You are on page 1of 12

KARAKTERISTIK KETULIAN DI POLIKLINIK THT-KL RSUD H

ABDUL MANAP JAMBI BERDASARKAN PEMERIKSAAN


AUDIOMETRI NADA MURNI PADA TAHUN 2018-2019
Tesa Septiari*, Yunaldi**, Ave Olivia Rahman**
*Mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi
**Dosen Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi
Email : tesaseptiari@gmail.com*

ABSTRACT
Background: Deafness describes hearing loss in one or both ears. There are three
types of deafness namely conductive deafness, sensorineural deafness, and mixed
deafness. The purpose of this research is to find out the characteristics of the literacy
in Poliklinik THT-KL RSUD H Abdul Manap Jambi based on the examination of pure
tone audiometry.
Method: This study uses descriptive retrospective with data derived from the patient's
medical record. The study took place in October 2018-February 2019 in the Poliklinik
THT-KL RSUD H Abdul Manap Jambi.
Results: From 45 research subjects 1)The most common deafness in males is 25
patients (55.6%) 2)sensorineural deafness are 16 patients (35.5%) Compared to
conductive and mixed deafness, but does not differ much in number 3) in the age
group of 45-65 years of hearing loss is as much as 20 patients (44.4%) 4)on
sensorineural deafness the most severe degree of weight found are 5 Patients
(33.3%). At most jobs, private workers who work in factories as many as 15 people
(33.3%)
Conclusion: The most widely found sensorineural loss deafness. Men are more
found to suffer from hearing loss. The age group was 45-65 years old. The degree of
deafness is a lot of severe sensorineural loss deafness and the work suffered the
most deafness that is the factory worker
Keywords: pure tone audiometry, deafness type, degree of hearing loss, Poliklinik
THT RSUD H Abdul Manap Jambi

