You are on page 1of 18

Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

KEINGINAN BUNUH DIRI ORANG DENGAN HIV DAN


AIDS (ODHA) DAMPINGAN YAYASAN PKBI DKI
JAKARTA

Iqbal Putra
iqbal.putra68@gmail.co m
Moch Zaenal Hakim
jejenhkm@yahoo.com
Wawan Heryana
wheryana@yahoo.com

Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos)

Abstract

People Living with HIV and AIDS (PLWHA) are faced with negative self-problems and the social situation of
PLWHA who do not support because of stigma and discrimination. This condition has an impact on the
desperation and suicidal desire of PLWHA. This research aimed to describe how the suicidal feelings
experienced by PLWHA assisted by the Jakarta PKBI Foundation included the characteristics of respondents,
depictions of respondents' depression, descriptions of respondents' desperation, and a history of respondents'
suicide attempts. The research method used a descriptive survey with a quantitative approach. The sample was
chosen by 44 out of 219 people in the population, using the taking technique of proportionate stratified random
sampling which was divided into three strata namely Transgender, Men who have Seks with Men (MSM), and
Housewives, with data collection through questionnaires and docu mentation study. Data analysis using
descriptive statistics, processed with SPSS software. The results of the analysis showed that there were 7
Transgender, 15 MSM, and 22 housewives. Overview depression experienced by respondents was 38.84%, as
much as 44.31% of respondents experiencing desperation, and 29.16% respondents had a history of suicide
attempts. Overall 38.17% of respondents had suicidal intentions. Based on the results of this research, there
needs to be an effort to increase the capacity and potential of PLWHIV through self-help groups. Through this
effort, it is expected to be able to increase the capacity and self-potential of PLHIVs to overcome their
problems.

Keywords: Suicidal Intentions, PLWHA, Self Help Group.

Abstrak
Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) dihadapkan kepada permasalahan diri yang negatif dan situasi
lingkungan sosial ODHA yang tidak mendukung karena stigma dan diskriminasi. Kondisi ini berdampak
kepada keputusasaan dan keinginan untuk bunuh diri ODHA. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
bagaimana keinginan bunuh diri yang dialami ODHA dampingan Yayasan PKBI DKI Jakarta, yang mencakup
karakteristik responden, gambaran depresi responden, gambaran keputusasaan responden, dan riwayat
percobaan bunuh diri responden. Metode penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Sampel dipilih 44 dari 219 orang dalam populasi, dengan menggunakan teknik
pengambilan proportionate stratified random sampling yang terbagi menjadi tiga strata yaitu Wanita Pria
(Waria), Lelaki Suka Lelaki (LSL), dan Ibu Rumah Tangga (IRT), dengan Pengumpulan data melalui

93
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

kuesioner dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan statistik deskriptif, diolah dengan perangkat
lunak SPSS. Hasil analisis menunjukkan terdapat tujuh orang Wanita Pria (Waria), 15 orang Lelaki Seks
Lelaki (LSL), dan 22 Ibu Rumah Tangga (IRT). Gambaran depresi yang dialami responden ialah 38,84%,
sebanyak 44,31% responden mengalami keputusasaan, dan 29,16% responden mengalami riwayat percobaan
bunuh diri. Secara keseluruhan 38,17% responden memiliki keinginan bunuh diri. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, perlu adanya upaya Peningkatan Kapasitas dan Potensi Diri ODHA melalui kelompok bantu diri (Self
Help Group). Melalui upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan potensi diri ODHA untuk
mengatasi permasalahan yang dialami.

Kata Kunci: Keinginan Bunuh Diri, ODHA, Self Help Group.

94
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

Pendahuluan
World Health Organization (WHO) (ARV). Program lainnya meliputi
mencatat pada tahun 2014 terdapat Program Terapi Rumatan Metadon
36,9 juta jiwa orang terkena HIV dan (PTRM), Layanan Infeksi Menular
1,2 juta jiwa meninggal pada tahap Seksual (IMS), layanan Pencegahan
AIDS. Berdasarkan jumlah Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA),
penduduk dunia yang berada pada layanan TB-HIV, serta kegiatan
angka 7,2 miliar jiwa dapat diketahui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
pengidap HIV dan AIDS ialah 0.51% (KIE). Kegiatan penjangkauan
dari total penduduk dunia. Di kelompok beresiko, dan Kelompok
Indonesia sendiri jumlah kasus Dukungan Sebaya (KDS) juga
penderita HIV dan AIDS menurut merupakan program yang telah
data Kementerian Kesehatan berjalan di Indonesia (Ditjen PP &
Republik Indonesia tahun 2014 PL Kemenkes RI 2014).
mencatat 150,285 orang yang Sejak kemunculannya, HIV
mengalami HIV dan 55,799 orang dan AIDS menjadi suatu hal yang
penderita AIDS. Sampai dengan sangat tabu untuk diperbincangkan.
tahun 2016, kasus HIV dan AIDS di Perilaku yang tidak wajar dan tidak
Indonesia mencapai 269.013 orang, sesuai dengan norma dan ajaran
meliputi kasus HIV 191.073 dan agama, membuat banyak orang
AIDS 77.940 dan 9.796 orang berasumsi bahwa HIV merupakan
diantaranya meninggal dunia akibat bagi orang yang berperilaku
(Kemenkes, 2016). Kasus AIDS melanggar norma dan ajaran agama.
yang ditemukan berasal dari HIV yang merupakan virus dan dapat
kelompok heteroseksual (61,48%), menular membuat orang merasa
pengguna NAPZA jarum suntik cemas dan memilih untuk tidak acuh
(15,17%), homoseksual (2,45%), ibu dalam menangani permasalahan ini.
kepada bayi (2,70%), transfusi darah Hal ini menimbulkan stigma yang
(0,23%) serta kasus lain yang tidak berujung pada perilaku diskriminasi
diketahui (17,97%). bagi setiap orang yang positif HIV.
Untuk menangani masalah Kekhawatiran Orang Dengan
HIV/AIDS yang semakin meningkat, HIV dan AIDS (ODHA) akan status
program-program maupun kebijakan dan masa depannya berdampak pada
penanganan masalah HIV dan AIDS kehidupan sosial mereka. Tidak
di Indonesia telah mulai sedikit ODHA yang mengalami
dipublikasikan. Program yang pemutusan hubungan kerja (PHK),
berbentuk layanan diantaranya karena statusnya HIV-nya diketahui
layanan konseling dan tes HIV, oleh Majikan. Maka dari itu, dengan
layanan perawatan, dukungan dan terbuka statusnya, banyak dampak
pengobatan untuk Antiretroviral yang diterima ODHA, baik segi

