You are on page 1of 23

TERPAAN TAYANGAN SINETRON ANAK JALANAN DI TELEVISI

DAN PERILAKU BULLYING


(Studi Korelasi Terpaan Tayangan Sinetron Anak Jalanan Di Televisi
Terhadap Perilaku Bullying Pada Siswa SMPN 1
Kemusu Boyolali)

Isnaini Muarifah Khairani


Firdastin Ruthnia Y

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik


Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract
One of the mass communication media is television. In addition to providing
information also provides entertainment such as sinetron impressions.
Impressions of sinetron that are currently favored by teenagers are “Anak
Jalanan” including students of grade VII SMPN 1 Kemusu Boyolali. “Anak
Jalanan” sinetron received many criticism related to violence. Criticism and
sanctions by KPI against sinetron “Anak Jalanan” because it can give negative
impact that is bullying behaviour for students. The reason for the selection of
research object is SMPN 1 Kemusu Boyolali because of the behaviour of bullying.
So this becomes a question to know whether if you see the Anak Jalanan sinetron
will be the act of bullying in SMPN 1 Kemusu Boyolali.
The objectives of this study were: (1) To describe and analyze the effect of
watching sinetron aired "Anak Jalanan" against bullying on students Students
SMPN1 Kemusu Boyolali. (2) To determine the percentage contribution watch
sinetron aired "Anak Jalanan" against bullying on students Students SMPN 1
Kemusu Boyolali.
This type of research used in this research is quantitative research. The
population in this study were students of SMPN 1 Kemusu Boyolali class VII
consists of 8 classes with the number of students as many as 123 people. The
sample in this study amounted to 46 students from two classes VII. The research
instrument used in this study was a questionnaire. Analysis of data using simple
regression.
Conclusin in this research are: (1) the level of impressions of sinetron
“Anak Jalanan” is strong. While the effect of sinetron “Anak Jalanan” on
bullying cases of students of SMPN 1 Kemusu Boyolali quite influential on the
attitude of students. (2) The activity of watching sinetron “Anak Jalanan” effect
on bullying behaviour on students of SMPN 1 Kemusu Boyolali. This is shown by
thitung result 5.066> 1.683 with sig results. = 0.000 <0.05. Percentage of

1
contributions to watch the sinetron “Anak Jalanan” on bullying behaviour on
students of SMPN 1 Kemusu Boyolalistudents by 36,8%. While the remaining 63,
2% is explained by other variables outside the model that is not observed. (3)
result of simple regresion of sinetron “Anak Jalanan” on 18, 699 will be followed
by bullying behaviour 0,602. Based on the linear regression equatin can be
analyzed the influence of bullying behaviour of variable X (exposure of “Anak
Jalanan” on television) to variable Y (bullying behaviour).

Keywords: Bullying, sinetron Anak Jalanan, exposure of impressions.

Pendahuluan
Salah satu kebutuhan yang cukup penting dan esensial bagi manusia
adalah kebutuhan akan informasi. Untuk mengetahui dengan jelas segala hal yang
terjadi di dunia atau di sekelilingnya, manusia sangat membutuhkan kehadiran
media untuk memenuhi kebutuhannya, maka hadirlah sarana komunikasi yang
lebih dikenal sebagai media massa. Perkembangan media massa akhir ini sangat
pesat. Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media
massa cetak dan media massa elektronik. Masing-masing media massa
mempunyai tampilan isi yang berbeda-beda, hal ini di maksudkan untuk menarik
minat masyarakat untuk mengkonsumsi. Pada dasarnya masyarakat tentu
menginginkan informasi yang lebih mudah, lebih cepat, faktual, aktual, dan sesuai
kebutuhan. Hal ini mengakibatkan media massa berlomba-lomba dalam
menyajikan informasi yang dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya. Beraneka
ragam media yang bermunculan, memungkinkan lebih adanya keleluasaan untuk
memilih mana yang paling cocok untuk dijadikan media penyampaian informasi
maupun berita (Bungin, 2006 : 40).
Fungsi media massa, salah satunya yaitu penyampaian informasi maupun
berita yang paling banyak digunakan masyarakat saat ini adalah televisi. Selain
mempunyai unsur kata-kata sound effect, juga mempunyai unsur visual berupa
gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada pemirsa,
sehingga seolah-olah khalayak berada di tempat peristiwa yang disiarkan oleh
pemancar televisi itu (Effendy, 2005:177).
Tayangan telivisi yang saat ini yang digemari oleh remaja di Indonesia
adalah penayangan program sinetron "Anak Jalanan" yang ditayangkan oleh

