You are on page 1of 26

Windy Kartika Putri Widayanti, Armaidy Armawi, Budi Andayani -- Wawasan Kebangsaan Siswa Sekolah

Menengah Atas dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa

JURNAL KETAHANAN NASIONAL


Vol. 24, No.1, April 2018, Hal 1-26
DOI:http://dx.doi.org/ 10.22146/jkn.32229
ISSN:0853-9340(Print), ISSN:2527-9688(Online)
Online sejak 28 Desember 2015 di :http://jurnal.ugm.ac.id/JKN

VOLUME 24 No. 1, April 2018 Halaman 1-26

Wawasan Kebangsaan Siswa Sekolah Menengah Atas Dan Implikasinya


Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa
(Studi Pada Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Umum Berasrama
Berwawasan Nusantara, SMA Umum Di Lingkungan Militer Dan SMA Umum
Di Luar Lingkungan Militer Di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah)

Windy Kartika Putri Widayanti


Akademi Militer
Email: windykputri@gmail.com

Armaidy Armawi
Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Email: armaidy@ugm.ac.id

Budi Andayani
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Email: anikoentjoro@ugm.ac.id

ABSTRACT
This study examined about the national insights students of boarding senior high school and its implications to the
personal resilience of students Indonesia archipelago vision (SMA A), senior high school inside the military environment
(SMA B) and senior high school outside the military environment (SMA C) in Magelang, Central of Java Province.
This study used mixed methods by combining quantitative and qualitative approaches. Data collection
research used test for national insight, questionnaires for personal resilience and deep interviews with teachers
and students from class X and XI SMA A, SMA B and SMA C. Research data analysis used T(t-test) and Pearson
Correlation Test by using SPSS statistical version16.0 and continued qualitative analysis.
The results showed that (1). There was a difference national insight students of SMA A, SMA B and SMA C. The
highest percentage of the best answer was excellent on the nationalism indicator with the percentage of 81% achievement
and excellent on the sense of nationality indicator of 85% was achieved by SMA A, while the national spirit indicator
percentage of the highest answer was achieved by SMA C at 83% ; (2). There was a positive correlation between national
insights students of SMA A, SMA B and SMA C and their personal resilience with the highest percentage of excellent
answer score on the indicator of ductility by obtaining a percentage of 87% and excellent on the tenacity and excellent
on the toughness indicator of 85% reached by SMA C. The strength of weak or small correlation due to the morality of
Pancasila which became the foundation of national insight was not a main factor to established a basic relationship of
personel resilience, but the other factors were required that faith in the heart that would determine the individual’s tenacity
which naturally underlied the formation of toughness so as to achieved personal resilience of students. Suggestion of this
research that the operational guidance for teachers, schools and developers of national education curriculum would be
needed to integrated the values of​​ faith in the internalization of education with national insight, the need for educational
facilities that supported the development of the national character of students and the need for exemplary parents and
teachers as well as increased cooperation with related institutions to instilled awareness of the importance of national
insight for the next generation of the nation.

Keywords: National Insight, Internalization, National Character, Personal Resilience

1
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 1, April 2018: 1-26

ABSTRAK
Penelitian ini mengenai wawasan kebangsaan siswa Sekolah Menengah Atas dan implikasinya terhadap
ketahanan pribadi siswa (SMA) Umum Berasrama Berwawasan Nusantara (SMA A), SMA Umum di lingkungan
milliter (SMA B) dan SMA Umum di luar lingkungan militer (SMA C) di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode campuran (mixed methode) menggabungkan pendekatan
kuantitatif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan tes wawasan kebangsaan, angket
ketahanan pribadi, wawancara dan analisis dokumen. Analisis data menggunakan uji T (t-test) dan uji korelasi
Pearson Product Moment dengan software statistik SPSS versi 16.0 serta analisis data kualitatif.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1). Terdapat perbedaan wawasan kebangsaan siswa SMA A,
SMA B dan SMA C dalam hal tujuan dan model pembelajaran serta kegiatan intrakurikuler. Persentase jawaban
benar tertinggi dan sangat baik pada indikator paham kebangsaan sebesar 81% dan sangat baik pada indikator
rasa kebangsaan sebesar 85% dicapai oleh SMA A, sedangkan pada indikator semangat kebangsaan sebesar 83%
dicapai oleh SMA C; (2). Terdapat hubungan positif antara wawasan kebangsaan dan ketahanan pribadi siswa
SMA A, SMA B dan SMA C, dengan kekuatan hubungan antara variabel adalah lemah/ kecil, disebabkan karena
ketahanan pribadi tidak hanya ditumbuhkan oleh moral Pancasila yang menjadi landasan wawasan kebangsaan,
melainkan perlu adanya faktor lain yaitu taqwa dalam kalbu yang akan menentukan keuletan individu. Persentase
skor jawaban tertinggi sangat baik pada indikator keuletan sebesar 87% dan ketangguhan sebesar 85% dicapai oleh
SMA C. Kekuatan hubungan antara variabel wawasan kebangsaan dengan variabel ketahanan pribadi lemah/ kecil
disebabkan karena moralitas Pancasila yang menjadi landasan wawasan kebangsaan bukan merupakan faktor utama
untuk membentuk hubungan dasar ketahanan pribadi, melainkan perlu adanya faktor lain yaitu taqwa dalam kalbu,
yang akan menentukan keuletan individu yang secara alami mendasari terwujudnya ketangguhan sehingga mencapai
ketahanan pribadi siswa. Saran penelitian bahwa diperlukan adanya panduan operasional bagi guru, sekolah dan
pengembang kurikulum pendidikan nasional untuk mengintegrasikan nilai-nilai taqwa dalam internalisasi pendidikan
berwawasan kebangsaan, perlu adanya fasilitas pendidikan yang mendukung pengembangan karakter kebangsaan
siswa dan perlu adanya keteladanan orang tua dan guru serta peningkatan kerjasama dengan lembaga terkait guna
menanamkan kesadaran pentingnya wawasan kebangsaan bagi generasi penerus bangsa.

Kata Kunci: Wawasan Kebangsaan, Internalisasi, Keteladanan, Karakter Kebangsaan, Ketahanan Pribadi.

PENGANTAR pikir dan pola tindak masyarakat khususnya


Globalisasi tidak dapat kita hindari remaja (Rahmanto dan Yani,2011:1369).
kehadirannya, merupakan proses global, Kondisi nyata saat ini penyimpangan
mendunia, masing-masing belahan perilaku di kalangan remaja marak terjadi.
dunia seolah menyatu, transparan dan Kaum pemuda kurang peduli terhadap kegiatan
saling ketergantungan (Astawa, 2011:4). yang berhubungan dengan patriotisme dan
Kehadiran globalisasi ditandai dengan nasionalisme. Namun sebaliknya, kaum
perkembangan teknologi, informasi dan muda lebih tertarik dengan gaya hidup yang
komunikasi yang pesat dan mempengaruhi berasal dari budaya Barat baik dalam pola
semua bidang kehidupan suatu negara, baik makan, pola minum maupun pola berpakaian.
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya Fenomena perkelahian antar pelajar,
dan pertahanan keamanan suatu negara, penyalahgunaan narkoba dan seks bebas yang
termasuk Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, marak terjadi mengindikasikan lunturnya
pengaruh globalisasi telah membawa nilai- nilai-nilai wawasan kebangsaan terutama di
nilai universal (individualisme, hedonisme kalangan pelajar. Menurut Kartadinata (dalam
dan liberalisme) yang melunturkan nilai- Najib, 2013:2) berdasarkan survei yang
nilai nasional (gotong royong, tenggang rasa dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
dan sopan santun) sehingga menggeser pola tanggal 27-29 Mei 2011 di 181 Kabupaten

2
Windy Kartika Putri Widayanti, Armaidy Armawi, Budi Andayani -- Wawasan Kebangsaan Siswa Sekolah
Menengah Atas dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa

dan 33 Provinsi dan melibatkan 12.056 secara fisik administratif bangsa dan negara
responden diketahui bahwa masyarakat tersebut masih berdiri (Martodirdjo, 2008:1).
Indonesia memiliki wawasan kebangsaan Dalam menyikapi kondisi tersebut,
minim, terdapat 10 persen masyarakat yang masyarakat sebagai pelaku pembangunan
tidak mampu menyebutkan sila-sila Pancasila menilai perlu adanya restorasi di segala bidang,
secara lengkap dan hanya 67-78 persen termasuk perlu adanya langkah strategis untuk
yang mengetahui tentang Negara Kesatuan menumbuhkan kembali wawasan kebangsaan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal kepada warga bangsa melalui jalur pendidikan.
Ika. Pendidikan wawasan kebangsaan mampu
Dalam artikel yang ditulis oleh Gusti mengembalikan eksistensi bangsa Indonesia
(2015:1) di media elektronik https//ugm. sebagai bangsa yang beradab, toleran dan
ac.idtanggal 15 Desember 2015, memuat menghargai nilai-nilai kemanusiaan, selain itu
informasi bahwa adanya kecenderungan juga diharapkan mampu menekan degradasi
masyarakat tidak peduli terhadap Pancasila moral dan perilaku menyimpang generasi
merupakan suatu gejala munculnya apatisme penerus bangsa karena pada dasarnya wawasan
terhadap Pancasila yang diantaranya kebangsaan mengandung dua aspek, yaitu
disebabkan karena minimnya keteladanan aspek moral dan intelektual (Buchori dalam
di kalangan elite. Pernyataan tersebut Syamsudin, 2013:2).
diungkapkan oleh Prof. Dr. Armaidy Armawi, Upaya peningkatan wawasan kebangsaan
M.Si, Guru Besar Fakultas Filsafat Universitas melalui pendidikan telah diatur menurut
Gadjah Mada dalam pidato pengukuhan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
jabatan Guru Besar UGM di ruang Balai Senat tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
UGM, Selasa, 15 Desember 2015, berikut ini: 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan
“Tidak ada satu kata dan perbuatan serta membentuk watak serta peradaban bangsa,
minimnya keteladanan di kalangan elite.
Pancasila hanya dijadikan konsep yang
bertujuan untuk berkembangnya potensi
dihafalkan, bukan nilai-nilai yang harus peserta didik agar menjadi manusia yang
dipedomani karena mereka tidak mampu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menyelami Pancasila.” berahlak mulia, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang
Indikasi-indikasi lunturnya nilai-nilai demokratis dan bertanggung jawab. Dengan
wawasan kebangsaan di kalangan generasi demikian tujuan pendidikan tidak hanya
muda sebagaimana dijelaskan tersebut di atas menghasilkan peserta didik yang memiliki
merupakan salah satu akibat dari pengaruh kemampuan intelektual semata, namun juga
negatif globalisasi dan mengkhawatirkan pada jangka panjang pendidikan bertujuan
eksistensi suatu negara. Hal ini menuntut untuk membentuk watak, karakter peserta
kewaspadaan kita bersama, karena jika jiwa didik agar menjadi warga negara Indonesia
dan semangat kebangsaan dari suatu bangsa yang baik berdasarkan Pancasila dan UUD
telah hilang, maka pada hakikatnya eksistensi 1945 di semua satuan pendidikan karena
dari bangsa dan negara yang bersangkutan nantinya merekalah generasi penerus yang
telah tidak ada lagi, walaupun barangkali akan menjadi pemimpin bangsa.