95
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

ekonomi maupun sosial. Mereka ODHA, seperti stigmatisasi dan


kesulitan untuk mendapatkan keputusasaan atas kenyataan bahwa
penghasilan dalam rangka memenuhi penyakit ini tidak dapat disembuhkan
kebutuhannya. ODHA menghadapi dapat membuat mereka berpikir
menghadapi masalah yang kompleks. pendek berupa keinginan untuk
Disatu sisi, kondisi kesehatan yang bunuh diri. Bagaimanapun, resiko
sudah menurun membuatnya sulit untuk melakukan bunuh diri bagi
beraktivitas, sementara disisi lainnya orang yang terpapar HIV sangat
perlakuan diskriminasi bagi ODHA besar (Kompasiana, 2011).
sering ditemui baik dilingkungan Centers for Disease Control
keluarganya sendiri maupun and Prevention (CDC) di Amerika
masyarakat sekitarnya. ODHA akan Serikat menyebutkan jika bunuh diri
merasa bahwa mereka sudah tidak adalah kematian dengan cara
bermanfaat lagi baik untuk diri melukai, meracuni, atau mencekik
sendiri maupun orang lain atau menenggelamkan diri (mati
(Sindonews, 2015). lemas) dan ada fakta-fakta yang
Perlakuan yang menyudutkan menunjukkan hal tersebut (apakah
ODHA membuat kecemasan dan jelas ataupun tidak jelas) di mana
depresi berlebih. Beberapa gejala hal-hal tersebut menyebabkan
psikologis kadang-kadang penderitaan pada diri sendiri (self-
berkembang pada ODHA yaitu inflicted) dan hal-hal tersebut secara
kesedihan dan perasaan tanpa sungguh-sungguh dilakukan untuk
harapan yang menetap, mudah membunuh diri sendiri. Hal yang
tersinggung, takut berlebihan, sering sama dikemukakan oleh Hoeksema
merasa gelisah dan panik secara (2014), bahwa bunuh diri adalah
mendadak, tidak mampu pengambilan tindakan untuk melukai
berkosentrasi dan kehilangan energi, diri sendiri yang secara sengaja
hingga depresi yang berlebih, dan dilakukan oleh seseorang. Orang
memiliki keinginan untuk bunuh diri. yang melakukan tindakan bunuh diri
Hidup dengan ketidakpastian mempunyai pikiran dan perilaku
membuat ODHA merasa tidak yang merupakan perwakilan
memiliki masa depan. Hal ini dapat (representing) dari kesungguhan
memicu mereka untuk menyakiti diri untuk mati dan juga merupakan
sendiri yang dapat menyebabkan manifestasi kebingungan
kematian. Dukungan yang kurang (ambivalence) pikiran tentang
dari keluarga maupun peer group kematian.
membuat ODHA merasa sendiri Beck dalam Matthew (2014)
dalam menjalani kehidupan sebagai menjelaskan bahwa pengertian
orang yang positif HIV. keinginan bunuh diri tidak jauh
Permasalahan yang terjadi terhadap berbeda dengan pengertian perilaku

96
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

bunuh diri. Keinginan Bunuh diri gangguan psikologis, dan stres yang
dikatakan sebagai perilaku yang berkepanjangan. Sedangkan faktor
secara langsung dapat diamati atau penyebab Keinginan bunuh diri dan
disimpulkan. Contohnya orang yang percobaan bunuh diri terdiri dari tiga
mengambil obat bius dan kemudian faktor yaitu keputusasaan, depresi,
mengembalikan ke tempat semula. dan riwayat bunuh diri. (Mathew,
Sebelum seseorang melakukan 2014; Mills, 2008). Keputusasaan
tindakan perilaku atau percobaan atau harapan negatif untuk masa
bunuh diri, maka dapat dikategorikan depan, adalah variabel kognitif yang
sebagai bentuk keinginan bunuh diri paling ekstensif dipelajari oleh para
dan menunjukkan bahwa seseorang ahli tentang bunuh diri
dapat menyimpulkan keinginan dari (suicidologists). Sampai saat ini,
perilaku tersebut. Adanya kesamaan telah banyak studi atau penelitian
antara pengertian keinginan dan telah mengkonfirmasi bahwa
perilaku juga jelas terlihat seperti keputusasaan memiliki hubungan
memberikan label atau menyebut dari variable-variabel yang relevan
seseorang yang memiliki keinginan untuk perilaku bunuh diri. Sebagai
bunuh diri juga sama halnya dengan contoh, keputusasaan dikaitkan
orang yang melakukan perilaku atau dengan peningkatan keinginan bunuh
percobaan bunuh diri. diri, bahkan setelah adanya
Keinginan bunuh diri lebih pengendalian efek depresi.
sering terjadi daripada perilaku Selanjutnya, keputusasaan memiliki
bunuh diri. Namun, karena mayoritas peran penting dalam menjelaskan
keinginan tidak pernah berakhir hubungan antara keinginan bunuh
untuk berperilaku bunuh diri. diri dan faktor risiko bunuh diri
Keinginan bunuh diri telah terbukti lainnya, termasuk perenungan, stres
sulit untuk digunakan sebagai kehidupan, masa kanak-kanak,
indikator seseorang untuk pelecehan seksual, dan penganiayaan
berperilaku bunuh diri. Namun, usia anak. Secara kolektif, temuan ini
penelitian telah menunjukkan menunjukkan keputusasaan yang
kegunaan keinginan bunuh diri sebagian besar dapat menjelaskan
dalam memprediksi upaya percobaan hubungan antara berbagai faktor
bunuh diri dimasa depan risiko dan keinginan bunuh diri.
(Matthew,2014). Artinya, faktor-faktor risiko yang
Shneidman dalam Barlow dan terkait dengan peningkatan
Durand (2015) menjelaskan faktor- keputusasaan memiliki keterkaitan
faktor yang berisiko untuk dengan peningkatan pikiran atau
menimbulkan atau menyebabkan keinginan untuk bunuh diri.
perilaku bunuh diri diantaranya Keinginan bunuh diri juga
riwayat keluarga, neurobiologi, disebabkan karena faktor depresi

