You are on page 1of 15

Mhd Alfahjri Sukri: Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir

ALFUAD JOURNAL, 3 (1), 2019, (82-96)

(Print ISSN 2614-4786)


Available online at
http://ecampus.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/alfuad

Islam dan Pancasila Dalam Pemikiran Mohammad Natsir

Mhd. Alfahjri Sukri Abstract: This research was conducted to see how Mohammad
Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, Natsir thought about the relationship between Islam and
Indonesia Pancasila. This study also explains the causes of Natsir's change
E-mail: of mind which initially supported Pancasila as part of Islam and
malfahjrisukri@iainbatusangkar.ac.id later turned into an opponent of Pancasila in Konstituante on 11
November to 6 December 1957. The methodology used was a
qualitative method by describing the results of the analysis
carried out. The research data is obtained through a review of
documents and scientific literature. The results of the study show
that Mohammad Natsir's change of mind regarding the
relationship between Islam and Pancasila was influenced by
Mohammad Natsir's political socialization which began from
Natsir's view of Islam influenced by the childhood environment
(conditional and socio-cultural) in Minangkabau; direct
influence from national figures such as Ahmad Hassan, H. Agus
Salim, Sheikh Ahmad Syurkati and H. O Tjokroaminoto; the
indirect influence of international figures throughout reading
book such as Hassan Al-Banna, Amir Syakib Arselan, Rashid
Ridha and Muhammad Abduh; the influence of Natsir's
organization and political parties, namely Jong Islamieten Bond
(JIB), Islamic Unity (Persis), and Masyumi political parties; and
the influence of the political conditions at that time which made
Natsir's views change, which initially accepted Pancasila and
then became an opponent of the Pancasila. This research shown
there are two patterns of Natsir's relationship with Pancasila,
namely (1) Natsir accepted Pancasila and, (2) Natsir opposed
Pancasila.

Keywords: Mohammad Natsir, Pancasila, Indonesian politics, Islam

PENDAHULUAN tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor


Perjalanan dalam memperjuangkan
seperti latar belakang agama, lingkungan
kemerdekaan Indonesia telah melahirkan
dan cara pandang seperti yang dialami oleh
banyak tokoh dengan berbagai macam
Mohammad Natsir.
aliran pemikirannya, contohnya adalah
Mohammad Natsir adalah
Soekarno dengan nasionalisnya, D.N Aidit
cendikiawan, pejuang, politikus, ulama,
dengan komunisnya, Mohammad Natsir
sekaligus negawaran Indonesia. Ia
dengan Islamnya dan para pemikir lainnya.
merupakan salah satu tokoh Islam yang
Beragamnya pemikiran dari para tokoh

82 | Volume 3 Number 1, Juli 2019, Page 82-96


Mhd Alfahjri Sukri: Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir

sangat disegani di Indonesia dan dunia sejarah di saat sidang Konstituante itu saja,
internasional melalui pemikiran, tindakan maka mereka akan mengatakan bahwa
dan karya-karyanya. Mohammad Natsir Natsir sebagai orang yang anti Pancasila.
juga merupakan salah satu tokoh perumus Ada masa-masa dimana
ide tentang Islam sebagai dasar negara Mohammad Natsir mendukung Pancasila
dalam salah satu sidang Konstituante yang yang dicetuskan oleh Sukarno, karena bagi
membahas tentang dasar negara pada pada Natsir nilai-nilai yang ada dalam Pancasila
11 November hingga 6 Desember 1957. juga terdapat dalam nilai-nilai Islam,
Melalui idenya menjadikan Islam sebagai sehingga bagi Natsir, Islam dan Pancasila
dasar negara tersebutlah yang kemudian tidak bertentangan. Namun pandangan ini
mengakibatkan ia harus berhadapan berubah ketika Natsir melihat adanya
dengan Pancasila sebagai dasar negara. multitafsir dalam nilai-nilai Pancasila yang
Dalam sidang Konstituante yang ditafsirkan oleh masing-masing orang.
membahas dasar negara Indonesia tersebut, Pandangan Natsir yang menentang
terdapat tiga pilihan yang diajukan untuk Pancasila terlihat jelas dalam sidang
menjadi dasar negara Indonesia. Ketiga Konstituante. Kemudian pandangan
pilihan tersebut yaitu Islam, Pancasila, dan tersebut berubah kembali setelah
Sosial-ekonomi. Masing-masing kelompok Konstituante dibubarkan dan ketika ia
saling serang mengenai mana yang terbaik menjadi tahanan rumah di masa Orde
sebagai dasar negara Indonesia. Lama dan Orde Baru. Pada masa tersebut,
Pertentangan tajam terlihat antara Natsir kembali menyinggung Pancasila
kelompok pendukung ideologi Islam yang menjadi bagian dari nilai-nilai Islam.
dengan kelompok pendukung Pancasila. Penelitian mengenai pandangan
Kegigihan Mohammad Natsir dalam Natsir tentang Islam dan Pancasila sendiri
memperjuangkan Islam sebagai dasar sebelumnya telah dilakukan oleh Emi
negara di sidang Konstituante serta Setyaningsih (2016) dalam tulisannya yang
penolakannya terhadap Pancasila saat itu, berjudul “Perjuangan dan Pemikiran
mengakibatkan ia dituduh oleh sebagain Politik Mohammad Natsir (1907-1993)”.
orang sebagai anti Pancasila. Padahal Dalam tulisan tersebut, selain memaparkan
pandangan Natsir mengenai Pancasila serta pemikiran Natsir tentang Islam dan negara,
sikapnya yang menentang Pancasila Emi juga memaparkan perubahan
sebagai dasar negara, tidak lepas dari pemikiran Natsir dari yang mendukung
kondisi dan situasi politik saat itu. Bagi Pancasila kemudian berubah menentang
orang-orang yang hanya melihat penggalan Pancasila. Penentangan tersebut bukan

