You are on page 1of 29

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, BUDAYA ORGANISASI, DAN KEPUASAN KERJA

TERHADAP KINERJA ORGANISASI PUBLIK


(Studi Empiris pada SKPD Pemerintah Kabupaten Kerinci)

ARTIKEL ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Strata Satu

Oleh:

MUHAMMAD KURNIAWAN

2008/05319

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
2
PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, BUDAYA ORGANISASI, DAN KEPUASAN KERJA
TERHADAP KINERJA ORGANISASI PUBLIK
(Studi Empiris pada SKPD Pemerintah Kabupaten Kerinci)

Muhammad Kurniawan
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
Email : muhammad_kurniawan21@yahoo.com

ABSTRACT

This study was aimed to determine the effect of (1) organization commitment, (2) organization culture, and (3) job
satisfaction toward the performance of public organization.
This study was causative. The populations were all working units (SKPD) in Kerinci regency. Technique in taking
sampling was a total sampling method and obtained 60 SKPDs. Type of data used was subject data and the data source used was
primary data. Data collection method used was by using questionnaires. The analysis used was multiple regression analysis.
The results concluded that: (1) organization commitment had a significant positive effect on the performance of public
organizations, where t count> t table is 3.857> 1.655 (sig 0.000 <0.05), which means that H1 is accepted, (2) organizational
culture had positive significant effect on performance of public organizations, where t count> t table is 3.350> 1.655 (sig 0.001
<0.05), which means that H2 is accepted, (3) job satisfaction had a positive significant effect on the performance of public
organizations, where t count> t table is 2.730> 1.655 (sig 0.007 <0.05), which means H3 is accepted.
Suggestions in this study were: (1) it’s better for the leader / head of every SKPDs gave continuous attention, delegates of
authority, a chance for employees to use their skills and expertise maximally, and the need for a clear duties and function every
employee to avoid the dual role of each employee and reduce the occurrence of fraud in carrying out the task, this way will make
the performance of public organization could be better, (2) further research is expected to expand the population and carry out at
different locations so that study results can be generalized further.

Key words: Organization commitment, organization culture, job satisfaction, performance of public organization

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja organisasi publik, (2)
Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja organisasi publik, (3) Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja organisasi publik.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) di Kabupaten Kerinci. Teknik pengambilan sampelnya adalah metode total sampling dan diperoleh 60 SKPD. Jenis data
yang digunakan adalah data subyek, dan sumber data yang digunakan adalah data primer. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) komitmen organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja organisasi
publik, dimana t hitung > t tabel yaitu 3,857 > 1,655 (sig 0,000 < 0,05) yang berarti H 1 diterima, (2) budaya organisasi berpengaruh
signifikan positif terhadap kinerja organisasi publik, dimana t hitung > t tabel yaitu 3,350 > 1,655 (sig 0,001 < 0,05) yang berarti H 2
diterima, (3) kepuasan kerja berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja organisasi publik, dimana t hitung > t tabel yaitu 2,730 >
1,655 (sig 0,007 < 0,05) yang berarti H3 diterima.
Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Sebaiknya pimpinan/kepala bagian SKPD memberikan perhatian terus menerus,
memberi delegasi atas wewenang, memberi kesempatan serta ruang yang cukup bagi pegawai untuk menggunakan keterampilan
dan keahliannya secara maksimal, dan perlunya pemisahan tugas yang jelas dari pelaksana anggaran untuk menghindari adanya
peran ganda pada masing-masing pegawai sehingga meminimalisir terjadinya peristiwa kecurangan dalam melaksanakan tugas,
dengan begini kinerja instansi dapat menjadi lebih baik, (2) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas populasi dan
dilakukan pada lokasi yang berbeda sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi lagi.

Kata Kunci: Komitmen organisasi, budaya organisasi, kepuasan kerja, kinerja organisasi publik

