You are on page 1of 24

TUGAS MATRIKULASI K3

JURNAL TERKAIT MUSCULOSKELETAL DISORDER

NAMA : YUNI AMBARWATI


NPM :19410048P

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019
HUBUNGAN POSISI KERJA DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL
PADA UNIT PENGELASAN PT. X BEKASI

Rovanaya Nurhayuning Jalajuwita dan Indriati Paskarini


Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
E-mail: rovanaya@yahoo.com

ABSTRACT
This study was conducted to analyze the relation between body position with musculoskeletal complaints in welding
unit of PT. X Bekasi. Welding is an important part of a steel fabrication company. Workers in the welding influenced
by the position of work, the posture of their body of work and performance at work. Jobs that forced the labor to not an
ergonomic posture when working cause workers had faster experience fatigue and indirectly provide additional
workload. Health effects that arised as a result of an unergonomic worked postures are musculoskeletal disorders
.This research is an observational research with cross sectional approach design. 32 workers were chosen as sample by
using simple random sampling technique. Data were obtained by measuring, observing used Rapid Entire Body
Assessment (REBA), and filling out questionnaire Nordic Body Map (NBM). Spearman rho correlation test was used
to analyse the relation between variables. As many as 68.6% workers had a weak risk of having musculoskeletal
disorder (REBA score of 4-7) and 62.5% workers had a weak level of musculoskeletal complaint. Based on the results of
this study concluded that body position were significantly related to musculoskeletal complaints. There was a weak
significant relationship between body position and musculoskeletal complaints (pvalue = 0.005). It is suggested to
companies that provide training on ergonomic working position when welding perform.

Keywords: Rapid Entire Body Assessment (REBA), Nordic Body Map (NBM), body position and musculoskeletal
complaints

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara posisi kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada unit
pengelasan PT. X, Bekasi. Proses pengelasan merupakan bagian penting dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang
fabrikasi dan konstruksi baja. Pekerja dalam melakukan pengelasan dipengaruhi oleh posisi kerja, postur kerja serta
performa tubuh. Pekerjaan yang memaksa tenaga kerja untuk berada pada postur kerja yang tidak ergonomis
menyebabkan pekerja lebih cepat mengalami kelelahan dan memberikan tambahan beban kerja. Dampak kesehatan yang
muncul sebagai akibat dari postur kerja yang tidak ergonomis adalah keluhan muskuloskeletal. Penelitian ini merupakan
jenis penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 32 pekerja dengan
menggunakan teknik simple random sampling. Data didapatkan dengan cara pengukuran, observasi menggunakan Rapid
Entire Body Assessment (REBA) serta pengisian kuesioner Nordic Body Map (NBM) oleh pekerja pengelasan. Analisis
hubungan menggunakan uji spearman. Sebanyak 68,6% pekerja memiliki risiko muskuloskeletal sedang (skor REBA
4-7) dan 62,5% pekerja pengelasan memiliki tingkat risiko keluhan muskuloskeletal sedang. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa posisi kerja pekerja pengelasan memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan
muskuloskeletal. Adanya hubungan yang signifikan (pvalue = 0,005) pada posisi kerja dengan keluhan muskuloskeletal
pekerja pengelasan, dengan tingkat
hubungan menunjukkan korelasi sedang. Disarankan untuk memberikan training mengenai posisi kerja yang ergonomis
ketika melakukan pengelasan.

Kata kunci: Rapid Entire Body Assessment (REBA), Nordic Body Map (NBM), posisi kerja dan keluhan
muskuloskeletal

PENDAHULUAN pesatnya angka perkembangan industri fabrikasi


Banyaknya kebutuhan manusia mengenai dan konstruksi baja di Indonesia setiap tahunnya.
bangunan, rancang bangun, serta transportasi Meningkatnya perkembangan industri fabrikasi
yang harus terpenuhi, dan perkembangan zaman dan konstruksi baja mendorong semakin tingginya
yang semakin maju maka menuntut manusia produktivitas yang diharapkan dapat memenuhi
harus terus berkembang baik dalam pengetahuan, permintaan pasar. Ergonomi merupakan suatu
inovasi, maupun keahlian. Hal ini yang mendorong disiplin ilmu yang terkait dengan interaksi antara

33
34 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 1 Jan-Jun 2015: 33–
42
Rovanaya dan Indriati, Hubungan Posisi Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal… 35

manusia dengan kesehatan dan dengan ligamen dan tendon.


