You are on page 1of 7

Rose Feri et al.

, Self-Assessment dalam Kegiatan Diskusi Problem-Based Learning Fakultas Kedokteran: Kajian Naratif
SELF-ASSESSMENT DALAM KEGIATAN DISKUSI PROBLEM-
BASED LEARNING FAKULTAS KEDOKTERAN: KAJIAN NARATIF
Rose Feri*, Marcellus Simadibrata**, Anwar Jusuf**
* Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
** Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

ABSTRACT
Background: Student peformance assessment during problem-based learning (PBL) discussion is still debatable.
One of the assessments that applies adult learning principle is self-assessment (SA). In fact, many medical
schools prefer to use tutor assessment than SA because it is considered less accurate. Many studies have reported
that the accuracy of SA is poor because of their own lack of knowledge and SA skills. This literature review aims
to explore deeper in SA and its basic principles in designing SA instrument for PBL discussion in medical school.
Method: This study was conducted using narrative review method. Ten articles were reviewed. Five articles were
chosen from google search engine and the other five from medical education textbooks.
Results: SA is the ability of a student to observe, analyze and assess his own performance based on the
criteria and he determines a way to fix it. SA skills that have been practiced during PBL discussions will equip
the students to become future health professionals who are competent in determining their own continuous
professional development (CPD) programs. When designing a SA instrument, one needs to explore these five
main issues, including acceptance, accuracy, power, feasibility and context.
Conclusion: SA is the most effective assessment to assess a student’s achievement in PBL discussion if
implemented properly. The completion of SA should be made in the normal context and one must explore the
five main issues constantly so that SA can be done properly and well.

Keywords: self-assessment, problem-based learning, continuous professional development, self-assessment


instrument

ABSTRAK
Latar Belakang: Asesmen peforma peserta didik dalam diskusi problem-based learning (PBL) masih
banyak diperdebatkan. Salah satu asesmen yang menerapkan prinsip pembelajaran dewasa adalah
self-assessment (SA). Namun pada kenyataannya, lebih banyak fakultas kedokteran menggunakan
asesmen tutor dibandingkan dengan SA karena dinilai kurang akurat. Banyak penelitian melaporkan
ketidakakuratan SA disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan ketrampilan SA. Kajian literatur
ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih lanjut tentang SA dan prinsip dasar penyusunan instrumen
SA untuk diskusi PBL fakultas kedokteran.
Metode: metode penelitian yang diterapkan berupa kajian literatur naratif. Ada sepuluh artikel
yang dikaji. Lima artikel diperoleh dari mesin penelusuran google dan lima lagi berasal dari buku
pendidikan kedokteran.
Hasil: SA merupakan kemampuan peserta didik untuk mengobservasi, menganalisis dan menilai
peforma dirinya sendiri berdasarkan kriteria dan menentukan cara bagaimana dia memperbaikinya.
Ketrampilan SA yang dipraktikkan selama diskusi PBL mempersiapkan peserta didik menjadi calon
profesional kesehatan yang mampu menentukan program pengembangan keprofesian berkelanjutan
mereka secara mandiri dan kompeten di kemudian hari. Pada saat mendesain instrumen SA,

korespondensi: rose.feri@yahoo.com

122 Vol. 4 | No. 3 | November 2015 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia


Rose Feri et al., Self-Assessment dalam Kegiatan Diskusi Problem-Based Learning Fakultas Kedokteran: Kajian Naratif

penyusun harus melakukan eksplorasi terhadap lima isu utama yaitu penerimaan, akurasi, kekuatan,
fisibilitas dan konteks.
Kesimpulan: SA merupakan asesmen yang paling efektif untuk menilai prestasi peserta didik dalam
kegiatan diskusi PBL jika dilaksanakan dengan benar. Pelaksanaan SA sebaiknya dilakukan dalam
konteks yang normal dan harus selalu mengeksplorasi lima isu utama supaya SA dapat terlaksana
dengan benar dan baik.