1
1. PENDAHULUAN sejauh mana kemampuan pemerintah
Otonomi daerah yang seluas-luasnya yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
dilaksanakan tahun 2001 membawa dampak pada Dalam melaksanakan hak dan kewajiban
berbagai aspek kehidupan di daerah, termasuk yang diamanatkan rakyat, pemerintah harus
reformasi manajemen keuangan daerah. Jadi mempunyai rencana yang matang dalam mencapai
paling tidak ada dua alasan mengapa reorientasi di tujuan. Salah satu tugas pemerintah dalam
bidang ini diperlukan: 1) Pelimpahan berbagai keuangan adalah membuat rencana keuangan yang
wewenang dan urusan kepada daerah akan dituangkan dalam anggaran (Abdul, 2002).
mengakibatkan manajemen keuangan daerah Anggaran pada sektor publik terkait dengan proses
menjadi semakin kompleks, 2) Tuntutan publik penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap
akan pemerintahan yang baik (Good Governance) program dan aktivitas dalam satuan moneter yang
memerlukan adanya perubahan paradigma dan menggunakan dana milik rakyat (Mardiasmo,
prinsip-prinsip manajemen keuangan daerah baik 2009).
pada tahap penganggaran, implementasi maupun Anggaran digunakan untuk mengendalikan
pertanggungjawaban. biaya dan menetukan bidang-bidang masalah
Adanya Undang-Undang Nomor 17 Tahun dalam organisasi tersebut dengan membandingkan
2003 tentang Keuangan Negara, yang diperkuat hasil kinerja yang telah di anggarkan secara
dengan PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang periodik. Agar anggaran itu tepat sasaran dan
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi sesuai dengan tujuan maka diperlukan kerjasama
Pemerintah menyatakan bahwa dalam pelaporan yang baik antara bawahan dan atasan, pegawai dan
keuangan harus disertakan informasi mengenai pimpinan dalam penyusunan anggaran. Karena
kinerja instansi pemerintah, yakni prestasi yang proses penyusunan anggaran merupakan kegiatan
berhasil dicapai oleh pengguna anggaran yang penting dan kompleks, adanya kemungkinan
sehubungan dengan anggaran yang telah akan menimbulkan dampak fungsional dan
digunakan. disfungsional terhadap sikap dan perilaku anggota
Sebagai bagian dari organisasi sektor organisasi (Dedi, 2007). Untuk mencegah dampak
publik, kinerja instansi pemerintah banyak disfungsional anggaran tersebut, kontribusi
menjadi sorotan akhir-akhir ini, terutama sejak terbesar dari kegiatan penganggaran terjadi jika
timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam semua pihak diperbolehkan untuk berpartisipasi
pemerintahan. Rakyat mulai mempertanyakan dalam penyusunan anggaran, semakin tinggi
akan nilai yang mereka peroleh atas pelayanan tingkat keterlibatan karyawan dalam proses
yang dilakukan oleh instansi pemerintah. Walau penyusunan anggaran, akan semakin
anggaran rutin dan pembangunan yang meningkatkan kinerja.
dikeluarkan oleh pemerintah semakin banyak, Menurut Indra (2006), kinerja adalah
nampaknya masyarakat belum puas atas dasar gambaran pencapaian pelaksanaan suatu
kualitas pelayanan yang diberikan. kegiatan/program/kebijaksanaan dalam
Di samping itu, selama ini pengukuran mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
keberhasilan maupun kegagalan dari instansi organisasi. Secara umum, kinerja merupakan
pemerintah dalam menjalankan tugas pokok dan prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam
fungsinya sulit dilakukan secara objektif. Padahal periode tertentu. Ukuran kinerja suatu organisasi
aparatur pemerintah merupakan orang yang sangat penting, guna evaluasi dan perencanaan
dipercaya dan diberi mandat oleh negara dan masa depan. Beberapa jenis informasi yang
rakyat untuk mengelola pemerintahnya guna digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan rangka menjamin bahwa pekerjaan yang dilakukan
demikian, efektivitasnya harus diukur berdasarkan telah dilakukan secara efektif dan efisien. Dengan
demikian mengukur kinerja tidak hanya informasi
2
finansial tetapi juga informasi non finansial. Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan
Peningkatan pengukuran kinerja bila dilihat dari komitmen sebagai suatu keadaan dimana seorang
proses pembanding industri yang berkaitan dengan individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan
struktur pengendalian, dapat dikembangkan dan keinginannya untuk mempertahankan
dengan beberapa cara seperti arbitrasi dan keangotaannya dalam organisasi. Berdasarkan
persentase keluaran (output) dibandingkan dengan definisi ini, dalam komitmen organisasi tercakup
masukan (input) yang telah dikeluarkan unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan
(Mardiasmo, 2009). dalam pekerjaan, dan penerimaan terhadap nilai-
Dalam konteks organisasi publik, kinerja nilai dan tujuan organisasi. Dimana loyalitas,
adalah suatu ukuran prestasi/ hasil dalam keterlibatan, dan penerimaan terkait dengan
mengelola dan menjalankan suatu organisasi kinerja organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh
dimana berhubungan dengan segala hal yang akan, Nurjanah dalam Rommy (2011) mengemukakan
sedang dan telah dilakukan organisasi tersebut bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif
dalam kurun waktu tertentu. Pengukuran kinerja dan signifikan terhadap kinerja organisasi. Oleh
organisasi publik penting dilakukan karena sebab itu, apabila komitmen organisasinya baik,
berguna sebagai acuan untuk meningkatkan maka kinerja organisasi akan baik pula.
kinerja organisasi tersebut agar lebih baik lagi di Faktor yang tidak kalah penting
masa yang akan datang. Mardiasmo (2002) berpengaruh pada kinerja organisasi selain
menyatakan bahwa penilaian kinerja sektor publik komitmen organisasi adalah budaya organisasi.
dilakukan untuk memenuhi tiga maksud, yaitu: (1) Dalam organisasi tentunya banyak faktor yang
membantu memperbaiki kinerja pemerintah, (2) mempengaruhi seseorang untuk mencapai
pengalokasian sumber daya dan pembuatan tujuannya, sedangkan jalannya organisasi
keputusan, (3) mewujudkan pertanggungjawaban dipengaruhi oleh perilaku banyak individu yang
organisasi publik dan memperbaiki komunikasi memiliki kepentingan masing-masing. Oleh sebab
kelembagaan. itu, budaya organisasi sangat penting, karena
Menurut Siagian (2002), banyak faktor yang merupakan kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam
mempengaruhi kinerja organisasi publik. Beberapa organisasi. Kebiasaan tersebut mengatur tentang
faktor di antaranya adalah komitmen organisasi, norma-norma perilaku yang harus diikuti oleh para
budaya organisasi, dan kepuasan kerja. Hal ini anggota organisasi, sehingga menghasilkan
mengingat karena beberapa faktor tersebut dapat budaya yang produktif. Budaya yang produktif
meningkatkan kinerja karyawan dalam mencapai adalah budaya yang dapat menjadikan organisasi
tujuan suatu organisasi. Maka dari itu dibutuhkan menjadi kuat dan tujuan organisasi dapat tercapai.
komitmen organisasi untuk mewujudkannya. Triguno (2000) berpendapat bahwa budaya
Komitmen tersebut dapat terwujud apabila organisasi adalah campuran nilai-nilai
individu dalam organisasi, menjalankan hak dan kepercayaan dan norma-norma yang ditetapkan
kewajiban mereka sesuai dengan tugas dan sebagai pola perilaku dalam suatu organisasi.
fungsinya masing-masing dalam organisasi, Menurut Nawawi (2003) yang dikutip dari
karena pencapaian tujuan organisasi merupakan Cushway B dan Lodge D, mengemukakan bahwa
hasil kerja semua anggota organisasi yang bersifat budaya organisasi adalah suatu kepercayaan dan
kolektif. Penelitian yang dilakukan oleh Kouzes nilai-nilai yang menjadi falsafah utama yang
dalam Rizki (2011), menunjukkan bahwa dipegang teguh oleh anggota organisasi dalam
kredibilitas yang tinggi mampu menghasilkan menjalankan atau mengoperasionalkan kegiatan
suatu komitmen, dan hanya dengan komitmen organisasi. Dari berbagai definisi budaya
yang tinggi, suatu organisasi mampu organisasi yang telah dikemukakan di atas, dapat
menghasilkan kinerja yang baik. ditarik kesimpulan bahwa budaya organisasi
adalah sistem nilai-nilai yang diyakini oleh semua
3
anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan, bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional
serta dikembangkan secara berkesinambungan, yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat para anggota dalam memandang pekerjaan
dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi mereka.
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah Kepuasan kerja mencerminkan perasaan
ditetapkan. seseorang terhadap pekerjaannya ini nampak
Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyono dalam sikap positif anggota terhadap pekerjaan
dan Kompyurini (2008), menyimpulkan bahwa dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan
budaya organisasi berpengaruh secara signifikan kerjanya. Penelitian yang dilakukan oleh Abdulloh
terhadap kinerja organisasi. Budaya organisasi dalam Rizki (2011) berkesimpulan bahwa
sangat berpengaruh terhadap perilaku para anggota kepuasan kerja mempunyai pengaruh positif dan
organisasi, sehingga jika budaya organisasinya signifikan terhadap kinerja organisasi. Oleh sebab
baik maka anggota organisasinya adalah orang- itu, apabila seorang individu memiliki kepuasan
orang yang baik dan berkualitas pula. Dan apabila kerja yang tinggi, maka akan menghasilkan kinerja
anggotanya baik dan berkualitas, maka kinerja yang tinggi pula.
organisasi akan menjadi baik dan berkualitas juga. Penelitian mengenai beberapa faktor yang
Kinerja organisasi juga dipengaruhi oleh mempengaruhi kinerja organisasi, seperti
faktor kepuasan kerja anggota. Kepuasan kerja komitmen organisasi, budaya organisasi dan
anggota merupakan hal yang bersifat individual kepuasan kerja akan dilakukan di Pemerintah
tentang perasaan seseorang terhadap pekerjaannya Daerah Kabupaten Kerinci, karena sesuai dengan
(Robbins, 1998). Setiap individu mempunyai hasil penilaian yang dilakukan oleh Menteri
tingkat kepuasan yang berbeda-beda. Kreitner & Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Kinicki (2005) mendefinisikan kepuasan kerja Birokrasi, Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci
sebagai efektivitas atau respons emosional merupakan salah satu kabupaten/kota yang mampu
terhadap berbagai aspek pekerjaan. Sedangkan melaksanakan penilaian kinerja organisasi publik
As’ad (2001) mengatakan bahwa kepuasan kerja secara baik. Pemerintah Daerah Kab. Kerinci juga
merupakan suatu sikap umum yang merupakan terus berupaya untuk dapat terus meningkatkan
hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor- kinerja pemerintahannya. Laporan
faktor pekerjaan, karakteristik individual, serta pertanggungjawaban tahun anggaran 2010
hubungan kelompok di luar pekerjaan itu sendiri. menyebutkan bahwa capaian kinerja instansi
Sehingga dapat disimpulkan, kepuasan kerja Pemerintah Daerah Kab. Kerinci dilaporkan
adalah perasaan dari individu terhadap pekerjaan, sebesar 95,34% dengan realisasi belanja daerah
situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dan sebesar 91,34%. Harusnya dengan capaian kinerja
sesama pimpinan dan sesama anggota dalam yang tinggi ini memberikan dampak pada
sebuah organisasi. perkembangan dan pemerataan pembangunan di
Salah satu sasaran penting dalam Kabupaten Kerinci. Tetapi faktanya
manajemen sumberdaya manusia pada suatu perkembangan dan pemerataan pembangunan di
organisasi adalah terciptanya kepuasan kerja Kabupaten Kerinci kurang tercapai. Berdasarkan
anggota organisasi yang bersangkutan. Kepuasan data tersebut, apakah capaian kinerja instansi yang
kerja tersebut diharapkan dapat mempengaruhi lebih besar daripada realisasi belanjanya
pencapaian tujuan organisasi yang lebih baik. dipengaruhi oleh faktor komitmen organisasi,
Kepuasan kerja anggota adalah salah satu aspek budaya organisasi dan kepuasan kerja. Selain itu
yang dapat meningkatkan kinerja organisasi, belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya
sehingga kepuasan kerja anggota mempengaruhi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja unit secara keseluruhan. Sejalan dengan kinerja organisasi publik tersebut di Kabupaten
pendapat Handoko (1997: 122) yang menyatakan Kerinci.
4
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang 2. TELAAH LITERATUR DAN
berhubungan dengan komitmen organisasi, budaya PENGEMBANGAN HIPOTESIS
organisasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja Kinerja Organisasi Publik
instansi Pemerintahan Daerah. Adapun judul Kinerja (performance) adalah gambaran
penelitian yang diambil adalah “Pengaruh mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, dan kegiatan atau program atau kebijakan dalam
Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Organisasi mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
Publik di Pemerintah Daerah Kabupaten organisasi yang tertuang dalam strategic planing
Kerinci”. suatu organisasi (Mahsun, 2006). Istilah kinerja
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan sering digunakan untuk menyebut prestasi atau
penelitian ini adalah memperoleh data, tingkat keberhasilan individu maupun kelompok
mendeskripsikan dan melihat: individu. Kinerja bisa diketahui jika individu atau
1. Pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja kelompok individu tersebut mempunyai kriteria
organisasi publik di Pemerintah Daerah keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria
Kabupaten Kerinci. keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan tertentu yang
2. Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target,
organisasi publik di Pemerintah Daerah kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin
Kabupaten Kerinci. dapat diketahui karena tidak ada tolak ukur.
3. Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja Pabundu (2006) mendefinisikan kinerja
organisasi publik di Pemerintah Daerah sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan
Kabupaten Kerinci. seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi
Selain tujuan yang hendak dicapai tersebut, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk
penulis juga berharap hasil penelitian ini dapat mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu
memberikan manfaat: tertentu. Kinerja merupakan proses penilaian atau
1. Bagi Akademisi evaluasi terhadap prestasi kerja dalam suatu
Diharap dapat menambah wawasan pemikiran organisasi.
dalam hal akuntansi khususnya pengaruh Sedangkan menurut Indra (2006), kinerja
komitmen organisasi, budaya organisasi dan merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan
kepuasan kerja terhadap kinerja instansi suatu kegiatan atau program atau kebijaksanaan
pemerintahan daerah. dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
2. Bagi Pemerintah Daerah organisasi. Daftar apa yang ingin dicapai tertuang
Diharap penelitian ini dapat memberikan dalam perumusan strategi (strategic planning)
masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten suatu organisasi. Secara umum, kinerja merupakan
Kerinci dalam menjalankan fungsi prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam
pemerintahan, khususnya dalam hal kinerja periode tertentu.
Pemerintah daerah agar dapat lebih terus Pengukuran kinerja organisasi sektor