unsur-unsur lain produktivitas kerja. pekerjaannya. Faktor penyebab
pada suatu sistem, Output dari Menurut studi terjadinya keluhan
dan profesi yang penerapan aspek yang dilakukan t e r muskuloskeletal
menerapkan teori, ergonomi tersebut hadap 9.482 p adalah peregangan
prinsip, metode, dan adalah dapat memberi ekerja di 12 k otot yang berlebihan,
data untuk mendisain keuntungan ekonomis a b u p a t e n / kota aktivitas berulang,
dalam rangka kepada perusahaan. di Indonesia, sikap kerja tidak
mengoptimalkan Di Negara umumnya berupa alamiah, penyebab
kenyamanan atau Amerika Serikat penyakit sekunder dan
kesehatan manusia yang merupakan muskuloskeletal penyebab kombinasi
dan keseluruhan negara maju dalam (16%), (Tarwaka, 2010).
performa sistem industri manufaktur kardiovaskuler Studi tentang
(Santoso, telah mencatat (8%), gangguan muskuloskeletal pada
2013). Ergonomi juga bahwa WMSDs ( syaraf (6%), berbagai jenis
merupakan suatu ilmu w o r k re l a t e d gangguan pernafasan industri telah banyak
terapan yang musculoskeletal (3%) dan gangguan dilakukan dan hasil
menyelaraskan disorders) menjadi THT (1,5%). studi menunjukkan
(fitting) stasiun kerja penyebab utama Keluhan bahwa bagian otot
dan jenis pekerjaan penyakit akibat kerja muskuloskeletal yang sering
dengan kapabilitas dan kehilangan adalah keluhan yang dikeluhkan adalah
dari pekerja itu 846.000 hari kerja berada pada bagian otot rangka yang
sendiri. setiap tahun dengan otot skeletal atau meliputi otot leher,
Tujuannya total biaya otot rangka yang bahu, lengan, tangan,
adalah untuk pengobatan yang dirasakan oleh jari, punggung,
menurunkan tingkat dikeluarkan seseorang mulai dari pinggang, dan otot
risiko cedera dan mencapai $20 keluhan sangat ringan bagian bawah
meningkatkan milliar sampai hingga sangat sakit. (Tarwaka,
motivasi dalam $43 milliar (National Apabila otot 2010). Dari berbagai
bekerja serta Academy of Sciences menerima beban macam penelitian
sekaligus dalam statis secara berulang tersebut dapat
meningkatkan H dan dalam jangka diketahui keluhan
produktivitas dari u waktu cukup lama penyakit yang sering
aktivitas pekerjaan m maka akan dapat diderita oleh pekerja
dalam suatu stasiun a menyebabkan keluhan adalah WMSDs
kerja. Salah satu n berupa kerusakan (work related
prinsip ergonomi t pada sendi, musculoskeletal
sebagai salah satu e disorders), hal
acuan adalah sikap c tersebut salah
tubuh dalam h satunya dipengaruhi
pekerjaan sangat , adanya posisi kerja.
dipengaruhi oleh Posisi kerja mengacu
2
bentuk, susunan, pada bagaimana
0
ukuran serta postur tubuh yang
0
penempatan mesin- dilakukan, posisi kerja
3
mesin, penempatan yang nyaman dan
)
alat- alat petunjuk, . aman akan
dan cara-cara Hasil studi mempengaruhi
menggunakan mesin Departemen produktivitas kerja
tersebut. Kesehatan tentang yang lebih baik.
Studi yang profil masalah Pekerjaan yang
dilakukan oleh kesehatan di memaksa tenaga
Institute for Work and Indonesia tahun 2005 kerja untuk berada
Health di Toronto menunjukkan pada postur kerja
menunjukkan bahwa bahwa sekitar yang tidak
penerapan aspek 40,5% penyakit ergonomis
ergonomi dalam yang diderita pekerja menyebabkan tenaga
aktivitas pekerjaan yang berhubungan kerja lebih cepat
akan meningkatkan mengalami kelelahan
36 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 1 Jan-Jun 2015: 33–
42

dan secara tidak diperlukan bantuan


langsung dari alat. Proses
memberikan pengelasan
tambahan beban merupakan suatu
kerja. Penerapan bagian penting yang
posisi kerja yang ada pada perusahaan,
ergonomis akan dengan lama kerja
mengurangi beban lebih dari 8 jam per
kerja dan secara hari. Dalam
signifikan mampu kenyataannya banyak
mengurangi pekerja yang
kelelahan atau ditambah dengan jam
masalah kesehatan lembur sampai
yang berkaitan dengan 12 jam per
dengan postur kerja hari, dengan begitu
serta memberikan peluang pekerja
rasa nyaman kepada dalam keluhan MSDs
tenaga kerja terutama sangatlah besar.
dalam pekerja yang Pekerja dalam
monoton dan melakukan
berlangsung lama, pengelasan sangat
jika penerapan dipengaruhi oleh
ergonomi tidak dapat posisi kerja, postur
terpenuhi akan kerja serta
menimbulkan
ketidaknyamanan
atau munculnya rasa
sakit pada bagian
tubuh tertentu. Salah
satu dampak
kesehatan yang
muncul sebagai akibat
dari postur kerja yang
tidak ergonomis
adalah
musculoskeletal
disorder (MSDs).
PT. X
merupakan suatu
perusahaan yang
bergerak pada bidang
fabrikasi dan
konstruksi baja.
Sumber bahaya dan
risiko dalam hal
keselamatan dan
kesehatan kerja
mempunyai peluang
tinggi untuk dapat
terjadi. Pekerjaan
dalam bidang
fabrikasi dan
konstruksi baja
dalam kesehariannya
tidak lepas dari
bantuan peralatan
mesin, utamanya
dalam unit
pengelasan sangat
Rovanaya dan Indriati, Hubungan Posisi Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal… 37
38 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 1 Jan-Jun 2015: 33–
42

