You are on page 1of 4

Analisis Jurnal

A. Profil penelitian

1. Judul Penelitian : Cairan dan Elektrolit


2. Nama Jurnal : Hyperosmoral Therapy for the Treatment of Cerebral Edema
3. Nama Peneliti : Nicholas A. Peters
4. Sumber Peneliti :
a. Fink ME. Osmotherapy for intracranial hypertension: mannitol versus hypertonic saline.
Continuum (Minneap, Minn).2012;3:640-654.
b. Klatzo I. Pathophysiological aspects of brain edema. Acta Neuropathol. 1987;3:236-239.
c. Witherspoon B, Ashby NE. The use of mannitol and hypertonic saline therapies in patients
with elevated intracranial pressure: a review of the evidence. Nurs Clin North Am.
2017;2:249-260.
d. Bratton SL, Chestnut RM, Ghajar J, et al. Guidelines for the management of severe traumatic
brain injury. II. Hyperosmolar therapy. J Neurotrauma. 2007;24 (suppl1):S14-S20.
e. Carney N, Totten AM, O’Reilly C, et al. Guidelines for the management of severe traumatic
brain injury, fourth edition. Neurosurgery. 2017;1:6-15.
f. White H, Venkatesh B. Cerebral perfusion pressure in neurotrauma: a review. Anesth Analg.
2008;3:979-988.
g. Stocchetti N, Maas AI. Traumatic intracranial hypertension. N Engl J Med.2014;22:2121-
2130.
h. Perez-Barcena J, Llompart-Pou JA, O’Phelan KH. Intracranial pressure monitoring and
management of intracranial hypertension. Crit Care Clin. 2014;4:735-750.
i. Hinson HE, Stein D, Sheth KN. Hypertonic saline and mannitol therapy in critical care
neurology. J Intensive Care Med. 2013;1:3-11.
j. Smith QR, Rapoport SI. Cerebrovascular permeability coefficients to sodium, potassium, and
chloride. J Neurochem.1986;6:1732-1742.
k. Messeter K, Nordstrom CH, Sundbarg G, et al. Cerebral hemodynamics in patients with acute
severe head trauma. J Neurosurg. 1986;64(2):231-237.
l. James HE. Methodology for the control of intracranial pressure with hypertonic mannitol.
Acta Neurochir. 1980;51(3-4):161-172.
m. Sorani MD, Morabito D, Rosenthal G. Characterizing the dose-response relationship between
mannitol and intracranial pressure in traumatic brain injury patients using a high-frequency
physiological data collection system. J Neurotrauma. 2008;4:291-298.
n. Sorani MD, Manley GT. Dose-response relationship of mannitol and intracranial pressure: a
metaanalysis. J Neurosurg.2008;1:80-87.
o. Garcia-Morales EJ, Cariappa R, Parvin CA, Scott MG, Diringer MN. Osmole gap in neurologic-
neurosurgical intensive care unit: Its normal value, calculation, and relationship with
mannitol serum concentrations. Crit Care Med. 2004;4:986-991.
p. Rosner MJ, Coley I. Cerebral perfusion pressure: a hemodynamic mechanism of mannitol
and the postmannitol hemogram. Neurosurgery. 1987;2:147-156.
q. Strandvik GF. Hypertonic saline in critical care: a review of the literature and guidelines for
use in hypotensive states and raised intracranial pressure. Anaesthesia. 2009;64(9):990-
1003.
r. Lazaridis C, Neyens R, Bodle J, DeSantis SM. High-osmolarity saline in neurocritical care:
systematic review and meta-analysis. Crit Care Med. 2013;41(5):1353-1360.
s. Perez CA, Figueroa SA. Complication rates of 3% hypertonic saline infusion through
peripheral intravenous access. J Neuroscience Nurs. 2017;49(3):191-195.
t. Alnemari AM, Krafcik BM, Mansour TR, Gaudin D. A comparison of pharmacologic
therapeutic agents used for the reduction of intracranial pressure after traumatic brain
injury. World Neurosurg. 2017;106:509-528.
u. Surani S, Lockwood G, Macias MY, et al. Hypertonic saline in elevated intracranial pressure:
past, present, and future. J Intensive Care Med. 2015;30(1):8-12.
v. Froelich M, Ni Q, Wess C, et al. Continuous hypertonic saline therapy and the occurrence of
complications in neurocritically ill patients. Crit Care Med.2009;37(4):1433-1441.
w. Patanwala AE, Amini A, Erstad BL. Use of hypertonic saline injection in trauma. Am J Health
Syst Pharm.2010;67(22):1920-1928.
x. Torre-Healy A, Marko NF, Weil RJ. Hyperosmolar therapy for intracranial hypertension.
Neurocrit Care.2012;17(1):117-130.
y. Rickard AC, Smith JE, Newell P, Bailey A, Kehoe A, Mann C. Salt or sugar for your injured
brain? A meta-analysis of randomised controlled trials of mannitol versus hypertonic sodium
solutions to manage raised intracranial pressure in traumatic brain injury. Emerg Med J.
2014;31(8):679-683.
z. Soupart A, Penninckx R, Namias B, et al. Brain myelinolysis following hypernatremia in rats. J
Neuropathol Exp Neurol.1996;55(1):106-113.
aa. White H, Cook D, Venkatesh B. The use of hypertonic saline for treating intracranial
hypertension after traumatic brain injury. Anesth Analg. 2006;6:1836-1846.
bb. Peterson B, Khanna S, Fisher B, Marshall L. Prolonged hypernatremia controls elevated
intracranial pressure in head-injured pediatric patients. Crit Care Med.2000;28(4):1136-
1143.
cc. Sterns RH, Riggs JE, Schochet SS, Jr. Osmotic demyelination syndrome following correction of
hyponatremia. N Engl J Med.1986;24:1535-1542.
dd. Mortazavi MM, Romeo AK, Deep A, et al. Hypertonic saline for treating raised intracranial
pressure: literature review with meta-analysis. J Neurosurg. 2012;1:210-221.
ee. Kamel H, Navi BB, Nakagawa K, et al. Hypertonic saline versus mannitol for the treatment of
elevated intracranial pressure: a meta-analysis of randomized clinical trials. Crit Care Med.
2011;3:554-559.
ff. Burgess S, Abu-Laban RB, Slavik RS, Vu EN, Zed PJ. A systematic review of randomized
controlled trials comparing hypertonic sodium solutions and mannitol for traumatic brain
injury: implications for emergency department management. Ann Pharmacother.
2016;50(4):291-300.
gg. Khanna S, Davis D, Peterson B, et al. Use of hypertonic saline in the treatment of severe
refractory posttraumatic intracranial hypertension in pediatric traumatic brain injury. Crit
Care Med. 2000;28(4):1144-1451.
hh. Horn P, Munch E, Vajkoczy P, et al. Hypertonic saline solution for control of elevated
intracranial pressure in patients with exhausted response to mannitol and barbiturates.
Neurol Res. 1999;21(8):758-764.
5. Kata Kunci : cerebral edema, hyperosmolar terapi
6. Tahun Publikasi : 2018
7. Absrak :