97
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

yang dialami. Depresi yang Keinginan bunuh diri aktif


mengakibatkan bunuh diri didefinisikan sebagai keinginan
disebabkan karena kesedihan, untuk direalisasikan dalam
kekecewaan, perasaan tidak puas, percobaan bunuh diri. (Matthew,
dan kegagalan seseorang dalam 2014). Klasifikasi ide bunuh diri
kehidupannya. Selain itu kesulitan tersebut telah dimasukkan ke dalam
tidur, kekurangan energi, dan sistem klasifikasi saat ini. Hal
kehilangan nafsu makan juga tersebut menggambarkan bagaimana
menjadi hal yang terkait dengan perbedaan kedua klasifikasi tersebut.
depresi. Hubungan antara depresi Keinginan aktif dianggap lebih
dan keputusasaan terkait parah dari keinginan pasif.
meningkatnya keinginan bunuh diri Kategorisasi oleh keparahan juga
dan percobaan bunuh diri. Risiko telah dimasukkan ke dalam sistem
perilaku bunuh diri terkait dengan klasifikasi saat ini dengan cara
meningkatnya diagnosis depresi yang membedakan antara keinginan
mencakup sejarah agresi seumur dengan dan tanpa maksud untuk
hidup, impulsif, penyalahgunaan zat, bertindak. Keinginan tidak ditandai
dan adanya riwayat bunuh diri dalam dengan maksud untuk bertindak.
keluarga. Keputusasaan merupakan Sistem klasifikasi saat ini
prediktor yang sangat kuat untuk membedakan niat untuk bertindak
menentukan keinginan bunuh diri dari keinginan bunuh diri, dan
dibandingkan depresi. Namun, pikiran atau rencana tentang bunuh
depresi juga merupakan faktor diri tanpa niat untuk bertindak masih
penyebab yang sangat penting untuk dianggap sebagai keinginan bunuh
seseorang berperilaku bunuh diri. diri, meskipun pada tingkatan yang
Riwayat percobaan bunuh diri tidak parah (Matthew, 2014).
mencakup riwayat perilaku Kerentanan seseorang untuk
menyakiti diri atau bunuh diri, dan melakukan bunuh diri seringkali juga
berfikir serius mengenai bunuh diri; dialami oleh kelompok yang
kognisi yaitu berpikiran bahwa seringkali mendapatkan perlakuan
bunuh diri merupakan pilihan, dan stigma dan diskriminasi dari
keinginan bunuh diri yang dirasakan masyarakat, salah satunya adalah
saat ini. Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
Keinginan bunuh diri terbagi Karena status dirinya yang sudah
menjadi keinginan aktif dan pasif. tertulah virus HIV, para ODHA
Keinginan bunuh diri pasif adalah seringkali mendapatkan hujatan dan
keinginan terhadap suatu rencana hinaan serta dianggap layak tertular
bunuh diri. Hal tersebut dapat karena perilaku mereka sendiri.
diartikan bahwa keinginan pasif Orang dengan HIV dan AIDS
hanya baru memiliki rencana. (ODHA) adalah mereka yang

98
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

terinfeksi HIV. Sebagian besar orang Populasi yang dimaksud kebanyakan


HIV positif akan tampak sehat berasal dari kalangan WPS, LSL, dan
selama bertahun-tahun, tetapi mereka Waria.
dapat menular Virus tersebut. Informasi terkait keinginan
Menjadi HIV positif tidak sama bunuh diri ODHA dikemukakan oleh
dengan AIDS. Sesuai pengertian petugas pendamping dimana ODHA
diatas bahwa AIDS atau Acquired dampingan berperilaku tidak peduli
Immunodeficiency Syndrome dengan pengobatan yang harus
merupakan kumpulan gejala penyakit dijalani. Mereka cenderung pasrah
yang dikarenakan rusaknya sistem sehingga ingin cepat mengakhiri
kekebalan tubuh yang disebabkan hidupnya dengan tidak
oleh HIV (Suzana dkk, 2009). mengkonsumsi ARV. Selain itu,
ODHA selain memiliki masalah banyak dampingan yang telah
dengan penurunan kondisi kesehatan mengetahui keadaannya hanya diam
juga memiliki permasalahan dan dan tidak mau aktif untuk mencari
ketakutan yang biasanya dihadapi informasi mengenai penyakitnya.
dalam kehidupannya terutama pada Hal ini membuat dampingan tidak
tahap awal divonis HIV. Menurut mengetahui bahwa dirinya telah
Lego (1994) permasalahan yang menginjak tahap AIDS. Kondisi ini
dirasakan ODHA diantaranya sangat memprihatinkan dimana
ketakutan, khawatir, malu, ODHA sudah tidak memliki gairah
penolakan, pikiran untuk bunuh diri. untuk hidup.
Perkumpulan Keluarga Berdasarkan latar belakang,
Berencana Indonesia (PKBI) DKI maka permasalahan penelitian yang
Jakarta telah banyak melaksanakan akan dilakukan adalah “Bagaimana
kegiatan penjangkauan dan Keinginan Bunuh Diri Orang
dampingan bagi ODHA dan Dengan HIV dan AIDS (ODHA)
kelompok beresiko HIV dan AIDS Dampingan Yayasan PKBI DKI
atau populasi kunci yaitu Wanita Jakarta?. Penelitian ini bertujuan
Pekerja Seks (WPS), Lelaki suka untuk mengetahui bagaimana
Lelaki (LSL), Wanita Pria (Waria), keinginan bunuh diri orang dengan
Ibu dan anak, dan High Risk Man HIV dan AIDS (ODHA) yang
(HRM). Pendamping lapangan atau menjadi dampingan Yayasan
petugas outreach PKBI menemukan Perkumpulan Keluarga Berencana
ODHA yang berkeinginan bunuh diri Indonesia (PKBI) DKI Jakarta.
dan melakukan percobaan untuk Secara khusus, penelitian ini
bunuh diri (suicide attempt). bertujuan untuk mengetahui
Keputusasaan dan depresi yang karakteristik responden, gambaran
dialami membuat ODHA berperilaku keputusasaan responden, gambaran
untuk bunuh diri (suicide behavior). depresi responden, dan gambaran

