You are on page 1of 4

10 dentika Dental Journal, Vol 17, No.

1, 2012: 10-13

PERBEDAAN PENINGKATAN PENGETAHUAN ANTARA


Edisi Cetak Dentika Dental Journal, Juli 2012 (ISSN: 1693-671X)

METODE CERAMAH DAN PEMUTARAN VIDEO KARTUN


DALAM PENYULUHAN KESEHATAN GIGI PADA
SISWA KELAS II SD BODHICITTA MEDAN
(DIFFERENCIATION OF KNOWLEDGE INCREMENT BETWEEN LECTURING METHOD
AND CARTOON VIDEO SHOWING IN DENTAL HEALTH EDUCATION OF SECOND
GRADE STUDENT AT BODHICITTA SCHOOL MEDAN)

Gema Nazri Yanti, Steffi Raphaeli, Lina Natamihardja

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan / Kesehatan Gigi Masyarakat


Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara
Jl. Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155

Abstract

Dental health education can be done with various methods. This study aimed to know the effectivity of cartoon video
showing compared to lecturing method in dental health education of the second grade elementary school. The study was
an experimental study with pre and post test control group design. Knowledge score of students was measured before and
after health education by giving questionaires. Sample size of each group was 42 students. Sample was randomly taken
from the second grade. The results showed that the average of knowledge score before health education with lecturing
method was 42,26  12,16 and after health education 62,02  12,20, where as by using cartoon video showing method
before health education was 39,76  12,29 and after health education 70,48  17,31. Statistically there were significant
differences of knowledge score in both methods (p<0,001). The increment knowledge score before and after education
with lecturing method was 19,76 and 30,72 with cartoon video showing method and statisticaly there was significant
difference (p<0,001). It can be concluded that dental health education with cartoon video showing method was more
better than lecturing method.

Key words: dental health education, lecturing method, cartoon video showing

Abstrak

Penyuluhan kesehatan gigi dapat dilakukan dengan berbagai metode. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas
metode pemutaran video kartun dibandingkan metode ceramah dalam penyuluhan kesehatan gigi pada siswa kelas II SD.
Rancangan penelitian ini adalah eksperimental dengan pre and post test group design. Skor pengetahuan siswa sebelum
dan sesudah penyuluhan diukur dengan memberikan kuesioner. Besar sampel untuk masing-masing kelompok adalah 42
orang. Sampel diambil secara random dari dua kelas, yaitu II A dan II B. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor
pengetahuan sebelum penyuluhan dengan metode ceramah (42,26  12,16) dan sesudah penyuluhan (62,02  12,20),
sedangkan dengan menggunakan metode pemutaran video kartun sebelum penyuluhan (39,76  12,29) dan sesudah
penyuluhan (70,48  17,31), secara statistik ada peningkatan skor pengetahuan yang bermakna pada kedua metode
(p<0,001). Selisih rerata pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan pada kelompok ceramah mengalami peningkatan
sebesar 19,76, lebih rendah dibandingkan dengan kelompok pemutaran video kartun yaitu 30,72 dan secara statistik ada
perbedaan bermakna (p<0,001). Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode
pemutaran video kartun lebih baik daripada metode ceramah.

Kata kunci: penyuluhan kesehatan gigi, metode ceramah, pemutaran video kartun

PENDAHULUAN terdapat tiga komponen, yaitu sasaran, tujuan, dan


penyuluh kesehatan. Sasaran adalah penerima pesan
Secara sederhana dalam pendidikan kesehatan gigi atau kepada siapa pesan yang ingin disampaikan itu
Yanti: Perbedaan peningkatan pengetahuan antara metode ceramah dan pemutaran video kartun 11

dituju.1 Sasaran pada murid-murid SD juga perlu Konsep film animasi kartun dirancang untuk me-
diperhatikan kelompok umurnya. Menurut Oshwald rangsang kreativitas anak dan daya tangkap terhadap
Kroh (teori perkembangan), anak-anak usia 6-8 pesan yang disampaikan melalui media audio visual
Edisi Cetak Dentika Dental Journal, Juli 2012 (ISSN: 1693-671X)