ditingkatkan. publik adalah sistem yang bertujuan membantu
3. Bagi Pihak Lain yang Terkait dan Penelitian manajer publik menilai pencapaian suatu strategi
Selanjutnya melalui alat ukur finansial dan nonfinansial
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi (Mardiasmo, 2004). Sedangkan dalam Peraturan
masukan yang berguna bagi pihak-pihak lain Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
yang bersangkutan dan penelitian selanjutnya di Nomor: Per/09/M.PAN/5/2007, “pengukuran
kabupaten atau kota lain di seluruh Indonesia, kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya
dan kegunaan tersebut dapat berdampak baik membandingkan tingkat kinerja yang dicapai
bersifat praktis maupun teoritis. dengan standar, rencana, atau target dengan
5
menggunakan indikator kinerja yang telah informasi serta setiap pegawai memiliki
ditetapkan”. Mardiasmo (2004) menyebutkan kemampuan yang handal. Perencanaan awal
bahwa ada tiga maksud dilakukannya pengukuran melihat bagaimana cara mencapai suatu
kinerja sektor publik, yaitu: (1) membantu tujuan.
memperbaiki kinerja pemerintah, (2) 2. Indikator Keluaran (Output)
pengalokasian sumberdaya dan pembuatan Indikator keluaran adalah sesuatu yang
keputusan, (3) mewujudkan pertanggungjawaban diharapkan langsung dicapai dari suatu
publik dan memperbaiki komunikasi kegiatan yang dapat berupa fisik dan/atau
kelembagaan. nonfisik. Penerapan indikator output
Definisi di atas dapat diambil kesimpulan merefleksikan bagaimana organisasi melihat
kinerja adalah tingkat pencapaian pelaksanaan kejelasan dan ketelitian pegawai dalam
suatu kegiatan dalam mewujudkan tujuan melaksanakan program kerja, serta
organisasi. Setidaknya ada empat elemen kinerja, memaparkan seberapa besar rencana yang
yaitu (1) hasil kerja yang dicapai secara individual berhasil dilaksanakan.
atau institusi, yang berarti kinerja tersebut adalah 3. Indikator Hasil (Outcome)
hasil akhir yang diperoleh secara sendiri-sendiri Indikator hasil adalah segala segala suatu yang
atau berkelompok; (2) dalam melaksanakan tugas, mencerminkan berfungsinya keluaran
orang atau lembaga diberikan hak dan kekuasaan kegiatan pada jangka menengah (efek
untuk bertindak sehingga pekerjaannya dapat langsung). Hasil dari suatu perencanaan
dilakukan dengan baik. Meskipun demikian orang diharapkan dapat menilai kualitas hasil
atau lembaga tersebut tetap harus dalam kendali, program kerja yang sesuai dengan sasaran dan
yakni mempertanggungjawabkan pekerjaannya tujuan.
kepada pemberi hak dan wewenang tersebut; (3) 4. Indikator Manfaat (Benefit)
pekerjaan haruslah dilakukan secara legal, yang Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait
berarti dalam melaksanakan tugas individu atau dengan tujuan akhir dari pelaksanaan
lembaga tentu saja harus mengikuti aturan yang kegiatan. Sesuai dengan proses yang
ditetapkan; (4) pekerjaan tidaklah bertentangan berkelanjutan sampai pada menetapkan
dengan moral dan etika, artinya selain mengikuti indikator yang paling relevan dan
aturan yang telah ditetapkan, tentu saja pekerjaan berpengaruh besar terhadap keberhasilan
tersebut haruslah sesuai dengan moral dan etika suatu pelaksanaan kebijakan dan program
yang berlaku umum (Lijan, 2006). kerja, serta adanya pemantauan langsung
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terhadap pelaksanaan program.
kinerja organisasi publik menurut Siagian (2002), 5. Indikator Dampak (Impact)
yaitu: kompensasi, komitmen organisasi, motivasi Indikator dampak adalah pengaruh yang
kerja, kepemimpinan, budaya organisasi, disiplin ditimbulkan baik positif maupun negatif
kerja, kepuasan kerja, dan komunikasi. terhadap setiap tingkatan indikator
Elemen yang terdapat dalam indikator berdasarkan asumsi yang telah diterapkan.
kinerja menurut Indra (2006) antara lain : Peningkatan pengendalian dalam pelaksanaan
1. Indikator Masukan (Input) program akan menjamin pola
Indikator masukan adalah segala sesuatu pertanggungjawaban di organisasi. Penetapan
yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan indikator impacts menentukan kinerja
dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. pelaksanaan program yang lebih baik dan
Input sebagai langkah awal dari penyusunan kompeten.
indikator kinerja pemerintah dimulai dari
rencana program tahunan, dalam penentuan Komitmen Organisasi
kegiatan pemerintah memerlukan data dan
6
Keberhasilan pengelolaan organisasi lingkungan kerja, yang muncul karena adanya
sangatlah ditentukan oleh keberhasilan dalam tuntutan terhadap penyelesaian tugas dan tanggung
mengelola SDM. Tinggi rendahnya komitmen jawab yang harus diselesaikan oleh para
karyawan terhadap organisasi tempat mereka karyawan.
bekerja, sangatlah menentukan kinerja yang akan Usaha untuk menjelaskan rahasia
dicapai organisasi. kesuksesan bisnis bahwa cara terbaik untuk
Dalam dunia kerja komitmen karyawan memotivasi orang-orang mencapai komitmen
memiliki pengaruh yang sangat penting, bahkan penuh pada nilai-nilai organisasi adalah melalui
ada beberapa organisasi yang berani memasukkan kepemimpinan (leadership) dan keterlibatan.
unsur komitmen sebagai salah satu syarat untuk Pendekatan ini seringkali disebut pendekatan
memegang jabatan/posisi yang ditawarkan dalam Heart and Minds (Armstrong, 1999).
iklan lowongan kerja. Setiap pegawai memiliki Pendekatan untuk menjelaskan mengenai
dasar dan perilaku yang berbeda tergantung pada komitmen organisasi oleh Shepperd dan Mathew
komitmen organisasi yang dimiliknya. Pegawai (2000) dikelompokkan menjadi empat pendekatan,
yang memiliki komitmen tinggi akan melakukan yakni:
usaha yang maksimal dan keinginan yang kuat a. Pendekatan Berdasarkan Sikap (Attitudinal
untuk mencapai tujuan organisasi. Sebaliknya Approach)
Pegawai yang memiliki komitmen rendah akan Komitmen menurut pendekatan ini,
melakukan usaha yang tidak maksimal dengan menunjuk pada permasalahan keterlibatan dan
keadaan terpaksa. loyalitas. Menurut Mowday dan Potter dalam
Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan Armstrong (1999) komitmen adalah identifikasi
komitmen sebagai suatu keadaan dimana seorang yang relatif kuat serta keterlibatan dari individu
individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan terhadap organisasi tertentu. Ada 3 faktor yang
dan keinginannya untuk mempertahankan tercakup di dalamnya, yakni:
keanggotaannya dalam organisasi. Mathis dan 1. Keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota
Jackson dalam Sopiah (2008) mendefinisikan organisasi.
komitmen organisasional sebagai derajat dimana 2. Keyakinan kuat dan penerimaan terhadap nilai-
karyawan percaya dan mau menerima tujuan- nilai dan serta tujuan dari organisasi.
tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak 3. Penerimaan untuk melakukan usaha-usaha
akan meninggalkan organisasinya sesuai dengan organisasi.
Selanjutnya menurut Aranya et.al dalam Mowday dalam Sabrina (2011)
Prasetyono dan Kompyurini (2007) mengemukakan bahwa komitmen organisasi
mendefinisikan komitmen sebagai: terbangun apabila masing-masing individu
1. Keyakinan dan penerimaan tujuan dan nilai mengembangkan tiga sikap yang saling
organisasi. berhubungan terhadap organisasi, yang antara lain
2. Kemauan untuk berusaha atau bekerja untuk adalah:
kepentingan organisasi. 1. Identifikasi (identification), yaitu pemahaman
3. Hasrat untuk menjaga keanggotaan organisasi. atau penghayatan terhadap tujuan organisasi.
Argyris dalam Sukarno dan Prasetyohadi 2. Keterlibatan (involvement), yaitu perasaan
(2004) membagi komitmen menjadi dua, yaitu terlibat dalam suatu pekerjaan atau perasaan
komitmen internal dan komitmen eksternal. bahwa pekerjaan tersebut adalah
Komitmen internal merupakan komitmen yang menyenangkan.
berasal dari diri karyawan untuk menyelesaikan 3. Loyalitas (loyality), yaitu perasaan bahwa
berbagai tugas, tanggung jawab dan wewenang organisasi adalah tempatnya bekerja dan
berdasarkan pada alasan dan motivasi yang tinggal.
dimiliki. Komitmen eksternal dibentuk oleh
7
Seseorang yang memiliki komitmen tinggi predisposisi personal dan intervensi organisasi.
akan memiliki identifikasi terhadap organisasi, Ini mengandung arti bahwa perusahaan atau
terlibat sungguh-sungguh dalam pekerjaannya dan organisasi dapat memilih individu yang
ada loyalitas serta afeksi positif terhadap memiliki komitmen tinggi, dan bahwa
organisasi. Selain itu tampil tingkah laku berusaha organisasi dapat melakukan apa saja agar
kearah tujuan organisasi dan keinginan untuk tetap karyawan atau anggotanya menjadi lebih
bergabung dengan organisasi dalam jangka waktu berkomitmen.
lama. d. Pendekatan Komitmen Organisasi Berdasarkan
b. Pendekatan Komitmen Organisasi Multi Perilaku
Dimensi (The Multidimensional Approach) Pendekatan ini menitikberatkan
Menurut Allen dan Meyer (1990) dalam pandangan bahwa investasi karyawan (berupa
Prasetyono dan Kompyurini (2007), ada tiga waktu, pertemanan, pensiun) pada organisasi
komponen yang mempengaruhi komitmen membuat mereka terikat untuk loyal terhadap
organisasi, sehingga karyawan memilih tetap organisasi tersebut. Kanter mendefinisikan
atau meninggalkan organisasi berdasar norma pandangan komitmen organisasi sebagai profit
yang dimilikinya. Tiga komponen tersebut associated with continued participation and a
adalah: `cost' associated with leaving (Suliman dan
1. Affective commitment, yang berkaitan dengan Iles, 2000).
adanya keinginan untuk terikat pada organisasi. Komitmen organisasi dapat tercipta
Individu menetap dalam organisasi karena apabila individu dalam organisasi sadar akan
keinginan sendiri. Kunci dari komitmen ini hak dan kewajibannya dalam organisasi tanpa
adalah want to. melihat jabatan dan kedudukan, hal ini
2. Continuance commitment, adalah suatu disebabkan pencapaian tujuan organisasi
komitmen yang didasarkan akan kebutuhan merupakan hasil kerja semua anggota
rasional. Dengan kata lain, komitmen ini organisasi yang bersifat kolektif. Penelitian
terbentuk atas dasar untung rugi, yang dilakukan oleh Kouzes menemukan
dipertimbangkan atas apa yang harus bahwa kredibilitas yang tinggi akan mampu
dikorbankan bila akan menetap pada suatu menghasilkan suatu komitmen dan hanya
organisasi. Kunci dari komitmen ini adalah dengan komitmen yang tinggi, suatu organisasi
kebutuhan untuk bertahan (need to). mampu menghasilkan bisnis yang baik
3. Normative Commitment, adalah komitmen yang (Riyanto, 2002).
didasarkan pada norma yang ada dalam diri Menurut Armstong (1992) dalam Nasution
karyawan, berisi keyakinan individu akan (2006), ada 3 pilar besar dalam komitmen. Ketiga
tanggung jawab terhadap organisasi. Ia merasa pilar itu meliputi:
harus bertahan karena loyalitas. Kunci dari 1. Adanya perasaan menjadi bagian dari
komitmen ini adalah kewajiban untuk bertahan organisasi (a sense of belonging to the
dalam organisasi (ought to). organization).
c. Pendekatan Komitmen Organisasi Normatif Untuk mencapai rasa memiliki tersebut, maka
(The Normative Approach) salah satu pihak dalam manajemen harus
Weiner (1982) dalam Shepperd dan mampu membuat anggota:
Mathew (2000) menyatakan bahwa perasaan a. Mampu mengidentifikasikan dirinya terhadap
akan komitmen terhadap organisasi diawali organisasi.
oleh keyakinan akan identifikasi organisasi dan b. Merasa yakin bahwa apa yang
digeneralisasikan terhadap nilai-nilai loyalitas dilakukannya/pekerjaannya adalah berharga
dan tanggung jawab. Menurut Weiner, bagi organisasi tersebut.
komitmen organisasi dapat dipengaruhi oleh c. Merasa nyaman dengan organisasi tersebut
8
d. Merasa mendapat dukungan yang penuh dari Budaya Organisasi
organisasi dalam bentuk misi yang jelas (apa Sebagai makhluk sosial, anggota tidak
yang direncanakan untuk dilakukan), nilai-nilai lepas dari berbagai nilai dan norma yang berlaku
yang ada (apa yang diyakini sebagai hal yang di dalam organisasi. Budaya organisasi dapat
penting oleh manajemen) dan norma-norma mempengaruhi cara anggota dalam bertingkah
yang berlaku (cara-cara berperilaku yang bisa laku, cara menggambarkan pekerjaan, dan cara
diterima oleh organisasi). bekerja dengan anggota lain. Dalam setiap
2. Adanya ketertarikan atau kegairahan terhadap organisasi, budaya organisasi selalu diharapkan
pekerjaan (a sense of excitement in the job). baik karena baiknya budaya organisasi akan
Perasaan seperti ini bisa dimunculkan dengan berhubungan dengan berhasil tidaknya organisasi
cara: mencapai tujuannya. Budaya organisasi yang
a. Mengenali faktor-faktor motivasi intrinsik positif akan memacu organisasi ke arah yang lebih
dalam mengatur desain pekerjaan (job design). baik. Sebaliknya budaya organisasi yang negatif
b. Kualitas kepemimpinan. akan memberi dampak yang negatif bagi
c. Kemauan dari manajer dan supervisor untuk organisasi. Oleh sebab itu, apabila budaya
mengenali bahwa motivasi dan komitmen organisasinya baik maka kinerja yang akan dicapai
anggotanya bisa meningkat jika ada perhatian pasti juga akan baik. Hal ini didukung dengan
terus menerus, memberi delegasi atas penelitian yang dilakukan fajrina (2009) yang
wewenang serta memberi kesempatan serta menyimpulkan bahwa budaya organisasi
ruang yang cukup bagi anggota untuk berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi.
menggunakan keterampilan dan keahliannya Menurut Robbins (1995) budaya organisasi
secara maksimal (Nasution, 2006). adalah suatu sistem pengertian yang diterima
Kurangnya komitmen terhadap organisasi dan secara bersama perihal pola mengenai
nilai-nilai dari organisasi adalah penyebab kepercayaan, ritual, mitos praktek yang lebih
utama dari turn over yang tinggi (Nasution, berkembang sejak beberapa lama.
2006). Menurut Gibson, dkk dalam Rahmiati
3. Adanya rasa memiliki terhadap organisasi (2004) mengatakan bahwa budaya organisasi
(ownership) adalah suatu sistem nilai dengan keyakinan
Rasa memiliki bisa muncul jika anggota merasa bersama yang menghasilkan norma, perilaku, nilai
bahwa mereka benar-benar diterima menjadi (apa yang penting) dan keyakinan (bagaimana cara
bagian atau kunci penting dari organisasi. kerjanya) berintegrasi menimbulkan norma
Konsep penting dari ownership akan meluas bagaimana kita harus melakukan sesuatu.
dalam bentuk partisipasi dalam membuat Organisasi yang sukses tampak memiliki
keputusan-keputusan dan mengubah praktek budaya yang kuat yang dapat menarik, memelihara
kerja, yang pada akhirnya akan mempengaruhi dan mengimbali orang yang berhasil
keterlibatan anggota. Jika anggota merasa melaksanakan peranannya dalam mencapai tujuan.
dilibatkan dalam membuat keputusan- Budaya organisasi yang kuat tidak terbentuk
keputusan dan jika mereka merasa ide-idenya dengan sendirinya, pimpinan memegang peran
didengar dan jika mereka merasa memberi penentu dalam membentuk budaya dari organisasi
kontribusi yang ada pada hasil yang dicapai, yang dipimpinnya. Budaya organisasi adalah "soft
maka mereka akan cenderung menerima side" sedangkan "hard side" meliputi struktural,
keputusan-keputusan atau perubahan yang sistem produksi, teknologi, dan desain.
dilakukan. Hal ini dikarenakan mereka merasa Ilustrasinya, kita tidak mungkin menerapkan
dilibatkan, bukan karena dipaksa (Nasution, teknologi maju, kalau tidak didukung dengan
2006). budaya yang memadai.