99
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

riwayat percobaan bunuh diri isi. Data yang telah terkumpul diolah
Responden. Hasil penelitian ini secara statistik dengan menggunakan
diharapkan dapat memberikan perangkat lunak SPSS versi 23.00.
manfaat teoritis dan praktis, Data yang telah terkumpul bersifat
diantaranya dapat memberikan kuantitatif dengan skala Guttman
sumbangan dalam pengembangan sehingga perlu diolah untuk
ilmu dan praktik pekerjaan sosial penarikan kesimpulan. Teknik
khususnya pada permasalahan yang analisis data yang digunakan adalah
dihadapi oleh ODHA. teknik hitung analisis deskriptif
Metode untuk mendeskripsikan variabel
Penelitian ini menggunakan penelitian dalam pengukuran dan
metode survei deskriptif dengan tidak menggunakan statistik
menggunakan pendekatan kuantitatif inferensial karena tidak ada hipotesis
agar dapat memberikan penjelasan dalam penelitian ini.
tentang fenomena yang sedang
terjadi atau gambaran tentang Hasil dan Pembahasan
keinginan bunuh diri orang dengan 1. Hasil
HIV dan AIDS (ODHA) yang a. Karakteristik Responden
menjadi dampingan Yayasan PKBI Responden adalah orang
Jakarta. Populasi dalam penelitian ini yang berada pada latar
adalah ODHA dampingan PKBI DKI penelitian yang dipandang
Jakarta sejumlah 219 orang. Jumlah mampu memberikan data dan
sampel sebanyak 20% dari total informasi kepada peneliti.
populasi, dengan Teknik Responden dalam penelitian
pengambilan sampel (sampling) yang keinginan bunuh diri orang
digunakan ialah proportionate dengan HIV dan AIDS
stratified random sampling. Sampel dampingan PKBI DKI Jakarta.
pada penelitian ini memiliki strata Responden yang dilibatkan
yang terbagi menjadi tiga populasi dalam penelitian ini adalah
kunci yaitu Wanita Pria (waria) 7 sejumlah 44 orang. Jenis
orang, Lelaki Suka Lelaki (LSL) 15 kelamin responden merupakan
orang, dan Ibu Rumah Tangga (IRT) pria (34,1%) dan wanita (50%)
positif HIV 22 orang. serta tidak menjawab (15,9%).
Alat ukur yang digunakan Responden perempuan
yaitu angket dan studi dokumentasi merupakan ODHA dari ibu
atau kajian literatur. Angket yang rumah tangga, sedangkan untuk
digunakan berbentuk pernyataan pria merupakan responden
dengan menggunakan skala LSL. Adapun responden yang
Guttman. Angket tersebut telah diuji tidak menjawab sebesar 15.9%
validitas dengan teknik uji muka atau merupakan wanita pria

100
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

(Waria). Usia responden Untuk frekuensi terbanyak


sebagian besar 30-39 tahun responden bekerja sebagai
(53,3%). Sedangkan usia paling pegawai swasta yaitu kelompok
sedikit yaitu 2,3% berusia di LSL 14 orang dan yang
bawah 20 tahun. Pada terendah 5 orang yaitu
kelompok LSL yang menjadi kelompok IRT. Sedangkan
responden usia paling banyak untuk jenis pekerjaan
yaitu 7 orang dengan kisaran wirausaha hanya ada 1 orang
20-49 tahun dan yang usia yaitu dari kelompok LSL. Ibu
terendah satu orang yaitu Rumah Tangga sebanyak 17
kurang dari 20 tahun. orang merupakan satu-satunya
Sedangkan pada Waria terdapat kelompok responden yang
5 (lima) orang berusia 30-49 tidak bekerja.
dan 2 (dua) orang berusia 40- b. Gambaran Depresi
49 tahun. Selain itu, pada Responden
kelompok IRT terdapat 9 Gambaran depresi
(sembilan) orang berusia 20-29 responden berkaitan dengan
tahun dan 13 orang berusia 30- keinginan bunuh diri mencakup
39 tahun. 17 pertanyaan mengenai
Responden memiliki perasaan sedih, perasaan
keragaman dalam segi senang, dan kekecewaan. 17
pekerjaan. Mayoritas pekerjaan butir pernyataan ini yang terdiri
responden adalah pegawai dari 11 pernyataan positif dan
swasta (59.1%) baik sebagai enam pernyataan negatif. Hasil
karyawan, cleaning service, penelitian terkait dengan aspek
maupun bekerja pada Lembaga depresi responden adalah
Swadaya Masyarakat (LSM). sebagai berikut:

101
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

Tabel 1. Gambaran Depresi Responden


Skor Skor
Pertanyaan %
Aktual Ideal
Selalu merasa sedih 23 44 52,27
Sedih tanpa alasan 23 44 52,27
Perasaan senang 15 44 34,09
Merasa gagal/kecewa 21 44 47,27
Memiliki kemampuan 7 44 15,90
Mudah terganggu 25 44 56,81
Merasa lelah 23 44 52,27
Sulit tidur malam 27 44 61,36
Tidur nyenyak 13 44 29,54
Merasa Terpuruk 18 44 40,90
Bosan dan tidak bahagia 17 44 38,63
Sedih tiap malam 18 44 40,90
Minat bekerja 11 44 25,00
Menjaga diri 8 44 18,18
Hilang nafsu makan 16 44 36,36
Kehidupan menarik 13 44 29,54
Sering bermasalah 28 44 63,63
Total 306 768 39.84

