologi di sekolah netto, 2013). Bukti-bukti ini dapat mengandung
setidaknya membelajarkan dua hal, konsep dan pro- fakta atau kondisi obyektif yang dapat diterima se-
ses, yaitu siswa menguasai proses penemuan biologi bagai suatu kebenaran (Inch, dkk., 2006).
dengan menggunakan keterampilan dan pengetahu- Perkembangan penelitian tentang argumentasi
an yang dikuasainya, mengembangkan pemahaman dalam pembelajaran sains pada dua dekade terakhir
isu-isu sosial dan sains, dan menggunakan konsep berlangsung sangat pesat (Sampson & Clark, 2008).
dan prinsip sains bukan pada menghafal pengetahu- Peran argumentasi dalam pembangunan pengeta-
an sains (Gultepe & Kilic, 2015). Pembelajaran bio- huan disadari sebagai aktivitas inti para ilmuwan
logi seharusnya membantu siswa mengembangkan yang perlu ditanamkan pada peserta didik (Kim &
kemampuan berpikir tingkat tinggi (Hoskinson, Song, 2005). Menurut Osborne (2005) dan McNeill
dkk., 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (2009), sains bukan sekedar menemukan dan me-
memfasilitasi berpikir tingkat tinggi dalam pembe- nyajikan fakta, melainkan membangun argumen dan
lajaran akan menumbuhkan kesadaran dan mendo- mempertimbangkannya, serta mendebat berbagai
rong siswa menumbuhkan kemampuan berpikirnya penjelasan tentang fenomena. Ilmuwan mengguna-
serta perkembangan kognitifnya (Saido, dkk., 2015). kan argumentasi untuk mendukung teori, model,
Kemampuan argumentasi ilmiah (scientific ar- dan menjelaskan tentang fakta alam (Erduran, dkk.,
gumentation) merupakan salah satu komponen pro- 2006). Salah satu alasan kemampuan argumentasi
ses berpikir ilmiah yang penting. Argumentasi me- menjadi perhatian dalam pembelajaran sains adalah
rupakan jantung dari penalaran filosofi dan inkuiri argumentasi membantu siswa mengembangkan dan
ilmiah (Mirza & Clermont, 2009). Dalam pembelajar- meningkatkan kemampuan memahami sains (Ayde-
an sains, siswa didorong di dalam aktivitas pebela- niz & Ozdilek, 2015).
jaran yang membangun kemampuan argumentasi Komponen argumentasi meliputi ground, claim,
ilmiah di kelas (Duschl & Osborne, 2002). Argumen- warrant, backing, qualifier, rebuttal yang saling men-
tasi ilmiah merupakan kemampuan yang penting dukung satu dengan yang lainnya (Osborne, dkk.,
dalam membangun penjelasan ilmiah dan penyu- 2001). Claim (klaim) adalah sebuah pernyataan
sunan teori (Demircioglu & Ucar, 2015). Ilmu pe- yang diajukan kepada orang lain untuk diterima.
ngetahuan yang muncul pada saat ini ada karena Ground atau data adalah fakta-fakta tertentu yang
kemampuan argumentasi yang dimiliki oleh para il- diandalkan untuk mendukung klaim yang diberi-
muwan. kan. Warrant adalah sebuah jaminan yang menghu-
Suwono, dkk., Peningkatan Argumentasi Ilmiah ... 3