3
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 1, April 2018: 1-26

Menurut data BPS Tahun 2011, jumlah penuh (full boarding school). Pendidikan
anak kelompok usia 0-9 tahun sebanyak wawasan kebangsaan diimplementasikan
45,93 juta, sedangkan anak usia 10-19 tahun pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila
berjumlah 43,55 juta jiwa. Nantinya pada dan Kewarganegaraan (PPKn) berdasarkan
tahun 2045, mereka yang berusia 0-9 tahun operasional pendidikan yaitu Kurikulum 2013
akan berusia 35-45 tahun, sedangkan yang dan Kurikulum Khusus SMA A pada mata
berusia 10-19 tahun berusia 45-54 tahun. Pada pelajaran Kenusantaraan dan Kepemimpinan.
usia tersebut mereka akan memegang peranan Siswa SMA A dididik untuk menjadi kader
penting di Indonesia yang kita cintai dan yang mempunyai jiwa kepemimpinan,
menjadi generasi emas sekaligus pemimpin berwawasan kebangsaan, kejuangan dan
bangsa. Pendidikan berwawasan kebangsaan kepemimpinan (LPTTN, 2013:2).
berperan strategis mengingat dalam beberapa Kedua, SMA B memiliki karakteristik
periode mendatang, mereka akan menjadi yaitu lokasi sekolah berada di lingkungan
generasi inti (nucleus generation) yang militer, yakni di dalam perumahan Akademi
diharapkan memiliki kualitas kemanusiaan Militer, Kompleks Panca Arga, Kabupaten
yang lebih baik dan meneruskan nilai-nilai Magelang. Selain itu, lokasi SMA B berada
tersebut kepada generasi selanjutnya (plasma jauh dari jalan raya dan suasana belajar
generation) (Depdiknas, 2009:1). Oleh karena kondusif. Karakteristik lainnya bahwa awal
itu, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pendirian SMA B adalah atas prakarsa
menggiatkan pelaksanaan pendidikan karakter Gubernur Akademi Militer, Mayjen TNI
bagi peserta didik, diantaranya melalui Sarwo Edi Wibowo bekerjasama dengan
pendidikan berwawasan kebangsaan di Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten
sekolah. Magelang tahun 1971. Pendidikan wawasan
Implementasi program pendidikan kebangsaan di SMA B diimplementasikan
berwawasan kebangsaan di setiap sekolah pada mata pelajaran PPKn sesuai Kurikulum
dapat berbeda tergantung pada budaya sekolah, 2013.
termasuk 3 (tiga) Sekolah Menengah Atas Ketiga, SMA C memiliki karakteristik
(SMA) yang berada di Kabupaten Magelang, yaitu lokasi sekolah berada di luar lingkungan
Provinsi Jawa Tengah, terdiri dari: SMA militer dan di sekitar sekolah terdapat fasilitas
Umum Berasrama Berwawasan Nusantara umum, yaitu Pasar, SPBU dan Kantor
(SMA A), SMA Umum di lingkungan militer Kecamatan Bandongan. Pendidikan wawasan
(SMA B) dan SMA Umum di luar lingkungan kebangsaan di SMA C diimplementasikan
militer (SMA C). Dalam penelitian ini, pada mata pelajaran PPKn sesuai Kurikulum
penggolongan ketiga SMA tersebut dilakukan 2013.
oleh peneliti yakni pada SMA A berdasarkan Wawasan kebangsaan siswa SMA
sistem sekolah berasrama sedangkan pada Umum Berasrama Berwawasan Nusantara,
SMA B berdasarkan lokasi sekolah yang siswa SMA Umum di lingkungan militer
berada di dalam lingkungan militer dan SMA dan siswa SMA Umum di luar lingkungan
C berlokasi di luar lingkungan militer. militer di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa
Pertama, SMA A memiliki karakteristik Tengah dan implikasinya terhadap wawasan
yakni menggunakan sistem berasrama kebangsaan siswa memantik perhatian peneliti,

4
Windy Kartika Putri Widayanti, Armaidy Armawi, Budi Andayani -- Wawasan Kebangsaan Siswa Sekolah
Menengah Atas dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa

sehingga menjadi permasalahan yang diangkat rangka meningkatkan nasionalisme dan rasa
dalam penelitian ini. kebangsaan warga negara sebagai suatu
Secara spesifik, penelitian ini bertujuan bangsa yang bersatu dan berdaulat dalam suatu
untuk mengetahui (1). Wawasan kebangsaan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
siswa SMA Umum Berasrama Berwawasan (NKRI). Nasikun (2006:1) berpendapat
Kebangsaan, siswa SMA Umum di lingkungan bahwa wawasan kebangsaan merupakan suatu
militer dan SMA Umum di luar lingkungan gerakan ideologis, tidak pernah muncul tanpa
militer di Kabupaten Magelang, Provinsi “anteseden” atau peristiwa-peristiwa yang
Jawa Tengah; dan (2). Implikasi wawasan mendahuluinya. Di benua Asia Afrika dan
kebangsaan terhadap ketahanan pribadi Amerika latin yang dikenal sebagai kawasan
siswa SMA Umum Berasrama Berwawasan dunia ketiga, faham atau wawasan kebangsaan
Kebangsaan, siswa SMA Umum di lingkungan dipahami sebagai konsekuensi dari timbulnya
militer dan SMA Umum di luar lingkungan kesadaran akan penderitaan bersama di bawah
militer di Kabupaten Magelang, Provinsi kolonialisme, imperialisme.
Jawa Tengah. Di dalam konsep wawasan kebangsaan
Terkait permasalahan tersebut, maka terkandung beberapa unsur. Menurut Amal dan
dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) hipotesis, Armawi (1998:12) bahwa unsur-unsur wawasan
yaitu: (1). Ada perbedaan wawasan kebangsaan kebangsaan dalam masyarakat Indonesia yang
siswa SMA Umum Berasrama Berwawasan plural dan heterogen adalah rasa kebangsaan,
Nusantara, SMA Umum di lingkungan militer paham kebangsaan dan semangat kebangsaan
dan SMA Umum di luar lingkungan militer atau nasionalisme. Penjelasan senada dijelaskan
dan (2). Ada hubungan antara wawasan oleh Depdiknas (2009:30) bahwa konsep
kebangsaan siswa SMA Umum Berasrama wawasan kebangsaan mengacu pada tiga hal,
Berwawasan Nusantara, Siswa SMA Umum yaitu paham kebangsaan, rasa kebangsaan dan
di lingkungan militer dan Siswa Umum di luar semangat kebangsaan. Dengan demikian sangat
lingkungan militer dengan ketahanan pribadi jelas bahwa wawasan kebangsaan merupakan
siswa. cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan
Terkait konsep wawasan kebangsaan lingkungannya berlandaskan Pancasila, UUD
merujuk pada Peraturan Menteri Dalam 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI yang
Negeri Nomor 71 Tahun 2012 tentang bertujuan untuk meningkatkan nasionalisme dan
Pedoman Pendidikan Wawasan Kebangsaan, rasa kebangsaan atas dasar kesadaran bersama
wawasan kebangsaan merupakan cara warga negara suatu bangsa dalam wilayah
pandang bangsa Indonesia tentang diri dan NKRI. Unsur-unsur wawasan kebangsaan yang
lingkungannya mengutamakan pesatuan dan terdiri dari rasa kebangsaan, paham kebangsaan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah yang dan semangat kebangsaan dalam penelitian ini
dilandasi Pancasila, UUD 1945, Bhinneka menjadi indikator wawasan kebangsaan siswa
Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik SMA.
Indonesia. Pendapat lain tentang konsep Pendidikan karakter kebangsaan
wawasan kebangsaan dikemukakan oleh yang menjadi tujuan pendidikan wawasan
Hargo (2010:5) yang berpandangan bahwa kebangsaan memerlukan internalisasi nilai-
wawasan kebangsaan adalah usaha dalam nilai karakter seperti jujur, menghargai orang

5
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 1, April 2018: 1-26

lain yang diintegrasikan pada seluruh kegiatan mulia. Pendidikan karakter merupakan suatu
sekolah baik intrakurikuler, ekstrakurikuler penanaman kebiasaan (habituation) tentang
maupun kokurikuler (Hidayatullah, 2010:39). sesuatu yang dianggap baik dan benar,
Konsep internalisasi menurut Djono (2016:1) sehingga anak menjadi paham (kognitif)
merupakan suatu proses memaknai kembali tentang mana yang benar dan salah, mampu
makna hidup secara mendalam. Tujuan merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa
internalisasi dalam pembelajaran adalah (1). melakukannya (Syarbini, 2012: 16-17).
Peserta didik mengetahui (knowing), guru Salah satu contoh penanaman kebiasaan
bertugas mengupayakan agar peserta didik berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wati
mengetahui suatu konsep; (2). Peserta didik (2014:61) menjelaskan bahwa pengembangan
mampu melaksanakan atau mengerjakan yang nilai melalui kegiatan pembiasaan dengan
ia ketahui tersebut (doing), guru menjelaskan memberikan pelatihan dan pendidikan sejak
suatu pelajaran tertentu dengan menunjukkan anak masih kecil, pihak sekolah menekankan
ke alam nyata terkait bidang-bidang tertentu; sikap saling menghormati terhadap guru
dan (3). Peserta didik menjadi orang seperti sebagai pengganti orang tua merupakan
yang ia ketahui, konsep menjadi satu dengan salah satu upaya sekolah untuk menanamkan
kepribadiannya (being). Dengan demikian sikap dan karakter anak yang berbudaya
dalam pembelajaran pendidikan berwawasan Indonesia yaitu sopan santun. Hal ini berkaitan
kebangsaan lebih menekankan pada proses dengan peran guru dalam penanaman nilai-
internalisasi nilai-nilai wawasan kebangsaan nilai wawasan kebangsaan. Implementasi
oleh gurukepada siswa untuk membentuk dari internalisasi pendidikan karakter
karakter kebangsaan siswa. kepada peserta didik di sekolah menurut
Secara khusus, konsep karakter menurut Sukiman (2017) dikembangkan dalam bentuk
Lickona (1991:22) merupakan sifat alami pembelajaran berbasis penguatan karakter
seseorang dalam merespon situasi secara yang terintegrasi di sekolah dan di luar sekolah
bermoral. Sifat alami tersebut diwujudkan yakni melalui Program Pendidikan Karakter
dalam tindakan lain dan karakter utama (PPK). PPK merupakan gerakan pendidikan
lainnya. Karakter merupakan watak, tabiat, di sekolah untuk memperkuat karakter siswa
akhlak atau kepribadian seseorang yang dan membekali siswa menghadapi kondisi
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai degradasi moral, etika, dan budi pekerti
kebajikan yang diyakini dan digunakan melalui harmonisasi olah hati (etik), olah
sebagai landasan dalam cara pandang, cara rasa (estetik), olah pikir (literasi) dan olah
berpikir dan cara bertindak. raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan
Pendidikan karakter merupakan salah publik dan kerjasama antara sekolah, keluarga
satu tujuan pendidikan nasional sebagaimana dan masyarakat. Program PPK sebagai
tercantum dalam pasal 1 UU Nomor 20 poros pebaikan pendidikan nasional sesuai
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)
Nasional (Sisdiknas) disebutkan bahwa oleh pemerintah. PPK memperhatikan
diantara tujuan pendidikan nasional adalah keseimbangan kecakapan intelektual (kognitif)
mengembangkan potensi peserta didik untuk dengan kecakapan emosional-spiritual (sikap
memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak dan nilai). Nilai utama karakter yang menjadi