performa tubuh mereka saat bekerja. Performa dengan cara memeriksa kelengkapan identitas
s e s e o r a n g s e c a r a e rg o n o m i s s a m a responden serta instrumen pengisian data. Coding
d e n g a n keseimbangan antara tugas kerja dan data dilakukan guna menyusun data yang telah
kemampuan tubuh. Dengan adanya postur kerja didapatkan secara sistematis ke dalam bentuk yang
yang ergonomis maka performa pekerja juga mudah dibaca oleh aplikasi komputer. Setiap
mengalami peningkatan. Tenaga kerja yang menjadi jawaban akan diubah dalam bentuk kode angka.
objek penelitian adalah pekerja pada unit Entering data yaitu memasukkan data yang telah
pengelasan PT. X. Postur kerja dan posisi kerja diubah menjadi kode ke dalam komputer,
yang tidak ergonomis berdampak pada menurunnya selanjutnya data akan dianalisis menggunakan
produktivitas kerja maupun performa kerja yang aplikasi dalam komputer. Sorting data digunakan
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, selain untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan
itu juga dapat mempengaruhi derajat kesehatan jenisnya, dan tabulating data digunakan untuk
pekerja salah satunya adalah keluhan menyajikan data dalam bentuk tabel yang sesuai
muskuloskeletal. dengan kebutuhan analisis dan untuk memudahkan
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari peneliti.
hubungan posisi kerja dengan k Analisis data dilakukan secara analitik. Data
e l u h a n muskuloskeletal pada pekerja unit yang didapatkan dari kuesioner, wawancara dan
pengelasan di PT. X hasil pengukuran kemudian dianalisis dengan
tabel, frekuensi, narasi, dan tabulasi silang guna
mETODE mempermudah penyampaian hasil penelitian. Untuk
mengetahui hubungan antar variabel menggunakan
Metode penelitian yang digunakan merupakan uji Spearman rho corellation dengan tingkat
penelitian analitik. Berdasarkan pada jenis kemaknaan α = 0,05.
penelitiannya adalah observasional. Berdasarkan
desain penelitian merupakan penelitian cross
sectional karena variabel yang diteliti diamati HASIl
pada satu waktu. Sampel penelitian sebanyak 32 Hasil penelitian yang terdiri dari umur, masa
pekerja dengan menggunakan teknik simple kerja, posisi kerja dan keluhan muskuloskeletal akan
random sampling. Waktu penelitian dan dijelaskan pada Tabel 1.
pengambilan data dilakukan pada bulan november
2014 sampai dengan Juli 2015. Variabel yang Tabel 1. Distribusi Umur Pekerja di Unit
diteliti adalah umur, lama kerja, posisi kerja, dan Pengelasan
keluhan muskuloskeletal. PT. X Tahun 2015
Data didapatkan dengan cara pengisisan Umur Frekuensi Persentase
kuesioner, wawancara dan observasi. Tenaga (thn) (n) (%)
kerja diobservasi dengan mengamati postur tubuh < 35 20 62,5%
dan selanjutnya menyesuaikan dengan lembar ≥ 35 12 37,5%
observasi Rapid Entire Body Assesment (REBA) Total 32 100%
kemudian dilanjutkan dengan wawancara untuk
pengisian lembar Nordic Body Map (NBM) yang Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui variabel
berguna dalam mengetahui tingkat keparahan umur terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
keluhan muskuloskeletal responden. Instrumen umur kurang dari 35 tahun dan lebih dari sama
yang digunakan yaitu kuesioner, lembar Nordic dengan 35 tahun. Dari pembagian kelompok tersebut
Body Map, lembar observasi penilaian REBA, dan didapatkan bahwa sebagian besar 62.5% responden
kamera. Observasi dilakukan saat jam istirahat memiliki umur kurang dari 35 tahun dan 37.5%
dengan tujuan agar pekerja tidak terganggu dalam memiliki umur lebih dari 35 tahun.
aktivitas pekerjaannya. Data sekunder diperoleh dari
data dan wawancara kepada staff Health, Safety Tabel 2. Distribusi Lama Kerja Pekerja di Unit
and Environment perusahaan. Pengelasan PT. X Tahun 2015
Data yang telah didapatkan selanjutnya diolah lama Kerja Frekuensi Persentase
dalam beberapa tahapan guna mempermudah (jam) (n) (%)
analisis
data antara lain editing data, coding data, entry ≤8 4 12,5
data, sorting data dan tabulating data. Editing data >8 28 87,5
dilakukan dalam pengolahan data secara manual Total 32 100
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui variabel risiko cedera dengan menetapkan tingkat tindakan
lama kerja responden dikelompokkan berdasarkan korektif yang diperlukan serta melakukan intervensi
2 kategori yaitu kategori bekerja sampai dengan agar segera dilakukan perbaikan untuk mengurangi
8 jam dan kategori lama kerja lebih dari 8 jam. risiko yang ditimbulkan.
Berdasarkan pada hasil perhitungan didapatkan data Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa
bahwa sebagian besar (87,5%) responden memiliki didapatkan sebagian besar 68,6% responden
lama kerja lebih dari 8 jam per hari dengan memiliki tingkat risiko menurut REBA sedang,
ketentuan maksimal bekerja dari perusahaan 28.1% memiliki tingkat risiko menurut REBA tinggi
selama 12 jam dalam setiap harinya. dan 3.1% memiliki tingkat risiko menurut REBA
sangat tinggi.
Tabel 3. Distribusi Masa Kerja Pekerja di Unit Berikut ini merupakan beberapa contoh
Pengelasan PT. X Tahun 2015 penilaian dalam menentukan tingkat risiko posisi
masa Kerja Frekuensi Persentase kerja yang sering dilakukan oleh responden. Untuk
(tahun) (n) (%) risiko sedang dengan final score REBA 4-7 dapat
<1 3 9.4 diperhatikan pada Gambar 1.
1-5 23 71.9
>5 6 18.8
Total 32 100