ABSTRAK
Latar belakang : Ketulian menggambarkan kehilangan pendengaran di salah satu
atau kedua telinga. Ada tiga jenis tuli yaitu tuli konduktif, tuli sensorineural, dan tuli
campuran. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik ketulian di Poliklinik
THT RSUD H Abdul Manap Jambi berdasarkan pemeriksaan audiometri nada
murni.
Metode : Penelitian ini menggunakan retrospektif deskriptif dengan data yang berasal
dari rekam medis pasien. Penelitian berlangsung pada bulan Oktober 2018- Februari
2019 di Poliklinik THT RSUD H Abdul Manap Jambi.
Hasil : Dari 45 subjek penelitian 1)Tuli banyak terjadi pada laki-laki(55,6 %) 2)tuli
sensorineural ( 35,5 %) dibandingkan tuli konduktif dan campuran , namun tidak
berbeda jauh jumlahnya 3)kelompok umur 45-65 tahun ketulian paling banyak
( 4,4 % ) 4) pada tuli sensorineural derajat berat paling banyak ditemukan ( 33,3 % ).
Pada pekerjaan yang paling banyak yaitu pekerja swasta yang bekerja di pabrik
Kesimpulan : Tuli sensorineural paling banyak ditemukan. Laki-laki lebih banyak
ditemukan. Kelompok usia 45-65 tahun yang banyak mengalami ketulian. Derajat tuli
banyak terjadi pada tuli sensorineural derajat berat dan pekerjaan yang paling banyak
menderita tuli yaitu pekerja pabrik
Kata kunci : audiometri nada murni , jenis tuli , derajat tuli, RSUD H Abdul Manap
Jambi
PENDAHULUAN menentukan jenis ketulian yang
Ketulian adalah hilangnya dilihat melalui hasil audiogram. Pada
kemampuan untuk mendengar bunyi tingkat penderita ketulian
dalam cakupan frekuensi yang dikelompokkan pada beberapa
normal untuk di dengar. Ketulian intensitas, yaitu tuli ringan ( 25dB
menggambarkan kehilangan –40 dB), tuli sedang (40 dB –55dB),
pendengaran di salah satu atau ( 55-70 dB) tuli sedang berat, tuli
kedua telinga. Ada tiga ketulian , berat (70 dB –90 dB), dan tuli sangat
yaitu tuli konduktif, tuli sensorineural, berat lebih dari 90 dB.2,3
dan tuli campuran. Pada tuli Audiometri nada murni adalah
konduktif terdapat masalah di dalam suatu alat elektronik yang
telinga luar atau tengah, sedangkan menghasilkan bunyi yang relatif
pada tuli sensorineural terdapat bebas bising ataupun energi suara
masalah di telinga bagian dalam dan pada kelebihan nada , karenanya
saraf pendengaran. Sedangkan, tuli disebut nada murni. Intensitas nada
campuran disebabkan oleh dapat dipertahankan pada tingkat
kombinasi tuli konduktif dan tuli tertentu, tidak seperti penala di mana
sensorineural.1 intensitas nada segera berkurang
Untuk menentukan bagaimana setelah dibunyikan. Nada dapat pula
pola ketulian , dapat dilakukan diinterupsi sesuai kehendak, atau
pemeriksaan pendengaran. intensitas dapat dilemahkan pada
Pemeriksaan pendengaran dapat interval tertentu dengan hambatan
meningkatkan presisi dalam elektris dengan demikian intensitas
mendiagnosis lokus patologis dan bunyi dapat dihitung. Melalui
penyakit-penyakit spesifik. pemeriksaan audiometri nada murni
Kemampuan pasien untuk dapat dilihat batas ambang
mendengar dapat ditentukan dengan pendengaran dan hasil yang didapat
berbagai cara mulai dari prosedur juga akurat karena terdapat hasil
informal hingga pengukuran tepat yaitu melalui audiogram yang bisa
berstandar tinggi yang memerlukan dibaca berapa taraf pendengaran
peralatan khusus.2 pada seseorang dalam beberapa
Pada uji pendengaran yaitu frekuensi.2