bungkan data dengan klaim, biasanya digunakan berkembang dikarenakan pembelajaran belum me-
untuk menjawab pertanyaan. Backing adalah du- ngembangkan interaksi sosial. Rendahnya wacana
kungan kepada suatu argumen untuk memberikan argumentasi berdampak pada rendahnya kualitas
dukungan tambahan pada warrant. Qualifier meng- argumentasi. Penelitian Larrain dkk. (2014) mela-
indikasikan kekuatan dari data kepada warrant dan porkan bahwa rendahnya kemampuan bergargu-
dapat membatasi klaim secara universal. Variasi lain mentasi ilmiah karena siswa tidak memiliki pengeta-
dari qualifier adalah reservation yaitu ungkapan huan yang cukup untuk mendukung argumentasi-
kemungkinan yang dapat membuat suatu klaim nya. Rendahnya kemampuan berargumentasi ilmiah
menjadi salah (Erduran, dkk., 2004). Komponen siswa dikarenakan siswa hanya dituntut untuk
terakhir adalah rebuttal atau sanggahan, yaitu suatu menghafal materi pembelajaran dan tidak dibiasa-
argumen perlawanan (counter argument) terhadap kan untuk mengembangkan kemampuan berargu-
suatu claim, ground, dan warrant. mentasi (Atiqah, 2011). Rendahnya kemampuan
Menurut Erduran & Maria (2008) kerangka ker- berargumentasi ilmiah pada siswa membutuhkan
ja analitik argumentatif dalam pembelajaran sains solusi melalui perbaikan mutu pembelajaran untuk
difokuskan kepada empat hal, yaitu: (1) bukti dan meningkatkan kemampuan argumentasi ilmiah.
pembenaran, (2) praktik epistematik dan kriteria, Kemampuan argumentasi ilmiah siswa SMA
(3) pendebat dan sifat argumennya, dan (4) partisi- tampaknya dapat ditingkatkan melalui pembelajar-
pasi dalam diskusi. Menurut Zohar & Nemet (2002) an biologi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
argumen yang kuat memiliki beberapa pembenaran oleh Antara (2015), model pembelajaran ESA (En-
untuk mendukung kesimpulan yang merupakan gage, Study, Activate) merupakan salah satu model
penggabungan konsep-konsep ilmiah yang relevan, pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampu-
spesifik, dan akurat. Pembenaran yang tidak rele- an argumentasi siswa karena ESA melibatkan siswa
van merupakan argumen yang lemah. Kesimpulan aktif dalam proses pembelajaran dan latihan untuk
yang tidak mencakup beberapa pembenaran tidak memuat opini sendiri tentang suatu topik tertentu.
dianggap sebagai argumen. Berkaitan dengan cara Namun, kegiatan pembelajaran menggunakan mo-
mengakses praktik epistematik dan kriteria suatu del ESA memiliki kelemahan yakni siswa tidak
argumen, Erduran dkk. (2004) mengusulkan pe- diberi kesempatan untuk merefleksi kegiatan bela-
ngembangan skema dari dimensi kualitas konsep- jarnya. Oleh karena itu diperlukan suatu langkah
tual dan kualitas epistemologik yang dapat menguji yang mampu menyambung proses dan evaluasi be-
kualitas argumentasi ilmiah. Menyangkut pendebat lajar yakni kegiatan refleksi pembelajaran.
dan sifat argumennya, Zembal dkk. (2002) me- Pembelajaran menggunakan kegiatan refleksi
ngembangkan rubrik yang dapat mengevaluasi ar- membuat siswa mampu menerapkan kemampuan
gumen dalam empat kriteria, koherensi kausal dan kognitif tingkat tinggi dengan menggunakan model
struktur, fakta, pembenaran, dan evaluasi. tanya dan merenungkan apa yang diketahui siswa
Menurut The Learning Curve-Pearson kuali- (Scank & Cleary, 1994). Belajar dengan refleksi
tas pendidikan di Indonesia masih tergolong ren- memungkinkan siswa untuk mengajukan pertanya-
dah, kemampuan kognitif siswa Indonesia berada an dengan kualitas yang lebih baik terhadap dirinya
pada peringkat 37 dari 40 negara peserta (Kielstra, (Bicknell & Hoffman, 2000). Kualitas pertanyaan
2014). Hasil pemetaan mutu pendidikan di Indone- yang semakin baik membuat siswa melakukan ana-
sia berdasarkan hasil tes PISA tahun 2012 juga lisis lebih baik pula (Bicknell & Hoffman, 2000).
menunjukkan tingkatan rendah yakni menempati Kegiatan refleksi setelah pembelajaran diperlukan
posisi 64 dari 65 negara peserta (OECD, 2014). untuk melihat kembali pemahaman siswa dan cara
Kemampuan argumentasi ilmiah siswa di Indonesia berpikir siswa mengenai materi pembelajaran. Tahap-
juga tergolong rendah. Menurut Manurung & Rus- an pada kegiatan refleksi membuat siswa mengasah
taman (2012) 50% mahasiswa dapat menuliskan kemampuan berpikir untuk melihat permasalahan
komponen data dan klaim dalam argumen mereka awal dengan solusi yang ditawarkan, sehingga mem-
sedangkan penulisan warrant belum begitu baik. bentuk kemampuan analisis yang baik. Kegiatan re-
Dukungan (backing) dan penyanggah (rebuttal) fleksi mampu menyusun pengetahuan pada materi
hampir tidak ada. selanjutnya dan menghubungkan berbagai aspek
Penelitian menumbuhkan kemampuan argu- yang berkaitan dengan materi. Berdasarkan latar
mentasi ilmiah siswa SMA melalui pembelajaran belakang yang telah disampaikan, penelitian ini bertu-
sains dan biologi masih terbatas. Penelitian Has- juan untuk menganalisis pengaruh model pembela-
nunidah & Susilo (2013) menyatakan perspektif jaran Engage, Study, Activate, dan Reflect (ESAR)
sosiokultural dalam berargumentasi masih belum terhadap kemampuan argumentasi ilmiah siswa SMA.
4 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 23, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 1-10