9
Schein dalam Sigit Soehardi (2003) Yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan atau
mendefenisikan budaya organisasi sebagai pola indepedensi yang dipunyai setiap anggota
asumsi-asumsi dasar yang oleh suatu kelompok organisasi dalam mengemukakan pendapat.
tertentu telah ditemukan, dibuka, atau Inisiatif individual tersebut perlu dihargai oleh
dikembangkan melalui pelajaran untuk kelompok atau pimpinan suatu organisasi
memecahkan masalah-masalah adaptasi eksternal sepanjang menyangkut ide untuk memajukan
dan integrasi internal, dan yang berjalan cukup organisasi dan memberikan pelayanan bagi
lama untuk dipandang sahih, dan oleh sebab itu masyarakat.
diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai 2. Toleransi terhadap tindakan beresiko
cara yang benar untuk memandang, berpikir dan Suatu budaya organisasi dikatakan baik
merasa dalam kaitannya dengan masalah-masalah apabila dapat memberikan toleransi kepada
tersebut. Sedangkan Robbins (1991) dalam Yayat anggota atau para pegawai agar dapat
(2004) mendefenisikan budaya organisasi sebagai bertindak agresif dan inovatif dalam rangka
persepsi umum yang dibentuk oleh anggota memberikan pelayanan kepada masyarakat
organisasi untuk membedakan organisasi tersebut serta berani mengambil resiko terhadap apa
dari organisasi yang lain. Secara mendasar budaya yang dilakukannya.
organisasi adalah ”aturan main” dalam organisasi 3. Pengarahan
itu. Pengarahan dimaksudkan sejauh mana
Dari beberapa ahli tersebut pada umumnya organisasi dapat menciptakan dengan jelas
berpendapat bahwa yang disebut budaya sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran
organisasi adalah common understanding dan harapan tersebut jelas tercantum dalam
(pengertian kebersamaan) para anggota-anggota visi, misi, dan tujuan organisasi. Kondisi ini
organisasi untuk berperilaku sama baik diluar dapat berpengaruh terhadap kinerja
maupun didalam organisasinya. organisasi.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat 4. Integrasi
disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan Integrasi dimaksudkan sejauh mana organisasi
suatu sistem yang berisikan norma-norma dapat mendorong unit-unit organisasi untuk
berperilaku, sosial dan moral yang dianut oleh bekerja secara terkoordinasi. Kekompakan
setiap individu didalamnya untuk mengarahkan unit-unit tersebut dapat mendorong kualitas
tindakan mereka dalam mencapai tujuan dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.
organisasi. Budaya organisasi juga merupakan 5. Dukungan pimpinan
keyakinan instansi untuk menyelesaikan pekerjaan Dukungan pimpinan dimaksudkan sejauh
secara maksimal dan membentuk cara berfikir dari mana pimpinan dapat memberikan
instansi tersebut. Selain itu, budaya organisasi komunikasi atau arahan, bantuan serta
dapat berupa norma-norma sosial, perilaku, dan dukungan yang jelas terhadap bawahan.
moral serta pola asumsi yang dikembangkan oleh 6. Kontrol
kelompok tertentu yang bertujuan untuk Alat kontrol yang dapat dipakai adalah
membentuk tingkah laku sehari-hari suatu instansi peraturan-peraturan atau norma-norma yang
pemerintahan daerah dalam melaksanakan berlaku di dalam suatu organisasi.
pekerjaan dan menyelesaikan serta mengambil 7. Identitas
keputusan dalam pemerintahan daerah. Dimaksudkan untuk sejauh mana para
Karakteristik-karakteristik budaya anggota suatu organisasi atau perusahaan
organisasi menurut Robbin dalam Rommy (2011) dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai
adalah: suatu kesatuan dalam organisasi dan bukan
1. Inisiatif Individual sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian
profesional tertentu.
10
8. Pemberian penghargaan Robbins (2002) mengemukakan bahwa
Sejauh mana organisasi memberikan terbentuknya budaya organisasi tidak terlepas dari
penghargaan kepada pegawai yang didasarkan pendirinya. Para pendiri suatu organisasi secara
atas prestasi kerja pegawai, bukan didasarkan tradisonal mempunyai dampak utama pada budaya
atas senioritas, sikap pilih kasih, dan dini organisasi tersebut. Tiga kekuatan memainkan
sebagainya. bagian sangat penting dalam mepertahankan suatu
9. Toleransi terhadap konflik budaya: praktek seleksi, tindakan manajemen
Sejauh mana para pegawai atau karyawan di puncak dan metode sosialisasi. Ketiga kekuatan
dorong untuk mengemukakan konflik dan tersebut bagaimanapun sangat tergantung pada
kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat keputusan final yang berada di tangan pimpinan.
merupakan fenomena yang sering terjadi Menurut Rivai dalam Rahmiati (2009)
dalam suatu organisasi. Namun perbedaan budaya melakukan sejumlah fungsi didalam
pendapat dan kritik tersebut bisa digunakan sebuah organisasi yaitu:
untuk melakukan perbaikan atau perubahan 1. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan
strategi untuk memberikan pelayanan yang tapal batas, artinya budaya menciptakan
maksimal kepada masyarakat. perbedaan yang jelas antara satu organisasi
10. Pola komunikasi dengan organisasi lain.
Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh 2. Budaya memberikan identitas bagi para
hierarki kewenangan yang formal. Kadang- anggota organisasi.
kadang hierarki kewenangan dapat 3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen
menghambat terjadinya pola komunikasi luas dan pada kepentingan individu.
antara atasan dan bawahan atau antar 4. Budaya meningkatkan kemantapan sistem
karyawan itu sendiri. sosial.
Budaya organisasi mempunyai pengaruh 5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna
terhadap keefektifan suatu organisasi terutama dan kendali yang memandu serta membentuk
pada organisasi yang mempunyai budaya yang sikap dan perilaku anggota.
sesuai dengan strategi dan dapat meningkatkan Menurut Lako (2004) budaya organisasi
komitmen karyawan terhadap organisasi. Kotter & yang ideal untuk suatu organisasi harus memiliki
Heskett dalam Tjahyono (2004) mengatakan sedikitnya dua sifat berikut:
bahwa budaya organisasi diyakini sebagi salah 1. Kuat (strong) artinya budaya organisasi yang
satu faktor kunci penentu (key variable factors) dibangun atau dikembangkan harus mampu
kesuksesan keefektifan organisasional. mengikat dan mempengaruhi perilaku para
Schein dalam Tjahyono (2004) individu, perilaku organisasi untuk
menggambarkan pemimpin sebagai kreator dan menyelesaikan antara tujuan individu dan
manipulator budaya. Kemudian Schein tujuan kelompok mereka dan tujuan organisasi.
memperjelas bagaimana hubungan antara 2. Dinamis dan adaptif (dynamic and adaptive)
pimpinan dengan budaya organisasi. Menurutnya artinya budaya organisasi yang dibangun
para pemimpin mempunyai potensi paling besar fleksibel dan responsif terhadap dinamika
dalam menanamkan dan meperkuat aspek-aspek lingkungan internal dan eksternal organisasi.
budaya melalui lima mekanisme, meliputi:
1. Perhatian. Kepuasan Kerja (Job Satisfaction)
2. Reaksi terhadap krisis. Pada dasarnya kebutuhan hidup manusia
3. Pemodelan peran. tidak hanya berupa materi tetapi juga bersifat non
4. Alokasi imbalan-imbalan. materi seperti kebanggaan dan kepuasan kerja
5. Kriteria menseleksi dan memberhentikan. yang akan mempengaruhi kepuasan hidupnya.
Kepuasan ini bersifat abstrak, tidak terlihat dan
11
hanya dapat ditemukan sampai sejauh mana hasil bukanlah suatu konsep tunggal, sebaliknya
kerja memenuhi harapan seseorang. Davis dalam seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek
purbo (2008) mendefinisikan kepuasan kerja dari pekerjaannya dan tidak puas dengan salah
sebagai perasaan anggota tentang menyenangkan satu atau beberapa aspek lainnya.
atau tidaknya pekerjaan mereka yang merupakan Herzberg dalam Hasibuan (2003)
hasil persepsi pengalaman selama masa kerjanya. berpendapat ada empat faktor yang mempengaruhi
Penilaian individu terhadap posisinya sekarang kepuasan kerja seseorang. Faktor-faktor dalam
dan merasakan tidak puas dapat memicu seseorang kepuasan kerja, yaitu:
untuk mencari pekerjaan di tempat lain. 1. Faktor Psikologik, berhubungan dengan
Kepuasan kerja menggambarkan perasaan kejiwaan anggota, dengan dimensi: (a) minat,
seorang individu terhadap pekerjaannya. Pekerjaan (b) ketentraman dalam bekerja, (c) sikap
menuntut interaksi dengan rekan sekerja atau terhadap kerja, (d) bakat dan keterampilan.
atasan, mengikuti aturan dan kebijakan organisasi 2. Faktor Sosial, berhubungan dengan interaksi
serta memenuhi standar kerja. Sikap seseorang sosial, dengan dimensi: (a) interaksi sesama
terhadap pekerjaan menggambarkan pengalaman karyawan, (b) interaksi dengan atasan, (c)
yang menyenangkan dan juga tidak interaksi dengan anggota yang berbeda jenis
menyenangkan serta berhubungan juga dengan pekerjaannya.
harapan di masa mendatang. Kepuasan kerja dari 3. Faktor Fisik, berhubungan dengan kondisi fisik
masing-masing individu berlainan, karena lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan,
memang pada dasarnya kepuasan kerja bersifat dengan dimensi: (a) jenis pekerjaan, (b)
individual dimana masing-masing individu akan pengaturan waktu dan waktu istirahat, (c)
memiliki tingkat kepuasan kerja yang berlainan perlengkapan kerja, (d) keadaan ruangan, suhu,
sesuai dengan perasaan individu masing-masing. penerangan, pertukaran udara, (e) kondisi
Tiffin (2000) mengemukakan bahwa kesehatan anggota, umur dan sebagainya.
kepuasan kerja berhubungan dengan sikap dari 4. Faktor Finansial, berhubungan dengan jaminan
anggota terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi serta kesejahteraan anggota, dengan dimensi:
kerja, kerjasama antara pimpinan dan sesama (a) sistem dan besarnya gaji, (b) jaminan sosial,
pimpinan dan sesama karyawan. Locke dan (c) macam-macam tunjangan/fasilitas yang
Luthans dalam Rizki (2011) berpendapat bahwa diberikan, (d) promosi dan sebagainya.
kepuasan kerja adalah perasaan pekerja atau
karyawan yang berhubungan dengan Penelitian Terdahulu
pekerjaannya, yaitu merasa senang atau tidak Penelitian yang berkaitan dengan
senang, sebagai hasil penilaian individu yang pengaruh komitmen organisasi, budaya organisasi,
bersangkutan terhadap pekerjaannya. dan kepuasan kerja terhadap kinerja organisasi
Herzberg dalam Hasibuan (2003) publik telah dilakukan oleh beberapa peneliti
mengemukakan bahwa istilah kepuasan kerja (job sebelumnya. Antara lain sebagai berikut:
satisfaction) dapat didefinisikan sebagai suatu 1. Hariyanto (2005)
perasaan positif yang merupakan hasil dari sebuah Hariyanto (2005) melakukan penelitian tentang
evaluasi karakteristiknya. Kepuasan kerja pengaruh motivasi, kompensasi, dan kepuasan
merupakan hal yang bersifat individual. Setiap kerja terhadap kinerja pegawai dinas
individu mempunyai tingkat kepuasan yang pendidikan dan kebudayaan kabupaten
berbeda-beda, seperti yang didefinisikan oleh Karanganyar. Dia berpendapat bahwa motivasi,
Kreitner & Kinicki (2005), bahwa kepuasan kerja kompensasi, dan kepuasan kerja berpengaruh
sebagai efektivitas atau respons emosional positif terhadap kinerja.
terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi ini 2. Prasetyono dan Kompyurini (2007)
mengandung pengertian bahwa kepuasan kerja
12
Prasetyono dan Kompyurini (2007) melakukan motivasi kerja, dan gaya kepemimpinan
penelitian tentang analisis kinerja rumah sakit berpengaruh signifikan terhadap kinerja.
daerah dengan pendekatan balanced scorecard 6. Normansyah (2010)
berdasarkan komitmen organisasi, Normansyah (2010) melakukan penelitian
pengendalian intern dan penerapan prinsip- tentang analisis pengaruh karakteristik individu
prinsip good corporate governance. Hasil dari dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai
penelitian tersebut adalah komitmen organisasi, di Universitas Asahan Kisaran. Dia
pengendalian intern dan penerapan prinsip- menyimpulkan karakteristik individu dan
prinsip good corporate governance secara budaya organisasi berpengaruh sangat
simultan berpengaruh positif dan signifikan signifikan (high significant) terhadap kinerja
terhadap kinerja RSD. Tapi secara parsial pegawai.