B. Hasil Peneliti

1. Landasan Teori
Cairan otak dibentuk oleh plexus choroideus dan merupakan hasil filtrasi dari plasma. Cairan ini
serupa dengan plasma bedanya hanya elemen-elemen yang terkandung di dalamnya
umpamanya kadar Na HCO3 glukosa dalam jumlah yang rendah dan lain-lain. perbedaan ini
disebabkan adanya permobility yang selektif dan faktor-faktor sekresi dari dinding Lexus reduce
Disamping itu pula istilah Blood Brain barrier dimana Pada keadaan normal mencegah masuknya
beberapa bahan ke dalam cairan otak misalnya bilirubin dan penisilin pada keadaan patologis ini
rusak sehingga terdapat cairan otak yang patologis pula, Liquor cerebrospinalis adalah cairan
otak yang diambil melalui lumbal pungsi kelainan hasil pemeriksaan dapat memberikan petunjuk
ke arah suatu penyakit susunan saraf pusat baik kasus akut maupun kronis yang akan diberikan
tindakan lebih lanjut oleh linnasi berupa memberikan terapi adekuat.
Fungsi cairan otak:
1. Pelindung otak dari guncangan
2. Mengatur volume otak dengan jalan mengatur produksi cairan otak
3. sebagai alat transpor zat makanan dan sisa metabolisme

Cara memperoleh cairan otak


cairan otak diperoleh dengan cara melakukan punksi pada:
1. Daerah lumbal L3 dan L4
2. sistem magna
3. ventrikel otak ( sesuai dengan indikasi)
Pengambilan bahan atau cairan otak dilakukan dengan maksud diagnostik atau untuk melakukan
tindakan terapi kelainan dalam hasil pemeriksaan dapat memberi petunjuk ke arah suatu
penyakit susunan saraf pusat baik yang mendadak maupun yang menahun dan berguna pula
setelah terjadi trauma.
Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan pungsi ke dalam cavum subarachnoidale
bagian lumbal selain di situ dapat dilakukan juga fungsi subbocipital ke dalam cictema makna
atau fungsi ventrikel sesuai dengan indikasi klinik.
Jumlah cairan yang diambil dengan fungsi harus disesuaikan dengan jenis-jenis pemeriksaan
yang akan dilakukan dengan cairan itu untuk melakukan bermacam-macam pemeriksaan jarang
diperlukan lebih dari 15 ML cairan otak dapat diperiksa dengan cara-cara makroskopis,
Mikroskopi, kimia, bakteriologi dan serologi cara menampung bahan ini hendaknya disesuaikan
pula dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan dengan persangkaan macam penyakit.
Pemeriksaan cairan otak
pemeriksaan cairan otak meliputi
1. Pemeriksaan makroskopis
2. Pemeriksaan mikroskopis
3. pemeriksaan kimiawi
2. Hasil dan Pembahasan

terapi hiperosmolar memberikan berbagai masalah yang kompleks dan keputusan klinis sebelum
pemberian. Karena potensi efek samping dan konsekuensi dari terapi, apoteker berperan dalam
pengambil keputusan utama tidak hanya untuk memastikan administrasi yang aman dan benar, tetapi
juga pilihan yang tepat terapi berdasarkan skenario klinis. Dalam rangka memberikan hasil terbaik bagi
pasien, pendekatan yang konsisten dan protocolized harus diambil dalam bentuk urutan set dan
kebijakan dengan pemantauan parameter serta perintah yang jelas dan tanggung jawab untuk semua
disiplin ilmu. Karena morbiditas dan mortalitas dari edema serebral, hal ini sangat penting bahwa pasien
menerima perawatan hiperosmolar secara tepat waktu dan aman.

You might also like