METODE an pada kompetensi dasar Kurikulum 2013 sebagai


berikut.
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi-eks-
perimen menggunakan nonrandomized control group
pretest-posttest design (Creswell, 2012). Variabel Materi Tumbuhan
terikat dalam penelitian ini adalah model pembela- 3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk meng-
jaran, yaitu Engage, Study, Activate, dan Reflect golongkan tumbuhan ke dalam divisi berda-
(ESAR) dan Ceramah-Soal-Diskusi (CSD). Varia- sarkan morfologi dan metagenesis tumbuhan
bel bebas adalah kemampuan argumentasi ilmiah. serta mengaitkan perananya dalam kelang-
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Pagak, sungan kehidupan di bumi.
Kabupaten Malang, pada bulan Januari dan Mei 4.7 Menyajikan data tentang morfologi dan peran
2015/2016. Populasi penelitian adalah seluruh sis- tumbuhan pada berbagai aspek kehidupan
wa Kelas X SMA Negeri 1 Pagak. Sampel ditentukan dalam bentuk laporan tertulis.
dengan teknik cluster random sampling pada kelas
X dengan dua kelas yang digunakan sebagai kelas
kontrol dan kelas eskperimen. Kelas yang akan di- Materi Hewan
jadikan sampel penelitian diuji kesetaraan terlebih 3.8 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk meng-
dahulu untuk mengetahui kemampuan akademik golongkan hewan ke dalam filum berdasarkan
awal yang dimiliki oleh siswa Kelas X dengan meng- pengamatan anatomi dan morfologi serta me-
gunakan data nilai rapor semester sebelumnya. Hasil ngaitkan perananya dalam kehidupan.
uji kesetaraan menunjukkan ada dua kelas yang se- 4.8 Menyajikan data tentang perbandingan kom-
tara yaitu Kelas X IPA 2 ( X 79,8) dan Kelas X pleksitas jaringan penyusun tubuh hewan dan
IPA 3 ( X 79,9). Selanjutnya secara acak dipilih peranannya pada berbagai aspek kehidupan
Kelas X IPA 2 (N = 20 siswa) sebagai kelas eksperi- dalam bentuk laporan tertulis.
men dan Kelas X IPA 3 (N = 20 siswa) sebagai kelas
kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas yang Tes argumentasi ilmiah didasarkan pada indi-
diberikan perlakuan dengan menggunakan model kator kemampuan argumentasi ilmiah, meliputi da-
pembelajaran ESAR. Kelas kontrol merupakan ke- ta (bukti pernyataan), warrant (kebenaran data),
las yang menggunakan model pembelajaran CSD. dan claim (pernyataan argumentasi). Penilaian ter-
Pelaksanaan Pembelajaran dengan model ESAR hadap hasil tes kemampuan argumentasi ilmiah
mengikuti tahapan seperti diberikan pada Tabel 1. menggunakan rubrik penilaian baik untuk materi
Pada model CSD guru memberikan ceramah ten- Tumbuhan dan Hewan. Rubrik penilaian memiliki
tang materi biologi, dilanjutkan dengan soal-soal 5 (lima) tingkatan (Tabel 2) yang dikembangkan
latihan dan diskusi membahas soal. dari kerangka kerja Sampson & Clark (2008).
Instrumen penelitian yang digunakan untuk Validitas tes kemampuan argumentasi ilmiah
mengukur kemampuan argumentasi ilmiah adalah ditentukan berdasarkan uji validitas isi dan kons-
tes argumentasi ilmiah. Tes diberikan pada awal dan truk oleh ahli dan uji validitas empiris melalui uji-
pada akhir penelitian. Instrumen tes berbentuk urai coba pada 22 siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pagak.

Tabel 1. Langkah-langkah Model ESAR


Tahapan pembelajaran Kegiatan siswa
Engage  Orientasi pada masalah
 Menghubungkan pengetahuan yang dikuasai sebelumnya dengan yang akan dipelajari
 Menuliskan pertanyaan-pertanyaan untuk dicari pemecahannya
Study  Mecari dan membaca literatur terkait pertanyaan
 Merancang cara menjawab pertanyaan dan/atau memecahkan masalah
Activate  Melakukan investigasi untuk menjawab pertanyaan dan/atau permasalahan
 Menjelaskan temuan
 Merumuskan temuan
Reflect  Refleksi terhadap proses menjawab pertanyaan dan/atau permasalahan
 Rekleksi terhadap masalah yang belum dipahami
 Mengidentifikasi permasalahan baru untuk dipelajari lebih lanjut.
Suwono, dkk., Peningkatan Argumentasi Ilmiah ... 5

Tabel 2. Kriteria Kualitas Kemampuan Argumentasi Ilmiah


Level Kriteria
5 Argumentasi mengandung beberapa argumen dengan lebih dari satu penyanggah yang jelas
4 Argumentasi mengandung sebuah rangkaian klaim dengan data, penjamin, atau pendukung dengan satu
penyanggah yang jelas
3 Argumentasi mengandung sebuah rangkaian dengan data, penjamin atau pendukung serta penyanggah
yang lemah
2 Argumentasi mengandung klaim dengan data, penjamin atau pendukung tetapi tidak mengandung
sanggahan
1 Argumentasi mengandung argumen dengan satu klaim sederhana melawan suatu klaim yang
bertentangan atau satu klaim melawan klaim lainnya.