tahun (SD kelas I–II) masih dipengaruhi fantasi; agar dapat dipahami oleh anak-anak yang menonton
usia 8-10 tahun (kelas III–IV) adalah masa berpikir tayangan tersebut. Setelah itu, anak-anak mulai ber-
naif dan nyata atau masa mengumpulkan ilmu pe- pikir logis dan belajar menanggapi sesuatu yang
ngetahuan; dan usia 10-12 tahun adalah masa ber- baik dan tidak baik untuk dilakukan.8 Metode pe-
pikir kritis dan nyata.2 Pengetahuan yang diberikan mutaran video kartun sebagai media pembelajaran
perlu disesuaikan dengan kelompok sasaran se- di sekolah diharapkan dapat memberikan motivasi
hingga pesan yang diberikan dapat efektif. Hal-hal belajar sehingga proses pembelajaran menjadi efek-
yang ada pada sasaran ini perlu diperhatikan agar tif dan menyenangkan dibandingkan dengan metode
tidak terjadi kesalahan di dalam memilih metode ceramah dimana pembelajaran terasa membosankan
untuk menyampaikan pendidikan kesehatan gigi. atau menjenuhkan karena anak-anak akan lebih mu-
Sesuai dengan teori perkembangan di atas maka dah menyerap hal-hal yang dianggap menyenang-
pembagian kelompoknya adalah sebagai berikut.2 kan.9,10
a. Kelompok 6-8 tahun (kelas I–II) menggunakan Metode pemutaran video kartun mampu memberi-
metode ceramah dimodifikasi dengan ber- kan kesan yang besar dalam bidang komunikasi dan
cerita/dongeng, bermain, dan bernyanyi. pendidikan karena dapat mengintegrasikan teks,
b. Kelompok 8-10 tahun (kelas III-IV) meng- grafik, animasi, audio, dan video. Metode pemutar-
gunakan metode ceramah dimodifikasi dengan an video kartun telah mengembangkan proses pe-
peragaan. ngajaran dan pembelajaran ke arah yang lebih di-
c. Kelompok 10-12 tahun (kelas V-VI) meng- namis dan efektif. Dengan kondisi tersebut, metode
gunakan metode ceramah dimodifikasi dengan pemutaran video kartun dapat dimanfaatkan untuk
diskusi kelompok. penyuluhan kesehatan gigi.11 Disamping itu, me-
Pendidikan kesehatan gigi di sekolah merupakan mungkinkan materi penyuluhan yang lebih menarik,
suatu sistem pendidikan nonformal bagi masyarakat interaktif, mudah dipahami melalui visualisasi yang
sekolah.2 Upaya penyuluhan kesehatan pada sasaran meliputi teks, citra, suara, video, dan animasi atau
anak sekolah merupakan prioritas pertama dan film. Pemutaran video kartun ini telah mengubah
utama (cit. Notoatmodjo).3 Melalui kegiatan ini paradigma belajar dengan membaca, melihat, men-
diharapkan mereka dapat meningkatkan kesehat-an dengar, dan mengamati.11 Dengan demikian, dapat
gigi dan mulutnya.2 Salah satu program UKGS memenuhi seseorang untuk menyimpan 90% apa
untuk murid-murid sekolah dasar adalah penyuluh- yang dia baca, dengar, lihat, dan sebut. Dengan
an kesehatan gigi.4 Ada beberapa jenis penyuluhan penggunaaan video kartun untuk penyuluhan ke-
kesehatan gigi dan mulut, namun yang paling sering sehatan gigi diharapkan pesan yang disampaikan
digunakan adalah penyuluhan kesehatan gigi dan dapat diingat semaksimal mungkin sehingga dapat
mulut dengan metode ceramah (cit. Budiharto,).5 mempengaruhi perilaku sehat pendengar.11
Metode ceramah sering digunakan karena mudah Oshwald Kroh dalam teori perkembangan me-
penyajiannya.6 nyatakan bahwa anak-anak usia 6-8 tahun (SD kelas
Menurut Maulana, metode ceramah hanya me- I-II) masih dipengaruhi fantasi sehingga metode
libatkan 20% dari indra sasaran penyuluhan.7 ceramah dimodifikasi dengan bercerita/dongeng dan
Seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan lebih bermain sesuai untuk anak pada usia ini.2 Ber-
baik apabila menggunakan lebih dari satu indra dasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik
ketika menerima penyuluhan, apa yang diingat dari meneliti perbedaan peningkatan pengetahuan antara
isi penyuluhan adalah 50% dari apa yang didengar metode ceramah dan metode pemutaran video
dan dilihat (cit. Notoatmodjo).3 Semakin banyak kartun dalam penyuluhan kesehatan gigi pada anak
menggunakan pengindraan dalam belajar, maka SD kelas II.
akan semakin baik. Panca indra yang paling banyak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata perbedaan peningkatan pengetahuan kesehatan gigi
(kurang lebih sampai 87%), sedangkan 13% dan mulut setelah mengikuti penyuluhan kesehatan
pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan me- gigi antara metode pemutaran video kartun dan me-
lalui indra lainnya (Depkes RI).3 tode ceramah.
Pada umumnya, anak-anak menyukai film animasi
kartun. Film animasi kartun sebagai media hiburan BAHAN DAN METODE
dan pembelajaran untuk anak-anak diharapkan bisa
membantu orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Jenis penelitian ini adalah eksperimental, dengan
12 dentika Dental Journal, Vol 17, No. 1, 2012: 10-13