2
stasiun RCTI, salah satu TV swasta ternama di Indonesia. Sinetron "Anak
Jalanan" sedang menjadi primadona bagi pemirsa televisi. Banyak yang menyukai
cerita sinetron ini. Terbukti dengan peraihan rating tertinggi sebesar 44,6 %, di
atas Uttaran dengan perolehan ranking 27,7% dan di atas Tukang Bubur Naik Haji
dengan perolehan 24,5% (Pradityo, 2016)
Pada kenyataannya sinetron "Anak Jalanan" banyak menerima kritikan
dari berbagai kalangan. Salah satu kritiknya yaitu menyatakan bahwa tayangan
"Anak Jalanan" merupakan tayangan sinetron yang tidak mendidik, tayangan yang
memungkinkan menjamurnya kembali geng motor dikalangan pelajar. Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) juga sudah teguran tertulis terkait adegan kekerasan di
beberapa episode Anak Jalanan. Seperti dilansir dari KPI yang menemukan
sejumlah pelanggaran di episode penayangan 31 Desember 2015 pukul 20.09
WIB. Di episode tersebut memang menampilkan adegan pengeroyokan oleh
sekelompok geng motor terhadap seorang pria hingga membuatnya jatuh pingsan.
Sinetron produksi Sinemart tersebut dinilai melanggar Pedoman Perilaku
Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 14 dan Pasal 21 Ayat
(1) serta Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal
15 Ayat (1) dan Pasal 37 Ayat (4) huruf a. Karena itu, KPI menjatuhkan sanksi
administrasi berupa teguran tertulis untuk sinetron ini (Lestari, 2016).
Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini dengan banyaknya tontonan
kekerasan yang dilihat oleh anak-anak adalah banyaknya tindakan kekerasan atau
bullying yang dilakukan oleh remaja. Argiati (2010) menyebutkan dalam hasil
penelitian studi kasusnya pada siswa SMA di Yogyakarta bahwa 78 dari 113
siswa (69,3%) pernah memperoleh bullying di sekolah dari teman, guru dan
orangtua. Selain itu, sebanyak 71, 68% pelaku bullying adalah teman di sekolah.
Bentuk bullying yang terjadi berupa fisik maupun psikis. Hasil penelitian
melaporkan bullying yang dilakukan secara fisik, yaitu ditendang/didorong
(72,22%), dihukum/push up (71,68%), dipukul (46,02%), dijegal/diinjak kaki
(34.51%), dijambak/ditampar (23.9%), dilempar dengan barang (23.02%), dan
dipalak (15.03%). Sementara itu, bullying secara psikologis yang paling sering
terjadi antara lain adalah difitnah/digosipkan (92,99%), dipermalukan di depan

3
umum (79,65%), dihina/dicaci (44,25%), dituduh (38,05%), disoraki (38,05%),
dan diancam (30,97%).
Tayangan kekerasan dalam acara televisi saat ini mengkhawatirkan bagi
para remaja, sebab semakin banyak tayangan adegan kekerasan yang remaja lihat
pada tayangan televisi memungkinkan remaja untuk melakukan bullying, sehingga
membawa dampak yang tidak diinginkan. Dampak bullying dari hasil penelitian
tersebut sesuai dengan pendapat Priyatna (2010) bahwa dampak bullying antara
lain: (1) kesehatan fisik, sakit kepala, sakit tenggorokan atau flu, (2) menurunnya
kesejahteraan psikologis dan penyesuaian sosial yang buruk. Korban merasakan
banyak emosi negatif (marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak
nyaman, terancam) namun tidak berdaya menghadapinya, (3) kesulitan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial korban ingin pindah ke sekolah lain
atau keluar dari sekolah itu, dan dapat terganggu prestasi akademisnya atau sering
sengaja tidak masuk sekolah, dan (5) Timbulnya gangguan psikologis, rasa cemas,
selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gangguan stres.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat judul:
“TERPAAN TAYANGAN SINETRON ANAK JALANAN DI TELEVISI DAN
PERILAKU BULLYING (Studi Korelasi Terpaan Tayangan Sinetron Anak
Jalanan Di Televisi Terhadap Perilaku Bullying Pada Siswa SMPN1 Kemusu
Boyolali).”

Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah menonton tayangan sinetron “Anak Jalanan” berpengaruh
terhadap perilaku bullying pada siswa Siswa SMP Negeri 1 Kemusu
Boyolali?
2. Seberapa besar terpaan tayangan sinetron “Anak Jalanan” terhadap
perilaku bullying pada siswa Siswa SMP Negeri 1 Kemusu Boyolali.