83 | Volume 3 Number 1, Juli 2019, Page 82-96


Mhd Alfahjri Sukri: Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir

terhadap esensi Pancasilanya namun tafsir memiliki beberapa istilah lain yang
yang berbeda atas Pancasila itu sendiri. memiliki makna sejenis, seperti inkuiri
Dalam tulisan tersebut Emi hanya naturalistik atau alamiah, etnografi,
terpaku pada jabaran deskripsi yang interaksionis fenomenologis, studi kasus,
menjelaskan hubungan Natsir dengan interpretatif ekologis dan deskriptif
Pancasila tetapi tidak menjelaskan faktor- (Moleong, 2007: 2). Namun pada dasarnya
faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan istilah ini adalah memiliki
perubahan sikap Natsir terhadap Pancasila makna yang sama yaitu lebih menekankan
itu sendiri. Sedangkan peneliti lain seperti pada “kealamian” sumber data. Selain itu
Amin Suyitno (2015) dan Indah Muliati Penelitian kualilatif dianggap oleh peneliti
(2015) hanya berfokus tentang pandangan memiliki karakteristik yang sesuai dengan
Natsir mengenai Islam dan Negara. permasalahan yang ada.
Padahal dalam menjelaskan suatu Menurut Sugiyono (2012 : 2)
pemikiran politik, juga penting untuk metode penelitian kualitatif adalah Metode
melihat faktor-faktor yang menyebabkan penelitian yang berlandaskan pada filsafat
lahirnya suatu pemikiran politik yang akan postpositivisme, digunakan untuk meneliti
menjelaskan kenapa suatu pemikiran dapat pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai
muncul. Hal inilah yang akan dibahas lawannya eksperimen) dimana peneliti
dalam penelitian ini. adalah sebagai instrumen kunci, teknik
Dalam penelitian yang berjudul pengumpulan data dilakukan secara
“Islam dan Negara dalam Pemikiran triangulasi (gabungan), analisis data
Mohammad Natsir” ini, peneliti bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
menjelaskan tentang faktor-faktor yang penelitian kualitatif lebih menekankan
mempengaruhi pandangan Natsir makna dari pada generalisasi.
mengenai Islam dan Pancasila, serta Dengan metode kualitatif maka
mengungkapkan bagaimana sebenarnya penelitian ini bersifat fleksible atau dapat
Natsir memandang Pancasila. Hal ini perlu beradaptasi dengan perubahan-perubahan
dilakukan agar tidak terjadinya yang ada. Peneliti memiliki tujuan
kesalahpahaman dalam melihat sosok penelitian untuk mendeskripsikan dan
Mohammad Natsir. menganalisis tentang pemikiran salah satu
tokoh Indonesia yaitu Mohammad Natsir.
METODE
Sehingga metode yang peneliti gunakan
Penelitian ini termasuk dalam
adalah metode deskriptif dengan
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
pendekatan kualitatif yang

84 | Volume 3 Number 1, Juli 2019, Page 82-96


Mhd Alfahjri Sukri: Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir

mendiskripsikan, menggambarkan atau tempat ia dibesarkan, faktor pertemuan


melukiskan secara sistematis, faktual, dan atau interaksi dengan tokoh-tokoh nasional
akurat tentang bagimana pemikiran maupun internasional, serta faktor bahan
Mohammad Natsir tentang Islam dan bacaan (buku-buku atau tulisan) yang
Pancasila. Pemilihan metode penelitian nantinya juga membentuk pemikiran Natsir
kualitatif dalam penelitian ini, untuk dapat yang mempengaruhi cara pandangannya
menghasilkan data-data deskriptif yang dalam melihat Pancasila.
mampu menjawab pertanyaan dari Sosialisasi politik dapat diartikan
identifikasi masalah yang telah dipaparkan. sebagai suatu proses yang dilalui seseorang
Adapun cara mengumpulkan data dalam memperoleh sikap dan orientasi
dalam penelitian kualitatif yaitu analisis terhadap fenomena politik, yang umumnya
dokumen, analisis percakapan dan analisis berlaku dalam masyarakat tempat ia
diskursus. Dalam penelitian ini, penulis berada. Sosialisasi politik merupakan
menggunakan metode analisis dokumen. faktor penting dalam terbentuknya budaya
Ritchie dan Lewis menyebutkan bahwa politik suatu bangsa (Budiardjo, 2008),
analisis dokumen adalah pengkajian karena sosialisasi politik bisa dijadikan
terhadap berbagai dokumen seperti sebagai sarana bagi suatu generasi untuk
dokumen-dokumen umum, dokumen- mewariskan patokan-patokan dan
dokumen prosedural ataupun dokumen- keyakinan-keyakinan politik kepada
dokumen pribadi seperti catatan harian. generasi sesudahnya (Mas’oed dan
Kajian dokumen ini dilakukan tidak hanya MacAndrews, 1991: 34). Sosialisasi politik
untuk memahami isi dari dokumen- juga dapat diartikan sebagai proses
dokumen, tetapi juga untuk menangkap pembentukan sikap dan orientasi politik
makna-makna yang tersimpan di balik isi para anggota masyarakatnya. Melalui
dokumen tersebut (Ritchie dan Lewis, sosialisasi politik inilah kemudian
2003: 34-35). seseorang dapat memperoleh sikap dan
Penelitian ini difokuskan pada orientasi terhadap kehidupan politik yang
sosialisasi politik yang dialami oleh berlansung dalam masyarakat (Surbakti,
Mohammad Natsir, yang nantinya 1992: 117).
mempengaruhi pandangannya terhadap Gabriel A. Almond menuturkan,
Pancasila. Sosialisasi politik yang dialami dalam sosiliasasi politik terdapat dua hal
Natsir akan membentuk sikap-sikap politik utama yang harus diperhatikan yaitu,
dan pola-pola tingkahlaku Natsir. Dan juga Pertama, sosialisasi politik berjalan terus-
pengaruh dari latar belakang, kebudayaan menerus selama hidup seseorang. Sikap-