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa


masa kerja responden dikategorikan dalam 3
kelompok, diantaranya masa kerja kurang dari 1
tahun, masa kerja 1 sampai dengan 5 tahun dan
masa kerja lebih dari 5 tahun. Dari pembagian
kategori tersebut didapatkan sebagian besar
(71,9%) responden memiliki masa kerja 1–5 tahun.
Penilaian posisi kerja terhadap postur
tubuh responden menggunakan metode Rapid
Entire Body Assessment (REBA). Metode REBA
merupakan metode yang sangat sensitif dalam hal
mengevaluasi risiko postur tubuh, khususnya pada
sistem muskuloskeletal. Pembagian segmen tubuh
juga dilakukan dalam metode ini. Segmen-segmen
tubuh yang akan diberi kode secara individu serta
mengevaluasi seluruh bagian anggota tubuh baik
anggota badan bagian atas maupun badan, leher, Gambar 1. Pekerjaan Pengelasan Kategori REBA
dan kaki. Sedang.
Penilaian dengan metode REBA didapatkan
dari hasil pemberian skor kemudian dilakukan Berdasarkan perhitungan REBA Gambar 1
penentuan pada tabel grup A, grup B dan grup C. dianalisis bahwa gerakan pada posisi badan normal
Pada hasil akhir yang didapatkan adalah diberikan skor 1, dikarenakan posisi badan bengkok
menentukan tingkat maka ditambahkan skor perubahan berjumlah 1.
Untuk pemberian skor pada badan didapatkan skor
2. Posisi leher berada pada fleksi 0°–20° sehingga
Tabel 4. Distribusi Tingkat Risiko menurut REBA
mendapatkan skor 1 dengan penambahan skor
Pekerja di Unit Pengelasan PT. X Tahun
perubahan sebanyak 1 karena posisinya bengkok
2015
Tingkat Risiko Frekuensi Persentase maka didapatkan skor leher 3. Penilaian skor pada
REBA (n) (%) kaki didapatkan skor 1 karena posisi responden
Sedang 22 68.6 berada pada posisi kedua kaki tertopang dengan
Tinggi 9 28.1
baik di lantai. Hasil yang didapatkan dari penilaian
Sangat Tinggi 1 3.1
Total 32 100
badan, leher dan kaki atau lebih bagian Berdasarkan posisi lengan bawah
selanjutnya tubuh dalam keadaan perhitungan ke arah depan < 60°
dikonversikan ke statis berjumlah 1 REBA Gambar atau > 100°. Pada
dalam Group A dan dan didapatkan final 2 dianalisis bahwa pergelangan tangan
menghasilkan skor 3. skor REBA menjadi 4 gerakan pada posisi memiliki skor 2
Pada lengan yang tergolong pada badan ke depan 0°– karena posisi
bagian atas diperoleh tingkat risiko sedang 20° diberikan skor 2, pergelangan tangan >
skor 2 karena berada serta diperlukan dikarenakan posisi 15° ke atas dan ke
pada posisi antara tindakan perbaikan badan bengkok maka bawah. Dengan
0°–20° ke arah depan postur kerja agar ditambahkan skor adanya tambahan skor
dengan posisi bahu dapat memperkecil perubahan berjumlah perubahan karena
naik maka serta mencegah 1. Untuk pemberian pergelangan tangan
ditambahkan adanya terjadinya keluhan skor pada badan putaran menjauhi sisi
skor perubahan muskuloskeletal yang didapatkan skor 3. tengah maka
berjumlah 1. Posisi lebih tinggi pada Posisi leher berada ditambahkan skor 1,
lengan bawah berada pekerja. pada jadi skor pergelangan
pada skor 1 karena Untuk penilaian > 20° ke arah depan tangan berjumlah 3.
berada pada posisi risiko tinggi dalam sehingga Hasil dari penilaian
lengan bawah ke arah REBA dengan final mendapatkan skor lengan atas, lengan
depan 60°–100°. Pada score REBA 8–10 2 dengan penambahan bawah dan
pergelangan tangan dapat diperhatikan skor perubahan pergelangan tangan
memiliki skor 1 pada Gambar 2. sebanyak 1 karena dikonversikan
karena posisi posisinya bengkok menjadi Group B
pergelangan tangan > maka didapatkan skor dengan menghasilkan
15° ke atas dan ke leher 3. Penilaian skor skor 3.
bawah. Hasil dari pada kaki didapatkan Skor yang
penilaian lengan atas, skor 1 karena posisi didapatkan dari Group
lengan bawah dan responden berada A ditambahkan
pergelangan tangan pada posisi kedua dengan skor 1 untuk
dikonversikan kaki tertopang dengan beban yang diangkat
menjadi Group B baik di lantai. 5–10 kg, Skor A
dengan menghasilkan Dikarenakan menjadi 8. Group B
skor 2. responden jongkok ditambahkan dengan
Skor yang (kedua kaki ditekuk skor untuk jenis
didapatkan dari Group > 60°) maka pegangan berjumlah 1
A ditambahkan ditambahkan skor karena merupakan
dengan skor 0 untuk perubahan 2 maka pegangan sedang
beban yang diangkat total skor pada kaki yang berarti
< 5 kg, Skor A sebanyak 3. Hasil pegangan tangan
menjadi 3. Group B yang didapatkan dari dapat diterima tetapi
ditambahkan dengan Gambar 2. penilaian badan, tidak ideal, Skor B
skor untuk jenis Pekerjaa leher dan kaki menjadi
pegangan berjumlah 1 n selanjutnya 4. Skor A dan Skor B
karena merupakan Pengelas dikonversikan ke kemudian
pegangan sedang an dalam Group A dan dikonversikan ke
yang berarti Kategori menghasilkan skor 7. dalam tabel C dan
pegangan tangan REBA Pada lengan menghasilkan skor 9.
dapat diterima tetapi Tinggi. bagian atas Pada tahap akhir skor
tidak ideal, Skor B diperoleh skor 2 tabel C ditambahkan
menjadi karena posisi lengan dengan skor jenis
3. Skor A dan Skor B menyangga berat aktivitas otot satu
kemudian lengan maka atau lebih bagian
dikonversikan ke diberikan skor tubuh dalam keadaan
dalam tabel C dan perubahan berjumlah statis berjumlah 1
menghasilkan skor 3. – 1. Total skor lengan dan didapatkan final