Kata kunci: self-assessment, problem-based learning, pengembangan keprofesian berkelanjutan,


instrumen self-assessment

PENDAHULUAN peserta didik memerlukan umpan balik formatif dan


Program pendidikan yang disusun untuk memper- sumatif yang lebih terperinci sebagai tolok ukur SA
siapkan peserta didik dalam menghadapi masalah mereka sehingga mereka dapat melakukan hal yang
yang akan dihadapi di masa mendatang. Peserta benar untuk mencapai pembelajaran atau tujuan
didik juga harus dilengkapi dengan ketrampilan kompetensi.3
yang dibutuhkan yaitu menjadi aktif dan pembelajar SA tetap diperlukan bagi peserta didik yang
mandiri daripada hanya sebagai penerima informasi mengikuti kegiatan diskusi PBL. Hal ini disebabkan
yang pasif. Keperluan dan pengakuan akan nilai yang diperoleh melalui kuis atau ujian tertulis
kebutuhan ini maka dikembangkanlah metode hanya terfokus pada ketrampilan tingkat kognitif
problem-based learning (PBL).1 yang rendah. Sementara dengan melakukan SA,
PBL merupakan suatu metode yang efektif untuk peserta didik dilatih untuk mencapai ketrampilan
menyelenggarakan program pendidikan kedokteran kognitif yang lebih tinggi seperti analisis, sintesis dan
secara utuh dan terintegrasi. PBL dianggap mampu evaluasi.3,4
memberi berbagai keuntungan dan nilai lebih Saat ini, baik di dunia kedokteran mau pun di bidang
bagi peserta didik dibandingkan dengan metode profesi lainnya sangat menekankan tanggung jawab
pengajaran tradisional karena didasarkan atas prinsip seorang individu dalam menentukan pengembangan
pembelajaran orang dewasa. Prinsip ini mendorong keprofesian berkelanjutan (CPD = continuing
dan memotivasi mahasiswa untuk mengambil professional development) dirinya sendiri. Untuk
inisiatif sendiri dalam menyusun tujuan belajar, mencapai keberhasilan dalam penentuan program
mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas CPD yang akan diambil oleh individu memerlukan
proses pembelajaran mereka sendiri. Jadi dapat kita kesadaran akan kelemahan yang dapat diperbaiki
simpulkan peserta didik diberi kesempatan untuk melalui penilaian diri sendiri secara kontinu atau
mengatur pembelajaran secara mandiri terutama disebut juga evaluasi diri yang bersinambung. SA
dalam menentukan hal yang berdampak bagi proses merupakan instrumen yang digunakan untuk
pembelajaran mereka (self-regulated learning). 2,3 melakukan evaluasi diri selama menjalani metode
Elemen utama self-regulated learning adalah self- PBL. Peserta didik yang merupakan calon profesi
assessment (SA). Bagi masyarakat SA adalah suatu kesehatan perlu dilatih ketrampilan SA sedini
proses atau rangkaian aktivitas yang dilakukan untuk mungkin sehingga kelak mereka mampu menentukan
memperoleh gambaran yang sebenarnya tentang diri program CPD dirinya sendiri. 3-5
sendiri (potret diri). Melalui SA, seseorang belajar Sampai saat ini, masih banyak peserta didik
tentang dirinya sendiri, apa yang dia inginkan, apa kedokteran yang tidak dibekali dengan ketrampilan
yang tidak diinginkan, dan bagaimana dia bereaksi SA dan hal ini jelas terlihat melalui penelitian
terhadap situasi tertentu. Dalam melakukan SA, Evans.5 Hasil penelitian melaporkan bahwa peserta

Vol. 4 | No. 3 | November 2015 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 123