4
Tinjauan Pustaka
1) Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dipisahkan,
setiap manusia lahir sudah melakukan komunikasi. Apalagi sebagai makhluk
sosial manusia selalu ingin berhubungan dengan manusia yang lain. Hubungan
tersebut membutuhkan komunikasi agar terhubung antara manusia yang satu
dengan yang lain. Mulyana (2012:41) menuturkan bahwa istilah “komunikasi”
atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communicatio,
kemudian kata tersebut berawal dari kata communis yang berarti “sama”.
Sama yang dimaksudkan disini adalah maknanya.
Carl I. Hovland mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses yang
memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya
lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain. Komunikasi
terjadi bila ada pertukaran pesan atau informasi antara pengirim dan penerima
pesan sehingga diharapkan penerima pesan ini mengerti isi pesan yang
disampaikan kepadanya dan memberikan respon, maka proses komunikasi
dapat dikatakan berlangsung (Mulyana, 2012: 62) .
Komunikasi adalah ilmu, dan ilmu komunikasi ini termasuk ke dalam ilmu
sosial yang meliputi intrapersonal communication, interpersonal
communication, group communication, mass communication, intercultural
communication, dan sebagainya (Effendy, 2005: 6). Oleh karena itu, mass
communication merupakan satu bidang saja dari sekian banyak bidang yang
dipelajari ilmu komunikasi.

2) Media Komunikasi
Media adalah suatu alat penyampaian berita yang aktif, media dapat
mempengaruhi efektivitas beritanya, sedangkan massa (mas) pengertian mas
media adalah alat atau sarana untuk menghubungkan dengan masyarakat.
Media massa (mas media) adalah suatu alat yang ada dalam periklanan dan
dipergunakan untuk menghubungkan masyarakat dengan suatu hal (dapat
barang atau jasa, dan lain-lan) (Baran, 2012: 12).

5
Seiring dengan perkembangan teknologi, media komunikasi mengalami
sebuah perubahan yang dinamakan ”mediamorphosis”. Baran (2012)
mengenalkan istilah “mediamorphosis” yang membahas evolusi teknologi
dalam media komunikasi. Mediamorphosis diartikan sebagai tranformasi dari
media komunikasi yang difokuskan pada perkembangan teknologi. Dari sini
media baru bias dipahami bukan hanya sebagai media yang benar-benar baru
muncul dalam media komunikasi. New media muncul dari inovasi-inovasi
media yang kurang relevan lagi dengan perkembangan teknologi di masa
sekarang. Apa yang disebut sebagai media seperti televisi, film, majalah, buku,
bukan serta merta mati begitu saja melaikan berproses dan beradaptasi dalam
bentuk media baru. Pada sebelum era digital ataupun computerized, TV
menjadi medium yang secara terus-menerus memberikan transformasi di
bidang komunikasi. Seperti yang dikemukakan oleh Baran berikut; bahwa
televisi juga merupakan sebuah diffuse yang membawa perubahan yang
signifikan dalam perkembangan komunikasi.

3) Media Televisi
Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain
mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan adanya unsur-unsur kata, musik
dan sound efek juga mempunyai keunggulan lain yaitu unsur visual yaitu
berupa gambar yang hidup dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi
pemirsanya (Joesaar, 2015: 9).
Media televisi mempunyai fungsi sebagai media informasi karena
memiliki kekuatan yang ampuh menyampaikan pesan yang seolah-olah dialami
sendiri dengan jangkauan yang luas dalam waktu bersamaan. Media bukan
sekedar mengubah atau memperkuat opini, sikap dan perilaku, melainkan telah
menjadi salah satu agen sosialisasi dalam menciptakan dan membentuk sikap,
nilai, perilaku dan persepsi kita mengenai realitas sosial (Winarso dalam
Hasnawati, 2013)

6
4) Pengertian Sinetron
Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah
sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televise. Di Indonesia,
istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Arswendo Atmowiloto (penulis). Dalam
bahasa Inggris, sinetron disebut soap opera, sedangkan dalam bahasa Spanyol
disebut telenovela (Hasnawati, 2013).
Sinetron lebih sering ditayangkan saat prime time. Durasi sinetron pada
umumnya setengah jam per episode. Di Indonesia setelah menjamurnya stasiun
televisi swasta, sinetron semakin banyak digemari, terutama oleh kaum
perempuan. Dalam perkembangannya, sinetron sangat bergantung pada tema
dan setting social yang dibangun atas ”permintaan pasar”. Bahkan, intervensi
itu masuk kearah kreatif, sampai pada penggunaan bintang-bintang
pemerannya (Hasnawati, 2013).