Validitas isi dan konstruk dilakukan oleh dua dosen uji beda LSD (Least Significant Different). Tingkat
Jurusan Biologi FMIPA UM dan satu guru biologi signifikansi yang ditetapkan adalah 0,05. Jika da-
SMA Negeri 1 Pagak. Hasil validitas isi dan kons- lam ANAKOVA diperoleh nilai Fhitung ≥ Ftabel maka
truk menunjukkan tes kemampuan argumentasi il- hipotesis nol (H0) ditolak artinya ada pengaruh
miah valid dan dapat digunakan. Hasil validitas model pembelajaran ESAR terhadap kemampuan
empiris dengan Pearson Correlation menunjukkan argumentasi ilmiah. Sebelum dilakukan ANAKO-
semua butir soal argumentasi ilmiah valid. Reliabi- VA terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji
litas tes ditentukan berdasarkan hasil uji coba pada normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas
22 siswa Kelas XI SMA Negeri 01 Pagak, Kabupa- menggunakan one sample Kolomogorof Smirnov
ten Malang. Hasil uji reliabilitas dengan Cronbach’s Test yang ada pada program SPSS 22.0 for win-
Alpha menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar dows. Uji homogenitas menggunakan Levene’s test
0,86 untuk soal tes topik Tumbuhan dan 0,84 untuk for equality of variances pada program SPSS 22.0
soal tes topik Hewan, yang berarti reliabilitas soal for windows.
dalam kategori tinggi.
Kemampuan argumentasi ilmiah selanjutnya HASIL DAN PEMBAHASAN
dinyatakan sebagai persentase. Persentasi kemam-
puan argumentasi ilmiah dihitung dengan rumus Distribusi frekuensi skor tes awal dan tes akhir
sebagai berikut. kemampuan argumentasi ilmiah siswa di kelas de-
Kemampuan argumentasi ilmiah (%) = ngan model pembelajaran CSD dan ESAR diberikan
pada Tabel 4. Data menunjukkan bahwa kemam-
puan argumentasi ilmiah siswa sebelum pembelajar-
Kemampuan argumentasi ilmiah (scientific ar- an materi tumbuhan berada pada kriteria sangat ku-
gumentation) diklasifikasi berdasarkan kriteria pada rang, sedangkan pada materi hewan termasuk krite-
Tabel 3. ria kurang dan cukup. Data pada Tabel 4 juga me-
nunjukkan bahwa kemampuan awal argumentasi
ilmiah dari dua kelas yang digunakan sebagai sam-
Tabel 3. Kriteria Ketercapaian Kemampuan pel penelitian dalam kriteria yang sama.
Argumentasi ilmiah Skor rata-rata tes awal dan tes akhir kemam-
Kemampuan puan argumentasi ilmiah pada model pembelajaran
Kriteria CSD dan ESAR disajikan pada Tabel 5. Hasil uji
Argumentasi Ilmiah (%)
88-100 Sangat Baik normalitas menggunakan one sample Kolomogorof
75-87 Baik Smirnov Test menghasilkan nilai signifikansi 0,91
62-74 Cukup Baik untuk tes awal dan 0,05 untuk tes akhir, menunjuk-
49-61 Kurang Baik kan data skor tes awal dan tes akhir kemampuan ar-
<49 Tidak Baik gumentasi ilmiah siswa terdistribusi normal. Hasil
uji homogenitas menggunakan Levene’s test for
Uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh mo- equality of variances menghasilkan nilai signifikansi
del pembelajaran ESAR dan CSD terhadap kemam- 0,52 untuk tes awal dan 0,05 untuk tes akhir menun-
puan argumentasi ilmiah dilakukan menggunakan jukkan data skor tes awal dan tes akhir kemampuan
analisis kovarian (ANAKOVA), dilanjutkan dengan argumentasi ilmiah siswa bersifat homogen.
6 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 23, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 1-10

Tabel 4. Distribusi Skor Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa
Frekuensi
Tumbuhan Hewan
Skor Kualifikasi CSD ESAR CSD ESAR
Tes Tes Tes Tes Tes Tes Tes Tes
awal akhir awal akhir awal akhir awal akhir
<50,0 Sangat Kurang 20 16 20 0 0 0 0 0
50,0 ≤ X < 62,0 Kurang 0 4 0 0 13 4 13 0
62,0 ≤ X < 75,0 Cukup 0 0 0 13 7 13 7 0
75,0 ≤ X < 88,0 Baik 0 0 0 7 0 3 0 10
88,0 ≤ X < 100,0 Sangat Baik 0 0 0 0 0 0 0 10
Jumlah 20 20 20 20 20 20 20 20

Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Argumentasi Ilmiah


Materi
Tumbuhan Hewan
CSD ESAR CSD ESAR
Tes awal Tes akhir Tes awal Tes akhir Tes awal Tes akhir Tes awal Tes akhir
X 37,9 44,4 39,4 72,2 56,9 68,6 59,0 87,0
Sd 5,3 5,1 2,5 3,6 5,3 7,6 4,9 3,5
N 20 20 20 20 20 20 20 20
X = skor rata-rata; Sd = standar deviasi; N = jumlah sampel

Uji Hipotesis ngan demikian H0 yang berbunyi tidak ada perbe-


daan kemampuan argumentasi ilmiah siswa pada
Data tes awal dan tes akhir kemampuan ar-
kelas dengan model pembelajaran CSD dan ESAR
gumentasi ilmiah pada model pembelajaran CSD
ditolak. Hal ini berarti ada pengaruh model pem-
dan ESAR telah memenuhi syarat homogenitas (va-
belajaran terhadap kemampuan argumentasi ilmiah.
rian sama) dan normalitas (data terdistribusi nor-
Selanjutnya dilakukan uji lanjut LSD untuk menge-
mal), oleh sebab itu dapat dilakukan uji hipotesis
menggunakan uji ANAKOVA. Taraf signifikansi tahui perbedaan pencapaian kemampuan argumen-
atau probabilita yang digunakan adalah 0,05. Rang- tasi ilmiah pada model pembelajaran ESAR dan
kuman hasil uji hipotesis menggunakan ANAKO- CSD. Berdasarkan penghitungan rerata terkoreksi
VA untuk mengetahui pengaruh model pembelajar- pada Tabel 7 diketahui bahwa pencapaian kemam-
an ESAR terhadap kemampuan argumentasi ilmiah puan argumentasi ilmiah siswa pada model pembe-
disajikan pada Tabel 6. lajaran ESAR adalah 61,8%, lebih tinggi secara
Berdasarkan hasil uji ANAKOVA pada Tabel signifikan daripada model CSD (19,2%). Dengan
6 diketahui bahwa F hitung yang dihasilkan adalah demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa mo-
410,93. Nilai Ftabel pada p=0,05 adalah 2,17. Hasil del pembelajaran ESAR meningkatkan kemampu-
uji hipotesis menunjukkan bahwa Fhitung ≥ Ftabel, de- an argumentasi ilmiah dibandingkan dengan CSD.