komitmen organisasi, pengendalian intern dan 7. Rommy Afrinaldo (2011)
penerapan prinsip-prinsip good corporate Rommy (2011) melakukan penelitian tentang
governance secara parsial berpengaruh positif pengaruh komitmen organisasi dan budaya
tidak signifikan terhadap kinerja RSD. organisasi terhadap kinerja instansi pemerintah
3. Prasetyono dan Kompyurini (2008) di Kota Payakumbuh. Dia menyimpulkan
Prasetyono dan Kompyurini (2008) melakukan bahwa komitmen organisasi dan budaya
penelitian tentang analisis kinerja rumah sakit organisasi berpengaruh signifikan positif
daerah berdasarkan budaya organisasi, terhadap kinerja instansi pemerintah.
komitmen organisasi dan akuntabilitas
publik. Budaya organisasi, komitmen Pengembangan Hipotesis
organisasi dan akuntabilitas publik secara 1. Hubungan Antara Komitmen Organisasi
simultan berpengaruh positif dan signifikan dengan Kinerja Organisasi Publik.
terhadap kinerja RSD dalam kategori kuat. Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan
Secara parsial budaya organisasi dan komitmen sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sedangkan
organisasi berpengaruh positif dalam kategori komitmen adalah perjanjian (keterikatan) untuk
rendah dan signifikan terhadap kinerja RSD, melakukan sesuatu (kontrak) dengan penuh rasa
namun akuntabilitas publik berpengaruh positif tanggung jawab.
dalam kategori rendah dan tidak signifikan Komitmen organisasi adalah komitmen
terhadap kinerja RSD. yang diciptakan oleh semua komponen-komponen
4. Tjahjono dan Gunarsih (2008) individual dalam menjalankan operasional
Tjahjono dan Gunarsih (2008) melakukan organisasi. Komitmen tersebut dapat terwujud
penelitian pengaruh motivasi kerja dan apabila individu dalam organisasi, menjalankan
budaya organisasi terhadap kinerja pegawai di hak dan kewajiban mereka sesuai dengan tugas
lingkungan dinas bina marga provinsi Jawa dan fungsinya masing-masing dalam organisasi,
Tengah. Mereka berpendapat bahwa motivasi karena pencapaian tujuan organisasi merupakan
kerja dan budaya organisasi secara bersama- hasil kerja semua anggota organisasi yang bersifat
sama berpengaruh secara signifikan terhadap kolektif. Penelitian yang dilakukan oleh Kouzes
kinerja pegawai. dalam Rommy (2011), menunjukkan bahwa
5. Rachmawati (2009) kredibilitas yang tinggi mampu menghasilkan
Rachmawati (2009) melakukan penelitian suatu komitmen, dan hanya dengan komitmen
tentang pengaruh komitmen organisasi, yang tinggi, suatu instansi pemerintahan mampu
motivasi kerja, dan gaya kepemimpinan menghasilkan kinerja yang baik. Hal ini juga
terhadap kinerja karyawan bidang keuangan didukung oleh penelitian yang dilakukan Ivano
pada pemda kabupaten Sukoharjo. Dia (2009) yang menyatakan bahwa komitmen
mengemukakan bahwa komitmen organisasi,
13
organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja pengaruh terhadap kinerja organisasi. Penelitian
organisasi publik. yang dilakukan oleh Primanda (2008)
Angel dan Perry (1981) mengemukakan berkesimpulan bahwa budaya organisasi
bahwa komitmen organisasi yang kuat akan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi.
mendorong para individu untuk berusaha lebih Penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian
keras dalam mencapai tujuan organisasi. Sehingga Fajrina (2009) yang menyimpulkan bahwa budaya
komitmen yang tinggi menjadikan individu lebih organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja
mementingkan organisasi dari pada kepentingan organisasi.
pribadi dan berusaha menjadikan organisasi
menjadi lebih baik lagi. 3. Hubungan Antara Kepuasan Kerja dengan
Jadi antara komitmen organisasi dengan Kinerja Organisasi Publik.
kinerja terdapat pengaruh yang positif dimana Kepuasan kerja adalah kondisi yang
kinerja yang baik pastinya dilatar belakangi oleh dirasakan seorang pekerja dalam melakukan
komitmen yang kuat. Komitmen organisasi yang pekerjaannya. Hal tersebut menggambarkan
buruk tidak menghasilkan kinerja yang tinggi. senang tidaknya seorang anggota bekerja pada
Jadi, semakin tinggi derajat komitmen organisasi sebuah organisasi. Dalam equity theory yang
semakin tinggi pula kinerja yang dicapainya. dijelaskan oleh Herzberg dalam Hasibuan (2003)
berawal dari adanya ketidakpuasan kerja yang
2. Hubungan Antara Budaya Organisasi muncul dari seorang individu dalam
dengan Kinerja Organisasi Publik. membandingkan antara memberikan sesuatu
Budaya organisasi mengikat para karyawan (input) dalam pertukaran untuk sesuatu yang lain
yang bekerja di dalamnya untuk berperilaku sesuai (output) dan merasa bahwa posisinya tidak adil.
dengan budaya organisasi yang ada. Apabila Kemudian aspek kepuasan kerja akan
pengertian ini ditarik ke dalam organisasi, maka muncul dimana individu membandingkan apa
seperangkat norma sudah menjadi budaya dalam yang telah dia kerjakan (input), harus memiliki
organisasi sehingga karyawan harus bersikap dan nilai yang sama atau sebanding dengan yang dia
bertingkah laku sesuai dengan budaya yang ada harapkan (output). Apabila yang diharapkan
tanpa merasa terpaksa. Keberadaan budaya dalam individu tidak memiliki nilai yang sama atau tidak
organisasi akan menjadi perekat dan pedoman dari sebanding dari yang telah dia kerjakan maka
seluruh kebijakan perusahaan serta tuntutan individu tersebut akan menjadi tidak puas.
operasional bagi aspek-aspek lain dalam Sebaliknya, apabila yang diharapkan individu
organisasi. Jika nilai-nilai budaya telah menjadi memiliki nilai yang sama atau sebanding dari yang
pedoman dalam pembuatan aturan organisasi, telah dia kerjakan maka individu tersebut merasa
maka budaya perusahaan akan mampu puas. Bila kepuasan kerja terjadi, maka perasaan
memberikan kontribusi terhadap kinerja organisasi tersebut tercermin pada sikap dan perilaku positif
(Sheridan,1992). Hal tersebut berarti bila budaya anggota terhadap pekerjaannya. Anggota akan
organisasinya baik maka kinerja organisasi juga melaksanakan pekerjaannya dengan sungguh-
akan baik. sungguh dan segala sesuatu yang dihadapi ataupun
Budaya organisasi adalah sistem nilai-nilai ditugaskan kepadanya akan dilakukan dengan
yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan baik. Apabila anggota melakukan pekerjaannya
yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan dengan baik, maka kinerja organisasi akan
secara berkesinambungan, berfungsi sebagai menjadi baik pula. Hal tersebut berarti apabila rasa
sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan puas seseorang tinggi maka kinerja organisasi juga
berperilaku dalam perusahaan untuk mencapai akan tinggi.
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, sehingga Kepuasan kerja adalah efek atau respon
secara langsung ataupun tidak langsung memiliki berupa rasa emosional dari individu terhadap
14
berbagai aspek yang ada di dalam sebuah 3. METODE PENELITIAN
organisasi. Aspek tersebut dapat berupa rasa Jenis Penelitian
senang atau tidak senang, situasi kerja, interaksi Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan
dengan orang lain, dan perasaan nyaman akan yang telah dijelaskan pada bab terdahulu, maka
pekerjaannya itu. Sehingga faktor tersebut penelitian ini tergolong penelitian kausatif.
memberikan rasa puas kepada individu, dan Menurut Sugiyono (2004), penelitian kausatif
menjadikan individu itu bekerja lebih keras dan merupakan penelitian hubungan yang bersifat
mampu meningkatkan kinerja organisasi. Lawler sebab akibat. Penelitian kausatif merupakan tipe
dalam Rizki (2011) menyatakan bahwa terdapat penelitian dengan karakteristik masalah berupa
hubungan positif antara kepuasan kerja dengan sebab akibat antara dua variabel atau lebih.
kinerja organisasi publik. Penelitian tersebut juga Sehingga tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
didukung oleh penelitian Verawati (2009) yang melihat bagaimana pengaruh suatu variabel
menyimpulkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap variabel lainnya.
positif terhadap kinerja organisasi publik.
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini penulis mengambil
populasi pada SKPD yang ada di lingkungan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Kerinci.
Gambar Kerangka Konseptual Penentuan sampel ditetapkan dengan teknik total
sampling. Responden dalam penelitian ini adalah
Komitmen Kepala SKPD, Kepala Sub Bagian, Kepala
Organisasi Bidang/Kepala Seksi, dan staf bagian anggaran
pada 60 SKPD di Pemerintah Daerah Kabupaten
(
Budaya Kinerja Organisasi Kerinci yang dianggap mampu untuk
Organisasi Publik menggambarkan kinerja pemerintah daerah dari
( setiap instansi secara keseluruhan.
Kepuasan
Kerja Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini ialah data
Gambar 1. Diagram Hubungan antar Variabel Penelitian
subjek. Sumber data dalam penelitian ini adalah
data primer. Data primer merupakan data
Hipotesis penelitian yang diperoleh langsung dari sumber
Berdasarkan teori dan latar belakang
asli (tidak melalui media perantara).
permasalahan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis
Teknik Pengumpulan Data
penelitian sebagai berikut:
Teknik pengumpulan data yang digunakan
H1: Terdapat pengaruh signifikan positif
dalam penelitian ini adalah dengan menyebar
Komitmen Organisasi terhadap Kinerja
kuesioner. Kuesioner diberikan langsung kepada
Organisasi Publik.
responden dan untuk pengembaliannya akan
H2: Terdapat pengaruh signifikan positif Budaya
dijemput sendiri oleh peneliti pada waktu yang
Organisasi terhadap Kinerja Organisasi
telah ditentukan.
Publik.
H3: Terdapat pengaruh signifikan positif Variabel Penelitian
Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Organisasi 1. Variabel Terikat (Y).
Publik. Dalam penelitian ini variabel terikatnya
adalah Kinerja Organisasi Publik (Y).
15
2. Variabel Bebas (X). dikatakan valid, dimana r tabel untuk n=30 adalah
Dalam penelitian ini yang menjadi 0,361.
variabel bebas (independent variable) adalah 2. Uji Reliabilitas
Komitmen Organisasi (X1), Budaya Organisasi Kuesioner dikatakan reliabel (handal) jika
(X2), dan Kepuasan Kerja (X3). jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
Instrumen Penelitian konsisten atau stabil dari waktu ke waktu
Dalam penelitian ini digunakan kuesioner. Kinerja (Ghozali, 2006). Untuk uji reliabilitas digunakan
dapat dilihat dari: pengujian croanbach alpha menurut Sekaran
1. Masukan/input (2005), dengan kriteria sebagai berikut:
2. Keluaran/output a. Kurang dari 0,6 tidak reliable
3. Hasil/outcome b. 0,6 – 0,7 dapat diterima
4. Manfaat/benefit c. 0,7 – 0,8 baik
5. Dampak/impact d. Lebih dari 0,8 reliabel
Untuk komitmen organisasi dapat dilihat dari:
1. Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan Uji Asumsi Klasik
organisasi 1. Uji Normalitas
2. Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan Uji normalitas dilakukan dengan metode
sungguh-sungguh kolmogorov smirnov, dengan melihat nilai
3. Loyalitas signifikan pada 0,05. Jika nilai signifikan yang
Untuk budaya organisasi dapat dilihat dari: dihasilkan < 0,05 maka data tidak berdistribusi
1. Inisiatif individual normal, jika nilai signifikan yang dihasilkan >
2. Toleransi terhadap tindakan beresiko 0.05 maka data berditribusi normal.
3. Pengarahan 2. Uji Multikolinieritas
4. Integrasi Untuk menguji adanya multikolinieritas
5. Dukungan pimpinan dapat dilihat melalui nilai variance inflantion
6. Kontrol factor (VIF) dan toleransi. Jika VIF < 10 dan
7. Identitas tolerance > 0,1 maka tidak terjadi multikolinieritas
8. Pemberian penghargaan tapi jika VIF > 10 dan tolerance > 0,1 berarti
9. Toleransi terhadap konflik terjadi multikolinieritas.
10. Pola komunikasi 3. Uji heteroskedastisitas
Untuk kepuasan kerja dapat dilihat dari: Untuk mendeteksi adanya
1. Faktor Psikologik heteroskedastisitas dapat menggunakan uji glejser.
2. Faktor Sosial Dalam uji ini, apabila hasilnya sig > 0,05 maka
3. Faktor fisik tidak terdapat gejala heterokedastisitas, model
4. Faktor finansial yang baik ialah tidak terjadi heterokedastisitas.