Rose Feri et al., Self-Assessment dalam Kegiatan Diskusi Problem-Based Learning Fakultas Kedokteran: Kajian Naratif

didik dengan peforma yang lebih rendah mempunyai hubungan SA, PBL dan CPD dalam pendidikan
tendensi memandang lebih tinggi kemampuan kedokteran untuk dianalisis. Selanjutnya analisis
mereka sementara peserta didik dengan peforma dilakukan pada 5 artikel yang dipilih oleh penulis
yang lebih baik mempunyai tendensi memandang dari 3 buku pendidikan kedokteran (Pengantar
lebih rendah kemampuan diri sendiri.1,3 PBL, Medical Education Theory and Practice dan A
Practical Guide for Medical Teachers) yang menuliskan
Di samping itu, terdapat sejumlah penelitian di
hubungan SA, PBL dan CPD dalam pendidikan
pendidikan kedokteran yang melaporkan bahwa
kedokteran.
kemampuan SA peserta didik dalam mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan peforma dirinya sendiri
HASIL DAN PEMBAHASAN
jauh lebih lemah dibandingkan peers dan staf
pengajar. Melihat hasil-hasil penelitian tersebut,
Defenisi PBL dan SA
White3 menyimpulkan bahwa penjelasan yang paling
memungkinkan adalah ketrampilan evaluasi diri tidak PBL adalah suatu metode pembelajaran dengan
diajarkan secara rutin dalam kurikulum tradisional. menghadapkan suatu masalah kepada peserta
Melalui metode PBL, prinsip self-regulated learning didik. Dengan permasalahan ini diharapkan
mendorong peserta didik sebagai seorang pembelajar agar peserta didik mencari informasi sendiri
untuk bertanggung jawab atas pembelajaran diri untuk memecahkan permasalahan tersebut.
sendiri. Pada metode PBL ini terjadi perubahan PBL merupakan suatu inovasi kurikulum
fokus peserta didik dari fokus pengukuran eksternal yang melibatkan mahasiswa dalam kegiatan
(staf pengajar dan nilai) menjadi fokus hanya pembelajaran dengan menggunakan struktur
pada pembelajaran dan membantu peserta didik masalah medis yang fleksibel untuk mendorong
memonitor peforma diri sendiri secara efektif dan pembelajaran.2
mencapai level kognitif yang lebih tinggi.3 Asesmen peforma peserta didik dalam diskusi
Setelah mengkaji sekian banyak literatur, penulis tutorial PBL masih merupakan suatu tantangan
melihat pengetahuan dan ketrampilan SA masih dan masih banyak diperdebatkan. Protokol
belum banyak diketahui dan dikuasai oleh peserta asesmen peserta didik dalam diskusi tutorial PBL
didik pendidikan kedokteran di dunia umumnya melibatkan evaluasi diri, peer, dan tutor dalam
dan di institusi penulis khususnya. Oleh karena itu, menilai tingkat ketrampilan seperti self-directed
penulis ingin mengeksplorasi lebih lanjut tentang SA learning, kerja sama kelompok dan komunikasi.
dan prinsip dasar penyusunan instrumen SA untuk Dari ketiga sumber penilaian ini, disebutkan
kegiatan diskusi PBL fakultas kedokteran. bahwa SA masih memegang peran utama dalam
pendidikan kedokteran karena asesmen ini
METODE berdasarkan prinsip yang dianut oleh metode
PBL yaitu adult learning dan kegiatan diskusi
Metode yang dipakai pada studi ini adalah kajian PBL dikatakan kurang lengkap jika mahasiswa
literatur naratif. Penulis menetapkan 5 artikel tidak melakukan evaluasi diri.1,6,7,8
kajian literatur yang diperoleh dari jurnal dan
5 artikel yang diperoleh dari buku pendidikan Prinsip adult learning ini mendorong dan
kedokteran. Pencarian 5 buah jurnal dilakukan memotivasi mahasiswa untuk melakukan
dengan menggunakan google search engine (GoogleTM). pembelajaran secara mandiri. Mengatur
Kata kombinasi yang dipakai adalah “self-assessment pembelajaran secara mandiri disertai dengan
and problem-based learning and medical education” dan evaluasi diri secara kontinu diasumsikan
“self-assessment and problem-based learning and continous mampu menghasilkan asesmen diri yang lebih
professional development”. Hasil penelusuran terdapat akurat. Evaluasi diri yang dilakukan terus
5 juta artikel. Namun hanya 50 artikel yang muncul menerus mendorong terjadinya perbaikan diri
di halaman utama yang dipilih. Kemudian dari 50 dan pembelajaran sepanjang hayat. Instrumen
artikel tersebut dipilih 5 artikel yang menuliskan evaluasi diri ini dikenal dengan istilah SA.5,9