pemeriksaan audiometri nada murni Data World Health Organization
dapat mengukur derajat ketulian dan (WHO) menyebutkan bahwa pada
tahun 2005 sekitar 278 juta orang dan dapat memberi manfaat besar
menderita ketulian derajat sedang bagi setiap individu.5
hingga sangat berat, dimana 80% Seseorang dengan ketulian yang
dari mereka tinggal di negara sudah dideteksi sejak dini dapat
berpenghasilan rendah dan menggunakan penggunaan alat
menengah.4 bantu dengar, implan koklea dan alat
Selanjutnya World Health bantu lainnya. Lebih dari 5%
Organization (WHO) yang terbaru populasi dunia atau 466 juta orang
menyebutkan bahwa pada tahun telah mengalami ketulian (432 juta
2018 sekitar 466 juta orang di orang dewasa dan 34 juta
seluruh dunia mengalami ketulian, anak-anak). Diperkirakan pada tahun
dan 34 juta di antaranya adalah 2050 lebih dari 900 juta orang - atau
anak-anak. Diperkirakan pada tahun satu dari setiap sepuluh orang - akan
2050 lebih dari 900 juta orang akan mengalami ketulian . Mayoritas
mengalami ketulian. Kehilangan penderita tuli tinggal di negara
pendengaran dapat terjadi akibat berpenghasilan rendah dan
penyebab genetik, komplikasi saat menengah. Sekitar sepertiga orang
lahir, penyakit menular tertentu, berusia di atas 60- 65 tahun terkena
infeksi telinga kronis, penggunaan dampak ketulian . Prevalensi pada
obat tertentu, paparan kebisingan kelompok usia ini paling banyak
yang berlebihan, dan penuaan, 60% terjadi di Asia Selatan, Asia Pasifik
ketulian pada masa anak-anak dan Sahara Afrika.5
disebabkan oleh penyebab yang Di Indonesia, Teuku Husni dan
dapat dicegah. Sekitar 1,1 miliar Thursina dalam penelitiannya di
remaja (berusia antara 12-35 tahun) Poliklinik THT- KL RSUD Dr.Zainoel
berisiko mengalam ketulian akibat Abidin Banda Aceh mendapatkan
terpajan kebisingan di tempat hasil dari 175 penderita gangguan
rekreasi. ketulian yang tidak pendengaran yang paling banyak
tertangani merupakan masalah terdapat pada kelompok umur 60-74
global tahunan sebesar 750 miliar tahun (28%), sebagian besar adalah
dolar. Intervensi untuk mencegah, laki-laki (53,14%), bilateral (80,57%)
mengidentifikasi dan mengatasi dan jenis ketulian berupa tuli
gangguan pendengaran dapat sensorinueral (49,43%). Pada
dilakukan dengan biaya yang efektif kelompok tuli konduktif, derajat
ketulian yang paling sering adalah seluruh pasien yang mengalami
bersifat sedang (31,82%), kelompok ketulian di Poliklinik THT-KL RSUD
tuli sensorinueral yaitu sedang dan H Abdul Manap Jambi yang
sedang-berat (23,7%), dan pada tuli melakukan pemeriksaan audiometri
campuran adalah derajat berat dan memenuhi kriteria inklusi dan
(48,05). Presbikusis paling banyak eksklusi pada saat penelitian.
dijumpai pada kelompok usia tua Berdasarkan hasil rekam medis yang
(60-74 tahun) 57,14%, dan lebih lengkap di bagian Rekam Medis
sering pada laki-laki 52,38%. RSUD H Abdul Manap Jambi,
Sedangkan kelompok usia 5-14 didapatkan populasi pasien yang
tahun merupakan kelompok usia mengalami ketulian berdasarkan
yang paling sedikit mengalami pemeriksaan audiometri pada
gangguan pendengaran.6 Oktober 2018 - Februari 2019 yaitu
45 orang. Penelitian ini
METODE PENELITIAN menggunakan analisis data univariat
Jenis penelitian yang digunakan untuk mendapatkan gambaran
adalah metode penelitian retrospektif distribusi dari semua variabel yang
