Professional Documents
Culture Documents
ADIC 26-28 Maret 2011 PDF
ADIC 26-28 Maret 2011 PDF
1
Laboratory of Pathology, Veterinary Faculty of Syiah Kuala University
2
Laboratory of Microbiology, Veterinary Faculty of Syiah Kuala University
3
Laboratory of Parasitology, Veterinary Faculty of Syiah Kuala University.
E-mail: d_darmawi@yahoo.com
Abstract
790
Pendahuluan
Kecacingan yang disebabkan oleh Ascaridia galli pada ayam petelur masih saja
terjadi, akibatnya dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat berarti.
Meskipun jarang menimbulkan kematian, namun ayam petelur mengalami
penurunan produksi yang sangat signifikan karena sifat penyakit yang berjalan
kronis. Cacing yang survive di dalam saluran cerna menjadi pengganggu
pertumbuhan sehingga dapat menurunkan bobot badan dan penurunan produksi
telur. Infeksi A. galli dapat menimbulkan lesio patologis seperti deskuamasi, hiperemi
dan hemoragi, dan juga ulserasi intestinal yang kadang-kadang berakhir dengan
kematian.
Metode
791
digunakan sebagai ayam percobaan yang dibagi menjadi empat kelompok, masing-
masing kelompok terdiri dari tiga ekor ayam. Kelompok 1 adalah sebagai kelompok
kontrol, ayam tidak divaksin dan tidak pula ditantang. Kelompok 2 adalah ayam
divaksin dengan crude ekskretori/sekretori. Kelompok 3 adalah ayam diinfeksi
dengan dosis 1000 L2 A. galli. Kelompok 4 adalah ayam divaksin dengan crude
ekskretori/sekretori L3 A. galli dan dtantang dengan dosis 1000 L2 A. galli. Semua
ayam percobaan dinekropsi pada minggu ke-2 pascainfeksi. Pertahanan selaput
lendir mukosa saluran cerna ayam diamati dengan cara melihat reaksi proliferasi dan
hiperplasia sel goblet pada sediaan histologi dari duodenum, jejunum, dan ileum
semua kelompok ayam percobaan.
Vaksinasi. Vaksinasi dilakukan empat kali secara intramuskular dalam interval waktu
satu minggu setiap kali vaksinasi. Vaksinasi pertama menggunakan 80 g
ekskretori/sekretori dalam emulsi antigen plus Freund’s Complete Adjuvant (FCA)
yang diikuti dengan tiga kali suntikan booster (60 g ekskretori/sekretori setiap kali
vaksinasi) dalam emulsi antigen plus Incomplete Freund’s Adjuvant (IFA) [7,8].
Respons Sel Goblet. Respons sel goblet pada usus halus ayam petelur dievaluasi
berdasarkan proliferasi dan hiperplasia sel goblet melalui sediaan histologi
duodenum, jejunum, dan ileum. Sediaan sel goblet diwarnai dengan pewarnaan
khusus Periodic Acid (PAS). Jumlah sel goblet dihitung per 1000 sel-sel absorbtif
pada villi [11].
Analisis Data. Data diuji dengan analisis sidik ragam. Apabila terdapat perbedaan,
dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan [12].
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah sel goblet pada
duodenum kelompok ayam yang divaksin, kelompok ayam yang diinfeksi, kelompok
ayam yang divaksin dengan ekskretori/sekretori dan ditantang dengan dosis 1000 L2
792
A. galli berbeda secara signifikan (P < 0,05) dibandingkan dengan kelompok ayam
yang tidak divaksin dan tidak diinfeksi. Peningkatan jumlah sel goblet secara
signifikan juga terjadi antara kelompok ayam yang divaksin dan ditantang
dibandingkan dengan semua kelompok. Secara statistik, perbedaan jumlah sel
goblet tidak signifikan (P > 0,05) pada duodenum antara kelompok ayam yang
divaksin dengan kelompok ayam yang diinfeksi. Pada jejunum dan ileum, perbedaan
jumlah sel goblet antara kelompok infeksi dan kelompok ayam divaksin dan ditantang
menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan (Tabel 1).
TABLE 1 Rataan jumlah sel goblet pada 1000 sel absorbtif usus halus.