5) Terpaan Media Televisi


Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan
media baik jenis frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan (longevity).
Frekuensi penggunaan media dalam mengumpulkan data khalayak tentang
berapa kali sehari menggunakan media dalam satu minggu, berapa kali
seminggu menggunakan media dalam satu bulan (untuk program mingguan)
serta berapa kali sebulan menggunakan media dalam satu tahun (untuk
program bulanan). Untuk pengukuran variabel durasi penggunaan media,
menghitung berapa lama audien bergabung dalam media tertentu (berapa jam
sehari) dan berapa lama audien mengikuti program (Ardianto dan Erdinaya,
2004).

6) Perilaku Bullying
Fataruba (2015) menyatakan bahwa bullying adalah perilaku agresi atau
manipulasi yang dapat berupa kekerasan fisik, verbal, atau psikologis dengan
sengaja dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang merasa kuat

7
atau berkuasa dengan tujuan menyakiti atau merugikan seseorang atau
sekelompok orang yang merasa tidak berdaya.
Bullying diukur dengan menggunakan kuesioner berdasarkan pendapat
Saleem dkk., (2016), bullying terbagi menjadi 2 bentuk indikator yakni
perilaku bullying secara fisik dan non-fisik. Bullying secara fisik contohnya
menggigit, memukul, menendang, meludahi, mengancam, dan merusak barang-
barang atau benda-benda milik korban. Kemudian bullying secara non-fisik
dibedakan menjadi 2 yaitu verbal dan non-verbal. Bullying verbal contohnya
panggilan yang meledek, pemalakan, pemerasan, mengancam atau intimidasi,
dll. Kemudian bullying non-verbal, terbagi lagi menjadi langsung dan tidak
langsung. Bullying non-verbal tidak langsung, contohnya manipulasi
pertemanan, mengasingkan, curang, sembunyi-sembunyi. Bullying non-verbal
langsung, contohnya gerakan (tangan, kaki, atau anggota badan lain) kasar atau
mengancam, menatap, muka mengancam, menggeram.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying dibedakan menjadi dua
yaitu faktor internal dan eksternal. Rigby (2007) menjelaskan bahwa faktor
internal yang mempengaruhi perilaku bullying terdiri dari kepribadian, emosi,
religiusitas, perasaan berkuasa, dan Gender. Fataruba (2015) menjelaskan
bahwa faktor ekstrinsik yang mempengaruhi perilaku bullying, antara lain
Perbedaan kelas (senioritas), ekonomi, agama, gender, etnisitas atau rasisme;
lingkungan keluarga; situasi sekolah yang tidak harmonis atau diskriminatif;
lingkungan teman sebaya.

7) Remaja
Masa remaja merupakan peralihan masa kanak-kanak dengan dewasa, ada
yang menggunakan istilah puberty (Inggris), puberteit (Belanda), pubertasi
(Latin), yang berarti kedewasaan yang dilandasi sifat dan tanda-tanda kelaki-
lakian dan keperempuanan. Masa remaja masa peralihan dari masa kanak-
kanak dengan dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi
untuk memasuki masa dewasa (Hurlock, 2009).

8
Menurut Ali dan Asrori (2015) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam
proses penyesuaian diri menuju dewasa yaitu remaja Awal (Early
Adolescence); remaja Madya (Middle Adolescence); remaja Akhir (Late
Adolescence).
Menurut Nurihsan dan Agusti (2011), karakteristik perkembangan remaja
dapat dibedakan menjadi : Perkembangan Psikososial, Identitas kelompok,
Identitas Individual, Identitas peran seksual, Emosionalitas, Perkembangan
Kognitif, Perkembangan Moral, Perkembangan Spiritual, Perkembangan
Sosial.

Metode Penelitian
1) Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Azwar (2001: 5) berpendapat bahwa penelitian kuantitatif
menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan
menggunakan metode statistika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada pengaruh menonton tayangan sinetron Anak Jalanan dengan
tindakan bullying di SMPN 1 Kemusu Boyolali.

2) Populasi dan Sampel


Populasi merupakan sekelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi
hasil penelitian (Azwar, 2008: 18). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
SMP Negeri 1 Kemusu Boyolali kelas VII terdiri dari 5 kelas dengan jumlah
siswa sebanyak 130 orang.
Sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang hendak diteliti, yang
ciri keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri
keberadaan populasi yang sebenarnya (Sugiyono, 2008: 49). Banyaknya
sampel yang digunakan dalam penelitian berdasarkan pendapat Suharsimi
Arikunto (2010: 61) bahwa sampel lebih dari 100 dapat diambil minimal antara
15% - 250%. Mengingat jumlah populasi 130 siswa, maka diambil 35% dari
130 diperoleh 46 siswa