deskriptif dengan menggunakan data diteliti.
sekunder yang berasal dari rekam
medis pasien. Dimana peneliti ingin HASIL DAN PEMBAHASAN
melihat bagaimana gambaran dari Berdasarkan hasil penelitian pada
hasil audiometri yaitu audiogram pasien dengan ketulian berdasarkan
yang akan diketahui jenis-jenis , dan jenis kelamin pada 45 subjek
derajat ketulian pada pasien yang penelitian dapat dilihat pada tabel
menderita ketulian di Poliklinik RSUD dibawah ini.
H Abdul Manap Jambi. Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh
pasien yang menderita ketulian yang
berobat dan melakukan pemeriksaan
audiometri di Poliklinik THT-KL
RSUD H Abdul Manap Jambi.
Seluruh populasi dijadikan sampel
yang disebut dengan total sampling.
Sampel pada penelitian ini adalah
Tabel 4.1 Distribusi ketulian adanya pengaruh kebisingan yang
berdasarkan jenis kelamin sering. 5
Hasil penelitian ini juga sejalan
Jenis kelamin n(%)
dengan penelitian Agrawal yang
Laki-laki 25 ( 55,6 ) meneliti tentang prevalensi
Perempuan 20 ( 44,4 ) gangguan pendengaran unilateral,
Jumlah 45 ( 100 ) bilateral , dan secara keseluruhan
yang hasilnya presentase gangguan
Berdasarkan penelitian terhadap pendengaran lebih tinggi pada
45 orang subjek penelitian laki-laki, pada orang tua dan, pada
berdasarkan jenis kelamin. Pada orang-orang yang berpendidikan
tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rendah.7
subjek penelitian yang mengalami Tabel 4.2 Distribusi ketulian
ketulian dan melakukan berdasarkan usia
pemeriksaan audiometri nada murni Usia n(%)
paling banyak terjadi pada laki-laki. 5-11 1 ( 2,2 )
Hal ini dapat dilihat dari besarnya 12-16 2 ( 4,4 )
jumlah penderita gangguan 17-25 4 ( 8,9 )
pendengaran pada laki-laki sebesar 26-35 2 ( 4,4 )
55,6 % sedangkan pada perempuan 36-45 6 ( 13,3 )
44,6 % . Penelitian ini sejalan 46-55 8 ( 17,8 )
dengan yang disebutkan oleh World 56-65 11 ( 24,4 )
Health Organization , bahwa jenis > 65 11 ( 24,4 )
kelamin dilaporkan tidak berperan Jumlah 45 ( 100,0 )
secara signifikan global, dimana
laki-laki dikatakan lebih sering
Pada tabel 4.2 dapat diketahui
mengalami ketulian di bandingkan
bahwa subjek penelitian yang
dengan perempuan.5. Di daerah Asia
mengalami ketulian dan melakukan
Tenggara , termasuk Indonesia
pemeriksaan audiometri nada murni
disebutkan perbandingan ketulian
paling banyak terjadi pada kelompok
pada laki-laki dan perempuan yaitu
usia 56 - 65 tahun dan pada
2 : 1. Laki-laki lebih sering
kelompok usia > 65 tahun yaitu 11
mengalami masalah gangguan
( 24,4 %) dan pada kelompok usia ini
pendengaran diasumsikan karena
tuli yang paling banyak yaitu tuli Proses degenerasi yang terjadi pada
sensorineural. Hal ini juga terkait sel -sel rambut luar bagian basal
dengan prevalensi yang disebutkan koklea sangat besar pengaruhnya
pada tinjuan pustaka , bahwa sekitar dalam penurunan ambang
sepertiga orang berusia di atas 60- pendengaran pada usia lanjut.8
65 tahun terkena dampak ketulian. Penelitian ini juga sejalan
Prevalensi pada kelompok usia ini dengan penelitian yang di lakukan
paling banyak terjadi di Asia Selatan, oleh Teuku Husni dan Thursina
Asia Pasifik dan Sahara Afrika5. dalam penelitiannya di Poliklinik
Dalam buku ajar ilmu kesehatan THT- KL RSUD Dr.Zainoel Abidin
THT-KL perubahan patologik pada Banda Aceh mendapatkan hasil dari
organ audiotori akibat proses 175 penderita gangguan