6
Windy Kartika Putri Widayanti, Armaidy Armawi, Budi Andayani -- Wawasan Kebangsaan Siswa Sekolah
Menengah Atas dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa

prioritas dalam program PPK terdiri dari 5, timbulnya rasa kebangsaan dalam diri peserta
yaitu religius, nasionalis, gotong royong, didik dan mempraktikkannya dalam bentuk
integritas dan mandiri. tindakan kebangsaan yang berdasarkan moral
Bahkan, pendidikan wawasan kebangsaan Pancasila di dalam keluarga, masyarakat dan
erat kaitannya dengan pengembangan negara. Keberhasilan pendidikan wawasan
kecerdasan moral. Pendidikan karakter kebangsaan akan membentuk perilaku siswa
bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan yang bertanggung jawab atas segala tindakan
moral (building moral intelligence) atau dan perbuatannya sehingga memiliki karakter
mengembangkan kemampuan moral anak- kebangsaan hingga tercapainya ketahanan
anak dengan membangun kecerdasan moral. pribadi siswa.
Kecerdasan moral adalah kemampuan Moral Pancasila sangat penting untuk
memahami hal yang benar dan salah, artinya dibangun karena secara langsung akan
memiliki keyakinan etika yang kuat dan berimplikasi pada ketahanan pribadi. Hal ini
bertindak berdasarkan keyakinan tersebut. dijelaskan oleh Sunardi (1997:32) bahwa
sehingga orang bersikap benar (Zubaedi, moralitas Pancasila yang dijiwai oleh seluruh
2011:55). Pendidikan karakter sebagai bangsa mempunyai peranan yang sama yaitu
tujuan pendidikan nasional, tidak hanya menentukan kadar ketahanan nasional yang
mengembangkan potensi peserta didik, namun dapat dicapai. Ketahanan pribadi tumbuh kuat
juga kecerdasan moral yang dilakukan dengan apabila moralitas disinari oleh takwa dalam kalbu
menanamkan kebiasaan (habituation) nilai- sebagai kunci keberhasilan manajemen pribadi.
nilai wawasan kebangsaan, menerapkan dan Konsep ketahanan pribadi adalah turunan dari
mempraktikkannya di dalam kehidupan siswa konsep ketahanan nasional. Ketahanan pribadi
sehari-hari baik dalam lingkup keluarga, warga meningkat menjadi ketahanan masyarakat dan
masyarakat maupun sebagai warga negara. akhirnya mewujudkan ketahanan nasional
Pembahasan penelitian mengenai yang didalamnya terkandung unsur utama
wawasan kebangsaan siswa SMA dan yaitu keuletan dan ketangguhan. Keuletan
implikasinya terhadap ketahanan pribadi ini merupakan kualitas pribadi, masyarakat,
memiliki keterkaitan dengan kecerdasan moral bangsa yang menunjukkan kemampuan
dalam pendidikan karakter, sehingga penelitian untuk mengabsorbsi dampak lingkungan
ini didasari oleh Teori Perkembangan Moral baik positif atau negatif untuk diatasi secara
menurut Thomas Lickona, bapak karakter bertahap. Di sisi lain ketangguhan adalah
dari State University of New York Cortland. kualitas yang menunjukkan kekuatan atau
Lickona (1991:53) menjelaskan bahwa proses kemampuan sebagaimana dipersepsikan dari
perkembangan moral melibatkan pengetahuan luar oleh pihak lain (Sunardi, 1997:19-21).
(moral knowing), perasaan (moral feeling), dan Unsur utama ketahanan pribadi yaitu keuletan
tindakan (moral action). Keterkaitan antara dan ketangguhan menjadi indikator dalam
ketiga komponen moral tersebut menjadi penelitian ini.
landasan dan dasar kuat untuk membangun Penelitian ini menggunakan metode
pendidikan wawasan kebangsaan yang campuran (mixed methods) yakni
koheren dan komprehensif. Dengan paham menggabungkan antara pendekatan
kebangsaan yang baik, dapat mendorong kuantitatif dan kualitatif. Metode campuran

7
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 1, April 2018: 1-26

Gambar 1
Strategi Eksplanatoris Sekuensial

KUAN KUAL

KUAN KUAN KUAL KUAL Interpretasi


Keseluruhan
Pengumpulan Analisis Data Pengumpulan Analisis Data Analisis
Data Data

Sumber : Creswell, 2009:314

merupakan pendekatan penelitian yang dan SMA Umum di luar lingkungan militer
mengkombinasikan atau mengasosiasikan (SMA B) di Kabupaten Magelang, Provinsi
bentuk data kuantitatif dan kualitatif untuk Jawa Tengah.
memperluas pembahasan dengan menerapkan Metode pengumpulan data
dua pembahasan sekaligus. Pendekatan menggunakan beberapa teknik, yaitu
ini melibatkan asumsi-asumsi filosofis, (1). Tes wawasan kebangsaan disusun
aplikasi pendekatan-pendekatan kuantitatif dalam bentuk soal pilihan ganda dengan 4
dan kualitatif serta pencampuran (mixing) (empat) alternatif jawaban. Tes ini disusun
kedua pendekatan tersebut dalam penelitian berdasarkan kisi-kisi Kurikulum 2013
(Cresswell, 2009:5). Adapun strategi penelitian mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
yang diterapkan adalah metode campuran Kewarganegaraan (PPKn) di SMA dengan
eksplanatoris sekuensial ditunjukkan pada ruang lingkup: Pancasila, UUD 1945,
gambar 1. Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI; (2).
Rancangan metode campuran Angket ketahanan pribadi menggunakan
sekeuensial pada gambar 1, dilakukan dengan skala Likert dengan skala interval 0-5; (3).
cara memprioritaskan pengumpulan data Wawancara mendalam dilakukan dengan
kuantitatif dengan metode survei kuantitatif informan berjumlah 5 orang; (4). Analisis
pada tahap pertama dan dilanjutkan tahap dokumen terhadap isi dokumen yang
kedua yakni pengumpulan data kualitatif berkaitan dengan masalah yang diteliti dari
yang dibangun berdasarkan hasil awal sumber berupa literatur, majalah, artikel,
survei kuantitatif untuk membuktikan, jurnal penelitian dan informasi lainnya di
memperdalam dan memperluas data internet.
kuantitatif. Peneliti menganalisis data Penelitian ini menggunakan teknik (1).
kuantitatif yang berbentuk angka dan data Analisis data kuantitatif terdiri dari: analisis
kualitatif berbentuk uraian, membandingkan deskriptif, uji persyaratan analisis, uji T (t-test)
dan menghubungkan data yang satu dengan dan uji korelasi Pearson Product Moment
data lainnya yang diperlukan sebagai dasar menggunakan teknik statistik inferensial dan
melakukan interpretasi data penelitian. (2). Analisis data kualitatif yang terdiri dari
Obyek yang diteliti adalah SMA Umum 4 (empat) tahapan, yaitu pengumpulan data,
Berasrama Berwawasan Nusantara (SMA A), reduksi data, penyajian data dan penarikan
SMA Umum di lingkungan militer (SMA B) kesimpulan.

8
Windy Kartika Putri Widayanti, Armaidy Armawi, Budi Andayani -- Wawasan Kebangsaan Siswa Sekolah
Menengah Atas dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa

PEMBAHASAN Hasil Pengujian


Wawasan Kebangsaan siswa SMA A, Sebelum dilakukan analisis kuantitatif
SMA B dan SMA C Kabupaten Magelang, dilakukan beberapa tahapan penelitian, yaitu
Provinsi Jawa Tengah (1). Uji Validitas dan Reliabilitas; (2). Analisa
Untuk menguji hipotesis ke-1, yaitu deskripsi data skor tes wawasan kebangsaan;
terdapat perbedaan wawasan kebangsaan siswa (3). Uji persyaratan analisis, meliputi: Uji
SMA Berasrama Berwawasan Nusantara, Normalitas dan Homogenitas; (4). Uji T
siswa SMA Umum di lingkungan militer (t-test), (5). Uji Korelasi Pearson Product
dan SMA Umum di luar lingkungan militer, Moment dan diakhiri dengan analisis kualitatif
peneliti melakukan analisis kuantitatif dan berdasarkan data hasil analisis kuantitatif.
analisis kualitatif. Instrumen penelitian Pada tahap awal penelitian dilakukan
berupa tes wawasan kebangsaan yang disusun uji validitas dan reliabilitas butir soal tes
berdasarkan kisi-kisi instrumen sesuai materi wawasan kebangsaan yang diujicobakan
dalam Pelajaran Pendidikan Pancasila dan kepada sampel berjumlah 30 responden (n=30)
Kewarganegaraan (PPKn) meliputi: Pancasila, dari SMA A, SMA B dan SMA C. Instrumen
UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan tes wawasan kebangsaan berupa tes pilihan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ganda yang memiliki 4 (empat) alternatif
memiliki relevansi dengan materi Pendidikan jawaban yaitu a, b, c dan d berjumlah 23 butir
Wawasan Kebangsaan yang berlandaskan pertanyaan berisi materi wawasan kebangsaan,
moral Pancasila meliputi: Paham Kebangsaan, meliputi sub materi: paham kebangsaan, rasa
Rasa Kebangsaan dan Semangat Kebangsaan. kebangsaan dan semangat kebangsaan. Hasil
Tes digunakan untuk menguji 2 (dua) variabel, perhitungan uji validitas dan reliabilitas
yaitu variabel wawasan kebangsaan (variabel secara otomatis dengan software statistik
X) dan variabel ketahanan pribadi (variabel SPSS 16.0. menunjukkan bahwa dari 23 butir
Y). Populasi berjumlah 1782 orang siswa, pertanyaan, 8 butir pertanyaan dinyatakan
terdiri dari SMA A 749 orang, SMA B valid atau memiliki nilai korelasi r hitung
575 orang dan SMA C 458 orang. Sampel > r tabel 0,361 yakni pada butir pertanyaan
penelitian ditetapkan sebesar 10% dari nomor: 2,9,14,16,18,22 dan 23, sedangkan 15
jumlah keseluruhan populasi siswa tiap SMA butir pertanyaan dinyatakan tidak valid yaitu
berjumlah 1782 orang, maka sampel dalam nomor 1,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,15,17,19 dan
penelitian ini berjumlah 176 siswa. 21. Dalam penelitian ini butir pertanyaan yang
tidak valid, tidak digunakan sebagai instrumen
Deskripsi Responden tes wawasan kebangsaan.
Responden dalam penelitian ini adalah Uji reliabilitas dilakukan dengan
siswa kelas X dan XI SMA A, SMA B menghitung koefisien Croanbach’s alpha
dan SMA C berjumlah 176 orang siswa dari masing-masing instrumen dalam
dengan prosentase penggolongan responden suatu variabel. Menurut Dewi (2014:55),
berdasarkan jenis kelamin, jumlah responden instrumen yang dipakai dalam suatu
terbanyak adalah perempuan sejumlah 99 variabel dikatakan reliabel apabila memiliki
orang atau 56%, sedangkan laki-laki 77 orang koefisien Croanbach’s alpha 0,70. Hasil
atau 44%. uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai

9
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 1, April 2018: 1-26

Gambar 2
Persentase Jawaban Benar Hasil Tes Wawasan Kebangsaan

SMA A SMA B SMA C


19%
29%
PAHAM 36%
KEBANGSAAN 64%
81% 71%

SMA A SMA B SMA C


15%
36%
RASA 47%
KEBANGSAAN 53%
64%
85%

SMA A SMA B SMA C


18% 17%
29%
SEMANGAT
KEBANGSAAN
71% 83%
82%

: Jawaban benar : Jawaban salah

Sumber: Diolah Peneliti,2017

reliabilitas Croanbach’s Alpha dengan N Tabel 1


Kriteria Penilaian Skor Wawasan Kebangsaan
(Number of Items) atau jumlah item 8 soal,
No Skor Kriteria Penilaian
adalah 0,747 atau lebih dari 0,70, sehingga 1 0%-20% Sangat Kurang Baik tentang
instrumen wawasan kebangsaan yang Wawasan Kebangsaan
terdiri dari 8 butir pertanyaan dinyatakan 2 21%-40% Kurang Baik tentang Wawasan
Kebangsaan
reliabel. Secara keseluruhan maka 8
3 41%-60% Cukup Baik tentang Wawasan
(delapan) butir pertanyaan tes wawasan Kebangsaan
kebangsaan dinyatakan valid dan reliabel 4 61%-80% Baik tentang Wawasan Kebangsaan
dan selanjutnya dapat digunakan sebagai 5 81%-100% Sangat Baik tentang Wawasan
Kebangsaan
instrument penelitian. Sumber : Riduwan (2013:89)

Analisis Deskripsi Skor Tes Wawasan Wawasan Kebangsaan Siswa SMA


Kebangsaan Hasil akhir persentase jawaban benar
Analisis deskriptif data kuantitatif dari 74 respondenmenunjukkan hasil bahwa
dilakukan dengan mempersentasekan hasil jawaban benar tertinggi pada indikator
skor jawaban benar responden dalam tes paham kebangsaan 81% (sangat baik) dan
wawasan kebangsaan. Rahmanto (2011:137) indikator rasa kebangsaan 85% (sangat baik)
menjelaskan persentase diperoleh dengan dicapai oleh SMA A, sedangkan indikator
rumus : P = (n : N) x 100% (Keterangan: P= semangat kebangsaan jawaban benar tertinggi
Hasil akhir dalam persentase, n= Nilai yang 83% (sangat baik) dicapai oleh SMA C,
diperoleh dari hasil tes, N=Jumlah responden). sebagaimana disajikan pada gambar 2.