85 | Volume 3 Number 1, Juli 2019, Page 82-96


Mhd Alfahjri Sukri: Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir

sikap yang terbentuk selama masa kanak- PEMBAHASAN


kanak selalu disesuaikan atau diperkuat
Sejarah Singkat dan Latar Belakang
sementara ia menjalani berbagai
Pemikiran Mohammad Natsir
pengalaman sosial. Kedua, sosialisasi
Mohammad Natsir merupakan
politik dapat berwujud transmisi dan
tokoh yang telah banyak berjasa bagi
pengajaran lansung maupun tidak lansung
negara Indonesia ini, baik dalam tindakan
(Mas’oed dan MacAndrews, 1991: 34).
maupun pikiran. Dialah orang yang
Sosialisasi bersifat lansung jika
meletakkan dasar bagi Kementerian
melibatkan komunikasi informasi, nilai-
Penerangan, dialah yang menjadi salah
nilai atau perasaan mengenai politik secara
seorang yang berhasil membujuk presiden
eksplisit, seperti mata pelajaran
PDRI (Pemerintahan Darurat Republik
kewarganegaraan dan lainnya. Sedangkan
Indonesia) Sjafruddin Prawiranegara untuk
sosialisasi tidak lansung terutama sangat
memberikan mandat pada Soekarno, dialah
kuat berlansung di masa kanak-kanak.
yang telah berkontribusi dalam
Sosialisasi dijalankan melalui bermacam-
menyatukan Indonesia menjadi Negara
macam lembaga, beberapa diantaranya
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
seperti pelajaran kewarganegaraan di
dengan Mosi Integralnya, dialah orang
sekolah-sekolah, disamping itu melalui
yang menjadi Perdana Menteri ketika
kelompok bergaul dan bekerja. Almond
Indonesia berbentuk sistem pemerintahan
juga mengemukakan sarana sosialisasi,
parlementer, serta orang yang menjadi
yakni keluarga, sekolah, kelompok
ketua partai politik Masyumi (Mahfud,
pergaulan, pekerjaan, media massa, dan
2008: 8).
kontak-kontak politik lansung (Mas’oed
Setelah menjadi tahanan politikpun
dan MacAndrews, 1991: 34-40).
(dikarenakan keikutsertaannya dalam
Oleh karena itu, penelitian ini ingin
Pemerintahan Revolusioner Republik
melihat bagaimana sosialisasi politik yang
Indonesia atau yang biasa disebut dengan
dialami oleh Natsir, faktor-faktor yang
PRRI), ia masih tetap memberikan
mempengaruhi pemikirannya baik dari
kontribusi bagi negara ini seperti yang ia
internal dan maupun eksternal, yang
lakukan di masa Orde Baru ketika Natsir
nantinya akan menjawab bagaimana
memperbaiki hubungan Indonesia dengan
pemikiran dan pandangan Natsir yang
Arab Saudi, ikut andil dalam
sebenarnya terhadap Pancasila.
menyelesaikan masalah Timor Timor dan
kegiatan lain yang membantu

86 | Volume 3 Number 1, Juli 2019, Page 82-96


Mhd Alfahjri Sukri: Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir

pemerintahan Orde Baru (Dzulfikriddin, yang Minang yaitu “Adat Basandi Syara’,
2010: 156-158). Atas jasa dan Syara’ Basandi Kitabullah” yang tidak
kontribusinya bagi agama Islam dan dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-
Indonesia, Mohammad Natsir menerima hari orang Minangkabau.
berbagai penghargaan internasional seperti Minangkabau sendiri juga menjadi
menerima bintang penghargaan dari tempat lahirnya banyak tokoh nasional.
pemerintah Tunisia dan Yayasan Raja Koran Abadi pada 1952 yang dikutip oleh
Faisal Arab Saudi tahun 1980 atas Santosa (2004: 9) , membuat angket
pengabdiannya terhadap dunia Islam. tentang tokoh-tokoh terkemuka di
Tidak hanya itu, Natsir juga Indonesia, dan hasilnya adalah bahwa
menerima berbagai penghargaan akdaemik empat dari sepuluh orang tokoh terkemuka
seperti menerima gelar Doktor Honoris di Indonesia berasal dari Minangkau, yaitu
Causa dari Universitas Lebanon (1967) Agus Salim, Muhammad Hatta, Sutan
dalam bidang sastra, dan bidang pemikiran Syahrir, dan Mohammad Natsir. Majalah
Islam dari Universitas Kebangsaan Tempo juga merilis bahwa tiga dari empat
Malaysia dan Universitas Teknologi tokoh yang berpengaruh di Indonesia
Malaysia (1991). (Mahendra: 1994). Itulah berasal dari minang atau Sumatera Barat.
beberapa kontribusi Natsir bagi negara ini, Lingkungan keluarga tempat Natsir
terlepas dari tindakan kontroversinya yang dibesarkan sangat mementingkan
ikut dalam PRRI yang sampai saat ini pendidikan dan taat dalam menjalankan
masih menjadi perdebatan dalam sejarah agama. Kakeknya seorang ulama besar di
Indonesia. Minangkabau dan sanak keluarganya
Mohammmad Natsir dilahirkan di banyak yang bekerja di aparat
kampung Jembatan Berukir Alahan pemerintahan. Hal ini jugalah yang
Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat nantinya akan menentukan perkembangan
pada tanggal 17 juli 1908. Di kota ini pemikiran Natsir, selain dari lingkungan
terdapat suatu norma berupa folkways yang adat Minangkabau itu sendiri yang kental
berfungsi mensosialisasikan seorang anak dengan nilai-nilai yang Islami. Dalam seri
agar belajar hidup mandiri dan menghayati buku mengenai Natsir yang diterbitkan
nilai-nilai dasar Islam dan adat istiadat oleh Tempo (2011: 10), dikatakan bahwa
(Suhelmi, 2002: 57). Berasal dari keluarga semasa kecil, Natsir sering mengahibiskan
Minangkabau ternyata juga mempengaruhi waktunya ke surau (kebiasaan orang
kehidupan keIslaman Mohammad Natsir Minang dahulu) untuk mengaji, dan
sejak kecil, karena falsafah hidup orang