9
Penyajian dan Analisis Data
1) Deskripsi Kategorisasi Nilai Responden
Setelah seluruh data sudah terkumpul, selanjutnya akan dilakukan
pengolahan data untuk mengetahui kategorisasi nilai responden untuk
variabel tayangan Sinetron Anak Jalanan di televisi dan perilaku bullying,
berikut ini:
1. Variabel Independen (Tayangan Sinetron Anak Jalanan di televisi)
Deskripsi kategorisasi nilai responden merupakan distribusi untuk
mengetahui tingkat kategori variabel tayangan sinetron Anak Jalanan di
televisi dapat diketahui dari jumlah nilai yang frekuensinya sering
diperoleh oleh responden.
Tabel 1
Nilai Responden Untuk Nilai Variabel Tayangan
Sinetron Anak Jalanan di televisi

Tayangan Sinetron Anak Jalanan


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 7 1 2.2 2.2 2.2

8 2 4.3 4.3 6.5

9 6 13.0 13.0 19.6

10 5 10.9 10.9 30.4

11 10 21.7 21.7 52.2

12 7 15.2 15.2 67.4

13 7 15.2 15.2 82.6

14 3 6.5 6.5 89.1

15 5 10.9 10.9 100.0

Total 46 100.0 100.0

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 kategori untuk


masing-masing data. Ketiga kategori tersebut adalah tinggi, sedang, dan

10
rendah. Nilai tertinggi frekuensi tiap variabel adalah 30 dan nilai terendah
adalah 18.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Terpaan tayangan sinetron
Anak Jalanan di televisi

Distribusi Frekuensi Prosentase (%)


Tinggi 13 – 16 11 23,9
Sedang 10 – 12,66 17 36,9
Rendah 7– 9,66 18 39,2
Jumlah 46 100%
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa terdapat satu kategori yang
memiliki nilai prosentase paling besar untuk frekuensi terpaan tayangan
sinetron Anak Jalanan di televisi termasuk kategori rendah dengan
frekunesi 18 orang (39,2%).

2) Variabel Dependen (Perilaku bullying)


Tabel 3
Nilai Responden Perilaku bullying

Distribusi
Frekuensi Prosentase (%)
Jumlah

20 6 13.0
21 4 8.7
22 4 8.7
23 1 2.2
24 3 6.5
25 1 2.2
26 1 2.2
29 3 6.5
31 3 6.5
33 1 2.2

11
36 2 4.3
42 1 2.2
45 1 2.2
47 1 2.2
51 1 2.2
52 1 2.2
53 1 2.2
54 1 2.2
56 3 6.5
57 5 10.9
60 1 2.2
63 1 2.2
Total 46 100.0
Sumber : Data primer yang diolah
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 kategori untuk
masing-masing data. Ketiga kategori tersebut adalah tinggi, sedang, dan
rendah. Nilai tertinggi frekuensi tiap variabel adalah 63 dan nilai terendah
adalah 20.

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Perilaku bullying

Distribusi Frekuensi Prosentase (%)

Tinggi 46,7 – 63 14 30,4

Sedang 34,4 – 46,6 5 10,8

Rendah 20– 34,3 27 58,7

Jumlah 46 100,0%

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa perilaku bullying


termasuk kategori rendah sebanyak 27 orang (58,7%), kategori sedang

12
sebanyak 5 orang (10,8%), dan kategori tinggi sebanyak 4 orang
(30,4%).

3) Analisis Data
1. Uji Validitas Variabel Independen ( X )
Hasil perhitungan validitas keseluruhan variabel terpaan tayangan
sinetron Anak Jalanan di televisi pada tabel berikut ini:
Tabel 5
Hasil Uji Validitas Variabel Terpaan tayangan sinetron
Anak Jalanan di televisi

Pernyataan Rhitung Rtabel Keterangan

1 .511 0,294 Valid

2 .550 0,294 Valid

3 .662 0,294 Valid

4 .453 0,294 Valid

Sumber: Data Primer yang diolah

Perhitungan validitas variabel terpaan tayangan sinetron Anak Jalanan


di televisi menggunakan rumus Pearson Correlation dengan taraf
signifikan 5%, dengan nilai N = 46diperoleh rtabel (5%) = 0,294.Dari 4
pernyataan semua dinyatakan valid.

2. Uji Validitas Variabel Dependen (Y )


Variabel Y dalam penelitian ini yaitu perilaku bullying. Hasil
perhitungan validitas keseluruhan variabel perilaku bullying disajikan di
tabel 6.