Tabel 6 Ringkasan Uji Hipotesis


Kesimpulan
Hipotesis nol Uji statistik Kriteria pengujian Hasil pengujian
pengujian

Tidak ada pengaruh model pembelajaran ANAKOVA. Tolak H0 bila Fhitung Nilai Fhitung = 410,93 Tolak H0
ESAR dan CSD terhadap kemampuan ar- ≥ Ftabel Nilai Ftabel = 2,17
gumentasi ilmiah Terima H0 bila Fhi- Fhitung ≥ Ftabel
tung < Ftabel

Tabel 7. Rerata Skor Terkoreksi Kemampuan Argumentasi Ilmiah


Rerata terko-
Kelas Tes awal Tes akhir Selisih Notasi Peningkatan (%)
reksi
ESAR 49,2 79,6 30,4 79,1 a 61,8
CSD (Kontrol) 47,4 56,5 9,1 57,0 b 19,2
Suwono, dkk., Peningkatan Argumentasi Ilmiah ... 7

Hasil penelitian menunjukan bahwa model model CSD. Model pembelajaran ESAR memiliki
pembelajaran ESAR meningkatkan kemampuan ar- langkah-langkah pembelajaran yang mendukung
guementasi ilmiah siswa. Hasil penelitian oleh kemampuan argumentasi. Siswa belajar secara man-
Khoshsima (2016) menunjukkan bahwa Engage, diri, siswa menggali informasi dan pengetahuanya
Study, Activate merupakan pembelajaran yang ter- berdasarkan pengalaman belajar langsung sehingga
bukti meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dimungkinkan siswa mampu mengembangkan ke-
bagi penutur asing. Dengan penambahan satu tahap, mampuan argumentasi ilmiahnya karena memiliki
Reflect, dapat meningkatkan kemampuan berargu- pengetahuan yang mencukupi. Zohar & Nemet
mentasi dalam pembelajaran biologi. (2002) menyatakan bahwa kualitas argumen tergan-
Model pembelajaran ESAR menuntut siswa tung pada fitur-fitur tugas, serta pada interpretasi
aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran sehing- pribadi siswa, berhubungan dengan cara menyajikan
ga memungkinkan siswa untuk memperoleh penga- tugas, dan kadang-kadang juga berhubungan dengan
laman belajar secara maksimal yang digunakan un- miskonsepsi, intuisi, atau pengalaman pribadi atau
tuk membangun pengetahuan dan mengembangkan pengalaman umum.
kemampuan berpikirnya. Aktifitas siswa siswa mem- Dalam Kurikulum 2013 siswa tidak hanya di-
bantu siswa menggunakan pengalaman belajarnya tuntut aktif dalam pembelajaran tetapi mampu me-
untuk mendukung argumentasinya. Model ESAR nyusun, menemukan dan mengkontruksi pengeta-
menghindarkan siswa terhadap kekawatiran Larrain huannya sendiri sehingga diperlukan kemampuan
dkk. (2014) bahwa siswa tidak mampu bergargu- menganalisis yang baik. Bicknell & Hoffman (2000)
mentasi secara ilmiah karena tidak memiliki penge- berpendapat bahwa belajar dengan refleksi memung-
tahuan yang cukup untuk mendukung argumentasi- kinkan siswa untuk membuat pertanyaan dengan
nya. kualitas yang lebih baik sehingga menyebabkan ke-
Model pembelajaran ESAR mengaktifkan sis- mampuan menganalisis semakin berkualitas. Mo-
wa melalui proses interaksi dan komunikasi antar del pembelajaran ESA yang dikolaborasikan dengan
siswa, hal ini melatih siswa memiliki keberanian kegiatan refleksi sehingga menjadi model pembela-
untuk berbicara dengan siswa lainnya karena memi- jaran ESAR terbukti meningkatkan kemampuan ar-
liki kesempatan untuk mengkomunikasikan hasil gumentasi ilmiah.
pembelajaran sehingga rasa takut yang awalnya Model pembelajaran ESAR terdiri atas 4 (em-
dimiliki siswa perlahan menghilang. Pernyataan ini pat) fase yakni Engagae, Study, Activate, Reflect.
didukung oleh Santrock (2011) yang menyatakan Fase pertama yakni Engage, siswa dilibatkan secara
bahwa rasa takut berbicara di depan publik bagi aktif dalam proses pembelajaran dengan pemberian
siswa merupakan rasa takut terbesar mereka, tetapi stimulus berupa permasalahan, pertanyaan, maupun
apabila siswa diberikan kesempatan untuk lebih ba- permainan yang dapat memicu siswa untuk meng-
nyak berbicara dan berkomunikasi di depan publik, hubungkan pengetahuan awal siswa dengan penge-
rasa takut kemungkinan besar akan hilang. tahuan maupun kegiatan yang akan dilakukan oleh
Pada proses pembelajaran yang didominasi siswa. Harmer (2001) menyatakan bahwa untuk
dengan ceramah kemampuan argumentasi ilmiah mengajar, guru harus memiliki perhatian dan meli-
siswa pada tahapan paling bawah artinya siswa ha- batkan siswa secara emosional dibantu dengan be-
nya mampu mengeluarkan pendapat tetapi tidak di- berapa kegiatan yang melibatkan siswa (engage)
sertai dengan bukti yang mendukung. Dalam proses antara lain bermain game, mendengarkan musik,
berargumentasi ilmiah penulisan warrant belum kegiatan bercerita dan menunjukkan gambar. Kegi-
begitu baik, dukungan (backing) dan penyanggah atan pada tahap engage yang menyenangkan dan
(rebuttal) hampir tidak ada. Dalam pembelajaran melibatkan siswa mampu menarik motivasi belajar
ceramah siswa hanya menerima informasi dan tidak siswa sehingga mempengaruhi kesuksesan belajar-
ada proses mencari informasi sehingga siswa tidak nya (Ogundokun & Adeyemo, 2010).
memiliki bukti-bukti untuk berargumentasi. Manu- Fase kedua sintaks ESAR adalah Study, siswa
rung & Rustaman (2012) menjelaskan bahwa le- merencanakan kegiatan pembelajaran yang akan
mahnya kualitas argumentasi di kelas sains bukan dilakukan dan saling bertukar informasi untuk me-
karena siswa tidak mampu tetapi karena mereka ti- nemukan hal yang menarik maupun permasalahan
dak menggunakan kelas sains sebagai konteks un- yang ingin diselesaikan dalam proses pembelajar-
tuk argumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan an. Pada fase ini siswa difokuskan untuk mencari
model pembelajaran ESAR memberikan kemam- informasi mengenai materi pembelajaran dan fokus
puan berargumentasi yang lebih tinggi daripada pada hal-hal yang ingin dipelajari (Harmer, 2001).
8 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 23, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 1-10