87 | Volume 3 Number 1, Juli 2019, Page 82-96


Mhd Alfahjri Sukri: Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir

bahkan semasa kanak-kanaknya hampir kecerdasan otaknya dengan keimanannya


setiap malam ia memilih tidur di surau. kepada Allah dan Rasul (Dzulfikriddin,
Nilai-nilai keIslaman yang ada di 2010: 22).
Minangkabau sudah tersosialisasi dalam Selama masih belajar di AMS,
diri Natsir. Hal ini dipengaruhi oleh faktor Natsir juga aktif dalam organisasi Jong
kondisional dan lingkungan sosio-kultural. Islamieten Bond (JIB) Bandung, dan
Faktor kondisional dilihat pada kuatnya bahkan ia menjadi ketua JIB Bandung
gagasan-gagasan pembaharuan Islam periode 1928-1932. JIB Bandung
dalam masyarakat Alahan Panjang yang merupakan organisasi tempat pertama kali
mendorong Natsir untuk mengenal Natsir belajar politik. Melalui organisasi
gagasan-gagasan pembaruan Islam. ini Natsir bertemu dengan tokoh-tokoh
Adapun faktor sosio-kultural berkaitan pergerakan Islam dan teman-teman
dengan tempat Natsir dilahirkan yang seperjuangannya di Masyumi kelak, seperti
mempengaruhi pikiran dan tingkah laku Prawoto Mangkusasmito, Mohammad
Natsir (Suhelmi, 2002: 57). Lingkungan Roem, Syafruddin Prawiranegara dan lain-
serta pendidikan formal dan informal yang lain. Haji Agus Salim, Syeikh Ahmad
didapat Natsir di Minangkabau (Sumatera Syurkati dan H.O.S Tjokroaminoto
Barat), merupakan salah satu faktor yang merupakan tokoh-tokoh yang memberikan
mempengaruhi pemikiran Natsir, serta pengajaran dan tempat bertanya di JIB,
menjadi pengaruh dan sosialisasi awal sehingga Natsir dapat dekat dengan tokoh-
dalam pembentukan pemikirannya, tokoh tersebut. Natsir sendiri mengakui
terutama mengenai Islam. bahwa pemikirannya dipengaruhi oleh
Pemikiran Natsir semakin tokoh-tokoh tersebut, ditambah dengan
berkembang ketika ia sekolah di Bandung, Ahmad Hassan yang menjadi tempat
tempat Natsir melanjutkan studinya, yaitu belajar dan diskusinya di Bandung diluar
di Algemene Middelbare School Westers JIB (Tempo, 1993: 82). Bersama Ahmad
Klasieke Afdeling (AMS A2) Bandung Hasan, Natsir menerbitkan majalah
(1927-1932). Selain sekolah di AMS, Pembela Islam, yang menjadi media bagi
Natsir juga meneruskan studi tentang Islam Natsir untuk mengeluarkan pendapatnya
pada Persatuan Islam Bandung (1927- mengenai Islam dan pembaharuan.
1932). Pada tahun 1930, Natsir mendirikan Ada tiga guru yang mempengaruhi
sekolah dengan nama “Pendidikan Islam” alam pikiran saya. Pertama, Tuan Hassan -
(Pendis), dengan tujuan untuk membentuk pimpinan Persis (Persatuan Islam)
manusia yang seimbang yaitu seimbang Bandung- Haji Agus Salim, dan Syech