rancangan pre and post test group design, yakni kedua kelompok siswa mempunyai tingkat pe-
dengan melakukan observasi awal sebelum di- ngetahuan yang sama sebelum perlakuan.
berikan perlakuan dan observasi setelah diberikan
Edisi Cetak Dentika Dental Journal, Juli 2012 (ISSN: 1693-671X)

perlakuan.13 Populasi terdiri atas murid-murid kelas Tabel 1. Hasil uji statistik rerata skor pengetahuan
II SD Bodhicitta, yaitu: II A dan II B yang ber- sebelum penyuluhan dengan metode ceramah
jumlah 84 orang, yang dibagi menjadi dua ke- dan pemutaran video kartun
lompok secara random, yaitu kelompok yang diberi
Kelompok N Skor pengetahuan Hasil uji
penyuluhan dengan metode ceramah dan kelompok rerata  SD Statistik
yang diberikan penyuluhan dengan metode pe-
df p
mutaran video kartun.
Materi penyuluhan untuk metode ceramah dan Ceramah 42 42,26  12,16
metode pemutaran video kartun adalah: Gigi, yaitu Pemutaran 42 39,76  12,29 82 0,253
jumlah gigi susu 20 buah; jenis gigi: seri, taring, Video Kartun
geraham; bentuk gigi dan fungsi gigi. Penyebab
terjadinya lubang gigi: kuman. Akibat malas me- Nilai rerata skor pengetahuan pada kelompok
nyikat gigi yaitu gigi berlubang. Pemeliharaan gigi : ceramah dan pemutaran video kartun bila di-
menyikat gigi minimal 2 kali sehari (pagi setelah bandingkan sebelum dan sesudah penyuluhan ada
sarapan dan malam sebelum tidur); menggunakan peningkatan yang bermakna (p<0,001) (Tabel 2).
pasta gigi yang mengandung fluor; mengurangi
makanan yang manis; memakan makanan yang me- Tabel 2. Hasil uji statistik rerata skor pengetahuan se-
ngandung serat; memeriksakan gigi 6 bulan sekali belum dan sesudah penyuluhan dengan metode
ke dokter gigi. Sikat gigi: bulu sikat lembut; cara ceramah dan pemutaran video kartun
menyimpan sikat gigi selesai dipakai menempatkan
Kelompok N Skor pengetahuan Hasil uji
di wadah kering dan kepala sikat berada diatas; rerata  SD Statistik
mengganti sikat gigi sebelum bulu sikat mengem-
Sebelum Sesudah df p
bang/mekar; sikat gigi tidak boleh dipakai oleh be-
berapa orang. Menyikat gigi: gerakan sikat pendek- Ceramah 42 42,26 62,02 41 0,000
pendek pada 1-2 gigi; minimal 10 kali gerakan  12,16  12,20
Pemutaran 42 39,76 70,48 41 0,000