degenerasi pada usia lanjut dapat pendengaran yang paling banyak
menyebabkan gangguan terdapat pada kelompok umur 60-74
pendengaran, secara umum organ- tahun (28%). 6
organ pendengaran akan mengalami Tabel 4.3 Distribusi ketulian
proses degenerasi , pada telinga luar berdasarkan jenis tuli
perubahan yang paling jelas adalah
Jenis ketulian n(%)
berkurangnya elastisitas jaringan
Normal 4 ( 8,9 )
daun telinga dan liang telinga lalu
Tuli konduktif 13 ( 28,9 )
kelenjar-kelenjar sebasea dan
Tuli sensorineural 16 ( 35,5 )
seruminosa mengalami gangguan
Tuli campuran 12 ( 26,7 )
fungsi sehingga produksinya
Jumlah 45 ( 100 )
berkurang, selain itu juga terjadi
penyusutan lemak yang seharusnya
Pada tabel 4.3 dapat diketahui
berperan sebagai bantalan di sekitar
bahwa subjek penelitian yang
liang telinga. Hal -hal tersebut diatas
mengalami ketulian dengan jenis tuli
dapat menyebabkan daun telinga
sensorineural sebanyak 16 orang
maupun liang telinga menjadi kering
dengan presentase 35.6 %.
dan mudah mengalami trauma.
Pada penelitian di dapatkan tuli
Bagian telinga lainnya seperti
yang paling banyak terjadi yaitu pada
membran timpani, tulang - tulang
tuli sensorineural. Tuli sensorineural
pendengaran, otot-otot di telinga
adalah berkurangnya pendengaran
tengah juga mengalami perubahan.
atau gangguan pendengaran yang komponen aktif membran basilar
terjadi akibat kerusakan pada telinga akan terpengaruh sehingga
bagian dalam, saraf yang berjalan kemampuan untuk membedakan
dari telinga ke otak (saraf berbagai nada frekuensi yang tinggi
pendengaran).1,9 menjadi terganggu. Akhirnya,
Perjalanan penyakit dari tuli depolarisasi sel rambut dalam tidak
sensorineural disebabkan oleh adekuat dapat menghasilkan sensasi
beberapa hal sesuai dengan etiologi suara yang tidak biasa dan
misalnya pada tuli sensorineural mengganggu (tinnitus subyektif). Hal
koklea dan retrokoklea. Pada tuli ini bisa juga disebabkan oleh eksitasi
sensorineural koklea disebabkan neuron yang tidak adekuat pada
oleh kongenital, labirinitis ( oleh jaras pendengaran atau korteks
bakteri / virus ), intoksikasi obat auditorik10,11
streptomicin. Pada tuli sensorineural Hasil penelitian ini sejalan
(perseptif) kelainan terdapat pada dengan penelitian yang dilakukan
koklea (telinga dalam), nervus VIII oleh melany taurusia dkk bahwa
atau di pusat pendengaran. Sel prevalensi gangguan pendengaran
rambut dapat dirusak oleh tekanan pada tuli sensorineural paling banyak
udara akibat terpapar oleh suara terjadi yaitu sebesar 77,6 % dari 49
yang terlalu keras untuk jangka kasus.12
waktu yang lama dan iskemia. Gambar 4.1 Grafik distribusi ketulian
Kandungan glikogen yang tinggi berdasarkan derajat tuli
membuat sel rambut dapat bertahan
terhadap iskemia melalui glikolisis
anaerob. Sel rambut juga dapat
dirusak oleh obat-obatan, seperti
antibiotik aminoglikosida dan agen
kemoterapeutik cisplatin, yang
melalui stria vaskularis akan
terakumulasi di endolimfe. Hal ini
yang menyebabkan tuli telinga dalam
yang nantinya mempengaruhi
konduksi udara dan tulang. Ambang
pendengaran dan perpindahan
Pada gambar 4.1 sampai gambar 4.6 Tabel 4.4 distribusi ketulian
dapat diketahui bahwa subjek berdasarkan pekerjaan
penelitian yang mengalami tuli
Pekerjaan n(%)
sensorineural derajat berat paling
banyak yaitu 5 orang dengan Pelajar dan mahasiswa 9 ( 20,0 )