No. Perlakuan Duodenum Jejunum Ileum
a a
1 - 203,33 ± 2,29 142,67 ± 4,43 108,33 ± 0,58a
2 ES 262.33 ± 7,26b 215,00 ± 5,69b 200,33 ± 1,45b
3 L2 264,67 ± 4.71b 293,67 ± 5,22c 313,00 ± 5,20c
4 ES + L2 525,00 ± 5,19c 339,00 ± 3.76c 343,33 ± 7,09c
Peningkatan jumlah sel goblet ditemukan pada duodenum, jejunum, dan ileum dari
kelompok ayam yang diimunisasi dengan ekskretori/sekretori dan atau ayam yang
diinfeksi dengan dosis 1000 L2 A. galli seperti yang disajikan pada Tabel 1. Sel
goblet dihasilkan secara terus menerus pada individu yang terinfeksi pada
gastrointestinal [3, 11, 13, 14, 15]. Proliferasi sel goblet berperan dalam mekanisme
pengeluaran larva A. galli dengan cara mensekresikan, menyimpan, dan melepaskan
musin ke dalam lumen untuk menambah kapasitas lendir sehingga larva dengan
cepat dapat dikeluarkan dari tubuh inang definitif [6, 16, 17].
Vaksinasi yang dilakukan pada penelitian ini dapat meningkatkan pertahanan selaput
lendir mukosa usus halus ayam petelur yang ditandai dengan proliferasi sel goblet.
Musin yang dihasilkan sel goblet secara berkesinambungan menghasilkan lendir
yang mampu menjerat larva A. galli dan dengan gerakan peristaltik usus akan
dikeluarkan dari saluran cerna ayam petelur. Musin yang dihasilkan oleh sel goblet
dilaporkan berperan sebagai barrier pertahanan fisik dan non-spesifik terhadap
invasi larva. Proliferasi dan hiperplasia sel goblet intestinal pada nematodosis
berimplikasi terhadap kuantitas musin yang disalurkan ke dalam lumen intestinal.
Musin sel goblet dengan konsentrasi garam-garam sulfat yang lebih banyak dapat
berperan pada pengeluaran larva secara cepat [5].
Gambaran yang diperoleh dari penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahu
bahwa mekanisme pengeluaran larva N. brasiliensis secara cepat terjadi karena
kolaborasi antara sel mast dengan sel goblet [11]. Pengeluaran cacing genus
Strongyloides dewasa dipengaruhi oleh sel mast [18]. Peneliti lain melaporkan
bahwa protease produk dari ekskretori/sekretori cacing nematoda dewasa
Strongyloides ratti secara in vitro dapat merangsang sel limfosit T dari sel-sel
limfonodus mesenterik tikus untuk menghasilkan limfokin [19]. Limfokin yang
dihasilkan adalah IL-3 yang dapat memicu proliferasi sel mast mukosa intestinal dari
differensiasi sel progenitor. Hasil penelitian lain juga membuktikan bahwa sel mast
merupakan sel efektor dalam mekanisme pertahanan selaput lendir, sel mast
793
berhubungan dengan keluarnya cacing dewasa, dan sangat tergantung pada jenis
parasit dan inang percobaan yang digunakan [4].
Musin yang dihasilkan sel goblet merupakan campuran antara air, glikoprotein,
glikolipid, elektrolit-elektrolit, enzim, garam, dan sekresi kelenjar. Apabila musin sel
goblet terlepas ke dalam lumen akan berintegrasi dengan imunoglobulin
menghasilkan efek antitoksin pada permukaan mukosa dan epitel saluran
pencernaan, sehingga dapat merupakan barrier yang protektif bagi sel-sel epitel
usus dari ancaman agen penyakit. Selain itu, sel goblet dibutuhkan untuk menjaga
kapasitas lendir yang membentuk gel, kental, dan lengket di dalam lumen sehingga
membatasi larva berpenetrasi ke jaringan sehingga larva akan mudah didorong ke
caudal dan dikeluarkan bersama tinja oleh kontraksi peristaltik saluran cerna [20].
Kesimpulan
Daftar Pustaka
[1] I.R. Tizard, Veterinary Immunology an Introduction. Fifth Edition, WB Sounders Company,
a Division of Harcourt Brace and Company (The Curtis Center Independence Square
West, Philadelphia, Pennsylvania, 1996).
[2] J.B. McKeand, Knox D.P., Duncan J.L. and Kennedy M.W., Protective Immunisation of
Guinea Pigs Against Dictyocaulus viviparus Using Excretory/Sexcretory Product
of Adult Parasites. Int. J. for Parasitol. 25 (1995), 93 – 104.
[3] U. Balqis, Darmawi, Tiuria R, Priosoeryanto B.P, dan Suhartono M.T., Proliferasi Sel
Goblet Duodenum, Jejunum, dan Ileum Ayam Petelur Yang Diimunisasi dengan
Protein Ekskretori/Sekretori Ascaridia galli. Jurnal Kedokteran Hewan 1:2 (2007), 65
- 70.