124 Vol. 4 | No. 3 | November 2015 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia


Rose Feri et al., Self-Assessment dalam Kegiatan Diskusi Problem-Based Learning Fakultas Kedokteran: Kajian Naratif

SA adalah tindakan dalam menilai diri sendiri kedokteran. Kebanyakan peserta didik lebih memilih
dan membuat keputusan untuk langkah ahli/pakar sebagai asesor daripada diri mereka sendiri
berikutnya. Evans5 menekankan bahwa SA tidak atau peer. Pelaksanaan SA akan berjalan dengan baik
hanya berupa evaluasi diri tetapi harus disertai jika ada perubahan kultur pada peserta didik dan
tindakan dan penilaian SA harus berdasarkan staf pengajar sama-sama merasakan kenyamanan
kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. dalam menilai peforma diri mereka masing-masing.5
Sementara Norcini9 berasumsi bahwa SA Akurasi. Banyak penelitian melaporkan bahwa
merupakan evaluasi diri yang dilakukan oleh peserta didik kedokteran yang lemah mempunyai
individu berdasarkan keyakinannya. Individu tendensi memberi penilaian yang lebih tinggi
memilih hal-hal yang dianggap penting untuk terhadap dirinya sendiri sementara peserta didik
dievaluasi, menentukan bagaimana asesmen dengan pencapaian tinggi cenderung menetapkan
dilakukan dan menggunakan hasil asesmen standar yang terlalu tinggi sehingga mereka memberi
untuk menentukan kelebihan dan kelemahan nilai yang rendah terhadap dirinya sendiri. Ada
dirinya sendiri. Pada dasarnya kedua defenisi beberapa alasan yang menyebabkan ketidakakuratan
ini memiliki persamaan yaitu SA merupakan SA, antara lain:
penilaian terhadap diri sendiri berdasarkan
kriteria tertentu.5,9 l Kesalahpahaman: peserta didik tidak memahami

apa yang diharapkan dari mereka
Tujuan SA dalam CPD l Self-deception:
kebanyakan peserta didik di
kedokteran adalah orang-orang yang memiliki
Sullivan dan Hall menyarankan agar SA diperkenal-
peforma yang baik di sekolah dan memiliki
kan sejak awal dalam program pendidikan kedokteran
umpan balik yang positif sejak masa kecil
dengan tujuan, sebagai berikut:
mereka. Umpan balik tersebut telah memberi
l Meningkatkan refleksi peforma peserta didik rasa percaya diri kepada mereka sehingga sulit
l Mengidentifikasi reaksi peserta didik terhadap untuk diubah
SA l Penilaian lebih ditujukan pada peforma yang
l Mengevaluasi reliabilitas dari penilaian ideal dibandingkan dengan yang aktual
l Mengidentifikasi alasan kesenjangan hasil l Kompensasi terhadap peforma buruk yang
penilaian antara asesor dengan peserta didik dikenal sebagai mekanisme pertahanan.
yang dinilai. 5 Namun keakuratan SA dapat dikembangkan
Keempat tujuan di atas sangat diperlukan untuk melalui umpan balik berbasis peforma dengan
mengasah ketrampilan peserta didik dalam kriteria yang jelas bagi mahasiswa.5,6
melakukan evaluasi diri karena ketrampilan tersebut Kekuatan, persepsi, dan kredibilitas. Asesmen
merupakan dasar bagi calon profesional kesehatan tradisional merupakan latihan kekuatan dari asesor
untuk menentukan program CPD di kemudian terhadap peserta didik. Sementara SA menempatkan
hari.3-5 asesor sebagai penilai eksternal atau moderator. SA
menjadi suatu kegiatan yang berhubungan dengan
Syarat SA supaya dapat Terlaksana dengan Benar peserta didik. Dalam penetapan kriteria SA di
dan Baik pendidikan tinggi, peserta didik dilibatkan dalam
SA dapat dilaksanakan dengan baik dan benar jika menentukan kriteria penilaian. Saat peserta didik
pengembang telah mengetahui tujuan dan pengertian dan staf pengajar dilibatkan dalam menentukan
SA. Namun pengetahuan tentang tujuan dan standard setting maka standar yang dihasilkan jauh
pengertian SA perlu diikuti dengan eksplorasi lima lebih baik dan peserta didik akan lebih termotivasi
isu utama dalam SA, yaitu acceptance (penerimaan), untuk mematuhinya. Hal ini mengakibatkan
akurasi, kekuatan, feasibility dan konteks. 5,6 reliabilitas SA meningkat.5
Acceptance. Pengembang SA perlu memperhatikan Feasibility, ketepatan, dan efisiensi. SA harus
isu ‘acceptance’ SA dalam dunia pendidikan feasible artinya instrumen yang dipakai untuk SA