Siswa juga melakukan pembelajaran literatur atau giatan investigasi dan elaborasi dikarenakan penge-
mengkases informasi dari berbagai aspek (buku, ar- tahuan awal yang kurang sehingga sulit untuk m-
tikel, internet, dan sumber belajar lain) untuk me- nemukan solusi yang tepat terhadap permasalahan.
nentukan opini atau pendapat sementara dari per- Fase terakhir dari model pembelajaran ESAR
masalahan maupun hal menarik yang sebelumnya adalah Reflect. Pada tahap ini siswa diarahkan un-
telah dikemukakan. Pada fase ini, kendala yang di- tuk melihat kembali permasalahan awal yang dike-
hadapi adalah siswa biasanya hanya menggunakan mukakan untuk selanjutnya dicocokan dengan ja-
satu sumber (buku paket) atau artikel yang ada di waban yang diperoleh dalam proses pembelajaran.
internet sebagai referensi sehingga pengetahuan Permasalahan bisa terselesaikan atau memungkin-
awal yang diperoleh hanya sedikit dan bahkan ter- kan timbul permasalahan baru. Permasalahan baru
kadang ada konsep yang salah sehingga permasalah- inilah yang dapat dijadikan permasalahan pada pem-
an yang dikemukakan kurang memicu kemampuan belajaran selanjutnya. Selain itu siswa juga diminta
menganalisis dan argumentasi ilmiah (scentific ar- untuk menyampaikan keterkaitan materi yang di-
gumentation) siswa. Oleh karena itu, solusi yang pelajari dengan materi sebelumnya. Selanjutnya sis-
dilakukan oleh guru adalah menyediakan sumber wa dirangsang menyampikan hal-hal yang menarik
belajar yang baik dan bervariasi. dalam pembelajaran yang mampu memicu siswa
Fase ketiga sintaks ESAR yakni Activate, sis- untuk menggali pertanyaan baru. Kegiatan refleksi
wa melakukan dua kegiatan penting yakni investi- dapat membantu siswa dalam mengaitkan materi
gasi dan elaborasi. Pada kegiatan investigasi siswa pembelajaran yang sebelumnya dipelajari dengan
melakukan kegiatan pembelajaran yang sebelum- materi yang dipelajari sehingga mampu membentuk
nya sudah direncanakan biasanya kegiatan penga- pengetahuan yang utuh. Kegiatan refleksi membuat
matan, eksplorasi maupun diskusi untuk mengum- siswa lebih mengenali diri sendiri dan mampu me-
pulkan data yang akan digunakan untuk menjawab nyadari kemampuannya dalam belajar (Herrington,
permasalahan yang sudah dibuat. Pada tahap ini ke- Parker, & Boase-Jelinek, 2014). Kegiatan refleksi
mampuan menganalisis siswa diasah sesuai dengan mendorongsiswa yang memiliki kemampuan meta-
pendapat Neilna dkk. (2012) yang menyatakan in- kognitif yang baik selalu mengubah kebiasaan be-
vestigasi yang dilaksanakan secara berkelompok lajar dan juga strateginya jika diperlukan untuk di-
memungkinkan siswa melakukan berbagai penga- sesuaikan dengan keadaan tuntutan lingkungannya.
laman belajar seperti, mengemukakan dan menjelas- Refleksi dapat mendorong siswa belajar mandiri
kan segala hal yang bersumber dari pikiran mereka (Al-rawahi & Al-balushi, 2015).
sendiri, membuka diri terhadap hal yang dipikirkan
oleh teman, meningkatkan tanggung jawab siswa SIMPULAN
dalam belajar, yang memungkinkan untuk mening-
katkan kemampuan berpikir analitis. Model pembelajaran ESAR meningkatkan
Investigasi dilanjutkan dengan kegiatan elabo- kemampuan argumentasi ilmiah dalam pembelajar-
rasi yakni siswa melakukan analisis terhadap data an biologi pada siswa SMA. Siswa yang belajar de-
yang diperoleh kemudian dikomunikasikan dengan ngan model ESAR memiliki kemampuan argumen-
berbagai cara misalnya persentasi, pembuatan lapor- tasi ilmiah 61,82% lebih tinggi dibandingkan dengan
an, pembuatan poster, dan lainnya. Pada tahap Ac- siswa model CSD. Model pembelajaran ESAR
tivate siswa saling membagi pengalaman belajar dan melibatkan siswa secara aktif untuk melakukan in-
bertukar informasi, selanjutnya siswa akan meru- vestigasi dan/atau mencari informasi untuk menja-
muskan konsep. Konsep yang didapatkan kemudi- wab pertanyaan atau permasalahan yang diidentifi-
an diaplikasikan dalam konteks lain untuk mengem- kasi. Model pembelajaran ESAR membantu siswa
bangkan pemahaman dan keterampilannya. Pada melakukan elaborasi dari hasil investigasi dan men-
tahap Activate siswa melakukan kegiatan investigasi cari informasi. Kegiatan refleksi mendorong siswa
atau menjawab pertanyaan yang telah dirancang, mengenali kemampuan dirinya dan menumbuhkan
selain itu siswa diberikan kebebasan untuk berko- kegiatan bermatakognisi untuk memperbaiki kegi-
munikasi untuk mengembangkan kemampuan ber- atan belajar dan strategi belajar untuk disesaikan
bahasanya (Pratiwi, 2012) yang memungkinkan dengan tuntutan lingkungannya. Model pembelajar-
siswa melatih kemampuan berargumentasi. Kesu- an ESAR menjadi salah satu alternatif model pem-
litan yang dihadapi siswa dalam tahap Activate dan belajaran yang dapat diterapkan untuk meningkat-
perlu diantisipasi oleh guru adalah melakukan ke kan kemampuan argumentasi ilmiah.
Suwono, dkk., Peningkatan Argumentasi Ilmiah ... 9