88 | Volume 3 Number 1, Juli 2019, Page 82-96


Mhd Alfahjri Sukri: Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir

Akhmad Syoekarti-pendiri Al Irsyad. internasional, pemikiran Natsir juga


Kalau ke rumah tuan Hassan, saya selalu dipengaruhi oleh sosialisasinya di
menanyakan suatu persoalan, lalu kami organisasi-organisasi yang dimasukinya
diskusi. Dari situ saya diberi sejumlah seperti Jong Islamieten Bond (JIB)
buku, seperti buku tafsir Al-Furqon, atau Bandung, Persatuan Islam (Persis), serta
tafsir The Holy Qur’an karya Muhammad partai politiknya yaitu Masyumi. Dan juga
Ali (Tempo, 1993: 82). pengaruh kondisi politik saat itu yang
Perjalanan hidup Natsir di Bandung sangat mempengaruhi pemikiran Natsir
merupakan salah satu titik yang sangat mengenai Islam dan politik, yang nantinya
bepengaruh dalam terbentuknya pemikiran akan berpengaruh pada pemikirannya
dan sikap Natsir selain alam Minangkabau tentang Pancasila (baik itu tentang
tadi. Ketika hidup di Bandunglah ia pandangannya yang mendukung maupun
banyak membaca tulisan-tulisan dari ulama menolak Pancasila). Dalam melihat
Internasional seperti Hassan Al-Banna, Pancasila, pemikiran Natsir tidak bisa
Amir Syakib Arselan, Rasyid Ridha dan dilepaskan dari nilai-nilai Islam yang
Muhammad Abduh, yang secara tidak didapatkannya, baik secara formal melalui
lansung mempengaruhi pemikiran Natsir jenjang pendidikan maupun secara
dalam melihat Islam (Nata, 1999: 76). informal seperti dari kegiatan di organisasi
Adapun pengaruh lansung terhadap yang digelutinya, pengaruh dari tokoh-
pemikiran Natsir adalah datang dari ulama tokoh politik, serta pengaruh dari bahan
dan tokoh nasional di Indonesia seperti bacaan.
Ahmad Hassan, H.Agus Salim, Syeikh
Islam dan Pancasila
Ahmad Syurkati dan H.O.S
Hubungan Natsir dan Pancasila
Tjokroaminoto. Dan Ahmad Hassan
bisa dikatakan memiliki hubungan yang
merupakan ulama dan tokoh yang paling
rumit. Hal ini bisa dilihat dari perubahan
banyak mempengaruhi pemikiran Natsir
sikap Natsir terhadap Pancasila yang
dilihat dari intensitas komunikasi Natsir
awalnya tidak menentang Pancasila
belajar dengan Ahmad Hassan dan cara
sebagai dasar negara, namun di
kedua tokoh ini dalam menyelesaikan
Konstituante berubah menjadi orang yang
suatu permasalahan.
paling menentang Pancasila. Kholid O.
Selain dari lingkungan alam
Santosa (2004: 14) menyebutkan bahwa
Minangkabau, pertemuan Natsir dengan
terdapat tiga periode yang menjadi pokok
tokoh-tokoh nasional, dan pengaruh dari
utama dalam pemikiran Natsir termasuk
buku-buku atau tulisan-tulisan ulama

89 | Volume 3 Number 1, Juli 2019, Page 82-96


Mhd Alfahjri Sukri: Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir

pandangannya mengenai Pancasila. Tiga Natsir (2001: 161-162) juga berkata


periode tersebut adalah periode 1930-1940, “Perumusan Pancasila adalah hasil
periode pasca Kemerdekaan, dan periode musyawarah antara para pemimpin-
Konstituante. Periode pertama yaitu pemimpin pada saat taraf perjuangan
periode 1930-1940 merupakan periode kemerdekaan memuncak pada tahun 1945.
polemik pemikiran antara Natsir dan Saya percaya di dalam keadaan yang
Soekarno yang salah satunya adalah demikian, para pemimpin yang berkumpul
mengenai posisi agama dalam negara. itu, yang sebagian besarnya adalah
Adapun periode kedua dan ketiga adalah beragama Islam, pastilah tidak akan
periode tentang pandangan Natsir membenarkan sesuatu perumusan yang
mengenai Pancasila yang awalnya menurut pandangan mereka, nyata
menerima, tetapi kemudian menentangnya. bertentangan dengan asas dan ajaran Islam.
Periode kedua adalah periode pasca Ringkasnya (1) Bagaimana mungkin Al-
kemerdekaan. Dalam periode ini, Natsir Qur’an yang memancarkan tauhid, akan
menerima Pancasila sepanjang inti dan terdapat a priori bertentangan dengan ide
hakekat dari semua sila yang terkandung di Ketuhanan Yang Maha Esa? (2)
dalamnya dipenuhi secara memadai dan Bagaimana mungkin Al-Qur’an yang
dilaksanakan secara tepat, walaupun ajaran-ajarannya penuh dengn kewajiban
sebenarnya Natsir cukup kecewa menegakkan adalah ijtima’iyah bisa a
dikarenakan dihapusnya sila 1 dalam priori bertentangan dengan Keadilan. (3)
piagam Jakarta. Natsir berpandangan Bagaimana mungkin Qur’an justru
bahwa Pancasila tidak bertentangan memberantas sistem feodal dan
dengan Islam karena nilai-nilai Islam pemerintahan istibdad sewenang-wenang
terdapat didalamnya. serta meletakkan dasar musyawarah dalam
susunan pemerintah, dapat a priori
Pancasila adalah suatu perumusan
bertentangan dengan apa yang dinamakan
dari lima cita-kebajikan sebagai hasil
Kedaulatan Rakyat? (4) Bagaimana
permusyawaratan antara pemimpin-
mungkin Al-Qur’an yang menegakkan
pemimpin kita dalam satu taraf perjuangan
istilah islahu bainannas sebagai dasar-
9 tahun yang lalu. Ia, sebagai perumusan,
dasar pokok yang harus ditegakkan oleh
tidak bertentangan dengan Al-Qur’an,
umat Islam, dapat a priori bertentangan
kecuali kalau diisi dengan apa-apa yang
dengan apa yang disebut Prikemanusiaan?
memang bertentangan dengan Al-Qur’an
(5) Bagaimana mungkin Al-Qur’an yang
itu (Natsir, 2001: 158).
mengakui adanya bangsa-bangsa dan