Tabel di atas sedih tanpa alasan, mudah


menunjukkan bahwa kurang terganggu, merasa lelah, dan
dari setengah responden merasa terpuruk.
sebesar 39,84% mengalami c. Gambaran Keputusasaan
depresi yang parah. Gambaran Responden
depresi dialami oleh sebesar Keputusasaan atau
39,84% responden adalah harapan negatif untuk masa
tingkatan Elevated Depression. depan termasuk perenungan,
Hasil tersebut dapat menjadi dan stres kehidupan. Dalam
gambaran terkait keputusasaan aspek gambaran keputusasaan
dan keinginan bunuh diri ini terdapat 10 butir pernyataan
responden. Kondisi depresi yang terdiri 8 pernyataan
yang paling tinggi dialami oleh positif dan 2 pernyataan
responden adalah sulit tidur negatif. Untuk mengetahui
masalah, sering menghadapi gambaran keputusasaan ODHA
masalah, selalu merasa sedih, dapat dilihat pada tabel berikut:

102
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

Tabel 2. Gambaran Keputusasaan Responden


Skor Skor
Keterangan %
Aktual Ideal
Masa depan suram 15 44 34,09
Keadaan jadi baik 26 44 59,09
Hidup terlalu sulit 24 44 54,54
Masa depan bahagia 15 44 34,09
Tidak berfikir lbh baik 23 44 52,22
Buat hal yang berguna 10 44 22,72
Melakukan sesuatu yang tidak berguna 23 44 52,27
Merasa sulit bahagia 23 44 52,27
Tidak ada harapan 20 44 45,45
Berfikir tidak berarti 22 44 50,00
Total 201 440 45.68

Tabel di atas sulit bahagia, mengalami


menunjukkan bahwa kurang pemikiran diri tidak berharga,
dari setengah responden dan tidak ada harapan.
sebesar 45,68% dalam d. Gambaran Riwayat
penelitian ini mengalami Percobaan Bunuh Diri
keputusasaan yang parah. Responden
Gambaran keputusasaan Riwayat percobaan
dialami oleh sebesar 45,68% bunuh diri mencakup riwayat
responden adalah tingkatan (riwayat perilaku menyakiti diri
Elevated Hopelessness. Hasil atau bunuh diri, dan berfikir
tersebut dapat menjadi serius mengenai bunuh diri),
gambaran terkait keinginan kognisi (berfikir bahwa bunuh
bunuh diri responden. Merujuk diri merupakan pilihan), dan
kepada tabel diatas, kondisi keinginan (keinginan bunuh
keputusasaan yang seringkali diri yang dirasakan saat ini).
dialami oleh responden adalah Hasil penelitian terkait dengan
kehidupan semakin sulit, aspek riwayat percobaan bunuh
seringkali melakukan sesuatu diri responden adalah:
yang tidak bermanfaat, merasa

103
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

Tabel 3. Riwayat Bunuh Diri Responden


Skor Skor
Keterangan %
Aktual Ideal
Diagnosa depresi 10 44 22,72
Teman/keluarga pernah bunuh diri 8 44 18,18
Bunuh diri bukan pilihan 14 44 31,81
berniat bunuh diri 17 44 38,63
Sengaja sakiti diri dan mencoba bunuh diri 19 44 43,18
Bunuh diri adalah pilihan 10 44 22,72
Berfikir untuk mencoba bunuh diri 14 44 31,81
Mencoba bunuh diri 15 44 34,09
Coba bunuh diri dalam 2 tahun terakhir 14 44 31,81
Berfikir sakiti diri saat ini 10 44 22,72
Tidak layak hidup 9 44 20,45
Rencana menyakiti diri 14 44 31,81
Total 154 528 29,16

Tabel di atas menunjukkan bunuh diri menunjukkan bahwa total


bahwa kurang dari setengah skor aktual sebesar 655 dan skor ideal
responden sebesar 29,16% dalam sebesar 1716, sedangkan nilai total
penelitian ini mengalami riwayat persentasi adalah sebesar 38,51%. Hal
percobaan bunuh diri yang cukup ini menunjukkan bahwa sebesar 38,51%
parah. Hasil tersebut menjadi memiliki keinginan bunuh diri.
gambaran terkait keinginan bunuh diri 2. Pembahasan
responden dimana terdapat kurang Hasil penelitian tentang keinginan
dari setengah (31,81%) responden bunuh diri ODHA ini menunjukkan
yang memiliki keinginan membunuh bahwa gambaran depresi pada ODHA
dirinya sendiri. Riwayat bunuh diri dampingan PKBI DKI Jakarta dapat
yang dialami responden didasarkan dikatakan tinggi mengingat jawaban
kepada pemikiran bahwa responden responden atas instrumen yang
seringkali berusaha untuk menyakiti diberikan. Menurut Mathew (2014) dan
diri dan selanjutnya berkembang Mills (2008) depresi yang dimaksud
menjadi keinginan atau ada niat untuk dalam keinginan bunuh diri mencakup
melakukan upaya bunuh diri. mengenai kesedihan, kekecewaan,
Secara keseluruhan, mengacu perasaan tidak puas, dan kegagalan
kepada hasil penelitian di atas, diperoleh seseorang dalam kehidupannya. Selain
informasi bahwa keinginan bunuh diri itu kesulitan tidur, kekurangan energi,
ODHA dampingan PKBI DKI Jakarta dan kehilangan nafsu makan juga
berdasarkan aspek gambaran depresi, menjadi hal yang terkait dengan depresi.
keputusasaan, dan riwayat percobaan Pada aspek gambaran depresi terdapat 17