DAFTAR RUJUKAN
Al-rawahi, N.M., & Al-balushi, S.M. 2015. The Effect International Journal of Environmental and Sci-
of Reflective Science Journal Writing on Stu- ence Education, 10(1): 111–132. https://doi.org/
dents’ Self-Regulated Learning Strategies. Inter- 10.12973/ijese.2015.234a.
national Journal of Environmental & Science Harmer, J. 2001. The Practice of English Language
Education, 10(3): 367–379. https://doi.org/ Teaching, 3rd Ed. New York: Pearson Education
10.12973/ijese.2015.250a. Limited.
Antara, I.M.A.R. 2015. Keterampilan Menulis Wacana Hasnunidah, N. & Susilo, H. 2013. Pembelajaran Biolo-
Argumentasi Berbahasa Inggris dengan Metode gi dengan Strategi Argument-Driven Inquiry dan
ESA Pada Mahasiswa STIE TRIATMA MULYA Ketarampilan Argumentasi Peserta Didik. Jurnal
Level Post Intermediate. Tesis tidak diterbitkan. Penelitian Pendidikan, 5(3): 1-10.
Denpasar: PPs Universitas Udayana. Herrington, J., Parker, J., & Boase-Jelinek, D. 2014.
Atiqah. 2011. Pengaruh Model Pemecahan Masalah Connected authentic learning: Reflection and in-
POLYA Terhadap Kemampuan Analisis Siswa tentional learning. Australian Journal of Educa-
Pada Konsep Listrik Dinamis. Skripsi tidak tion, 58(1): 23–35. https://doi.org/10.1177/
diterbitkan. Jakarta: PP UIN Syarif Hidayatullah. 0004944113517830.
Aydeniz, M & Ozdilek, Z. 2015. Assesing Pre-Service Hoskinson, A.M., Caballero, M.D., & Knight, J. K.
Teachers’ Understanding of Scientific Argumen- 2013. How canwe improve problem solving in
tation: What Do They Know About Argumenta- undergraduate biology? applying lessons from 30
tion After Four Years of College Science? Sci- years of physics education research. CBE Life
ence Education International Journal, 26(2): Sciences Education, 12(2): 153–161. https://
217-239. doi.org/10.1187/cbe.12-09-0149.
Bicknell-Holmes, T. & Hoffman, P.S. 2000. Elicit, en- Inch, E.S., Warnick, B., & Endress, D. 2006. Critical
gage, experience, explore: Discovery learning in Thinking and Communication: The Use of Rea-
library instruction. Reference Services Review, son in Argument. Boston: Pearson Education Inc.
28(4): 313-322. Khoshsima, H. 2016. The Effects of ESA Elements on
Boersma, K., Waarlo, A.J., & Klaassen, K. 2011. The Speaking Ability of Intermediate EFL Learners:
feasibility of systems thinking in biology educa- A Task- based Model. Theory and Practice in
tion. Journal of Biological Education, 45(4): Language Studies, 6(5): 1085–1095.
190–197. Kielstra, P. 2014. The Learning Curve: Education and
https://doi.org/10.1080/00219266.2011.627139 Skills for Life, 28. Retrieved from thelearn-
Creswell, J.W. 2012. Educational Research, Planning, ingcurve.pearson.com.
Conducting, and Evaluating Quantitative and Kim, H. & Song, J. 2005. The Features of Peer Argu-
Qualitative Research, 4th Ed. Boston: Pearson. mentation in Middle School Student’s Scientific
Demircioglu, T. & Ucar, S. 2015. Investigating the effect Inquiry. Journal of Research in Science Educa-
of argument-driven inquiry in laboratory instruc- tion, 35: 211. doi:10.1007/s11165-005-9005-2.
tion. Kuram ve Uygulamada Egitim Bilimleri, Larrain, A., Howe, C. & Cerda, J. 2014. Argumentation
15(1): 267–283. https://doi.org/10.12738/estp. in Whole-Class Teaching and Science Learning.
2015.1.2324. Psykhe, 23(2): 1-15, doi:10.7764/psykhe.23.2.
Duschl, R.A., & Osborne, J. 2002. Supporting and Pro- 712 -0297.
moting Argumentation Discourse in Science Ed- Manurung, S & Rustaman, N. 2012. Identifikasi Kete-
ucation. Studies in Science Education, 38(1): 39– rampilan Argumentasi Melalui Analisis “Toul-
72. https://doi.org/10.1080/03057260208560187 min Argumentation Pattern (TAP)” pada Topik
Erduran, S., Simon, S., & Osborne, J. 2004. TAPping In- Kinematik Bagi Mahasiswa Calon Guru. Jurnal
to Argumentation: Developments In The Appli- Pendidikan, 11(12): 77-89.
cation of Toulmin’s Argument Pattern For Study- McNeill, K.L. 2009. Teachers’ Use of Curriculum to
ing Science Discourse. Journal of Science Edu- Support Students in Writing Scientific Argu-
cation, 88 (1): 915-933. ments to Explain Phenomena. Journal of Science
Erduran, S. Ardac, D., & Guzel, B.Y. 2006. Learning To Education, 93: 223-268.
Teach Argumentation: Case Studies of Pre- Mirza, N.M & Clermont, A.N.P. 2009. Argumentation
service Secondary Science Teachers. Eurasia and Education. New York: Spinger.
Journal of Mathematics, Science and Technology Mavrikaki, E., Koumparou, H., Kyriakoudi, M., Papa-
Education, 2(2): 1-13. charalampous, I., & Trimandili, M. (2012). Greek
Erduran, S. & Maria, P.J. 2008. Argumentation in Sci- Secondary School Students’ Views About Biolo-
ence Education. London: Spinger. gy. International Journal of Environmental &
Gultepe, N., & Kilic, Z. 2015. Effect of scientific argu- Science Education, 7(2): 217–232.
mentation on the development of scientific pro- Neilna, Y.E; Handoyo, B. & Purwito, H. 2012 Pengaruh
cess skills in the context of teaching chemistry. Pembelajaran secara Investigasi terhadap Ke-
10 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 23, Nomor 1, Juni 2017, hlm. 1-10