90 | Volume 3 Number 1, Juli 2019, Page 82-96


Mhd Alfahjri Sukri: Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir

meletakkan dasar yang sehat bagi merupakan bagian kecil dari nilai-nilai
kebangsaan, a priori dapat dikatakan Islam. Namun Natsir (2001: 163) juga
bertentangan dengan Kebangsaan? mengatakan bahwa bukan berarti Pancasila
Dalam pandangan di atas, Natsir itu Islam, namun Pancasila mengandung
menyampaikan bagaimana posisi Pancasila tujuan Islam. Pancasila akan hidup subur
dalam Islam, bahwa nilai-nilai Pancasila dalam Islam karena sila 1 yang berbunyi
tidak bertentangan dengan nilai-nili Islam, “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang akan
dan bahkan kelima nilai sila dalam menentukan berjalan atau tidaknya sila-sila
Pancasila tersebut sejalan dengan Al- selanjutnya akan tumbuh dalam Islam.
Qur’an. Dalam pidatonya yang Natsir (2001: 163) juga
disampaikan di The Pakistan Institute of berpendapat bahwa semua sila tidak akan
The World Affair, Karachi, Pakistan (9 ada artinya kalau sila Ketuhanan Yang
April 1952), Natsir menyatakan bahwa Maha Esa hanya sekedar buah bibir saja
Pancasila merupakan dasar spiritual, moral bagi orang yang skeptis terhadap agama,
dan etis bangsa dan negara Islam. dimana dalam langkahnya sila pertama
Pakistan adalah sebuah negeri tidak berjalan, maka sila-sila selanjutnya
muslim, demikian pula halnya dengan tidak akan berjalan karena pada
Indonesia. Walaupun kami mengakui hakekatnya sila pertama adalah urat-
Islam sebagai agama rakyat Indonesia, tunggal bagi sila-sila selanjutnya sehingga
namun kami tidak menyatakan hal itu Pancasila tersebut menjadi hampa dan
secara tegas dalam Undang-Undang Dasar tidak berbentuk, dan tinggal hanyalah
Kami. Kami pun tidak pula menyisihkan kerangka Pancasila tersebut.
agama dari kehidupan nasional kami. Pandangan Natsir ini didukung oleh
Indonesia telah menyatakan keyakinannya Soekarno, dan bahkan Soekarno mengutip
dalam Pancasila yang telah kami ambil pidato Natsir yang disampaikan di The
sebagai dasar spiritual, moral, dan etis Pakistan Institute of The World Affair,
bangsa dan negara kami. Punya anda dan Karachi, Pakistan (9 April 1952), dalam
miik kami sama, hanya dinyatakan secara menjawab pertanyaan A. Dahlan
berlainan (Ansari, 1983: 41). Ranuwiharjdo (Ketua Pengurus Besar
Islam dan Pancasila dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI))
pandangan awal Natsir bukanlah suatu mengenai hubungan Negara Nasional dan
yang bertentangan, bahkan Pancasila dan Negara Islam, dan antara Pancasila dan
Islam memiliki hubungan yang erat Ideologi Islam (Ansari, 1983: 40).
berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang

91 | Volume 3 Number 1, Juli 2019, Page 82-96


Mhd Alfahjri Sukri: Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir

Namun pandangan Natsir tentang meninggalkan religiusteit seperti


Pancasila berubah setelah tahun 1955. kukatakan tadi, oleh karena dia hidup di
Sebelum tahun 1955 Natsir menerima dan alam kepastian. Malah di dalam taraf inilah
bahkan membela Pancasila, namun setelah timbul aliran-aliran yang tidak mengakui
tahun 1955, Natsir menjadi orang yang adanya Tuhan. Di dalam taraf inilah timbul
menentang Pancasila. Hal ini terlihat pada apa yang dinamakan atheisme....Seperti
sidang Konstituante dalam membahas orang di dalam dunia industrialisme
dasar negara Indonesia. Ketika itu mengatakan Tuhan tidak ada...padahal
indonesia dihadapkan pada tiga pilihan Tuhan ada, tetapi, ciptaan manusia yang
dasar negara yaitu Islam, Pancasila dan berganti-ganti.
Sosial Ekonomi. Pandangan Soekarno mengenai sila
Polemik megenai Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa membuat
sebenarnya sudah muncul pada tahun pengertian sila tersebut mejadi tidak jelas.
1954, ketika Soekarno memberikan kuliah Dan pengertian sila Ketuhanan Yang Maha
umum di depan mahasiswa di Gubernuran Esa bisa isi dengan pengertian yang ada
Sulawesi, Makassar, 5-6 Mei 1954 dan dalam pikira masing-masing orang seperti
dalam pertemuan Gerakan Pembela pengertian Ketuhanan Yang Maha Esa
Pancasila di Istana Negara pada 17 Juni yang disampaikan oleh Sutardjo, tokoh
tentang penafsiran sila Ketuhanan Yang dari Partai Indonesia raya. Endang
Maha Esa. Endang Syafuddin Ansari Syafuddin Ansari (1988) mengutip
(1988) mengutip perkataan Soekarno perkataan Takdir Alisjahbana mengenai
dalam buku “Pak Natsir 80 Tahun” penafsiran Sutardjo tentang Pancasila:
“Ketuhanan, (Ketuhanan di sini saya pakai Apabila kita menyimak uraian Sutardjo
dalam arti religiusiteit), itu memang sudah sendiri tentang apa yang diartikannya
hidup di dalam kalbunya bangsa Indonesia dengan Pancasila, muncul suatu penafsiran
sejak berpuluh-puluh, beratus-ratus dan yang aneh (idiosyncratic) sekali.
beribu-ribu tahun. Aku menggali di dalam Ketuhanan Yang Maha Esa diartikannya
bumi rakyat Indonesia, dan pertama-tama sebagai persatuan dengan Tuhan seperti di
hal yang aku lihat adalah religiusiteit. Apa ungkapkan dalam konsep Cinta Asih;
sebab? Karena bangsa Indonesia ini adalah Kedaulatan rakyat diartikannya sebagai
bangsa yang hidup di atas taraf agraria. Panunggalan Kawula Gusti atau
Demikian pula bangsa yang sudah bersatunya Tuhan dengan hambaNya; dan
meninggalkan taraf agraria dan sudah Keadilan Sosial menjadi cita famili dan
masuk tarap industrialisme, banyak yang