Pada tahap akhir skor atas berjumlah 1. skor REBA menjadi
tabel C ditambahkan Posisi lengan bawah 10 yang tergolong
dengan skor jenis berada pada skor 2 pada tingkat risiko
aktivitas otot satu karena berada pada tinggi serta
diperlukan tindakan
perbaikan postur
kerja dengan segera
agar dapat
memperkecil serta
mencegah terjadinya
keluhan
muskuloskeletal yang
lebih tinggi pada
pekerja.
Untuk penilaian
risiko sangat tinggi
dalam REBA dengan
final score REBA
11–15 dapat
diperhatikan pada
gambar berikut:
tangan dikonversikan menjadi Group B dengan
menghasilkan skor 5.
Skor yang didapatkan dari Group A
ditambahkan dengan skor 0 untuk beban yang
diangkat < 5kg, Skor A menjadi 7. Group B tidak
perlu ditambahkan dengan skor untuk jenis
pegangan karena benda yang tergolong besar dan
berat sehingga Skor B menjadi
5. Skor A dan Skor B kemudian dikonversikan ke
dalam tabel C dan menghasilkan skor 9. Pada tahap
akhir skor tabel C ditambahkan dengan skor jenis
aktivitas otot satu atau lebih bagian tubuh dalam
keadaan statis berjumlah skor 1, gerakan berulang-
ulang terjadi lebih dari 4 kali salam satu menit
berjumlah skor 1, dan postur tubuh tidak stabil
selama kerja berjumlah skor 1 maka didapatkan
final skor REBA menjadi 12 yang tergolong pada
tingkat risiko sangat tinggi serta diperlukan tindakan
perbaikan postur kerja sesegera mungkin agar dapat
Gambar 3. Pekerjaan Pengelasan Kategori REBA memperkecil serta mencegah terjadinya keluhan
Sangat Tinggi. muskuloskeletal yang lebih tinggi pada pekerja.
Penilaian keluhan Muskuloskeletal dalam
Berdasarkan perhitungan REBA Gambar penelitian ini menggunakan Nordic Body Map
3 dianalisis bahwa gerakan pada posisi badan ke (NBM), dengan menggunakan ini dapat diketahui
depan 20°–60° diberikan skor 3, dikarenakan posisi bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan
badan bengkok maka ditambahkan skor perubahan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak sakit sampai
berjumlah 1. Untuk pemberian skor pada badan sangat sakit. Dengan menganalisis peta tubuh maka
didapatkan skor 4. Posisi leher berada pada 0–20° dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot
ke arah depan sehingga mendapatkan skor 1 dengan skeletal yang dirasakan pekerja.
penambahan skor perubahan sebanyak 1 karena
posisinya bengkok maka didapatkan skor leher 2. Tabel 5. Distribusi Tingkat Keluhan
Penilaian skor pada kaki didapatkan skor 2 karena Muskuloskeletal
Pekerja di Unit Pengelasan PT. X Tahun
2015
salah satu kaki tidak tertopang di lantai dengan baik Keluhan Frekuensi Perentase
atau terangkat. Dikarenakan posisi lutut antara 30°- muskuloskeletal (n) (%)
60° maka ditambahkan skor perubahan 1 maka total Rendah 8 25,0
skor pada kaki sebanyak 3. Hasil yang didapatkan Sedang 20 62,5
dari penilaian badan, leher dan kaki selanjutnya Tinggi 3 9,4
dikonversikan ke dalam Group A dan Sangat Tinggi 1 3,1
Total 32 100
menghasilkan skor 7.
Pada lengan bagian atas diperoleh skor 2
Sebagian besar 62,5% pekerja memiliki keluhan
karena posisi lengan bengkok dan keadaan bahu
muskuloskeletal dengan tingkat risiko sedang, 25%
naik maka ditambahkan skor 2. Total skor lengan
pekerja memiliki keluhan muskuloskeletal dengan
atas berjumlah 4. Posisi lengan bawah berada pada
tingkat risiko rendah, 9,4% pekerja memiliki
skor 1 karena berada pada posisi lengan bawah 60°
keluhan muskuloskeletal dengan tingkat risiko
sampai 100°. Pada pergelangan tangan memiliki
tinggi, dan
skor 2 karena posisi pergelangan tangan > 15°
3,1% pekerja memiliki keluhan muskuloskeletal
ke atas dan ke bawah. Dengan adanya tambahan
dengan tingkat risiko sangat tinggi.
skor perubahan karena pergelangan tangan putaran
Hubungan antara posisi kerja dengan keluhan
menjauhi sisi tengah maka ditambahkan skor 1, jadi
muskuloskeletal dapat dilihat pada tabel 6. Tabel
skor pergelangan tangan berjumlah 3. Hasil dari
6 tersebut merupakan tabulasi silang antara
penilaian lengan atas, lengan bawah dan
variabel posisi kerja dengan variabel keluhan
pergelangan
muskuloakeletal. Dari tabel tersebut dapat diketahui
berapa banyak jumlah responden yang mengalami 60 tahun menurun hingga 50% dari usia seseorang
tingkat risiko REBA dengan adanya keluhan yang berusia 25 tahun (Tarwaka, 2010).
muskuloskeletal. Berdasarkan hasil penelitian terhadap lama
kerja dapat diketahui bahwa mayoritas responden
Tabel 6. Distribusi Tingkat Risiko REBA dengan lebih sering bekerja selama 12 jam sehari, dengan
Keluhan Muskuloskeletal Pekerja di Unit jam kerja mulai dari pukul 08.00 sampai 21.00.
Pengelasan PT. X Tahun 2015 Pada pukul 12.00 sampai dengan 13.00 merupakan
Tingkat Keluhan jam istirahat bagi pekerja yang secara rutin
dilakukan
Tingkat muskuloskeletal setiap harinya. Hari kerja dimulai dari hari senin
Total
Risiko Sangat sampai dengan sabtu yang berarti pekerja memiliki
REBA Rendah Sedang Tinggi Tinggi
6 hari kerja. Berdasarkan perhitungan lama kerja
n % n % n % n % n % dalam sehari dikalikan dengan hari kerja dalam
Sedang 7 32 15 68 0 0 0 0 22 100 seminggu maka didapatkan lama kerja lebih dari 50
Tinggi 1 11 5 56 3 33 0 0 6 100 jam dalam seminggu.
Sangat Pada umumnya lama seseorang bekerja
0 0 0 0 0 0 1 100 1 100
Tinggi