Uji Instrumen Penelitian Teknik Analisis Data


1. Uji Validitas 1. Analisis Deskriptif
Sebelum dibagikan kuesioner kepada Analisis deskriptif adalah proses
responden, peneliti terlebih dahulu melakukan uji pengolahan data yang telah didapat dari
pendahuluan (pilot test), yang dilakukan pada 30 responden. Data tersebut dianalisis dengan
orang mahasiswa di fakultas ekonomi akuntansi. langkah-langkah sebagai berikut: (a) verifikasi
Untuk melihat validitas dari masing-masing item data yaitu memeriksa kembali kuesioner yang
kuesioner digunakan corrected item-total telah diisi oleh responden untuk memastikan
correlation. Jika r hitung > r tabel maka dapat apakah semua pertanyaan sudah dijawab dengan
lengkap oleh responden, (b) menghitung nilai
16
jawaban yang dilakukan dengan cara: menghitung pengujian hipotesis adalah 95% atau (α) =
frekuensi dari jawaban yang diberikan responden 0,05.
atas setiap item pertanyaan yang diajukan, 2) Koefisien Determinasi (adjusted R2)
menghitung rata-rata skor item, menghitung nilai Uji R2 merupakan uji yang dilakukan
rerata jawaban responden, menghitung nilai terhadap model yang dibentuk dengan tujuan
Tingkat Capai Responden (TCR) dari masing- menjelaskan seberapa besar kontribusi dari
masing kategori jawaban dari deskriptif variabel, variabel bebas yang diteliti terhadap variabel
Lalu nilai persentase dimasukkan ke dalam kriteria terikat. Nilai R2 mempunyai range antara 0
sebagai berikut: sampai dengan 1 (0≤R2≥1). Semakin besar
a. Interval jawaban responden 76-100% kategori nilai R2 maka semakin bagus model regresi
jawaban baik. yang digunakan. Sedangkan semakin kecil
b. Interval jawaban responden 56-75% kategori nilai R2 artinya variable bebas yang
jawaban cukup baik. digunakan terhadap variable terikat semakin
c. Interval jawaban responden <56% kategori kecil.
jawaban kurang baik. b. Uji Hipotesis (Uji t)
2. Pengujian Model Uji statistik t-test pada dasarnya
Alat analisis regresi berganda digunakan menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
untuk melihat pengaruh beberapa variabel variabel penjelas secara individual dalam
independen terhadap variabel dependen. menerangkan variasi variabel terikat.
Persamaan regresi untuk menguji hipotesis Kaidah keputusan :
tersebut adalah sebagai berikut : 1. Jika, thitung > ttabel maka H0 ditolak berarti ada
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e hubungan yang signifikan antara variabel
Dimana : bebas yaitu Komitmen Organisasi, Budaya
Y = Kinerja Organisasi Publik Organisasi, dan Kepuasan Kerja dengan
b = Koefisien regresi dari variabel variabel terikat yaitu Kinerja Organisasi
independen Publik.
a = Konstanta 2. Jika, thitung < ttabel maka H0 diterima berarti
X1 = Komitmen Organisasi tidak ada hubungan yang signifikan antara
X2 = Budaya Organisasi variabel bebas yaitu Komitmen Organisasi,
X3 = Kepuasan Kerja Budaya Organisasi, dan Kepuasan Kerja
e = erorr term dengan variabel terikat yaitu Kinerja
Organisasi Publik.
a. Uji Kelayakan Model Dengan tingkat kepercayaan (α) untuk
1) Uji F pengujian hipotesis adalah 95% atau (α)=
Uji statistik F pada dasarnya 0,05.
menunjukkan apakah semua variabel bebas
dimasukkan dalam model mempunyai Definisi Operasional
pengaruh secara bersama-sama terhadap 1. Kinerja Organisasi Publik
variabel terikat. Uji F statistik digunakan Kinerja merupakan gambaran
untuk melihat apakah model regresi yang pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam
digunakan sudah fixed atau belum, dengan mencapai tujuan, visi dan misi suatu organisasi.
ketentuan jika p value > (α) = 0,05 dan F Pengukuran kinerja organisasi publik dinilai
hitung > F tabel, model tersebut sudah fixed dengan membandingkan tingkat kinerja yang
dan bisa digunakan untuk menguji hipotesis. dicapai dengan standar, rencana, atau target
Dengan tingkat kepercayaan untuk dengan menggunakan indikator kinerja yang
telah ditetapkan.
17
2. Komitmen Organisasi Uji reliabilitas dimaksudkan untuk
Komitmen organisasi adalah dorongan mengukur bahwa instrumen yang digunakan benar
dari dalam diri individu untuk berbuat sesuatu dan bebas dari kesalahan, sehingga diharapkan
agar dapat menunjang keberhasilan organisasi menghasilkan hasil yang konstan. Nilai reliabilitas
sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai
kepentingan organisasi dibandingkan cronbach’s alpha dari masing-masing instrumen
kepentingan pribadi. pentanyaan lebih besar dari 0,6 (Ghozali :2007).
3. Budaya Organisasi Keandalan konsistensi antar item atau
Budaya organisasi merupakan pola koefiesien keandalan Cronbach’s Alpha yang
keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang terdapat pada tabel di atas yaitu untuk instrumen
dipahami, dijiwai dan dipraktekkan oleh variabel kinerja organisasi publik 0,701. Untuk
organisasi sehingga pola tersebut dapat variabel komitmen organisasi 0,714, untuk
memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar variabel budaya organisasi 0,904, dan untuk
aturan perilaku dalam organisasi pemerintahan variabel kepuasan kerja 0,804.
daerah. Sistem nilai organisasi menjadi
landasan dasar bagi setiap anggota didalam Uji Asumsi Klasik
organisasi untuk membuat keputusan dan 1. Uji Normalitas
mengarahkan pegawai untuk mencapai tujuan Pengujian normalitas dapat dilakukan
organisasi. dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-
4. Kepuasan Kerja Smirnov Test, dengan taraf signifikan 0,05 atau
Kepuasan kerja anggota adalah salah 5%. Jika signifikan yang dihasilkan > 0,05 maka
satu aspek yang dapat meningkatkan kinerja distribusi datanya dikatakan normal. Sebaliknya
organisasi, sehingga kepuasan kerja anggota jika signifikan yang dihasilkan < 0,05 maka data
mempengaruhi kinerja unit secara keseluruhan. tidak terdistribusi secara normal.
Kepuasan kerja tersebut diharapkan dapat Dari Tabel hasil uji normalitas menyatakan
mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,669 dengan
yang lebih baik. signifikan 0,762. Berdasarkan hasil tersebut
dinyatakan data yang digunakan dalam penelitian
4. HASIL PENELITIAN DAN dinyatakan berdistribusi normal dan bisa
PEMBAHASAN dilanjutkan untuk diteliti lebih lanjut.
Uji Validitas Dan Reliabilitas Penelitian 2. Uji Multikolinearitas
Uji Validitas Untuk menguji adanya multikolinearitas
Untuk melihat validitas dari masing- dapat dilihat melalui nilai Variance Inflantion
masing item kuesioner, digunakan corrected item- Factor (VIF) dan tolerance value untuk masing-
total correlation. Jika r hitung > r tabel, maka data masing variabel independen. Apabila tolerance
dikatakan valid, dimana r tabel untuk N = 160 value di atas 0,10 dan VIF kurang dari 10 maka
adalah 0,155. dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas.
Untuk instrumen kinerja organisasi publik Hasil nilai VIF yang diperoleh dalam Tabel
diketahui nilai Corrected Item-Total Correlation menunjukkan variabel bebas dalam model regresi
terkecil 0,171. Untuk instrumen komitmen tidak saling berkorelasi. Diperoleh nilai VIF untuk
organisai nilai terkecil 0,205, instrumen budaya masing-masing variabel bebas kurang dari 10 dan
organisasi nilai terkecil 0,348, dan untuk tolerance value berada diatas 0,10. Hal ini
instrumen kepuasan kerja dengan nilai terkecil menunjukkan tidak adanya korelasi antara sesama
sebesar 0,192. variabel bebas dalam model regresi dan
Uji Reliabilitas disimpulkan tidak terdapat masalah