dengan tekanan lembut; cara memegang sikat gigi Video Kartun  12,29  17,31
seperti memegang pensil.
Kepada masing-masing kelompok diberikan kue-
sioner berupa pertanyaan mengenai materi penyu- Rerata pengetahuan sesudah penyuluhan pada
luhan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah kelompok ceramah mengalami peningkatan sebesar
dilakukan penyuluhan. Kelompok I diberikan pe- 19,76 dan kelompok pemutaran video kartun ada
nyuluhan kesehatan gigi dengan metode ceramah. peningkatan yang lebih tinggi yaitu 30,72 dan secara
Kelompok II diberikan penyuluhan kesehatan gigi statistik ada perbedaan yang bermakna. Hasil ini
dengan metode pemutaran video kartun yang ber- menunjukkan pemutaran video kartun lebih efektif
durasi 8 menit. dalam memberikan penyuluhan pada anak-anak
Uji T berpasangan dilakukan untuk melihat per- (p<0,001)(Tabel 3).
bedaan rata-rata skor pengetahuan murid sebelum
dan sesudah dilakukan penyuluhan dengan metode Tabel 3. Hasil uji statistik selisih rerata skor pe-
ngetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan
ceramah dan metode pemutaran video kartun. Uji T
dengan metode ceramah dan pemutaran video
tidak berpasangan dilakukan untuk melihat per- kartun
bedaan selisih rata-rata pengetahuan murid sebelum
dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah Kelompok N Selisih rerata skor penge- Hasil uji
dan metode pemutaran video kartun. tahuan sebelum dan se- Statistik
sudah penyuluhan rerata df p
HASIL Ceramah 19,76
42
Pemutaran 42 30,72 82 0,000
Nilai rerata skor pengetahuan sebelum pe- Video Kartun
nyuluhan pada kelompok ceramah adalah 42,26 
12,16 dan kelompok pemutaran video kartun adalah PEMBAHASAN
39,76  12,29, secara statistik tidak ada perbedaan
yang bermakna (p>0,05) (Tabel 1), yang artinya Hasil penelitian menunjukkan penggunaan meto-
Yanti: Perbedaan peningkatan pengetahuan antara metode ceramah dan pemutaran video kartun 13

de pemutaran video kartun lebih tinggi menaikkan 3. Sulaimana A. Efektifitas penyuluhan kesehatan gigi
skor pengetahuan, yaitu penambahan skor 30,72 di- dengan media poster dan leaflet terhadap peningkat-
bandingkan dengan menggunakan metode ceramah an pengetahuan. Skripsi. Pontianak: Fakultas Ilmu
Edisi Cetak Dentika Dental Journal, Juli 2012 (ISSN: 1693-671X)