92 | Volume 3 Number 1, Juli 2019, Page 82-96


Mhd Alfahjri Sukri: Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir

sistem traditonal gotong royong (mutual soal Ketuhanan adalah ciptaan manusia
help) di dalam masyarakat desa. yang berganti-ganti (Santosa, 2004: 43).
Pandangan dan pemikiran Sutardjo Faham yang mengatakan bahwa
memperlihatkan bahwa adanya struktur ekonomi dan masyarakat yang
pencampuran paham Indonesia kuno menentukan faham hidup suatu masyarakat
dengan paham Hindu yang disebut dengan tentang agama, filsafat dan kultur, menurut
kejawen. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Natsir faham tersebut dipelopori oleh
pada akhirnya memiliki arti yang tidak kaum Marxist (Santosa, 2004: 44). Pada
jelas. Natsir menanggapi pidato Soekarno akhirnya dalam sidang Konstituante Natsir
yang membahas tentang sila Ketuhanan menentang Pancasila sebagai dasar negara
Yang Maha Esa, bahwa menurut Natsir karena Natsir menganggap bahwa
dalam pidato Soekarno tersebut, faham Pancasila adalah sekuler meskipun di
tentang wujud Ketuhanan telah menjadi dalamnya terumus Sila Ketuhanan Yang
relatif menurut perkembangan hidup Maha Esa dikarena Ketuhanan dalam
masyarakat. Seseorang yang hidup dalam Pancasila bukan bersumber dari Ilahi
taraf agraris memerlukan Tuhan, namun bersumber dari masyarakat
sedangkan yang sudah menjadi industrialis Indonesia, yang dalam pandangan Natsir
tidak membutuhkan Tuhan lagi. Natsir hal tersebut sebagai bentuk tidak ada
berkata: “Di manakah gerangan, hendak pengakuan terhadap kekuasaan Tuhan
ditempatkannya wahyu sebagai sumber dengan konsekuensi pangakuan terhadap
kepercayaan dan keimanan terhadap hukum Ilahi. Bagi Natsir sendiri, Pancasila
Tuhan. Wahyu yang bebas dari pengaruh- memiliki artian yang tidak jelas karena sila
pengaruh yang bersifat temporer, seperti Ketuhanan Yang Maha Esa yang menjadi
pengaruh agraris, nomadis atau “point of reference” bagi empat sila
industrialisasi . Wahyu yang memancar lainnya menjadi tidak jelas isinya, karena
ibarat mata air yang memancarkan boleh di isi menurut selera masing-masing
penawar hidup dan yang bersifat abadi, orang yang memandangnya. Bagi Natsir,
serta membebaskan manusia dari Pancasila hanyalah “pure consept” yang
ketersesatan dan terus meraba-raba dalam tidak jelas. Natsir mengatakan: “Bahwa
mencari Tuhan. Pertanyaan ini yang demikian itu terjadi disebabkan oleh
mengandung jawabannya sendiri. bagi karena Pancasila itu hanya lima ide yang
seorang sekularis, soal Ketuhanan, sampai dikemukakan sebagai titik pertemuan.
pada soal Ketuhanan Yang Maha Esa, tak Tidak dikemukakan sebagai “volgrade”
ada hubungannya dengan wahyu; baginya, dari lima sila ini. Tidak dikemukakan yang

93 | Volume 3 Number 1, Juli 2019, Page 82-96


Mhd Alfahjri Sukri: Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir

mana dari sila yang lima itu sumber- negara, sehingga dalam sidang
sumber asal dari yang lain. Atau sila-sila Konstituante Natsir menentangnya dan
yang lima itu memiliki lima sumber pula? memperjuangkan Islam sebagai dasar
Tidak pula diterangkan apa norma-norma negara. Namun, pada hakikatnya, Natsir
yang mengisi tiap-tiap sila tadi. Dengan tidak menolak Pancasila tetapi menolak
kata lain, di kalangan pendukung Pancasila tafsir yang salah terhadap Pancasila.
sendiri belum dan tidak ada kesepakatan Perubahan-perubahan pandangan
tentang apa Pancasila itu sebenarnya Natsir terhadap Pancasila, tidak terjadi
(Santosa, 2004: 55-56). begitu saja. Banyak faktor yang
Perubahan sikap Natsir terhadap menyebabkan perubahan pandangan Natsir
Pancasila menurut Kholid O. Santosa mengenai Pancasila seperti faktor politik
(2004) disebabkan oleh tiga hal yaitu : (1) atau kondisi politik saat itu yang
Pemikiran Soekarno yang menganggap menyebabkan Natsir harus berhadapan
bahwa Pancasila adalah konsep murni dengan Pancasila karena Natsir membela
yang digali dari realitas kehidupan Islam sebagai dasar negara, dan juga faktor
masyarakat Indonesia yang tidak berkaitan nilai-nilai Islam yang dianut oleh Natsir
dengan Islam. Soekarno menunjuk yang menolak Pancasila ketika nilai-nilai
Pancasila sebagai suatu pedoman yang Pancasila tidak dikaitkan dengan nilai-nilai
sudah ada dalam buku kertagama. Islam. Sosialiasi politik yang dirasakan
Sehingga Natsir yang awalnya meletakkan Natsir baik sosialisasi lansung maupun tak
Pancasila sebagai bagian dari sistem- lansung telah membentuk pandangan
sistem Islam, maka pada periode politik Natsir yang berpegang teguh pada
Konstituante, Natsir melihat Pancasila nilai-nilai Islam.
sebagai sistem Sekuler. (2) Pertentangan
KESIMPULAN
ideologi secara terbuka antara Masyumi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
dan Komunis, dan Natsir memandang
pemikiran Natsir tentang Islam dan
bahwa paham komunis telah melanggar
Pancasila tidak bisa dilepaskan dari
sila Ketuhanan Yang Maha Esa. (3)
sosialisasi politik yang dialami oleh
Terjadinya ketidakjelasan dan kekaburan
Mohammad Natsir, mulai dari pengaruh
fungsi dan posisi Pancasila.
lingkungan masa kecil (kondisional dan
Melalui penjelasan-penjelasan di
sosio-kultural) di Minangkabau, pengaruh
atas, dapat kita ketahui alasan-alasan
tokoh-tokoh nasional (Ahmad Hassan,
perubahan yang terjadi dalam diri Natsir
H.Agus Salim, Syeikh Ahmad Syurkati
dalam memandang Pancasila sebagai dasar