104
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

item pernyataan yang terdiri dari 11 Berdasarkan penjelasan tersebut


pernyataan positif dan 6 negatif. dapat disimpulkan bahwa depresi yang
Kelompok responden waria merupakan dialami responden secara umum sangat
kelompok yang sering menjawab parah (Elevated Depression). Sedangkan
pernyataan seperti sering sedih tanpa untuk dilihat berdasarkan kelompok
alasan, kehilangan nafsu makan, dan responden, Waria merupakan kelompok
masalah yang tak berujung. Sedangkan yang paling banyak mengalami depresi
kelompok LSL dan IRT dapat dikatakan berat disusul IRT dan LSL. Hal tersebut
seimbang dalam menjawab pernyataan mengacu pada pernyataan Mills dan
positif. Maka dari itu kelompok Kroner (2003) responden yang memiliki
responden LSL kelompok yang terendah skor di bawah 5 pada aspek depresi
dalam penilaian pada aspek gambaran memiliki tingkatan depresi yang normal
depresi ini. Kebanyakan responden LSL (Normal Depression), sedangkan apabila
telah bisa menjaga diri dan merasa skor lebih dari 6 maka depresi dengan
hidupnya saat ini memuaskan dan tingkatan yang parah (Elevated
menarik (Mills dan Kroner, 2003). Depression).
Kelompok Responden IRT Keputusasaan yang merupakan
menurut hasil penelitian dapat dilihat aspek kedua dalam penelitian ini
bahwa responden IRT telah bisa memiliki total skor (aktual) 195 dari skor
menerima keadaan saat ini, tidak merasa maksimum (ideal) 440. Menurut
terpuruk, bosan, maupun tidak bahagia. Matthew (2014) dan Mills (2008)
Namun pada kelompok ini juga Keputusasaan atau harapan negatif untuk
ditemukan masih ada IRT yang merasa masa depan termasuk perenungan, dan
gagal dan kecewa dengan diri sendiri stres kehidupan. Pada aspek ini
serta mudah merasa terganggu orang kelompok LSL yang paling banyak
lain, sehingga membuat kelompok mendapatkan skor di atas 2 yaitu sebesar
responden IRT ini menjadi kelompok 9 dari 15 responden. Untuk kelompok
terendah kedua dari yang pertama yaitu IRT responden yang memiliki skor di
kelompok responden LSL pada aspek atas 2 sebanyak 18 dari 22 responden.
ini. Pada kelompok responden LSL skor Sedangkan kelompok waria merupakan
aspek gambaran depresi yang melebihi 6 kelompok responden yang semuanya
lebih sedikit dibandingkan yang memiliki skor lebih dari 2. Hal tersebut
memililki skor kurang dari 6. Untuk menunjukkan bahwa secara keseluruhan
Kelompok responden IRT dan Waria responden mengalami kesedihan dan
jumlah skor yang melebihi 6 pada aspek kegagalan dalam hidupnya. Kesulitan
depresi ini lebih banyak daripada yang tidur, kehilangan energi dan nafsu makan
memiliki skor di bawah 6 pada setiap bisa saja terjadi. Selain itu, merasa tidak
kelompok responden IRT maupun Waria puas terhadap kehidupan yang dialami
(Mills dan Kroner, 2003). dan merasa masalah yang terus
menghampiri juga menjadi permasalahan

105
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

yang dihadapi responden (Mills dan dirasakan saat ini. Berdasarkan hasil
Kroner, 2003). penelitian diketahui bahwa responden
Aspek riwayat percobaan bunuh yang menjawab benar pernyataan ini
diri menentukan apakah seseorang yaitu sebanyak 10 responden untuk
memiliki keinginan bunuh diri atau pertanyaan nomor 10, sembilan
tidak. Menurut Mathew (2014) dan Mills responden untuk pernyataan nomor 11,
(2008) aspek riwayat bunuh diri dan 14 responden untuk pernyataan
mencakup riwayat (riwayat perilaku nomor 12. Hal ini menunjukkan bahwa
menyakiti diri atau bunuh diri, dan sebagian kecil responden merasa tidak
berfikir serius mengenai bunuh diri), layak hidup dan berencana untuk
kognisi (perpikiran bahwa bunuh diri menyakiti dan bunuh diri. Kelompok
merupakan pilihan), dan keinginan waria merupakan kelompok terbanyak
(keinginan bunuh diri yang dirasakan yang menjawab pernyataan benar ini
saat ini). Berdasarkan jawaban dibandingkan kelompok responden LSL
responden terhadap instrumen penelitian dan IRT.
dapat diketahui skor pada aspek ini yaitu Berdasarkan permasalahan yang
154 dari skor maksimum 528 dari 44 ditemui dari hasil penelitian tentang
responden. Kelompok yang paling Keinginan Bunuh Diri Orang Dengan
banyak menjawab dengan benar HIV dan AIDS (ODHA) dampingan
pernyataan pada aspek ini ialah Waria. PKBI DKI Jakarta, terdapat beberapa
Sedangkan kelompok responden IRT dan kebutuhan yang menjadi prioritas untuk
LSL hanya sebagian yang memiliki skor mengatasi masalah ODHA terkait
tinggi pada aspek ini. Hal yang perlu keinginan bunuh diri adalah sebagai
diperhatikan pada pernyataan dalam berikut:
aspek ini yaitu item pernyataan nomor 3 a. Kebutuhan penurunan depresi dan
dan 6 terkait bunuh diri sebagai pilihan. keputusasaan ODHA
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 44 Permasalahan ODHA yang
responden yang menjawab benar kedua menimpa dirinya membuat dampak-
pernyataan tersebut ialah sebanyak 14 dampak negatif dan memunculkan
dan 10 responden. Hal ini menunjukkan permasalahan baru. Depresi dan
sebagian kecil responden merasa bahwa Keputusasaan merupakan salah satu
bunuh diri merupakan pilihan saat dampak permasalahan akibat
keadaan semakin memburuk (Mills dan masalah yang dihadapi ODHA.
Kroner, 2003). Walaupun hasil penelitian
Menurut Mills dan Kroner (2003) menunjukkan hanya kurang dari
pada aspek riwayat percobaan bunuh setengah responden yang mengalami
diri, hal yang juga perlu diperhatikan hal ini, pemecahan masalah dalam
ialah jawaban responden terhadap item rangka menurunkan depresi dan
pertanyaan nomor 10, 11, dan nomor 12 keputusasaan perlu ditingkatkan
mengenai keinginan bunuh diri yang khususnya pada kelompok Waria