10
Windy Kartika Putri Widayanti, Armaidy Armawi, Budi Andayani -- Wawasan Kebangsaan Siswa Sekolah
Menengah Atas dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa

Hasil Uji Persyaratan Analisis Uji T (t-test)


Sebelum melakukan uji Independent Perbedaan wawasan kebangsaan antara
sampel t-test sebagai syarat mutlak yang harus siswa SMA A, SMA B dan SMA C dapat
dipenuhi yakni melakukan uji normalitas dan diketahui melalui uji T (t-test). Sampel
uji homogenitas. Sampel dalam uji analisis penelitian berjumlah 40 responden yang
ini berjumlah 40 responden (n=40) yang diambil secara acak dari masing-masing SMA.
diambil secara acak dari 176 orang siswa. Ketiga sampel tidak ada hubungan satu sama
Pengujian menggunakan perhitungan otomatis lain (sampel independen), sehingga dilakukan
SPSS 16.0. yang dilakukan secara bertahap, analisis sampel independen (Uji T/t-test).
yaitu (1) SMA A dan SMA B; (2) SMA A Dasar pengambilan keputusan dalam uji T
dan SMA C; dan (3) SMA B dan SMA C. (t-test) adalah jika nilai signifikansi <0,05
Dasar pengambilan keputusan uji Normalitas maka terdapat perbedaan yang signifikan,
Shapiro Wilk bahwa jika nilai signifikansi > namun sebaliknya apabila nilai signifikansi
0,05 maka penelitian berdistribusi normal, > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang
namun sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 signifikan. Uji independen sampel t-test
maka penelitian tidak berdistribusi normal diujikan secara bertahap antara: (1) SMA A
(Widhiarso, 2011:1). Hasil uji normalitas dan SMA B, (2) SMA A dan SMA C; dan (3)
SMA A menunjukkan bahwa nilai signifikasi SMA B dan SMA C.
(derajat kepercayaan) SMA A adalah 0,066 Hasil uji independen sampel t-test
dan SMA B adalah 0,062 serta SMA C menunjukkan bahwa: (1) SMA A dan SMA
adalah 0,051 atau secara keseluruhan nilai B, nilai signifikansi (2- tailed) adalah 0,002
signifikansi SMA A, SMA B dan SMA C atau < 0,05 maka terdapat perbedaan yang
yaitu > 0,05 maka data instrumen tes wawasan signifikan antara wawasan kebangsaan siswa
kebangsaan dinyatakan berdistribusi normal. SMA A dan SMA B; (2) SMA A dan SMA
Analisis selanjutnya yang dilakukan C, nilai signifikansi (2-tailed) adalah 0,000
peneliti yaitu uji homogenitas bertujuan untuk atau < 0,05 maka terdapat perbedaan yang
menguji sama tidaknya variansi-variansi dua signifikan antara wawasan kebangsaan siswa
buah distribusi atau lebih. Dasar pengambilan SMA A dan SMA C; dan (3) SMA B dan
keputusan yaitu jika nilai signifikansi > 0,05 SMA C, nilai signifikansi (2-tailed) 1,000
maka distribusi data adalah homogen, dan >0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang
sebaliknya jika nilai signifikansi < 0.05 maka signifikan wawasan kebangsaan SMA B dan
distribusi data adalah tidak homogen. Hasil uji SMA C.
homogenitas menunjukkan nilai signifikansi Hasil analisis kuantitatif untuk menguji
(2-tailed) SMA A dengan SMA B adalah hipotesis 1 dapat disimpulkan bahwa terdapat
0,297, SMA A dengan SMA C adalah 0,364, perbedaan antara wawasan kebangsaan SMA
serta SMA B dengan SMA C adalah 0,100 Umum Berasrama Berwawasan Nusantara,
atau secara keseluruhan > 0,05 maka data SMA Umum di lingkungan militer dan SMA
instrumen tes dinyatakan homogen. Dengan Umum di luar lingkungan militer. Selanjutnya
demikian secara keseluruhan data berdistribusi peneliti memperdalam berdasarkan data hasil
normal dan homogen sehingga memenuhi penelitian kuantitatif dengan melakukan
syarat untuk dilakukan Uji T (t-test). analisis kualitatif.

11
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 1, April 2018: 1-26

Analisis Kualitatif Wawasan Kebangsaan pembelajaran wawasan kebangsaan SMA B


antar SMA dan SMA C menunjukkan perbedaan, SMA B
Analisis kualitatif dilakukan peneliti bertujuan agar siswa tidak memiliki pola pikir
berdasarkan hasil analisis kuantitatif pada kedaerahan, sedangkan SMA C agar peserta
uji hipotesis 1 diketahui bahwa terdapat didik memiliki karakter cinta tanah air.
perbedaan wawasan kebangsaan antar SMA
A, SMA B dan SMA C. Hal inilah yang Kegiatan Kurikuler
mendorong peneliti melakukan analisis Kegiatan kurikuler dalam rangka
kualitatif adalah untuk mengetahui secara mendukung pendidikan wawasan kebangsaan
mendalam tentang implementasi pembelajaran yang diterapkan SMA A, SMA B dan SMA
wawasan kebangsaan di ketiga SMA tersebut C menunjukkan adanya perbedaan dalam
dengan tahapan penelitian, yaitu: pengumpulan implementasinya.
data, reduksi data, penyajian data dan diakhiri Pertama, pendidikan wawasan
dengan penarikan kesimpulan. Dari hasil kebangsaan di SMA A bukan sebagai kegiatan
wawancara dengan 5 (lima) orang informan ekstrakurikuler, namun sebagai kegiatan
yang terdiri dari 3 (tiga) orang guru dan 2 (dua) intrakurikuler yang diberikan pada mata
orang siswa dapat diinterpretasikan bahwa pelajaran Kenusantaraan dan Kepemimpinan
perbedaan wawasan kebangsaan antar SMA (KNKP) berdasarkan Kurikulum Khusus SMA
A, SMA B dan SMA C disebabkan adanya A dan PPKn berdasarkan Kurikulum 2013.
perbedaan tujuan pembelajaran, kegiatan Selain mata pelajaran, pendidikan wawasan
kurikuler dan model pembelajaran yang kebangsaan juga diterapkan dalam bentuk
diterapkan oleh ketiga SMA tersebut. mata kegiatan yang mendukung diantaranya
mata pelajaran KNKP dan Bela Negara
Tu j u a n P e m b e l a j a r a n Wa w a s a n berdasarkan Kurikulum Khusus SMA A, yakni
Kebangsaan kelas I Napak Tilas Rute Panglima Sudirman,
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan kelas II Hulubalang dan kelas III Latihan
oleh guru kepada siswa dilaksanakan untuk Kemasyarakatan Peduli Lingkungan (LKPL).
mencapai tujuan pembelajaran. Hasil penelitian Salah satunya adalah latihan Hulubalang bagi
menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran siswa Kelas XI, Semester 2 bertujuan agar
wawasan kebangsaan yang diberikan kepada siswa memahami tataran dasar Bela Negara,
peserta didik di SMA A lebih menekankan tumbuh kembangnya kesadaran bela negara
pada pembentukan karakter wawasan dengan praktik di lapangan diharapkan dapat
kebangsaan selain pada mata pelajaran PPKn diterapkan dalam kehidupan siswa sehari-hari.
(Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) Kedua, pendidikan wawasan kebangsaan
sesuai kurikulum 2013, juga diberikan pada di SMA B dilaksanakan sebagai kegiatan ekstra
mata pelajaran khusus, yaitu Kenusantaraan kurikuler, yaitu Patroli Keamanan Sekolah
dan Kepemimpinan (KNKP) berdasarkan (PKS) dan Pramuka. Selain itu wawasan
Kurikulum Khusus SMA A, sedangkan di kebangsaan diterapkan sebagai kegiatan
SMA B dan SMA C wawasan kebangsaan intra kurikuler pelajaran PPKn berdasarkan
diberikan pada mata pelajaran yang sama yaitu Kurikulum 2013.Pada mata pelajaran PPKn
PPKn berdasarkan Kurikulum 2013. Tujuan untuk kelas X ada materi Integrasi Nasional

12
Windy Kartika Putri Widayanti, Armaidy Armawi, Budi Andayani -- Wawasan Kebangsaan Siswa Sekolah
Menengah Atas dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa

yang di dalamnya membahas tentang wawasan diskusi dan berperan sebagai fasilitator. Siswa
kebangsaan. belajar secara kelompok melakukan analisa
Ketiga, pendidikan wawasan dan mempresentasikan hasil temuannya
kebangsaan di SMA C diterapkan pada dalam pelajaran PPKn. Selanjutnya model
kegaiatan ekstrakurikuler, yaitu Pramuka pembelajaran wawasan kebangsaan di SMA
dan Paskib, intrakurikuler, yaitu pelajaran C termasuk model pembelajaran personal,
PPKn, serta kokurikuler,yaitu tugas penelitian dengan karakteristik kemandirian (selfhood)
menceritakan, mempresentasikan biografi dari individu. Guru menerapkan metode
sejarah pahlawan veteran di lingkungannya. studi mandiri pada pelajaran PPKn sehingga
Kegiatan kurikuler yang diterapkan di SMA anak menemukan metodenya sendiri dalam
C berdasarkan Kurikulum 2013. bekerjasama baik dengan teman (inquiry)
Secara keseluruhan, materi pendidikan serta adanya pendekatan keteladanan guru
wawasan kebangsaan di SMA A, SMA B dan orang tua.
dan SMA C dapat diinterpretasikan sebagai Menurut pandangan peneliti, hal
kegiatan intrakurikuler, yaitu PPKn, namun di menonjol dari pembelajaran wawasan
SMA A juga diterapkan pada mata pelajaran kebangsaan di ketiga SMA tersebut adalah
KNKP dan Bela Negara yang dilaksanakan tentang penerapan kurikulum ganda di SMA
berpedoman pada Kurikulum Khusus SMA A. A, selain berpedoman pada Kurikulum 2013
juga berpedoman pada Kurikulum Khusus
Model Pembelajaran SMA A. Kurikulum Khusus SMA A ini
Model pembelajaran SMA A, SMA B dan diterapkan dengan tujuan untuk menanamkan
SMA C juga menunjukkan adanya perbedaan. nilai-nilai wawasan kebangsaan agar terbentuk
Berdasarkan model pembelajaran menurut karakter wawasan kebangsaan siswa.
Joyce dan Weil (1986) diinterpretasikan Rokhman (2017:12) menjelaskan bahwa
bahwa model pembelajaran SMA A termasuk pendidikan melalui sekolah merupakan
model pembelajaran pengolahan informasi lokus untuk menanamkan karakter dan
(information processing) karena difokuskan nilai-nilai karakter dapat dimasukkan dalam
pada pencapaian konsep dan pengembangan strategi pendidikan sekolah. Dengan demikian
intelek. penerapan kurikulum berbasis pendidikan
Model pembelajaran yang diterapkan karakter wawasan kebangsaan di SMA A
di SMA A adalah metode ceramah. Hal efektif meningkatkan wawasan kebangsaan
ini dikarenakan jumlah peserta didik mata siswa. Hal ini memiliki relevansi dengan
pelajaran KNKP relatif besar yakni satu persentase skor hasil tes wawasan kebangsaan
angkatan, sekitar 350 s.d 380 orang siswa menunjukkan pencapaian hasil tertinggi oleh
sehingga proses pembelajaran efektif apabila siswa SMA A pada 2 (dua) aspek, yaitu aspek
dilakukan di ruangan luas, yaitu di ruang kerja paham kebangsaan 81% dan rasa kebangsaan
Perpustakaan SMA A. Sementara itu model 85%.
pembelajaran wawasan kebangsaan di SMA Salah satu contoh penelitian tentang
B termasuk model pembelajaran sosial, yakni pentingnya penanaman karakter terutama
fokus pada kegiatan investigasi kelompok. di kalangan generasi muda dilakukan
Guru menerapkan metode pembelajaran oleh Widiatmaka (2016:180-198) yang