hanya 19,76, dan secara statistik ada perbedaan yang Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak,
2010.
bermakna (p<0,001). Hal ini disebabkan karena
4. Darwita RR, Dahlia N, Budiharto. Keberhasilan
penggunaan metode pemutaran video kartun yang program UKGS dan peran guru. Indonesian J Dent
belum pernah digunakan sebelumnya lebih dapat 2006; 431-4.
menarik perhatian siswa dan siswa memiliki retensi 5. Rusli M, Gondhoyoewono T. Pengaruh metode ber-
yang lebih baik. Sesuai dengan dasar-dasar komuni- main terhadap penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
kasi, prinsip yang perlu diperhatikan adalah niat dan (The effect of role playing method to dental health
minat. Niat dipengaruhi oleh sasaran yang dituju. education).2003.http://www.pdgionline.com/v2/inde
Oshwald Kroh dalam teori perkembangan menyata- x.php?option=com_content&task=view&id=731.(14
kan bahwa anak-anak usia 6-8 tahun (SD kelas I-II) November 2011).
masih dipengaruhi fantasi.2 Minat dipengaruhi oleh 6. Khaer M. Metode ceramah dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam. Oktober 2010. http:
faktor objektif dan subjektif. Faktor objektif me-
//miftah19.wordpress.com/2010/10/04/metodeceram
liputi gerakan dari rangsangan, baru atau lama, dan ahdalam pembelajaran-pai-pendidikan-agama-islam/.
aneh atau tidak biasa. Video kartun yang diguna- (22 November 2011).
kan menggambarkan kejadian tertentu yang disertai 7. Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC,
alur cerita sehingga cenderung menghibur bagi 2009: 172-3.
anak-anak. Oleh karena itu, video kartun dengan 8. Hartini R. Tinjauan persepsi anak-anak terhadap
unsur pendidikan mampu meningkatkan motivasi, karakter tokoh dan pesan moral pada film animasi
membantu siswa mengingat, dan mempercepat pe- kartun Spongebob Squarepants studi kasus SD
mahaman siswa dalam belajar sehingga belajar Assalaam Bandung. Tesis. Bandung: Unikom, 2010.
menjadi lebih efekif. Hal ini didukung oleh pe- 9. Widodo R. Film kartun sebagai media pembelajar-
an. Januari 2010. http://wyw1d. wordpress. Com
nelitian Dea, yang mana metode ceramah dan tanya
/2010/01/15/film-kartun-sebagai-mediapembelajaran.
jawab yang dilakukan secara terus-menerus pada (14 November 2011).
setiap pertemuan membuat siswa menjadi bosan, 10. Siregar C. Pengaruh anime Naruto terhadap anak
sehingga Dea menggunakan metode pemutaran sekolah dasar studi kasus SD Swasta Antonius I dan
video kartun untuk membantu siswa menguasai pe- II. Skripsi. Medan: Jurusan Ilmu Sastra Jepang
lajaran kosakata Bahasa Mandarin. Seperti ung- Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, 2010.
kapan “Jika saya mendengar, saya lupa. Jika saya 11. Hadnyanawati H. Pemanfaatan multimedia sebagai
melihat, saya ingat”. media penyuluhan kesehatan gigi. Indonesian J Dent
Dapat disimpulkan bahwa metode pemutaran 2007; 14 (3): 177-80.
video kartun lebih baik dalam meningkatkan pe- 12. Natamiharja L, Situmorang N. Pendidikan kesehatan
masyarakat. Medan: Departemen Ilmu Kedokteran
ngetahuan siswa pada siswa kelas II SD dibanding-
Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat FKG
kan dengan metode ceramah dan menyebabkan USU, 2002.
retensi ingatan siswa yang lebih baik. 13. Herdiannanda D. Pemanfaatan audio visual (film
kartun) sebagai media bantu siswa dalam penguasa-
Daftar Pustaka an kosakata bahasa Mandarin di SMA Negeri 4
Surakarta. Kertas Karya. Surakarta: Jurusan Bahasa
1. Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan ke- China Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
sehatan gigi. Jakarta: ECG, 2001: 4-6, 17, 31-2, 52, Sebelas Maret, 2010.
66-8.
2. Astoeti TE. Total quality management dalam pen-
didikan kesehatan gigi di sekolah. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006: 6, 24-7.

You might also like