Professional Documents
Culture Documents
HUB. Posisi Kerja DG Keluhan MSD PD Unit Pengelasan PT. X BEKASI
HUB. Posisi Kerja DG Keluhan MSD PD Unit Pengelasan PT. X BEKASI
ABSTRACT
This study was conducted to analyze the relation between body position with musculoskeletal complaints in welding
unit of PT. X Bekasi. Welding is an important part of a steel fabrication company. Workers in the welding influenced
by the position of work, the posture of their body of work and performance at work. Jobs that forced the labor to not an
ergonomic posture when working cause workers had faster experience fatigue and indirectly provide additional
workload. Health effects that arised as a result of an unergonomic worked postures are musculoskeletal disorders
.This research is an observational research with cross sectional approach design. 32 workers were chosen as sample by
using simple random sampling technique. Data were obtained by measuring, observing used Rapid Entire Body
Assessment (REBA), and filling out questionnaire Nordic Body Map (NBM). Spearman rho correlation test was used
to analyse the relation between variables. As many as 68.6% workers had a weak risk of having musculoskeletal
disorder (REBA score of 4-7) and 62.5% workers had a weak level of musculoskeletal complaint. Based on the results of
this study concluded that body position were significantly related to musculoskeletal complaints. There was a weak
significant relationship between body position and musculoskeletal complaints (pvalue = 0.005). It is suggested to
companies that provide training on ergonomic working position when welding perform.
Keywords: Rapid Entire Body Assessment (REBA), Nordic Body Map (NBM), body position and musculoskeletal
complaints
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara posisi kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada unit
pengelasan PT. X, Bekasi. Proses pengelasan merupakan bagian penting dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang
fabrikasi dan konstruksi baja. Pekerja dalam melakukan pengelasan dipengaruhi oleh posisi kerja, postur kerja serta
performa tubuh. Pekerjaan yang memaksa tenaga kerja untuk berada pada postur kerja yang tidak ergonomis
menyebabkan pekerja lebih cepat mengalami kelelahan dan memberikan tambahan beban kerja. Dampak kesehatan yang
muncul sebagai akibat dari postur kerja yang tidak ergonomis adalah keluhan muskuloskeletal. Penelitian ini merupakan
jenis penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 32 pekerja dengan
menggunakan teknik simple random sampling. Data didapatkan dengan cara pengukuran, observasi menggunakan Rapid
Entire Body Assessment (REBA) serta pengisian kuesioner Nordic Body Map (NBM) oleh pekerja pengelasan. Analisis
hubungan menggunakan uji spearman. Sebanyak 68,6% pekerja memiliki risiko muskuloskeletal sedang (skor REBA
4-7) dan 62,5% pekerja pengelasan memiliki tingkat risiko keluhan muskuloskeletal sedang. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa posisi kerja pekerja pengelasan memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan
muskuloskeletal. Adanya hubungan yang signifikan (pvalue = 0,005) pada posisi kerja dengan keluhan muskuloskeletal
pekerja pengelasan, dengan tingkat
hubungan menunjukkan korelasi sedang. Disarankan untuk memberikan training mengenai posisi kerja yang ergonomis
ketika melakukan pengelasan.
Kata kunci: Rapid Entire Body Assessment (REBA), Nordic Body Map (NBM), posisi kerja dan keluhan
muskuloskeletal
33
34 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 1 Jan-Jun 2015: 33–
42
Rovanaya dan Indriati, Hubungan Posisi Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal… 35
performa tubuh mereka saat bekerja. Performa dengan cara memeriksa kelengkapan identitas
s e s e o r a n g s e c a r a e rg o n o m i s s a m a responden serta instrumen pengisian data. Coding
d e n g a n keseimbangan antara tugas kerja dan data dilakukan guna menyusun data yang telah
kemampuan tubuh. Dengan adanya postur kerja didapatkan secara sistematis ke dalam bentuk yang
yang ergonomis maka performa pekerja juga mudah dibaca oleh aplikasi komputer. Setiap
mengalami peningkatan. Tenaga kerja yang menjadi jawaban akan diubah dalam bentuk kode angka.
objek penelitian adalah pekerja pada unit Entering data yaitu memasukkan data yang telah
pengelasan PT. X. Postur kerja dan posisi kerja diubah menjadi kode ke dalam komputer,
yang tidak ergonomis berdampak pada menurunnya selanjutnya data akan dianalisis menggunakan
produktivitas kerja maupun performa kerja yang aplikasi dalam komputer. Sorting data digunakan
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, selain untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan
itu juga dapat mempengaruhi derajat kesehatan jenisnya, dan tabulating data digunakan untuk
pekerja salah satunya adalah keluhan menyajikan data dalam bentuk tabel yang sesuai
muskuloskeletal. dengan kebutuhan analisis dan untuk memudahkan
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari peneliti.