dalam sehari adalah 6–8 jam. Sisanya 16–18
Total 8 25 20 63 3 9 1 3 32 100
jam merupakan waktu untuk kehidupan bersama
p value 0,005
keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa lain. Dalam seminggu, seseorang biasanya dapat
sebanyak 15 orang (68%) memiliki risiko postur bekerja dengan baik selama 40–50 jam (Suma’mur,
kerja tingkat sedang dan mengalami keluhan 1996). Produktivitas seseorang mulai menurun
muskuloskeletal tingkat sedang. Hasil uji statistik sesudah 4 jam bekerja, keadaan ini dipengaruhi
menggunakan Spearman ’s rho oleh menurunnya kadar gula yang ada dalam darah.
Correlation didapatkan p value = 0,005, karena p Perlu adanya istirahat dan waktu makan yang
value < 0,05 maka terdapat hubungan antara posisi bertujuan untuk meningkatkan kembali semangat
kerja dengan timbulnya keluhan muskuloskeletal dan konsentrasi diri. Maka dari itu istirahat setengah
pada pekerja di unit pengelasan. jam setelah bekerja selama 4 jam kerja secara terus
menerus sangat memiliki arti penting dalam diri
seseorang.
PEmBAHASAN
Namun pada penelitian yang telah dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui didapatkan data sebagian besar responden bekerja
bahwa mayoritas responden berumur kurang dari 35 dengan jangka waktu lebih dari 8 jam sehari.
tahun dengan rentang usia antara 20 tahun sampai Padahal dengan bekerja lebih dari 8 jam sehari
dengan 34 tahun. Umur mempunyai hubungan yang sangat memungkinkan pekerja mengalami keluhan
kuat dengan keluhan otot, terutama untuk otot leher muskuloskeletal karena lama seseorang bekerja
dan bahu menurut Riihimaki et al (Tarwaka, 2010). yang baik tidak lebih dari 8 jam sehari. Hal tersebut
Chaffin dan Guo et al dalam Tarwaka (2010), diperkuat dengan teori Suma’mur (1996) bahwa
menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot semakin panjang waktu kerja yang dihabiskan maka
skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25– akan semakin besar pula kemungkinan terjadinya
65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan hal-hal yang tidak diinginkan.
saat memasuki umur 35 tahun dan tingkat keluhan Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan
akan semakin meningkat seiring bertambahnya oleh Tyas Sistha (2013) pada petani tentang
umur. Hal tersebut terjadi karena pada umur hubungan antara nyeri muskuloskeletal dengan
setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot kondisi stasiun kerja dan ukuran, serta posisi
seseorang mulai menurun sehingga risiko untuk tubuh petani salah satunya adalah lama kerja yang
terjadinya keluhan otot meningkat. menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lama
Umur seseorang berbanding lurus dengan kerja petani dengan keluhan muskuloskeletal.
kapasitas fisik sampai batas tertentu dan mencapai Hasil penelitian postur tubuh
puncaknya pada usia 25 tahun. Pada usia 50–60 d e n g a n memperhatikan posisi kerja dalam
tahun kekuatan otot menurun sebesar 25% serta penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas
kemampuan kerja fisik seseorang pada usia lebih pekerja pengelasan melakukan pekerjaan dengan
dari kategori postur tubuh sedang dengan skor REBA
berada di antara 4 sampai
dengan 7. Posisi kerja akibat dari keluhan dengan Mekanisme
pada pekerja penanganan yang tingkat keluhan mulai penilaian yaitu
pengelasan dapat tidak terduga dari rasa tidak sakit kuesioner NBM
diamati melalui (Tarwaka, 2010). sampai sangat sakit. dilakukan pengisian
bagaimana postur Dalam penelitian ini Nordic Body Map dengan skor yang
tubuh pekerja pada tingkat risiko meliputi 27 cara telah dijelaskan
saat bekerja. Menurut Muskuloskeletal pembagian otot diatas pada setiap
kamus besar bahasa pada proses rangka pada kedua bagian tubuh sisi
Indonesia postur pengelasan lebih tepat sisi tubuh kanan dan kanan dan kiri
tubuh adalah bentuk menggunakan metode kiri. Dimulai dari kemudian keluhan
tubuh atau sikap REBA karena dalam bagian atas tubuh yang dirasakan oleh
badan yang terlihat metode REBA yaitu otot leher responden akan
dari ujung rambut penentuan tingkat sampai dengan bagian mendapatkan skor 1
sampai ujung kaki. risiko tidak hanya paling bawah yaitu (tidak sakit), 2 (agak
Posisi kerja yang dihitung dari postur otot pada kaki. sakit), 3 (sakit) atau 4
biasa dilakukan oleh tubuh atau posisi Melalui kuesioner (sangat sakit).
pekerja pengelasan kerja saja melainkan Nordic Body Map Selanjutnya skor
adalah postur tubuh juga ditambahkan maka akan dapat tersebut dijumlahkan
berdiri atau duduk dengan faktor-faktor diketahui bagian otot seluruhnya sehingga
dengan tumpuan dua yang dapat mana saja yang didapatkan jumlah
kaki, posisi berdiri menambah risiko mengalami keluhan skor akhir dari
atau duduk dengan terjadinya atau nyeri. keluhan yang telah
tumpuan satu kaki, Muskuloskeletal dirasakan responden.
badan membungkuk, seperti penilaian Setelah didapatkan
badan membengkok, tentang pegangan skor akhir NBM
serta jongkok. yang digunakan, dan maka dapat
Namun pada juga aktivitas kerja diketahui tingkat
penelitian ini sebagian yang dilakukan risiko keluhan setiap
besar responden seorang tenaga kerja. responden. Dari
berada pada posisi Berdasarkan penelitian ini