Vol. 4 | No. 3 | November 2015 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 125


Rose Feri et al., Self-Assessment dalam Kegiatan Diskusi Problem-Based Learning Fakultas Kedokteran: Kajian Naratif

harus mampu laksana. Instrumen disusun secara 1. Aplikasi ilmu kedokteran dasar
sederhana (mudah dipahami oleh responden). 2. Penalaran klinis dan pengambilan keputusan
Penyusunan instrumen juga harus dilakukan dengan 3. Belajar mandiri
penuh ketelitian. Secara keseluruhan jika instrumen 4. Kerja sama dalam tim
SA sudah layak dan disusun dengan teliti maka harus 5. Sikap profesionalisme6,7
memberi daya guna (efisiensi) kepada institusi.6
Kelima tema tersebut masing-masing dapat diuraikan
Konteks. Hasil SA sangat dipengaruhi oleh
menjadi pernyataan yang mampu:
konteks bagaimana SA dilakukan. Hasil penelitian
Machado10 melaporkan bahwa SA yang dilakukan l membantu
peserta didik memahami kesulitan-
pada kegiatan diskusi PBL untuk tujuan asesmen nya sendiri
sumatif mempunyai reliabilitas yang tinggi namun l membantu
peserta didik untuk mengetahui
tidak valid. Hal ini disebabkan karena peforma kekurangan pengetahuan pribadi yang sesuai
peserta didik yang dinilai dalam SA menjadi nilai dengan kasus permasalahan yang dihadapi
penentu kelulusan maka peserta didik cenderung l membantu peserta didik memahami ketidak-
memberi penilaian yang tinggi terhadap diri sendiri. nyamanan diri pada saat berdiskusi atau
Oleh karena itu, SA sebaiknya dilakukan dalam berhadapan dengan kasus tertentu
konteks yang netral.5,10 l membantu peserta didik untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan diri
Langkah-langkah Dasar Pelaksanaan SA l sebagai sarana untuk perbaikan kelemahan atau
l Penentuan
tujuan SA kekurangan diri
Tujuan diselenggarakan SA sangat bervariasi. l menstimulasi peserta didik untuk merespon
Misalnya sebagai gambaran sesaat untuk data komentar negatif dengan sopan dan mempunyai
dasar, gambaran tentang kemajuan program itikad untuk berubah ke arah yang benar dan
pendidikan, dan gambaran keberhasilan dalam baik.8
mencapai tujuan. Secara garis besar tujuan SA Metode pengumpulan data juga bervariasi dan
bersifat SMART (specific, measurable, attainable, disesuaikan dengan relevansi, segi kepraktisan,
results oriented, dan time bound).6 dan ketepatan. Data yang terkumpul harus dijaga
l Perancangan SA
validitasnya sebaik mungkin. Metode analisis data
Dalam perancangan SA, pengembang perlu harus mampu menjawab pertanyaan self-assessor.
menanyakan kepada diri sendiri mengenai Instrumen SA yang sudah dikembangkan harus diuji
model/pendekatan yang akan digunakan, coba berkali-kali agar instrumen dapat dipakai secara
instrumen yang akan digunakan, teknik tepat dan menghasilkan data yang tepat pula.6
pengumpulan data, pelaksana SA, dan waktu
pelaksanaan SA. Jawaban pertanyaan tersebut l Pengumpulan
data
disusun secara sistematis yang nantinya akan Pengembang SA dapat mengumpulkan data
menjadi suatu rancangan SA.6 yang sudah ada sebelumnya. Pada tahap ini
l Pengembangan instrumen SA
pengembang juga menentukan responden
Instrumen SA dikembangkan sesuai dengan SA dan sekaligus penentuan jadwal dan
jenis data yang dinilai. Data dapat berupa tempat pelaksanaan SA. Teknik pelaksanaan
data kuantitatif dan kualitatif. Pengembangan pengumpulan data dengan menggunakan
pertanyaan dalam instrumen juga sangat instrumen yang telah disiapkan. Berikut ini
bervariasi dan fleksibel sesuai dengan adalah cara pelaksanaan pengumpulan data,
konteksnya. yaitu:
1. Writing conferences
Kriteria pertanyaan yang terdapat dalam SA dapat 2. Diskusi (kelas besar atau kelompok kecil)
dibagi dalam 5 tema utama, yaitu: 3. Reflection logs