hubungan posisi kerja dengan k Analisis data dilakukan secara analitik. Data
e l u h a n muskuloskeletal pada pekerja unit yang didapatkan dari kuesioner, wawancara dan
pengelasan di PT. X hasil pengukuran kemudian dianalisis dengan
tabel, frekuensi, narasi, dan tabulasi silang guna
mETODE mempermudah penyampaian hasil penelitian. Untuk
mengetahui hubungan antar variabel menggunakan
Metode penelitian yang digunakan merupakan uji Spearman rho corellation dengan tingkat
penelitian analitik. Berdasarkan pada jenis kemaknaan α = 0,05.
penelitiannya adalah observasional. Berdasarkan
desain penelitian merupakan penelitian cross
sectional karena variabel yang diteliti diamati HASIl
pada satu waktu. Sampel penelitian sebanyak 32 Hasil penelitian yang terdiri dari umur, masa
pekerja dengan menggunakan teknik simple kerja, posisi kerja dan keluhan muskuloskeletal akan
random sampling. Waktu penelitian dan dijelaskan pada Tabel 1.
pengambilan data dilakukan pada bulan november
2014 sampai dengan Juli 2015. Variabel yang Tabel 1. Distribusi Umur Pekerja di Unit
diteliti adalah umur, lama kerja, posisi kerja, dan Pengelasan
keluhan muskuloskeletal. PT. X Tahun 2015
Data didapatkan dengan cara pengisisan Umur Frekuensi Persentase
kuesioner, wawancara dan observasi. Tenaga (thn) (n) (%)
kerja diobservasi dengan mengamati postur tubuh < 35 20 62,5%
dan selanjutnya menyesuaikan dengan lembar ≥ 35 12 37,5%
observasi Rapid Entire Body Assesment (REBA) Total 32 100%
kemudian dilanjutkan dengan wawancara untuk
pengisian lembar Nordic Body Map (NBM) yang Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui variabel
berguna dalam mengetahui tingkat keparahan umur terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
keluhan muskuloskeletal responden. Instrumen umur kurang dari 35 tahun dan lebih dari sama
yang digunakan yaitu kuesioner, lembar Nordic dengan 35 tahun. Dari pembagian kelompok tersebut
Body Map, lembar observasi penilaian REBA, dan didapatkan bahwa sebagian besar 62.5% responden
kamera. Observasi dilakukan saat jam istirahat memiliki umur kurang dari 35 tahun dan 37.5%
dengan tujuan agar pekerja tidak terganggu dalam memiliki umur lebih dari 35 tahun.
aktivitas pekerjaannya. Data sekunder diperoleh dari
data dan wawancara kepada staff Health, Safety Tabel 2. Distribusi Lama Kerja Pekerja di Unit
and Environment perusahaan. Pengelasan PT. X Tahun 2015
Data yang telah didapatkan selanjutnya diolah lama Kerja Frekuensi Persentase
dalam beberapa tahapan guna mempermudah (jam) (n) (%)
analisis
data antara lain editing data, coding data, entry ≤8 4 12,5
data, sorting data dan tabulating data. Editing data >8 28 87,5
dilakukan dalam pengolahan data secara manual Total 32 100
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui variabel risiko cedera dengan menetapkan tingkat tindakan
lama kerja responden dikelompokkan berdasarkan korektif yang diperlukan serta melakukan intervensi
2 kategori yaitu kategori bekerja sampai dengan agar segera dilakukan perbaikan untuk mengurangi
8 jam dan kategori lama kerja lebih dari 8 jam. risiko yang ditimbulkan.
Berdasarkan pada hasil perhitungan didapatkan data Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa
bahwa sebagian besar (87,5%) responden memiliki didapatkan sebagian besar 68,6% responden
lama kerja lebih dari 8 jam per hari dengan memiliki tingkat risiko menurut REBA sedang,
ketentuan maksimal bekerja dari perusahaan 28.1% memiliki tingkat risiko menurut REBA tinggi
selama 12 jam dalam setiap harinya. dan 3.1% memiliki tingkat risiko menurut REBA
sangat tinggi.
Tabel 3. Distribusi Masa Kerja Pekerja di Unit Berikut ini merupakan beberapa contoh
Pengelasan PT. X Tahun 2015 penilaian dalam menentukan tingkat risiko posisi
masa Kerja Frekuensi Persentase kerja yang sering dilakukan oleh responden. Untuk
(tahun) (n) (%) risiko sedang dengan final score REBA 4-7 dapat
<1 3 9.4 diperhatikan pada Gambar 1.
1-5 23 71.9
>5 6 18.8
Total 32 100