kerja dengan postur hasil penelitian pada mayoritas pekerja
tubuh berdiri di mana responden mengenai pengelasan memiliki
bertumpu pada satu keluhan keluhan
kaki dengan muskuloskeletal dapat muskuloskeletal
membungkuk dan diketahui bahwa kategori sedang
pengangkatan salah mayoritas responden dengan total skor
satu bahu. memiliki keluhan individu 50 sampai
Selanjutnya untuk muskuloskeletal dengan 70.
dapat mengetahui sedang. Keluhan Postur tubu
tingkat risiko muskuloskeletal h saat bekerja
muskuloskeletal adalah keluhan yang y a n g t i d a k
pada postur tubuh berada pada bagian ergonomis menjadi
saat bekerja yang otot skeletal atau otot salah satu penyebab
memiliki keluhan rangka yang munculnya keluhan
msukuloskeletal dirasakan oleh muskuloskeletal.
dapat dilakukan seseorang mulai dari Sebagian besar
dengan observasi keluhan sangat pekerja mengeluhkan
menggunakan metode ringan hingga sangat adanya rasa nyeri
Rapid Entire Body sakit. Penilaian pada bagian leher,
Assessment (REBA). keluhan punggung, paha dan
Metode REBA Muskuloskeletal kaki. Hal tersebut
merupakan suatu alat dalam penelitian ini dapat terjadi karena
analisis postural yang menggunakan posisi tubuh pada
sangat sensitif Nordic Body Map saat bekerja
terhadap pekerjaan (NBM), dengan mayoritas bertumpu
yang melibatkan menggunakan ini pada satu kaki dan
perubahan mendadak dapat diketahui jongkok yang terlalu
dalam posisi, bagian-bagian otot lama, membungkuk
biasanya sebagai yang mengalami dan posisi leher sering
menghadap ke bawah tertentu dan mencapai
dengan waktu yang puncaknya pada usia
lama. 25 tahun. Pada usia
Hasil penelitian 50–60 tahun
mengenai hubungan kekuatan otot
umur dengan keluhan menurun sebesar
muskuloskeletal 25% serta
dapat diketahui kemampuan kerja fisik
bahwa mayoritas seseorang pada usia
responden berumur lebih dari
kurang dari 60 tahun menurun
35 tahun dengan hingga 50% dari usia
keluhan seseorang yang
muskuloskeletal berusia 25 tahun
sedang. Sedangkan (Tarwaka, 2010).
keluhan Selain itu menurut
muskuloskeletal Riihimaki et al
tinggi dan sangat dalam Tarwaka
tinggi sebagian besar (2010), menjelaskan
dialami oleh bahwa umur
responden yang mempunyai
berusia lebih dari 35 hubungan
tahun. Hasil uji
statistik menunjukkan
adanya hubungan
antara umur dengan
timbulnya keluhan
muskuloskeletal pada
pekerja pengelasan.
Hal ini sejalan
dengan Tarwaka
(2010), dan beberapa
ahli lain yang
menyebutkan bahwa
pekerja yang memiliki
umur kurang dari 35
tahun memiliki risiko
kecil mengalami
keluhan
muskuloskeletal.
Keluhan tersebut
terjadi karena pada
umumnya keluhan
otot skeletal mulai
dirasakan pada usia
kerja, yaitu 25-65
tahun. Keluhan
pertama biasanya
dirasakan saat
memasuki umur 35
tahun dan tingkat
keluhan akan
semakin meningkat
seiring bertambahnya
umur.
Umur seseorang
berbanding lurus
dengan kapasitas
fisik sampai batas
yang kuat dengan menunjukkan bahwa yang membutuhkan lama dapat
keluhan otot, terdapat hubungan waktu lama d mengakibatkan rongga
terutama untuk otot antara lama kerja alam perkemb diskus menyempit
leher dan bahu. petani dengan a n g a n d a n secara permanen dan
Hasil penelitian keluhan manifestasinya. juga mengakibatkan
mengenai hubungan muskuloskeletal. Studi yang degenerasi tulang
lama kerja dengan Berdasarkan dilakukan Boshuizen belakang di mana
adanya keluhan hasil penelitian pada et al dalam Margarini dapat menyebabkan
muskuloskeletal dapat tabel 3 dapat (2014), menyatakan nyeri punggung
diketahui bahwa diketahui bahwa bahwa seseorang bawah kronis.
mayoritas responden mayoritas pekerja yang bekerja lebih Penelitian
memiliki lama kerja yang bekerja selama dari 5 tahun Zulfiqor (2010),
lebih dari 8 jam dan 1-5 tahun meningkatkan risiko menunjukkan
keluhan mengalami keluhan terjadinya back pain adanya hubungan
muskuloskeletal muskuloskeletal dibandingkan kurang antara masa kerja
sedang dalam satu sedang dengan hasil dari 5 tahun paparan. dengan keluhan
hari kerja. Hasil uji uji statistik Hal ini dapat terjadi muskuloskeletal pada
statistik menunjukkan terdapat karena pembebanan welder dengan nilai P
menunjukkan adanya hubungan yang kuat tulang belakang value = 0.002 di mana
hubungan yang kuat antara masa kerja dalam waktu yang P value < 0.05. Begitu
antara lama kerja dengan keluhan juga yang dilakukan
dengan keluhan muskuloskeletal pada oleh Aisyah (2014),
muskuloskeletal pekerja pengelasan. pada pekerja angkat-
pekerja pengelasan. Masa kerja dapat angkut tentang
Dengan bekerja lebih berhubungan dengan hubungan
dari 8 jam sehari keluhan karakteristik i n d i v
sangat muskuloskeletal idu dan posisi
memungkinkan karena masa kerja kerja dengan
pekerja mengalami dapat dikatakan k e l u h a n
keluhan sebagai faktor risiko muskuloskeletal pada
muskuloskeletal dari suatu pekerja pekerja angkat-angkut
karena lama yang terkait dengan di PT. AJG Gresik
seseorang bekerja lama kerja. Hal salah satunya
yang baik tidak lebih tersebut didukung mengenai masa kerja
dari 8 jam sehari. Hal dengan seringnya yang menunjukkan
tersebut diperkuat pekerja memiliki bahwa terdapat
dengan teori lama kerja selama ± hubungan antara masa
Suma’mur (1996), 12 jam dalam sehari. kerja dengan keluhan
bahwa semakin Masa kerja muskuloskeletal.