106
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

yang memiliki depresi dan Hasil penelitian menunjukkan sebagai


keputusasaan yang lebih besar berikut:
dibanding kelompok IRT dan LSL. 1. Karakteristik responden yang berjumlah
Hal ini penting untuk mencegah 44 terbagi menjadi tiga kelompok yang
dampak terburuk yang timbul akibat terdiri dari tujuh orang dari kelompok
depresi atau keputusasaan ini. Wanita Pria (Waria), 15 orang dari
ODHA perlu kuat, mampu menerima kelompok Lelaki Suka Lelaki (LSL),
keadaan, tidak menyerah, dan dan 22 dari kelompok Ibu Rumah
semangat untuk bisa tetap menjalani Tangga (IRT). Adapun usia responden
kehidupannya. terbanyak ialah 30-39 tahun, sedangkan
b. Kebutuhan pencegahan dan responden banyak yang bekerja sebagai
penurunan akan keinginan bunuh pergawai swasta sebesar 59,1%.
diri ODHA 2. Gambaran depresi responden diperoleh
Berdasarkan hasil penilitian bahwa total skor aktual yang diperoleh
dapat diketahui sebagian kecil dari seluruh pernyataan-pernyataan
responden mengalami keinginan pada aspek depresi adalah sebesar 306
bunuh diri. Maka dari itu perlu ada dari skor ideal sebesar 768, sedangkan
upaya pencegahan atau pengurangan nilai total persentase yang diperoleh
resiko bunuh diri pada ODHA adalah sebesar 39,84% yang termasuk
khususnya kelompok Waria yang dalam kategori kurang dari setengah
didampingi PKBI mengingat seluruh responden mengalami depresi.
responden pada kelompok waria Kelompok Waria merupakan kelompok
memiliki skor tertinggi dibandingkan yang paling banyak mengalami depresi
dengan kelompok IRT dan LSL. Hal dibandingkan IRT dan LSL.
ini akan akan berdampak pada 3. Gambaran keputusasaan responden
mereka agar tidak merasa putus asa diperoleh bahwa total skor aktual yang
dalam menjalani kehidupan sebagai diperoleh dari seluruh pernyataan-
orang yang positif HIV. pernyataan pada aspek keputusasaan
adalah sebesar 201 dan skor ideal
Simpulan sebesar 440, sedangkan nilai total
Penelitian Keinginan Bunuh Diri persentase yang diperoleh adalah
Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) sebesar 45,68% termasuk dalam
dampingan Perkumpulan Keluarga kategori kurang dari setengah
Berencana Indonesia (PKBI) DKI Jakarta responden mengalami keputusasaan.
dilaksanakan bertujuan mengetahui Kelompok responden yang paling
bagaimana keinginan bunuh diri ODHA banyak mengalami keputusasaan ialah
dilihat dari aspek karakteristik responden, waria dibandingkan LSL dan IRT. Hal
gambaran keputusasaan responden, tersebut didapatkan dari hasil penelitian
gambaran depresi responden, dan gambaran yang dapat dilihat dari setiap jawaban
riwayat percobaan bunuh diri responden.

107
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

responden terhadap pernyataan pada dengan ODHA terutama dalam mengatasi


aspek keputusasaan. permasalahan bunuh diri adalah:
4. Riwayat percobaan bunuh diri 1. Memberikan empati dan dukungan untuk
responden diperoleh kesimpulan bahwa membantu ODHA mengatasi ketakutan
total skor aktual yang diperoleh dari dan kecemasan mereka
seluruh pernyataan-pernyataan pada 2. Membantu ODHA mengatasi perasaan
aspek riwayat percobaan bunuh diri yang terkait dengan penyakit seperti
adalah sebesar 154 dan skor ideal takut mati, depresi dan keinginan bunuh
sebesar 528, sedangkan nilai total diri.
persentase yang diperoleh adalah 3. Membantu ODHA mengatasi berbagai
sebesar 29,16%. Hal ini menunjukan isu stigma dan diskriminasi dilingkungan
bahwa kurang dari setengahnya keluarga, teman, tetangga sekitar rumah,
responden memiliki riwayat percobaan dan masyarakat secara umum.
bunuh diri. Kelompok responden waria 4. Menghubungkan ODHA dengan
merupakan kelompok yang paling kelompok-kelompok dukungan dan
banyak memiliki riwayat percobaan payanan masyarakat yang diperlukan.
bunuh diri ini dibandingkan LSL dan Intervensi melalui Kelompok Bantu
IRT. Diri (Self Help Group) dapat dilakukan bagi
5. Kurang dari setengah (38,17%) ODHA untuk membantu meningkatkan
responden mengalami keinginan bunuh pemahaman permasalahan psikososial
diri. Kelompok terbanyak yang (depresi, keputusasaan, dan keinginan
mengalami hal ini ialah Waria, diikuti bunuh diri), penjelasan kelompok bantu diri
LSL, dan IRT. sebagai media intervensi penanganan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah psikososial ODHA, dan
perlu adanya upaya pemecahan masalah pelaksanaan serta pembentukan kelompok
terkait keinginan bunuh diri yang dialami bantu diri bagi ODHA dampingan PKBI
ODHA dampingan PKBI DKI Jakarta. DKI Jakarta.
Berbagai intervensi perlu dilakukan dalam Melalui kedua intervensi ini
rangka peningkatan kapasitas dan potensi diharapkan ODHA dapat memahami
diri ODHA baik melalui Konseling permasalahan yang dihadapi dan mencegah
individu maupun melalui kelompok bantu timbulnya upaya atau keinginan untuk
diri (Self Help Group). Konseling individu melakukan bunuh diri. Keterlibatan
bagi ODHA juga diberikan dalam rangka berbagai lembaga pelayanan untuk ODHA
membantu diri mereka sendiri untuk dapat baik layanan pendidikan, kesehatan, dan
meningkatkan pemahaman, pemecahan kesejahteraan sosial sangat penting dalam
masalah, menghadapi masalah-masalah memberikan dukungan terhadap ODHA.
emosional, atau meningkatkan relasi. Lembaga-lembaga ini diharapkan dapat
Aktivitas khusus konseling yang dapat memahami permasalahan psikososial
dilakukan oleh Pekerja Sosial untuk bekerja ODHA, mengetahui media intervensi yang
dapat digunakan dalam mengatasi