126 Vol. 4 | No. 3 | November 2015 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia


Rose Feri et al., Self-Assessment dalam Kegiatan Diskusi Problem-Based Learning Fakultas Kedokteran: Kajian Naratif

4. SA mingguan institusi/program/proyek apakah telah


5. SA dengan checklist atau inventarisasi mencapai kinerja secara optimal atau belum.
6. Wawancara staf pengajar dengan peserta l Evaluability assessment

didik6 SA jenis ini menilai apakah proyek/program
sudah mencapai hasil atau belum, perubahan
l Analisis dan interpretasi data apa yang diperlukan, apakah asesmen itu sendiri
Pada saat pengembangan SA, pengembang mampu memberi perbaikan pada kinerja suatu
sudah harus menentukan apakah data akan proyek/program.
dianalisis secara manual atau menggunakan l Rapid Feedback Assessment

komputer. Selain itu, juga ditentukan siapa yang SA jenis ini merupakan suatu penilaian yang
akan membaca dan menginterpretasikan data.6 cepat terhadap kinerja program apakah sudah
sesuai dengan tujuan dan indikator yang telah
l Tindak lanjut
ditetapkan. Penilaian jenis ini harus benar-benar
Pada tahap ini, sangat diharapkan bahwa akurat dan SA dilaksanakan secara menyeluruh.
instrumen SA yang telah diujicoba dapat dipakai
berulang kali (continous SA) dan dapat digunakan KESIMPULAN
terus menerus (never ending process). Oleh karena SA merupakan asesmen yang paling efektif untuk
itu, yang menjadi perhatian pada tahap ini adalah menilai peserta didik dalam kegiatan diskusi PBL
apakah setiap komponen manajemen yaitu jika dilaksanakan dengan baik dan benar karena
perencanaan, pengorganisasian, penggerak, dan menerapkan prinsip pembelajaran dewasa yang
pengontrol sudah dilaksanakan dengan baik. sesuai dengan prinsip metode PBL. Ketrampilan
Perlu diperhatikan kesesuaian output dengan SA peserta didik kedokteran dapat ditingkatkan
tujuan, hambatan, dan sebagainya.6 dengan memperkenalkan SA sejak dini dalam
kegiatan diskusi PBL. Ketrampilan SA ini melatih
Jenis SA6 peserta didik untuk melakukan evaluasi diri secara
berkesinambungan sehingga kelak mereka menjadi
l Intensive assessment
profesional kesehatan yang mampu menentukan
Intensive assessment (asesmen intensif)
program CPD mereka sendiri.
merupakan asesmen eksperimental untuk
menguji kesesuaian suatu kegiatan dengan Prinsip dasar penyusunan instrumen SA adalah
hasil program. Dalam bidang pendidikan mempertimbangkan feasibilitas, keakuratan,
biasanya diselenggarakan dalam bentuk tes ketepatan, efektifitas, dan konteks pelaksanaan.
formatif (segera setelah program dimulai), tes Pelaksanaan SA sebaiknya dilakukan pada konteks
diagnostik (pada pertengahan program untuk netral. SA dalam kegiatan diskusi PBL sebaiknya