13
Tabel 6
Hasil Uji Validitas Variabel
Pernyataan Rhitung Rtabel Keterangan

1 .311 0,294 Valid

2 .381 0,294 Valid

3 .440 0,294 Valid

4 .334 0,294 Valid

5 .144 0,294 Tidak Valid

6 .161 0,294 Tidak Valid

7 .383 0,294 Valid

8 -.104 0,294 Tidak Valid

9 .774 0,294 Valid

10 .534 0,294 Valid

11 .930 0,294 Valid

12 .896 0,294 Valid

13 .942 0,294 Valid

14 .917 0,294 Valid

15 .948 0,294 Valid

16 .776 0,294 Valid

17 .952 0,294 Valid

18 .917 0,294 Valid

19 .900 0,294 Valid

20 .927 0,294 Valid

Sumber: Data Primer yang diolah.

14
Perhitungan validitas variabel perilaku bullying menggunakan
rumus Pearson Correlation dengan taraf signifikan 5%, dengan nilai N =
46 diperoleh rtabel (5%) = 0,294.Dari 20 pernyataan yang tidak valid ada
3 dan yang valid sebanyak 17 pernyataan.

3. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas untuk kuesioner terpaan tayangan sinetron Anak
Jalanan di televisi dan perilaku bullying menggunakan metode
pengukuran butir pernyataan yang dipakai adalah metode cronbach
alpha. Reliabilitas suatu pernyataan akan tercapai jika hasil cronbach
alpha yang diperoleh lebih besar dari nilai kritikal. Hasil pengujian
reliabilitas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 7
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach Nilai Critical Keterangan
Alpha
terpaan tayangan sinetron
0,766 0,600 Reliabel
Anak Jalanan di televisi

Perilaku bullying 0,943


0,600 Reliabel

Sumber: Data primer yang diolah

Hasil uji reliabilitas variabel terpaan tayangan sinetron Anak


Jalanan di televisI diperoleh 0,766> 0,600 dan variabel dependen
(perilaku bullying) diperoleh 0,943> 0,600.Reliabilitas variabel terpaan
tayangan sinetron Anak Jalanan di televisi dan variabel perilaku
bullying memiliki reliabilitas termasuk sangat tinggi.

4. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi secara normal atau tidak. Hasil uji normalitas sebaran

15
diperoleh menggunakan teknik statistik One Sample Kolmogorow
Smirnov.

Tabel 8
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Terpaan
Tayangan
Sinetron Anak
Jalanan di Perilaku
Televisi Bullying

N 46 46

Normal Parametersa Mean 25.02 35.72

Std. Deviation 3.435 15.137

Most Extreme Differences Absolute .111 .188

Positive .075 .188

Negative -.111 -.150

Kolmogorov-Smirnov Z .755 1.272

Asymp. Sig. (2-tailed) .618 .079

a. Test distribution is Normal

Hasil normalitas denganOne Sample Kolmogorow Smirnov untuk


terpaan tayangan sinetron Anak Jalanan di televisihasil Kolmogorov-
Smirnov Z = 0,755 dengan p = 0,618 > 0,05 dikatakan normal. Demilian
pula pada perilaku bullying hasil Kolmogorov-Smirnov Z = 1,272 dengan
p = 0,079 > 0,05 dikatakan normal. Dengan demikian data responden

16
pada semua variabel dinyatakan normal, karena menurut Arikunto (2003)
data dikatakan memiliki distribusi normal apabila p > 0,05.

5. Linearitas
Uji linieritas hubungan bertujuan untuk mengetahui linieritas
hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung.
Tabel 9
Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.

Perilaku Between (Combined) 4007.193 12 333.933 1.748 .101


Bullying * Groups
Linearity 2331.809 1 2331.809 12.206 .001
Terpaan
Deviation from
Tayangan 1675.384 11 152.308 .797 .642
Linearity
Sinetron Anak
Jalanan Within Groups 6304.133 33 191.034

Total 10311.326 45

Hasil uji linieritas hubungan antara terpaan tayangan sinetron Anak


Jalanan di televisi dengan perilaku bullying mempunyai korelasi linier, hal
ini ditunjukkan dengan nilai Fbeda = 0,797 dengan p pada Deviation from
Linearity = 0,642 (p > 0,05)yang berarti korelasinya linier.

6. Uji Regresi
Uji regresi sederhana ini digunakan sebab variabel independen atau
prediktornya satu, yaitu terpaan tayangan sinetron Anak Jalanan di
televisi.Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara variabel independen (terpaan tayangan sinetron Anak Jalanan di
televisi) terhadap variabel dependen (perilaku bullying).