108
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

permasalahan, dan mempengaruhi bantu diri. Pekerja Sosial juga berperan


kebijakan serta program-program yang sebagai Konselor dalam rangka membantu
dapat diusulkan dikemudian hari. ODHA untuk dapat memenuhi dan
Pekerja Sosial sebagai profesi pertolongan mengakses berbagai kebutuhan, membantu
bagi ODHA memiliki peran yang penting ODHA untuk tetap aktif dan berperan serta
dalam pelaksanaan program ini. Pekerja sesuai dengan peran dan tugas yang
sosial berperan sebagai educator dalam diemban, serta membantu ODHA untuk
memberikan materi terkait permasalahan dapat memecahkan berbagai persoalan
psikososial dan media intervensi kelompok kehidupan yang dihadapi baik dilingkungan
bantu diri, serta fasilitator kelompok dalam keluarga, pekerjaan, pendidikan, dan
pelaksanaan dan pembentukan kelompok dilingkungan masyarakat secara umum.

Daftar Pustaka
Adi Fahrudin. (2012). Pengantar Kesejahteran Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Agung Pramono. (2015). Stigma negatif dan diskriminasi masih dirasakan.
Sumber dalam http://kalteng.prokal.co / read/ news/25230-stigma-negatif-
dan-diskriminasi-masih-dirasakan.html. Diunduh tanggal 27 November
2015.
Arsoljoker. (2015). Asuhan Keperawatan HIV/AIDS. Sumber dalam
https://arsoljoker.wordpress.com/ 2015/ 02/ 22/ asuhan-keperawatan-
hivaids-2/. Diunduh tanggal 27 November 2015.
Asmaul Chasuna. (2011). Pasien diduga penderita HIV/AIDS Bunuh Diri. Sumber
dalam www.antarajatim.com/ lihat/ berita/ 70952/ pasien-diduga-
penderita-hivaids-bunuh-diri. Diunduh tanggal 27 November 2015
Friedlander. A Walter. (1958). Concepts and Methods of Social Work. America:
Pretince-Hall
Gus Cairns. (2013). Suicide rates tumble in people with HIV in Canadian study
but psychiatric drug use remains high in Danish people with HIV. Sumber
dalam http://www.aidsmap.com/ Suicide-rates-tumble-in-people-with-
HIV-in-Canadian-study-but-psychiatric-drug-use-remains-high-in-Danish-
people-with-HIV/page/ 2782078. Diunduh tanggal 27 November 2015.
Irawan Soehartono. (2011). Metode Penelitian Sosial: Bandung: Remaja
Rosdakarya
Kemenkes RI. (2014). Laporan Kesehatan RI. Jakarta
Lego, Suzanne. (1994). Fear and AIDS HIV. New York: Delmar Publisher
Mayo Clinic Staff. (2015). Suicide and Suicide Thought. Sumber dalam
http://www.mayoclinic.org/ diseases-conditions/ suicide/basics/
complications/ con-20033954. Diunduh tanggal 31 Desember 2015.

109
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial Volume 01 Nomor 1, Juli 2019

Mills, J. F., & Kroner, D. G. (2008). Predicting Suicide Ideation with Depression,
hopelessness and suicide screening form (DHS). Journal of Offender
Rehabilitation, 47:1-2, 74-100
Mills, J. F., & Kroner, D. G. (2003). Depression, hopelessness and suicide
screening form (DHS). User Guide.
M. Nazir. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Moch Zaenal Hakim (2014). Intervensi Pekerjaan Sosial dengan bagi ODHA (1):
Proses Pertolongan dan Peran-peran Pekerja Sosial, serta prinsip-prinsip
Bekerja di Lapangan. Dalam Lina Favourita (ed.) Praktik Pekerjaan Sosial
dengan HIV/AIDS. Bandung: Pusat Kajian dan Layanan HIV/AIDS STKS
Bandung.
Nolen, S., Hoeksema. (2014). Abnormal Psychology. New York: McGraw-Hill.
RD Govender, L Schlebusch. Suicidal ideation in seropositive patients seem at
South African HIV Vountary Counselling And Testing Clinic. African
Journal Psychiatry 2012; 15:94-98.
Ronald W. Maris. (1992). Assessment and Prediction Suicide. New York:
Guilford Publication.inc.
Sherr Lorraine, Lampe Fiona, Fisher Martin, Arthur Gilly, Anderson Jane, Zetler
Sarah, Johnsin Margaret, Edwards Simon, Harding Richard. 2008. Suicidal
Ideation in UK HIV Clinic Attenders. AIDS 2008, 22:1651-1658.
Slater, Tom. (2015). Exploring the role of social workers in suicide prevention.
Thesis Philosophy Doctor pada Cardiff University School of Social
Sciences.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
Suzana M, Green W Chris, Samsuridjal Djauzi, Andhi Setiyanto, Siradj Okta.
(2009). Hidup dengan HIV/AIDS. Jakarta: Yayasan Spiritia.
Syaiful W. Harahap. (2011). Niat Bunuh Diri ODHA pada Masa AIDS. Sumber
dalam http://www.kompasiana.com/ infokespro/ niat-bunuh-diri-odha-
pada-masa-aids_55006388a33311e572510b94. Diunduh tanggal 31
Desember 2015.
Yayasan Spiritia. (2014). Statistik kasus AIDS di Indonesia. Sumber dalam
http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?lang=id&gg=1?rct=j&q&esrc=s&so
urce=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiDwOPfrPHJAhVVB
Y4KHROcAaUQFggZMAA&usg=AFQjCNFhlxICmhgVmm0mS2eJyP6
UNlSyUg&sig2=niwHCihdpvHSpKfO6MxkXg_adflyamp_bvm=bv.1101
51844,d.c2E. Diunduh tanggal 27 November 2015.

110

You might also like