presentase ( 33,3 % ). Tuli Swasta ( bekerja di 15 ( 33,3 )

sensorineural pada derajat berat pabrik )

bilateral rata-rata dialami oleh IRT 8 ( 17,8 )

kelompok usia 44-64 tahun dan 65 Pensiunan 4 ( 8,9 )

tahun ke atas. Peneliti berasumsi Anggota polri 1 ( 2,2 )

bahwa ada faktor-faktor penyebab Wiraswasta 2 ( 4,4 )

antara usia dengan jenis ketulian PNS 2 ( 4,4 )

dan derajat ketulian. Hal ini berkaitan Guru 1 ( 2,2 )

dengan penelitian yang dilakukan Petani 1 ( 2,2 )

Yesti Mulia dkk yang menyatakan Perawat 1 ( 2.2 )

semakin tua seseorang ( > 50 tahun ) Mekanik mesin 1 ( 2,2 )

maka tingkat kejadian gangguan Jumlah 45 ( 100 )


pendengaran akan meningkat.
Karena seiring meningkatnya usia, Pada tabel 4.4 dapat diketahui
terjadi proses degenerasi koklea bahwa subjek penelitian yang paling
yang dapat menyebabkan yaitu pekerja swasta yang bekerja di
peningkatan ambang batas pada pabrik sebanyak 15 orang dengan
pendengaran akibat degenerative. 13
presentase ( 33,3 %). Tuli akibat
Pada penelitian ini telinga yang bising merupakan tuli sensorineural
mengalam ketulian rata-rata yang paling sering dijumpai setelah
bilateral.Penelitian ini sejalan presbikusis. Lebih dari 28 juta orang
dengan penelitian Agrawal bahwa Amerika mengalami ketulian dengan
yang menderita ketulian bilateral berbagai macam derajat, dimana 10
lebih banyak yaitu 19 % jika juta orang diantaranya mengalami
dibandingkan dengan yang ketulian akibat terpapar bunyi yang
menderita ketulian unilateral keras pada tempat kerjanya.14
presentase nya lebih kecil yaitu 12 %. Sedangkan Sataloff dan Sataloff
34
mendapati sebanyak 35 juta orang
Amerika menderita ketulian dan 8 daerah basal. Dengan hilangnya
juta orang diantaranya merupakan stereosilia, sel-sel rambut mati dan
tuli akibat kerja.15 digantikan oleh jaringan parut.
Ketulian akibat kerja Semakin tinggi intensitas paparan
( occupational deafness / noise bunyi, sel-sel rambut dalam dan
induced hearing loss ) adalah sel-sel penunjang juga rusak.
hilangnya sebahagian atau seluruh Dengan semakin luasnya kerusakan
pendengaran seseorang yang pada sel-sel rambut, dapat timbul
bersifat permanen, mengenai satu degenerasi pada saraf yang juga
atau kedua telinga yang disebabkan dapat dijumpai di nukleus
oleh bising terus menerus pendengaran pada batang otak.17
dilingkungan tempat kerja. Dalam Di Indonesia pada ada penelitian
lingkungan industri, semakin tinggi Harnita, N terhadap karyawan pabrik
intensitas kebisingan dan semakin gula hasil yang di dapatkan ada
lama waktu pemaparan kebisingan sebanyak 32,2% pekerja pabrik gula
yang dialami oleh para pekerja, menderita NIHL ( Noise Induced
semakin berat gangguan Hearing Loss ). 18
pendengaran yang ditimbulkan pada
para pekerja tersebut. 16 KESIMPULAN
Tuli akibat bising mempengaruhi 1. Pada penelitian ini pasien
organ Corti di koklea terutama ketulian berdasarkan Jenis
sel-sel rambut. Daerah yang pertama kelamin yang mayoritas terjadi
terkena adalah sel-sel rambut luar pada laki-laki sebanyak 55,6 %
yang menunjukkan adanya 2. Pada penelitian ini pasien
degenerasi yang meningkat sesuai dengan ketulian berdasarkan
dengan intensitas dan lama paparan. Usia yang terbanyak terjadi pada
Stereosilia pada sel-sel rambut luar usia 45-64 tahun sebanyak
menjadi kurang kaku sehingga 44,4 %
mengurangi respon terhadap 3. Pada penelitian ini pasien
stimulasi. Dengan bertambahnya dengan ketulian berdasarkan
intensitas dan durasi paparan akan jenis ketulian yang terbanyak
dijumpai lebih banyak kerusakan adalah tuli sensorineural
seperti hilangnya stereosilia. Daerah sebanyak 35,5 %
yang pertama kali terkena adalah