17
Tabel 10
Hasil Regresi Sederhana

Variabel Beta Sig. Keterangan


Contanst 18.699 - -
terpaan tayangan sinetron Anak Ada Pengaruh
0.602 0,001
Jalanan di televisi

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh persamaan regresi linear


sederhana seperti dibawah ini. Y= 18.699+ (0,602X). Artinya, terpaan
tayangan sinetron Anak Jalanan di televisi sebesar 18,699 akan diikuti
perilaku bullying sebesar 0,602. Berdasarkan persamaan regresi linier
sederhana di atas diketahui bahwa nilai konstan (a) adalah 18.699
dengan parameter positif. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya
terpaan tayangan sinetron anak jalanan di televisi maka akan terjadi
perilaku bullying di kalangan SMP N 1 Kemusu Boyolali. Hasil nilai
koefisien regresi (b) adalah sebesar 0,602 dengan parameter positif, hal
ini menunjukkan bahwa setiap penayangan sinetron “Anak Jalanan”
maka tindakan perilaku bullying di kalangan siswa SMP N 1 Kemusu
Boyolali akan terjadi.

7. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t untuk
mengetahui pengaruh dua variabel, yaitu variabel independen (terpaan
tayangan sinetron Anak Jalanan di televisi) terhadap variabel dependen
(perilaku bullying) secara parsial.

18
Tabel 11
Rangkuman Hasil uji Hipotesi

Variabel Uji Hasil Standar Keterangan


thitung Sig. Sig.
Terpaan tayangan sinetron
Anak Jalanan di televisi Ada Pengaruh
5.066
dan perilaku bullying
0,000 0,05

Ada pengaruh variabel terpaan tayangan sinetron Anak Jalanan di


televisi terhadap perilaku bullying diketahui thitung sebesar 5,066 > 1,683
dan hasil sig. = 0,000 < 0,05.

8. Besarnya pengaruh
Besarnya pengaruh terpaan tayangan sinetron Anak Jalanan di
televisi terhadap perilaku bullying menggunakan R Square. R Square
digunakan untuk menunjukkan seberapa besar variasi variabel dependen
dijelaskan oleh variabel independen sebagai berikut :
Tabel 12
Besar Pengaruh menonton tayangan sinetron Anak Jalanan terhadap
Perilaku bullying
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .607a .368 .354 12.166

a. Predictors: (Constant), Menonton Televisi

19
Besarnya pengaruh tayangan sinetron Anak Jalanan di televisi
terhadap perilaku bullying terhadap perilaku bullying sebesar 36,8%
dan sisanya 63,2% dipengaruhi variabel lain, di luar variabel yang
diobservasi. Misalnya teman sebaya, iklim sekolah, pola asuh orang
tua, atau motivasi.

Kesimpulan
Pertama, tingkat terpaan tayangan sinetron “Anak Jalanan” menunjukkan
pada kategori yang kuat. Artinya bahwa terpaan sinetron tersebut kuat pada
pengaruh bullying. Sedangkan efek sinetron “Anak Jalanan” terhadap kasus
bullying pelajar SMP Negeri 1 Kemusu, Boyolali pun cukup berpengaruh
terhadap sikap pelajar. Hal ini akan mengalami peningkatan jika terpaan
penanyangan sinetron ini semakin intens/ sering.
Kedua, aktivitas menonton penayangan sinetron “Anak Jalanan” berpengaruh
terhadap perilaku bullying pada siswa SMP Negeri 1 Kemusu Boyolali. Hal ini
ditunjukkan hasil thitung 5,066 > 1,683 dengan hasil sig. = 0,000 < 0,05.
Persentase kontribusi menonton penayangan sinetron “Anak Jalanan” terhadap
perilaku bullying pada siswa SMP Negeri 1 Kemusu Boyolali sebesar 36,8%.
Sedangkan sisanya 63,2% dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang tidak
terobservasi, variable tersebut misalnya, teman sebaya, iklim sekolah, pola asuh
orang tua, motivasi, minat, atau media komunikasi.
Ketiga, berdasarkan hasil regresi linier sederhana diperoleh persamaan Y=
18.699+ (0,602X), artinya bahwa nilai konstan (a) adalah18.699. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan adanya terpaan tayangan sinetron anak jalanan di
televise maka akan terjadi perilaku bullying di kalangan SMP N 1 Kemusu
108
Boyolali. Hasil nilai koefisien regresi (b) adalah sebesar 0,602dengan parameter
positif, hal ini menunjukkan bahwa setiap penayangan sinetron “Anak Jalanan”
maka tindakan perilaku bullying di kalangan siswa SMP N 1 Kemusu Boyolali
akan terjadi. Artinya, terpaan tayangan sinetron Anak Jalanan di televisi sebesar
18,699 akan diikuti perilaku bullying sebesar 0,602. Berdasarkan persamaan
regresi linear tersebut dapat dianalisis pengaruh perilaku bullying dari variabel X

20
(terpaan tayangan sinetron Anak Jalanan di televisi) terhadap Variabel Y (perilaku
bullying).

Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan adanya pengaruh penayangan sinetron “Anak
Jalanan” berpengaruh terhadap perilaku bullying secara signifikan, maka dapat
diberikan saran kepada: Bagi Produser, sutradar dan pegiat Seni diharapkan
meningkatkan kualitas tayangan dan karya yang memberi pesan mendidik kepada
penikmat dan penontonnya, bukan hanya perkara rating dan permintaan pasar;
diharapkan agar siswa yang menonton tayangan sinetron “Anak Jalanan” dapat
menerapkan hal-hal positif yang didapatkan dari siaran acara tersebut, sehingga
siswa dapat membedakan perbuatan yang dapat dicontoh atau dijauhi dan tidak
melakukan bullying dan bagi Peneliti selanjutnya penelitian ini memiliki
kelemahan dalam menyebarkan kuesioner ada sebagian yang tidak ditunggui yang
memungkinkan subjek penelitian dalam mengisi kuesioner kurang teliti. Selain itu
jumlah sampel dalam penelitian hanya 46 orang. Atas dasar kelemahan tersebut,
maka disarankan bagi peneliti selanjutnya dalam menyebarkan kuesioner untuk
ditunggui dapat dengan bantuan teman. Disarankan pula bagi peneliti selanjutnya
untuk menambah jumlah subjek penelitian, sehingga hasil penelitian dapat
menjadi lebih baik.

21
Daftar Pustaka
Ali, M dan Asrori, M (2015). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi Kasara.
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Argiati, B.H (2010). Studi Kasus Perilaku Bullying Pada SMA di Kota
Yogyakarta. Jurnal penelitian Bappeda Kota Yogyakarta. No.5. Jurnal
Penabur.Vol.2. htpp//penabur.ub.ac.id/.../2010/.../JURNAL. Diunduh 23
Maret 2016. Pukul. 20.40
Arikunto, S (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Azwar, S (2008). Metode Penelitian. Yogyakarta: Liberty.
Baran, Stanley J. 2012. Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya.
Jakarta: Erlangga.
Bungin, Burhan (2006). Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat Kencana. JakartaEffendy
Effendy, Onong (2005). Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan kesembilanbelas.
Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Fataruba, R (2015). Mental Revolution of Child Bullying Victims in Indonesia:
Parenting Styles And Ethnic Groups Effect. International Journal of
Research Studies in Psychology. Vol. 2. Hal. 1-10.
www.consortiacademia.org/index.php/ijrsp/article/download/1131/494.
Diunduh 22 Maret 2016. Pukul. 18.05.
Hasnawati (2013). Dampak Menonton Tayangan Sinetron Putih Abu-abu
Terhadap Perilaku Anak Di Kelurahan Sidodamai Samarinda (Studi Pada
Adegan Aksi Bullying Dalam Sinetron Putih Abu-Abu di SCTV).
eJournal lmu Komunikasi. 1 (2): 126-137.
Hurlock, E.B (2009). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo).
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Joesaar, Adres (2015). Polarised Television Audiences. The Outcomes of The
Estonian and European Audiovisual Media Policies. Journalism
Research. Science journal (Communication and information). No. 8. Hal.
5-16.
Mulyana, Dedy (2012). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Nurihsan, A.J.N dan Agusti, M (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan
Remaja: Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung:
Aditama
Pradityo (2016). Inilah Bukti Sinetron Anak Jalanan Berbahaya dan Tidak Layak
Tonton, https://serambimata.com/2016/02/10/inilah-bukti-sinetron-anak-
jalanan-berbahaya-dan-tidak-layak-tonton-hentikan-sekarang-juga/.
Diunduh 13 Mei 2016. Waktu 20.00
Priyatna, A (2010). Lets end Bullying: Memahami, Mencegah, dan Mengatasi
Bullying. Jakarta: Elex Media Komputindo.

22
Rigby, K (2007). Bullying in Schools: and what to do about it. Australia: ACER
Press, an imprint of.
Saleem, M, Ismail, R., Kasim, .C., dan Zakaria, E (2016). Impact of Peer Bullying
on School Students With and Without Adhd Symptoms: A Cross-
Sectional Study From Pakistan. Jurnal Psikologi Malaysia. 29 (2).
om.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/.../7949. Diunduh 23 Maret
2016. Pukul 21.55.

23

You might also like