18
multikolinearitas diantara sesama variabel bebas Nilai koefisien variabel X1 yaitu komitmen
dalam model regresi yang dibentuk. organisasi sebesar 0,267 ini berarti bahwa
3. Uji Heterokedatisitas dengan meningkatnya komitmen organisasi satu
Untuk mendeteksi adanya heteros- satuan, maka akan meningkatkan kinerja
kedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji organisasi publik sebesar 0,267 satuan dan
Glejser. Pengujian ini membandingkan signifikan bentuk pengaruh X1 terhadap Y adalah positif.
dari uji ini apabila hasilnya sig > 0,05 atau 5%. c. Koefisien regresi (b) X2
Jika signifikan di atas 5% maka disimpulkan Nilai koefisien variabel X2 yaitu budaya
model regresi tidak mengandung adanya organisasi sebesar 0,090 ini berarti bahwa
heteroskedastisitas. dengan meningkatnya budaya organisasi satu
Berdasarkan Tabel dapat dilihat tidak ada satuan maka akan meningkatkan kinerja
variabel yang signifikan dalam regresi dengan organisasi publik sebesar 0,090 satuan dan
variabel AbsUt. Tingkat signifikansi > α 0,05, bentuk pengaruh X2 terhadap Y adalah positif.
sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi d. Koefisien regresi (b) X3
yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari Nilai koefisien variabel X3 yaitu kepuasan
heterokedastisitas. kerja sebesar 0,184 ini berarti bahwa dengan
meningkatnya kepuasan kerja satu satuan akan
Hasil Penelitian meningkatkan kinerja organisasi publik sebesar
1. Model Estimasi Regresi 0,184 satuan dan bentuk pengaruh X3 terhadap Y
Teknik analisis regresi berganda digunakan adalah positif.
untuk mengetahui besarnya perubahan variabel
terikat yang disebabkan oleh perubahan yang 2. Uji Model
terjadi pada variabel bebas. Kegiatan perhitungan a) Uji F (F Test)
statistik menggunakan SPSS 16. Untuk mengetahui apakah model regresi
Dari hasil pengolahan data SPSS, didapat yang digunakan merupakan model tetap dapat
nilai sig sebesar 0,006 < 0,05 sehingga model dilakukan dengan membandingkan nilai Ftabel dan
regresi yang dipakai dapat digunakan. Dari tabel Fhitung atau membandingkan antara nilai sig dan
dapat dianalisis model estimasi sebagai berikut: α=0,05. Nilai Ftabel untuk n=160 pada α=0,05
KOP= 11,514 + 0,267 KO + 0,090 BO + 0,184 adalah 2,66. Nilai Fhitung adalah 13,119 sedangkan
KK nilai signifikansi adalah 0,000. Dengan demikian,
Dimana: Fhitung > Ftabel dan nilai sig<α 0,05. Hal ini
KOP = Kinerja Organisasi Publik menunjukkan bahwa model regresi yang
KO = Komitmen Organisasi digunakan telah fix.
BO = Budaya Organisasi b) Koefisien Determinasi (Nilai Adjusted R
KK = Kepuasan Kerja Square)
Analisis koefisien determinasi digunakan
Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa: untuk mengetahui persentase variasi variabel
a. Nilai konstanta bebas yang digunakan dalam model mampu
Nilai konstanta yang diperoleh sebesar menjelaskan variasi variabel terikat. Hasil analisis
11,514 yang berarti bahwa jika variabel determinasi dapat dilihat pada output model
komitmen organisasi, budaya organisasi, dan summary dari hasil analisis regresi berganda.
kepuasan kerja adalah nol (0), maka kinerja Berdasarkan hasil output diperoleh angka
organisasi publik adalah sebesar konstanta Adjusted R Square sebesar 0,186 atau 18,6%. Hal
11,514. ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan
b. Koefisien regresi (b) X1 pengaruh variabel bebas (komitmen organisasi,
budaya organisasi, dan kepuasan kerja) mampu
19
menjelaskan 18,6% variasi variabel terikat (kinerja sesuai dengan hasil penelitian sehingga H2 dapat
organisasi publik), sedangkan sisanya sebesar diterima. Dimana semakin baik budaya organisasi
81,4% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel maka semakin baik pula kinerja organisasi publik.
lain yang tidak dimasukkan dalam model Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini dapat
penelitian. membuktikan budaya organisasi (X2) berpengaruh
c) Uji t (t-test) signifikan positif terhadap kinerja organisasi
Uji t statistik (t-test) bertujuan untuk publik.
mengetahui hubungan yang signifikan dari 3) Kepuasan Kerja (X3) berpengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel signifikan positif terhadap Kinerja
terikatnya. Pengujian hipotesis secara parsial Organisasi Publik.
dilakukan dengan cara membandingkan nilai thitung Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan
dengan nilai ttabel. Nilai ttabel dengan α = 0,05 dan membandingkan nilai thitung dan ttabel. Hipotesis
derajat bebas (db) = n-k-1 = 160-3-1 = 156 adalah diterima jika thitung > ttabel atau nilai sig < α 0,05.
1,655. Hal ini dapat dilihat bahwa nilai signifikan sebesar
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 22, 0,007 < α 0,05 dan nilai thitung 2,730 > ttabel 1,655.
maka dapat diketahui pengaruh antara variabel Nilai koefisien β dari variabel X2 bernilai positif
independen secara parsial terhadap variabel yaitu 0,184. Jadi hipotesis yang telah dirumuskan
dependen pada uraian berikut ini : sesuai dengan hasil penelitian sehingga H3 dapat
1) Komitmen Organisasi (X1) berpengaruh diterima. Dimana semakin baik kepuasan kerja
signifikan positif terhadap Kinerja maka semakin baik pula kinerja organisasi publik.
Organisasi Publik. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini dapat
Pengujian hipotesis pertama dilakukan membuktikan kepuasan kerja (X3) berpengaruh
dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel. signifikan positif terhadap kinerja organisasi
Hipotesis diterima jika thitung > ttabel atau nilai sig < publik.
α 0,05. Hal ini dapat dilihat bahwa nilai signifikan
sebesar 0,000 < α 0,05 dan nilai thitung 3,857 > ttabel Pembahasan
1,655. Nilai koefisien β dari variabel X1 bernilai 1. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap
positif yaitu 0,267. Jadi hipotesis yang telah Kinerja Organisasi Publik.
dirumuskan sesuai dengan hasil penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sehingga H1 dapat diterima. Dimana semakin baik komitmen organisasi berpengaruh signifikan
komitmen organisasi maka semakin baik pula positif terhadap kinerja organisasi publik. Semakin
kinerja organisasi publik tersebut. Hal ini baik komitmen organisasi maka kinerja organisasi
menunjukkan bahwa penelitian ini dapat publik yang dihasilkan juga akan semakin
membuktikan bahwa komitmen organisasi (X1) meningkat.
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja Hal ini konsisten dengan teori yang
organisasi publik. dinyatakan oleh Angel dan Perry (1981), yang
2) Budaya Organisasi (X2) berpengaruh mengemukakan bahwa komitmen organisasi yang
signifikan positif terhadap Kinerja kuat akan mendorong para individu untuk
Organisasi Publik. berusaha lebih keras dalam mencapai tujuan
Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan organisasi. Sehingga komitmen yang tinggi
membandingkan nilai thitung dan ttabel. Hipotesis menjadikan individu lebih mementingkan
diterima jika thitung > ttabel atau nilai sig < α 0,05. organisasi dari pada kepentingan pribadi dan
Hal ini dapat dilihat bahwa nilai signifikan sebesar berusaha menjadikan organisasi menjadi lebih
0,001 < α 0,05 dan nilai thitung 3,350 > ttabel 1,655. baik lagi. Jadi antara komitmen organisasi dengan
Nilai koefisien β dari variabel X2 bernilai positif kinerja terdapat pengaruh yang positif dimana
yaitu 0,090. Jadi hipotesis yang telah dirumuskan kinerja yang baik pastinya dilatar belakangi oleh
20
komitmen yang kuat. Komitmen organisasi yang 2. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap
buruk tidak menghasilkan kinerja yang tinggi. Kinerja Organisasi Publik.
Jadi, semakin tinggi derajat komitmen organisasi Hipotesis kedua penelitian ini
semakin tinggi pula kinerja yang dicapainya. menunjukkan bahwa penerapan budaya organisasi
Dilihat dari data distribusi frekuensi untuk berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
variabel komitmen organisasi di mana tingkat organisasi publik. Pengaruh antara penerapan
capaian responden rata-rata untuk variabel tersebut budaya organisasi dengan kinerja organisasi
berada pada kategori baik sehingga komitmen publik adalah bahwa semakin baik penerapan
organisasi dengan semakin baik, maka akan budaya organisasi maka kinerja organisasi publik
membantu pegawai untuk mencapai kinerja yang juga akan tercapai.
semakin meningkat. Dengan mengetahui Hasil penelitian ini konsisten dengan teori
komitmen organisasi tingkat kinerja yang semakin yang dinyatakan oleh Moeljono, yang menyatakan
baik, keterlibatan individu dalam penyusunan bahwa budaya organisasi yang baik menjadi
anggaran akan memahami sasaran yang akan penentu atau determinan dari (1) tata kelola
dicapai oleh anggaran tersebut, serta bagaimana perusahaan yang baik, (2) terbentuk dan
akan mencapainya dengan menggunakan sumber berkembangnya manajemen profesional, (3)
yang ada, selanjutnya target-target anggaran yang kuatnya komitmen tanggung jawab sosial dari
disusun akan sesuai. instansi terhadap lingkungannya dan (4) semangat
Jika dilihat dari tabel distribusi frekuensi, untuk menjaga keunggulan instansi. Budaya
nilai TCR terendah yaitu indikator keinginan Organisasi yang kuat dan luas akan meningkatkan
untuk mempertahankan keanggotaan didalam keberhasilan kinerja organisasi publik. Apabila
organisasi sebesar 80,58% yang menyatakan budaya organisasi suatu instansi lemah pastinya
bahwa pemilihan untuk bekerja di instansi ini membuat kinerja organisasi publik akan jauh
sangat tepat, peduli terhadap instansi, dan instansi untuk mencapai keberhasilan. Jadi antara budaya
ini merupakan pilihan terbaik buat bekerja masih organisasi dengan kinerja organisasi publik
dikategorikan baik. Nilai rerata komitmen terdapat pengaruh yang signifikan (positif) yaitu
organisasi dikategorikan baik dengan nilai TCR semakin baik budaya organisasi maka akan
sebesar 81,89%. Dapat dikatakan bahwa semakin bagus/meningkat kinerja organisasi
komitmen organisasi SKPD pemerintah di publik.
Kabupaten Kerinci dikategorikan baik dan Dilihat dari data distribusi frekuensi untuk
berpengaruh signifikan positif terhadap Kinerja variabel budaya organisasi di mana tingkat capaian
Organisasi Publik. responden rata-rata untuk variabel tersebut berada
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pada kategori baik sehingga budaya organisasi
semakin baik komitmen organisasi dalam suatu dengan semakin baik, maka akan membantu
organisasi sektor publik (SKPD) akan pegawai untuk mencapai kinerja yang semakin
meningkatkan kinerja organisasi publik menjadi meningkat. Dengan mengetahui budaya organisasi
baik, hal ini sesuai dengan penelitian yang tingkat kinerja yang semakin baik, instansi mampu
dilakukan oleh Kouzes (1993:32), menunjukkan menyatukan unit-unit kerja yang ada untuk bekerja
bahwa kredibilitas yang tinggi mampu secara terkoordinasi, serta mampu menghasilkan
menghasilkan suatu komitmen, dan hanya dengan inovasi-inovasi dan perubahan yang baik bagi
komitmen yang tinggi, suatu instansi pemerintahan SKPD, sehingga kinerja organisasi publik menjadi
mampu menghasilkan kinerja yang baik. Hasil baik.
penelitian menunjukkan bahwa komitmen Jika dilihat dari tabel distribusi frekuensi,
organisasi berpengaruh positif dan signifikan nilai TCR terendah yaitu indikator toleransi
terhadap kinerja organisasi publik. terhadap tindakan berisiko sebesar 80,58% yang
menyatakan pegawai diberi pekerjaan yang sulit,
21
atasan memberi bantuan ketika terjadi hambatan Sebaliknya, apabila yang diharapkan individu
dalam pekerjaan, dan pegawai takut apabila tidak memiliki nilai yang sama atau sebanding dari yang
bisa menyelesaikan pekerjaan masih dikategorikan telah dia kerjakan maka individu tersebut merasa
baik. Nilai rerata budaya organisasi dikategorikan puas. Bila kepuasan kerja terjadi, maka perasaan
baik dengan nilai TCR sebesar 82,89%. Dapat tersebut tercermin pada sikap dan perilaku positif
dikatakan budaya organisasi dikategorikan baik anggota terhadap pekerjaannya. Anggota akan
dan berpengaruh signifikan positif terhadap melaksanakan pekerjaannya dengan sungguh-
Kinerja Organisasi Publik. sungguh dan segala sesuatu yang dihadapi ataupun
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ditugaskan kepadanya akan dilakukan dengan
semakin baik budaya organisasi dalam suatu baik. Apabila anggota melakukan pekerjaannya
organisasi sektor publik (SKPD) akan dengan baik, maka kinerja organisasi akan
meningkatkan kinerja organisasi publik menjadi menjadi baik pula. Hal tersebut berarti apabila rasa
baik, hal ini sesuai dengan penelitian yang puas seseorang tinggi maka kinerja organisasi juga
dilakukan oleh Primanda (2008) yang menyatakan akan tinggi.
bahwa budaya organisasi berpengaruh positif Dilihat dari data distribusi frekuensi untuk
terhadap kinerja organisasi. Penelitian tersebut variabel kepuasan kerja di mana tingkat capaian
juga didukung oleh penelitian Fajrina (2009) yang responden rata-rata untuk variabel tersebut berada
menyimpulkan bahwa budaya organisasi pada kategori baik sehingga kepuasan kerja
berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi dengan semakin baik, maka akan membantu
publik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pegawai untuk mencapai kinerja yang semakin
budaya organisasi berpengaruh positif dan meningkat. Dengan mengetahui kepuasan kerja
signifikan terhadap kinerja organisasi publik. tingkat kinerja yang semakin baik, instansi mampu
3. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap menyatukan unit-unit kerja yang ada untuk bekerja
Kinerja Organisasi Publik secara kompeten dan memberikan perubahan yang
Hipotesis ketiga penelitian ini baik bagi SKPD, sehingga kinerja organisasi
menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh publik menjadi baik.
signifikan positif terhadap kinerja organisasi Jika dilihat dari tabel distribusi frekuensi,
publik. Pengaruh antara kepuasan kerja dengan nilai TCR terendah yaitu indikator faktor finansial
kinerja organisasi publik adalah bahwa semakin sebesar 83,19% yang menyatakan semua pegawai
baik tingkat kepuasan kerja pegawai maka kinerja diberikan kesempatan promosi dan dilakukan
organisasi publik juga akan tercapai. secara obyektif masih dikategorikan baik. Nilai
Hasil penelitian ini konsisten dengan teori rerata kepuasan kerja dikategorikan baik dengan
yang dinyatakan oleh Herzberg (2005) berawal nilai TCR sebesar 83,36%. Dapat dikatakan
dari adanya ketidakpuasan kerja yang muncul dari kepuasan kerja dikategorikan baik dan
seorang individu dalam membandingkan antara berpengaruh signifikan positif terhadap Kinerja
memberikan sesuatu (input) dalam pertukaran Organisasi Publik.
untuk sesuatu yang lain (output) dan merasa Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
bahwa posisinya tidak adil. semakin baik komitmen organisasi dalam suatu
Kemudian aspek kepuasan kerja akan organisasi sektor publik (SKPD) akan
muncul dimana individu membandingkan apa meningkatkan kinerja organisasi publik menjadi
yang telah dia kerjakan (input), harus memiliki baik, hal ini sesuai dengan penelitian yang
nilai yang sama atau sebanding dengan yang dia dilakukan oleh Verawati (2009) yang
harapkan (output). Apabila yang diharapkan menyimpulkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh
individu tidak memiliki nilai yang sama atau tidak positif terhadap kinerja organisasi publik. Hasil
sebanding dari yang telah dia kerjakan maka penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja
individu tersebut akan menjadi tidak puas.
22
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Berdasarkan pada pembahasan dan
kinerja organisasi publik. kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan
bahwa :
5. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Sebaiknya pimpinan/kepala bagian SKPD
Kesimpulan memberikan perhatian terus menerus, memberi
Dari hasil pengolahan data dan delegasi atas wewenang, memberi kesempatan
pembahasan terhadap hasil penelitian pengaruh serta ruang yang cukup bagi pegawai untuk
komitmen organisasi, budaya organisasi, dan menggunakan keterampilan dan keahliannya
kepuasan kerja terhadap kinerja organisasi publik, secara maksimal, dan perlunya pemisahan tugas
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : yang jelas dari pelaksana anggaran untuk
1. Komitmen organisasi berpengaruh signifikan menghindari adanya peran ganda pada masing-
positif terhadap kinerja pemerintah Kabupaten masing pegawai sehingga meminimalisir
Kerinci. Dimana semakin baik komitmen terjadinya peristiwa kecurangan dalam
organisasi maka semakin baik pula kinerja melaksanakan tugas, dengan begini kinerja
organisasi publik. instansi dapat menjadi lebih baik.
2. Budaya organisasi berpengaruh signifikan 2. Bagi peneliti selanjutnya bisa menggunakan
positif terhadap kinerja pemerintah Kabupaten pengukuran Balanced Scorecard (BSC) dan
Kerinci. Dimana semakin baik budaya Malcolm Baldridge National Quality Award
organisasi maka semakin baik pula kinerja (MBNQA) sebagai alat pengukuran kinerja
organisasi publik. organisasi publik.
3. Kepuasan kerja berpengaruh signifikan positif 3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
terhadap kinerja pemerintah Kabupaten memperluas populasi dan dilakukan pada lokasi
Kerinci. Dimana semakin baik komitmen yang berbeda sehingga hasil penelitian dapat
organisasi maka semakin baik pula kinerja digeneralisasi lagi.
organisasi publik. DAFTAR PUSTAKA
Keterbatasan Afrinaldo, Rommy. 2011. Pengaruh Komitmen
Meskipun peneliti telah berusaha Organisasi dan Budaya Organisasi
merancang dan mengembangkan penelitian terhadap Kinerja Instansi Pemerintah
sedemikian rupa, namun masih terdapat beberapa
Daerah, Skripsi. Padang: FE UNP
keterbatasan dalam penelitian ini yang masih perlu
direvisi penelitian selanjutnya, antara lain : Angel, H. L. dan J. L. Perry, 1981. “An Empirical
1. Dimana dari model penelitian yang digunakan,
Assesment of Organizational Commitment
diketahui bahwa variabel penelitian yang
digunakan hanya dapat menjelaskan sebesar and Organizational Effectiveness”
18,6%. Sedangkan 81,4% dijelaskan oleh faktor Administrative Science Quarterly 26
lain yang tidak diteliti. Sehingga variabel
penelitian yang digunakan kurang dapat Armstrong, Michael. 1999. The Art of HRD:
menjelaskan pengaruhnya terhadap kinerja Human Resource Manajement (Vol 2).
organisasi publik di Kabupaten Kerinci. London: Grest Publishing House
2. Indikator dan item pernyataan kuesioner pada
penelitian ini kurang dapat mengukur apa yang As’ad, Moh. 2001. Psikologi Motivasi.
diteliti, sehingga perlu perbaikan untuk Yogyakarta: Liberti
penelitian selanjutnya.
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik di
Saran Indonesia. Yogyakarta: UGM
23
Delviana, Eka. 2004. Pengaruh Motivasi, Kurniawan, Moh Rizki Nur. 2011. Pengaruh
Komitmen dan Tingkat Kesulitan Anggaran Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi
dalam Menyusun Anggaran Terhadap dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja
Kinerja Manajerial. Skripsi. Padang: FE Organisasi Publik. Demak: FE Universitas
UNP Diponegoro