mampuan Berpikir Analisis. Jurnal Pendidikan, Education. N. Muller Mirza & A.N. Perret-
5(13): 1-8. Clermont (Eds.). New York: Springer.
Nurse, P. 2016. The Importance of Biology Education. Saido, G.M., Siraj, S., Nordin, A.B., & Al-Amedy, O.S.
Journal of Biological Education, 50(1): 7–9. 2015. Higher Order Thinking Skills Among Sec-
https://doi.org/10.1080/00219266.2016.1140985 ondary School Students in Science Learning. The
OECD. (2014). PISA 2012 Results in Focus. Pro- Malaysian Online Journal of Educational Sci-
gramme for International Student Assessment, 1– ence, 3(3): 13–20.
44. https://doi.org/10.1787/9789264208070-en Sampson, V. & Clark, D.B. 2008. Assesment of the
Ogundokun, M.O. & Adeyemo, D.A. 2010. Emotional Ways Students Generate Arguments in Science
Intelligence and Academic Achievement: The Education, Current Perspectives and Recommen-
Moderating Influence of Age, Intrinsic and Ex- dations for Future Directions. Journal of Science
trinsic Motivation. The African Symposium: An Education, 92 (3): 447-472.
Online Journal of the African Educational Re- Santrock, J.W. 2011. Educational Psychology. New
search Network,10(2): 127-141, (Online), York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
(http://www.ncsu.edu/aern/TAS10.2/TAS10.2- Schank, R.C.& Cleary, C. 1994. Engines for Education.
Ogundokun.pdf), diakses tanggal 23 Mei 2016. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Asso-
Osborne, J. 2005. The role of argument in Science Edu- ciates.
cation. K. Boesma, M. Goedhart, O. De Jong, & Washburn, E., & Cavagnetto, A. 2013. Using argument
H. Eijkelhof [Eds]. Dalam: Research and Quali- as a tool for integrating science and literacy.
tyof Science Education. Dordrecht, Nederlands: Reading Teacher, 67(2): 127–136. https://
Spinger. doi.org/10.1002/TRTR.1181.
Osborne, J., Erduran, S., Simon, S. & Monk, M. 2001. Zembal, S.C., Munford, D., Crawford, B., Fredrichsen,
Enhancing The Quality of Argument in School P. & Land, S. 2002. Scaffolding Preservice Sci-
Science. School Science Review Journal, ence Teacher Evidence-Based Arguments Durin-
83(301): 63-70. gan Investigation of Natural Selection. Journal of
Pratiwi, D. 2012. Optimalizing Student’s in Speaking Research in Science Education, 32(4), 437-463.
(Fitting into ESA Model). Jurnal Pendidikan, Zohar, A. & Nemet, F. 2002. Fostering Students’ Know-
89(212): 1-11. ladge And Argumentation Skills Through Di-
Riggoti, E. & Morasso. 2009. Argumentation as an Ob- lemmas In Human Genetics. Journal of Research
ject of Interest and as a Social and Cultural Re- In Science Teaching, 39(1): 35-62.
source. Dalam: Journal of Argumentation and

You might also like