mendiagnosis hambatan), dan tes sumatif (pada dijadikan sebagai evaluasi formatif peserta didik.
akhir program). Contoh: SA dalam kegiatan Asesmen formatif SA menstimulasi peserta didik
diskusi PBL. untuk melakukan evaluasi diri dengan benar dan
Performance monitoring
l baik tanpa adanya tekanan.
Kegiatan ini merupakan proses pengawasan
terhadap jalannya suatu program dan tetap DAFTAR PUSTAKA
berdasarkan pada tujuan yang akan dicapai. 1. Papinczak T, Young L, Groves M, Haynes M. An
Kegiatan ini didasarkan pada kontrol terhadap analysis of peer, self, and tutor assessment in
setiap kegiatan yang sudah ditentukan sebagai problem-based learning tutorials. Med Teach. 2007;
indikator tambahan maupun indikator peforma 29:122-32.
utama. 2. Harsono. Problem-based learning. In: Harsono,
Performance-oriented assessment
l editor. Pengantar Problem-Based Learning. 1st ed.
SA ini ditujukan untuk membantu para Yogyakarta: Medika FKUGM; 2004.p.1-3.
pimpinan dalam melakukan penilaian terhadap

Vol. 4 | No. 3 | November 2015 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 127


Rose Feri et al., Self-Assessment dalam Kegiatan Diskusi Problem-Based Learning Fakultas Kedokteran: Kajian Naratif

3. White C, Gruppen L. Identifying learners’ needs and session using a criterion-referenced system. IAMSE.
self-assessment. In: Dornan T, Mann K, Scherpbier 2004; 14:8-14.
A, Spencer J, editors. Medical Education Theory and 8. Walsh A. The tutor in problem-based learning: a
Practice. Churchill Livingstone: Elsevier; 2011.p.120. novice’s guide [Internet]. Hamilton, ON Canada;
4. Wass V, Archer J. Assessing learners, in: Dornan 2005 [cited 2015 Jun 27]. Available from: http://fhs.
T, Mann K, Scherpbier A, Spencer J, editors. mcmaster.ca/facdev/documents/tutorPBL.pdf.
Medical Education Theory and Practice. Churchill 9. Norcini J, Ben-David MF. Concepts in assessment,
Livingstone: Elsevier; 2011.p.244. in: Dent JA, Harden RM, editors. A Practical Guide
5. Evans AW, McKenna C, Oliver M. Self-assessment in for Medical Teachers. 4th ed. Churchill Livingstone:
medical practice. J R Soc Med. 2002; 95: 511-3. Elsevier, 2013.p.289.
6. Harsono. Langkah-langkah dalam pelaksanaan self- 10. Machado JLM, Machado VMP, Grec W, Bollela VR,
assessment. In: Harsono, editor. Pengantar Problem- Vieira JE. Self- and peer assessment may not be an
Based Learning. 1st ed. Yogyakarta:Medika FKUGM; accurate measure of pbl tutorial process. BMC Med
2004.p.72-8. Educ [Internet]. 2008 [cited 2015 Jun 27];55(8):
7. Elizondo-Montemayor LL. Formative and summative e1-6. Available from: http://www.biomedcentral.
assessment of the problem-based learning tutorial com/1472-6920/8/55

128 Vol. 4 | No. 3 | November 2015 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia

You might also like