13
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 1, April 2018: 1-26

menjelaskan dalam penelitiannya bahwa peran di lingkungan militer dan SMA Umum di luar
Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor lingkungan militer dengan ketahanan pribadi
di Kabupaten Sukoharjo dapat membangun siswa.
karakter pemuda, namun belum maksimal Tahapan penelitian diawali dengan
karena terdapat beberapa kendala, yaitu analisis kuantitatif, yaitu (1). Uji validitas
keuangan, kurangnya koordinasi pengurus, dan reliabilitas angket ketahanan pribadi;
kurang aktifnya pengurus, adanya kekosongan (2). Analisis deskripsi data skor hasil angket
jabatan dan kepentingan pribadi. Karakter ketahanan pribadi; dan (3). Uji Korelasi Pearson
yang dapat dibangun pada organisasi tersebut Product Moment. Instrumen penelitian berupa
adalah religius, tanggung jawab, disiplin, angket ketahanan pribadi yang digunakan
mandiri, kejujuran dan diantaranya adalah untuk menguji korelasi antara 2 (dua) variabel,
nasionalisme. Pembangunan karakter tersebut yaitu variabel wawasan kebangsaan (variabel
relevan dengan pembentukan karakter X) dan variabel ketahanan pribadi (variabel
kebangsaan bagi peserta didik di sekolah Y). Responden penelitian adalah siswa
melalui pembelajaran yang mendukung kelas X dan XI SMA A, SMA B dan SMA
wawasan kebangsaan siswa. C berjumlah 176 orang siswa. Selanjutnya
Pada bagian akhir pembahasan mengenai dilakukan analisis kualitatif mencakup: (1).
wawasan kebangsaan siswa SMA A, SMA B Pembentukan Karakter Kebangsaan Siswa;
dan SMA C, peneliti membingkai dalam (2). Internalisasi Nilai Rasa Kebangsaan
satu teori menurut Lickona (1991:7) yang Siswa; dan (3). Pembiasaan.
menjelaskan bahwa pendidikan memiliki dua
tujuan, yaitu membimbing para generasi muda Uji Validitas dan Reliabilitas Angket
untuk menjadi cerdas dan memiliki perilaku Ketahanan Pribadi
yang baik. Hal ini relevan dengan tujuan Uji validitas dan reliabilitas angket
pembelajaran wawasan kebangsaan di sekolah ketahanan pribadi dilakukan pada responden
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan penelitian berjumlah 30 orang siswa (n=30)
intelektual siswa pada materi wawasan dari SMA A, SMA B dan SMA C. Butir
kebangsaan dan ditekankan pada tujuan pernyataan angket dinyatakan valid apabila
akhir yaitu agar dengan nilai-nilai wawasan nilair hitung >r tabel pada nilai signifikansi
kebangsaan yang ditanamkan tersebut, siswa 5%.Pada uji validitas korelasi antara tiap butir
memiliki perilaku kebangsaan, bermoral soal dengan skor total dari n=30 diperoleh
Pancasila dan berkarakter kebangsaan. rtabel = 0,361. Item pernyataan dikatakan tidak
valid, jikarhitung < rtabel pada nilai signifikansi
Implikasi Wawasan Kebangsaan Siswa 5%.
SMA Terhadap Ketahanan Pribadi Hasil uji validitas instrumen angket
Pembahasan mengenai implikasi ketahanan pribadi menunjukkan bahwa
wawasan kebangsaan siswa terhadap dari 17 butir pernyataan, terdapat 5
ketahanan pribadi siswa adalah untuk menguji butir pertanyaan yang dinyatakan tidak
hipotesis 2, yaitu terdapat hubungan antara valid, karena r hitung < r tabel, sedangkan
wawasan kebangsaan siswa SMA Berasrama 12 butir pernyataan dinyatakan valid
Berwawasan Nusantara, siswa SMA Umum dan dapat digunakan sebagai instrumen

14
Windy Kartika Putri Widayanti, Armaidy Armawi, Budi Andayani -- Wawasan Kebangsaan Siswa Sekolah
Menengah Atas dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa

angket ketahanan pribadi. Uji reliabilitas SMA A, 74 responden, SMA B, 57 responden


menggunakan rumus Croanbach’s Alpha. dan SMA C, 45 responden.
Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila Skor ketahanan pribadi terbagi dalam
nilai reliabilitas instrumen > 0,70 dan dua parameter, yaitu parameter keuletan
sebaliknya apabila nilai reliabilitas instrumen berjumlah 8 pernyataan dan parameter
< 0,70 (Dewi, 2014:55). Selanjutnya hasil uji ketangguhan berjumlah 4 pernyataan. Skoring
reliabilitas menunjukkan nilai Croanbach’s pilihan jawaban skala Likert untuk pernyataan
Alpha 0,799 atau > 0,70 maka disimpulkan yang bersifat positif, skor adalah: SS (Sangat
bahwa 12 butir pernyataan angket ketahanan Setuju)=5; S (Setuju)=4; TS (Tidak Setuju)=3;
pribadi dinyatakan reliabel sehingga dapat KS (Kurang Setuju)=3;dan STS (Sangat
digunakan sebagai instrumen penelitian. Tidak Setuju)=1. Untuk pernyataan yang
bersifat negatif adalah sebaliknya yaitu: SS=1;
Analisis Deskripsi Skor Angket Ketahanan S=2; TS=3; KS=4;dan STS=5. Jumlah skor
Pribadi tertinggi diperoleh dari skor jawaban tertinggi
Analisisdeskripsi data skor hasil yaitu 5 (STS atau SS) dikalikan dengan jumlah
angket ketahanan pribadi bertujuan untuk responden. Selanjutnya dilakukan penilaian
mendeskripsikan hasil skor angket ketahanan terhadap skor berdasarkan tabel 2.
pribadi siswa dalam bentuk persentase. Perhitungan persentase menurut Putro
Responden dalam penelitian ini berjumlah 176 (2002:110) menjelaskan bahwa pendekatan
responden terdiri dari siswa kelas X dan XI jumlah skor menggunakan rumus: (Jumlah
skor : Jumlah Skor Tertinggi) x 100%
Tabel 2 Hasil persentase skor jawaban responden
Kriteria Penilaian Skor Ketahanan Pribadi pada angket ketahanan pribadi ditunjukkan
Hasil Perhitungan Kategori pada gambar 3.
20% s.d 36% Sangat Tidak Baik
36% s.d 52% Tidak Baik
Gambar 3 dapat dideskripsikan
52% s.d 68% Cukup Baik persentase skor ketahanan pribadi yang terdiri
68% s.d 84% Baik dari dua parameter, yaitu parameter keuletan
84% s.d 100% Sangat Baik dan ketangguhan. Pada kedua parameter,
Sumber: Diolah Peneliti,2017

Gambar 3
Preosentase Skor Ketahanan Pribadi Siswa

Sumber: Diolah Peneliti, 2017

15
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 1, April 2018: 1-26

Tabel 3
Uji Hipotesis Korelasi X dan Y
Correlations
Wawasan Kebangsaan Ketahanan Pribadi
Wawasan Kebangsaan Pearson Correlation 1 .159*
Sig. (2-tailed) .035
N 176 176
Ketahanan Pribadi Pearson Correlation .159* 1
Sig. (2-tailed) .035
N 176 176
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber: Diolah Peneliti,2017

keuletan skor tertinggi yaitu 87% (Sangat Dalam uji korelasi ini, dasar pengambilan
Baik) dan ketangguhan 85% (Sangat Baik) keputusan adalah jika nilai signifikansi antara
dicapai oleh SMA C. variabel wawasan kebangsaan (variabel X)
dan variabel ketahanan pribadi (variabel
Uji Korelasi Pearson Product Moment Y) < 0,05 maka terdapat hubungan yang
Korelasi antara variabel wawasan signifikan antara variabel X dan variabel
kebangsaan (variabel X) dan variabel ketahanan Y, namun sebaliknya jika nilai signifikansi
pribadi (variabel Y) pada hipotesis 2 diuji variabel X dan variabel Y > 0,05 maka tidak
melalui uji korelasi Pearson Product Moment terdapat hubungan yang signifikan. Kekuatan
yaitu suatu bentuk uji statistik inferensi untuk hubungan dalam korelasi Pearson Product
mengetahui keeratan hubungan antar variabel Moment adalah -1 sampai 1.
yang dinyatakan dengan koefisien korelasi Hasil uji korelasi Pearson Product
(r). Uji korelasi menggunakan perhitungan Moment yang diikuti oleh responden berjumlah
SPSS 16.0. 176 orang (n=176), menunjukkan bahwa nilai

Gambar 4
Scatterplot korelasi wawasan kebangsaan (X) dan ketahanan pribadi (Y)