panjang waktu kerja merupakan waktu Hasil penelitian
yang dihabiskan maka atau lama seseorang mengenai hubungan
akan semakin besar bekerja dihitung dari posisi kerja dengan
pula kemungkinan pertama masuk adanya keluhan
terjadinya hal-hal hingga saat muskuloskeletal
yang tidak penelitian dapat diketahui
diinginkan. berlangsung. Cohen bahwa mayoritas
Penelitian ini et al dalam Tarwaka responden memiliki
sejalan dengan yang (2010), menjelaskan tingkat risiko postur
dilakukan oleh bahwa m a s a k e r j tubuh menggunakan
Wijayanti (2013), a memiliki hu metode REBA
pada petani tentang bungan yang k tergolong sedang
hubungan antara nyeri u a t dengan keluhan dengan tingkat
muskuloskeletal otot dan keluhan
dengan kondisi meningkatkan muskuloskeletal
stasiun kerja dan risiko M u s k u l o s sedang. Hasil uji
ukuran, serta posisi keletal. Keluh statistik menunjukkan
tubuh petani salah an muskulosk adanya hubungan
satunya adalah lama e l e t a l merupakan yang kuat antara
kerja yang penyakit kronis posisi kerja dengan
adanya keluhan produktivitas
muskuloskeletal pada (Santoso,
pekerja pengelasan. 2
Metode REBA 0
merupakan suatu alat 0
analisis postural yang 4
sangat sensitif )
terhadap pekerjaan Penelitian ini
yang melibatkan sejalan dengan
perubahan mendadak Ahmadi (2012)
dalam posisi, bahwa terdapat
biasanya sebagai hubungan yang
akibat dari bermakna antara
penanganan yang postur kerja dengan
tidak terduga keluhan
(Tarwaka, 2010). muskuloskeletal pada
Penerapan metode permanen kelap sawit
ini ditujukan untuk (p value = 0,022).
mencegah terjadinya Selain itu Hendra
risiko cedera yang (2009) juga
berkaitan dengan menemukan bahwa
posisi, terutama pada terdapat
otot- otot skeletal.
Hal tersebut
dapat terjadi karena
postur tubuh yang
tidak ergonomis.
Kegiatan berulang
merupakan salah
satu penyebab
terjadinya keluhan
muskuloskeletal.
Postur dan sikap
tubuh merupakan
salah satu faktor yang
sangat penting untuk
diperhatikan karena
hasil produksi sangat
dipengaruhi oleh
apa yang dilakukan
pekerja. Apabila
postur tubuh pekerja
tidak ergonomis
maka efek yang
ditimbulkan adalah
pekerja akan cepat
merasakan lelah
sehingga konsentrasi,
tingkat ketelitian
menurun, pekerjaan
menjadi lambat,
kualitas dan
kuantitas hasil
produksi menurun.
Dengan adanya
penurunan tersebut
pada akhirnya akan
menyebabkan
turunnya
hubungan yang pengelasan serta Hendra. 2009. Sum a’m ur. 1996.
bermakna antara langkah-langkah yang Risiko Ergonomi Higiene Per
postur kerja dengan tepat pada proses dan Keluhan usahaan dan
keluhan pengelasan guna Musculoskeletal Kesehatan Kerja
muskuloskeletal mengurangi risiko Disorders (MSDs) (Hiperkes).
berdasarkan jenis keluhan Pada Pekerja Jakarta: Toko
pekerjaan pada muskuloskeletal. Panen Kelapa Gunung Agung.
pemanen kelapa sawit Sawit. Prosiding Tarwaka. 2010.
(p value = 0,013) Seminar Nasional Ergonomi
D
Ergonomi IX Industri, Dasar-
A
Semarang. Dasar
S F
T Humantech. 2003. Pengetahuan
I
A Applied Ergonomics Ergonomi dan
M
P R Training Manual. Aplikasi di
U Humantech Inc: Tempat Kerja.
L P Berkeley Australia. Penerbit: Harapan
A U Jalajuwita, Rovanaya Press Solo.
N S Nurhayuning. 2015. Wijayanti, Tyas
T Hubungan Sistha. 2013.
Adanya Karakteristik Hubungan Antara
A
hubungan yang Individu dan Nyeri
K
signifikan antara A Posisi Kerja Muskuloskeletal
posisi kerja dengan dengan Keluhan dengan Kondisi
keluhan Ahmadi, Hari. 2012.
Muskuloskeletal Stasiun Kerja dan
muskuloskeletal pada Analisis Sikap
pada Pekerja Ukuran, Serta
pekerja pengelasan Tubuh dengan
Pengelasan PT. Posisi Tubuh
serta menunjukkan Keluhan
Duta Hita Jaya, Petani. Jurnal
tingkat hubungan Muskuloskeletal
Bekasi. Skripsi. Media
korelasi yang sedang. Pada Teknisi
Surabaya: AntroUnairDotNe
Saran yang Mekanik dan
Fakultas t Vol. 2 No. 2 Hal.
diberikan untuk Asisten Teknisi di
Kesehatan 5.
perusahaan adalah TOTAL E&P
Masyarakat Zulfiqor, Taufik M.
pihak management Indonesie. Skripsi.
Universitas 2010. Faktor-
mengevaluasi stasiun Surabaya: Fakultas
Airlangga. faktor yang
kerja yang biasa Kesehatan
Margarini, Ayu Berhubungan
ditempati oleh Masyarakat
Fitriasih. 2014. dengan Keluhan
pekerja pengelasan, Universitas
Hubungan Faktor Musculoskeletal
kemudian Airlangga.
Karakteristik Disorders pada
mengadakan Aisyah, Fitri. 2014.
Individu, Faktor Welder di Bagian
perombakan stasiun Hubungan
Ergonomis dengan Fabrikasi PT.
kerja guna Karakteristik
Keluhan Subjektif Caterpillar
memperkecil risiko Individu dan
Musculoskeletal Indonesia Tahun
keluhan Posisi Kerja
Disorders (MSDs) 2010. Skripsi.
muskuloskeletal dengan Keluhan
pada Pekerja Jakarta: UIN.
selain itu juga bisa Musculoskeletal
Konstruksi PT. X.
memberikan Disorders pada
Skripsi.
pelatihan atau Pekerja Angkat-
Surabaya:
training khusus Angkut di
Fakultas
mengenai Pergudangan PT
Kesehatan
pengelasan kepada AJG Gresik
Masyarakat
pekerja pengelasan. 2014. Skripsi.
Universitas
Training berguna Surabaya:
Airlangga.
untuk menambah Fakultas
Santoso, Gempur.
wawasan mengenai Kesehatan
2004. Ergonomi
pekerjaan Masyarakat
Manusia,
pengelasan, posisi Universitas
Peralatan dan
kerja maupun postur Airlangga.
Lingkungan.
tubuh yang Jakarta: Prestasi
ergonomis dalam Pustaka.

You might also like