[4] Y. Nawa, Abe T, and Owhashi M., Host Response to Helminths with Emphasis on
Eosinophils and Mast Cells. In Helminthology. Edition Chowdhury N and Tada I.
(Norasa Publishing House, New Delhi, 1994).
[5] I.M. Roitt and Delves P.J., Roitt’s Esential Immunology. Tenth Edition, Blackwell
Science Ltd. (Osney Mead Oxford OX2 OEL, 2001).
[6] R. Tiuria, Ridwan Y. and Murtini S., Study of Bioactive Substance from Ascaridia galli
Adult Worm that Stimulate Intestinal Mucosal Defense Mechanism in Chicken for
Medical Purpose (Proceeding of the Seminar on Science and Technology,
Indonesia-Toray Science Foundation, Jakarta 2003).
[7] G. Camenisch, M. Tini, D. Chilov, I. Kvietikova, V. Srinivas, J. Caro, P. Spielmann, R. H.
Wenger, and M. Gassmann, General Applicability of Chicken Egg Yolk Antibodies: the
Performance of IgY Immunoglobulins Raised Against the Hypoxia-inducible Factor 1 .
J. FASEB. 13 (1999), 81-88.
[8] D. Carlander, Avian IgY Antibody in vitro and in vivo. Comprehensive Summaries of
Uppsala Dissertations from the Faculty of Medicine, (ACTA Universitatis Upsaliensis,
Upsala 2002).
[9] R. Tiuria, Hubungan Antara Dosis Infeksi, Biologi Ascaridia galli dan Produktivitas
Ayam Petelur (Tesis. Program Pascasarjana. Program Studi Sains Veteriner,
Institut Pertanian Bogor, 1991).
794
[10] U. Balqis, Darmawi, Handharyani E, dan Hambal M. Deteksi Keberadaan Antigen Pada
Kutikula Ascaridia galli Dengan Imunoglobulin Yolk Melalui Metode Imunohistokimia
(Proceeding: Seminar Nasional ChESA, Banda Aceh, 22 – 23 Desember 2010).
[11] H.R.P. Miller and Nawa Y., Nipprostrongylus brasiliensis: Intestinal Goblet Cell
Response in Adoptively Immunized Rats. J. of Exp. Parasitol. 47 (1979), 81-90.
[12] R.G.D. Steel and Torrie JH., Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan
Biometrik. Edisi ke-2. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999).
[13] P.D.C. Douch, Morum PE, and Rabel B., Secretion of Anti-parasite Substances and
Leukotrines from Ovine Gastrointestinal Tissues and Isolated Mucosal Mast Cells. Int.
J. for Parasitol, 26:2 (1996), 205 – 211.
[14] T.R. Klei, Immunological Control of Gastrointestinal Nematode Infections. Vet. Parasitol.
72 (1997), 507 - 523.
[15] B. Deplancke and Gaskins H.R., Microbial Modulation of Innate Defense: Goblet Cells
and the Intestinal Mucus Layer. Am. J. of Clin. Nutr. 73:6 (2001): 1131S-1141S.
[16] F. Athaillah, Respon Pertahanan Selaput Lendir Usus Halus Terhadap Infeksi Cacing
Ascaridia galli Pada Ayam Petelur (Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor, 1999).
[17] U. Balqis, Pengaruh Pemberian Ekskretori-Sekretori (ES) Cacing Ascaridia galli
Dewasa, L2, dan Kombinasinya Terhadap Perubahan Struktur Morfologi Saluran
Cerna Ayam Petelur (Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, 2004).
[18] A.I. Khan, Horii Y, Tiuria R, Satoo Y dan Nawa Y., Mucosal Mast Cells and the
Expulsive Mechanisms of Mice Against Strongyloides venezuelensis. Inter. J. for
Parasitol. 23 (1993), 551-555.
[19] T. Abe, Nawa Y, and Yoshimura K., Protease Resistant Interleukin-3 Stimulating
Components in Excretory and Secretory Products from Adult Worms of Strongyloides
ratti. J. of Helminthol. 66 (1992), 155 – 158.
[20] W. Harnett, MacDonald M, Preece G, Patterson M and Parkhouse M.E., Production of
Monoclonal Antibodies Against Excretory-Secretory Products of Adult Male
Onchocerca gibsoni. J. of Parasitol. 83:2 (1997), 316 – 319.
795