Sumber: Diolah Peneliti,2017

16
Windy Kartika Putri Widayanti, Armaidy Armawi, Budi Andayani -- Wawasan Kebangsaan Siswa Sekolah
Menengah Atas dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa

r= 0,159, n=176, sig. 0,035 atau < 0,05. Hasil atau negatif. Oleh karena itu di era globalisasi ini
uji korelasi menunjukkan adanya hubungan maka yang diperlukan tidak hanya meningkatkan
antara variabel wawasan kebangsaan (variabel kemampuan kognitif (kecerdasan) siswa dalam
X) dan variabel ketahanan pribadi (variabel materi wawasan kebangsaan, melainkan
Y) dengan kekuatan hubungan lemah/ kecil. diarahkan pada peningkatan kemampuan afektif
Adapun hasil uji korelasi Pearson variabel X (sikap dan perilaku) serta tingkat ketakwaan
dan variabel Y dapat dilihat pada tabel 3 dan siswa agar menumbuhkan keuletan. Internalisasi
arah korelasi sesuai scatterplot pada gambar 4. pendidikan wawasan kebangsaan yang
Gambar 4 tersebut menegaskan adanya berlandaskan nilai-nilai dan moralitas Pancasila
korelasi antara variabel wawasan kebangsaan di SMA A, SMA B dan SMA C perlu diikuti
dan ketahanan pribadi, ditunjukkan dengan titik- upaya untuk meningkatkan tingkat ketakwaan
titik data terbentang dari kiri bawah kemudian individu (siswa) agar tercapai keuletan individu,
naik ke kanan, maka arah hubungan wawasan yang sifatnya ke dalam, secara alami mendasari
kebangsaan dan ketahanan pribadi adalah terwujudnya ketangguhan yang sifatnya ke luar.
positif, artinya apabila wawasan kebangsaan Pada akhirnya keuletan dan ketangguhan pribadi
meningkat, maka akan meningkatkan yang terbina secara baik dan seimbang akan
ketahanan pribadi. Maka hasil uji hipotesis 1 menumbuhkan ketahanan pribadi siswa.
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara wawasan kebangsaan SMA Umum Wawasan Kebangsaan Berimplikasi
Berasrama Berwawasan Nusantara, SMA Terhadap Ketahanan Pribadi
Umum di lingkungan militer dan SMA Umum Data hasil analisis kuantitatif
di luar lingkungan militer dengan ketahanan menunjukkan terdapat hubungan antara
pribadi siswa. wawasan kebangsaan dengan ketahanan
Kekuatan hubungan antara wawasan pribadi. Hal ini menarik perhatian peneliti untuk
kebangsaan (variabel X) dan ketahanan pribadi membuktikan, memperdalam dan memperluas
(variabel Y) termasuk kategori lemah/ kecil. data untuk mengetahui implikasi wawasan
Menurut pendapat penulis, lemah/ kecilnya kebangsaan siswa SMA terhadap ketahanan
hubungan tersebut terkait dengan faktor- pribadi siswa dengan cara melakukan analisis
faktor yang membentuk ketahanan pribadi. kualitatif. Analisis kualitatif berpedoman pada
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya parameter keuletan dan ketangguhan serta
oleh Sunardi (1997:32) mengenai analogi skala konversi kuantitatif-kualitatif kondisi
hubungan dasar ketahanan pribadi bahwa ketahanan nasional (Sunardi, 1997: 124-
tumbuhnya ketahanan pribadi apabila moralitas 129). Peneliti melakukan wawancara dengan
Pancasila disinari oleh takwa dalam kalbu 5 (lima) informan, terdiri dari 3 (tiga) orang
sebagai kunci keberhasilan manajemen pribadi. guru dan 2 (dua) orang siswa SMA A, SMA
Takwa dalam kalbu memiliki keterkaitan B dan SMA C serta analisis dokumen yang
dengan salah satu unsur pembentuk ketahanan berkaitan dengan wawasan kebangsaan siswa
pribadi yaitu keuletan yang sifatnya ke dalam. dan ketahanan pribadi siswa.
Menurut Sunardi, keuletan merupakan kualitas Hasil analisis kualitatif menunjukkan
pribadi, masyarakat dan bangsa yang mampu bahwa wawasan kebangsaan berimplikasi
mengabsorbsi dampak lingkungan baik positif terhadap ketahanan pribadi siswa: (1). SMA

17
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 1, April 2018: 1-26

A, berimplikasi pada rasa dan jiwa kebangsaan Paham kebangsaan berorientasi pada cara
siswa, termasuk parameter ketangguhan, yaitu berfikir, pemahaman latar belakang sejarah
moralitas Pancasila; (2). SMA B, berimplikasi terjadinya Sumpah Pemuda. Dengan demikian
pada kepribadian yang kuat dan rasa perlu adanya pengetahuan dan pemahaman
kebangsaan, termasuk parameter ketangguhan, mendalam mengenai Sumpah Pemuda agar
yaitu moralitas Pancasila; dan (3). SMA C, peserta didik mampu mengatasi berbagai
berimplikasi pada sikap disiplin, akhlak, permasalahan, konflik maupun perbedaan
tidak suka membolos dan rasa cinta tanah air, yang terjadi di lingkungan, masyarakat dan
termasuk parameter keuletan, yaitu disiplin bangsanya.
nasional dan parameter ketangguhan, yaitu Salah satu contoh penelitian yang
moralitas. Dengan demikian diinterpretasikan berorientasi pada upaya penguatan
bahwa hasil penelitian kualitatif bahwa pengetahuan dan kemampuan warga negara
wawasan kebangsaan berimplikasi terhadap dalam mengatasi masalah-masalah sosial,
ketahanan pribadi siswa yakni pada unsur rasa politik dan kenegaraan (civic literacy)
kebangsaan. berdasarkan penelitian yang dilakukan
Upaya untuk meningkatkan rasa oleh Rahardjo (2017:53) yang menjelaskan
kebangsaan bagi setiap anggota masyarakat diantaranya bahwa penguatan civic literacy
merupakan hal penting. Sebagaimana berimplikasi pada ketahanan pribadi pemuda
dikemukakan oleh Amal dan Armawi yaitu berupa pola pikir dan pola perilaku yang
(1998:12) yang menjelaskan bahwa rasa menunjukkan adanya keinginan pemuda untuk
kebangsaan merupakan perekat paling dasar terus berusaha mempraktikkan materi-materi
dari setiap anggota masyarakat bangsa yang civic literacy yang mereka sampaikan saat
karena sejarah dan budayanya memiliki sosialisasi pada kehidupan sehari-hari.
dorongan untuk menjadi satu dan bersatu tanpa Hasil penelitian ini relevan dengan upaya
pamrih di dalam satu wadah negara bangsa meningkatkan wawasan kebangsaan siswa
(nation-state). Ungkapan rasa kebangsaan dengan cara menguatkan wawasan kebangsaan
diwujudkan dalam bentuk Sumpah Pemuda siswa melalui pendidikan akademik untuk
pada tanggal 28 Oktober 1948. Sumpah meningkatkan kecerdasan siswa dan sekaligus
pemuda merupakan peristiwa bersejarah yang pendidikan karakter kebangsaan siswa.
membanggakan dan mempersatukan seluruh Strategi pendidikan rasa kebangsaan menurut
anak bangsa Indonesia dari Sabang sampai Depdiknas (2009:36-40) menjelaskan
Merauke yang multi etnis, suku dan budaya bahwa dalam pembelajaran rasa kebangsaan
dalam satu tanah air,satu bangsa dan satu sebaiknya dipadukan secara integral melalui
bahasa. Rasa kebangsaan dalam diri seluruh lintas studi, seperti Bahasa, Ilmu Sosial,
bangsa Indonesia yang mempersatukan tanah Sains dan Seni. Kegiatan Kokurikuler dan
air, bangsa dan bahasa inilah yang perlu dijaga, Ekstrakurikuler dapat dilakukan melalui
diperkuat dan ditingkatkan terutama bagi kegiatan antara lain: studi di objek sejarah,
siswa sebagai generasi penerus bangsa. industri strategis dan lembaga-lembaga negara
Agar siswa memiliki rasa kebangsaan serta kegiatan kemasyarakatan seperti bakti
dari peristiwa Sumpah Pemuda tersebut, maka sosial. Selain melalui pembelajaran di kelas,
siswa perlu memiliki paham kebangsaan. maka guru perlu mendorong siswa untuk

18
Windy Kartika Putri Widayanti, Armaidy Armawi, Budi Andayani -- Wawasan Kebangsaan Siswa Sekolah
Menengah Atas dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa

melakukan pembelajaran di luar kelas dalam pada mata pelajaran PPKn dan ekstrakurikuler
bentuk mata kegiatan, seperti kunjungan ke Pramuka dan Paskib serta kokurikuler yaitu
Museum, Lembaga Negara, Kawasan Industri Biografi Pahlawan.
strategis dan kegiatan sosial kemasyarakatan Hal menonjol adalah penggunaan
seperti praktik Bakti Sosial. Kegiatan-kegiatan Kurikulum Khusus SMA A yang
tersebut bermanfaat untuk mempertajam diimplementasikan melalui mata pelajaran
kepekaan siswa terhadap nilai perdamaian, maupun dilaksanakan dalam kehidupan siswa
menanamkan nilai patriotisme dan hak serta sehari-hari di dalam sekolah. Secara akademik
kewajiban bela negara. diimplementasikan diantaranya melalui pelajaran
Kenusantaraan dan Kepemimpinan. Dalam
Pembentukan Karakter Kebangsaan Siswa rangka pembentukan karakter pada Kurikulum
Pendidikan karakter pada hakikatnya Khusus, penanaman dan implementasi nilai-
merupakan pengembangan nilai-nilai nilai dalam kehidupan sehari-hari dilaksanakan
yang berasal dari pandangan hidup atau melalui Mata Kegiatan Pengembangan Diri
ideologi bangsa Indonesia, agama dan (Kepala LPTTN, 2013:2).
budaya dan nilai-nilai yang dirumuskan
dalam tujuan pendidikan nasional. Dalam Faktor Pendukung Pembentukan Karakter
bidang pendidikan, pembangunan karakter Kebangsaan di SMA A
diwujudkan dalam program Penguatan Pembentukan karakter kebangsaan
Pendidikan Karakter (PPK) terkait revolusi di SMA A didukung oleh beberapa faktor,
mental. Rasa kebangsaan yang berimplikasi antara lain: (1). Model sekolah berasrama
terhadap ketahanan pribadi memiliki penuh mendukung tercapainya interaksi dan
keterkaitan dengan salah satu nilai utama tanggung jawab tri pusat pendidikan; (2).
dari PPK, yaitu nilai Nasionalis. Pengertian Kontinuitas pendidikan karakter di luar kelas;
nasionalis adalah cara berpikir, cara bersikap (3). Peran guru sebagai pendidik, pengajar,
dan cara bertindak yang mencerminkan jiwa pengasuh dan pelatih; (4). Ketersediaan
nasionalisme yang tinggi. fasilitas pendidikan berbasis karakter di
Pada dasarnya pembentukan karakter lembaga pendidikan, misalnya Laboratorium
kebangsaan siswa SMA A, SMA B dan Kepemimpinan; (5). Adanya evaluasi secara
SMA C diimplementasikan pada mata kontinu mata pelajaran dalam Kurikulum
pelajaran dan mata kegiatan yaitu (1). SMA A Khusus. Jenis evaluasi bersifat kuantitatif
diimplementasikan pada mata pelajaran PPKn dan kualitatif dengan prosedur tes dan non
dan KNKP serta mata kegiatan Jumpa Tokoh tes. Evaluasi menekankan pada monitoring
Nasional (JTN), Latihan Hulubalang dan bersifat kualitatif karena fokusnya adalah
Latihan Kemasyarakatan Peduli Lingkungan pembentukan karakter.
(LKPL). Sasaran pendidikan karakter adalah
agar lulusan SMA A menjadi manusia utama, Internalisasi Nilai Rasa Kebangsaan Siswa
ksatria utama dan pemimpin utama; (2). SMA Internalisasi nilai rasa kebangsaan siswa
B diimplementasikan dalam mata pelajaran SMA A, SMA B dan SMA C ditinjau dari model
PPKn, ekstrakurikuler Pramuka dan kegiatan pengintegrasian, strategi dan pendekatan, dapat
Bela Negara; dan (3). SMA C diimplentasikan ditunjukkan sebagai berikut.