Djatmiko, Yayat Hayati. 2004. Perilaku Kreitner, R., & Angelo, K. 1998.
Organisasi. Bandung: Alfabeta Organozational behavior (4th ed).
Boston: The Mc Graw Hill, Inc
Fajrina, Dina Swatu Fraida. 2009. “Analisis
pengaruh kepemimpinan, disiplin kerja dan Lako, Andreas. 2004. Kepemimpinan dan Kinerja
budaya organisasi terhadap kinerja Organisasi Isu Teori dan Solusi.
pegawai badan perencanaan Yogyakarta: Amara Books
pembangunan daerah kota magelang”,
Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro Lembaga Administrasi Negara dan BPKP. 2000.
Akuntabilitas dan Good Governance,
Gapersz, Vincent. 2000. Sistem Manajemen modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas
Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta:
Dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis BPKP
dan Pemerintah. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama Lijan, Poltak Sinambela dkk. 2006. Reformasi
Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS. Mahsun. 2006. Akuntansi sektor Publik.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM
Diponegoro Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen
Gibson, I dan Donnely. 1994. Organization, Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi
Terjemahan-Djarkasih. Jakarta: Erlangga _________. 2009. Akuntansi Sektor Publik.
Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta: Salemba Empat Maswandi. 2009. Pengaruh Pembagian Tugas,
Handoko, T. Hani. 2008. Manajemen Personalia sarana prasaran dan kualitas sumber daya
dan Sumber Daya Manusia (Edisi 2). manusia terhadap kinerja organisasi sektor
Yogyakarta: BPFE publik, Tesis Magister. Padang:
Manajemen UNP
Herzberg, Frederrick. 2003. Dasar-Dasar
Manajemen, Diterjemahkan oleh Malayu S.P Nasution. 2006. Budaya organisasi, Kepuasan
Hasibuan, Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Kerja, Komitmen Organisasional dan
Aksara Keinginan Berpindah: Investigasi Empiris
Pada Berbagai Unit Kerja Di Universitas
Bengkulu. Bengkulu: Universitas Bengkulu
24
Nawawi, H. 2003. Kepemimpinan mengefektifkan Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta:
organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada Press Sekretariat Negara

Pabundu, Moh. 2006. Budaya Organisasi dan _________________. 2007. Peraturan Menteri
Peningkatan Kinerja. Jakarta: Bumi Aksara Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
No. 09 tentang Pengukuran Kinerja.
Prasetyono dan Nurul Kompyurini. 2007. Analisis Jakarta: Sekretariat Negara
Kinerja Rumah Sakit Daerah Dengan
Pendekatan Balance Scorecard Rivai, V. 2006. Kepemimpinan dan Perilaku
Berdasarkan Komitmen Organisasi, Organisasi, Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja
Pengadilan Intern dan Penerapan Prinsip- Grafindo Persada
Prinsip Good Corporate Governance
(GCG) (Survey Pada Rumah Sakit Daerah Riyanto, Setyo. 2002. Pengaruh Komitmen dan
di Jawa Timur). Simposium Nasional Kompetensi Pegawai terhadap Kepuasan
Akuntansi X: Unhas Makasar Pelanggan dan Nilai Pelayanan Serta
Dampaknya terhadap Loyalitas Pelanggan
____________________________. 2008. Analisis Suatu Survei pada Industri Jasa Kurir di
Kinerja Rumah Sakit Daerah Berdasarkan Pulau Jawa, Disertasi Doktor. Bandung:
Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Universitas Padjajaran
dan Akuntabilitas Publik (Survey Pada
Rumah Sakit Daerah di Jawa Timur). Robbins, Stephen P. 1998. Organizational
Symposium Nasional Akuntansi X: Unhas Behaviour, buku 2, Alih Bahasa: Hadyana
Makasar Pujaatmaka. Jakarta: Prenhallindo

Primanda, R. 2008. Pengaruh Budaya Organisasi, Robbins, Stephen P dan Judge, Timothy A. 2007.
Locus of Control dan Penerapan Sistem Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba
Informasi terhadap Kinerja Aparat Unit- Empat
Unit Pelayanan Publik, Skripsi. Surakarta: Sabrina, Herdiani. 2011. Pengaruh Komitmen
Universitas Muhammadiyah Surakarta Organisasi Terhadap Hubungan Gaya
Purbo, Onno W. 2008. Penilaian Individu. Jakarta: Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
Alex Media Komputindo dengan Kinerja Organisasi, Skripsi.
Padang: Universtas Negeri Padang
Rahmiati. 2009. Pengaruh Budaya Organisasi dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru di Sedharmayanti. 2003. Good Governance
SMKN 2 Padang, Skripsi. Padang: FE UNP (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam
Rangka Otonomi Daerah: Upaya
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang No. Membangun Organisasi Efektif dan
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Efisien. Bandung: CV Mandar Maju
Jakarta: Sekretariat Negara
Shepherd, Jeryl dan Briand Mathews. 2000.
_________________. 2006. PP Nomor 8 Tahun Employee Commitment: Academic vs
2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
25
Practitioner Perspectives, Journal of Tjahjono, Heru Kurnianto. 2004. Budaya
Employee Relations, 22 (6) : 1-12 Organisasi dan Balance Scorecard,
Dimensi Teori dan Praktek, Edisi Revisi,
Siagian, Sondang P. 2002. “Kiat Meningatkan Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPFE-
Produktivitas Kerja”. Jakarta: PT Rineka UMY
Cipta
Triguno. 2000. Budaya kerja. Jakarta: Penerbit
Soehardi, Sigit. 2003. Perilaku Organisasi. Golden Trayon Press
Yogyakarta: FE Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional.


Yogyakarta: CV Andi Ofsett

Sukarno, Gendut dan Prasetyohardi. 2004. Analisis


Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen
Organisasi terhadap Semangat Kerja
Karyawan, Ventura Vol. 7 No. 3, Desember

Suliman, Abubakar., Paul Iles. 2000. Is


continuance commitment beneficial to
organizations? Commitment-performance
relationship: a new look. Journal of
Managerial Psychology ,15( 5): 1-9

Syahrudin, Dr, dkk. 2000. Manajemen


Pemerintahan Baru, Edisi I, Cetakan
Pertama. Jakarta: BPKP

Temaluru, Johanes. 2001. Kualitas SDM dari


Perspektif IPO: Hubungan antara
Komitmen terhadap Organisasi dan
Faktor-faktor Demografis dengan
Kepuasan Kerja Karyawan,
Pengembangan Bagian PIO Fakultas
Psikologi UI. Jakarta: Psikologi UI

Tiffin, Abdullah. 2000. Hubungan Motivasi Kerja,


Lingkungan Kerja dan Kemampuan
Manajerial Atasan dengan Kepuasan Kerja
Guru. Jakarta: UNJ

26
LAMPIRAN c. Uji Heterokedastisitas
a
Coefficients
1. Statistik Deskriptif
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
Descriptive Statistics
1 (Constant)
Std. 3.147 2.458 1.280 .202
N Minimum Maximum Mean Deviation
Komitmen -.013 .041 -.026 -.328 .744
Kinerja 160 28 45 37.19 3.615 Budaya .012 .016 .059 .733 .465
Komitmen 160 23 45 36.85 3.790
Kepuasan -.033 .040 -.066 -.818 .414
Budaya 160 63 116 99.47 9.659
a. Dependent Variable:
Kepuasan 160 22 45 37.49 3.879 AbsUt
Valid N
160
(listwise) 3. Hasil Analisis Data
a. Uji Koefesien Determinasi (R2)
2. Uji Asumsi Klasik Model Summary
a. Uji Normalitas Residual
Adjusted R Std. Error of
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Model R R Square Square the Estimate
Unstandardized
Residual a
1 .449 .201 .186 3.262
N 160
a a. Predictors: (Constant), Kepuasan, Budaya, Komitmen
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 3.23080013 b. Persamaan Regresi
Most Extreme Absolute .053 a
Differences Positive .053 Coefficients
Standardize
Negative -.027 Unstandardized d
Kolmogorov-Smirnov Z .669 Coefficients Coefficients

Asymp. Sig. (2-tailed) .762 Model B Std. Error Beta t Sig.

a. Test distribution is Normal. 1 (Constant)


11.514 4.161 2.767 .006
Komitmen .267 .069 .280 3.857 .000
Budaya .090 .027 .241 3.350 .001
b. Uji Multikolinearitas Kepuasan .184 .067 .197 2.730 .007
a. Dependent Variable: Kinerja
a
Coefficients
Collinearity Statistics c. Uji F
Model Tolerance VIF b
ANOVA
1 Komitmen .974 1.026
Sum of Mean
Budaya .992 1.009 Model Squares df Square F Sig.

1 Regression a
Kepuasan .982 1.018 418.722 3 139.574 13.119 .000

a. Dependent Variable: Kinerja Residual


1659.653 156 10.639
Total
2078.375 159
a. Predictors: (Constant), Kepuasan, Budaya, Komitmen

b. Dependent Variable: Kinerja

27

You might also like