4. Pada penelitian ini pasien Leher. Edisi Keenam. Jakarta :
dengan ketulian berdasarkan Balai Penerbit FKUI; 2007
derajat ketulian yang terbanyak 4. World Health Organization
adalah derajat berat bilateral Media Centre. Deafness and
pada gangguan sensorineural. Hearing Impairment. 2005
5. Pada penelitian ini pasien http://www.who.int/mediacentre/f
dengan ketulian berdasarkan actsheets/fs300/en [ diakses
pekerjaan yang terbanyak pada tanggal 28 Desember
adalah pasien yang bekerja 2017 ]
sebagai pekerja swasta yang 5. World Health Organization
bekerja di pabrik yaitu sebanyak Media Centre. Deafness and
33,3 %. Hearing Loss. 2018
http://www.who.int/mediacentre/f
DAFTAR PUSTAKA actsheets/fs300/en/ [diakses
1. Soetirjo I Hendramin H, pada tanggal 17 Maret 2018 ]
Bashruddin J. Gangguan 6. Husni, Teuku Husni Teuku, and
Pendengaran dan Kelainan Thursina Thursina. "Pola
Telinga. Dalam:Buku Ajar Ilmu Gangguan Pendengaran Di
Kesehatan Telinga Hidung Poliklinik Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Edisi Tenggorok Kepala Leher
Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit (THT-KL) Rsud Dr. Zainoel
FKUI; 2012 Abidin Banda Aceh Berdasarkan
2. Liston LS, Duvall JA. Embriologi , Audiometri." Jurnal Kedokteran
Anatomi, dan Fisiologi Telinga. Syiah Kuala 12.1. 16-22. 2013
Dalam : Boeis Buku Ajar 7. Agrawal Y, Platz EA, Niparko JK.
Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : Prevalence of Hearing Loss and
EGC; 1997 Differences by Demographic
3. Soepardi AE, Iskandar N, Characteristic Among US
Bashiruddin J, Restuti DR. Adults. Arch Intern Med
Gangguan Pendengaran dan 168 (14): 1522-1530.
Kelainan Telinga. Dalam : Buku 8. Djafaar AZ, Helmi, Restuti DR.
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Kelainan Telinga Tengah. Dalam:
Hidung Tenggorok Kepala dan Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher. Edisi Ketujuh. hearing.2015http://hubel.sfasu.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; edu/courseinfo/
2012 SL98/hearing.html [ diakses
9. American Speech Languange pada tanggal 27 Juni 2019]
Hearing Loss. ‘’ Type of Hearing 14. Dobie RA. Noise induced
Loss’’. 2017. hearing loss. Dalam :
https://www.asha.org/public/hear Bailey BJ, Ed. Head and
ing /Types-of-Hearing-Loss/ neck surgery-otolaryngology.
[diakses pada tanggal 20 Vol.2. Philadelphia : JB
Maret 2018 ] Lippincott Company,
10. Chatterjee, Indranil, et al.’’ 1993.h.1782-91.
Profound Sensorineural Hearing 15. Harnita N. ‘’Pengaruh suara
Loss with Overlay of Middle Ear bising pada pendengaran
Pathology Diagnostic karyawan pabrik gula Sei
Implications’’. 2014 Semayang di kabupaten Deli
11. Rahayuningrum, Debby Fatmala, Serdang’’. Bagian THT FK
Zulfikar Naftali, and Willy USU.2014
Yusmawan. Faktor-faktor Risiko 16. Yesti M, Catur A, Fitri S.’’
Yang Berpengaruh Terhadap Faktor Resiko Terjadinya
Sensorineural Hearing Loss Gangguan Pendengaran ‘’.
(Snhl) Pada Penderita Speech Medula Volume 7 Nomor 2017.
Delay: Studi Di Rumah Sakit 17. Rabinowitz,PM.NIHL’’Noise-ind
Umum Pusat Dokter Kariadi uc ed hearing loss ‘’.
Semarang.Thesis. Diponegoro 2014 .http://www.findarticles.co
University, 2016 m/cf_0/m3225/9_61/62829109/
12. Yudiakuri S, Melany T. ‘’ print. jhtml [ diakses pada
Penurunan kognitif pada tanggal 26 Juni 2019]
pekerja dengan tuli 18. Oedono RMT. Penatalaksanaan
sensorineural akibat bising’’. penyakit akibat lingkungan
Majalah Kesehatan Volume kerja dibidang
4 nomor 5. 2018. [ Diakses THT.Disampaikan pada PIT
pada tanggal 5 Maret 2019 Perhati, Batu-Malang, 27-29
13. Heggins II ,J. The effects of Oktober . 2014.
industrial noise on

You might also like