19
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 1, April 2018: 1-26

Pertama, internalisasi nilai rasa Kedua, internalisasi nilai rasa kebangsaan


kebangsaan siswa SMA A internalisasi nilai siswa SMA B antara lain terintegrasi pada : (1)
rasa kebangsaan berpedoman pada Kurikulum mata pelajaran, yaitu PPKn dan mata kegiatan
2013 dan Kurikulum Khusus SMA A dilakukan berupa ekstrakurikuler Pramuka dan PKS; (2)
terintegrasi pada mata pelajaran PPKn dan program pengembangan diri, yaitu pemutaran
Kenusantaraan dan Kepemimpinan (KNKP) dan lagu-lagu nasional pada awal dan akhir jam
mata kegiatan Jumpa Tokoh Nasional (JTN), pelajaran dan pemutaran lagu Indonesia Raya
kunjungan ke Museum Dirgantara. Selain itu tepat pukul 07.00 setiap harinya. Contohnya
internalisasi nilai rasa kebangsaan terintegrasi kegiatan mata pelajaran PPKn untuk kelas X
dalam Program Pengembangan Diri, contohnya guru menjelaskan mengenai Integrasi Nasional
kegiatan rutin Upacara Bendera dan terintegrasi yang membahas tentang wawasan kebangsaan.
dalam budaya sekolah. Budaya sekolah SMA Guru berperan sebagai fasilitator, siswa
A di antaranya adanya kegiatan rutin sekolah menggali informasi materi tersebut sendiri
yaitu penaikan bendera Merah Putih pada pukul dan melakukan diskusi kelompok. Dengan
06.00 dan penurunan bendera pukul 18.00 demikian dapat diinterpretasikan bahwa guru
yang dilakukan oleh tiga orang siswa secara SMA B menerapkan strategi mengembangkan
bergiliran dan satu orang Pengawas. Setiap motivasi dan minat siswa dalam diskusi
siswa dan seluruh warga perguruan memberikan kelompok kecil, sehingga siswa dapat berpikir
penghormatan setiap kali mendengar terompet kritis, termasuk dalam strategi Pictorial Riddle
pengibaran dan penurunan bendera. Selain Approach. Pendekatan pendidikan karakter
itu, kegiatan rutin lainnya adalah kegiatan di SMA A dilakukan melalui penanaman dan
Apel Bersama pada pagi, siang dan malam penegakan disiplin.
dan Santiaji, yaitu penyampaian tata nilai atau Ketiga, internalisasi nilai rasa kebangsaan
doktrin untuk mendidik karakter kebangsaan siswa SMA C terintegrasi pada (1). Mata
siswa yang diberikan secara terus menerus oleh pelajaran, yaitu PPKn dan mata kegiatan
guru atau Pamong agar muncul kesadaran dalam ekstrakurikuler Pramuka dan Paskib; (2).
diri siswa. Program pengembangan diri yaitu Upacara
Kegiatan pengibaran Bendera Merah Bendera hari Senin dan Upacara Bendera
Putih yang dilakukan setiap hari di SMA A pada Hari Besar lainnya dan (3). Integrasi
merupakan salah satu upaya meningkatkan budaya sekolah. SMA C menanamkan
kompetensi dasar siswa menghargai nilai rasa kebangsaan melalui keteladanan
lambang negara Bendera Merah Putih, guru dan orang tua serta metode inquiry.
dan kegiatan Apel Bersama serta Santiaji Pendidikan karakter untuk menanamkan nilai
merupakan strategi pendidikan karakter rasa kebangsaan oleh guru SMA C dilakukan
dengan penanaman kesadaran nilai rasa dengan menerapkan strategi Inquiry Approach
kebangsaan kepada siswa setiap saat, menurut yakni penguatan kemampuan bernalar peserta
peneliti termasuk dalam strategi Self Esteem didik untuk mempertajam daya pikir sehingga
Approach. Pendekatan pendidikan karakter di peserta didik mampu memanfaatkan potensi
SMA A dilakukan melalui keteladanan guru/ dan intelegensi secara maksimal. Pendekatan
pamong di lingkungan sekolah, penanaman karakter yang dilakukan melalui keteladanan
nilai disiplin. guru di lingkungan sekolah dan orang tua

20
Windy Kartika Putri Widayanti, Armaidy Armawi, Budi Andayani -- Wawasan Kebangsaan Siswa Sekolah
Menengah Atas dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa

di lingkungan keluarga serta menerapkan menjadikan karakter kebangsaan sebagai


pembiasaan secara spontan dan saling karakter hidup. Kelas-kelas pembelajaran
mengingatkan diantara murid, guru hingga wawasan kebangsaan harus mampu mengubah
Kepala Sekolah. peranannya sebagai forum tempat subversi
(Postman dan Weingarter, 1969:63). Istilah
Keteladanan guru dan orang tua subversi artinya para siswa perlu dibantu
Sekolah dan keluarga memiliki peranan menempuh suatu proses penemuan. Menurut
yang penting dalam pendidikan karakter Postman dan Weingarter, suatu pelajaran
siswa terutama bagi siswa yang sama sekali hanyalah apa yang kita katakan dari sudut
tidak mendapatkan pendidikan karakter di pandang kita dan oleh karenanya diperlukan
dalam keluarga. Menurut Wibowo (2012:54) siswa yang mampu menjadi pemberi makna
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (meaning makers). Dengan kata lain, hal-hal
William Bennet (1991) menjelaskan bahwa yang dipelajari di kelas harus bermakna dan
siswa menghabiskan waktu lebih lama di masuk akal bagi para siswa, bukan hanya
sekolah daripada di rumah, sehingga apa sekedar informasi yang mereka serap hanya
yang terekam dalam memori anak didik di karena mereka harus menerimanya. Dalam
sekolah ternyata memiliki pengaruh besar hal ini guru bertugas untuk merangsang dan
bagi kepribadian mereka ketika dewasa kelak. untuk berpikir kritis pada setiap tahapan
Keteladanan guru dalam menanamkan nilai- pembelajaran.
nilai wawasan kebangsaan dirasakan oleh Dalam penerapan fungsi kelas sebagai
siswa SMA A yang mengungkapkan bahwa forum tempat subversif, guru mendorong
keteladanan Pamong SMA A dalam mengajar, siswa untuk menanggapi metode, gagasan,
tingkah laku yang baik saat melakukan ilustrasi atau foto-foto dalam pembelajaran
aktivitas tertentu di sekolah dan dipraktekkan wawasan kebangsaan serta mendiskusikan
dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi bersama. Dengan demikian pengajaran
contoh teladan bagi siswa. wawasan kebangsaan tidak sekedar membuat
Keteladanan guru dalam bersikap siswa memiliki wawasan kebangsaan, tetapi
dan bertutur kata berhubungan dengan juga siswa menjadi kritikus yang berwawasan
perkembangan kepribadian siswa SMA A. kebangsaan dan berkarakter kebangsaan. Oleh
Kepribadian guru menjadi teladan yang karena itu pengajaran yang dilakukan oleh
mendukung keberhasilan siswa di masa guru juga harus kreatif sehingga dapat lebih
depan. Dengan demikian, terdapat perubahan variatif dan menarik minat siswa.
paradigma peran guru dari ranah kognitif ke
arah pemberian teladan dan praksis nyata. Pembiasaan (Habituation)
Guru selain menjadi teladan, guru Metode pembiasaan atau habituasi yaitu
berperan membimbing dan mengarahkan mengajak anak melakukan kegiatan sehari-hari
di kelas dan membentuk kedisiplinan siswa sesuai dengan yang kita programkan sehingga
diungkapkan oleh siswa SMA B. Kesadaran kegiatan tersebut melekat pada diri anak
dan keterampilan guru dalam mendalami, sehingga menjadi kebiasaan hidupnya (Wibowo,
mengajarkan dan mempraktikkan pendidikan 2012:126). Penerapan pembiasaan nilai rasa
karakter kebangsaan sangat diperlukan agar kebangsaan dapat ditunjukkan sebagai berikut.

21
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 1, April 2018: 1-26

Pertama, SMA A menerapkan didik serta menamkan nilai patriotisme dan


pembiasaan nilai rasa kebangsaan sebagai nasionalisme.
tradisi sekolah, antara lain yaitu menerapkan Implikasi wawasan kebangsaan terhadap
secara spontan saling menyapa antara guru ketahanan pribadi siswa SMA B ditunjukkan
dengan siswa dan murid memberi salam dan beberapa hal, yaitu dari pencapaian persentase
penghormatan kepada guru saat bertemu. jawaban benar, yaitu unsur semangat
Pembiasaan lainnya yaitu dengan menciptakan kebangsaan tertinggi 71% dibandingkan
lingkungan yang kondusif dan integrasi yaitu unsur paham kebangsaan 64% dan rasa
dalam bentuk suasana belajar bersama, makan kebangsaan 53%. Indikasi lainnya ditunjukkan
bersama seluruh siswa dari berbagai propinsi dengan adanya sikap disiplin, tanggung jawab
di Indonesia dengan beragam suku, budaya dan nasionalisme siswa SMA B. Kegiatan
dan bahasa daerah. Pembiasaan nilai rasa Bela Negara berperan positif meningkatkan
kebangsaan yang diterapkan oleh SMA A kesadaran bela negara.
tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan Ketiga, SMA C menerapkan pembiasaan
kecerdasan siswa tetapi juga emosional, untuk menanamkan nilai rasa kebangsaan
mengajarkan kemandirian dan kemampuan melalui penyelenggaraan lomba-lomba
memanajemen diri. Implikasi wawasan kebangsaan sesuai program sekolah,
kebangsaan terhadap ketahanan pribadi contohnya Pertempuran 5 hari di Semarang
siswa SMA A ditunjukkan beberapa hal, yaitu dan Perang Diponegoro, lomba parade dan
tingginya persentase jawaban benar tertinggi baca puisi. Pembiasaan lainnya yaitu siswa
antar SMA pada unsur paham kebangsaan ditanamkan kebiasaan saling menyapa dan
siswa, yaitu 81% (Sangat baik) dan unsur rasa selalu diingatkan baik dari Kepala Sekolah
kebangsaan siswa, yaitu 85% (Sangat baik). kepada Guru, Guru kepada murid dan secara
Indikasi lainnya ditunjukkan adanya sikap kolektif bersama-sama.Implikasi wawasan
disiplin, mandiri, tanggung jawab, toleransi kebangsaan terhadap ketahanan pribadi siswa
dan nasionalisme peserta didik serta saling SMA C ditunjukkan beberapa hal, yaitu
menghormati antar peserta didik dan guru. tingginya persentase jawaban benar tertinggi
Kedua, SMA B, pembiasaan nilai antar SMA yaitu unsur semangat kebangsaan
rasa kebangsaan dilakukan secara rutin siswa, yaitu 83%. Hal ini menandakan bahwa
siswa dibiasakan untuk mengenal lagu- pembiasaan yang dilakukan oleh SMA C
lagu nasional yang diputar pada awal dan melalui lomba-lomba kebangsaan yang
akhir jam pelajaran sekolah serta pemutaran diprogramkan oleh sekolah, keteladanan guru,
lagu Indonesia Raya pada jam 07.00 setiap berperan positif bagi pengembangan ranah
harinya. Pembiasaan lainnya yaitu siswa kognitif dan afektif (sikap dan nilai) siswa
ditanamkan kebiasaan untuk saling menyapa dan terutama pengembangan unsur semangat
diantara murid dan guru. Selain itu SMA B kebangsaan siswa.
melaksanakan kegiatan Bela Negara yang Pada bagian akhir penelitian, peneliti
dilakukan setiap tahunnya bekerjasama membingkai seluruh pembahasan mengenai
dengan Akademi Militer. Kegiatan tahunan wawasan kebangsaan siswa SMA dan
ini bertujuan menanamkan kesadaran hak implikasinya terhadap ketahanan pribadi
dan kewajiban bela negara kepada peserta siswa dengan teori yang relevan yakni teori

22
Windy Kartika Putri Widayanti, Armaidy Armawi, Budi Andayani -- Wawasan Kebangsaan Siswa Sekolah
Menengah Atas dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa

Perkembangan Moral menurut Lickona yang agama, perlu ditanamkan sepanjang hayat
menjelaskan adanya proses perkembangan dalam rangka menumbuhkan pengetahuan,
moral yang melibatkan pengetahuan moral kecintaan dan kebanggaan siswa pada
(moral knowing), perasaan moral (moral bangsa Indonesia agar siswa tidak hanya
feeling) dan tindakan moral (moral action). cerdas wawasan kebangsaannya, namun
Teori Lickona menjadi dasar yang kuat juga berperilaku kebangsaan yang baik dan
mencapai tujuan pendidikan wawasan berkarakter kebangsaan.
kebangsaan, yakni dengan wawasan
kebangsaan, siswa memiliki paham, rasa dan SIMPULAN
semangat kebangsaan dan diwujudkan dalam Dari keseluruhan penjelasan tersebut
tindakan kebangsaan. di atas, maka dapat ditarik simpulan sebagai
Pembentukan karakter kebangsaan berikut.
sebagaimana pada gambar 5, dilakukan Pertama, terdapat perbedaan wawasan
melalui penyatuan unsur-unsur wawasan kebangsaan siswa SMA Umum Berasrama
kebangsaan dan melalui proses internalisasi Berwawasan Nusantara, siswa SMA Umum
nilai rasa kebangsaan. Keberhasilan di lingkungan militer dan siswa SMA Umum
pembentukan karakter kebangsaan ditentukan di luar lingkungan militer. SMA A mencapai
oleh keteladanan guru dan orang tua. Menurut prosentase jawaban benar tertinggi sangat
Lickona (1991:7) bahwa cerdas dan berperilaku baik pada indikator paham kebangsaan
baik merupakan dua tujuan utama pendidikan dengan perolehan persentase 81% dan sangat
Nilai-nilai rasa kebangsaan atau nasionalis baik pada indikator rasa kebangsaan sebesar
seperti cinta tanah air, disiplin, taat hukum, 85%, sedangkan pada indikator semangat
menghormati keragaman budaya, suku dan kebangsaan prosentase jawaban tertinggi

Gambar 5
Visualisasi Proses Pembentukan Karakter Kebangsaan Siswa

Pendidikan
Karakter
Kebangsaan

(Moral (Moral Feeling)


knowing) Paham,Rasa dan
Wawasan Semangat
Kebangsaan Internalisasi Kebangsaan
Nilai Wawasan
Kebangsaan

(Moral Action)
Tindakan
kebangsaan

Sumber: Diolah Peneliti, 2017

23
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 1, April 2018: 1-26

sangat baik dicapai oleh SMA C sebesar individu sehingga ia mampu mengabsorbsi
83%. Terdapat perbedaan implementasi dampak positif atau negatif lingkungan di era
pembelajaran wawasan kebangsaan yaitu globalisasi. Keuletan individu tersebut secara
SMA A berpedoman pada dua kurikulum, alami mendasari terwujudnya ketangguhan yang
yaitu kurikulum 2013 dan kurikulum khusus akan menumbuhkan ketahanan pribadi siswa.
bertujuan membentuk kebangsaan siswa
dan diimplementasikan pada pelajaran PPKn DAFTAR PUSTAKA
dan Kenusantaraan dan Kepemimpinan, Amal, Ichlasul dan Armawi, Armaidy,
sedangkan di SMA B dan SMA C berpedoman 1998, Regionalisme, Nasionalisme, dan
pada kurikulum yang sama yaitu kurikulum Ketahanan Nasional. Yogyakarta: Gadjah
2013 bertujuan agar siswa tidak memiliki mada University Press.
pola pikir kedaerahan dan memiliki karakter Astawa, Dewa Nyoman Wiji, 2011,Pola Pikir
cinta tanah air dan diimplementasikan pada Meningkatkan Wawasan Kebangsaan
mata pelajaran yang sama yaitu PPKn. Mencegah Disintegrasi Bangsa, Surabaya:
Kedua, terdapat hubungan positif Paramita.
antara wawasan kebangsaan siswa SMA Creswell,2009, Research Design Pendekatan
Umum Berasrama Berwawasan Nusantara, Kualitatif,Kuantitatif, dan Mixed, Edisi
siswa SMA Umum di lingkungan militer Ketiga, Pustaka Pelajar,Yogyakarta
dan siswa SMA Umum di luar lingkungan
Depdiknas, 2009, Panduan Pelaksanaan
militer dengan ketahanan pribadi siswa pada
Pendidikan Berwawasan Kebangsaan
indikator rasa kebangsaan dan indikator
di Sekolah Menengah Pertama, <http://
ketangguhan.SMA C mencapai persentase
www.file.upi.edu/Direktori/FIP/Jur
skor jawaban tertinggi sangat baik pada
Pedagogik Y.Suyitno/ Panduan_Siap_
indikator keuletan dengan perolehan
DikWasbang_Jadi.pdf> diakses pada 13
persentase 87% dan sangat baik pada
Agustus 2017.
indikator ketangguhan 85%.
Ketiga, hubungan antara variabel wawasan Dewi, 2014, Gusti Ayu Putu Ratih Kusuma,
kebangsaan (variabel X) dan variabel ketahanan Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap
pribadi (variabel Y) adalah positif dan signifikan, Kepuasan dan Loyalitas Nasabah PT
dengan nilai koefisien korelasi yaitu 0,159 BPR Hoki di Kabupaten Tabanan. Jurnal
dan taraf signifikansi sebesar 0,035 termasuk Ekonomi dan Bisnis, Bali, Universitas
dalam kategori hubungan lemah atau kecil, Udayana.
dikarenakan berkaitan dengan analogi hubungan Djono, 2016, Internalisasi Nilai dalam
dasar ketahanan pribadi bahwa moral individu Pembelajaran,< http://www.lyceum.id>
yakni moralitas Pancasila yang menjadi landasan (diakses pada 11 Agustus 2017).
wawasan kebangsaan bukanlah faktor utama Gusti, 2015, Armaidy Armawi: Muncul
untuk menumbuhkan ketahanan pribadi, namun Apatisme Terhadap Pancasila, <https://
perlu adanya dukungan faktor lain yaitu taqwa ugm.ac.id>(diakses tanggal 3 November
dalam kalbu yang akan menentukan keuletan 2017)
individu. Keuletan individu diwujudkan Hargo, Dody Usodo,2010, Kuliah Umum
oleh kemampuan intelektual dan emosional Pemahaman Wawasan Nusantara Sebagai

24
Windy Kartika Putri Widayanti, Armaidy Armawi, Budi Andayani -- Wawasan Kebangsaan Siswa Sekolah
Menengah Atas dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa

Wawasan Kebangsaan Indonesia Dalam Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa


Rangka Membangun Ketahanan Nasional, Tengah), Tesis, Program Studi Ketahanan
Kupang, Universitas Nusa Cendana. Nasional Sekolah Pascasarjana Universitas
Hidayatullah, Furqon, 2010, Pendidikan Gadjah Mada, Yogyakarta
Karakter: Membangun Peradaban Putro, Eko W., 2012, Teknik Penyusunan
Bangsa. Surakarta: Yuma Pressindo Instrumen Penelitian, Pustaka Pelajar,
Lickona, Thomas. 1991. Educating for Yogyakarta.
Character: Mendidik untuk Membentuk Raharjo,2017,’Penguatan Civic Literacy
Karakter. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Dalam Pembentukan Warga Negara Yang
LPTTN, 2013, Buku Kurikulum Khusus SMA Baik (Good Citizen) Dan Implikasinya
Taruna Nusantara, Jakarta. Terhadap Ketahanan Pribadi Warga Negara
Martodirdjo,2008.’Implementasi Pancasila Muda (Studi Tentang Peran Pemuda HMP
D a l a m M e n u m b u h k a n Wa w a s a n PPKn Demokratia Pada Dusun Binaan
Kebangsaan’, Jurnal Ketahanan Nasional, Mutiara Ilmu di Jebres, Surakarta, Jawa
No.XIII (2), April 2008,pp.1-14. Tengah), Jurnal Ketahanan Nasional,
Volume 23 No.2, Agustus 2017
Najib, Ivan Nove Ainun, 2013, Penanaman
Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran Rahmanto, Ricky dan Muhammad Turhan
Muatan Lokal Wawasan Kebangsaan pada Yani, 2011, “Pemahaman Kader Pimpinan
Siswa Kelas VIII di SMPN 1 Nglegok Komisariat Perguruan Tinggi Ikatan
Kabupaten Blitar, Skripsi: Universitas Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)-Ikatan
Gadjah Mada <http://www.etd.repository. Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
ugm.ac.id> (diakses tanggal 31 Juli 2017). Universitas Negeri Surabaya tentang
Wawasan Kebangsaan”,Jurnal Kajian
Nasikun,2006,’Wawasan Kebangsaan
Moral dan Kewarganegaraan,Volume 03
di Bawah Tekanan Globalisasi dan
Nomor 03 Tahun 2015:1369-1381
Kebangkitan Kembali Politik Aliran,
Jurnal Ketahanan Nasional, No.XI (1), Riduwan,2013. Belajar Mudah Penelitian
April 2006,pp.1-29. Untuk Guru-Karyawan dan Penelitian
Pemula. Bandung: Alfabeta
Postman, Neil dan Charles Weingarter, 1969,
“Teaching as a Subversive Activity”, Sukiman, 2017, “Peran Museum Sebagai
<http://www.archive.org/details/Teachin Sumber Belajar dan Sarana Pendidikan
gAsASubversiveActivity>(diakses tanggal K a r a k t e r B a n g s a ” , < h t t p / / w w w.
4 Agustus 2017) sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id>
(diakses pada 21 Agustus 2017)
Putri Widayanti, Windy Kartika, 2017,
Wawasan Kebangsaan Siswa Sekolah Sunardi, 1997. Teori Ketahanan Nasional,
Menengah Atas dan Implikasinya Terhadap Hastannas, Jakarta.
Ketahanan Pribadi Siswa(Studi pada Siswa Syamsudin, Chalim, 2013, Integrasi
Sekolah Menengah Atas (SMA) Umum Pendidikan Wawasan Kebangsaan ke
Berasrama Berwawasan Nusantara, SMA dalam Perangkat Pembelajaran IPS Kelas
Umum di Lingkungan Militer dan SMA VIII di SMP PGRI 9 Sidoarjo. Jurnal
Umum di Luar Lingkungan Militer di Interaksi Volume 01 Nomor 01.

25
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 24, No 1, April 2018: 1-26

Syarbini, Amirulloh, 2012, Buku Pintar Widiatmaka, Pipit, 2016,’Peran Organisasi


Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Kepemudaan Dalam Membangun
Mendidik Karakter Anak di Sekolah, Karakter Pemuda dan Implikasinya
Madrasah, dan Rumah, Jakarta:as@-prima Terhadap Ketahanan Pribadi Pemuda,
Wati,D,C, 2014, ’Peran Lembaga Pendidikan Jurnal Ketahanan Nasional, Vol.22 (2);25
Dasar Dalam Pelestarian Bahasa Daerah Agustus 2016,pp.180-198.
dan Implikasinya terhadap Ketahanan Zubaedi, 2011. Desain Pendidikan Karakter,
Budaya’, Jurnal Ketahanan Nasional Jakarta: Kencana Prenadia Media Group.
Nomor XX, (2) Agustus 2014, pp.58-67.
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Peraturan Perundangan
Strategi Membangun Karakter Bangsa Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Berperadaban. Pustaka Pelajar, Yogyakarta tentang Sistem Pendidikan Nasional
Widhiarso,Wahyu,2011,“Membaca hasil analisis Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 71
t-test pada SPSS”, <http://www.widhiarso. Tahun 2012 tentang Pedoman Pendidikan
staff.ugm.ac.id>,(diakses pada 2 Juni 2017). Wawasan Kebangsaan

26

You might also like