94 | Volume 3 Number 1, Juli 2019, Page 82-96


Mhd Alfahjri Sukri: Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir

dan H.O.S Tjokroaminoto) secara lansung, DAFTAR PUSTAKA


pengaruh dari tokoh internasional secara Ansari, E. S. (1983). Piagam Jakarta 22
tidak lansung melalui bacaan (Hassan Al- Juni 1945. Bandung: Pustaka Salman.
Budiardjo, M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu
Banna, Amir Syakib Arselan, Rasyid Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Ridha dan Muhammad Abduh), pengaruh Utama.
Dzulfikriddin. (2010). Mohammad Natsir
organisasi dan partai politik tempat Natsir Dalam Sejarah Politik Indonesia,
bernaung (Jong Islamieten Bond (JIB), Peran dan Jasa Mohammad Natsir
Dalam Dua Orde Indonesia. Bandung:
Persatuan Islam (Persis), dan partai politik PT.Mizan Pustaka.
Masyumi), serta pengaruh dari kondisi Mahendra, Y. I. (1994). Modernisme
Islam dan Demokrasi: Pandangan
perpolitikan saat itu yang membuat Politik Muhammad Natsir. Jurnal
pandangan Natsir berubah, yang awalnya Islamika, 3.
Mahfud. (2008). “Mosi Integral Natsir dan
menerima menjadi penentang Pancasila. Sistem Ketatanegaraan Kita”,
Dalam melihat hubungan Natsir (Disampaikan pada seminar Refleksi
58 Tahun Mosi Integral Mohammad
dengan Pancasila terdapat dua pola yaitu Natsir- Merawat NKRI Menghempang
(1) Natsir menerima Pancasila (tidak Potensi Disintegrasi. Diselenggarakan
di Universitas Jenderal Soedirman,
menentang) dan, (2) Natsir menentang Poerwokerto, tanggal 9 Juli.
Pancasila. Natsir menerima Pancasila Mas’oed, M., & MacAndrews, C (ed).
(1991). Perbandingan Sistem Politik.
sepanjang inti dan hakekat dari semua sila Yogyakarta: LkiS.
yang terkandung di dalamnya dipenuhi Moleong, L. (2007). Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
secara memadai dan dilaksanakan secara Rosdakarya.
tepat serta tidak bertentangan dengan nilai- Muliati, I. (2015). Pandangan M. Natsir
Tentang Demokrasi: Kajian Pemikiran
nilai Islam. Kondisi ini terjadi sebelum Politik Islam. Jurnal Tingkap, 11(2).
Natsir melihat kekaburan dalam nilai-nilai Nata, A. (1999). Tokoh-Tokoh
Pembaharuan Pendidikan di
Pancasila, serta kondisi politik saat itu Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press.
yang menyebabkan ia harus berhadapan Natsir, M. (2001). Agama dan Negara
Dalam Perspektif Islam. Jakarta :
dengan Pancasila di sidang Konstituante Media Dakwah.
yang membahas tentang dasar negara. Ritchie, J., & Lewis, J (ed). (2003).
Qulitative Research Practice: A Guide
Dalam hal ini Natsir memilih Islam for Social Science Students and
sebagai dasar negara, dan menentang Researches. London: Sage
Publication.
Pancasila. Bagi Natsir, Pancasila akan Santosa, K (ed.). (2004). Mohammad
hidup dalam nilai-nilai Islam. Natsir “Islam Sebagai Dasar
Negara”. Bandung: Sega Arsy.
Setyaningsih, E. (2016). Perjuangan Dan
Pemikiran Politik Mohammad Natsir
(1907-1993). Jurnal TAPIs, 12 (2).

95 | Volume 3 Number 1, Juli 2019, Page 82-96


Mhd Alfahjri Sukri: Islam dan Pancasila dalam Pemikiran Mohammad Natsir

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Perspektif Pemikiran Politik Islam.


Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jurnal Intizar, 21 (2).
Bandung: Alfabeta. Tempo. (1993). M.E.M.O.A.R Senarai
Suhelmi, A. (2002). Polemik Negara Islam Kiprah Sejarah. Jakarta : PT. Pustaka
“Soekarno Versus Natsir”. Jakarta: Utama Grafiti.
Teraju. . 2011. Natsir, Politik Santun di
Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Antara Dua Rezim. Jakarta : PT.
Politik. Jakarta: PT Grasindo. Gramedia
Suyitno, A. (2015). Konsepsi Negara
Menurut M. Natsir: Tinjauan Dari

96 | Volume 3 Number 1, Juli 2019, Page 82-96

You might also like